Manusia tidak berbeda dengan binatang dalan kaitan dengan fungsi tubuh
dan fisiologinya. Fungsi-fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola
tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan
syaraf hewan. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen
dasar eksistensinya yang tertent masih tetap sama.
Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apapun.
Tetapi tidak memahami siapa sebenarnya manusia itu? Mungkin anda tidak
mudah menjawab pertanyaan di atas. Para ahli piker (Filosof) berbedapendapat
dalam mendefinisikan manusia. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kenyataan
kekuatan dan peran multidimensional yang dimainkan manusia.
Para penganut teori psiko analisis menyebut manusia sebagai homo valens
(manusia berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki prilaku hasil interaksi antara komponen biologis (Id), Psikologis (ego)
dan social (super egoz). Di dalam manusia terdapat unsure animal (hewan),
rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mechanicus
(manusia mesin). Menurut aliran ini, segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan
aspek rasional dan emosional.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo spesies
(manusia berfikir). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang selalu
berusaha memahami lingkungannya..
Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens
(manusia bermain). Menurut aliran ini, manusia berprilaku untuk
memeprtahankan, meningkatkan, dan mengaktulisasikan diri. Perdebatan
mengenai manusia di kalangan para ilmuan terus berlangsung dan tidak
menemukan satu kesepakatan yang tuntas.
Sampai saat ini manusia memahami dirinya adalah satu-satunya makhluk
beradab dalam kosmos yang luas dan kosong ini, asal usul manusia dikaitkan
dengan keberadaan alam semesta merupakan topik yang menarik. Kapankah
manusia pertama hadir di muka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek
moyang manusia dan bagaimana prosespenurunan dan perubahannya?
Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreapithecus yang berusia 12
juta tahun dianggap sebagai manusia tertus. Pengamatan yang teliti menunjukan
bahwa kedua species tersebut lebih layak disebut kera daripada manusia.
Australopithecus sementara ini dianggap sebagai jenis yang paling mewakili
model manusia purba. Jenis ini hidup 4 juta sampai 600000 tahun yang lalu.
Tingginya antara 1,25-1,50 meter dengan volume otak antara 500-550 cc. cirri-
ciri tubuhnya sangat manusiawi, postur berkaki dua, lekukan tulang punggung,
pinggul lebar, tulang paha yang menyesuaikan dengan diri dan postur.
Manusia purba yang dianggap lebih maju adalah Pithecantropus Erectus
yang hidup sekitar 500000 tahun yang lalu. Tingginya antara 1,50-1,78 meter
dengan volume otak rata-rata 900 cc.
Gelombang manusia berikut adalah Neanderthal yang muncul sekitar 10000-
500000 tahun yang lalu. Tengkorak manusia ini lebih berkembang hinggga 130-
160 cc. Para ahli masih bertanya-tanya, apakah manusia Naenderthal melahirkan
homo sapiens ataukah mereka hidup bersama-sama berdampingan.
Walaupun demikian, manusia yang dikenal sebagai manusia modern seperti
sekarang ini dengan cirri-ciri anatomisnya telah ada sekitar 35000-40000 tahun
yang lalu dan dikenal sebagai homo sapiens.
Bangsa primate (kera) dianggap menjadi puncak bagi evolusi di dunia
hewan. Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa
manusia adalah perkembangan lebih lanjut dari keluarga primate.
Bagaimana proses penciptaan manusia adalah bagian integral dari alam
semesta. Teori Cosmozoa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar
angkasa, kenyataannya kurang mendapat tempat di kalangan ilmuan. Sebaliknya
pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal dari bumi
tempat manusia itu sendiri berpijak.
Pengetahuan mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi
alam dan memberinya pandangan total tak terhingga yang telah dicari oleh filsafat
tetapi tak didapat. Penglihatan terhadap hakikat alam tanpa kekuatan untuk
memakmurkannya akan dapat memeberikan peningkatan modal, tetapi tidak akan
dapat memberikan kebudayaan yang abadi. Sebaliknya, kekuatan tanpa
penglihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan berperikemanusiaan.
Keduanya harus digabungkan agar perluasan rohaniah kemanusiaan dapat
terlaksana. Maka wajarlah jika semakin dalam penetahuan semakin terasa
hubungan saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini. Manusia
tunduk di bawah hokum-hukum alam fisik dan tak mampu mengubahnya, akan
tetapi mampu mengatasinya.