Anda di halaman 1dari 1

Nama : Gilbert Teofilus Wijaya

Kelas XITP2-21

Tugas Refleksi Tugas dari kisah st. Ignatius

Sebagai Seorang siswa kolese saya ingin lebih mendalami niai-nilai Ignasian, kesempatan tersebut
juga ingin saya gunakan untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan guru-guru. Setelah melalui
proses pembacaan, refleksi pribadi, dan sharing kelompok kecil. Saya melihat adalah nilai yang khas
yang diperjuangkan Ignatius Loyola. Meski terlihat simpel dan sepele, atau mungkin situasi dan
kondisi saat itu demikian, saya melihat adanya semangat totalitas Loyola yang membabi buta untuk
menemukan kebenaran dan menyebarkan ajaran iman Kristus. Hampir seluruh kisah hidupnya setelah
bertobat, ia melukan peziarahan dengan berjalan kaki. Berjalan kaki dari kota ke kota yang jaraknya
sangat jauh dan bahkan bisa ditempuh bertahun-tahun.
Dua hal yang dapat kita contoh dari Santo Ignatius dalam menghadapi dunia yang tidak pasti adalah
keberaniannya mengambil keputusan dan kesetiaannya untuk bertahan pada jalan yang sudah ia pilih.
Berani mengambil keputusan untuk menanggapi panggilan hidup menjadi sebuah langkah awal dari
sebuah perubahan. Bukan perkara mudah, karena bagaimanapun juga dalam beberapa kesempatan kita
seringkali dihadapkan pada realita bahwa kita masih memiliki ambisi pribadi yang bertentangan
dengan panggilan itu. Selain itu, perjuangan mengikuti gerak batin juga menjadi tantangan tersendiri
karena gerak batin terkadang menjadi kabur oleh keinginan-keinginan pribadi lainnya. Tidak heran
jika keraguan kemudian yang akan mendominasi hati dan pikiran kita dalam menentukan langkah
selanjutnya. Di Salamanca, Ignatius pun mengalami keraguan akan jalan hidup yang ia pilih karena
semakin kuat kehadiran orang yang menentangnya. Sekali lagi, ambisinya menyelamatkan Ignatius
untuk tetap setia dalam jalan yang telah ia pilih. Ignatius bahkan memilih untuk tidak ingin
dibebaskan karena baginya tidak ada jeruji maupun borgol yang lebih diinginkan demi Allah.

Kisah dan pengetahuan mengenai Santo Ignatius ini saya peroleh dalam pelajaran Pendidikan agama
dan budi pekerti. Satu refleksi saya berdasarkan kisah Ignatius Loyola tersebut adalah tentang berani
menyerahkan diri seutuhnya. Penyerahan diri seutuhnya bukan berarti kita boleh menjadi pasif akan
apa yang terjadi dalam hidup. Akan tetapi, penyerahan diri yang total justru diwujudkan dengan terus
berjuang dan mencari apa makna dari kehidupan yang dicari serta kehendak Sang Kebenaran
terhadapnya. Berani menyerahkan diri dan bersatu dengan Sang Kebenaran akan semakin
membebaskan diri kita dari dunia yang semakin tidak pasti. Sekalipun sulit, namun gerak batin dari
Kebenaran Sejati tidak akan membiarkan kita tersesat dalam kebimbangan yang mendalam. Maka,
dengan sendirinya kita akan menjadi pembawa kedamaian dan kepastian bagi orang-orang di sekitar
kita.

Anda mungkin juga menyukai