Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 5

1. Nabila Auliani (22108040018)


2. Hadi Maulana Iskhak (22108040034)
3. Noerma Chasifatus Saniyah (22108040045)
4. Teguh Iman (22108040114)

Makalah
Evolusi dan Penciptaan Nalar

Latar Belakang
Evolusi adalah suatu proses perubahan yang terjadi dengan perlahan-lahan
yang didasari dari limpahan data yang dikumpulkan selama waktu tertentu. Terdapat
sisi berseberangan dengan naturalis evolusioner dan dengan kritik teistetik atas neo-
Darwinisme. Teori ini sendiri memisahkan domain dan fungsi antara sains dan agama
dalam beberapa tulisan biolog, teolog neo-ortodoks, dan analisis Bahasa. Pemahaman
tentang evolusi tidak bisa didapatkan hanya dengan waktu yang singkat, butuh
pengamatan yang bertahun-tahun untuk mengumpulkan data-data yang digunakan
untuk menciptakan teori tertentu.

Evolusi dan penciptaan nalar mempunyai beberapa teori yang mewakilinya.


Evolusi dan penciptaan nalar seringkali dikatakan kontraversi. Kontaversi karena
adanya perselisihan yang melibatkan politik, budaya ataupun teologi mengenai bumi.
Kontraversi ini berawal dari Charles Darwin pada tahun 1850-an.
Charles Darwin mencatat bahwa ada perubahan secara bertahap dari satu
generasi kegenerasi lain. Perubahan ketika manusia mengembangkan sifat-sifat
tertentu kepada seekor binatang. Charles Darwin beargumen bahwa dalam upaya
mempertahankan diri dialam, beberapa variasi memiliki sedikit keunggulan tersendiri.
Pada tahun 1953, pendapat baru muncul dari James Natson. Ia mengemukakan
bahwa utaian DNA yang dinamainya gen. Kata DNA terbentuk dari empat basa yang
sama dalam berbagai kalimat yang menyusun DNA dalam menyusun semua ornamen.
Neo-Darwinisme juga memandang evelusioner ini sebagai produk variasi acak, tetapi
biolog memcatatat bahwasanya penggerak daktil organisme yang merintis perubahan
evolusioner.
Dalam hubungannya sains dan agama memiliki 4 hubungan. Mulai dari
pandangan mengenai sains dan agama sebagai dua kutup yang bertentangan,
pandangan yang menganggap bahwa sains dan agama memiliki wilayah yang
berbeda, pandangan yg menyatakan bahwa sains dan agama dapat menyatu, dan
pandangan yang memahami bahwa sains dan agama bersangkutan dan dapat di
diskusikan untuk saling menguatkan.1
Pembahasan
A. Evolusi dan Penciptaan Nalar

Evolusi merupakan cabang sains biologi yang menjelaskan mengenai proses


perkembangan dan perubahan makhluk hidup baik secara genetic maupun organik.
Seorang ilmuan berkebangsaan Inggris, Charles Darwin, mempublikasikan hasil
penelitianya mengenai spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh
tuhan, tetapi diciptakan berdasarkan dari nenek moyang yang sama dan menjadi
berbeda satu sama lain akibat seleksi alam. Penemuan dan penelitian tersebut
menimbulkan kontradiktif baik dikalangan ilmuan maupun agamawan.

Teori Evolusi Charles Darwin menganggap manusia berasal dari Sinpanse


(kera), pernyataan tersebut memicu pro kontra, sehingga, karena teori Evolusi seleksi
alam Charles Darwin mayoritas manusia menyamakannya dengan teori Evolusi yang
lain. Hal ini mengakibatkan ketidakpercayaan dan keraguan terhadap Evolusi yang
sudah berkembang.

1. Konsep Teori Evolusi

Menurut Kerlinger teori adalah suatu himpunan dari konstruk-


konstruk (konsep-konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang saling
berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang suatu
fenomena dengan cara menentukan hubungan antarvariabel, dengan tujuan
menjelaskan fenomena tersebut.

Sedangkan Evolusi berasal dari bahasa Latin “evolvere” artinya berkembang,


mekar. Jadi Evolusi adalah perkembangan yang maju dan meningkat setapak demi
setapak dan tidak mendadak.

1
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, (Bandung: Mizan Media Utama), hal 185-224
Menurut biologi atau organik, Evolusi adalah proses perkembangan segala
bentuk kehidupan atau perkembangan tahap demi tahap yang dilawan dengan tidak
adanya perubahan sama sekali, atau perubahan yang manjabatani kesenjangan.

Secara sederhana, teori Evolusi dapat didefinisikan sebagai himpunan gagasan


atau pendapat yang menjelaskan tentang proses kejadian tentang fenomena yang
lambat laun mengalami perkembangan dan perubahan dalam bentuk dan fungsi.

2. Hakikat Manusia

Manusia menurut kamus bahasa Indonesia adalah “makhluk yang berakal,


berbudi (mampu menguasai makhluk lain)”. Dari pengertian ini, manusia
merupakan makhluk Allah SWT yang diberikan potensi akal fikiran dan budi, moral
dan nalar untuk dapat menguasai makhluk lain demi tercapainya kehidupan yang
makmur dan maslahat.

Sedangkan dalam bahasa arab, kata manusia disepadankan dengan kata


nas, basyar, insan, mar‟u dan ins. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut
mengandung makna yang spesifik. Sedangkan dalam pandangan ilmu
pengetahuan, manusia memiliki beberapa pendapat dan argumen yang
disesuaikan dengan metodologi yang dikembangkan. Penganut teori
behaviorisme berpendapat bahwa manusia sebagai homo mehanibcus(manusia
mesin). Dasar pemikiran ini bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai
proses belajar manusia terhadap lingkungan. Sedangkan penganut teori
psikoanalisis berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis, psikologis, dan social.

Sedangkan manusia dalam pandangan teori kognitif berpendapat bahwa


manusia adalah homo sapiens, yaitu manusia sebagai makhluk yang bereaksi
secara aktif dengan lingkungannya karena manusia merupakan makhluk yang
berfikir.

Jika melihat hakikat manusia berdasarkan dari berbagai pandangan dan


disiplin ilmu, maka manusia dapat dikategorikan dalam bentuk tipe manusia
sebagai berikut:
a. Tipe manusia politik memandang dunia sebagai arena perebutan kekuasaan,
persepsinya menang-kalah, menang artinya yang memegang kekuasaan dan
kalah adalah yang dikuasai.
b. Tipe manusia ilmuwan, memandang manusia sebagai wacana penelitian dan
diskusi keilmuan. Persepsinya benar-salah, benar artinya sesuai pikiran dan
kenyataan, dan salah artinya tidak sesuainya pikiran dan kenyataan.
c. Tipe manusia bisnis, memandang dunia sebagai arena mencari laba,
persepsinya laba-rugi, laba artinya keberhasilan dan rugi kegagalan.
d. Tipe manusia rohaniawan, memandang dunia sebagai arena mencari
kebaikan, persepsinya baik-buruk, baik artinya sesuainya hati nurani dengan
kenyataan dan buruk adalah sebaliknya.
e. Tipemanusia biasa, memandang dunia sebagai arena mencari pekerjaan,
persepsinya upah layak dan upah tidak layak, upah layak artinya bisa hidup
layak sebagai manusia, dan upah tidak layak artinya kemiskinan, penderitaan
dan kesengsaraan.
f. Tipe manusia artis, memandang dunia sebagai arena indah dan jelek, artinya
indah artinya baik jika dipandang oleh mata.

Dari berbagai tipe yang dikemukakan di atas, hal ini menggambarkan manusia
memiliki potensi yang luar biasa yang dapat dikembangkan dalam
mengelola alam raya dan menciptakan kemampuan dan potensi berdasarkan
ilmu pengetahuan dan lingkungan dimana manusia berada.2

B. Presfektif Islam Mengenai Evolusi dan Nalar

Penciptaan manusia dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia diciptakan


sebagai makhluk paling sempurna di antara semua makhluk yang ada di alam
semesta. Kelebihan-kelebihan manusia menjadikan para ilmuan merasa terdorong
untuk meneliti lebih jauh mengenai hakikat dan eksistensi manusia dari berbagai
sudut pandang. Penelitian tersebut pada akhirnya menghasilkan berbagai disiplin ilmu
yang cukup variatif seperti kedokteran, psikologi, biologi, kimia, sosiologi,
antropologi, linguistik, filsafat dan lain sebagainya.3

2
Aas Siti Sholichah, Teori Evolusi Manusia dalam Presfektif Al-Quran, (Insitut Pergururan Tinggi
Ilmu Al-Qur’an: 2019) hal 110-112
3
Asmil Ilyas, Tesis: “Proses Penciptaan Manusia dan Teori Evolusi dalam Perspektif Al-Qur'an”,
(Jakarta: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ), 2002), Abstrak
Dalam perspektif sains, teori evolusi yang pertama kali dikonsepkan Charles
Darwin, seorang ilmuan dan naturalis berkebangsaan Inggris, disebutkan sebagai
kerangka dasar proses evolusi yang berjalan hingga saat ini. Terdapat dua teori yang
dikemukakan olehnya, yakni:

1. Pertama, menyatakan semua makhluk hidup yang ada di bumi ini adalah hasil
keturunan dari moyang yang sama yang mengalami modifikasi.
2. Dan yang kedua teori tersebut menyajikan sejumlah besar fakta yang dianggap
Darwin hanya dapat dijelaskan dengan teori evolusi, tidak cukup dengan teori
penciptaan khusus (dimaksudkan kalimat ini adalah taeori Darwin hanya dapat
dijelaskan secara saintis saja, jadi tidak dapat dikaitkan dengan agama apapun).

Setelah tahun 1871, ia menerbitkan buku The Descent of Men, yang menguraikan
implikasi teori evolusi organik bagi asal-usul manusia, jadi manusia dan kera
mempunyai nenek moyang yang sama bukan berarti nenek moyang manusia
adalah kera.4

Dalam teorinya, Darwin mendapat dukungan dari para pendukung


materialisme evolusioner, salah satunya adalah Richard Dawkins, biolog evolusioner
asal Britania Raya, ia berpandangan bahwa sains merupakan bentuk penjelasan yang
berterima. Jika sains tidak menemukan tujuan, tidak ada pula tujuan di alam ini. Ini
mengarahkan pandangannya ke reduksionisme ontologis atau materialisme yang
menganggap materi sebagai realitas dasar. 5

Beralih ke perspektif agama, dalam kajian ilmiah dan tafsir Teropong Cercah
Kauniyah (TerCerahKan) bertopik Black Hole yang diadakan oleh Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University dengan topik
Evolusi. Dekan FMIPA, Dr Berry Juliandi dalam sambutannya mengatakan bahwa
kegiatan ini berusaha mengkaji serta mempertemukan sumber-sumber pengetahuan
yakni sains dan Al-Quran

Dr Hamim, Pakar IPB University dari Departemen Biologi FMIPA sebagai


narasumber menjelaskan terkait teori evolusi dalam perspektif ayat-ayat Al-Quran
beserta pandangan ulama. Ia menjelaskan bahwa manusia sebagai ulul albab mestinya

4
Aisyah Latun, “Evolusi Diantara Sudut Pandang Sains Dan Agama: Nenek Moyang Kita Bukan
Kera”, (https://uir.ac.id/, diakses pada tanggal 9 November 2023 pukul 23.11)
5
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, (Bandung: Mizan Media Utama)
senantiasa berpikir tentang penciptaan langit dan bumi. Pemikiran tersebut merupakan
wujud dari implementasi keyakinan bahwa penciptaan Allah SWT tidak akan sia-sia.

Manusia merupakan salah satu makhluk biologis yang menempati bumi.


Dimana mereka mempunyai satu unsur penting didalam diri sebagai indikator yang
membedakannya dengan hewan, yakni akal. Sudah sepantasnya manusia berpikir
mengenai penciptaan semesta bahkan mengapa dirinya diciptakan, dimana hal
tersebut sebagai bentuk pendekatan diri terhadap Tuhan, Dan bagi manusia yang ber-
Tuhan, mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang diciptakan mempunyai nilai guna
dan orientasi penciptaannya. Hal tersebut trrjadi secara naturalis dan naluriah
dikarenakan manusia diciptakan sebagai makhluk yang berakal 6.

Bagi penganut agama Islam, kebenaran yang mutlak hanya berasal dari
ketetapan Allah SWT. Bahkan, dari segi biologi molekuler, susunan gen tercatat
dengan sangat rinci sehingga membuktikan bahwa hukum alam dari Allah SWT
mutlak sifatnya. Catatan penting dari teori evolusi tersebut bahwa tak hanya menyorot
aspek penciptaan manusia namun juga seluruh makhluk hidup. Disimpulkan bahwa
berdasarkan ayat-ayat Al-Quran maupun pandangan ulama, teori tersebut sarat
muatan materialisme.7

Pedoman yang dipercaya oleh orang-orang muslim menjadi dasar paten atas
segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Doktrin tersebut memiliki kekuatan
kebenaran (bagi pemeluk) tanpa pendukung. Banyak ilmuan sains yang berlomba-
lomba untuk membuktikan kebenaran tersebut. Atau bahkan ketika mereka
mengemukakan suatu teori, teori tersebut sebenarnya sudah ada dalam Kitab Suci
sebelum teori itu sendiri dikemukakan. Dimana pada dasarnya islam dan sains
merupakan dua dimensi yang bertolak belakang namun saling berkaitan. Jika
kebenaran dalam perspektif islam diakui dengan keyakinan (keimanan) maka dalam
perspektif sains kebenaran itu dapat diakui hanya dengan bukti nyata yang logis.

Kesesuaian Al-Qur'an dan sains dalam teori evolusi makhluk hidup antara lain
terkait dengan asal usul makhluk hidup. Al-Qur'an dan sains sama-sama sepakat

6
QS Ali Imran: 190
7
FMIPA, “Kaitan Teori Evolusi dengan Beberapa Surah di Al-Quran Menurut Dosen FMIPA IPB”,
(http://fmipa.ipb.ac.id/, diakses pada tanggal 9 November 2023 pukul 20.30)
untuk meyakini bahwa adanya wujud utuh manusia itu mengalami proses
penyempurnaan makhluk hidup dari yang sederhana menuju kesempurnaan.8

Jika dalam teori evolusi organic darwins dalan buku the Descent of Men
disebutkan bahwa manusia mencapai tingkat kesempurnaannya melalui proses evolusi
nenek moyang manusia yang dikaitkan dengan kera, maka di dalam Al Qur’an
dijelaskan bahwa proses ini terjadi dimulai dari dalam Rahim seorang ibu.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

QS. Al-Qur’an Al-Mu’minūn/23: 13

‫ۖ ُثَّم َج َعْلٰن ُه ُنْطَفًة ِفْي َقَر اٍر َّم ِكْيٍن‬


Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).

TAFSIRWAJIZ
Usai menguraikan keberuntungan orang mukmin beserta sifat mereka, Allah lalu
menyusulinya dengan uraian tentang proses kejadian manusia yang amat
mengagumkan; suatu proses yang semestinya mendorong setiap manusia untuk
beriman. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia bermula dari suatu saripati
yang berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya, yaitu saripati itu, air mani
yang disimpan dalam tempat yang kokoh, yakni rahim.

QS. Al-Mu’minūn/23: 14

‫ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَعَلَقَة ُم ْض َغًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغَة ِع ٰظ ًم ا َفَك َسْو َنا اْلِع ٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َاْنَش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َۗر َفَتَب اَر َك‬
‫ُهّٰللا َاْح َس ُن اْلٰخ ِلِقْيَۗن‬
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling
baik.

8
Asmil Ilyas, Tesis: “Proses Penciptaan Manusia dan Teori Evolusi dalam Perspektif Al-Qur'an”,
(Jakarta: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ), 2002), Abstrak
TAFSIRTAHLILI
(14) Kemudian air mani itu Kami (Allah) kembangkan dalam beberapa minggu
sehingga menjadi al-‘alaq (yang menempel di dinding rahim), dari al-‘alaq dijadikan
segumpal daging, dan segumpal daging dijadikan tulang belulang, dan ada bagian
yang dijadikan daging, kemudian tulang belulang itu dibungkus dengan daging,
laksana pakaian penutup tubuh, kemudian dijadikan makhluk yang (berbentuk) lain,
setelah ditiupkan Roh ke dalamnya, sehingga menjadi manusia yang sempurna, dapat
berbicara, melihat, mendengar, berpikir yang tadinya hanya merupakan benda mati.
Maka Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.9

C. Perbedaan Teori Darwin dan Perspektif Al-Qur’an.


1. Perspektif Teori Darwin tentang Penciptaan Manusia

Teori evolusi Darwin, sebagai penyempurna evolusi sebelumnya, mengukir


perjalanan evolusi dari zaman Yunani kuno. Dimulai dengan Thales yang mengaitkan
asal usul dengan air pada 600 SM, lalu Anaximander menyebutkan makhluk hidup
berasal dari lumpur yang disinari matahari. Aristoteles menyampaikan konsep
abiogenesis, bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Heraklitus menambah
dimensi baru dengan ide bahwa segala sesuatu bisa berubah menjadi bentuk baru.

Ini menjadi poin penting dalam sejarah evolusi. Meski telah melalui
modifikasi dan penyempurnaan sepanjang waktu, teori evolusi terus berkembang.
Evolusi Darwin menjadi puncaknya, membentuk teori evolusi sintesis modern yang
tetap populer di kalangan masyarakat saat ini.

Teori Darwin memang menghadirkan pandangan yang mengubah cara kita


memahami kehidupan. Seleksi alam, menurut Darwin, menciptakan persaingan di
antara makhluk hidup untuk bertahan hidup. Ironisnya, konsep ini kadang membuat
manusia merasa terancam, terutama dalam konteks ras dan persaingan hidup.

Teori ini memberikan pencerahan tentang evolusi melalui mutasi dan seleksi
alam, di mana setiap makhluk bersaing untuk tetap hidup dan mempertahankan
populasi mereka. Namun, pandangan ini juga membawa dampak kontroversial, seperti
keterlibatan manusia dalam peperangan sebagai bentuk ekspresi ekstrem dari
persaingan hidup.

9
Ismail SM, Pendidikan Karakter Bertauhid Dan Bersyukur Dengan Menghayati Penciptaan Manusia
(1), (https://fst.walisongo.ac.id/, diakses pada tanggal 9 november 2023 pukul 22.45)
Intinya, teori Darwin memunculkan pemahaman baru tentang sifat persaingan
dan evolusi, membawa dampak yang kompleks dan terus diperdebatkan dalam
pandangan manusia terhadap diri mereka dan alam sekitar. Pernyataan Darwin
mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera.
Selama proses evolusi yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu,
dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan
nenek moyangnya yang ditetapkan menjadi empat kelompok dasar sebagai berikut;

a. Australophithecines (berbagai bentuk yang termasuk dalam genus


b. Australophitecus
c. Homo habilis
d. Homo erectus
e. Homo sapiens.

Menurut Darwin, manusia dan semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang
yang sama, yaitu makhluk bersel satu. Makhluk bersel satu ini terus berevolusi dari
kera hingga menjadi manusia dalam jangka waktu yang lama. Meskipun pada masa
Darwin, dia hanya dapat melihat sel pada permukaan yang berbentuk kotak sederhana
dan tidak dapat menjelaskan asal usul sel tersebut. Sehingga, dalam pandangan
tertentu, teori Darwin dianggap runtuh karena keterbatasan pemahaman mengenai sel
pada zamannya.10

2. Perspektif al qur’an

Rasululah saw, menjelaskan tentang awal penciptaan manusia di dalam rahim


seorang ibu, yang berawal dari nuthfah (bercam purnya sperma dengam ovum),
‘alaqah (segumpal darah) lalu mudhghah (segumpal daging). Seperti yang telah
dijelaskan Allah swt dalam QS. Al-Hajj/22:5:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاْن ُكْنُتْم ِفْي َر ْيٍب ِّم َن اْلَبْع ِث َفِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُّنْطَفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُّم ْض َغ ٍة ُّم َخ َّلَق ٍة َّو َغْي ِر‬
‫ُم َخ َّلَقٍة ِّلُنَبِّيَن َلُك ْۗم َو ُنِقُّر ِفى اَاْلْر َح اِم َم ا َنَش ۤا ُء ِآٰلى َاَج ٍل ُّمَس ًّمى ُثَّم ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم ِلَتْبُلُغ ْٓو ا َاُش َّد ُك ْۚم َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَت َو ّٰف ى‬
‫َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَر ُّد ِآٰلى َاْر َذ ِل اْلُع ُم ِر ِلَكْياَل َيْع َلَم ِم ْۢن َبْع ِد ِع ْلٍم َش ْئًـۗا َو َتَر ى اَاْلْر َض َهاِم َد ًة َف ِاَذ ٓا َاْنَز ْلَن ا َع َلْيَه ا اْلَم ۤا َء اْهَت َّزْت‬
‫ْۢن‬
‫َو َرَبْت َو َا َبَتْت ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍۢج َبِهْيٍج‬

10
Maurice Bucaile, Asal, op.cit, h. 45.
Terjemahnya :

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, kem udian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiaannya ada yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang
siudah dikehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan , dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun , supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahi. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian
apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.11

Dalam tafsir Quraish Shihab, beliau menjelaskan bahwa Allah menetapkan


takdir bagi embrio yang tidak sempurna untuk gugur, sementara bagi embrio yang
sempurna, proses kejadian akan berlanjut sesuai dengan kehendak Allah. Embrio yang
sempurna diatur untuk melanjutkan prosesnya dalam rahim selama sekitar enam
hingga sembilan bulan, dan setelah waktu yang ditentukan oleh Allah, setiap individu
dikeluarkan dari perut ibunya sebagai seorang bayi. Pandangan ini mencerminkan
kebijaksanaan dan kekuasaan Allah dalam mengatur setiap tahap kehidupan manusia
dari awal pembentukan hingga kelahiran. 12

Dari tafsir diatas, Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqiy menjelaskan


tujuh tahap kejadian manusia. Tahap pertama adalah "kami telah menjadikan kamu
dari tanah." Artinya, Allah menciptakan orang tua kita (Adam) dari tanah. Selain itu,
Allah juga menciptakan kita dari mani, yang dapat merujuk kepada spermatozoid atau
ovum. Menurut penafsirannya, baik spermatozoid maupun ovum berasal dari tanah.

Dia menjelaskan bahwa darah manusia berasal dari makanan, baik dari
tumbuhan maupun hewan yang berasal dari bumi. Dengan penjelasan ini, disimpulkan

11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, h. 602
12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Cet VII : Lentera
Hati, 2000), h. 95.
bahwa dapat dikatakan bahwa segala manusia dijadikan dari tanah. Pandangan ini
menciptakan keterkaitan antara asal usul manusia dengan unsur-unsur bumi melalui
beberapa tahap dalam penciptaan dan pembentukan manusia.

Allah kemudian menciptakan manusia dari mani, yang berasal dari darah yang
berakar pada makanan yang tumbuh dari tanah. Proses berlanjut dari mani yang
bersifat cair dan darah yang membeku, menunjukkan keterkaitan antara unsur air dan
darah. Dari situ, Allah menciptakan manusia dari sepotong daging yang sempurna,
tanpa cacat, dan dari sepotong daging yang cacat. Hal ini menjelaskan keragaman
manusia dalam rupa, bentuk, panjang, dan struktur.

Penciptaan yang beragam ini, menurut penafsir, merupakan manifestasi


kekuasaan Allah, ketertiban aturan-Nya, serta sebagai sarana untuk menimbulkan
pengertian bahwa kebangkitan setelah mati adalah hal yang mungkin. Dengan
demikian, penciptaan manusia dalam keragaman dan keindahan menjadi bukti
kebesaran Allah dan keajaiban proses kehidupan manusia.

Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari,
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut
ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala
hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati suaminya
menjalan I masa ‘iddah selamah empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa
ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan
ketika menikah lagi lalu hamil. Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan
ini sepenuhya urusan Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya, yang
artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘ruh itu termaksud
urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberipengetahuan melainkan sedikit
(al-Isra’/17:85)13

‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َع ِن الُّر ْو ِۗح ُقِل الُّر ْو ُح ِم ْن َاْم ِر َر ِّبْي َو َم ٓا ُاْو ِتْيُتْم ِّم َن اْلِع ْلِم ِااَّل َقِلْيًل‬

Ayat di atas menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia didalam


kandungan ibunya itu terjadi setiap empat puluh hari sekali. Penciptaan setelah empat

13
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, h. 409
puluh hari pertama berbentuk nutfah dan empat puluh hari berikutnya brturut-turut
terciptalah ‘alaqah kemudian mudhgah.

Bila diamati secara mendalam, proses penciptaan manusia terbagi menjadi dua
jenis utama, yaitu dari benda padat yang berbentuk tanah dan benda cair yang
berbentuk air. Manusia, sebagai hasil penciptaan, menjadi makhluk yang bersifat
jasadiyah dan ruhiyah secara bersamaan. Penciptaan manusia oleh Allah
menunjukkan keagungan dan kesempurnaan. Manusia diciptakan sebagai makhluk
mulia yang mencakup kesempurnaan jasmani dan rohani. Namun, realitasnya
menunjukkan bahwa tidak semua manusia mampu mencerminkan kesempurnaan
tersebut, meskipun seharusnya demikian. Ini menciptakan kontradiksi antara
kesempurnaan penciptaan yang diberikan dan kenyataan bahwa tidak semua manusia
dapat mengekspresikan diri sebagai makhluk yang sempurna. Dalam hal ini, manusia
seharusnya menjadi makhluk paling beradab, teratur, dan mudah dikendalikan, tetapi
realitasnya menunjukkan variasi dalam manifestasi kesempurnaan tersebut.

Kesimpulan

Evolusi merupakan cabang sains biologi yang menjelaskan mengenai proses


perkembangan dan perubahan makhluk hidup baik secara genetic maupun organik.
Teori evolusi dan penciptaan nalar mempunyai berbagai macam presfektif yang ada.
Penciptaan manusia dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia diciptakan sebagai
makhluk paling sempurna di antara semua makhluk yang ada di alam semesta.
Menurut pandanagan islam dan sains teori evolusi memiliki beberapa pandangan.
Dalam evolusi penciptaan manusia, islam dan sains memiliki pandangan yang
berbeda. Dalam sains, teori Darwin menimbulkan pemahaman baru bahwannya
manusia itu sejatinya berevolusi, sifat persaiangan dan evolusi membawa dampak
yang kompleks dan terus diperdebatkan dalam pandangan manusia terhadap diri
mereka dan alam sekitar. Sedangkan presfektif islam, penciptaan manusia bersal dari
dalam rahim seorang ibu, yang mana awalnya dari segumpal darah (‘alaqah).
Daftar Pustaka
QS Ali Imran: 190
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya
Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan, Bandung: Mizan Media Utama
Shihab, M Quraish, 2000, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, Cet VII : Lentera Hati

Sholichah, Aas Siti, 2019, Teori Evolusi Manusia dalam Presfektif Al-Quran, Insitut
Pergururan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
Ilyas, Asmil, 2002, Tesis: “Proses Penciptaan Manusia dan Teori Evolusi dalam
Perspektif Al-Qur'an”, Jakarta: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an
(IIQ)
Maurice Bucaile, Asal, op.cit, h. 45.

Latun, Aisyah, “Evolusi Diantara Sudut Pandang Sains Dan Agama: Nenek Moyang
Kita Bukan Kera”, diakses pada tanggal 9 November 2023 pukul 23.11, dari
https://uir.ac.id/
FMIPA, “Kaitan Teori Evolusi dengan Beberapa Surah di Al-Quran Menurut Dosen
FMIPA IPB”, diakses pada tanggal 9 November 2023 pukul 20.30, dari
http://fmipa.ipb.ac.id/
Ismail SM, Pendidikan Karakter Bertauhid Dan Bersyukur Dengan Menghayati
Penciptaan Manusia (1), diakses pada tanggal 9 november 2023 pukul 22.45,
dari https://fst.walisongo.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai