Anda di halaman 1dari 3

Nama : Juliati Agatsti

Nim : F011201025

Mata Kuliah : Antropologi Budaya

Kelas : Indonesia A

REVIEW BUKU
1. Judul Halaman: Permulaan Renungan Ilmiah tentang Agama Sebagai Jendela
Budaya.
2. Riviewer: Juliati Agatsti (F011201025)
3. Tanggal:27 September 2021
4. Latar Belakang (sinopsis):

Pembahasan mengenai judul halaman yaitu “Permulaan Renungan Ilmiah tentang Agama
Sebagai Jendela Budaya”, dimulai dari adanya perenungan, sebab manusia memiliki ciri yang
selalu berpikir kritis, sehingga ketika hasil dari perenungan itu menlahirkan skeptis atau keragu-
raguan hingga membutuhkan jawaban atas segala hal yang dianggap samar-samar, maka peran
Antropologi hadir dalam hal ini. Tepatnya ketika manusia mulai mempertanyakan perihal
kebudayaannya. Isu ini bukan saja terjadi di Indonesia, melainkan telah terjadi dalam peradaban
Eropa dengan adanya kisah sejarah terjadinya perdobrakan manusia untuk menuju ke arah
pemikiran kritis tentang kebudayaan, apakah segala kebudayaan yang diterima selama ini adalah
benar atau hanyalah hal yang semu? Segala skeptis ini tentunya memunculkan paksaan hati
manusia untuk bergerak mencari kebenaran sehingga segala yang masih samar-samar itu bisa
menemukan jawabannya.

Di antara pergerakan yang pernah diimplementasikan oleh manusia zaman dahulu ialah
misalnya saja adanya pelayaran yang dilakukan oleh Columbus hingga ia berhasil menemukan
benua Amerika, dan dalam peristiwa ini disimpulkan juga bahwa bumi itu berarti benar-benar
dalam bentuk bulat. Adapun kisah lainnya yang berhubungan dengan judul yaitu berkaitan
dengan “agama”, ialah pada kisah Hobbes yang mengemukakan pendapat dan sarannya bahwa
jangan memberi kekuasaan ada gereja, akan tetapi kepada raja atau hakim, namun kita tidak
boleh menyimpulkan bahwa Hobbes ingin meniadakan raja dan gereja, hanya saja ada batasan.
Batasan yang Hobbes maksudkan adalah raja dan gereja boleh saja memiliki kekuasaan, namun
terbatas ialah hanya melakukan tugasnya.

Selanjutnya pada teori Darwin, yang asal-muasalnya berasal dari perenenungan, hal ini
bisa kita tandai dengan adanya kata ‘keyakinan’ tepatnya yaitu ‘bahwa ada sesuatu
perkembangan yang terus maju dari sederhana ke yang murit. Masuk pada kata “religi” terdapat
beberapa konteks yang membahas akan hal tersebut, yaitu adanya kalimat yang mengatakan
bahwa perhatian yang paling ditujuakan pada religi-bangsa-bangsa kafir, yang merupakan salah
satu cara orang Kristem berjuang dalam melawan dunia klasik. Perenungan kembali mencuat
pada abad ke-18 yaitu abad penemuan perjalanan-perjalanan yang khusus diatur dengan maksud
mendapatkan sebanyak mungkin variasi ilmu pengetahuan yang bisa diperoleh.

Demi memperluas pemahaman religi, dijelaskan bahwa pengertian religi dapat dijelaskan
secara ilmiah, dengan kata lain bahwa segala hal yang berhubungan dengan agama atau religi
harus dapat diuji kebenarannya. Artinya, bahwailmu agama atau religi tidal dapat dibuktikan
kebenarannya selama bertolak belakang dari wahyu—hal yang datangnya dari Tuhan, atau dewa-
dewa yang dianggap sebagai Tuhan, dan tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia. Hal yang
menjadi isu besar dalam dunia religi yang berkoheren dengan perenungan dan antropologi
(kebudayaan) adalah bahwa apa yang berasal dari religi ialah wahyu, sedangkan wahyu dalam
realitanya tidak dapat dibuktikan kebenaram dan ketidabenaranya, sehingga memunculkan
banyak sekali tanda tanya sebab hasil dari perenungan itu. Misalnya saja bagaimana kita mampu
membedakan religi sebagai gejala atau fenomena manusiawi ini dari gejala-gejala manusiawi
lainnya seperti keadilan, kesenian, etika, dan semisalnya yang hakikatnya masuk pada ruang
lingkup antropologi (kebudayaan).

5. Hasil Review dan Simpulan

Berdasarkan hasil bacaan saya secara cepat disebabkan waktu yang jujur saja tidak begitu
memadai bagi saya untuk mampu memahami bacaan ini secara komperhensif, ada beberapa
inferensi dan riview atau penilaian yang dapat saya berikan kepada bacaan ini dengan
keterbatasan pemahaman yang saya miliki.

Dalam bacaan, penulis terlihat menyajikan materi secara sistematis namun tentu dengan
beberapa persepsi yang menurut saya cukup sulit untuk dipahami apabila kita tidak membaca
materi secara teliti dan berulang-ulang. Terdapat banyak makna tersirat yang bersifat implisit
namun bersesuaian dengan fakta yang ada. Sehubungan dengan judul halaman bacaan,
“Permulaan Renungan Ilmiah tentang Agama Sebagai Jendela Budaya”, saya rasa telah
terpaparkan dengan sangat jelas bahwa awal dari lahirnya suatu perenungan tidak bisa dilepaskan
dari banyaknya tanda tanya maupun skeptis yang bermunculan dalam ruang lingkup religi yang
inheren dengan budaya atau antropologi. Hal ini memicu beberapa tokoh dunia pada abad-abad
sebelumnya untuk mencari jawavan atas segala skeptis tersebut agar mampu menemukan benar
atau tidaknya apa yang selama ini menjadi pereungan mereka.

Telah banyak kisah sejarah yang diambil dari fakta sejarah yang disajikan oleh penulis
sebagai contoh kasus yang menguatkan judul akan proses permulaan lahirnya perenungan itu
yang tidak bisa dilepaskan dari adanya perenungan dalam dunia religi, misalnya saja kisah tokoh
Hobbes yang membuat sistem dalam dunia kerajaan dengan membatasi kebebasan gereja untuk
membuat peratuan, ataukah kisah pelayaran beberapa tokoh dunia seperti Colombus yang
akhirnya menemukan benua Amerika sekaligus memecahkan segala pedebatan antara pihak teori
bumi bulat dan teori bumi datar. Di mana simpulan yang diambil dari empiris Colombus melalui
pelayarannya ialah bahwa bumi itu bulat.

Kesimpulannya, bahwa segala perenungan memiliki permulaan, dan hal itu bisa dimulai
dari ruang lingkup atau dunia apa saja, salah satunya tentunya termasuk pada dunia religi yang
merupakan jendela budaya. Saya pribadi memahami setetah membaca bahan bacaan ini, bahwa
religi dikakatan jendela budaya dan sehubungan dengan perenungan sebab secara hierarki dan
fundamental bahwa segala hal didasari pada religi yang berasal dari wahyu, lalu religi itu
dicocoklogikan pada budaya atau antropologi, kemudian terjadi interpretasi mendalam dari
masyarakat perihal kebenaran dan ketidakbenaran religi itu sehingga memicu lahirnya perenungn
dan skeptis.

Anda mungkin juga menyukai