Uts Gadar 1
Uts Gadar 1
Di Susun Oleh :
Nim : 1814201245
Kelas : A2 Keperawatan / V
(UNPI Manado)
Pendahuluan ………………………………………………………… 1
-Pengkajian ………………………………………………………… 4
Kesimpulan ………………………………………………………… 10
Pertolongan penderita gawat da rurat dapat terjadi dimana saj a baik di dalam
rumah sakit maupun di luar rum ah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga
medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertol ongan pertama yang
cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/ korban dapat tetap bertahan hi dup untuk
Adapun yang disebut sebagai pe nderita gawat darurat adalah p enderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa,
sehingga memerlukan suatu pert olongan yang cepat, tepat, cer mat untuk mencegah
harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, d arurat tidak gawat, tidak
Salah satu kasus gawat daruratyang memerlukan tindakan segera dimana pasien
berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma
abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah
system pencernaan salah satuny a perdarahan saluran cerna bai k saluran cerna bagian
atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal
bagi korban atau pasien bahkanbisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu
TRAUMA ABDOMEN
Organ mayor dan Struktur dari system pencernaan adalah esophagus, lambung,
sampai dengan lambung. Dinding esophagus sendiri meng hasilkan mucus untuk
lubrikasi makanan sehingga mem udahkan makanan untuk masuk ke dalam lambung.
ke esophagus.
Lambung memiliki bagian yang di sebut fundus, body dan antrum. Fungsi
lambung adalah mencampur makan an dengan cairan lambung seper ti pepsin, asam
lambung mucus, dan intrinsic f actor yang semuadnya disekres i oleh kelencaj di
Usus halus dimulari dari sphincter pyloric sampai dengan pro ximal usus besar.
Sekresi dari pancreas dan hatimembuat chime menjadi teksturyang semiliquid. Disini
terjadi poses absorbsi nutrient dan produk-produk lain. Segemen dari usushalus sendiri
terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum memiliki panjang 25 c m dan
diameter 5 cm.
Usus besar memiliki panjang 1.5 m dengan bagian-bagian cecum, colon, rectum
dan anal canal (anus). Sedangkan colon terdiri dari segmen colon ascenden, transversal,
descenden dan sigmoid. Fungsi primer dari usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit.
Hati terletak di kuadran kananatas abdomen. Hati diperdarahi kurang lebih 1450
ml permenit atau 29% dari card iac output. Memiliki banyak fungsi yaitu pertama
sintesis protein plasma, sinte sis faktor pembekuan, pembentukan urea dari NH3 diman
NH3 merupakan hasil akhir dariasam amino dan aksi dari bakt eria terhadap protein di
kolon), detoxifikasi, metabolisme steroid ( ekskresi dan con jugasi dari kelenjar gonad
dan adrenal steroid). Fungsi ke dua adalah sintesis bilirubin, fungsi ketiga adalah sistem
pagosit mononuklear oleh sel k upffer dimana terjadi pemecaha n sel darah merah, sel
darah putih, bakteri dan parti kel lain, memecah hemoglobin d ari sel darah merah
Pankreas memiliki fungsi endok rin dan eksokrin. Fungsi endokrin sel beta
Fungsi eksokrin dimana kelenja r acini menghasilkan getah pan creas dimana enzym
komposisi nya 80% air, 10% bilirubin, 4 -5% phospholipid dan 1% kolesterol.
Rongga peritoneum ini pada bagian atas dibatasi oleh diafrag ma, bagian bawah
oleh pelvis, bagian depan oleh dinding depan abdomen, bagian lateral oleh dinding
lateral abdomen dan bagian bel akang oleh dinding belakang abdomen serta tulang
belakang.
atas setinggi kira-kira interkostal ke 4 min klav ikula (setinggi papila mamae pada pria)
sehingga adanya trauma thoraks perlu dicurigai adanya tr auma abdomen pada sisi kiri
Organ-organ di intra abdomen dibagi menjadi organ intra peritoneal dan organ
ekstra peritoneal. Organ intra peritoneal terdiri dari hepar , lien, gaster, usus halus,
sebagian besar kolon. Organ e kstra peritoneal terdiri dari ginjal, ureter, pankreas,
duodenum, rektum, vesika urina ria, dan uterus (walaupun cend erung aman karena
terlindung oleh pelvis). Sedan gkan dari jenisnya organ - organ di rongga abdomen ini
dipilah menjadi organ solid (hepar dan lien) dan organ berlumen (gaster, usus halus, dan
kolon).
TRAUMA ABDOMEN
trauma dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan system cerna ini biasa disebut
Definisi dari akut abdomen sendiri adalah suatu keadaan klinik akibat kegawatan
di rongga abdomen biasanya tim bul secara mendadak dengan nye ri sebagai keluhan
utama yang memerlukan penangan an segera. Hal ini bisa diseba bkan karena pertama
apendiks, tukak lambung, usus tifus, pankreatitis akut, kole sistitis akut. Kedua adanya
volvulus usus. Ketiga karena adanya iskemia yang disebabkan karena adanya kelainan
atau penyumbatan vaskuler. Kee mpat adanya perdarahan bisa disebabkan karena
adanya kehamilan ektopik, atau aneurisma yang pecah, Kelima karena adanya
yaitu trauma/cedera yang menge nai daerah abdomen yang menyeb abkan timbulnya
Jenis trauma abdomen ada trauma tumpul dan trauma tembus. Pada trauma
tembus resiko terjadinya kerus akan organ lebih sedikit darip ada trauma tumpul tetapi
pada trauma tembus dapat menge nai tulang belakang dan organ yang berada di
retroperitoneal.
Pengkajian Klien Dengan Trauma Abdomen
Pada pengkajian biasanya ditem ukan nyeri sehingga perlu dite laah bagaimana
permulaan nyeri ini timbul secara mendadak atau beransur -angsur, area nyerinya
(menetap, beralih/pindah, difu s/menyebar), kualitas dari nye rinya (ditusuk, teka nan,
terbakar, irisan atau bersifat kholik), perubahan nyeri keti ka baru pertama timbul
dengan sekarang dibandingkan, lamanya dan factor yang mempen garuhi untuk
memperingan atau memperberat s eperti sikatp tubuh, makan, mi num, nafas dalam,
batuk, bersin, pe rubahan suara, hearthburn, mun tah, konstipasi, diare, dan s iklus
menstruasi.
Kolik itu sendiri merupakan nyeri yang sangat, disertai deng an muntah dan
distensi yang makin lama makin membesar tetapi tanpa diserta i defans muscular yang
jelas hal ini bisa di sebabkan oleh obstruksi usus h alus (sering menimbulkan kolik
dengan muntah hebat, distensi abdomen, dan biasanya bising u sus meningkat), organ
urologi (kolik ureter), kolik empedu, pankreatitis akut, tro mbosis pada vena
messentrika. Sedangkan pada perforasi tukak peptic khas ditandai dengan perangsangan
peritoneum yang dimulai dari e pigastrium dan meluas ke selur uh peritoneum hal ini
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru palpasi.
Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda-tanda vital,
sikap berbaring, gejala dan ta nda dehidrasi, perdarahan, syo k, daerah lipat paha
Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa kita sebut ‘ Cullen’s Sign’ sedangkan
echimosis yang ditemukan pada sal ah satu panggul disebut sebaga i ‘Turner’s Sign’.
didengarkan adanya bu nyi bruits dari arteri renalis , bunyi bruits pada umbilical
Perkusi untuk melihat apakah ad a nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan perkusi
adalah uji p erkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding thoraks
pertengahan antara spina iliak a anterior superior kemudian t inju dengan tangan yang
lain sehingga t erjadi getaran di dalam karenabenturan ringan bilaada nyeri merupakan
tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati dandiafraghma.Selain itu bisa
ditemukan adanya bunyi timpanibila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi
redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila ditem ukan Balance sign
dimana bunyi resonan yang lebi h keras pada panggul kanan ket ika klien berbaring ke
samping kiri merupakan tanda a danya rupture limpe. Sedangkan bila bunyi resonan
lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas yang masuk.
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekak uan dan spasme hal ini
dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah ataupun cairan.
biasanya ditemukan defans muscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi (colok dubur)
dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akanditemukan ampula melebar.
Pada obstruksi kolaps karena t idak terdapat gas di usus besa r. Pada laki-laki terdapat
prostate letak tinggi menandak an patah panggul yang si gnifikan dan disertai
perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana klien diminta mengangkat
tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan melawan gerak tungkai
sehingga muskulus iliopsoas di paksa berkontrasi. Jika terasa nyeri di bagian belakang
dalam perut artinya sedang ter jadi proses radang akut/abses di abdomen yang tertekan
saat otot iliopsoas menebal ka rena kontraksi. Uji ini biasanya positif pada klien dengan
appendiksitis akut.
Selain uji psoas, ada uji obturator dimana tungkai penderita diputar deng an arah
endorotasi dan eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha. Jika
perdarahan bila TD
menurun
TD menurun
Menentukan organ
akurasi 86-97%
mengetahui cedera
retroperitoneum
Tergantung operator
distorsi gas usus dan
Membutuhkan biaya
dan pankreas
Gejala/tanda dari trauma abdom en sangat tergantung dari orga n mana yang
terkena, bila yang terkena org an-organ solid (hati dan lien) ma ka akan tampak gejala
perdarahan secara umum sepertipucat, anemis bahkan sampai dengan tanda-tanda syok
hemoragic. Gejala perdarahan di intra peritoneal akan ditemukan klien mengeluh nyeri
dari mulai nyeri ringan sampaidengan nyeri hebat, nyeri tekan dan kadang nyeri lepas,
defans muskular (kaku otot), b ising usus men urun, dan pada klien yang kuru s akan
Bila yang terkena organ berlumen gejala yang mungkin timbul adalah peritonitis
yang dapat berlangsung cepat b ila organ yang terkena gaster tetapi gejala p eritonitis
akan timbul lambat bila usus halus dan kolon yang terkena. Klien mengeluh nyeri pada
seluruh kuadran abdomen, bisin g usus menurun, kaku otot (def ans muskular), nyeri
Trauma abdomen juga biasanya m erupakan kasus yang paling sering dijumpai
dengan multiple trauma, yang m elibatkan trauma thoraks dimana biasanya ditemukan
robekan tumpul di setiap bagia n diafragma, tetapi hemidafrag ma kiri lebih sering
cedera. Cedera yang paling ser ing terjadi adalah robekan sep anjang 5 – 10 cm dan
meliputi hemidiaframa kiri pos terolateral. Pada saat pertama klai dilakukan rontgen
thoraks, maka yang mungkin nam pak adalah terangkatnya atau b lurring/kaburnya
Pada trauma ginjal biasanya ad a hematuri, nyeri pada costa v ertebra, dan pada
inspeksi biasanya jejas (+). Pada kasus trauma abdomen ini yang paling mendapat
prioritas tindakan adalah bila terjadi perdarahan di intra abdomen (yang terkena organ
solid).
1. Syok hipovolemik
7. Biila disertai dengan adanya rob ekan pada diafragma maka masalah
dengan prinsip penanganan kega watdaruratan, dimana yang pert ama perlu dilakukan
jenis perlukaan, tanda -tanda vital dan mekanisme trau ma pada penderita yang terluka
parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda vital p enderita harus dinilai secara
cepat dan efisien. Pengelolaan primary survery yang cepat da n kemudian resusitasi,
secondary survey dan akhirnya terapi definitif. Proses ini merupakan ABC –nya trauma
dan berusaha untuk mengenali k eadaan yang mengancam nyawa te rlebih dahulu,
Selama primary survey, keadaanyang mengancam nyawa harus dikenali dan resusitnya
dilakukan saat itu juga. Penya jian primary survey di atas da lam bentuk berurutan
(sekuensial), sesuai prioritasdan agar lebih jelas, namun dalam prakt ek hal-hal di atas
Tindakan keperawatan yang dilakukan tentu mengacu pada ABCDE . Yakinkan airway
dan breathing clear . Kaji circulation dan con trol perdarahan dimana nadi bi asanya
lemah,kecil, dan cepat . Tekanan darah sistolik dan diastole menunjukkan adanya tanda
syok hipovolemik, hitung MAP, CRT lebih dari 3 detik maka perlu segera pasang intra
venous line berikan cairan kri staloid Ringer Laktat untuk de wasa pemberian awal 2
liter, da n pada anak 20cc/kgg , bila pada anak sulit pemasan gan intra venous line
bisa
dilakukan pemberian cairan mel alui akses intra oseus tetapi ini dilakukan pada anak
yang umurnya kurang dari 6 tah un. Setelah pemberian cairan pertamalihat tanda-tanda
vital. Bila sudah pasti ada perdarahan maka kehilangan 1 cc darah harus diganti dengan
(sejumlah perdarahan).
Setelah itu kaji disability d engan menilai tingkat kesadara n klien ba ik dengan
menilai menggunakan skala AVPU: Alert (klien sadar), Verbal (klien berespon dengan
dipanggil namanya), Pain (klie n baru berespon dengan menggun akan rangsang nyeri)
dan Unrespon (klien tidak berespon baik dengan verbal ataupun dengan rangsang nyeri).
Eksposure dan environment cont rol buka pakaian klien lihat a danya jejas,
perdarahan dan bila ada perdar ahan perlu segera ditangani bi sa dengan balut tekan atau
Secondary survey dari kasus ini dilakukan kem bali pengkajian secara head to
toe, dan observasi hemodinami k klien setiap 15 –30 menit sekali meliputi tanda-tanda
vital (TD,Nadi, Respirasi), selanjutnya bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan
Pasang cateter untuk menilai o utput cairan, terapi cairan ya ng diberikan dan
tentu saja hal penting lainnyaadalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine.
perdarahan saluran cerna, meminimalkan resi ko mual dan aspirasi, serta bi la tidak ada
Observasi tstus mental, vomitu s, nausea, rigid/kaku/, bising usus, urin output
setiap 15 –30 menit sekali. Catat dan laporkan segera bila terjadi perubahan secra cepat
memungkinkan atau kepada penan ggung jawab pasien hal ini dim ungkinkan untuk
hidrasi klien, pemberian antib iotika, analgesic dan tindakan pemeriksaan yang
PT,APTT, hitung jenis leukosit dll), pemeriksaan radiology dan bila perlukolaborasikan
dikarenakan adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan klien dengan trauma
perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trau ma pada penderita yang terluka parah
terapi diberikan berdasarkan p rioritas. Pengelolaan primary survery yang cepat dan
kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi de finitif. Proses ini
merupakan ABC –nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam
nyawa terlebih dahulu, denganberpatokan pada urutan berikut: Airway, menjaga airway
dengan kontrol servikal (cervikal spine control), Breathing, menjaga pernafasa n dengan
Exposure/environmental control
toe, dan observasi hemodinami k klien setiap 15 – 30 menit bila stabil dan memb aik
bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1 jam sekali. Pemasangan cateter pada klien ini
untuk menilai output cairan, t erapi cairan yang diberikan da n tentu saja hal penting
perdarahan saluran cerna, memi nimalkan resiko mual dan aspir asi, serta bila tidak ada
Monitoring status mental klien perlu dilakukan untuk menilai efektifitas terapi
dan tindakan keperawatan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat,
tepat dan cermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pa sien dengan trauma
abdomen dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Hawort, K, Mayer. BH., et.al (editor s) (2004) . Critical Care Nurs ing,
Ed.4Mosby Philadelphia.