Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KONSUMSI RUMAH TANGGA

STUDI KASUS : PENYEWA DAN PEMILIK RUMAH DI DKI JAKARTA

Wendra Afriana

Universitas Gunadarma
weiyacb@gmail.com

Abstrak

Hidup di kota besar seperti Jakarta tentu tidak murah. Konsumsi yang dikeluarkan tidak
hanya pada sebatas makanan, tetapi juga non makanan. Terbukti berdasar data BPS,
pengeluaran yang banyak dilakukan oleh rumah tangga di Jakarta adalah pada
pengeluaran non makanan, seperti biaya pendidikan, biaya rekreasi atau hanya sekadar
biaya kecantikan. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimana konsumsi yang
dikeluarkan oleh warga penyewa rumah dan pemilik rumah. Berdasarkan data BPS,
standar hidup layak di Jakarta adalah 2,5juta. Artinya jika warga memiliki rumah
sendiri di Jakarta harus memiliki pendapatan lebih dari yang distandarkan. Untuk itu,
penelitian ini ingin menganalisa tiga variabel yang bisa mempengaruhi konsumsi rumah
tangga di Jakarta, yakni status kepemilikan rumah, usia kepala keluarga dan jumlah
anak dalam keluarga. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status kepemilikan rumah dan jumlah
anak memiliki pengaruh terhadap sikap mengkonsumsi suatu rumah tangga di Jakarta.
Namun demikian, pengaruh yang ditunjukkan tidak terlalu kuat, karena hanya pada Sig
0.245, dimana jika Sig mendekati 0 artinya pengaruh variabel X atas Y tidak terlalu kuat,
namun jika mendekati 1 maka pengaruh tersebut kuat.

Kata Kunci: konsumsi rumah tangga, analisis berganda, kepemilikan rumah, usia
kepala keluarga, jumlah anak dalam keluarga.

Abstract

Living in a big city like Jakarta is certainly not cheap. Consumption is spent not only on
food, but also non food. Evidently based on BPS data, many goods made by households
in jakarta is on non-food items, such as tuition fees, recreation expenses or only. The
condition raises the question, how is the consumption by residents of tenants and
homeowners. Based on BPS data, the standard of living in Jakarta is 2.5 million. This
means that if residents own their own homes in Jakarta should have more income than
standardized. Therefore, this study is aimed to analyze the three variabels that can be
used in household consumption in Jakarta, namely the status of home ownership, the age
of the head of the family and the number of children in the family. Data processing in this
study using multiple analysis. The results of this study indicate the status of the house and
the number of children have an influence on household eating attitudes in Jakarta.
However, the influence is not very strong, because only on Sig 0.245, where if the Sig
approaches 0 means the variabel X above Y is not too strong, but if approaching 1 then
the influence is strong.

Keywords: household consumption, multiple analysis, home ownership, family head age,
number of children in the family.
PENDAHULUAN kukan kegiatan konsumsi, salah satunya
adalah pendapatan. Nicholas Kaldor
Pada dasarnya kita dapat mengeta- mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
hui berhasil atau tidaknya suatu negara mempengaruhi pengeluaran konsumsi
dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah pendapatan, selera, faktor social
adalah salah satunya dengan melihat per- budaya, kekayaan, utang pemerintah,
tumbuhan ekonomi yang terjadi. Sayang- capital gain, tingkat suku bunga, tingkat
nya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi harga, kredit, money illusion, distribusi,
belum tentu menjadi ukuran masyarakat umur, letak geografis, dan distribusi
didalam negara tersebut sejahtera. Eko- pendapatan (Nanga, 2001). Senada
nomi Jakarta tumbuh 5,74 % pada tahun dengan yang dikemukakan oleh Keynes,
2016, melambat dari tahun 2015 sebesar faktor pendapatan memiliki pengaruh
5,88%. Sementara angka ketimpangan langsung terhadap konsumsi, semakin
DKI Jakarta tahun 2015 sebesar 0,421 tinggi pendapatan maka semakin tinggi
dan 2016 sebesar 0,397. Artinya dalam konsumsi (Mankiw, 2003).
jangka pendek ada korelasi positif antara Tidak berbeda dengan konsumsi
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan yang dilakukan, semakin tinggi pen-
distribusi pendapatan. Menurut Todaro, dapatan maka konsumsi yang dilakukan
(2004) Pertumbuhan ekonomi akan tidak lagi hanya sebatas pada kebutuhan
diikuti dengan meningkatnya ketimpang- pangan, tapi non pangan. Dalam Teori
an distribusi pendapatan. Engel menyatakan semakin tinggi tingkat
Tidak dapat dipungkiri bahwa pem- pendapatan maka persentase pengeluaran
bangunan sektoral selalu terkonsentrasi rumahtangga untuk konsumsi pangan
pada daerah yang relative lebih maju, akan mengalami penurunan. Artinya
sementara untuk daerah yang kurang keluarga dapat dikatakan sejahtera apa-
berkembang tidak menjadi wilayah bila persentase pengeluaran untuk
kegiatan industri. Perbedaan perlakukan konsumsi non pangan jauh lebih tinggi
inilah yang menimbulkan kesenjangan daripada pengeluaran pangan. (Salvatore,
pembangunan antar wilayah dimana 2006).
daerah maju memiliki tingkat partum-
buhan ekonomi yang tinggi, sedang METODE PENELITIAN
wilayah agraris mengalami perlambatan.
Kesenjangan pendapatan yang ting- Berdasarkan data BPS, pengeluaran
gi tentu akan berimplikasi pada perilaku rumah tangga di DKI Jakarta untuk
konsumsi. Perilaku konsumsi oleh indi- makanan dan non makanan selama tiga
vidu, rumah tangga, maupun perusahaan tahun (2012-2014) selalu menunjukkan
tidak terjadi begitu saja dengan sendiri- prosentase pengeluaran untuk non
nya. Banyak faktor yang turut mempe- makanan selalu lebih tinggi dibanding
ngaruhi perilaku konsumen dalam mela- makanan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan di DKI Jakarta


Menurut Kelompok Barang, 2012-2014
Makanan Non Makanan
Provinsi
2012 2013 2014 2012 2013 2014
36 39 36 63 60 63
DKI Jakarta
.99 .47 .48 .01 .53 .52
Sumber : BPS, 2017
Tabel 1 menunjukkan rumah tangga rumah, umur kepala rumah tangga dan
di DKI Jakarta sebagian besar sudah lebih jumlah anak.
sejahtera, karena prosentase pengeluaran Pada Hasil Survei Biaya Hidup
untuk non makanan jauh lebih besar (1989) membuktikan bahwa semakin
yakni rata-rata diatas 60% daripada besar jumlah anggota keluarga semakin
makanan (36%). Indikasi tersebut meru- besar proporsi pengeluaran keluarga
juk pada pendapat Engel yang menga- untuk pangan daripada non pangan. Hal
takan bahwa bila persentase pengeluaran ini berarti semakin kecil jumlah anggota
makanan terhadap total pengeluaran lebih keluarga semakin kecil pula proporsi
dari 80 persen, maka tingkat kesejah- pendapatan untuk kebutuhan pangan.
teraan sangat rendah. Hal ini juga (Primayuda, 2002). Sehingga, jumlah
diperkuat oleh pendapat Mor & Sethia anak dalam keluarga dapat menjadi
(2010), bahwa Rumah tangga yang pengaruh rumah tangga dalam meng-
mengeluarkan proporsi lebih banyak konsumsi. Dengan demikian hipotesis
untuk makanan biasanya merupakan tersebut dapat dikembangkan :
rumah tangga yang masih pada taraf H1 : jumlah anak dalam keluarga
tingkat subsisten. berpengaruh positif terhadap konsumsi
Sementara rumah tangga yang lebih rumah tangga.
banyak mengkonsumsi untuk barang- Lebih lanjut, Blanchard (2006)
barang mewah dan kebutuhan sekunder mendefinisikan kekayaan sebagai seluruh
merupakan rumah tangga yang lebih nilai asset dikurangi dengan liabilities
sejahtera. Disisi lain, memiliki rumah (hutang). Asset yang tercakup antara lain
sendiri di Jakarta bisa dikatakan sebagai kekayaan riil (rumah, tanah, mobil),
salah satu kriteria rumah tangga sejahtera. finansial (deposito berjangka, saham,
Bagaimana tidak, menurut Badan Pajak surat berharga). Ketika kekayaan rumah
Dan Retribusi Daerah (BPRD) Jakarta, tangga meningkat, maka konsumsi akan
besaran nilai jual objek pajak (NJOP) mengikuti. Sehingga, status kepemilikan
pajak rumah dan bangunan kurang dari rumah dapat menjadi pengaruh rumah
200juta yang harus dibayar adalah 0.01%. tangga dalam mengkonsumsi. Dengan
Artinya jika harga rumah 200juta, maka demikian hipotesis tersebut dapat dikem-
pajak yang dikenakan adalah 2 juta. Jika bangkan :
dibandingkan dengan biaya layak tinggal H2 : status kepemilikan rumah
di Jakarta, tentu saja kurang. Data BPS berpengaruh positif terhadap konsumsi
menunjukkan bahwa kebutuhan hidup rumah tangga.
minimum atau layak di Jakarta pada Selain dua variabel predictor diatas,
tahun 2015 merupakan yang terbesar dari penulis juga menggunakan predictor usia.
seluruh provinsi di Indonesia, yakni Rp Penelitian (Roswita, 2005) menunjukkan
2.538.174. Bagi sebagaian warga yang bahwa variabel usia juga berpengaruh
memiliki pendapatan sama atau dibawah pada konsumsi seseorang. Usia men-
biaya minimum tinggal/layak, menyewa cerminkan tingkat kematangan individu
rumah merupakan alternative terbaik un- baik secara fisik maupun emosional. Oleh
tuk dilakukan. Dengan kondisi demikian, sebab itu usia merupakan salah satu
penulis tertarik melakukan penelitian faktor yang mempengaruhi produktivitas
pada variabel yang mungkin berpengaruh seseorang. Seiring dengan bertambahnya
terhadap konsumsi atau pengeluaran yang usia produktivitas kerja seseorang akan
dilakukan oleh rumah tangga penyewa mengalami penurunan, terutama ketika
rumah dan rumah tangga pemilik rumah, mendekati usia lanjut. Orang tua yang
yakni pada variabel status kepemilikan berusia lanjut menjadi kurang produktif
sehingga kontribusinya terhadap pereko-
nomian keluarga menjadi lebih rendah adalah Rumah Tangga dengan kriteria
bila dibandingkan orangtua yang berusia Pendapatan Tahunan Kepala RT dan
muda. Tingkat pendapatan yang diterima Isteri (USD, belum termasuk kekayaan
oleh keluarga juga akan menjadi rendah lain) sebesar 15.000 <= Pendapatan <=
sehingga alokasi pengeluaran keluarga 500.000 dan Usia Kepala Rumah Tangga
menjadi lebih terbatas. Sehingga, usia adalah 18‐ 65 tahun. Terhadap 727
kepala keluarga dapat menjadi pengaruh sampel yang diambil dilakukan
rumah tangga dalam mengkonsumsi. pembersihan data yang tidak valid.
Dengan demikian hipotesis tersebut dapat Berdasarkan hasil pembersihan tersebut
dikembangkan : tersisa sebanyak 412 sampel.
H3 : usia kepala tumah tangga Variabel yang digunakan adalah (1)
berpengaruh positif terhadap konsumsi usia kepala rumah tangga. Dalam
rumah tangga. penelitian ini, data usia yang diambil
Berdasarkan data dan penelitian adalah 18-65 tahun.; (2) jumlah anak
sebelumnya, penulis menjadi tertarik dalam keluarga dan (3) kepemilikan
untuk melakukan penelitian, dengan judul rumah, apakah memiliki rumah sendiri
“Analisis Konsumsi Rumah Tangga di (own) atau menyewa (rent). Gambar 1
Jakarta dan Sekitarnya, Studi Kasus : menunjukkan model penelitian berdasar-
Penyewa dan Pemilik Rumah di DKI kan hipotesa yang digunakan.
Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan status kepemilikan Teknik Analisa
rumah, umur dan jumlah anak ber- Penelitian ini bersifat kuantitatif
pengaruh terhadap besarnya konsumsi dengan menggunakan analisis regresi
rumah tangga di Jakarta. linear berganda untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh kepemilikan asset, usia,
Populasi dan Sampel jumlah anggota keluarga berpengaruh
Dalam penelitian ini menggunakan pada peningkatan konsumsi. Jenis data
teknik simple random sampling yaitu yang digunakan dalam penelitian ini
pemilihan sampel dilakukan secara acak adalah kelompok data kerat silang (cross
(random) dari populasi DKI Jakarta. section). Cross section adalah data yang
Jumlah sampel awal yang diambil adalah memiliki satu atau lebih variabel yang
sebanyak 727 dari jumlah populasi DKI dikumpulkan dalam satu waktu (Brooks,
Jakarta. Populasi dalam penelitian ini 2008).

Gambar 1. Model Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN riil (rumah, tanah, mobil), finansial
(deposito berjangka, saham, surat berhar-
Penelitian melakukan analisis regre- ga). Ketika kekayaan rumah tangga
si berganda untuk mengukur variabel- meningkat, maka konsumsi akan mengi-
variabel status kepemilikan rumah, jum- kuti. Artinya, jika seseorang sudah
lah anak dalam keluarga dan usia kepala memiliki rumah, tentu konsumsi yang
keluarga terhadap konsumsi. Analisis dikeluarkan akan meningkat, karena
regresi berganda dilakukan untuk melihat harus mengeluarkan biaya perawatan
pengaruh dari variabel status kepemilikan rumah ataupun membayar pajak. Sehing-
rumah, jumlah anak dalam keluarga dan ga secara sederhana dapat dikatakan
usia kepala keluarga terhadap konsumsi. bahwa status kepemilikan rumah turut
Berdasarkan hasil analisis regresi bergan- mempengaruhi konsumsi rumah tangga.
da ditemukan dua variabel yang secara Sementara untuk variabel usia
signifikan dapat mempengaruhi konsum- kepala rumah tangga menunjukkan Sig
si. Dua variabel tersebut adalah status 0.096 (p>0.005) yang berarti variabel
kepemilikan rumah dan jumlah anak tersebut tidak berpengaruh terhadap
dalam keluarga. konsumsi rumah tangga di Jakarta atau
Table 2 coefficients menunjukkan Hipotesis di tolak. Sebagai pusat kota dan
bahwa nilai Sig untuk status kepemilikan pemerintahan, tentu banyak profesi yang
adalah 0.000 (p<0.005) dan variabel diemban oleh para pebisnis, birokrat atau
jumlah anak Sig sebesar 0.000 (p<0.005). eksekutif muda yang tidak mengenal usia.
Artinya variabel status kepemilikan dan Tengok saja, jabatan-jabatan para birokrat
jumlah anak berpengaruh positif terhadap pemerintahan lebih banyak didominasi
konsumsi rumah tangga di Jakarta. Hasil oleh warga yang berusia matang.
tersebut tidak berbeda dengan hasil Sehingga secara sederhana dapat dikata-
Susenas Tahun 2000 menyatakan bahwa kan bahwa usia tidak berpengaruh terha-
jumlah anggota rumah tangga atau ukuran dap konsumsi rumah tangga di Jakarta.
keluarga berpengaruh terhadap pola Hasil tersebut tentu bertolak belakang
konsumsi. Jumlah anggota rumah tangga dengan penelitian yang dikemukakan
atau ukuran keluarga dimana rumah sebelumnya oleh Roswita, 2005 menun-
tangga miskin yang memiliki anggota jukkan bahwa variabel usia berpengaruh
rumah tangga cukup banyak yakni 5 pada konsumsi seseorang. Seiring dengan
orang atau lebih pemenuhan kebutuhan bertambahnya usia produktivitas kerja
hidupnya sekitar 83% adalah untuk seseorang akan mengalami penurunan,
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan terutama ketika mendekati usia lanjut.
(Sijrat, 2005). Lebih lanjut, ketiga variabel (status
Sementara untuk status kepemilikan kepemilikan, jumlah anak dan usia kepala
rumah, Blanchard (2006) mendefinisikan keluarga) secara bersama-sama berpenga-
kekayaan sebagai seluruh nilai asset ruh terhadap konsumsi rumah tangga di
dikurangi dengan liabilities (hutang). Jakarta, dimana nilai Sig F sebesar 0.000
Asset yang tercakup antara lain kekayaan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 176073.157 31300.227 5.625 .000
status_kepemilikan -80274.458 19557.075 -.201 -4.105 .000
1
jml_anak_RT 1.895 .170 .492 11.168 .000
Usia_kepala_RT 1323.968 793.564 .081 1.668 .096
a. Dependent Variable: Konsumsi
Sumber : output SPSS olahan peneliti

Table 3. ANOVAa
Mean Square F
1185892645806.016 44.254
26797607863.696
a. Dependent Variable: Konsumsi
b. Predictors: (Constant), Usia_kepala_RT, jml_anak_RT, status_kepemilikan

Table 4. Model Summary


Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .501 .251 .245 163699.74913
a. Predictors: (Constant), Usia_kepala_RT, jml_anak_RT, status_kepemilikan

Berdasarkan Tabel 3 Anova menun- luar model regresi ini. Besarnya pengaruh
jukkan bahwa status kepemilikan, jumlah variabel lain ini sering disebut sebagai
anak dan usia kepala keluarga berpenga- error (e). Untuk menghitung nilai error
ruh terhadap konsumsi rumah tangga di dapat digunakan rumus e = 1 – R2. Seba-
Jakarta. Sementara untuk melihat berapa gai catatan, besarnya nilai koefisien
persen pengaruh tersebut, kita dapat determinasi atau R Square hanya antara
mengacu pada output Tabel 4. 0-1. Sementara jika dijumpai R Square
Berdasarkan Tabel 4 output model bernilai minus (-), maka dapat dikatakan
summary, diketahui nilai koefisien deter- bahwa tidak terdapat pengaruh X
minasi (R Square) sebesar 0,251 (nilai terhadap Y. Semakin kecil nilai koefisien
0,251 adalah pengkuadratan dari koe- determinasi (R Square), maka ini artinya
fisien korelasi atau R, yaitu 0,501 x 0,501 pengaruh variabel bebas terhadap variabel
= 0,251). Besarnya angka koefisien terikat semakin lemah. Sebaliknya, jika
determinasi (R Square) 0,251 sama nilai R Square semakin mendekati 1,
dengan 25,1%. Angka tersebut mengan- maka pengaruh tersebut akan semakin
dung arti bahwa status kepemilikan, kuat.
jumlah anak dan usia kepala keluarga Dalam penelitian ini, hasil R Square
berpengaruh terhadap konsumsi rumah 0,251. Artinya hampir mendekati nol. Hal
tangga di Jakarta sebesar 25,1%. Se- ini mengindikasikan bahwa pengaruh 3
dangkan sisanya (100% - 25,1% = variabel tersebut terhadap konsumsi
74,9%) dipengaruhi oleh variabel lain di rumah tangga di Jakarta lemah. Menurut
analisa, hal ini bisa disebabkan karena petani tebu di Kabupaten Bantul
masih banyak variabel yang berpengaruh tergolong rumah tangga yang sejahtera.
terhadap konsumsi rumah tangga namun Senada dengan hasil penelitian
tidak dijadikan predictor oleh penulis, diatas, penelitian Mujtahidah, dkk (2017)
salah satunya adalah pendapatan. Hasil juga membuktikan bahwa tidah hanya
pendapatan, terdapat beberapa faktor
penelitian Nazer dan Handra (2016),
sosial ekonomi rumah tangga juga yang
menyatakan bahwa pendapatan rumah memberikan pengaruh terhadap kepu-
tangga adalah faktor yang paling menen- tusan rumah tangga dalam mengkonsumsi
tukan konsumsi energi rumah tangga di pangan sumber protein hewani, dian-
samping faktor non-ekonomi lainnya taranya adalah jumlah anggota rumah
seperti luas lantai rumah dan jumlah tangga, lokasi, partisipasi kerja dan
anggota rumah tangga. pendidikan dari kepala rumah tangga
serta tingkat pengeluaran rumah tangga
Beberapa penelitian lain juga
untuk pangan dan harga beberapa produk
menunjukkan bahwa pendapatan memi- pangan sumber protein hewani.
liki pengaruh besar terhadap konsumsi
seseorang. Hasil penelitian Kimin (2002) SIMPULAN DAN SARAN
mengemukakan bahwa peningkatan pen-
dapatan diikuti oleh meningkatnya kon- Kesimpulan yang dapat diambil
sumsi dengan mengikuti pola konsumsi dari penelitian ini adalah status ke-
pemilikan rumah dan jumlah anak dalam
jangka pendek. Hasil ini juga dikuatkan
keluarga berpengaruh terhadap konsumsi
penelitian dari Hani (2006) yang me- rumah tangga di Jakarta. Ini sejalan
nyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pendapatan akan menaikan tingkat Krisna Yuanitasari bahwa jumlah anggota
konsumsi rumah tangga. keluarga dan kepemilikan asset menjadi
Dua penelitian sebelumnya ter- salah satu dari banyak factor internal
yang turut andil dalam perubahan
sebut, tentu replikasi dari teori konsumsi
konsumsi. Hasil penelitian ini diharapkan
Keynes menjelaskan bahwa tingkat dapat memberikan implikasi, yakni i)
konsumsi sekarang (current consumption) temuan pada penelitian sebelumnya
di pengaruhi oleh pendapatan sekarang mengenai jumlah anggota keluarga dan
(current income) dan tingkat suku bunga. kepemilikan asset menjadi salah satu dari
Artinya bahwa seseorang atau rumah banyak factor internal yang turut andi
tangga akan menambah konsumsinya jika dalam perubahan konsumsi.ii) status
kepemilikan rumah merupakan salah satu
terjadi kenaikan dalam pendapatan
variabel yang berpengaruh terhadap pola
sekarang (Mankiw, 2003). Teori tersebut konsumsi rumah tangga di Jakarta.
juga dibuktikan oleh Wasilatur (2014). Konsumsi rumah tangga pemilik rumah
Hasil penelitiannya mengemukakan akan lebih besar daripada konsumsi
bahwa (1) Pendapatan usaha tani tebu rumah tangga penyewa rumah. Ini
memiliki kontribusi yang tinggi terhadap mungkin karena beberapa alasan, seperti
pendapatan total rumah tangga. (5) Pen- rumah tangga pemilik rumah harus
membayar pajak rumah dan bangunan
dapatan usahatani tebu dapat memper-
yang harganya sudah mahal di Jakarta.
baiki ketimpangan distribusi pendapatan Selain itu, biaya pemeliharaan rumah juga
rumah tangga petani. (6) Rumah tangga tidak sedikit dikeluarkan. Penelitian ini
tidak menggunakan banyak variabel lain
seperti pendapatan bersih dan pendidikan. Susenas Tahun 2005 dan 2010),
Dengan adanya variabel lain yang Yogyakarta, UGM, 2013.
dimasukkan tentu akan lebih membantu Hani, Umi, 2006. Sustainabilitas Fiskal
mempertajam hasil penelitian. Penelitian Indonesia Yang Mempengaruhi
ini masih jauh dari semprna, sehingga Analisis Model. Jurnal keuangan
perlu masukan dari berbagai pihak. Publik. Vo.4, No.2, September, 2006.
Semoga penelitian selanjutnya dapat Kimin, Basir. (2002). Pola Konsumsi
memasukkan unsur variabel lain seperti Petani Karet Sawah Ditinjau dari
pendapatan bersihdan pendidikan sehing- Hipotesis Pendapatan Relatif, Studi
ga hasil analisa yang didapat akan sema- KasusTiga Desa di Kec.
kin kaya dan tajam. Sirahpulaupadang”. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia.Vol. 17, No. 3,
DAFTAR PUSTAKA Juli 2002. FE–UGM, Yogyakarta.
Muhammad Nazer, Hefrizal Handra.
Blanchard, Oliver. (2006). (2016). Analisis Konsumsi Energi
Macroeconomics (4th edition). New Rumah Tangga Perkotaan Di
Jersey : Prentice-Hall. Indonesia: Periode Tahun 2008 Dan
Brooks, Chris. (2008). Introductory 2011, Jurnal Ekonomi Dan
Economitrics for finance. 2nd edition. Pembangunan Indonesia (JEPI), Vol
New York : Cambridge University 16, No 2.
Press. Primayuda. (2002). Analisis Tingkat
Engel, JF Roger, Blackwell & Paul Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan
Miniard. (1995) Consumer Behaviour Buruhdi Pantai Sendang Biru
(8thed). Orlando. Dryden Press. Kabupaten Malang Provinsi Jawa
Krisna Yuanitasari. (2013). Analisis Timur, Skripsi,Program Studi
pengaruh pembiayaan produktif Manajemen Bisnis Ekonomi dan
terhadap peningkatan konsumsi (studi Perikanan. FakultasPerikanan, IPB,
kasus pada masyarakat mandiri Bogor.
dompet dhuafa republika), Depok, Rahmawati, Y. (2006). Analisis Faktor-
Universitas Indonesia. faktor yang Mempengaruhi
Mankiw, Gregory N. (2003). KemiskinanRumah Tangga di
Makroeconomics 5th Edition. New Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa
York and Basingstoke by Worth Timur, Skripsi, SarjanaFakultas
Publishers. Pertanian, IPB, Bogor.
Nanga M. (2001). Makroekonomi : Teori, Roswita, R. (2005). Alokasi Rumah
Masalah dan Kebijakan (Edisi Ke-2). Tangga untuk Pendidikan dan
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Kaitannyadengan Prestasi Anak pada
Salvatore, D. (2006). Keluarga Nelayan di Kabupaten
Mikroekonomi.Edisi ke-4, Erlangga, Indramayu.Skripsi. Fakultas Pertanian,
Jakarta. IPB, Bogor.
Todaro, Michael P. (2004). Pembangunan Sjirat, M. (2009). Analisis Faktor-faktor
Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Rumah Tangga Miskin Perkotaan di
Fitri Astuti. (2013). Hubungan Sumatera Barat, Hasil Penelitian
Karakteristik Sosial Ekonomi Pemda Propinsi Sumatera Barat,
Terhadap Alokasi Pengeluaran Wanita Padang.
Kepala Rumahtangga Di Daerah Wasilatur Rohmah, Dkk. (2014). Analisis
Istimewa Yogyakarta (Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani Tebu Tanam
Dan Keprasan Di Kabupaten Bantul, www.bps.go.id
Jurnal Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1.

Anda mungkin juga menyukai