Banyak orang mengira saya anti-agama. Perkiraan ini salah. Yang saya
inginkan: agama apapun bisa menjadi modern, tak lagi ketinggalan zaman.
Tuhan tentu saja mahatahu, tetapi pranata agama tidak mahatahu. Tidak
mungkin kita menyamakan Tuhan dengan agama.
Karena setiap agama terikat pada kebudayaan zamannya, maka agama zaman
lampau sudah pasti ketinggalan zaman jika diukur dari kebudayaan modern.
Jika sebuah agama baru, mau muncul dalam zaman modern, maka pemikiran
dan pesan moral yang ditawarkannya haruslah ada dalam bingkai kebudayaan
dan kehidupan modern, jika agama baru ini ingin fungsional dan berpengaruh
dalam masyarakatnya.
Keterikatan ajaran si pendiri agama dan Kitab Suci yang tersusun sesudahnya
pada kebudayaan zamannya dapat dengan terang diperlihatkan jika ajarannya
dan Kitab Suci agama yang dibangunnya dikaji dengan berbagai pendekatan
sosiologis politis, suatu kajian yang disebut political and social history.
Wawasan jauh ke depan setiap pendiri agama kuno bisa diklaim diwahyukan
Allah; tapi hal yang sudah pasti adalah bahwa wawasan futuris ini lahir dari
kerja otaknya yang powerful and human, setelah menerima berbagai
masukan info kognitif dari kebudayaan dan kehidupan zamannya. Neurosains
telah menyingkapkan, pengalaman spiritual menerima wahyu terkoneksi
erat, hard wired, dengan kerja neuron-neuron otak manusia. Tak bisa
dibantah!/1/
Maka sangat aneh jika ada seorang pemikir religius masa kini, teman saya,
berpendapat bahwa kalau agama menjadi modern, itu namanya sains. Si
pemikir ini harus juga bisa menyatakan, jika demikian, maka agama kunonya
juga adalah sains kuno. Ini kalau dia mau konsisten bernalar, hal yang sangat
sulit dilakukan kebanyakan agamawan.
Agama dibangun berlandaskan pengetahuan
Tentu saja setiap pendiri agama kuno memakai pengetahuan
atau knowledge yang diterima benar pada zamannya, ketika dia menyusun
agama barunya. Tetapi karena pengetahuan manusia terus berubah,
berkembang kumulatif, dan tambah maju, maka pengetahuan kuno yang
dipakai para pendiri agama kuno akan pasti usang.
Lewat pikiran kita yang terbaik, Allah juga menyampaikan wahyunya. Inilah
yang dinamakan teologi naturalis.
Kalau menurut anda, otak anda diciptakan oleh Setan, maka buanglah otak
anda, dan beragamalah tanpa organ otak. Bisakah?
Beragama tanpa otak dan pensil, tapi hanya dengan tinju, dengkul dan
pedang, cuma akan menghasilkan penderitaan dan nestapa di mana-mana.
Kepercayaan total pada wahyu ilahiyah yang dibatasi dengan sangat sempit
hanya di dalam Kitab Suci, yang membuat seseorang memasrahkan diri pada
Kitab Suci, selalu memblokir pemikiran kritis.
Tengoklah ke para saintis dan teknolog: mereka sangat berani berpikir dan
membangun teknologi untuk menghindarkan Bumi dari bencana kosmik!
Bahkan jika Bumi tak terselamatkan karena berbagai macam sebab, mereka
sudah memikirkan untuk mengolah (men-terraform) planet Mars sehingga
planet ini di masa depan akan menjadi rumah kedua kita selain Bumi./4/
Jika para saintis itu (kebanyakan) ateis, ternyata merekalah yang memiliki
hati dan wawasan mulia nan agung untuk mempertahankan eksistensi
manusia dan planet Bumi!
Jika anda, karena agama anda, merindukan kiamat dan kebangkitan dari
kematian untuk masuk sorga, kaum saintis, sebaliknya, ingin menjadikan
peradaban manusia lestari di muka Bumi atau di planet lain.
Mana yang lebih bermakna dan bermanfaat serta bermartabat, manusia
bertahan tanpa batas waktu di muka Bumi atau di planet lain, membangun
peradaban tanpa tepi, atau semua mati lalu masuk sorga?
Fantasi sorga
Apa yang anda akan kerjakan dengan real, bermakna dan bermartabat,
seandainya anda sudah ada di sorga, tanpa tubuh dan tanpa otak?
Anda percaya bahwa kalaupun anda mati, anda akan dibangkitkan untuk
masuk sorga karena anda yakin amal ibadah dan dharma anda atau
kepercayaan anda pada suatu doktrin, telah membuat anda layak masuk
sorga, dan terhindar dari neraka.
Tapi, kalau anda bangkit tanpa otak real protoplasmik yang sekarang anda
miliki, yang berwarna keabu-abuan dengan berat 1,5 kg dalam tempurung
kepala anda, maka identitas, jati diri dan kepribadian anda sungguh-sungguh
lenyap sama sekali! Kenapa?
Sebab identitas dan kepribadian anda tersimpan hanya dalam organ otak
anda yang sekarang anda miliki, berupa memori, data dan semua info
neurologis tentang diri anda, dan tentang riwayat kehidupan anda, sejak lahir
hingga anda mati!
Ketika otak anda lenyap, maka kapanpun juga dan di manapun, identitas dan
kepribadian anda lenyap juga!
Maka, kalau anda yakin anda akan hidup lagi di sorga, dengan tanpa
membawa organ otak protoplasmik anda, siapakah diri anda nantinya di
sana?
Akankah anda masih mau membayangkan bahwa di sorga, tanpa otak dan
tanpa tubuh, anda akan bisa membaca not balok dan bernyanyi terus tanpa
henti memuja Allah yang sedang duduk di takhta kebesaran-Nya di sorga
seperti dibayangkan seorang teman Kristen saya asal Batak?
Apakah di sorga akan ada helaian-helaian kertas putih bertuliskan not balok?
Apakah anda masih akan punya selaput suara untuk bernyanyi, atau alat
genital yang sehat untuk making love, di sorga yang katanya immaterial?
Tapi memang nikmat jika para penyanyi berkhayal nanti akan nyanyi terus di
surga, dan para lovers berfantasi making love terus di kawasan yang mereka
percayai immaterial.
Bumi akan tandus, kering dan gersang serta dipenuhi radiasi nuklir selama
ratusan bahkan ribuan tahun ke depan, dan nyaris semua bentuk kehidupan
akan lenyap, kecuali bentuk-bentuk kehidupan yang dapat bertahan hidup
dalam kondisi-kondisi yang sangat ekstrim. Mungkinkah planet Mars dulu,
milyaran tahun lalu, pernah mengalami kejadian seperti ini?
Pernahkah anda memikirkan hal ini, atau anda hanya dengan egois selalu
mendambakan masuk sorga after death?
Kaum Kristen dispensasionalis malah ingin mempercepat PD III, sebab dalam
keyakinan aneh mereka, hanya lewat PD ini Yesus Kristus akan datang
kembali./7/
Untuk apakah Yesus Kristus akan datang kembali?
Kata mereka, untuk menjemput 144.000 orang Kristen pilihan, dan membawa
mereka ke angkasa, lalu memasukkan mereka ke sorga di angkasa luar!
Kata mereka dengan happy, Kami 144.000 orang ini akan dibawa Yesus ke
langit, masuk ke dunia lain di antariksa sementara Bumi di bawah musnah
oleh perang dunia terakhir!
Suatu kepercayaan yang sangat aneh dan crazy!!! Sangat egoistik.
Jika Yesus akan membawa mereka ke angkasa luar, pastilah Yesus semacam
ini, saya bayangkan, sang panglima balatentara sekian UFO yang
mengunjungi Bumi demi mereka! Ketika hal ini ditanyakan ke mereka,
dengan yakin mereka jawab: Ya, skenarionya seperti itu sebagaimana
diajarkan para nabi Amerika penubuat PD III! Lantas mereka menyebut
beberapa nama, Hal Lindsey, Carole C. Carlson, dan Jerry Falwell.
How crazy they are! Ya, agama dan fanatisme mereka telah membuat mereka
jadi sangat crazy!
Beberapa nabi masa kini Amerika yang menyusun skenario semacam itu,
misalnya (almarhum) Jerry Falwell, ternyata kerap dimintai nasihat oleh
Presiden Ronald Reagan dulu di Gedung Putih. Maka tak heran, Presiden
Ronald Reagan adalah Presiden pertama di USA yang mencanangkan sistem
pertahanan negara dan dunia yang dinamakan sistem Kartika Yudha, sistem
Perang Bintang, Star Wars!
Kaum Kristen dispensasionalis itu memakai agama dan kekuasaan mereka
bukan untuk memperjuangkan perdamaian di muka Bumi, malah PD III!
Sedeng, sedeng, sedeng! Sama sedengnya dengan Osama bin Laden dengan
Al-Qaeda yang dibangunnya untuk mempersiapkan perang habis-habisan
melawan, apa yang dijuluki Iran, “si Setan Besar” USA! Mungkin sekarang dan
seterusnya, Osama sedang asyik bercumburayu dengan para bidadari di sorga,
hadiah untuknya yang telah berani ber-jihad melawan USA.
Nah, kalau agama anda mendorong PD III, atau perang apapun yang akan
memusnahkan semua kehidupan di Bumi, nasihat saya, tinggalkanlah!
Bahaya lain yang mengancam kehidupan bisa timbul dari kejadian-kejadian
alam di bawah atau di permukaan Bumi yang bisa menimbulkan bahaya
besar, seperti terjadi di Fukushima, Jepang, belum lama ini. Nanti kita akan
ulas pokok ini.
Bisnis sains
Sains dan teknologi harus terus dikembangkan; ini adalah panggilan kodrat
insani dan natural. Pada dirinya sendiri keduanya tak berbahaya! Pure
science is pure science, tak terpengaruh oleh waktu, tempat, kebangsaan,
agama, bahasa, filsafat, politik, militerisme, dan status gender si saintis! Sains
hanya akan berubah dan berkembang karena fakta-fakta sains yang belum
terungkap sekarang!
Ketika seorang saintis mempolitisasi atau meng-agama-kan sains, maka
reputasi dan status si saintis ini akan gugur dan lenyap dengan sendirinya.
Kalaupun mereka tetap hidup, mereka hanya hidup sendiri sebagai bayang-
bayang gelap yang ingin sekali menerkam komunitas saintifik dunia.
Sains akan berubah dan tunduk hanya pada hukum-hukum saintifik, pada
bukti-bukti empiris baru! Senjata dan politik apapun tak akan bisa
mendikte pure science! Jadi, benarlah jika ditegaskan bahwa sains itu bebas
nilai, kendatipun sains juga dibisniskan demi berbagai alasan dan
kepentingan.
Belum lama ini sejumlah saintis dikumpulkan di sekitar sebuah meja di
stasiun TV besar luar negeri (Mungkin CNN, mungkin juga BBC, saya agak
lupa). Di antara mereka yang hadir, saya kenali wajah kosmolog Michio Kaku,
pakar biologi sintetis Craig J. Venter dan beberapa lagi, termasuk Ray
Kurzweil, seorang teknolog futuris.
Para saintis ini sudah dikenal reputasi, integritas dan kejeniusan mereka, dan
juga keseriusan mereka untuk memberi kontribusi signifikan buat humanity.
Masing-masing diminta untuk selama 4 sampai 5 menit menyatakan apa yang
akan mereka bisniskan di Asia melalui ilmu dan teknologi yang mereka
kuasai.
Semuanya membeberkan dengan padat program-program saintifik dan
teknologis mereka yang akan mereka jalankan in Asia for Asian people.
Semua program mereka jelas akan dijalankan untuk menolong rakyat Asia
dapat hidup dengan lebih baik, lebih sehat, lebih panjang umur, dan lebih
tangguh melawan penyakit!
Hati saya sangat tersentuh mendengar dan menyaksikan mereka semua: rata-
rata ateistik, tapi hati dan pikiran mereka sangat mulia! Bagi saya, jikalau
Tuhan itu ada, para saintis ini, yang umumnya ateistik, adalah hamba-hamba
Allah yang sejati! Mereka jauh lebih spiritual dan lebih humane, dibandingkan
kaum rohaniwan asli. Maafkan saya, karena menyatakan hal ini.
Tentu semua yang akan mereka lakukan adalah “science business”, tapi tujuan
utamanya adalah kesejahteraan rakyat Asia!
Untuk sains bisa berkembang, untuk kaum saintis bisa sehat berpikir,
meneliti dan menulis, tentu mereka perlu uang. Jalannya adalah bisnis sains.
Mungkin anda yang saleh akan mencibirkan bibir, lalu berkata ketus: Tuh,
lihat, sains dibisniskan! Huuuh!
Saya membeli banyak buku, lalu menulis buku-buku baru hasil pembacaan
dan perenungan mendalam atas buku-buku yang saya telah dan terus akan
beli. Lalu saya berbisnis menerbitkan dan menjual buku-buku saintifik saya.
Apa ada yang salah dengan bisnis sains, lewat penerbitan buku, penelitian dan
ceramah sains?
Bisnis Injil
Anda tentu sudah tahu, segala sesuatu dalam dunia akan jalan dan berproses
kalau ditunjang dana yang kuat dan memadai. Untuk bertemu Tuhan saja di
gereja anda, anda perlu memberi uang.
Kalau anda seorang rohaniwan, dan kekeh membenci bisnis, dengan alasan
naif bahwa bisnis itu duniawi dan kotor, seperti juga politik, saya mau
bertanya pada anda. Apakah tidak ada satupun rohaniwan yang sedang
membisniskan agama mereka sekarang ini di kota anda?
Saya sangat tahu, banyak sekali orang yang menyebut diri hamba Tuhan,
sedang menanjak bisnisnya menjual Injil Yesus Kristus! Dari berjualan Injil
Yesus, mereka berhasil jadi milyarder, dan kini memiliki mobil-mobil mewah
BMW dan Mercy, bahkan konon berkaca anti-peluru. Kaya dari bisnis Injil,
tapi hati was was terus!
Poin-nya ini: bahaya besar yang bisa melenyapkan semua bentuk kehidupan
dan merusak planet Bumi dapat datang dari bencana alam dan teknologi.
Ketimbang anda memandang, sebagaimana lazimnya, bahwa semua bencana
alam adalah kiriman Allah untuk memperingatkan dan menghukum manusia,
jauh lebih benar jika anda berpikir lain. Yakni: Bagaimana pun juga, manusia
di masa depan yang tak jauh, harus bisa memprediksi dan mengendalikan
bencana alam, mengubah rute-nya demi keamanan semua bentuk kehidupan
dan alam. Dan, kedua, bagaimana pun juga di masa depan, kita harus bisa
menemukan, merancang dan mengembangkan teknologi apapun yang makin
aman buat manusia.
Untuk itu sains dan teknologi harus dipacu dan diakselerasi untuk lebih cepat
maju, dan anda mau ambil peran dalam tugas besar ini dan melepaskan
kepercayaan anda pada takdir ilahiyah yang ternyata kerap mematahkan
semangat anak-anak manusia untuk bangkit dan berjuang.
Kenapa orang yang percaya pada takdir yang tak bisa diubah, tidak berpikir
bahwa mereka ditakdirkan untuk mengubah takdir mereka?
Barangkali anda percaya bahwa Allah telah mengirim tsunami ke Aceh sekian
tahun lalu untuk menegur Muslim di sana yang telah membiarkan adanya
orang Kristen. Atau mungkin anda yang Kristen percaya bahwa tsunami itu
dikirim Yesus Kristus untuk menegur kaum Muslim di sana yang telah
membatasi gerak orang Kristen.
Dua kepercayaan ini hemat saya inhuman, immoral, juga tak ilahiyah,
bahkan absurd!
Kalau saya harus beragama, saya sama sekali tidak bisa bersahabat dengan
Allah apapun yang mengirim bencana alam untuk menghukum manusia!
Mustinya kita berpikiran bahwa Allah pun juga berjuang keras menyetop
bencana alam, atau membelokkan rutenya, supaya tak menerjang sebuah
kota, apalagi jika kota ini dihuni banyak bayi dan kanak-kanak! Kalaupun kota
itu memuat banyak penjahat besar, Allah ini harus tetap mengalihkan tsunami
ke jalur lain! Allah bisa gagal atau juga bisa berhasil dalam usaha-Nya ini,
sama seperti juga usaha manusia. Allah yang semacam ini sangat ilahiyah dan
insani sekaligus! Allah yang menggetarkan kalbu.
Kalau anda berkeyakinan seperti itu, maka anda sebagai agamawan akan
ambil bagian dengan serius dalam berbagai usaha memajukan sains dan
teknologi.
Saya terus terang, menentang Allah yang disembah Nabi Nuh, yang untuk
menghukum semua penduduk Bumi, konon menurut kisahnya telah
mengirim air bah global!/8/
Allah yang tak terpelajar
Allah Nabi Nuh, bukan Allah yang saya percayai, tak mengenal filsafat
pendidikan moral dan psikologi evolusioner, yang menuntun para pendidik
masa kini untuk membimbing para naradidik tumbuh tahap demi tahap ke
kematangan yang lebih penuh.
Dengan dua disiplin ilmu ini, setiap ayah/ibu, atau pendidik/guru, tak akan
lagi memakai rotan, apalagi api rokok, untuk menghukum naradidik yang
bandel atau kedapatan teledor.
Agama yang selalu menimbulkan stres pada diri penganutnya bukan agama
yang baik. Tinggalkanlah! Stres akan memperpendek umur anda. Agama ada
bukan untuk memperpendek umur anda, tapi untuk memperpanjangnya.
Manusia sudah lama tahu, bahwa hati yang gembira adalah obat bagi banyak
penyakit, tetapi semangat yang patah dan batin yang stres mengeringkan
tulang! Dokter, psikolog, psikiater dan neurosaintis selalu memberi anda
nasihat: buatlah selalu hati anda senang dan riang, pikiran segar dan adem.
Memang sejarah juga adalah kisah; tapi tak semua kisah adalah sejarah.
Sejarah sebagai kisah, disusun dengan berlandaskan bukti-bukti objektif;
sedangkan mitos-mitos adalah kisah-kisah fiktif atau fantasi.
Nah, ketika sains modern kini sudah bisa menjelaskan banyak kejadian alam
dengan memakai bukti-bukti, penjelasan mitologis apapun harus dilepaskan.
Jika anda berkeras memahami semua realitas di sekitar anda, dekat maupun
jauh, secara mitologis, anda tak akan pernah menjadi modern. Modernitas
bukan mitos, tetapi realitas dan nilai-nilai.
Modernitas dan local wisdom
Pasti anda yang saleh, dan karenanya mungkin anti-Barat atau anti-
Kapitalisme, akan langsung menimpali: Aku tak perlu modernitas!
Really?
Jika anda tak memerlukan modernitas, kenapa sekarang ini anda ber-tweet-
ria dengan semua followers anda? Apakah Twitter dibangun dengan mantra-
mantra purbakala atau dengan doa-doa khusuk atau dengan tenaga dari alam
gaib, nir-kabel?
Mungkin juga anda akan menyatakan, sedikit lebih lunak, bahwa modernitas
tak diperlukan di pedalaman-pedalaman, sebab local wisdom saja sudah
cukup dan lebih baik.
Really?
Jika manusia para penghuni kawasan-kawasan pedalaman masih hidup
kanibal dengan ditopang oleh hikmat lokal, apakah ini sudah cukup dan lebih
baik?
Karena hikmat lokal, banyak orang beragama, meskipun hidup miskin atau
sangat pas-pasan, terdorong kuat untuk membangun tugu-tugu pemujaan dan
peringatan yang memakan biaya besar. Alhasil, mereka terlilit hutang atau
bertambah miskin, hanya demi gengsi yang diminta local wisdom. Sudah baik
dan cukupkah local wisdom semacam ini?
Karena meyakini kebenaran hikmat lokal bahwa setiap suku harus tampil
terdepan dan tangguh, perang antar-suku terus terjadi di kawasan-kawasan
pedalaman. Dalam tribal wars ini, tak sedikit korban berjatuhan, dan tak
sedikit suku tertentu menghirup darah orang dari suku musuh yang terbunuh.
Di kalangan lain, tak sedikit para prajurit menyodomi prajurit-prajurit lain
dari suku-suku yang terkalahkan sebagai tanda superioritas suku pemenang.
Nah, apakah local wisdom yang mendasari perang antarsuku ini dan
perlakuan biadab terhadap para pecundang, sudah benar dan sudah cukup?
Cobalah anda yang anti-modernitas dan menjadi pembela local wisdom,
pikirkan dalam-dalam!
Karena local wisdom yang mendidik orang untuk hidup sederhana dan hanya
perlu kejujuran, banyak orangtua di desa-desa dan di suku-suku terasing tak
mau menyekolahkan anak-anak mereka.
Apakah anda yang antimodernitas, dan mati-matian membela local wisdom,
tapi menyekolahkan anak-anak anda di sekolah-sekolah modern, telah jujur
pada diri anda sendiri?
Local wisdom bangsawan Arab adalah “bencilah Amerika karena kebencian
ini benar”; tapi mereka anehnya menyekolahkan putera-puteri mereka di
universitas-universitas besar di USA! Membenci Amerika yang modern, tapi
menyekolahkan putera-puteri mereka di sana dengan biaya besar, apakah ini
bukan split personality karena local wisdom?
Karena local wisdom yang melarang alam diintervensi oleh teknologi, banyak
penduduk pegunungan berapi tak mengizinkan pembangunan saluran-
saluran lahar buatan. Akibatnya, setiap kali gunung berapi meletus, lahar
panas melanda dan menghancurkan lingkungan kehidupan, bahkan memakan
banyak korban insani. Apakah hikmat lokal untuk akrab dan menyatu dengan
alam sudah baik dan cukup, kendatipun manusia jadi korban karena hikmat
ini?
Karena local wisdom telah mendidik si Tangkas untuk bekerja alon-alon asal
kelakon, si remaja yang sebetulnya cerdas ini selalu harus tinggal kelas setiap
tahunnya. Apakah filsafat alon-alon asal kelakon itu sebuah hikmat lokal
yang baik dan benar, di dalam suatu dunia yang segala sesuatunya bergerak
sangat cepat?
Bukankah local wisdom Jawa yang membela paternalisme, adalah sebuah
sumber penyebab banyak urusan kekuasaan dan uang dalam negeri ini tak
pernah selesai?
Secara umum, kebudayaan Asia berisi hikmat lokal yang mendorong orang
dekat bahkan memuja alam, sedemikian rupa sehingga alam tak boleh
diganggu teknologi. Tentu hikmat lokal untuk manusia akrab dan
menguduskan alam bisa baik dan benar, ketika kebanyakan manusia rakus
mengeksploitasinya demi uang.
Hutan-hutan perawan yang jadi gundul karena dieksploitasi habis-habisan,
tentu menghantam balik ke manusia pengusaha dan penguasa yang telah
dengan rakus memperkosa mereka puluhan kali sehingga banjir air dan
lumpur pekat merah mengalir ke mana-mana.
Satu contoh lagi tentang hikmat lokal masih perlu saya kemukakan sebelum
pindah ke topik lain.
Bangsa kita memegang filsafat “musyawarah untuk mufakat” yang dinilai
banyak kalangan sendiri sangat demokratis. Tapi apakah local wisdom ini
baik? Ternyata seringkali filsafat ini mendorong bangsa kita jadi munafik dan
menolak fakta keras yang menyakitkan tapi benar, hanya demi kerukunan!
Kerukunan dan pedukunan di Indonesia sukar dipisahkan atau dibedakan!
Pedukunan menyebabkan sesuatu yang tidak ada disulap menjadi ada, or vice
versa, hanya demi kerukunan murahan yang penuh sandiwara dan
persekongkolan.
Tentu saya juga harus objektif: masih ada local wisdom yang jika diterapkan
dengan sangat hati-hati, akan memberi manfaat yang baik dan membangun.
Sebagaimana modernitas juga tidak selalu mengusung nilai-nilai sosiokultural
yang baik dan berguna, begitu juga local wisdom. Kita perlu selektif dalam
menerima baik modernitas maupun local wisdom. Ini hal yang sudah jelas!
Jika kearifan lokal tidak boleh bertumbuh dinamis lewat dialog dan
pertemuan dengan nilai-nilai kearifan modern dan ilmu pengetahuan, tetapi
harus diabsolutkan, maka kearifan lokal ini berubah menjadi suatu jenis
agama fundamentalis.
Meneropong vagina atau meneropong jagat raya?
Jika kita hidup hanya dengan local wisdom dan Kitab Suci, kita, seperti
dikatakan dosen Universitas Indonesia, Rocky Gerung, hanya akan bisa
meneropong vagina para remaja sekolahan!/10/ Ya, meneropong vagina
untuk memeriksa apakah mereka masih perawan, dan jika terbukti sudah
tidak, mereka tak bisa diterima di sekolah-sekolah berbasis agama terbesar
negeri ini.
Padahal at the same time, lagi kata Rocky Gerung, negeri kecil Taiwan sedang
meneropong jagat raya mencari planet-planet yang seperti Bumi!
Meneropong vagina remaja putri mencerminkan sebuah kebudayaan; dan
meneropong jagat raya juga menampilkan sebuah kebudayaan lain.
Kebudayaan mana yang anda mau rangkul?
Jika pikiran dan jiwa anda memang selalu butuh masukan impuls seksual
besar, pasti anda akan memilih kebudayaan meneropong vagina remaja putri.
Meneropong vagina tentu mengasyikkan, tapi bagi siapa?
Vagina yang perlu diteropong?
Bagi saya, meneropong jagat raya dan menjelajah antariksa, untuk mencari
bentuk kehidupan apapun di sana, bahkan kini mencari DNA di angkasa luar,
jauh lebih mengasyikkan dan menantang, walaupun saya sebagai orang
Indonesia tidak bisa melakukannya in reality!
Sadarkah anda, Indonesia sedang dijajah budaya agama yang antikemajuan,
budaya pembodohan dan budaya korupsi, sehingga mustahil kapanpun juga
kita bisa mengirim sendiri wantariksa made in Indonesia ke angkasa luar!
Tapi kenapa meneropong angkasa, bukan meneropong vagina, lebih
mengasyikkan dan lebih menantang? Karena kita juga, 3 sampai 4 milyar
tahun lalu, pada permulaan terbentuknya planet Bumi, dalam bentuk
mikroorganisme, berasal dari dunia bintang-bintang.
Human aliens
Karang di atas adalah pecahan meteor yang terbentuk milyaran tahun lalu
sebelum jatuh ke Bumi. Para peneliti NASA telah melakukan test terhadap 12
pecahan semacam ini, dan mereka menemukan pecahan-pecahan meteor ini
kaya dengan unsur carbon yang ditemukan berisi zat-zat kimia yang serupa
dengan salah satu komponen penting DNA, struktur atau unit kimiawi dasar
terpenting yang membentuk kehidupan. Sebelumnya banyak orang
menganggap DNA dalam pecahan-pecahan meteor ini ada sebagai akibat
kontaminasi yang terjadi di Bumi; tetapi kajian-kajian yang mutakhir telah
tiba pada suatu kesimpulan bahwa DNA dalam meteorit-meteorit tersebut
berasal dari antariksa.
Jadi, sudah dipastikan oleh para saintis, DNA yang terdapat dalam bebatuan
meteorit yang ditemukan di Antarktika dan Australia itu, berasal dari angkasa
luar!/11/
Sangat boleh jadi, karena bebatuan meteor pasti sudah masuk ke Bumi pada
awal planet ini terbentuk 3,5 milyar tahun lalu, kita semua, humans, memiliki
asal-usul paling awal di angkasa luar, bukan di planet Bumi ini sendiri, dalam
bentuk DNA yang dihasilkan di antariksa.
Tentu kawasan yang paling memungkinkan DNA ini berkembang, lalu jauh
sesudahnya memunculkan Homo sapiens, adalah kawasan laut. Tetapi para
ahli astrofisika, astrobiologi dan astrokimia sudah tiba pada sebuah
kesimpulan bulat bahwa air di permukaan Bumi kita juga kiriman dari
angkasa luar./12/
Planet kita aslinya adalah sebuah planet gersang bebatuan hampir 100 persen.
Air datang belakangan, dan hanya sedikit sekali jumlah massanya
dibandingkan besarnya massa Bumi secara keseluruhan. Atom oksigen dan
atom hidrogen di angkasa luar sudah terbentuk pada suatu tahap evolusi
kosmologis, lalu lewat meteor dan komet, secara kebetulan menerjang masuk
ke Bumi tanpa diundang. Puing-puing jagat raya inilah, komet dan asteroid,
kendaraan angkasa yang membawa air dan DNA mikroorganisme masuk ke
planet Bumi. Dari air dan DNA antariksa, kita kemudian dilahirkan di Bumi,
sebagai makhluk asing nan sendiri di planet ini!
Mungkin anda, seperti saya, suka menatap langit malam yang cerah, dan
memandang lama-lama banyak benda terang di angkasa malam yang kelam.
Kenapa?
Bisa jadi kita semua, dulu secara intuitif, dan kini dapat dijelaskan secara
saintifik, merasa bahwa kampung halaman kita yang sebenarnya adalah
angkasa luar! Kita semula adalah E.T. beings!
Tetapi tiga Kitab Suci agama monoteistik, Yudaisme, Kristen dan Islam,
mengisahkan bahwa kita semua memiliki tempat asal-usul di muka Bumi, di
Tamen Eden, bukan di antariksa.
Lagi, dalam ketiga Kitab Suci ini, dikisahkan bahwa kita tak datang dari
angkasa luar, tapi dari tanah Bumi ini, atau dari darah yang luar biasanya
sudah ada sebelum ada makhluk hidup yang memiliki darah.
Dari tanah, tutur penulis Kejadian 1-2, kita dibentuk oleh Yahweh Elohim
menjadi makhluk yang hidup, manusia, Adam. Dan makhluk perempuan,
Hawa, diciptakan oleh sang Yahweh ini dari sebuah tulang rusuk Adam, yang
menjadi suaminya.
Padahal kita tahu sekarang lewat kajian-kajian evolusioner, geo- dan bio-
chemistry, biologi, anatomi, genetika, dan lain-lain, bahwa asal-usul kita yang
sebenarnya bukan itu. Tak pelak lagi, kini kita hanya bisa memandang kisah-
kisah skriptural tentang Taman Eden sepenuhnya dongeng!
Bagaimana jika sains astrokimia, astrobiologi dan lain sebagainya yang sudah
disebut di atas tak berhasil meyakinkan anda bahwa DNA kita berasal dari
antariksa? Bahwa adalah berguna jika NASA kini menjalankan sebuah proyek
yang diberi nama SETG, the Search for Extra-Terrestrial Genomes, proyek
pencarian genom di antariksa, khususnya di planet Mars?/14/
Dalam rangka proyek ini, NASA pada Sabtu pagi, 26 November 2011, telah
meluncurkan sebuah wantariksa berbentuk piring (bak UFO) yang membawa
sebuah mesin penjelajah planet Mars, rover, berbentuk mobil roda enam
seberat 1 ton, yang diberi nama Curiosity. Rover Curiosity ini, yang akan
mendapatkan energi dari bahan bakar nuklir plutonium, akan didaratkan di
planet ini 6 Agustus 2012, setelah wantariksa yang membawanya menempuh
perjalanan terbang sejauh 354 juta mile selama 8,5 bulan, untuk menyelidiki
langsung di tempat, persisnya di kawah Gale, adakah jejak-jejak dan tanda-
tanda kehidupan di planet ini./15/ Jika keberadaan bentuk-bentuk kehidupan
apapun dipandang terkait dengan keberadaan air, maka sudah dipastikan
bahwa planet Mars pada kondisi masa kini memiliki air./16/
Tentu saja anda tidak bisa yakin dan tak bisa menerima fakta-fakta sains,
karena anda berpegang teguh pada Kitab Suci anda, yang dengan sangat keliru
anda perlakukan sebagai sebuah kitab sains atau sebuah buku sejarah.
Karena itu, tak ada jalan lain, selain menunjukkan kepada anda bahwa kisah
tentang Taman Eden adalah 100 persen dongeng. Tak percaya?
Hanya dalam dongeng saja, ada sepasang manusia purba, lelaki dan
perempuan, yang tidak memiliki pusar sama sekali karena tidak pernah
menjadi janin dalam rahim seorang ibu.
Rabalah perut anda, dan rasakan apakah anda memiliki sebuah pusar; kempot
ke dalam atau bodong keluar, tak masalah. Kalau anda keturunan langsung
Adam dan Hawa mitologis, haruslah perut anda juga tidak memiliki pusar.
Anda ternyata keheranan, dari mana asal-usul paling awal udel anda, bukan?
Hanya dalam dongeng saja, manusia perempuan muncul dari satu tulang
rusuk lelaki, sementara semua tulang rusuk pria hingga kini selalu komplit.
Hanya dalam dongeng saja ada buah yang jika dimakan, si pemakan akan
langsung cerdas, minimal cerdas secara moral!
Sama seperti sekeping biji ketika dilempar ke tanah keesokan harinya telah
tumbuh seketika menjadi sebatang pohon bayam yang puncaknya sampai ke
langit! Kisah tentang sekeping biji ini tentu saja dongeng ciptaan Hans
Christian Andersen yang sangat menawan kanak-kanak, yang sesudah
dikisahkan kepada mereka, mereka langsung tertidur.
Anda tentu teringat kisah dongeng yang serupa dalam bagian akhir kitab
Yunus dalam Tenakh Yahudi, tentang sebatang pohon jarak yang tumbuh
tinggi dan mengeluarkan daun-daun lebat dan lebar hanya dalam semalam!
Yunus murka kepada Allah dan minta mati, ketika pohon jarak itu, yang daun-
daun lebarnya dijadikannya tempat berteduh, dibuat mati oleh Allah!
Hanya dalam dongeng saja ada seekor ular yang bisa berbicara bahkan
berhasil meyakinkan manusia tentang sebuah kebenaran yang hanya Allah
saja yang tahu.
Hanya dalam dongeng saja Allah punya tubuh, kaki, tangan, kepala, rambut,
mata, alis, hidung, telinga dan mulut, sehingga membuatnya bisa berjalan-
jalan di Taman itu mencari-cari Adam dan Hawa, melihat-lihat, pada hari
yang sejuk. Saya membayang-bayangkan, jika Allah sang Bapa tak berpakaian
seperti Adam dan Hawa, bagaimana penampilan-Nya. Seandainya Allah ini
berbusana, mungkin saja Dia memakai baju batik dan kain sarung, dan
memakai blangkon sebagai kopiahnya. :))
Kenapa Allah mencari Adam dan Hawa? Karena keduanya, sehabis memakan
buah ajaib itu, ketakutan lalu mencari tempat bersembunyi, menghilang dari
pandangan Allah.
Hanya dalam dongeng saja seorang manusia lelaki dan seorang manusia
perempuan yang keduanya bugil total tidak terangsang secara seksual satu
sama lain, sekian lama, bahkan masing-masing tidak menyadari kalau
keduanya telanjang bulat.
Hanya dalam dongeng saja, Adam dan Hawa, lelaki dan perempuan, setelah
sekian lama hidup bersama baru sadar bahwa keduanya telanjang bulat
setelah memakan buah ajaib mitologis tadi.
Hanya dalam dongeng saja ada manusia berusia sampai nyaris seribu tahun,
dengan tetap muda dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Hanya dalam dongeng saja ada sebuah pohon lain di sebelah timur Taman
Eden mitologis yang jika buahnya dimakan, Adam dan Hawa akan hidup
abadi, sehingga konon Allah menempatkan beberapa malaikat berpedang
bernyala untuk menjaga pohon ajaib kedua ini.
Kita tahu Drakula atau Vampire bisa hidup abadi karena meminum darah
manusia, korban-korban mereka. Tapi kita juga sangat tahu bahwa dua
makhluk abadi peminum darah ini hanya hidup dalam dongeng-dongeng dari
negeri-negeri Eropa dan Amerika, sama seperti Leak hanya ada dalam
dongeng rakyat Bali.
Cukuplah sudah saya memperlihatkan kepada anda bahwa kisah skriptural
tentang Taman Eden dan semua kejadian yang dikisahkan di dalamnya adalah
dongeng belaka.
Langkah kedua: dengan membuang semua sel uzur (senescent cells) yang ada
dalam tubuh anda, yang membuat tubuh anda sekarang dengan menyedihkan
secara bertahap menjadi tua, uzur, lalu mati. Kesimpulan ini didapat dari
kajian klinis mutakhir terhadap tikus./19/
Atau langkah ketiga: membuat variasi mutan pada enzim telomerase dalam
sel-sel tubuh anda, dengan memanjangkan bagian telomer sehingga usia
diperpanjang. Semakin panjang telomer, sel-sel akan makin terlindungi dan
proses penuaan berjalan lebih lambat, bahkan mungkin bisa dihentikan.
Atau langkah ke-4: anda (atau wali) meminta, ketika anda baru saja wafat
(mati legal, atau mati klinis/medis), jenazah anda dibekukan di bawah suhu
minus 150 derajat Celsius atau sampai minus 196 derajat Celsius (titik didih
nitrogen cair), untuk nanti dihidupkan lagi (jika teknologi di masa depan
sudah tersedia). Teknik medis pembekuan mayat ini untuk kemudian
dihidupkan kembali disebut cryonics, dan sainsnya dinamakan cryogenics.
Ketika ini dilakukan, seluruh cairan darah diganti dengan
larutan cryoprotectant yang membuat jasad dan semua organ dan selnya,
setelah membeku absolut, tak akan membusuk atau rusak selamanya./20/
Sel-sel sperma, kita tahu, di bank-bank sperma dibekukan absolut, lalu
dipulihkan kembali dari pembekuan ketika mau dimasukkan ke dalam rahim
kaum ibu yang subur, yang merindukan anak, tapi memiliki suami yang
mandul. Sel-sel sperma ini tokh tetap hidup!
Anda (atau wali) tinggal mengatur, tentu sebelum anda mati, bersama tim
medis anda, kapan mayat anda yang beku absolut harus dihidupkan kembali
dengan cara tertentu, tentunya dengan pengandaian teknologinya sudah
tersedia.
Tentu saja 4 langkah saintifik tersebut untuk membuat anda dapat hidup
terus, menyimpan banyak persoalan yang masih harus diatasi.
Persoalan pertama tentu persoalan etis, yang biasanya diangkat oleh para
etikus religius. Para moralis religius memang seringkali belum apa-apa sudah
ingin mencegah dan menghentikan eksperimen ilmiah apapun yang berkaitan
dengan kehidupan, kata mereka, atas nama Allah.
Anda tentu tahu kini para pakar biologi sintetis dengan dipandu Craig J.
Venter sudah sukses menciptakan DNA buatan yang hidup dan mampu
mereplikasi diri./21/ Tanpa doa, tanpa Kitab Suci, dan tanpa Allah! DNA
buatan ini dihasilkan hanya dari 4 botol larutan senyawa kimia yang mati,
yang persenyawaannya di sebuah synthesizer diatur oleh informasi genomik
dari sebuah komputer.
Benar seperti dikatakan kosmolog besar Michio Kaku: makin ke depan,
manusia akan menjadi seperti Allah, tahu segala hal dan mampu menciptakan
kehidupan.
Yang ditawarkan sang ular mitologis kepada Hawa dan Adam bahwa mereka
akan jadi seperti Allah, ternyata kini makin terbukti. Thank you, sang ular!
Tapi “menjadi seperti Allah” pada zaman kisah tentang Taman Eden ditulis,
adalah hal yang sangat menakutkan si penulis kisah ini, pada abad sepuluh
SM. Tapi, kini, dalam zaman modern, anda harus melihat hal menjadi-seperti-
Allah sebagai kehendak Allah anda sendiri juga! Allah anda tak bisa
membendung sains, selain merestuinya! Bukankah manusia itu segambar dan
serupa Allah?
Nah, kembali ke 4 cara membuat anda hidup kekal.
Yang paling problematis adalah langkah ke-4, cryonics. Sekarang ini tak ada
jaminan saintifik bahwa langkah ini akan sukses tanpa hambatan. Soal
terbesar dengan cryonics adalah apakah sel-sel otak (neurons) anda tak akan
rusak setelah dibekukan sekian lama (berapa lama, bergantung permintaan
anda atau wali legal anda!).
Jika tak rusak, apakah sel-sel otak anda masih menyimpan semua data dan
memori yang membentuk jatidiri dan kepribadian anda, ketika mayat anda
yang membeku absolut di-revive?
Ini-lah hal yang paling diragukan, dan belum ada teknologi medis yang bisa
menjamin bahwa identitas anda pasti terpelihara lewat cryonics. Mungkin,
ketika anda dihidupkan lagi setelah mayat anda membeku 100 tahun,
identitas anda akan berganti total, dan anda akan hidup lagi sebagai seorang
asing. Apakah anda mau? Tetapi, banyak saintis cryogenics tidak melihat hal
ini sebagai suatu persoalan.
Nah poin terpentingnya adalah ini: kalau anda mau beragama tak ketinggalan
zaman, tetap fungsional, anda harus menerima semua fakta sains ini. Pada
pihak lain, anda harus menentukan sikap anda, apa yang mau anda lakukan
dengan Kitab Suci anda, khususnya dengan kisah mitologis Taman Eden.
Agamawan yang memandang kisah Taman Eden sebagai mitologi atau
metafora atau alegori tak akan mengalami hambatan besar dalam menerima
fakta-fakta sains tentang asal-mula kehidupan. Jika anda mau fungsional
beragama di dunia modern, tak ada jalan lain, selain anda harus melihat kisah
Taman Eden sebagai kisah teologis imajinatif.
Kreasionisme dan Intelligent Design
Jika anda tak mau menerima fakta-fakta sains berkaitan dengan ihwal asal-
muasal kehidupan, usia Bumi dan all life forms, anda akan terpaksa membuat
sains alternatif.
Sains alternatif adalah pseudoscience atau junk science, seperti ihwalnya
dengan kreasionisme dan intelligent design (ID) yang dibangun kekristenan
fundamentalis Amerika.
Bagi kaum kreasionis, usia Bumi dan semua bentuk kehidupan di planet ini
baru 6.000 tahun, dan dinosaurus hidup akrab dengan manusia dan bahkan
dengan Yesus./22/ Duuh!
Mereka bilang, waktu Nabi Nuh masuk ke dalam bahtera ketika air bah
melanda, dinosaurus ikut dibawa masuk!/23/ Insane!!!
Kaum kreasionis dan ideolog ID sama sekali menolak sains evolusi, yang
dinilai mereka merendahkan status manusia sebagai ciptaan termulia Allah di
seluruh jagat, seolah kalau Homo sapiens disandingkan sederajat dengan
simpanse atau orangutan merosotlah statusnya. Aneh juga, “tanah” dipandang
mereka lebih tinggi dari hewan.
Tapi penjelasan kontekstualnya begini./24/
Penulis kisah Tamen Eden dalam Kejadian 2:8-3:24, yakni mazhab Yahwis
yang bekerja pada abad sepuluh SM di istana Daud/Salomo, sudah lama
memperhatikan banyak kejadian yang berkaitan dengan lingkungan hidup,
manusia, binatang, kerja keras, moralitas, doktrin agama, persalinan
perempuan, dan lain-lain.
Semua yang mereka lihat, mereka renungkan dalam-dalam, dengan banyak
tujuan, salah satu di antaranya adalah untuk menemukan jawaban mengapa
ada penderitaan dalam dunia ini, sebuah pertanyaan yang juga sangat
mengganggu pikiran Śākyamuni Siddhārtha Gautama di tempat dan zaman
yang lain (563-483 SM) yang membuatnya meninggalkan istana lalu masuk ke
dalam kehidupan tapa brata untuk mencari jawaban-jawaban yang dapat
membebaskan manusia dari dukkha.
Lalu mereka, para sastrawan Yahwis ini, memberi jawab dengan menulis
kisah tentang asal-usul (etiologi) yang sepenuhnya fiktif spekulatif. Dus, kisah
Taman Eden historisnya tidak dimulai di permulaan kehidupan di zaman yang
sangat lampau, tetapi dimulai di abad sepuluh SM di negeri Israel.
Para sastrawan Yahwis ini menemukan satu jawaban teologis sangat
sederhana dan satu dimensi bahwa semua penderitaan manusia adalah akibat
dari ketidaktaatan Hawa dan Adam terhadap ketetapan primordial Allah!
Tapi di antara semua ras manusia mustinya ada ras yang lebih mulia atau
termulia, dibandingkan ras-ras lain. Lalu, lanjut teologi ini, ras Homo sapiens
termulia ini berhak menjajah, mendominasi bahkan memusnahkan ras-ras
rendahan lain; jadilah genosida! Bisa sangat mungkin, Adolf Hitler muncul di
Jerman sebagai seekor binatang buas tak terlepas dari teologi dominasi yang
sedang menguasai tipe-tipe tertentu gereja-gereja Jerman pada masanya.
Juga dalam teologi dominasi ini, memang manusia makhluk termulia, tapi
lelaki lebih mulia dari perempuan karena lelaki diciptakan lebih dulu, dan
Hawa diperoleh dari tulang rusuk lelaki. Maka, kaum lelaki berhak mengatur
dan mengeskploitasi kaum perempuan.
Posisi lelaki lebih tinggi, lebih hebat, lebih tangguh dan lebih tahan godaan,
sebab bukan Adam, tapi Hawa-lah yang jatuh ke dalam rangkulan bujuk rayu
sang ular yang ditafsir secara alegoris sebagai Setan.
Seorang Bapak gereja dari abad kedua, Tertullianus, dengan bertumpu pada
Kejadian 3, mencerca kaum perempuan pada zamannya sebagai “pintu
gerbang masuknya Setan ke dalam dunia”, lewat Hawa!/25/
Karena lelaki dipandang lebih mulia dan superior dibandingkan perempuan,
maka tubuh perempuan pun, termasuk vagina mereka, dikuasai dan harus
diatur oleh lelaki./26/
Itulah semua dampak sosiokultural dan politis mengerikan dari kreasionisme
dan ID.
Sekaligus juga terlihat, kreasionisme dan ID bukanlah sains, tetapi ideologi
patriarki yang dikemas dengan ayat-ayat Kitab Suci.
Meskipun lahir dan besar di kalangan kekristenan fundamentalis USA,
anehnya kreasionisme dan ID diadopsi begitu saja oleh sekian pemikir Islam,
bahkan pemikir yang liberal juga. Mungkin hal ini bisa terjadi karena baik
Kristen maupun Islam pada esensinya adalah patriarki yang misoginis, yang
dipermanis atas nama keyakinan keagamaan.