Anda di halaman 1dari 8

KRITIK BUKU IOANES RAKHMAT

KRITIK DARI BUKU "MEMANDANG WAJAH YESUS" Karangan : IOANES RAKHMAT


Dapatkan Juga Buku Thesis: "MENJEMBATANI GAGASAN UNITARAIAN DAN TRINITARIAN TENTANG
ALLAH DENGAN ARGUMEN ILMU BILANGAN"  dapat di Pesan via Email : bowo_sttj@yahoo.com

Secara pribadi saya belum pernah bertatap muka dengan Pak Ioanes Rakhmat, sebelum saya mengambil S2 di STTJ
beliau sudah bukan dosen STTJ, namun dilingkungan kampus masih sering diperbincangkan secara non-formal
dalam percakapan-percakapan di kantin, di taman dan kadang disinggung dalam diskusi disaat-saat kuliah.
Penasaran dengan nama Ioanes Rakhmat kemudian saya mencoba menjelajah di facebook yang akhirnya menjadi
teman di facebook, dalam pernyataan serta status-status dalam facebook kadang saya mengomentari dan beliaupun
juga sering menjawab berbagai komentar termasuk saya. Sampai suatu saat beliau mempromosikan lewat facebook
buku-buku yang ia tulis salah satunya adalah buku “Memandang Wajah Yesus”.  Menurut saya seorang Ioanes
Rakhmat dalam buku ini lebih tepat disebut sebagai “Pakar” sejarah gereja dibandingkan sebagai Teolog atau
“Saintis” seperti yang selalu ia sampaikan disetiap  kesempatan. Mengapa??. Karena yang namanya “TEOLOG”
menurut imho (in my humble opinion)…meminjam istilah seorang teman…… adalah ilmu Yang mempelajari
tentang Tuhan, bagaimana Tuhan bekerja, bagaimana rencana Tuhan, apa yang dimaui Tuhan, perbuatan atau
tindakan apa yang membuat Tuhan senang atau tidak, apa rencana Tuhan selanjutnya, bagaimana Tuhan berpikir,
bagaimana Tuhan melakukan segala sesuatu.
Sedangkan Ioanes mempertanyakan apakah Yesus itu benar ada, apakah Mukjizat-mukjizat Yesus itu nyata
atau hanya metafora atau ilusi, apakah tulisan-tulisan dalam Alkitab itu benar-benar ditulis oleh orang yang sama
dengan yang tertera dalam kitab atau surat. Pertanyaan- pertanyaan itu lebih tepat dijawab oleh seorang sejarawan
atau seorang antroplog daripada seorang Teolog.
Dilain pihak Ioanes juga sering menyebut dirinya seorang “saintis” padahal belum pernah kuliah di Fakultas Teknik,
Biologi atau Ilmu Sains lainnya.
 Sarjana S1 yang pernah disandangnya kalau itu bisa dikatakan Sains adalah STTJ (Sekolah Tinggi Teologi Jakarta),
gelar kesarjanaannya adalah S.Si (Sarjana Sains). Gelar S.Si di sekolah Teologi memang kelihatan “unik”  kalau
dilihat secara sepintas, karena walaupun gelar kesarjanaannya  S.Si tetapi mahasiswa disini sama sekali tidak belajar
Biologi, Fisika apalagi Matematika, padahal Matematika adalah Pelajaran wajib bagi seorang saintis. Menurut saya
inilah kegagapan seorang Teolog, mereka akan babak belur apabila sudah digempur dari sisi ilmiah dan sains karena
teolog yang sarjana sains tapi tidak pernah diajarkan Ilmu Sains. Sehingga setiap gempuran-gempuran dari sisi sains
hanya dijawab secara normative dan kalau Teolognya sendiri tidak menemukan jawabannya mereka akan berbalik
menentang realitas Teologi itu baik secara sembunyi-sembunyi karena kawatir kehilangan pekerjaannya sebagai
pendeta yang notabene hilangnya kewibawaan dan nafkah, atau menentang realitas mukjizat secara terang-terangan
dengan resiko kehilangan kewibawaan dan nafkah dari jabatan kependetaan yang salah satunya adalah Pak Ioanes
Rakhmat.
            Dalam buku “Memandang Wajah Yesus” saya tidak akan mengkritik semua isi dalam setiap bab dalam buku
ini karena pada dasarnya buku ini ditinjau dari sisi sejarah dan analisis data-data yang disampaikan oleh penulis
sangat layak untuk dibaca dalam menambah pengetahuan tentang sejarah gereja dan penulis menyajikan data-data
“yang mudah-mudahan” kredibel. Namun ketika penulis sudah menyampaikan pandangan, asumsi, dan pendapatnya
sendiri terutama pandangan dari sisi sains oleh penulis yang tidak pernah belajar sains secara formal (paling tidak
menurut sepengetahuan saya), tulisan itulah yang saya kritisi terutama dalam bab empat pada buku “Memandang
Wajah Yesus.” Memfokuskan pada bab empat (bukan berarti dibab-bab lain tidak perlu dikritisi) karena bab empat
banyak ke pendapat pribadi penulis, dan bila semua bab dikritisi selain bukan keahlian saya tentang data-data yang
ditampilkan juga akan memerlukan buku sendiri untuk diterbitkan. Kritikan tulisan Ioanes Rakhmat pada judul buku
yang lain bisa pembaca temukan juga buku: “Berdamai dengan Salib” Membedah Ioanes Rakhmat tulisan Joas
Adiprasetya, Th.D, saat ini menjabat ketua STT Jakarta.
            Selanjutnya mari kita bedah bab empat dari buku tulisan  Ioanes Rakhmat ini:
Pada pembukaan Bab empat (halaman 77) Ioanes menulis:
“Yang ditemukan dalam Alkitab bukanlah mukjizat-mukjizat, tetapi kisah-kisah tentang mukjizat. Pembaca masa
kini bukanlah penyaksi mukjizat-mukjizat yang dikisahkan didalamnya tetapi hanya sebagai para pembaca kisah-
kisah itu……..” alasan Ioanes mengatakan seperti itu karena: “Jika ada suatu laporan apapun bahwa telah terjadi
sesuatu yang menurut sains selamanya tidak akan mungkin terjadi secara alamiah di Bumi atau di Alam Semesta
karena melanggar hukum-hukum alam, maka laporan ini tidak boleh diperlakukan sebagai suatu laporan tentang
sesuatu yang factual empiris, alamiah sungguh terjadi dalam dunia.”[1]
Selanjutnya penulis buku “Memandang Wajah Yesus” mengambil contoh mukjizat yang pernah dilakukan Yesus
dengan memulai pertanyaan:

 “Apakah Yesus betulan berjalan di atas air yang dalam?”


Dalam Injil Markus 6:45-52 (juga ditulis dalam Matius dan Yohanes) dikisahkan bahwa Yesus berjalan di atas air
Danau Galilea (atau Danau Tiberias). Kita bertanya: Apakah Yesus bisa betulan berjalan di atas air danau yang
dalam? Jawabnya: Yesus secara alamiah tidak bisa berjalan di atas air ditengah Danau Galilea yang dalam, karena
massa jenis tubuh Yesus lebih besar  dari masa jenis air danau. Dan pasti Yesus juga tidak bisa berjalan melayang di
atas muka air danau itu, sebab Yesus memiliki tubuh yang memiliki massa dan dia bukan roh atau angin, atau hantu
tanpa tubuh.[2]
Dalam tulisan berikutnya Ioanes juga mempertanyakan “Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang” dalam buku
ini dihalaman 89 Ioanes menulis:
 “Terhimpunnya dalam satu hari orang laki-laki sampai lima ribu orang  (belum termasuk perempuan dan anak-
anak) bukanlah suatu kejadian mudah, ini adalah suatu tindakan yang tidak mungkin dilakukan Yesus dengan aman-
aman saja, mengingat baik Herodes Antipas (penguasa Galilea dan Perea) maupun Roma (penjajah seluruh tanah
palestina zaman Yesus) akan segera bereaksi secara represif militeristik terhadap setiap usaha menghimpun massa
dalam jumlah besar, seperti telah terjadi pada Yohanes Pembabtis yang dibunuh Herodes Antipas karena
kekuatirannya atas massa pengikut Yohanes Pembaptis (baca tuturan ini dalam Flavius Yosefus, Antiquities 18, 116
dyb) dan pada kegiatan-kegiatan sejenis lainnya seperti telah dilaporkan juga oleh sejarawan Yahudi yang sama,
Yosefus.
         Jadi dilihat dari konteks sosio-politis zaman Yesus, sangat mustahil kalau Yesus bisa menghimpun lima ribu
orang laki-laki dengan dirinya tetap aman-aman saja. Selain itu harus diingat pada zaman kuno total penduduk
dikawasan-kawasan disekitar tempat terjadinya pemberian makan lima ribu orang itu mungkin sekali tidak mencapai
angka lima ribu. Jauh lebih realistis jika angka 5000 ini dipandang sebagai sebuah hiperbol numerik.” [3]
Jadi menurut Ioanes Rakhmat semua mukjizat yang dilakukan Yesus adalah sebuah ilusi, merupakan kisah-kisah
tentang mukjizat, bukan sejarah tentang mukjizat, juga termasuk kelahiran Yesus tanpa peran seorang laki-laki (di
sangkal oleh penulis bukan didalam buku ini). Menurut Ioanes adalah mustahil karena tidak bisa dijelaskan oleh
Sainsnya Ioanes Rakhmat atau dengan kata lain tidak bisa dijelaskan oleh logikanya Ioanes.
Sekarang marilah kita analisis beberapa mukjizat yang menurut Ioanes tidak mungkin itu.
1.      Mengenai kelahiran Yesus tanpa seorang laki-laki.
Bagi seorang wanita yang mengalami kehamilan tanpa persetubuhan atau tanpa seorang laki-laki. Tetapi
meskipun tidak masuk dalam logika mereka para penganut Kristen tetap meyakini bahwa hal itu benar. Dari
pemberitaan-pemberitaan dan penjelasan-penjelasan itu diturunkan dan disampaikan  secara turun temurun baik
melalui tulisan ataupun secara oral, termasuk juga keyakinan seorang Maria yang meskipun tidak masuk diakalnya
ia tetap menerimanya. Kalau sanggahan ini disampaikan diawal-awal Kekristenan pada orang-orang Yahudi, hal ini
juga tidak akan mempengaruhi. Karena meskipun disampaikan secara oral dan turun temurun kevalitan sejarahnya
sangat tinggi, mengapa??? Karena budaya Yahudi jika seseorang bercerita dan cerita itu ada kesalahan maka orang
ketiga, keempat dan seterusnya akan cepat dan segera mengoreksi. Orang yang berkata tidak benar atau bohong
akan dikucilkan selain itu masyarakat Yahudi waktu itu jumlah Komunitasnya masih sedikit. Ini dapat kita buktikan
dalam kitab-kitab suci khususnya dalam perjanjian lama meskipun berasal dari sumber yang berbeda yaitu Kitab
dari suku Yehuda disebelah utara dan Israel disebelah selatan atau sebaliknya akan menunjukkan cerita-cerita yang
sama dan saling berkesinambungan.
            Kembali ke permasalahan Maria yang melahirkan tanpa berhubungan suami istri jika dilihat dari perspektif
abad 21 ini justru kejadian 2000 tahun yang lalu berulang dan dapat dibuktikan dalam abad 21 ini dimana Allah
merealisasikan diri kedalam kandungan Maria dalam wujud Yesus.
            Peristiwa itu bisa dijawab dengan sains pada abad 21 ini. Sebagai contoh bayi tabung misalnya, suatu
teknologi dan sains yang meniru peristiwa 2000 tahun yang lalu, suatu janin yang langsung masuk ke perut seorang
wanita yang tanpa proses hubungan sex, terjadi kehamilan dan akhirnya menjadi seorang bayi yang siap lahir. Bayi
tabung dapat dijelaskan secara ilmiah pada abad ini, yang kalau seorang ahli kedokteran saat ini menceritakan
konsep bayi tabung 1000 tahun yang lalu akan ditertawakan karena tidak masuk diakal mereka.
            Meskipun tidak sama persis prosesnya ternyata karya dan teknologi yang dibuat Allah bisa ditiru manusia
2000 tahun kemudian.
Jadi Mukjizat yang dibuat oleh Yesus 2000 tahun yang lalu bisa ditiru manusia baru pada abad 21 ini. Apa yang
dibuat Yesus 2000 tahun yang lalu mendahului imajinasi manusia. Karya-karya dan mukjizat Yesus terjadi lebih
dahulu baru bisa dibuktikan kemudian. Sedang Imajinasi manusia adalah: Angan-angan, cita-cita, mimpi-mimpi,
bayangan, atau gambaran dan realitas yang ingin dicapai dimasa yang akan datang.
Contoh imajinasi:
”Saya masih ingat Sekitar tahun 2004 yang lalu saya mengikuti seminar teknologi, dimana salah satu pemrasaran
menampilkan suatu Imajinasi teknologi pada tahun 2020 nanti diprediksi orang meskipun jaraknya ribuan kilometer
dapat berkomunikasi tatap muka satu dengan yang lainnya dengan menggunakan sebuah tablet (saat ini terbukti
adanya I-pad). Tahun 2004 belum ada BlackBerry atau facebook. Ternyata imajinasi itu hari ini hampir menjadi
kenyataan bahkan lebih cepat dari tahun 2020 dimana orang bisa saling ngobrol dan melihat wajah masing-masing
hanya melewati layar.
           
2.                  Tentang Yesus berjalan di atas air
Ioanes mengatakan bahwa suatu kemustahilan benda (Yesus) yang berat jenisnya lebih besar dari air dapat
terapung. Pernyataan ini saat ini cukup mudah dipatahkan diera dan teknologi saat ini.
Contoh bantahan itu salah satunya:
”Ketika seseorang naik ski di atas air, orang itu berpegangan pada sebuah tali dan talinya ditarik oleh motor boat
dengan kecepatan tinggi, bukankah orang itu bisa berjalan diatas air meskipun berat jenisnya lebih besar daripada
air.”
            Bagi non-Saintis bisa saja mengalami dan melihat pemandangan itu bingung dan tidak masuk akal. Karena
mereka tidak bisa menjelaskan maka akan mengatakan suatu kemustahilan kalau seandainya orang itu belum pernah
melihat dan membuktikan secara langsung ada orang yang bisa berjalan diatas air. Lebih memprihatinkan lagi kalau
secara sepihak mereka mengatakan bahwa orang berjalan diatas air adalah suatu kebohongan atau ilusi hanya karena
ia tidak bisa melihatnya sendiri atau peristiwa itu tidak masuk diakalnya.
            Ketika masih remaja sebelum nenek saya meninggal saya sering bertukar pikiran dan bercerita kepada nenek,
saya membayangkan dalam suatu percakapan dengan nenek, seandainya nenek melihat dan menyaksikan orang naik
ski dan ditarik oleh kapal boat akan bilang: “Orang itu ketika ditarik oleh perahu disangga oleh penghuni kali
(makluk halus atau hantu penghuni kali), lalu bagaimana saya harus menjelaskan kepada nenek saya itu mengingat
beliau tidak belajar sains.
3. Yesus memberi makan lima ribu orang
            Kemudian mengenai jumlah 5000 orang yang mengikuti Yesus dan murid-muridnya yang juga
dipermasalahkan penulis buku “Memandang wajah Yesus” ini. Menurut saya hal itu cukup mudah terjadi bagi
seorang Yesus yang kemudian diangkat menjadi Raja Yahudi, apalagi ketika saya sendiri mengalami beberapa
kejadian pengumpulan masa tanpa diundang.
Contoh berikut bisa menjelaskan logika pengumpulan masa sebanyak 5000 orang dalam Alkitab.
“Sekitar tahun 1975 desa saya belum ada yang punya TV, satu-satunya yang dimiliki dikalurahan saya adalah TV
hitam-putih kepunyaan pak lurah. TV ini bisa dibuka dan ditutup karena berada atau diletakkan pada sebuah tempat
khusus TV yang mempunyai kotak dan disangga oleh empat tiang masing-masing tinggi tiang kira-kira 50 cm.
Setiap ada pertandingan tinju (seingat saya dulu pertandingan Muhammad Ali atau bahkan sebelumnya). Didepan
TV yang setiap Pertandingan Tinju atau Kethoprak, penonton kethoprak tidak sebanyak kalau tinju (kesenian), TV
itu dikeluarkan dari rumah dan disetel di lapangan. Di Pelataran Pak Lurah yang luas ada pelataran dan lapangan
bulu tangkis, dan di samping lapangan bulu tangkis ada pekarangan dan jalan khusus menuju kalurahan yang
luasnya lebih dari tiga kali lapangan bulu tangkis, saya masih ingat semua pelataran dipenuhi penonton dan sampai
ke jalan raya, jika membayangkan kejadian masa lalu saya sendiri heran TV sebesar 21 inch hitam putih segitu
besarnya kok ditonton oleh sebanyak itu orang. Belakangan saya tahu bahwa motivasi selain menyaksikan secara
langsung juga ada motivasi lain seperti mencari pacar, atau hanya sekedar tahu hasil akhirnya yang penting kumpul,
karena waktu itu tidak ada hiburan dan satu-satunya yang punya TV diseluruh kecamatan atau kemungkinan bahkan
sekabupaten Gunung Kidul, Pak lurah pada waktu itu cukup terpandang karena ia adalah adik seorang Jendral
Widodo (salah satu orang Kepercayaan Presiden Suharto waktu itu). Kalau dikalkulasi secara matematis dengan
perkiraan lapangan bulu tangkis muat minimal 150 orang x 4 di tambah orang yang duduk di Jalan sedikitnya ada
900 orang, suatu kumpulan masyarakat yang cukup besar untuk ukuran sekarang mengingat tanpa ada promosi,
undangan dan sebagainya kejadian seperti itu tidak sekali dua kali, tetapi sering setiap ada pertunjukan kejuaraan
tinju dunia. Bahkan setiap kali bubaran sering terjadi keributan atau perkelahian pemuda antar desa sehabis
pertandingan tinju.
            Sekitar tahun 80 an juga jika ada wayang kulit dengan dalang yang terkenal dikampung saya didaerah
Gunung Kidul, Jogya (misalnya dalangnya Alm.Hadi Sugito) meskipun tanpa undangan, atau iklan bila di total
semalam suntuk orang yang datang dan pergi melihat wayang (perempuan, anak-anak, dan laki-laki) bisa mencapai
2000 penonton (anehnya semakin banyak penduduk Gunung Kidul saat ini bila ada pertunjukan wayang kulit
meskipun dalangnya terkenal orang yang datang justru semakin sedikit dibandingkan dengan 20 atau 25 tahun yang
lalu saat saya masih remaja), jadi asumsi 5000 orang yang mengikuti Yesus sangat masuk akal menurut saya. Selain
itu kecepatan informasi dari mulut ke mulut di kampung memang luar biasa, misalnya dua minggu sebelum
wayangan, masyarakat di tiga kecamatan akan tahu semua, tetapi kadang aneh saat ini ketika informasi sudah lebih
canggih justru lebih sulit memberitakan sesuatu yang penting ke masyarakat, dan juga lebih sulit mengumpulkan
orang secara masal.

Mukjizat, Mukjizat Tipuan dan Mukjizat Tiruan.


Menurut saya paling tidak ada tiga tipe yang berhubungan dengan mukjizat, yaitu selain mukjizat, mukjizat tipuan
dan mukjizat tiruan. Kita menyamakan persepsi dulu tentang istilah mukjizat, supaya bisa menyamakan persepsi:
1)       Mukjizat (kita batasi dalam perjanjian baru) adalah karya atau perbuatan yang mengherankan yang tidak bisa
dilakukan orang lain selain Yesus.
2)       Mukjizat tipuan: Trik atau rekayasa yang dilakukan oleh seseorang yang jika dipandang oleh mata kelihatan seperti
kejadian sesungguhnya, padahal itu hanyalah tipuan, mukjizat tipuan  ini sifatnya hanya sebagai tontonan atau
hiburan. Namun menurut Pdt. Tony Daud setan juga bisa melakukan mukjizat tipuan, untuk mukjizat tipuan
menurut Tony Daud juga akan disampaikan pada bagian selanjutnya dari tulisan ini. Namun bagi Ioanes tentu saja
menyangkal mukjizat tipuan yang disampaikan Tony Daud karena Ioanes menyangkal keberadaan setan.
3)       Mukjizat tiruan: adalah hasil karya manusia yang hasilnya mendekati mukjizat yang dilakukan Yesus 2000 tahun
yang lalu. Dalam mukjizat “tiruan” ini banyak dihasilkan dari perkembangan sains dan teknologi (salah satunya
sudah saya singgung di atas yaitu orang yang naik ski kemudian ditarik kapal boad, kapal bermesin atau kapal boad
adalah hasil dari sains dan teknologi) dalam penjelasan berikutnya akan diberikan contoh-contoh mukjizat “tiruan”
yang lain.
Contoh  mukjizat tipuan akan saya ambil dari contoh yang ditulis oleh Ioanes Rakhmat yang dalam tulisannya
menyangkal mukjizat yang dilakukan oleh Yesus:
“Sebagai contoh, ada sebuah tayangan audio-visual yang menampilkan Dedy Corbuzier (DC), seorang mentalis
Indonesia berjalan di atas air sementara kedua tangannya menggenggam sebuah handycam disebuah kolam renang
di Jakarta.[4] Dalam sebuah tayangan lain, DC malah seperti spiderman, berjalan di atas pada sebuah dinding
tembok dari sebuah bangunan tinggi dengan garis tubuhnya membentuk sudut sembilan puluh derajat dengan garis
vertical tembok…………. Jika DC betul-betul berjalan di atas air kolam renang yang dalam dan gambar acting-nya
ini dapat secara objectif diambil oleh sebuah kamera, DC sangat boleh jadi telah berjalan di atas sambungan balok-
balok es batu yang panjang dan cukup besar yang telah disiapkan sebelumnya, yang mengapung diatas kolam air
renang dan tidak bisa tertangkap oleh penglihatan biasa….”[5] Seorang lagi, yang telah “memperdaya” publik
adalah Criss Angel. Si penipu ini diambil gambarnya sedang berjalan di atas air sebuah kolam renang, tanpa
membawa handy camp, dengan sangat berhati-hati, dan berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Dia
dikelilingi gadis-gadis cantik (yang ternyata dibayar untuk partisipasi mereka dalam adegan tipuan ini). Sudah
disingkap bahwa Criss bukan berjalan di atas air, tetapi di atas Plexiglas.[6]
Seperti telah disinggung di atas Tony Daud, seorang mantan dukun yang menjadi penginjil dan mengkhususkan
pada pelayanan dan penyingkapan Okultisme mengatakan:
“Setan tidak bisa menyembuhkan. Omong kosong semua”[7] Yang terjadi setan itu mengalihkan penyakit ke orang
lain. Selanjutnya pada halaman 118 pada buku yang sama Tony Daud menjawab sebuah pertanyaan.
“Apakah selama berkhotbah anda pernah dicobai orang, khususnya dari orang-orang yang belum
percaya?” Selanjutnya Tony Daud menjawab: “Ini membutuhkan jawaban panjang. Kalau kata dicobai itu berbicara
soal disantet, saya sudah sering disantet orang. Berkali-kali. Pada waktu saya di undang seminar dan KKR di
Tunjungan Plaza Surabaya lantai enam, pada saat yang bersamaan lantai dasar digelar pameran gaib bernuansa
supranatural. Ini panitia seminar tahu apa tidak? Pikir saya. Mengapa saya bertanya demikian? Bayangkan di lantai
enam kami menggelar “pameran sorgawi” alias KKR kelepasan. Judulnya saja ngeri, “Membuka Rahasia Ilmu
Santet dan Rahasia Ilmu Gaib dan Susuk.” Pembicaranya saya dan Pak Eku Hidayat. Yang datang kurang lebih
2.700 orang. Tetapi hanya sebagian kecil orang Kristen. Selebihnya kaum awam. Atau lebih mengejutkan
pengunjung yang berada di lantai dasar, tersedot perhatiannya, karena mereka penasaran lebih jauh tentang judul
yang menyinggung rahasia ilmu santet. Rupanya banyak diantara mereka mengira, di lantai enam ada demonstrasi
kekuatan alam gaib tingkat tinggi. Dukun-dukun plus pasiennya, nyasar semua, keliru masuk ke lantai enam. Ya
Tuhan…, dari pojok sana ke pojok sini, penuh dikelilingi semua dukun. Yang datang termasuk dukun santet
Banyuwangi, Tulung Agung, Jember, Jawa Timuran. Pak Eku sampai berkomentar, “Ud, waduh Ud, dukun-dukun
santet semua yang datang. Siapa pembicara sesi hari ini?”
“Cuma kita berdua.”
“Kita berunding dulu, Ud.”
“Apa tuh Pak Eku?”
“Anda kan bekas tukang santet, anda khotbah duluan saja.”
“Lho, Pak, biar Pak Eku aja. Saya yang lebih muda, Bapak yang lebih senior.”
“Tidak, ah Ud. Karena apa? Saya lihat di belakang saja, setannya banyak banget.”
            Akhirnya saya mengambil kesempatan berbicara lebih dahulu. Saya ungkapkan semuanya termasuk yang
saya saksikan di bab-bab awal buku ini. Saudara mau tahu reaksi mereka dan apa yang terjadi? Bukan kolekte yang
dikirim tetapi santet! Dari semua penjuru, mereka menggabungkan kekuatan dengan marah dan penasaran. Mungkin
seperti saya yang panas tertantang oleh Pak Gilbert, tetapi dulu satu orang. Ini? Saya tidak sempat menghitungnya.
Tetapi Haleluya. Apa yang bisa Tuhan lakukan? Mimbar seminar saya ditamengi oleh penampakan khusus. Tiang
awan dan tiang api! Muncul berbarengan. Lebih dahsyat dari Perjanjian Lama. Karena dijaman dahulu tiang itu
muncul bergiliran. Tetapi ini sekaligus. Tuhan tahu cara melindungi umat-Nya, Amin.
            Apa yang terjadi? Paku-paku, Jarum-jarum, batu berapi, silet dan benda-benda tajam lainnya melesat dan
beterbangan. Tetapi jatuh semua berceceran di lantai. Dan saya mendapat kabar, yang bertobat dan menyerahkan
hidupnya kepada Yesus saat itu juga 400 orang! Bayangkan! Saya hanya berdua dengan Eku Hidayat melawan
“nabi-nabi palsu.” Memang benar seperti kata Alkitab, satu orang mengejar seribu, dua orang mengejar sepuluh
ribu. Kami belum memenangi banyak, hanya 400 orang saja. Yah tidak buruk untuk pemula, bukan?[8]

Nah itulah contoh-contoh mukjizat dan mukjizat Tipuan. Selanjutnya mari kita menganalisa mukjizat “tiruan” dalam
Ilmu Kedokteran.
Bagaimana Yesus melakukan mukjizat 2000 tahun yang lalu, salah satu contoh kita ambil dari Markus 5: 25-43.
“Adalah disitu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan, ia telah berulang-
ulang telah diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali
tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang
Yesus, maka ditengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab
katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya, dan ia
merasa bahwa, badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga
yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-
Ku?” Murid-muridnya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu dan
Engaku bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekelilingnya untuk melihat siapa yang telah
melakukan hal itu. Perempuan itu yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas
dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka
kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan
sembuhlah dari penyakitmu!”. Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu
dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”. Tetapi Yesus tidak
menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus
tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba
di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara
nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak
mati, tetapi tidur!”. Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan
ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak
itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu
bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan
sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi
anak itu makan.

Peristiwa yang ditulis oleh Markus, salah seorang pengikut Petrus dan Paulus adalah peristiwa yang dilihat dan catat
oleh markus sendiri dan mungkin juga beberapa mukjizat yang diceritakan oleh Petrus. Berikut ini bagaimana saya
mengalami mukjizat “tiruan” itu dalam Ilmu Kedokteran.
Bulan Januari 2009 yang lalu saya mengalami demam yang luar biasa, meskipun hari-hari sebelumnya saya juga
merasakan tetapi tidak sehebat hari itu, maka mau tidak mau harus masuk rumah sakit. Singkat cerita ketika sudah
tiga hari berada dirumah sakit baru di vonis dokter menderita sakit usus buntu yang sudah akut dan akan menjalar ke
lambung bila tidak segera dioperasi. Sebelum dioperasi saya diberi pilihan dengan cara lama yaitu dibedah atau
dengan cara baru yaitu dengan cara memasukkan sebuah alat melalui pusar, tidak sakit hanya resiko kegagalan lebih
besar dibanding dengan cara lama dan biaya dengan cara baru hampir dua kalinya. Maka saya memilih alternative
kedua.
            Begitu giliran saya masuk ke kamar operasi dengan didorong sambil tiduran, hal terakhir yang saya ingat
adalah di atas tempat tidur saya banyak lampu yang menyala kemudian setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi
karena tertidur. Begitu bangun saya sudah berada diluar kamar operasi dengan posisi sama ketika saya menunggu
giliran untuk menjalani operasi. Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam hanya kemudian istri saya bilang bahwa
operasi sudah selesai. Saya tidak merasakan sakit sedikitpun dari efek operasi itu sampai pulang ke rumah, karena
menurut istri begitu rasa sakit sehabis operasi itu akan timbul, maka akan segera dimasukkan tambahan bius melalui
infuse yang dipasang untuk menghilangkan rasa sakit. Satu-satunya bekas yang tertinggal adalah perban kecil yang
berada di pusar saya. Wajah dokter yang katanya mengoperasi perut saya baru saya ketahui esuk hari ketika
mengontrol perkembangan hasil operasi. Setelah dinyatakan hasil operasi baik dua hari kemudian saya
diperbolehkan pulang dengan control lagi beberapa hari kemudian.
            Saya tidak tahu ilmunya bagaimana system operasi tersebut, yang saya tahu adalah hari itu saya sudah
merasakan sehat dan sembuh tanpa ada keluhan panas dingin lagi.
            Bagaimana seandainya tidak ada yang memberitahu kepada saya bahwa telah terjadi operasi, atau terjadi
pembiusan tanpa sepengetahuan dan tiba tiba sudah berada di rumah lagi dengan kondisi yang sudah sembuh. Saya
akan mengatakan bahwa itu adalah sebuah mukjizat, bukan mukjizat tiruan.
            Bisa saja kedepan bila teknologi sudah lebih maju lagi proses operasi usus buntu hanya dengan memegang
sebuah tombol saja seperti orang yang sakit pendarahan puluhan tahun dan hanya memegang jubah Yesus akhirnya
sembuh. Matius 9: 21-25.
Seorang pasien bisa saja mendengarkan dan menanyakan secara detail mengapa itu bisa terjadi, tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah: “Apa gunanya.?” Karena selain mengeluarkan banyak biaya untuk membayar dokter (kalau
dokternya mau menjelaskan sedetai-detailnya). Yang perlu dilakukan oleh pasien kepada dokternya adalah:
“Percayalah kepada dokter dan dokter akan melakukan tugasnya dan pasien akan sembuh”.
Mungkin sedikit berbeda ceritanya apabila sipasien sebelum menjalani operasi bertanya dulu atau lebih tepat
meragukan kemampuan dokternya seperti : bagaimana prosesnya ?, dokter lulusan mana?, sudah berapa lama
menjadi dokter spesialis bedah ?, berapa orang yang berhasil ?, berapa orang yang gagagl? Atau bahkan pasiennya
sok pinter ngedekte dokternya. Kalau dokternya cukup sabar dan pasien mau membayar mahal mungkin dokternya
berhasil melakukan operasi, tetapi bisa sebaliknya dokternya akan meninggalkan pasiennya dan tidak mau
mengoperasi.
            Sama halnya dengan Yesus, pasien disuruh berserah saja mengenai teknologi bagaimana Yesus melakukan
kalau Yesus mau menyembuhkan pasti akan sembuh.
Mungkin definisi-definisi di atas tidak begitu tepat tetapi semoga pembaca tahu maksudnya. Saya berharap seorang
Ioanes Rakhmat tidak berpikir sesederhana itu memandang sains, sains diartikan hanya sebatas pikirannya sendiri,
apabila tidak masuk diakalnya itu tidak ilmiah.
            Menurut pendapat saya buku “Memandang wajah Yesus” ini adalah sebuah buku sejarah, buku kebajikan,
buku pengetahuan seperti seorang nenek yang menceritakan sejarah dan pendapatnya kepada cucunya. Tentu saja
pendapat-pendapat seorang nenek tidak semua diikuti karena secara logika dan sains saya lebih tahu daripada nenek
tetapi sejarah, cerita dan kebijaksanaan nenek patut untuk didengar atau syukur-syukur sinenek adalah juga nenek
yang pintar juga dari sisi sains sehingga menerima penjelasan seorang cucu. Apabila nenek mengerti dan menerima
penjelasan cucunya maka nenek akan mendapatkan semuanya yang tidak didapatkan oleh cucunya dan jauh
melampaui pikiran sang cucu.
            Sebagai kesimpulan saya: “Mukjizat-mukjizat Yesus itu lambat laun seiring berkembangnya jaman, akan
bisa dijelaskan secara sains dan seiring berkembangnya waktu manusia akan bisa meniru menyerupai apa yang
dilakukan Yesus 2000 tahun yang lalu dan Yesus melakukan semua mukjizat itu bukan metafora atau ilusi, bukan
hanya kisah tetapi suatu fakta sejarah, bahkan mukjizat Yesus membangkitkan orang mati suatu hari nanti sains dan
teknologi akan bisa meniru perbuatan Yesus yaitu menghidupkan orang yang sudah mati, seperti yang sudah
dikatakan Yesus sendiri, engkau juga bisa melakukan bahkan lebih besar dari apa yang sudah Aku lakukan ketika
Aku masih bersama-sama dengan kamu di dunia”

Anda mungkin juga menyukai