Anda di halaman 1dari 24

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DARI ZAMAN KE

ZAMAN
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh:
Burhanuddin Rafbani
Devid Viranggga
Khairil Anwar Nasution

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI MEDAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN HUMANIORA
Biografi Singkat Penulis

• Nama: Jalaluddin
• Tempat, Tanggal Lahir: Bangka, 10 Desember 1942
• Jenjang Pendidikan: Universitas Islam Fatahillah Palembang hingga tingkat
sarjana muda, tahun 1967. Strata 1 diselesaikan di fakultas tarbiyah institut
Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Fatahillah, tahun 1973. Pendidikan
strata 3 beliau dirampungkan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
1990.
• Riwayat Pekerjaan: Jalaludin memulai pekerjaan sebagai guru di sekolah
Rakyat Mantung ( Belinyu ) tahun 1960-1961. Selama mengikuti
pendidikan KGA tahun 1961-1964, ditugaskan sebagai guru Sekolah
Dasar Negeri ( SD ) No. 57 Palembang. Antara tahun 1964-1967 aktivitas
beralih ke madrasah swasta di Palembang, antara lain Madrasah
Qur'aniyah dan perguruan Adabiyah di Palembang. Tahun 1967 kembali
berstatus sebagai pegawai negeri di bawah Departemen Agama Republik
Indonesia.
Selama menjadi pegawai departemen Agama Republik Indonesia, menatap di
Palembang dengan rangkaian tugas yang berawal dari guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri ( MTs AIN ), tahun 1967-1972. Lalu dipindahkan jadi
guru madrasah aliyah agama Islam Negeri ( MAAIN ), tahun 1972-1975. Di
rentang tahun 1975-1980 bertugas sebagai guru di pendidikan Guru Agama
Negeri ( PGAN ) 6 tahun
A. Latar Belakang Perkembangan Filsafat
Bila dicermati, sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat
menjelaskan bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran manusia
terhadap potensi dirinya, khususnya akal budi. Awal pemikiran filsafat muncul
sebagai reaksi keras terhadap lingkungan mitologi. Manusia dibelenggu oleh
kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai oleh makhluk-makhluk gaib yang
dimunculkan oleh mitos. Kepercayaan mistis dekat dengan animisme, yaitu
kepercayaan akan adanya jiwa-jiwa, roh-roh yang mendiami dan menghidupi
alam. Roh-roh ini ditakuti, dihormati, diberi korban dan sesajen, dimintai
permohonan berkat.1
Kepercayaan serupa itu menyebabkan manusia mendapatkan dirinya
sebagai pengabdi dan pemuja para makhluk rohaniah yang dianggap sebagai
penguasa alam dengan sebutan dewa. Begitu manusia menemukan kesadarannya,
dia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang disebutnya kebenaran. Apa
yang benar bagi seseorang adalah apa yang sesuai dengan kesadarannya, yang
disetujuinya, yang dianggapnya baik, yang dianggapnya punya nilai, dan dapat
dijadikannya pegangan dalam bertindak. Dalam sejarah umat manusia dikenal
sebagai sejumlah lembaga kebenaran yang dikenal sebagai agama, ilmu filsafat
dan seni. 4 macam kebenaran itu tidak bertentangan dan malahan sejalan serta
saling memperjelas sesamanya. Bahkan sebagai penemuan ilmu, filsafat dan seni
mutakhir sering lebih memperjelas kebenaran agama.
Apakah Islam, agama diwahyukan Tuhan benihnya muncul dari
pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi. Di sini ia
menemukan tiga hal, yakni keindahan, kebenaran, dan kebaikan. Gabungan dari
ketiganya dinamai suci. Dijelaskan, bahwa manusia ingin mengetahui siapa dan
apa yang maha suci itu. Ketika itulah dia menemukan Tuhan dan sejak itulah dia
berusaha berhubungan dengannya, bahkan berusaha untuk meneladani sifat-
sifatnya. Usaha itulah yang dinamai beragama.

1. Pengertian Filsafat
Kata filsat sama sekali tidak dikenal dalam terminologi
keilmuan Islam. Kata ini baru dikenal oleh kalangan ilmuwan muslim
setelah pertemuan antara peradaban Islam dan Hellenisme ( Yunani ).
Orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa
Arab menjadi falsafah. Melalui kontak dengan Yunani itu pula
1
Franz Dähler, Eka Budianta: Pijar perabadan manusia: Denyut harapan evolusi, Kanisius,
Yogyakarta 2000, hal 279
kemudian memunculkan sejumlah filsuf besar Muslim, seperti al-
kindi, ar Razi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, dan Ibnu Rusyd.
Para filsuf muslim ini masing-masing telah mengutarakan
pemikiran filsafat masing-masing. Namun menurut Harun Nasution
selanjutnya, bahwa kebanyakan dari filsuf filsuf tersebut banyak
dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Yunani. Sejalan dengan asal usul
kata filsafat itu sendiri untuk memahami apa maknanya, perlu
ditelusuri ke sumber asalnya, yakni Yunani.

Para pengamat mengungkapkan bahwa filsafat terbentuk dari


kata philos dan sophia. Veloz berarti cinta dan sophia artinya
kebenaran. Dengan demikian secara etimologis filsafat berarti cinta
kebenaran. Adapun yang dimaksud dengan kebenaran adalah yang
didasarkan atas penilaian menurut nalar manusia. Karena itu kebenaran
menurut Plato dan Aristoteles adalah apabila pernyataan yang
dianggap benar itu bersifat keheran atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya.2

2. Perkembangan Filsafat
Menurut Windelband, pada awal pemunculannya, kata filosofia
mempunyai arti tidak terbatas. Kata filsafat secara umum berarti cara
kerja berpikir. Filsafat mendorong penyelidikannya sampai kepada
soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia, sebagian dari
soal-soal filsafat pada zaman dulu telah terjawab dengan jawaban yang
memuaskan kebanyakan ahli filsafat. Namun demikian, banyak soal
yang sudah terjawab hanya untuk sementara dan problem-problem
yang belum terjawab.3

Usaha untuk menjawab dan pemecahan terhadapnya telah


menimbulkan berbagai hal serta sistem pemecahannya. Oleh sebab itu,
pemikiran yang bersifat filsafat terus mengalami perkembangannya.
Pemujaan atas kemampuan akal oleh para filsuf ini memunculkan
sebagai respons dari tradisi budaya Yunani kuno. Tradisi budaya
Yunani kuno dipengaruhi oleh kepercayaan yang bersifat mitos.
Mitologi Yunani menempatkan dewa sebagai penguasa alam semesta.
Para dewa inilah yang menjadi pengatur dan penentu kehidupan
manusia. Segala bentuk malapetaka ataupun bencana alam
dihubungkan dengan sikap “Angkara Murka” dewa. Untuk
mengatasinya perlu dilakukan upacara-upacara pemujaan kepada
dewa.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Ilmu, ( Jakarta: 2000 ), hal 34
3
Harold H. Titus, Dkk, Persoalan Persoalan Filsafat, ( Jakarta: 1984 ), hal 10
Dalam mitologi Yunani kuno dikenal nama Zeus ( Angkasa )
Zeus dipercaya sebagai dewa tertinggi, bapak segala dewa, dan
manusia. Ia menjadi penguasa langit dan bumi. Putra Cronus dan
Rhea, serta suami Hera ini memiliki 140 anak-anak Zeus adalah juga
dewa. Masing-masing memiliki kewenangan dan wilayah kekuasaan.
Aphrodite permintaan, keindahan dan kesuburan. Artemis adalah bulan
malam dan perburuan.

Sebagai kepercayaan terhadap kemampuan dewa-dewa ini


ternyata tidak mampu mengatasi bencana alam yang menimpa
masyarakat Yunani. Nilai sebagai dongeng titik tidak masuk akal dan
harus disingkirkan dari kepercayaan masyarakat. Ketika itu
kepercayaan bahwa manusia mampu mengatasi kemelut hidup mereka
titik-titik manusia memiliki potensi untuk itu, yakni akal untuk
mencari kebenaran titik tidak lagi menyerahkannya kepada dewa.

B. Filsafat dan Agama


Kebenaran itu telah ada sebelum manusia ada. Sebab kebenaran itu sendiri
ada di luar alam manusia. Kebenaran itu suatu esensi, suatu hakikat, suatu ide
yang mendahului manusia yang membutuhkannya. Dalam hidupnya, manusia
selalu dimotivasi untuk menemukan kebenaran. Apa yang dimaksud dengan
kebenaran itu? Dalam sejarah umat manusia, lembaga kebenaran yang paling tua
adalah agama atau sistem kepercayaan. Dasar agama adalah kepercayaan. Apa
yang dinyatakan oleh agama mengenai kebenaran, langsung diterima atas dasar
keyakinan dalam agama, pemegang otoritasnya adalah agamawan.
Memang dalam pendekatan sejarah peradaban barat diakui, konflik dinilai
sebagai pelopor pencari kebenaran. Kamu besok ditempatkan pada kedudukan
sebagai sosok yang dicinta ( philos-philare ) kebenaran ( sophia ). Kebenaran yang
dihasilkan oleh para filsuf adalah kebenaran yang didasarkan pada penelitian
menurut nalar manusia. Ternyata penilaian tentang kementerian tersebut tidak
memiliki penilaian yang baku. Tergantung dari paradigma yang digunakan. Dalam
kajian filsafat umumnya ada tiga teori yang digunakan, yakni teori koherensi,
teori korespondensi dan teori pragmatis.4
Titik filsafat tidak mengarahkan pandangan-pandangannya kepada sebab-
sebab terdekat gema melainkan kepada mengapanya yang terakhir, sepanjang
kemampuan yang ada yang dapat dicapai oleh akal budi manusia. Karakteristik
pemikiran filsafat yang bersifat menyeluruh mendasar dan spekulatif. Semuanya
4
Jujun S Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif: sebuah kumpulan karangan tentang hakikat ilmu, (
Jakarta 1990 ), hal 55-57
ini melukiskan faktor keterbatasan kemampuan akal budi manusia. Maka wajar
bila kebenaran filsafat bersifat spekulatif. Beragam bentuk penilaiannya titik
tergantung kepada pendekatan yang digunakan.

C. Islam sebagai Agama dan Pandangan Hidup


Islam akan dilihat dari dua sudut pengertian. Pertama dari makna kata
( etimologi ). Kedua dari kata Islam sebagai agama Allah ( Din Allah ). Melalui
kedua pendekatan ini diharapkan akan lebih mempermudah pemahaman terhadap
hubungan antara Islam sebagai agama sebagai sistem nilai, dan juga sebagai
sebuah pandangan hidup.
Secara etimologis Islam memiliki sejumlah derivasi ( kata turunan ), antara lain:
1. Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk, dan patuh sepenuhnya.
2. Salima, berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat/cela.
3. Salam, berarti damai, aman, dan tenteram.
4. Sullam, yang artinya tangga ( alat bantu untuk naik ke atas ).
Berdasarkan pengertian etimologis ini, maka secara garis besarnya Islam
mengandung makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah yang dibuktikan
dengan sikap taat, tanduk, dan patuh kepada ketentuannya, guna terwujudnya
suatu kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa, bersih, dan bebas dari cacat/cela
dalam kondisi damai, aman, dan tentram serta berkualitas. Sebagai gambaran
umum dari kehidupan yang islami.
Filsafat sebagai pandangan hidup terkait dengan sistem nilai yang
sekaligus jadi pandangan hidup. Dalam pandangan Islam, sistem nilai yang jadi
pandangan hidup ini menyatu dan identik dengan nilai-nilai ajaran Islam itu
sendiri. Lalu nilai-nilai ajaran itu pula yang kemudian diupayakan untuk
diwujudkan dalam kehidupan nyata antara lain melalui proses pendidikan.
Dikemukakan oleh Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany,
bahwa filsafat pendidikan ialah pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat
dalam bidang pendidikan5. Di sini terlihat bagaimana hubungan antara pemikiran
filsafat dengan pelaksanaan pendidikan. Filsafat itu harus diambil dari berbagai
sumber dengan syarat semua faktor dan sumbernya itu harus dikaitkan dengan
sumber Islam.6

5
Omar Mohammad al Toumy Asy Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, ( Jakarta: 1979 ), hal 30
6
Ibid, hal 38
D. Latar Belakang Kajian Filsafat Pendidikan Islam
Dikatakan, bahwa masalah pendidikan merupakan masalah kehidupan
manusia. Pendidikan sebagai sebuah proses berada dan berkembang bersama
dengan proses perkembangan yang berlangsung dalam kehidupan manusia.
Bahkan pada hakikatnya kedua proses itu adalah satu. Pendidikan identik dengan
perkembangan manusia itu sendiri. “life is edication, and education is life”, tulis
Rupert C. Lodge.7
Pemahaman seperti itu agaknya tak jauh berbeda dengan pandangan Islam.
Hal ini dapat dirujuk dari pernyataan Rasul Allah shallallahu alaihi wasallam.: “
Aku dibangkitkan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.” Menyempurnakan
akhlak manusia yang merupakan upaya Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Dalam mengemban tugas utama kerasulan beliau. Menyempurnakan akhlak bukan
aktivitas yang bersifat instan ( sekali jadi ). Upaya tersebut merupakan rangkaian
aktivitas yang terarah dan berkesinambungan. Merupakan sebuah proses yang
berlangsung sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri.

E. Ruang Lingkup Kajian Filsafat Pendidikan Islam


Sebagaimana filsafat pendidikan pada umumnya maka filsafat pendidikan
Islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah
pendidikan, yakni pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam adalah pedoman
bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.8 Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya
merupakan landasan dasar bagi penyusunan bagi bangunan sebuah sistem
pendidikan Islam itu sendiri
Filsafat pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai
masalah pendidikan Islam tak dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan,
yakni untuk menyempurnakan akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait
pula dengan hakikat penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang
setia. Sebagai pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga tak dapat
melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi.

7
Murni Djamal, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,. (Jakarta: 1984), hal 11
8
Omar Mohammad al Toumy Asy Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: 1973), hal 33
F. Filsafat Pendidikan Islam dan Filsafat Pendidikan
Masalah yang menyangkut pendidikan terkait dengan kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, pendidikan senantiasa menjadi permasalahan manusia dari zaman
ke zaman. Setiap zaman dihadapkan pada permasalahan yang berbeda tidak
terkecuali permasalahan yang menyangkut pendidikan. Perbedaan situasi kondisi
serta kebutuhan di setiap zaman setidaknya ikut mempengaruhi pandangan
tentang pendidikan maka wajar bila definisi tentang pendidikan cukup banyak.
Prof. Dr. Khursyid Ahmad memberi gambaran tentang hal itu dalam bukunya
“Prinsip-prinsip Pendidikan Islam” dalam pandangan John Stuart Mill, pendidikan
itu tidak hanya mencakup apa yang kita lakukan dan dilakukan orang lain untuk
kita sendiri. Dalam hal ini pendidikan membawa pada kesempurnaan potensi
pembawaan kita ini. Selain itu, ia mempunyai pengertian yang luas yakni
pendidikan mempunyai tujuan yang langsung dan tidak langsung. Tujuan tidak
langsung berarti membentuk karakter dan kemampuan manusia, sedangkan tujuan
secara langsung masih terdapat perbedaan pendapat dari para ahlinya.9

G. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam


Dasar pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu
sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yakni Al Qur’an dan Hadist.
Selanjutnya dasar tadi dikembangkan oleh pemahaman ulama dalam bentuk qiyas
syar’i, ijma’ yang di akui, ijtihad dan tafsir yang benar-benar dalam bentuk
pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat,
dan bangsa, pengetahuan, kemanusiaan, dan akhlak dengan merujuk kedua
sumber asal, yakni Al Qur’an dan Hadist rujukan utamanya.
Menempatkan Al Qur’an dan Hadist sebagai dasar pemikiran dalam
membina sistem pendidikan bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang
didasarkan pada keyakinan semata. Lebih dari itu kebenaran dimaksud juga
sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh nalar ( Rasio ) dan bukti-bukti
sejarah. Apabila pemikiran-pemikiran ini difokuskan pada masalah yang
berhubungan dengan hakikat pendidikan, maka pemikiran seperti itu disebut
sebagai pemikiran filosofis. Bentuk pemikiran mengenai pendidikan yang bersifat
universal logis dan mendalam mengenai permasalahan pendidikan.
Sebagaimana dengan filsafat pendidikan umumnya maka filsafat
pendidikan Islam merupakan pedoman bagi perancang dan orang-orang yang
9
Khursyid Ahmad, Prinsip Prinsip Pokok Islam, (Jakarta: 1989), hal 14-15
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara filsafat pendidikan Islam dengan pendidikan Islam itu sendiri
demikian eratnya. Bahkan pendidikan Islam sangat tergantung secara langsung
kepada filsafat pendidikan Islam. Sebab filsafat pendidikan Islam berfungsi
sebagai landasan dasar bagi penyusun sistem pendidikan Islam.
H. Hakikat Manusia
Berikan pendapat yang dikemukakan seputar hakikat manusia. Pendapat
tersebut tergantung dari sudut pandang masing-masing. Ada sejumlah konsep
yang mengacu kepada makna manusia sebagai makhluk. Dilihat dari sudut pada
etika, manusia disebut homo Sapiens, yakni makhluk yang memiliki akal budi.
Lalu manusia disebut animal rational karena memiliki kemampuan berpikir.
Berdasarkan pendekatan kemampuan berbahasa manusia dinamakan homo
laquen. Mereka yang menggunakan pendekatan kebudayaan menyebabkan
manusia sebagai homo faber atau toolmaking animal. Makhluk yang mampu
membuat perangkat peralatan.
Selanjutnya manusia lazim pula disebut homo socius ataupun zoom
politicon. Makhluk sosial yang mampu bekerja sama serta mengorganisasi diri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Homo economicus dilekatkan kepada
manusia sebagai makhluk hidup atas dasar prinsip-prinsip ekonomi. Selain itu,
manusia disebut juga sebagai homo religiosus, yaitu makhluk beragama. Dan
masih banyak lagi sebutkan sebutan untuk dikenakan kepada manusia. Namun
konsep-konsep yang digunakan untuk menggambarkan sosok manusia secara utuh
belum terpenuhi. Sampai-sampai Murtadha Muthahhari mengungkapkan bahwa
manusia adalah makhluk yang serba unik. Menurutnya, tidak ada makhluk di
dunia ini yang lebih membutuhkan penjelasan dan interpretasi selain manusia
Dalam Dalam konteks ini hakikat manusia tak mungkin dijelaskan secara
tuntas oleh pemikiran filsafat yang hanya mengandalkan kemampuan optimal
rasio. Satu-satunya jalan yang paling meyakinkan adalah dengan merujuk ke
sumber dari sang pencipta manusia itu sendiri, yakni Allah. Dalam Al Qur’an
jelaskan mengenai konsep manusia dengan menggunakan sebutan: Abd Allah,
Bani Adam, Bani Basyr, Al-Insan, Al-Ins, Al-Nas, dan Khalifah Allah.
1. Konsep Abd Allah
Beda dari Darwinimisme, Al Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Allah titik dalam konteks ini manusia
diposisikan sesuai dengan hakikat penciptaan dan, sebagaimana
dinyatakan sendiri oleh Al Qur’an di surah AZ Zariyat ayat 56 “Dan tidak
ku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya semata-mata untuk mengabdi
kepadaku”. Penjelasan ini menunjukkan bahwa manusia pada hakekatnya
adalah Abd ( Hamba ) Allah yang segala bentuk aktivitas kehidupannya
adalah untuk mengabdi kepada Allah.
2. Konsep Bani Adam
Umumnya dalam pendekatan antropologi fisik, manusia terbagi menjadi
tiga ras induk, yakni Kaukasoid, Negoroid dan Mongolid. Pembagian ini
agaknya didasarkan pada tampilan fisik. Dicirikan oleh kesamaan dan
perbedaan secara fisik. Ras kaukasoid dicirikan oleh tubuh tinggi kulit
putih, hidung mancung, bola mata biru, dan rambut pirang. Ras negroid
bertubuh tinggi, kulit hitam pekat, hidup pesek bola mata hitam, dan
berambut keriting. Mongolit memiliki tubuh sedang, kulit kuning bermata
sipit dan rambut lurus.
3. Konsep Bani Basyr
Secara harfiah, Bani Basyr dapat diartikan sebagai keturunan manusia. Hal
ini juga berarti bahwa manusia bukan keturunan makhluk bukan manusia
seperti jin, malaikat ataupun hewan. Selain itu Al Basyr merupakan konsep
yang lebih dititikberatkan pada pendekatan biologi titik manusia dilihat
dari sudut pandang struktur dan komposisi tubuhnya secara biologis.
4. Konsep Al-Insan
Kata insan dijumpai sebanyak 65 kali dalam Al Qura. Menurut M. Quraish
Shihab, kata ini berasal dari akar kata uns yang berarti jinak, tampak, dan
harmonis. Penggunaan kata insan dalam Alquran untuk menggambarkan
manusia dengan segala totalitasnya. Secara biologis “Manusia diciptakan
dalam bentuk sebaik baiknya” menurut Al Qur’an surah At-Tin ayat 4.
5. Konsep Al-Ins
Konsep Al-Ins terkait dengan hakikat penciptaan manusia titik hubungan
ini dijelaskan dalam Al Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56 “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”.
Dalam ayat ini manusia dipasang gandakan dengan jin sebagai makhluk
non fisik. Meskipun demikian, pada tataran hakikat keduanya diciptakan
atas dasar yang sama. Hanya untuk menyembah dan mengabdi kepada
sang maha pencipta titik keduanya juga punya peluang untuk ingkar,
hingga merugikan diri sendiri. Juga diungkapkan Al Qur’an bahwa
manusia selaku Al Ins punya peluang untuk jadi penyesat dan
berkolaborasi dengan setan.
6. Konsep Al-Nas
Merujuk ke informasi sejumlah ayat, konsep Al-Nas mengacu ke makna
manusia sebagai makhluk sosial. Dalam konteks kehidupan manusia
sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat. Al Qur’an menyatakan
didalam surah Al Hujurat ayat 13 “Hai Manusia (Al Nas), sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa Dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal”. Hakikatnya manusia cenderung hidup menetap dalam
komunitas. Mulai dari unit sosial terkecil, yakni keluarga hingga ke bentuk
komoditas yang lebih besar seperti masyarakat dan bangsa.

7. Konsep Khalifah Allah


Manusia juga disebut sebagai khalifah Allah di muka bumi titik secara
etimologis, Khalifah (Dari kata kerja Khalafa) berarti mengganti atau
mengikuti. Menurut M. Quraish Shihab, makna khalifah mencakup
pengertian:
- Orang yang diberi kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik
luas maupun terbatas
- Memiliki potensi untuk mengembam tugasnya, namun juga
terdapat berbuat kesalahan dan kekeliruan
Status kekhalifahan di bumi mencakup segala sesuatu yang dipikul
manusia berupa amanat kemanusiaan, pertanggungjawaban, usaha dan
akibat-akibat perbuatan, serta risiko, cobaan dan ujian yang dialaminya.
8. Konsep Ummah (Umat)
Ummah (Umat) mengandung pengertian:
- Setiap generasi manusia yang kepada mereka diutus nabi atau
Rasul
- Jamaah atau golongan manusia yang menganut agama tertentu
- Suatu kumpulan manusia dari berbagai lapisan sosial yang
diikat oleh ikatan sosial tertentu
dengan demikian, pengertian umat mengacu kepada komunitas manusia
yang tergabung dalam kesatuan yang dilatarbelakangi oleh ikatan
keyakinan atau prinsip sosial tertentu.

I. Manusia dan Potensinya


Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa hakikat dari
penciptaannya adalah agar manusia dapat menjadi pengabdi Allah yang maha
setiap titik untuk mencapai tujuan itu, maka Allah titik sebagai sak maha
pencipta telah melengkapi manusia dengan berbagai potensi. Bila potensi
dimaksud ditumbuh dikembangkan secara optimal sesuai dengan petunjuk dan
ketentuan Allah titik maka diyakini, manusia mampu mewujudkan dirinya
sebagai seorang khalifah Allah di muka bumi sekaligus menjadi pengabdinya
yang setia.
Dalam hubungan dengan statusnya sebagai seorang hamba, manusia
telah dianugerahi potensi dasar, yakni fitrah. Menurut Murtadha Muthahhari,
Fitra berkaitan dengan keadaan manusia dalam hubungan dengan agamanya.
Pernyataan Al Qur’an dari surah Ar Rum ayat 30 “Fitrah Allah yang
menciptakan manusia menurut fitrah itu” mengandung arti keadaan yang
dengan itu manusia diciptakan titik artinya Allah telah menciptakan manusia
dengan keadaan tertentu yang didalamnya terdapat kekhususan-kekhususan
yang ditempatkan Allah dalam dirinya saat dia diciptakan dan keadaan itulah
yang menjadi fitrahnya.
Kebutuhan rohani adalah berupa motif-motif suci. Motif ini terbagi
menjadi 5 kategori, yakni:
1. Mencari Kebenaran
Mencari kebenaran adalah sesuatu yang disebut dengan istilah
pengetahuan atau kategori penalaran terhadap alam luar. Dekat adanya
dorongan ini manusia cenderung untuk menemukan berbagai hakikat
seperti apa adanya atau menalarnya sebagaimana semestinya. Mendorong
manusia untuk memperoleh berbagai pengetahuan tentang alam dan wujud
benda-benda dalam keadaan yang sesungguhnya
2. Akhlak
Manusia memiliki kecenderungan dalam banyak hal, diantaranya ada yang
dapat memberi manfaat secara fisik seperti harta kekayaan titik di luar
delay manfaatnya bersifat fisik manusia juga tergantung kepada nilai
keutamaan dan kebajikan. Sebagai kebaikan spiritual. Dalam diri manusia
kecenderungan ini mendorong manusia senantiasa belajar dari kebajikan
sebagai kebaikan spiritual. Manusia menyukai kejujuran karena baik dan
membenci kebohongan karena ia bertentangan dengan kejujuran.
3. Estetika
Manusia tertarik secara total pada keindahan, baik keindahan dalam akhlak
maupun keindahan dalam bentuk titik tidak seorang manusia pun dia
kosong dari rasa suka kepada keindahan titik seseorang akan berusaha
semaksimal mungkin agar penampilannya menjadi indah titik dorongan ini
berkaitan dengan selera dan rasa: rakaat ini pula yang menyebabkan
manusia membutuhkan dan menyukai keindahan.
4. Kreasi dan Penciptaan
Dalam diri manusia juga terdapat dorongan untuk membuat sesuatu yang
baru titik sesuatu yang belum ada atau belum pernah dibuat orang lain.
Manusia senantiasa terdorong untuk berkreasi guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kreativitas dan daya cipta itu diaktualisasikan dalam beragam
bentuk seperti mereka yang sama masyarakat, mengatur negara,
membangun kota, membuat perencanaan berbagai program, merancang
metode, dan silabus pendidikan, maupun penulis buku.

5. Kerinduan dan Ibadah


Dalam diri manusia terdapat suatu kondisi yang disebut dengan kerinduan.
Kerinduan (al-‘Isyq) adalah kondisi yang lebih tinggi tingkatannya
dibandingkan cinta. Konon al-‘Isyq (Kerinduan) semula adalah nama
sejenis pohon yang hidupnya menempel pada pohon lain dan memeluknya
sedemikian rupa seakan-akan dia adalah pemilik pohon yang diperlukan
yaitu. Seperti itulah kerinduan, ungkap Murtadha Muthahhari.

J. Manusia dan Pendidikan


Dikemukakan oleh Omar Mohammad al Al Toumy Asy Syaibani,
meskipun sedikit, buku-buku filsafat pendidikan di negara-negara Arab dan
negara Islam masih tetap mengambil pemikiran dan menghadapi persoalannya
dari segi pandangan Barat. Dalam menghadapi persoalan tabiat manusia,
misalnya mereka selalu menyebutkan pendapat Plato, Aristoteles, Thomas
Hobbes, John Locke Jean Jacques Rouseau, John Dewey dan lain-lain.
Termaksud juga pendapat mengenai hubungan manusia dengan pendidikan.
Dalam pendekatan filsafat pendidikan barat dikenal tiga aliran utama
yang membahas hubungan antara manusia dan pendidikan, yakni nativisme,
empirisme, konvergensi. Aliran pertama menyatakan bahwa manusia alam
natur (potensi) Bawaan manusia yang dominan dalam pendidikan. Aliran ini
dipelopori oleh Jean Jaques Rouseau. Beda dengan empirisme yang dipelopori
oleh John Locke. Dia berpendapat bahwa pengalaman dan lingkungan yang
dominan titik konvergensi sebagai aliran penengah ini dimunculkan oleh
William Stern. Menurutnya, perpaduan antara faktor bawaan dan faktor
lingkungan yang menentukan perkembangan seseorang. Faktor bakat dan
pendidikan.
K. Sistem Nilai Dalam Kehidupan Manusia
Setiap orang mempunyai cita-cita dalam hidupnya titik dalam
menjalani kehidupannya, manusia senantiasa berupaya untuk mewujudkan apa
yang menjadi cita-citanya itu titik ketika itu cita-cita tersebut sudah menjadi
pandangan hidup titik sumber dari cita-cita atau pandangan hidup tersebut
beragam. Ada yang dihasilkan dari pemikirannya sendiri, atau dipengaruhi
oleh ideologi tertentu, atau aliran ideologi yang ia yakini, serta juga nilai-nilai
ajaran agama yang dianut. Ideologi berisi rumusan pokok pemikiran manusia.
Sedangkan agama berisi ajaran bersumber dari wahyu ilahi titik keduanya
menawarkan pandangan hidup yang berisi perangkat nilai yang diyakini
kebenarannya.
Penganut komunisme meyakini kebenaran ideologi komunisme.
Menurut mereka keberadaan agama tidak lebih dari candu masyarakat titik
agama telah menjadikan masyarakat lunglai, lesu, hina, pasrah dan kecanduan
titik atas dasar pemahaman seperti itu, menurut mereka kesejahteraan hidup
manusia berdasarkan prinsip hidup secara komunal. Bentuk sistem masyarakat
di mana sarana-sarana produksi dimiliki secara bersama-sama dan pembagian
didasarkan atas asas bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh hasil
bagian sesuai dengan kebutuhan.

L. Tinjauan Ontologis
Berhadapan dengan permasalahan yang mendasar tersebut,
bagaimanapun pendidikan tak dapat berdiri sendiri. Perlu bantuan disiplin
ilmu lain untuk memecahkannya, termasuk analisis filsafat. Bantuan analisis
filsafat ini adalah dalam memahami dan memecahkan hal-hal yang antara lain
berkaitan dengan masalah-masalah:
1. Hakikat Pendidikan
2. Nilai manfaat pendidikan
3. Tujuan pendidikan
4. Penanggung jawab pelaksanaan
5. Hakikat manusia
6. Hakikat masyarakat
7. Kuurikulum
8. Metode
9. Asas penyelenggaraan
Antologi adalah kajian filsafat yang memusatkan daripada pemecahan
esensi sesuatu atau wujud tentang asas-asas dan realitas. Ontologi kadang-
kadang disamakan dengan metafisika, yang disebut sebagai prote filosofia
atau filsafat pertama. Sebab sebelum menyelidiki yang lain, manusia berusaha
mengerti hakikat sesuatu. Dalam interaksinya dengan alam semesta, manusia
mengajukan pernyataan-pernyataan filosofis tentang hakikat realitas yang ada
ini.10

M. Tinjauan Epistemologis
Menurut imam bernadid, berdasarkan objek kajiannya, problema
filsafat mencakup realitas, pengetahuan, dan nilai
Epistemologi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan
itu, dan jenis-jenis pengetahuan.imam Barnadib, filsafat pendidikan, sistem
dan metode (Yogyakarta: 1994) hal 20. Secara etimologis, epistemologi
diartikan sebagai teori ilmu pengetahuan Persoalan pokok epistemologi adalah
menyangkut apa yang kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what
can we know and how to do we know”. Jadi masalah pokoknya menyangkut “
believe, undrestanding, reason, judgement, sensation, supposing, guesting,
learning, and forgetting, and forgetting”.11
Jujun S. SuriaSumantri mengemukakan epistemologi dalam rumusan:
bagaimana proses yang memungkinkan ditimbangnya ilmu pengetahuan yang
berupa ilmu? Ke dalamnya tercakup prosedurnya, hal-hal yang harus
diperhatikan, makna kebenaran, kriterianya, cara, teknik, dan sarana
pendukung yang diperlukan Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu sebuah
pengantar populer (jakarta: 2000) hal 33. Sementara itu prof. Dr. Nardiroh
merumuskan persoalan epsitemologi sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan itu?
2. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
3. Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
4. Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat diperoleh?

10
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan, (Jakarta, 1988) hal
28
11
Suparlan Suhartono, filsafat ilmu pengetahuan persoalan eksistensi dan hakikat ilmu
pengetahuan (jogjakarta: 2008) hal 177.
5. Apakah perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pengalaman) dengan a posteriori posteriori (pengetahuan purna
pengalaman)?
6. Apakah perbedaan di antara: kepercayaan, pengetahuan, pendapat,
kenyataan, fakta, kesalahan, bayangan, gagasan, kebenaran, keboleh
jadian dan kepastian?.
Setiap pengetahuan berusaha menemukan kebenaran. Apa yang dapat
diketahui tentang kebenaran. Epistemologi merupakan suatu bidang filsafat
nilai yang mempersoalkan tentang hakikat kebenaran karena setiap
pengetahuan mempersoalkan tentang kebenaran.
Perbedaan yang demikian itu tidak terjadi dalam konsep Islam. Kriteria
tentang kebenaran itu menyatu pada ketentuan sang maha pencipta. Kebenaran
tunggal yang mutlak dan wajib dipedomani. Dikemukakan: “ kebenaran itu
adalah dari tuhanmu sebab itu jangan sekali-kali termasuk orang-orang yang
ragu.” (QS 2: 147). (Apa yang telah kami ceritakan itu), itulah yang benar,
yang datang dari tuhanmu, karena itu jangan kamu termasuk orang-orang yang
ragu” (QS 3: 60). Pertanyaan itu menjelaskan bahwa seluruh kebenaran
mengacu pada kriteria yang sumber dari Allah subhanahu wa ta’ala., Termasuk
sumber ilmu pengetahuan.
Menurut superlan Suhartono, pengetahuan dapat diperoleh dari lima
sumber. Melalui sumber pertama (kepercayaan, tradisi agama, dan adat
istiadat), diperoleh pengetahuan berupa norma-norma dan kaidah-kaidah buku
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Sumber kedua, ialah informasi dari
pihak pemegang otoritas yang dianggap cukup berpengalaman dan
berpengetahuan luas (orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan). Dari
sumber ketiga pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman indrawi.
Melalui indrawi manusia memperoleh pengetahuan dari objek fisik yang
menampak dan menggejala (appearance) yang dapat dipahami oleh
pengalaman. Sementara sumber keempat adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui kebenaran pikiran titik lalu sumber yang kelima adalah pengetahuan
yang diperoleh melalui pengalaman batin yang bersifat langsung. Sumbernya
adalah gerak hati yang paling dalam.
Sementara itu, Jujun S. SuriaSumantri mengungkapkan bahwa sumber
ilmu pengetahuan tradisi atas rasionalisme, empirisme intuisi dan Wahyu.
Penganut rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan yang benar diperoleh
melalui rasio (penalaran). Kaum empiris berpendapat, pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman dan konkret. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh
melalui intuisi dan Wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Secara garis besarnya, pembagian sumber ilmu pengetahuan tersebut
tak jauh berbeda. Dalam konsep filsafat ilmu pengetahuan menurut
pendekatan Islam, sistematis sumber ilmu pengetahuan adalah:
1. Wahyu
2. Otoritas
3. Intuisi
4. Rasio
5. Pengalaman.
Para filsuf muslim mengakui Wahyu sebagai sumber ilmu
pengetahuan.12 Pernyataan ini mengacu kepada kesimpulan akhir bahwa ayat-
ayat Allah subhanahu wa ta’ala.merupakan sumber ilmu pengetahuan
seutuhnya. Ayat-ayat Allah ini ada dalam bentuk ayat verbal (Al-Qur’an) dan
dalam bentuk non verbal, yakni alam semesta. Keduanya bersumber dari zat
yang esa dan tidak mungkin bertentangan. Dalam pendekatan Wahyu ( Al-
Qur’an), acquired knowledge di sebut dengan “ilm Kasbi, dan perenial
knowledge di sebut ‘ilm laduni. Ayat-ayat ‘ilm Kasbi lebih banyak dari yang
berbicara ilm laduni.13
Sejalan dengan penamaannya, atau ada yang digunakan untuk
mendapatkan “pengetahuan yang diperoleh” adalah metode observasi atau
eksperimen ( tajribi), metode logis (burhani), metode intuitif (‘irfani). Metode
observasi atau eksperimen (tajribi) berkaitan dengan pengamatan indrawi,
sangat cocok untuk meneliti objek-objek fisik penggunaan metode ini sudah
dikemukakan melalui informasi Wahyu yang pertama kali disampaikan kepada
nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam., Yaitu: “bacalah dengan menyebut
nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan tuhanmulah yang maha pemurah yang
mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya (QS 96: 1-5)

N. Tinjauan Aksiologis
Aksiologis adalah teori tentang nilai. Teori yang membahas tentang
nilai, manfaat atau fungsi sesuatu yang diketahui tersebut dalam hubungannya
dengan seluruh yang diketahui tersebut 14. Dalam pendidikan teori nilai ini
terkait dengan jawaban atas pertanyaan seperti nilai-nilai yang bagaimanakah
yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat digunakan sebagai dasar
hidupnya.
12
Mulyadhi Kartanegara,menyibak tirai kejahilan, pengantar epistemologi Islam (Rm Kartanegara:
2003) hal 102.
13
M. Quraish Shihab, wawasan Alquran ( bandung: Mizan, cet. II . 1996) hal 435-436.
14
Jujun S. Sutiasumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar populer (jakarta: 2000) hal 34.
Menurut MC Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu.
Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya.
Sistem ini dibentuk melalui belajar dan sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini
dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan, dan masyarakat luas .
Dalam realitasnya, nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku,
pola pikir, dan pola bersikap.15
Penjelasan tentang masalah nilai ini penting dalam pendidikan. Sebab
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai
alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai
yang memuat norma-norma tertentu. Menurut Meredith MC Guire, pada garis
besarnya, sistem nilai yang berdasarkan agama dapat memberi individu dan
masyarakat perangkat sistem nilai dan bentuk keabsahan dan kebenaran dalam
mengatur sikap individu dan masyarakat. Maksudnya dekat bebatui delay
ajaran agama seorang atau masyarakat merasa dirinya telah melakukan hal-hal
yang dibenarkan oleh agama yang mereka anut.
Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai. Berisi pedoman hidup
secara islami. Hidup yang sesuai dengan tuntunan Allah subhanahu wa ta’ala,
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul utusannya. Secara garis besarnya,
sistem nilai ide terangkum dalam konsep Al akhlak Al Karimah. Dekat
demikian dalam konteks pendidikan Islam kajian aksiologinya mengacu
kepada masalah yang menyangkut nilai manfaat dan fungsi pendidikan Islam
dalam hubungan dengan tujuan ajaran Islam yang dimaksud.
Seperti dikemukakan oleh khursyid Ahmad, pada dasarnya sistem
pendidikan itu terdiri dari perangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan nilai
tertentu dan didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu
khursyid Ahmad,computing sciences report (cs-92 guildfort, university of
surrey : 1992) hal17. Dalam ajaran islam semuanya itu telah terjelaskan dalam
konsep akhlak Al Karimah.

O. Periode Kebangkitan Islam


Ketika nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mulai berdakwah
dan mengucapkan kalimat Allah pada penduduk Mekah, literatur Arab telah
melahirkan bahasa yang kaya, halus, dan ekspresif yang dapat dimengerti
orang banyak.16 Seruan dan risalah yang disampaikan oleh nabi Muhammad
15
Em. K. Kaswardi, pendidikan nilai memasuki tahun 2000( jakarta: 1993) hal 20.
16
Charles Michael Stanton, pendidikan Islam dalam perspektif filosofis (stain pamekasan : 1994)
hal 17.
shallallahu alaihi wasallam, putra Arab ini adalah seruan kenabian yang
disampaikan oleh nabi-nabi Ibrani lainnya yang disebut perjanjian lama. Inti
ajarannya menegaskan bahwa Tuhan itu esa Dia maha kuasa. Dia adalah
pencipta alam raya. Dan bahwa akan datang hari pembalasan. Balasan pahala
di surga menanti mereka yang melaksanakan perintah Tuhan, dan hukuman
yang pedih di neraka menanti orang yang mengabaikannya.17
Dijelaskan oleh fazlur Rahman adalah benar bahwa sekelompok
orang Arab telah sampai pada suatu konsepsi agama yang monoteis, tetapi
sama sekali tidak ada alasan untuk menganggap Tuhan tunggal mereka adalah
benar-benar Tuhan maha esa yang diserukan nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam, yang sejak awal mula sekali adalah terkait dengan suatu
humanisme dan rasa keadilan ekonomi dan sosial yang intensitasnya tidak
kurang dari intensitas ide monoteistik ketuhanannya.
Fakta yang menjelaskan bahwa agama yang dibawa nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Merupakan kelanjutan dari risalah
para nabi dan rasul pendahulu beliau. Periode kerasulan nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam. Merupakan awal dari kebangkitan Islam. Selama
periode ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Telah berhasil mengubah
sejarah peradaban dengan membebaskan manusia dari lingkungan kejahilan
tradisi polytheisme dan paganisme menunju agama tauhid. Dengan nilai-nilai
tauhid ini pula Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mampu membentuk
landasan dasar bagi lahirnya sebuah peradaban manusia modern.

1. Periode Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam


Kebangkitan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebagai
Rasulullah bukan hanya untuk masyarakat Arab, melainkan untuk
seluruh manusia. Bahkan mencakup seluruh alam. Jelas dikemukakan
oleh Alquran: “tidaklah kami utus engkau kecuali kepada seluruh alam
menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”(QS 34: 28).
Dengan demikian, risalah yang disampaikan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Bersifat universal. Meretas-batas geografis
serta menembus rentang ruang dan waktu. Agama tauhid untuk seluruh
manusia sepanjang zaman.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Mengawali misi
risalahnya dengan mereformasikan tradisi dan budaya masyarakat
Arab jahiliyah. Tradisi paganisme di reformasi ke penyembahan Allah,
Tuhan yang maha esa (QS 112: 1-4). Kemuliaan yang berdasarkan

17
Philip K. Hitti, History of the arobic, Terj. Arab oleh Edward jurji (bandung pustaka setia: 2006)
hal 140-141.
keturunan dan kekayaan, direformasikan menjadi kemuliaan akhlak
yang didasarkan atas ketakwaan (QS 49: 13). Masyarakat yang
terpecah oleh hegemoni etnis, dipersaudarakan dalam ikatan akidah
yang satu. Persaudaraan sesama mukmin (QS 49:10).

Dalam pendekatan filsafat pendidikan, di masa hayat Rasulullah


shallallahu alaihi wasallam. Pemikiran mengenai masalah pendidikan
tak dapat dipisahkan dari misi kerasulan maupun risalah Qurani yang
beliau emban. Semuanya menyatu dalam diri, sabda, perilaku, maupun
persetujuan beliau. Meskipun demikian, bila dikategorikan secara
umum, masalah yang paling terkait dengan pendidikan Islam mengacu
pada dua ranah utama. Pertama, pembentukan kepribadian yang
didasarkan pada akhlak yang mulia. Kedua adalah peningkatan kualitas
sumber daya insani.

Pendidikan yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.


Mencakup tiga periode:
1. Pendidikan anak
2. Pendidikan remaja
3. Pendidikan orang dewasa.

Pendidikan anak adalah apa yang diberikan langsung oleh Rasulullah


shallallahu alaihi wasallam. Kepada putra dan putri serta cucu beliau.
Pendidik remaja diperoleh dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Oleh Ali bin Abi Thalib, serta para sahabat usianya. Pendekatan
pendidikan orang dewasa diperoleh para sahabat yang masuk Islam
setelah usia dewasa.

2. Periode Khulafa’ Ar Rasidin


Tempat toko utama yang sangat berperan melanjutkan kebangkitan
Islam sepeninggalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Memelihara dan mengembangkan landasan dasar yang telah diletakkan
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Keempat tokoh ini adalah
abu bakar al-shiddiq, Umar ibn khaththab, Utsman ibn Affan, dan Ali
ibn Abi Thalib. Periode kekhalifahan ini berlangsung tidak terlalu
lama, yakni hanya 29 tahun (11/632 – 41/661). Namun di periode yang
terhitung singkat dalam lintas sejarah ini banyak perubahan- perubahan
yang telah di sumbangkan oleh keempatnya bagi kebangkitan Islam.

Sepeninggalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Banyak


permasalahan yang harus dilanjutkan, serta perlu diselesaikan oleh
para khalifah beliau, yakni khulafah al Rasyidin sejak dibai’at Khalifah
abu bakar Al- Shiddiq masih dihadapkan pada masalah politik dan
keamanan yang disulut kelompok orang-orang murtad. Pergolakan
yang menyangkut penodaan nilai-nilai aqidah. Pertama Karena
munculnya para nabi palsu. Kedua terjadi gerakan anti zakat. Adanya
kelompok yang enggan menunaikan zakat sebagai kewajiban agama.

P. Periode Keemasan Peradaban Islam


Masa kejayaan dan keemasan Islam berada di rentang masa pasca
kepemimpinan khulafa’ Al-Rasyidin hingga awal masa imperialisme Eropa
(barat). Dalam kronologis sejarah Islam masa ini dikenal sebagai periode
klasik. Periode klasik (650 - 1250 M.) Merupakan zaman kemajuan. Pertama
fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650 – 1000 M). Kedua fase
disintegrasi (1000 – 1250). Di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang
politik mulai pecah. Kejatuhan Baghdad tahun 1258 M menyebabkan khalifah
sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang.
1. Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah memegang kekuasaan politik dalam
pemerintahan Islam dalam dua periode, di dua kawasan yang berbeda
titik pada periode pertama kekuasaannya (660-789M), pusat
pemerintahan Bani Umayyah berada di kota Damsyik (Damaskus).
Kemudian setelah mendirikan kekuatan politik di Andalusia pusat
pemerintahan berada di Cordova. Di kawasan semenanjung Pyrenia
ini, Bani Umayyah mampu bertahan hampir tiga abad, yakni dari tahun
755 sampai tahun 1031 Masehi.

2. Masa Kekhalifahan Bani Abbas


Di kawasan barat hegemodif politik dan peradaban Islam terwakili
oleh Bani Umayyah. Sementara di kawasan Timur, peran itu
dimainkan oleh Bani Abbas. Keduanya berada dalam puncak kejayaan
dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Bani Umayyah berkuasa
di rentang tahun 755 sampai 1031 dan Bani Abbas tahun 749 sampai
1258. Baik kekhalifahan Bani Umayyah maupun Bani Abbas sama-
sama buah bangku kekuasaan dalam dua periode

3. Pemikiran Pendidikan
Perkembangan pendidikan tak dapat dilepaskan dari hubungannya
dengan filsafat pendidikan titik hubungan antara filsafat pendidikan
dan ilmu pendidikan tidak hanya bersifat ke insidental, melainkan
suatu keharusan. Bapak pragmatisme John Dewey mengatakan bahwa
filsafat pendidikan itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan
dari semua pemikiran mengenai pendidikan.

Q. Periode Modern
Merujuk pada periodisasi sejarah Islam yang dikemukakan oleh prof
Dr Harun Nasution, bahwa periode modern diawali sejak tahun 1800 masehi
menjelang masuknya periode ini, yakni setelah kekhalifahan Bani Abbas dan
Bani Umayyah secara politik telah dilumpuhkan, namun bukan berarti
kekuasaan politik Islam berakhir. Kehancuran dua kekhalifahan ini digantikan
oleh tiga kerajaan besar yakni Turki Usmani, Safawi komandan kerajaan
bugul. Ketiganya masih memegang hingga mudik politik. Baru kemudian
setelah abad ke-17 dan abad awal ke-18 1 demi 1 kerajaan Islam tersebut
berhasil ditaklukan oleh bangsa-bangsa Eropa. Wilayah kekuasaan beralih
status menjadi koloni negara-negara Eropa.

R. Periode Kontemporer
Pada periode modern ditandai oleh kebangkitan umat Islam titik
jatuhnya Mesir ke tangan barat menginsafkan dunia islam akan kelemahannya
dunia islam juga sadar, bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih
tinggi dan merupakan ancaman bagi umat Islam titik Dengan demikian
pemikiran-pemikiran tentang pembaruan pendidikan Islam itu muncul semasa
wilayah kekuasaan Islam berada di bawah kekuasaan kolonial. Umat Islam
berada dalam kondisi terjajah.
Tidak demikian halal dengan periode kontemporer di rentang periode
ini dunia Islam sudah berstatus sebagai wilayah bebas dari penjajahan titik
lepas dari koloni barat, dunia islam terpecah dan masing-masing terbentuk
menjadi negara-negara Republik yang merdeka bentuk negara yang
penyelenggaraannya mengacu ke prinsip-prinsip demokrasi barat. Sistem
pemerintah RI dipimpin oleh kepala negara, yakni presiden. Perubahan ide
ikut memberi peluang bagi tubuh dan berkembangnya peradaban barat yang
sekuler. Nilai-nilai ajaran Islam sebagai sistem nilai secara berangsur mulai
tergeser.

KRITIK DAN SARAN

Kritik: Terdapat beberapa tulisan yang tidak memakai jarak, kata kata yang
gantung sehingga membuat pembaca tidak memahami maksud daripada
pembahasan tersebut.

Saran: Perbaiki penulisan terhadap buku dikarenakan ada beberapa yang


salah, buku ini juga bisa dijadikan referensi yang cocok untuk mengetahui
filsafat pendidikan dari zaman ke zaman.

KESIMPULAN
Peradaban Islam dibangun sejak awal kebangkitannya, yakni di zaman Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Dan khulafa’ Al-Rasyidin. Lalu berlanjut ke
khalifahan Bani Umayyah timur (660-749 M.), Bani Umayyah barat (755-1031)
di semenanjung Andalusia. Sementara di dunia timur berdiri kekhalifahan Bani
Abbas (749-1258). Di rentang masa itu peradaban Islam menjadi peradaban dunia.
Dan peradaban Islam inilah sebenarnya yang mengantarkan. Peradaban dunia ke
peradaban modern.
Sayangnya apa yang telah dicita-citakan oleh para pakar pendidikan muslim
sedunia, ternyata masih kandas oleh kondisi yang ada dalam negara-negara Islam.
Negara yang secara mayoritas warganya adalah muslim, namun sebelum
sepenuhnya bebas dari pengaruh peradaban barat yang terkesan telah mengakar,
hingga nilai-nilainya terus terwariskan dari generasi ke generasi muda muslim.
Secara politis, memang telah berstatus sebagai negara merdeka. Namun
tampaknya dalam peradaban, negara-negara muslim masih terjajah oleh nilai-nilai
peradaban yang sama sekali tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Anda mungkin juga menyukai