dongeng pengantar tidur anak-anak. Kisah-kisah ini mungkin dianggap"too good to be true",
ideal, jauh dari realitas nyata, bahkan omong kosong. Ironisnya, di sisi lain, kita melihat pula
bahwa dewasa ini buku-buku self-help ataupun cerita-cerita inspiratif, baik itu dalam konteks
psikologi, manajemen, bisnis, sebagian besar merupakan sebuah "story-telling" dari kisah
sukses jatuh bangun seseorang yang berhasil, tokoh besar dalam bidangnya, ataupun juga
perusahaan-perusahaan terkemuka. Kita masih ingat beberapa tahun lalu orang begitu banyak
menggemari "chicken soup for the soul" dengan berbagai macam edisinya. Di tanah air
sendiri sampai detik ini semakin banyak buku-buku yang "bercerita" tentang pengalaman-
pengalaman dalam berbagai bidang hidup. Di bidang motivasional, bisnis dan manajemen,
kita bisa melihat pula begitu banyak buku misalnya tentang "Starbucks" begitu laris manis
dengan penulis yang berbeda-beda pula.
Dalam menghidupi penghayatan iman katolik kita, sebenarnya kita perlu bersyukur bahwa
kita bisa banyak belajar dari kisah santo-santa dalam Gereja Katolik. Kita bisa belajar
bagaimana para santo dan santa berjuang membangun relasi personalnya dengan Tuhan,
bagaimana mereka berjuang menghadapi kelemahan pribadi, kedosaan dan ambisi-ambisi
pribadi yang tidak selalu luhur. Dinamika hidup mereka dalam menemukan Tuhan dan setia
pada iman bisa menjadi inspirasi yang baik bagi setiap orang katolik.
Kisah hidup Santo Ignatius Loyola bagi saya pribadi merupakan salah satu kisah seorang
Santo yang sangat "manusiawi". Kalau kita membaca dari dekat apa yang menjadi dinamika
dan perjuangan hidup Ignatius Loyola, dalam banyak sisi kita bisa berkaca tentang apa yang
bergejolak dalam diri kita. Tegangan antara aktualisasi diri, ambisi pribadi, nama baik,
kemasyuran dengan pencarian diri, spiritualitas, serta makna dan tujuan hidup merupakan hal
yang sangat nyata dalam kisah Santo yang satu ini. Dari kisah hidupnya, kita bisa
merenungkan perspektif hidup kita sebagai orang beriman kristiani, sebagaimana Ignatius
sendiri belajar menemukan Tuhan dan berjuang untuk memberikan dan membaktikan diri
kepada Tuhan sendiri.
Tanggal 31 Juli mendatang adalah Pesta Santo Ignatius Loyola. Saya mengajak anda selama
9 hari dari tanggal 22 Juli hingga 30 Juli merenungkan kisah hidup Santo Ignatius Loyola di
blog ini sekaligus berdoa Novena Santo Ignatius Loyola. Pada 9 hari tersebut akan disajikan
cuplikan kisah hidup Santo Ignatius dan juga renungan singkat yang bisa anda pakai
khususnya untuk membantu pelaksanaan novena anda secara pribadi. Teks novena sudah
dibuat, dan akan dimuat di blog ini. Bila anda punya intensi-intensi pribadi dan ingin anda
sampaikan lewat perantaraan doa Bapa Ignatius, maka saya kira novena ini bisa sangat
membantu anda.
1491
Lahir
Loyola, Guipzcoa, Spanyol
July 31, 1556 (berusia 6465)
Wafat
Rome, Papal States
Gereja Katolik Roma
Dihormati di
Komuni Anglikan
Ignatius Loyola (Bahasa Basque: Ignazio Loiolakoa, Bahasa Spanyol: Ignacio de Loyola)
(1491-31 Juli 1556) adalah seorang mantan ksatria Spanyol yang berasal dari sebuah keluarga
bangsawan Basque, biarawan, imam Katolik semenjak tahun 1537, dan teolog, yang
mendirikan Serikat Yesus dan menjadi Superior Jendral pertamanya. [1] Ignatius muncul
sebagai seorang pemimpin agama selama masa Kontra-Reformasi. Bakti Ignatius pada Gereja
Katolik Roma memiliki ciri khas sikap taat total pada kekuasaan dan hierarki Gereja
Katolik.[2]
Setelah terluka serius dalam Perang Pamplona pada tahun 1521, Ignatius melewati proses
perubahan spiritual saat ia menjalani perawatan. Buku De Vita Christi karya Ludolph Saxony
memberikan inspirasi padanya untuk meninggalkan semua kehidupan militer pada masa
lalunya dan membaktikan seluruh dirinya untuk berkarya demi Tuhan, megikuti contoh-
contoh para pemimpin rohani seperti Fransiskus dari Assisi. Ia memperoleh penampakan dari
Bunda Maria dan bayi Yesus saat ia berada di tempat suci Ratu Montserrat di bulan Maret
1522. Setelah itu ia pergi ke Manresa di mana ia mulai berdoa tujuh jam sehari, seringkali di
dalam sebuah gua yang berada dekat di sana, sembari membentuk dasar-dasar Latihan
Rohani. Di bulan September 1523, Loyola tiba di Tanah Suci untuk tinggal di sana, namun
tak lama kemudian ia dikirim kembali ke Eropa oleh para imam Fransiskan.
Antara tahun 1524-1537, Ignatius belajar teologi dan Bahasa Latin di Spanyol dan Paris,
Perancis. Pada tahun 1534, ia tiba di kota Paris selama bergejolaknya sikap anti-Protestan
yang memaksa John Calvin untuk meninggalkan Perancis. Igantius dan beberapa pengikutnya
mengikat diri mereka pada sumpah kemiskinan, kesucian dan ketaatan demi Tuhan dan
Gereja Katolik. Pada tahun 1539, mereka mendirikan Serikat Yesus, yang disetujui oleh Paus
Paulus III pada tahun 1540. Latihan Rohani juga disetujui oleh paus yang sama pada tahun
1548. Loyola juga merancang Konstitusi Serikat Yesus. Ignatius meninggal di bulan Juli
1556. Ia kemudian dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tahun 1609, dikanonisasi oleh Paus
Gregorius XV pada tahun 1622, dan diangkat sebagai pelindung semua retret rohani oleh
Paus Pius XI pada tahun 1922. Hari peringatan Ignatius Loyola dirayakan pada tanggal 31
Juli. Ignatius adalah santo pelindung para tentara, Serikat Yesus, wilayah Basque, dan
provinsi-provinsi Guipuzcoa dan Biscay.[3]
Masa Muda
Tempat Suci Loyola, di kota Azpeitia, dibangun di atas rumah tempat kelahiran Ignatius.
Ignacio Lpez de Loyola (bukan igo Lpez de Recalde yang terkadang dipakai) [4]
dilahirkan di wilayah Azpeitia di Kastil Loyola yang saat ini termasuk di dalam wilayah
Gipuzkoa, di Basque, Spanyol. [5] Ia dibaptis denga nama igo, dari nama Santo Innicus,
biarawan dari Oa --- [4] sebuah nama Basque abad pertengahan yang kemungkinan besar
bermakna Si Kecilku. [6] Tidak jelas kapan ia menggunakan nama Ignatius dan bukan
igo lagi(bahasa Latin: Enecus; bahasa Basque: Eneko; bahasa Spanyol: igo).[7] Ignatius
tidak berniat untuk mengganti namanya, namun kelihatannya ia melakukannya itu dengan
menggunakan variasi sederhana dari nama aslinya supaya lebih bisa diterima di antara orang-
orang berbagai bangsa di Perancis dan Italia.[8]
Anak bungsu dari 13 bersaudara, igo baru berusia tujuh tahun ketika ibundanya meninggal
dunia. Pada tahun 1506 igo mengambil nama belakang de Loyola sebagai referensi pada
kota Basque bernama Loyola tempat dia dilahirkan dan menjadi pegawai kerabat
keluarganya, Juan Velzquez de Cullar, yang menjadi bendahara (contador mayor) Kerajaan
Castile.
Pada tahun 1509 igo mengangkat senjata membela Antonio Manrique de Lara, adipati
Najera dan penguasa Navarre. Menurut Thomas Rochford, S.J., kualitas diplomasi dan
kepemimpinannya menjadikannya seorang gentilhombre (prajurit terkemuka) yang sangat
berguna bagi sang adipati. [9][10] Di bawah kepemimpinan sang adipati, igo terlibat dalam
banyak pertempuran tanpa menyebabkan luka pada dirinya. Namun ketika tentara Perancis
yang mendukung Monarki Navarra yang digulingkan pada tahun 1512 menyerbu benteng
Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521, sebuah peluru meriam melukai salah satu kakinya, dan
mematahkan kaki lainnya. [10] Dalam kondisi terluka parah, igo dibawa kembali ke
kastilnya. Ia sangat cemas akan luka-luka pada kakinya dan menjalani beberapa operasi
bedah pada luka-lukanya tersebut, yang sangatlah menyakitkan pada masa-masa itu karena
belum tersedianya anestesi.
Ignatius berpakaian perang.
Selama masa penyembuhan luka ini, igo membaca buku De Vita Christi karya Ludolph
Saxony edisi Catalan. Buku ini benar-benar mempengaruhi seluruh hidupnya. De Vita Christi
merupakan hasil kerja Ludolph selama 40 tahun. Buku ini berisikan komentar-komentar
mengenai kehidupan Yesus Kristus dan mengenai Injil-Injil dengan mengambil kutipan-
kutipan dari karya-karya para Bapa Gereja. Ludolph terutama mengutip Santo Gregorius
Agung, Santo Basilius, Santo Agustinus dan Bede Yang Terhormat. Dalam karyanya ini,
Ludolph memberi-tahu para pembacanya bahwa ia menempatkan dirinya di tempat di mana
cerita-cerita Injil itu terjadi; bahwa ia memvisualisasikan palungan di tempat kelahiran
Kristus, dan yang lainnya. Hal ini dikenal sebagai sebuah metode doa dengan julukan
Kontemplasi Sederhana dan adalah dasar dari metode doa yang Ignatius jabarkan di dalam
Latihan Rohani-nya.[11]
Selama masa penyembuhannya pada tahun 1521, Ignatius membaca banyak tulisan-tulisan
religious mengenai kehidupan Yesus [12][13] dan kehidupan para orang-orang suci
(santo/santa). Hatinya membara dengan ambisi untuk hidup berkarya tanpa memikirkan diri
sendiri dan mengikuti jejak tindakan-tindakan kepahlawanan Fransiskus dari Assisi dan para
biarawan lainnya. Ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada usaha penyebaran Injil
pada kaum non-Kristiani di tanah suci. Setelah sembuh, ia mengunjungi sebuah biara
Benediktin, Santa Maria de Montserrat (25 Maret 1522) di mana ia menanggalkan jubah
militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi
ke kota Manresa, Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota
itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di
tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang
kali ini tampil sebagai suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan
wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah
indah wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak
benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami
ketenangan hanya dengan menatap wujud ini namun ketika wujud ini hilang ia menjadi
sedih. [14] Pada tahun 1523, ia melakukan perjalanan ibadah ke Tanah Suci dengan
melakukan penolakan diri sendiri dan pengorbanan. Ia tinggal di sana secara singkat dari
tanggal 3 hingga 23 September tapi tidak diperkenankan untuk menetap. Dua belas tahun
kemudian, berdiri di hadapan Sri Paus bersama rekan-rekannya, ia kembali mengajukan diri
untuk mengirimkan para rekannya itu sebagai utusan Sri Paus di Yerusalem.[15]
Sekembalinya ke Spanyol, Ignatius dan rekan-rekannya sibuk dengan tugas untuk mengubah
para perempuan yang berstatus sebagai saksi oleh Pihak Inkuisisi di bawah perintah Hakim
Alonso Mejias menjadi murid-murid Tuhan. Walaupuan kaum alumbrados (Illuminati, Yang
Telah Dicerahi) Spanyol secara semangat dan spiritualitas memiliki keterkaitan dengan
gerakan reformasi Fransiskan di mana Cardinal de Cisneros adalah penggeraknya, para
pejabat Inkuisisi memiliki kecurigaan yang besar. Murid-murid wanita ini, Dona Leo, Dona
Maria, dan Dona Beatriz bertindak-tanduk terlalu fanatik sampai-sampai salah satunya jatuh
terbanting, seorang lainnya terkadang berguling-guling di tanah, sementara yang lainnya
pernah terlihat sedang kejang-kejang atau gemetaran dan berkeringat berlebihan. Kegiatan
mencurigakan ini saat Ignatius dan rekan-rekannya sedang secara teratur berkhotbah di depan
publik. Oleh karena pidato pojok jalannya dianggap sama dengan aktivitas kaum
alumbrados, Ignatius otomatis diperiksa atas tuduhan sebagai salah satu nabi kaum
tersebut, walau kemudian ia dibebaskan. [16] Setelah melewati berbagai kegiatan yang penuh
petualangan ini, ia kemudian masuk ke Kolese Montaigu di Universitas Paris untuk menjalani
kehidupan sebagai biarawan selama lebih dari tujuh tahun. Pada masa tuanya, ia seringkali
dipanggil Master Ignatius. Gelar ini diperolehnya karena ia memperoleh gelar Master dari
universitas tersebut di atas pada usia empat puluh tiga tahun.[17]
Pada tahun 1534 ia telah mengumpulkan enam rekanan pentingnya, di mana semuanya ia
temui saat menjadi teman kuliah di Universitas Paris Fransiskus Xaverius, Alfonso
Salmeron, Diego Laynez dan Nicolas Bobadilla (semuanya orang Spanyol); Peter Faber,
orang Perancis; dan Simo Rodrigues dari Portugal. Nantinya Ignatius dan rekan-rekannya ini
akan diikuti oleh Fransisco de Borja, seorang anggota dari klan Borgia yang menjadi
pembantu utama Kaisar Charles V serta bangsawan-bangsawan lainnya. Pada pagi hari
tanggal 15 Agustus 1534, di ruang bawah tanah Gereja Bunda Para Martir di kota
Montmartre, Ignatius beserta keenam rekannya yang hanya satu di antara mereka pada saat
itu yang telah ditahbiskan menjadi imam bertemu dan mengambil sumpah suci atas karya
hidup mereka. [17] Ignatius Loyola adalah pendiri dan pemegang pertama jabatan Superior
Jendral Serikat Yesus, sebuah organisasi religius Gereja Katolik yang anggota-anggotanya,
dikenal sebagai Kaum Yesuit, melayani Sri Paus sebagai misi utama mereka. Ignatius diingat
sebagai seorang pengarah spiritual yang sangat berbakat. Ia menjadi salah satu tokoh
terkemuka yang menentang gerakan Reformasi Protestan dan memajukan gerakan Kontra
Reformasi. Ia dibeatifikasi dan kemudian dikanonikasi serta menerima gelar Santo pada
tanggal 12 Maret 1622. Ia adalah santo pelindung provinsi Guipuscoa dan Biscay bersamaan
dengan organisasi Serikat Yesus. Ignatius Loyola menulis Latihan Rohani, sebuah kumpulan
sederhana dari 200 halaman mengenai meditasi, doa, dan berbagai latihan rohani lainnya, dari
tahun 1522 hingga tahun 1524. Latihan-latihan di dalam buku ini dirancang untuk dilakukan
selama 28-30 hari.
Ignatius terpilih sebagai Superior Jendral pertama dari ordonya, dianugerahi dengan gelar
Pater Jendral oleh kaum Yesuit. Ia mengirimkan rekan-rekannya sebagai misionaris ke
seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, perguruan tinggi dan seminari. Juan de Vega, duta
besar Kaisar Charles V di Roma pernah bertemu dengan Ignatius di kota tersebut. Atas rasa
hormatnya yang tinggi terhadap Ignatius dan Kaum Yesuit, ketika Vega diangkat sebagai
wakil kuasa Sisilia ia membawa orang-orang Yesuit bersamanya. Sebuah perguruan tinggi
Yesuit dibuka di Messina; kesuksesan institusi ini memperoleh perhatian besar sehingga
aturan dan metodenya kemudian ditiru oleh perguruan-perguruan tinggi lainnya. [18] Pada
tahun 1548 buku Latihan Spiritual akhirnya dicetak. Ia sempat diajukan ke depan Inkuisisi
Romawi, namun kemudian dibebaskan.
Ignatius menulis Konstitusi Yesuit, yang diadopsi pada tahun 1540 oleh Serikat Yesuit, yang
menciptakan organisasi yang bergaya monarki dan menekankan pada penyerahan diri dan
ketaatan pada Sri Paus dan para pemimpin ordo secara mutlak (perinde ac cadaver,
berdisiplin tinggi seperti sesosok mayat sebagaimana digambarkan oleh Ignatius). Prinsip
utamanya menjadi motto kaum Yesuit: Ad maiorem Dei gloriam (demi keagungan Allah
yang lebih besar). Kaum Yesuit merupakan pemeran utama dalam gerakan Kontra
Reformasi. Antara tahun 1553-1555, Ignatius mendikte cerita hidupnya kepada sekretarisnya,
Romo Gonalves da Cmara. Otobiografi ini merupakan kunci yang sangat berharga untuk
memahami karya tulisan Latihan Rohani-nya. Otobiografi ini disimpan di dalam arsip selama
kurang-lebih 150 tahun sebelum kaum Bollandis menerbitkannya di Acta Sanctorum. Sebuah
edisi penting hadir di volume pertama Fontes Narrativi (1943) yang merupakan bagian dari
serial tulisan Monumenta Historica Societatis Iesu. Ignatius wafat di Kiev-Oblast pada
tanggal 31 Juli 1556 sebagai akibat dari demam Asia Tengah, semacam penyakit malaria
yang berulang-ulang terjadi di Rusia, Ukraina, dan negara-negara Asia Tengah, di beberapa
periode dalam sejarah.
Bahwa semoga kita selalu sama pemikirannya dan selaras dengan Gereja, bila Gereja
menetapkan sesuatu itu berwarna hitam yang walaupun di mata kita berwarna putih,
kita harus menyatakannya berwarna hitam sepenuh hati. Karena kita harus percaya
sepenuhnya bahwa Roh Tuhan Kita Yesus Kristus dan Roh Mempelainya Sang Gereja
Yang Tradisional, yaitu Roh yang membimbing dan mengarahkan kita ke Keselamatan,
adalah sama;..."[19]
Kanonisasi dan Warisan
Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh
Paus Gregorius XV pada tanggal 13 Maret 1622. Hari rayanya dirayakan tiap tahun pada
tanggal 31 Juli, tanggal wafatnya. Santo Ignatius dihormati sebagai santo pelindung prajurit
Katolik, Taruna militer Filipina, negara Basque and berbagai kota di kawasan tempat
lahirnya.
Dari semua institusi yang didedikasikan pada Santo Ignatius, salah satu yang terkenal adalah
Basilika Santo Ignatius Loyola yang dibangun di samping rumah kelahirannya di kota
Azpeitia, negara Basque. Rumah keluarganya itu sekarang telah dimasukkan ke dalam
kompleks Basilika sebagai museum.