Wendra Afriana
Universitas Gunadarma
weiyacb@gmail.com
Abstrak
Hidup di kota besar seperti Jakarta tentu tidak murah. Konsumsi yang dikeluarkan tidak
hanya pada sebatas makanan, tetapi juga non makanan. Terbukti berdasar data BPS,
pengeluaran yang banyak dilakukan oleh rumah tangga di Jakarta adalah pada
pengeluaran non makanan, seperti biaya pendidikan, biaya rekreasi atau hanya sekadar
biaya kecantikan. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimana konsumsi yang
dikeluarkan oleh warga penyewa rumah dan pemilik rumah. Berdasarkan data BPS,
standar hidup layak di Jakarta adalah 2,5juta. Artinya jika warga memiliki rumah
sendiri di Jakarta harus memiliki pendapatan lebih dari yang distandarkan. Untuk itu,
penelitian ini ingin menganalisa tiga variabel yang bisa mempengaruhi konsumsi rumah
tangga di Jakarta, yakni status kepemilikan rumah, usia kepala keluarga dan jumlah
anak dalam keluarga. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status kepemilikan rumah dan jumlah
anak memiliki pengaruh terhadap sikap mengkonsumsi suatu rumah tangga di Jakarta.
Namun demikian, pengaruh yang ditunjukkan tidak terlalu kuat, karena hanya pada Sig
0.245, dimana jika Sig mendekati 0 artinya pengaruh variabel X atas Y tidak terlalu kuat,
namun jika mendekati 1 maka pengaruh tersebut kuat.
Kata Kunci: konsumsi rumah tangga, analisis berganda, kepemilikan rumah, usia
kepala keluarga, jumlah anak dalam keluarga.
Abstract
Living in a big city like Jakarta is certainly not cheap. Consumption is spent not only on
food, but also non food. Evidently based on BPS data, many goods made by households
in jakarta is on non-food items, such as tuition fees, recreation expenses or only. The
condition raises the question, how is the consumption by residents of tenants and
homeowners. Based on BPS data, the standard of living in Jakarta is 2.5 million. This
means that if residents own their own homes in Jakarta should have more income than
standardized. Therefore, this study is aimed to analyze the three variabels that can be
used in household consumption in Jakarta, namely the status of home ownership, the age
of the head of the family and the number of children in the family. Data processing in this
study using multiple analysis. The results of this study indicate the status of the house and
the number of children have an influence on household eating attitudes in Jakarta.
However, the influence is not very strong, because only on Sig 0.245, where if the Sig
approaches 0 means the variabel X above Y is not too strong, but if approaching 1 then
the influence is strong.
Keywords: household consumption, multiple analysis, home ownership, family head age,
number of children in the family.
PENDAHULUAN kukan kegiatan konsumsi, salah satunya
adalah pendapatan. Nicholas Kaldor
Pada dasarnya kita dapat mengeta- mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
hui berhasil atau tidaknya suatu negara mempengaruhi pengeluaran konsumsi
dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah pendapatan, selera, faktor social
adalah salah satunya dengan melihat per- budaya, kekayaan, utang pemerintah,
tumbuhan ekonomi yang terjadi. Sayang- capital gain, tingkat suku bunga, tingkat
nya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi harga, kredit, money illusion, distribusi,
belum tentu menjadi ukuran masyarakat umur, letak geografis, dan distribusi
didalam negara tersebut sejahtera. Eko- pendapatan (Nanga, 2001). Senada
nomi Jakarta tumbuh 5,74 % pada tahun dengan yang dikemukakan oleh Keynes,
2016, melambat dari tahun 2015 sebesar faktor pendapatan memiliki pengaruh
5,88%. Sementara angka ketimpangan langsung terhadap konsumsi, semakin
DKI Jakarta tahun 2015 sebesar 0,421 tinggi pendapatan maka semakin tinggi
dan 2016 sebesar 0,397. Artinya dalam konsumsi (Mankiw, 2003).
jangka pendek ada korelasi positif antara Tidak berbeda dengan konsumsi
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan yang dilakukan, semakin tinggi pen-
distribusi pendapatan. Menurut Todaro, dapatan maka konsumsi yang dilakukan
(2004) Pertumbuhan ekonomi akan tidak lagi hanya sebatas pada kebutuhan
diikuti dengan meningkatnya ketimpang- pangan, tapi non pangan. Dalam Teori
an distribusi pendapatan. Engel menyatakan semakin tinggi tingkat
Tidak dapat dipungkiri bahwa pem- pendapatan maka persentase pengeluaran
bangunan sektoral selalu terkonsentrasi rumahtangga untuk konsumsi pangan
pada daerah yang relative lebih maju, akan mengalami penurunan. Artinya
sementara untuk daerah yang kurang keluarga dapat dikatakan sejahtera apa-
berkembang tidak menjadi wilayah bila persentase pengeluaran untuk
kegiatan industri. Perbedaan perlakukan konsumsi non pangan jauh lebih tinggi
inilah yang menimbulkan kesenjangan daripada pengeluaran pangan. (Salvatore,
pembangunan antar wilayah dimana 2006).
daerah maju memiliki tingkat partum-
buhan ekonomi yang tinggi, sedang METODE PENELITIAN
wilayah agraris mengalami perlambatan.
Kesenjangan pendapatan yang ting- Berdasarkan data BPS, pengeluaran
gi tentu akan berimplikasi pada perilaku rumah tangga di DKI Jakarta untuk
konsumsi. Perilaku konsumsi oleh indi- makanan dan non makanan selama tiga
vidu, rumah tangga, maupun perusahaan tahun (2012-2014) selalu menunjukkan
tidak terjadi begitu saja dengan sendiri- prosentase pengeluaran untuk non
nya. Banyak faktor yang turut mempe- makanan selalu lebih tinggi dibanding
ngaruhi perilaku konsumen dalam mela- makanan pada Tabel 1.
Table 3. ANOVAa
Mean Square F
1185892645806.016 44.254
26797607863.696
a. Dependent Variable: Konsumsi
b. Predictors: (Constant), Usia_kepala_RT, jml_anak_RT, status_kepemilikan
Berdasarkan Tabel 3 Anova menun- luar model regresi ini. Besarnya pengaruh
jukkan bahwa status kepemilikan, jumlah variabel lain ini sering disebut sebagai
anak dan usia kepala keluarga berpenga- error (e). Untuk menghitung nilai error
ruh terhadap konsumsi rumah tangga di dapat digunakan rumus e = 1 – R2. Seba-
Jakarta. Sementara untuk melihat berapa gai catatan, besarnya nilai koefisien
persen pengaruh tersebut, kita dapat determinasi atau R Square hanya antara
mengacu pada output Tabel 4. 0-1. Sementara jika dijumpai R Square
Berdasarkan Tabel 4 output model bernilai minus (-), maka dapat dikatakan
summary, diketahui nilai koefisien deter- bahwa tidak terdapat pengaruh X
minasi (R Square) sebesar 0,251 (nilai terhadap Y. Semakin kecil nilai koefisien
0,251 adalah pengkuadratan dari koe- determinasi (R Square), maka ini artinya
fisien korelasi atau R, yaitu 0,501 x 0,501 pengaruh variabel bebas terhadap variabel
= 0,251). Besarnya angka koefisien terikat semakin lemah. Sebaliknya, jika
determinasi (R Square) 0,251 sama nilai R Square semakin mendekati 1,
dengan 25,1%. Angka tersebut mengan- maka pengaruh tersebut akan semakin
dung arti bahwa status kepemilikan, kuat.
jumlah anak dan usia kepala keluarga Dalam penelitian ini, hasil R Square
berpengaruh terhadap konsumsi rumah 0,251. Artinya hampir mendekati nol. Hal
tangga di Jakarta sebesar 25,1%. Se- ini mengindikasikan bahwa pengaruh 3
dangkan sisanya (100% - 25,1% = variabel tersebut terhadap konsumsi
74,9%) dipengaruhi oleh variabel lain di rumah tangga di Jakarta lemah. Menurut
analisa, hal ini bisa disebabkan karena petani tebu di Kabupaten Bantul
masih banyak variabel yang berpengaruh tergolong rumah tangga yang sejahtera.
terhadap konsumsi rumah tangga namun Senada dengan hasil penelitian
tidak dijadikan predictor oleh penulis, diatas, penelitian Mujtahidah, dkk (2017)
salah satunya adalah pendapatan. Hasil juga membuktikan bahwa tidah hanya
pendapatan, terdapat beberapa faktor
penelitian Nazer dan Handra (2016),
sosial ekonomi rumah tangga juga yang
menyatakan bahwa pendapatan rumah memberikan pengaruh terhadap kepu-
tangga adalah faktor yang paling menen- tusan rumah tangga dalam mengkonsumsi
tukan konsumsi energi rumah tangga di pangan sumber protein hewani, dian-
samping faktor non-ekonomi lainnya taranya adalah jumlah anggota rumah
seperti luas lantai rumah dan jumlah tangga, lokasi, partisipasi kerja dan
anggota rumah tangga. pendidikan dari kepala rumah tangga
serta tingkat pengeluaran rumah tangga
Beberapa penelitian lain juga
untuk pangan dan harga beberapa produk
menunjukkan bahwa pendapatan memi- pangan sumber protein hewani.
liki pengaruh besar terhadap konsumsi
seseorang. Hasil penelitian Kimin (2002) SIMPULAN DAN SARAN
mengemukakan bahwa peningkatan pen-
dapatan diikuti oleh meningkatnya kon- Kesimpulan yang dapat diambil
sumsi dengan mengikuti pola konsumsi dari penelitian ini adalah status ke-
pemilikan rumah dan jumlah anak dalam
jangka pendek. Hasil ini juga dikuatkan
keluarga berpengaruh terhadap konsumsi
penelitian dari Hani (2006) yang me- rumah tangga di Jakarta. Ini sejalan
nyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pendapatan akan menaikan tingkat Krisna Yuanitasari bahwa jumlah anggota
konsumsi rumah tangga. keluarga dan kepemilikan asset menjadi
Dua penelitian sebelumnya ter- salah satu dari banyak factor internal
yang turut andil dalam perubahan
sebut, tentu replikasi dari teori konsumsi
konsumsi. Hasil penelitian ini diharapkan
Keynes menjelaskan bahwa tingkat dapat memberikan implikasi, yakni i)
konsumsi sekarang (current consumption) temuan pada penelitian sebelumnya
di pengaruhi oleh pendapatan sekarang mengenai jumlah anggota keluarga dan
(current income) dan tingkat suku bunga. kepemilikan asset menjadi salah satu dari
Artinya bahwa seseorang atau rumah banyak factor internal yang turut andi
tangga akan menambah konsumsinya jika dalam perubahan konsumsi.ii) status
kepemilikan rumah merupakan salah satu
terjadi kenaikan dalam pendapatan
variabel yang berpengaruh terhadap pola
sekarang (Mankiw, 2003). Teori tersebut konsumsi rumah tangga di Jakarta.
juga dibuktikan oleh Wasilatur (2014). Konsumsi rumah tangga pemilik rumah
Hasil penelitiannya mengemukakan akan lebih besar daripada konsumsi
bahwa (1) Pendapatan usaha tani tebu rumah tangga penyewa rumah. Ini
memiliki kontribusi yang tinggi terhadap mungkin karena beberapa alasan, seperti
pendapatan total rumah tangga. (5) Pen- rumah tangga pemilik rumah harus
membayar pajak rumah dan bangunan
dapatan usahatani tebu dapat memper-
yang harganya sudah mahal di Jakarta.
baiki ketimpangan distribusi pendapatan Selain itu, biaya pemeliharaan rumah juga
rumah tangga petani. (6) Rumah tangga tidak sedikit dikeluarkan. Penelitian ini
tidak menggunakan banyak variabel lain
seperti pendapatan bersih dan pendidikan. Susenas Tahun 2005 dan 2010),
Dengan adanya variabel lain yang Yogyakarta, UGM, 2013.
dimasukkan tentu akan lebih membantu Hani, Umi, 2006. Sustainabilitas Fiskal
mempertajam hasil penelitian. Penelitian Indonesia Yang Mempengaruhi
ini masih jauh dari semprna, sehingga Analisis Model. Jurnal keuangan
perlu masukan dari berbagai pihak. Publik. Vo.4, No.2, September, 2006.
Semoga penelitian selanjutnya dapat Kimin, Basir. (2002). Pola Konsumsi
memasukkan unsur variabel lain seperti Petani Karet Sawah Ditinjau dari
pendapatan bersihdan pendidikan sehing- Hipotesis Pendapatan Relatif, Studi
ga hasil analisa yang didapat akan sema- KasusTiga Desa di Kec.
kin kaya dan tajam. Sirahpulaupadang”. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia.Vol. 17, No. 3,
DAFTAR PUSTAKA Juli 2002. FE–UGM, Yogyakarta.
Muhammad Nazer, Hefrizal Handra.
Blanchard, Oliver. (2006). (2016). Analisis Konsumsi Energi
Macroeconomics (4th edition). New Rumah Tangga Perkotaan Di
Jersey : Prentice-Hall. Indonesia: Periode Tahun 2008 Dan
Brooks, Chris. (2008). Introductory 2011, Jurnal Ekonomi Dan
Economitrics for finance. 2nd edition. Pembangunan Indonesia (JEPI), Vol
New York : Cambridge University 16, No 2.
Press. Primayuda. (2002). Analisis Tingkat
Engel, JF Roger, Blackwell & Paul Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan
Miniard. (1995) Consumer Behaviour Buruhdi Pantai Sendang Biru
(8thed). Orlando. Dryden Press. Kabupaten Malang Provinsi Jawa
Krisna Yuanitasari. (2013). Analisis Timur, Skripsi,Program Studi
pengaruh pembiayaan produktif Manajemen Bisnis Ekonomi dan
terhadap peningkatan konsumsi (studi Perikanan. FakultasPerikanan, IPB,
kasus pada masyarakat mandiri Bogor.
dompet dhuafa republika), Depok, Rahmawati, Y. (2006). Analisis Faktor-
Universitas Indonesia. faktor yang Mempengaruhi
Mankiw, Gregory N. (2003). KemiskinanRumah Tangga di
Makroeconomics 5th Edition. New Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa
York and Basingstoke by Worth Timur, Skripsi, SarjanaFakultas
Publishers. Pertanian, IPB, Bogor.
Nanga M. (2001). Makroekonomi : Teori, Roswita, R. (2005). Alokasi Rumah
Masalah dan Kebijakan (Edisi Ke-2). Tangga untuk Pendidikan dan
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Kaitannyadengan Prestasi Anak pada
Salvatore, D. (2006). Keluarga Nelayan di Kabupaten
Mikroekonomi.Edisi ke-4, Erlangga, Indramayu.Skripsi. Fakultas Pertanian,
Jakarta. IPB, Bogor.
Todaro, Michael P. (2004). Pembangunan Sjirat, M. (2009). Analisis Faktor-faktor
Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Rumah Tangga Miskin Perkotaan di
Fitri Astuti. (2013). Hubungan Sumatera Barat, Hasil Penelitian
Karakteristik Sosial Ekonomi Pemda Propinsi Sumatera Barat,
Terhadap Alokasi Pengeluaran Wanita Padang.
Kepala Rumahtangga Di Daerah Wasilatur Rohmah, Dkk. (2014). Analisis
Istimewa Yogyakarta (Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani Tebu Tanam
Dan Keprasan Di Kabupaten Bantul, www.bps.go.id
Jurnal Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1.