Anda di halaman 1dari 21

Keterturunan

Bab 12. Turunan fungsi 2 atau lebih variabel


12.4 Keterturunan

Tim Dosen Kalkulus1


1 Departemen
Matematika FMIPA UI
Kampus Depok UI, Depok 16424

2020/2021

1/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Misalkan f : Df → R, dengan
Misalkan g : Dg → R, dengan
Df ⊂ R.
Dg ⊂ R2 .
Ketiga pernyataan berikut ini
Bagaimana keterturunan
ekuivalen .
(differentiability ) pada fungsi
1 fungsi f dapat diturunkan 2 variabel g di titik (x, y)?
(differentiable) di titik x. 1 Ada bidang singgung
2 fungsi f punya turunan pada permukaan g di
(derivative) di titik x, yaitu titik (x, y).
f 0 (x). 2 Apakah cukup g punya
3 ada garis singgung turunan parsial di titik
tak-vertikal pada kurva f di (x, y)?
titik x

2/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

p
Diberikan fungsi g : R2 → R, dengan g(x, y) = −10 |x y| untuk
setiap (x, y) ∈ R2 .
Apakah fungsi g terturunkan di titik (0, 0)?
Perhatikan g(x, y) ≤ 0 untuk Namun, permukaan g tidak
setiap (x, y) ∈ R2 . punya bidang singgung di titik
(0,0). Permukaan g di sekitar
titik (0, 0) tidak dapat
diaproksimasi dengan baik
oleh bidang apapun.
Bidang z = 0 juga bukan
bidang singgung di titik (0, 0)
karena hanya dapat
mengaproksimasi permukaan
Perhatikan, gx (0, 0) = 0 dan g dengan baik pada sumbu x
gy (0, 0) = 0. dan y.
3/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan
Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Turunan fungsi 1 variabel f di titik a adalah

f (a + h) − f (a)
f 0 (a) = lim .
h→0 h
Apakah definisi di atas dapat diperluas ke fungsi 2 variabel g di
titik p0 = (x, y)?

g(p0 + h) − g(p0 )
g 0 (p0 ) = lim .
h→0 h

Tidak bisa karena tidak ada operasi pembagian pada vektor.

Catatan
Simbol yang dicetak tebal di atas adalah vektor di R2 .
Vektor 0 = (0, 0).
Di sini notasi titik (x, y) dan vektor < x, y > boleh dianggap sama.

4/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Keterturunan fungsi 1 variabel di suatu titik dapat dilihat sebagai


berikut.

Kiri. Kurva biru dan garis hitam bersinggungan di titik x = 3.


Tengah. Zoom in (pembesaran) di titik x = 3: kurva hampir
serupa dengan garis di sekitar titik x = 3.
Kanan. Zoom in lebih lanjut: kurva dan garis singgung sulit
dibedakan. Kurva dikatakan linier secara lokal di x = 3.

5/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Definisi 1 (Kelinieran lokal fungsi 1 variabel)


Diberikan fungsi f : Df → R, dengan Df ⊂ R.
Fungsi f dikatakan linier secara lokal (locally linear ) di titik
x = a, jika ada konstanta m, sedemikian sehingga

f (a + h) = f (a) + h m + h ε(h),

dengan ε(h) adalah fungsi galat (error ) yang memenuhi


lim ε(h) = 0.
h→0

Catatan
f (a+h)−f (a)
Karena lim ε(h) = lim h − m = 0, maka m = f 0 (a).
h→0 h→0
Dari definisi di atas, didapat f linier secara lokal di x = a jika dan
hanya jika f terturunkan di x = a.

6/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Interpretasi geometri f (a + h) = f (a) + h m + h ε(h).

m : kemiringan (slope) garis singgung di titik x = a.


7/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan
Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Definisi 2 (Kelinieran lokal fungsi 2 variabel)


Diberikan fungsi f : Df → R, dengan Df ⊂ R2 .
Fungsi f dikatakan linier secara lokal di titik (x, y) = (a, b) jika
ada konstanta h1 dan h2 , sedemikian sehingga

f (a + h1 , b + h2 ) = f (a, b) + h1 fx (a, b) + h2 fy (a, b)


+h1 ε1 (h1 , h2 ) + h2 ε2 (h1 , h2 ),

dengan ε1 (h1 , h2 ) → 0 ketika (h1 , h2 ) → (0, 0) dan


ε2 (h1 , h2 ) → 0 ketika (h1 , h2 ) → (0, 0)

8/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Ketika dilakukan zoom in berkali-kali pada suatu titik di


permukaan, juga berlaku kelinieran lokal .
Permukaan menjadi mirip bidang di sekitar titik tersebut.
Peta kontur yang berisi kurva-kurva ketinggian menjadi peta
kontur yang berisi garis-garis.
9/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan
Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Misalkan p0 = (a, b), h = (h1 , h2 ), ε(h) = (ε1 (h1 , h2 ), ε2 (h1 , h2 )).


Persamaan

f (a + h1 , b + h2 ) = f (a, b) + h1 fx (a, b) + h2 fy (a, b)


+h1 ε1 (h1 , h2 ) + h2 ε2 (h1 , h2 ),

dapat ditulis menjadi

f (p0 + h) = f (p0 ) + (fx (p0 ), fy (p0 )) · h + ε(h) · h.

Catatan
Perkalian yang digunakan adalah perkalian titik (dot product).
f : Df → R, dengan Df ⊂ R2 .
fx , fy : Df → R, dengan Df ⊂ R2 .
ε : Dε → R2 , dengan Dε ⊂ R2 .
Dengan penulisan dalam bentuk vektor ini, konsep kelinieran lokal
dapat dengan mudah diperluas ke fungsi n variabel.
10/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan
Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Definisi 3 (Keterturunan fungsi 2 atau lebih variabel)


Diberikan fungsi f : Df → R, dengan Df ⊂ Rn .
Fungsi f dikatakan terturunkan (differentiable) di titik
p = (a1 , a2 , . . . , an ) jika fungsi f linier secara lokal di titik p.
Fungsi f terturunkan di himpunan buka B jika fungsi f
terturunkan di setiap titik di B.

11/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Diberikan fungsi bernilai riil f : Df → R, dengan Df ⊂ R2 dan


titik p = (a, b).
Vektor ∇f (p), disebut gradien f di titik p = (a, b),
didefinisikan sebagai

∇f (p) = (fx (p), fy (p))


= fx (p) i + fy (p) j.

Catatan
Simbol ∇ dibaca ”del”.
∇f adalah fungsi bernilai vektor , yaitu ∇f : R2 → R2 .
Vektor i =< 1, 0 >, vektor j =< 0, 1 >.

12/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Dengan menggunakan gradien f , persamaan

f (p + h) = f (p) + (fx (p), fy (p)) · h + ε(h) · h.

dapat ditulis menjadi

f (p + h) = f (p) + ∇f (p) · h + ε(h) · h.

Jadi fungsi f dapat diturunkan di titik p jika dan hanya jika

f (p + h) = f (p) + ∇f (p) · h + ε(h) · h.

dengan ε(h) → 0 ketika h → 0.

13/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Contoh 4
Diberikan fungsi f : R2 → R, dengan f (x, y) = x2 y 3 .
Tentukanlah ∇f (1, 2).
Turunan parsial fx (x, y) = 2 x y 3 dan fy (x, y) = 3 x2 y 2 , sehingga
∇f (x, y) = < 2 x y 3 , 3 x2 y 2 >.
Oleh karena itu, ∇f (1, 2) = < 16, 12 >.

Catatan
Dengan Wolfram Mathematica:
Grad[xˆ2 * yˆ3,{x, y}]
Grad[xˆ2 * yˆ3,{x, y}] /. {x ->1, y ->2}

14/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Teorema berikut memberikan syarat cukup untuk fungsi 2 variabel


terturunkan di suatu titik.
Teorema 5
Jika f (x, y) memiliki turunan parsial yang kontinu fx (x, y) dan
fy (x, y) pada cakram D yang dalam cakramnya memuat (a, b),
maka f (x, y) terturunkan di (a, b).

Contoh 6
Diberikan fungsi f : R2 → R, dengan f (x, y) = x2 y 3 .
Apakah fungsi f terturunkan di titik p = (1, 2)?

Turunan parsial fx (x, y) = 2 x y 3 dan fy (x, y) = 3 x2 y 2 kontinu


pada D = {(x, y) : k(x, y) − (1, 2)k < 1}.
Oleh karena itu, fungsi f terturunkan di titik p = (1, 2).

15/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Jika fungsi f terturunkan di titik p0 dan besar vektor h cukup


kecil, maka nilai fungsi f di titik p0 + h dapat diaproksimasi
dengan
f (p0 + h) ≈ f (p0 ) + ∇f (p0 ) · h.
Misalkan p = p0 + h, definisikan fungsi T : D ⊂ R2 → R dengan

T (p) = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 ).

Fungsi T merupakan fungsi aproksimasi yang baik untuk f (p) jika


p dekat ke p0 .
Persamaan
z = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 )
merupakan persamaan
bidang singgung (tangent
plane) pada permukaan f di titik
p0 .
16/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan
Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Contoh 7
Tentukanlah persamaan bidang singgung dari permukaan f ,
dengan f (x, y) = x2 y − xy 2 , di titik (−2, 3).
Perhatikan ∇f (x, y) = < 2xy − y 2 , x2 − 2xy >, sehingga
∇f (−2, 3) = < −21, 16 >.
Dengan menggunakan persamaan z = f (p0 ) + ∇f (p0 ) · (p − p0 ),
didapat

z = f (−2, 3) + ∇f (−2, 3)· < x + 2, y − 3 >


= 30+ < −21, 16 > · < x + 2, y − 3 >
= −60 − 21x + 16y

Jadi persamaan bidang singgungnya adalah 21x − 16y + z = −60.

17/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Teorema 8 (Sifat operator gradien)


Diberikan fungsi f : R2 → R dan skalar α.
Operator gradien ∇ memenuhi
1 ∇[f (p) + g(p)] = ∇f (p) + ∇g(p)
2 ∇[α f (p)] = α ∇f (p)
3 ∇[f (p) g(p)] = f (p) ∇g(p) + g(p) ∇f (p)

18/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Syarat cukup untuk kekontinuan fungsi bernilai riil 2 variabel.


Teorema 9
Diberikan fungsi f : R2 → R.
Jika fungsi f terturunkan di titik p, maka fungsi f kontinu di titik
p.

Contoh 10
Diberikan fungsi f : R × R → R, dengan f (x, y) = x2 y 3 .
Apakah fungsi f kontinu di titik p = (1, 2)?

Turunan parsial fx (x, y) = 2 x y 3 dan fy (x, y) = 3 x2 y 2 kontinu


pada D = {(x, y) : k(x, y) − (1, 2)k < 1}.
Oleh karena itu, fungsi f terturunkan di titik p = (1, 2).
Akibatnya, fungsi f kontinu di titik p = (1, 2).

19/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Latihan Mandiri .

1 Tentukanlah persamaan bidang singgung dari permukaan f ,


2
dengan f (x, y) = xy , di titik (2, -1).
2 Tentukanlah persamaan hyperplane singgung dari
hypersurface f , dengan f (x, y, z) = xyz + x2 , di
titik (2, 0, -3).
3 Buktikanlah butir 1 Teorema 8.
4 Buktikanlah butir 2 Teorema 8.

20/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan


Kelinieran lokal
Keterturunan Keterturunan
Bidang singgung

Pustaka
Varberg, D., Purcell, E., Rigdon, S., Calculus, 9th ed.,
Pearson, 2006.
Catatan
Beberapa gambar dalam materi ini diambil dari pustaka di atas.

21/21 Tim Dosen Kalkulus UI 12.4 Keterturunan

Anda mungkin juga menyukai