Askep Igd Fraktur Tibia Dextra (Inggar Juwita F) - Dikonversi
Askep Igd Fraktur Tibia Dextra (Inggar Juwita F) - Dikonversi
DISUSUN OLEH :
INGGAR JUWITA FATCHURINA
A2R16074
Oleh Mahasiswa :
INGGAR JUWITA FATCHURINA
A2R16074
Dosen Pembimbing,
A.Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya di
sebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis dan luas trauma.(lukman 2007)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan atau tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. (Arif Mansjoer, 2000).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddath,
2002).
Patah batang tibia merupakan fraktur yang sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya.
(Sjamjuhidajat & Wim de Jong, 2004)
B.Etiologi
Fraktur disebabkan oleh (Arif Muttaqin, 2008) :
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komuniti dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut
trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan kontraksi
otot ekstrim. (Brunner & Suddart, 2002, hal 2357)
Fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebih oleh tulang ( lukman 2007,hal 26)
Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh :
1) Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang
2) Usia penderita
3) Kelenturan tulang
4) Jenis tulang
Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor biasanya menyebabkan
patah tulang
C.Patofisiologi
Fraktur dapat terjadi karena trauma / rudapaksa sehingga dapat menimbulkan luka terbuka dan
tertutup. Fraktur luka terbuka memudahkan mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut dan akan
mengakibatkan terjadinya infeksi.
Pada fraktur dapat mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada
fraktur terbuka sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin dan
prostatglandin yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan rangsangan nyeri ke sum-sum
tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalu
“dorsal root” dan sinaps pada dorsal horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada
interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu spinothalamic tract (STT) dan
spinoreticuler tract (SRT).
STT merupakan sistem yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari
stimulus kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri.
Nyeri bisa merangsang susunan syaraf otonom mengaktifasi norepinephrin, sarap msimpatis terangsang
untuk mengaktifasi RAS di hipothalamus mengaktifkan kerja organ tubuh sehingga REM menurun
menyebabkan gangguan tidur.
Akibat nyeri menimbulkan keterbatasan gerak (imobilisasi) disebabkan nyeri bertambah bila
digerakkan dan nyeri juga menyebabkan enggan untuk bergerak termasuk toiletening, menyebabkan
penumpukan faeses dalam colon. Colon mereabsorpsi cairan faeses sehingga faeses menjadi kering dan keras
dan timbul konstipasi.
Imobilisasi sendiri mengakibatkan berbagai masalah, salah satunya dekubitus, yaitu luka pada kulit akibat
penekanan yang terlalu lama pada daerah bone promenence.
Perubahan struktur yang terjadi pada tubuh dan perasaan ancaman akan integritas stubuh, merupakan stressor
psikologis yang bisa menyebabkan kecemasan.
Terputusnya kontinuitas jaringan sendi atau tulang dapat mengakibatkan cedera neuro vaskuler sehingga
mengakibatkan oedema juga mengakibatkan perubahan pada membran alveolar (kapiler) sehingga terjadi
pembesaran paru kemudian terjadi kerusakan pada pertukaran gas, sehingga timbul sesak nafas sebagai
kompensasi tubuh untk memenuhi kebutuhan oksigen.
D. Pathway
E. Klasifikasi
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasijuga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada
tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum nasih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen,
terbagi atas:
a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
2. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma
kompartement. (Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius,
Donna D, 1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo,
Soelarto, 1995)
F.Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddart (2002; 2358) Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untum meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas (terliahat maupun teraba) ekstermitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstermitas yang normal. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5-
5cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji kreptus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau cedera.
G.Komplikasi
Brunner dan Suddarth (2002; 2365) membagi komplikasi fraktur kedalam empat macam, antara lain :
1) Syok hipovolemik atau traumatik yang terjadi karena perdarahan dan kehilangan cairan ekstra sel
kejaringan yang rusak.
2) Sindrome emboli lemak (terjadi dalam 24 sampai 72 jam setelah cedera). Berasal dari sumsum tulang
karena perubahan tekanan dalam tulang yang fraktur mendorong molekul-molekul lemak dari sumsum
tulang masuk ke sistem sirkulasi darah ataupun karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres.
3) Sindrom Kompartemen terjadi karena perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan. Ini bisa diakibatkan karna:
a) Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips
atau balutan yang terlalu menjerat
b) Peningkatan isi kompartemen otot karena edema.
4) Tromboemboli, infeksi dan Koagulopati Intravaskuler Desiminata (KID)
H.Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b) Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c) Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menurun ( pendarahan sel
darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).
e) Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
(Doenges, 2000 : 762)
I.Penatalaksanaan
Menurut Price, Sylvia Anderson, alih bahasa Peter Anugerah, (1994:1187), empat konsep dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur :
1. Rekognisi, menangani diagnosis pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian dibawa ke rumah
sakit.
2. Reduksi, reposisi fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan letak normal, usaha-usaha
tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
asalnya.
3. Retensi, menyatakan metoda-metoda yang dilaksanakan untuk menahan fragmen-fragmen tersebut
selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi, dimulai segera setelah dan sesudah dilakukan bersamaan pengobatan fraktur, untuk
menghindari atropi otot dan kontraktur sendi.
1) Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik ditandai dengan cedera traumatis (D.0077)
2) Gangguan perfusi jaringan perifer b/d kurang terpapar tentang faktor pemberat (trauma,imobilisasi)
ditandai dengan klaudikasi interminten (D.0009)
3) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang ditandai dengan fraktur (D.0054)
4) Resiko infeksi ditandai dengan tindakan invasif (0142)
5) Kesiapan peningkatan pengetahuan ditandai dengan kondisi klinis yg baru dihadapi pasien (D.0113)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik ditandai dengan cedera traumatis (D.0077)
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tingkat nyeri
menurun
• Intervensi : manajemen nyeri
▪ Observasi : Identifikasi lokasi, karrakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi nyeri non verbal
▪ Terapeutik : Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
▪ Edukasi : jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
▪ Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik
2) Gangguan perfusi jaringan perifer b/d kurang terpapar tentang faktor pemberat (trauma,imobilisasi)
ditandai dengan klaudikasi interminten (D.0009)
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan perfusi perifer
meningkat
• Intervensi : perawatan sirkulasi
▪ Observasi : Periksa sirkulasi perifer
pIdentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
▪ Terapeutik : hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
▪ Edukasi : Anjurkan program rehabilitasi vaskular
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (rendah lemak)
3) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang ditandai dengan fraktur (D.0054)
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan mobilitas fisik
meningkat
• Intervensi : dukungan ambulasi
▪ Observasi : Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
▪ Terapeutik : Fasilitasi ambulasi dengan alat bantu (kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
▪ Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yg harus dilakukan
4) Resiko infeksi ditandai dengan tindakan invasif (0142)
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tingkat infeksi
menurun
• Intervensi : pencegahan infeksi
▪ Observasi : Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
▪ Terapeutik : Berikan perawatan kulit pada area edema
Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
▪ Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka bakar
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
▪ Kolaborasi : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5) Kesiapan peningkatan pengetahuan ditandai dengan kondisi klinis yg baru dihadapi pasien (D.0113)
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tingkat
pengetahuan membaik
• Intervensi : promosi kesiapan penerimaan informasi
▪ Observasi : Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini
Identifikasi kesiapan menerima informasi
▪ Terapeutik : Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yg membutuhkan layanan keperawatan
Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan
▪ Edukasi : Berikan informasi berupa alur, leafleat atau gambar untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. et.al. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Lintang
Imumpasue.
Smeltzer, Suzanne C. Bare Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Edisi 8. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi III. Jakarta : EGC.
Arif Mutaqin.2008.Asuhan Keperawatan Sistem Muskuluskelta
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : 1238764
DATA IDENTITAS PASIEN
Kendaraan : ..........................................
Ambulan 118 Mobil pribadi Lainya .......
Lain-lain: ……………...................................................................
TRIAGE:
S.Ax : 37°C N : 100x/mnt
Dilakukan jam : 08.00WIB S.Rec : …………… °C T : 150/90mmHg
Oleh perawat : Inggar Juwita P : 26x/mnt
Keluhan Utama : BB (Pediatri): : ………………..Kg
Nyeri tekan pada tungkai kanan bawah
Riwayat Penyakit:
DM
PJK
Asma
Tidak ada
dll: .................................
Keadaan Umum:
Baik
Sedang
Buruk
PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
Paten Apneu Teraba
Tidak Paten Dispneu Tidak teraba
Obstruksi : Bradipneu Sianosis:
Lidah Tachipneu Ada
Cairan Lain ................ Tidak
Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
Lain: ....... Vesukuler < 2 detik
Suara Nafas : Bronchovesikuler > 2 detik
Snoring Bronkhial Akral:
Gurgling Suara nafas tambahan: Hangat
Stridor Whezing Dingin
Lain ............ Ronchi Pendarahan:
Rales Ada
Keluhan Lain: Pleural friction rub Tidak
.............................................. Gerakan dada : Jika ada ........cc
.. Simetris Lokasinya .................
Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
Reguler ............................................
Ireguler
Penggunaan otot bantu nafas:
Retraksi otot dada:
Cuping hidung
Sesak Nafas :
Ya
Tidak
RR : 26x/mnt
Keluhan Lain:
...........................................................
..
DISABILITY (D) EXPOSURE (E) Keluhan Lain:
Respon (anak): …………………………
Alert
Verbal
Pain
Unrespon
Kesadaran kualitatif:
CM
Apatis
Delirium
Somnolen
Lain-lain: ...............
GCS:
Eye :4
Verbal : 5 Deformits : Ya Tidk
Motorik : 6 Contusio : Ya Tidk
Pupil: Abrasi : Ya Tidk
Isokor
Penetrasi : Ya Tidk
Anisokor
Laserasi : Ya Tidk
Pinpoint
Edema : Ya Tidk
Medriasis
Respon cahaya:
Ada Lokasi trauma : tibia dextra
Tidak Luas / kedalaman luka ............
Sekala nyeri : 8
Keluhan Lain:
.............................. Keluhan Lain:
.............................................
THERAPI: ……………………………………………….
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
Analgesik : ibuprofen
Foto rontgen
Pemasangan gips
TINDAK LANJUT
KRS
MRS
PP
Operasi
Pindah ke bag……..
Lain – lain ……….
IDENTITAS
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 32 th
3. Jenis Kelamin :L
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SLTA
8. Pekerjaan : Wiraswasta
9. Alamat : Kepatihan
10. Alamat yg mudah dihubungi : Kepatihan
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit:
KLL
b. Keluhan Utama:
Saat awal MRS : nyeri tekan pada tungkai sebelah kanan bawah
Saat pengkajian : nyeri tekan pada tungkai sebelah kanan bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
Saat awal MRS: nyeri pada tungkai kanan bawah, sebelumnya pasien mengalami
kecelakaan dengan TD 150/90, N 100x/mnt, RR 26x/mnt
Saat pengkajian: pasien datang ke IGD dr. Iskak diantar oleh istri dan keluarganya
setelah mengalami kecelakaan. Pasien terjatuh dengan posisi miring ke kanan dan
kaki kanan tertindih yg diawali jatuh pada badan terlebih dahulu. Pasien mengatakan
nyeri dirasakan pada tungkai bawah sebelah kanan, nyeri yg dirasakan terus menerus
apabila digerakkan , kakinya membengkak tidak dapat digerakkan dan berjalan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan : TD 140/90, N 90x/mnt, S: 37, RR 24x/mnt,crt >3dtk
skala nyeri 8, spO2 84%, hb 11g/dl,WBC 15
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti HT dan DM
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak memiliki penyakit keturunan seperti HT dan DM
POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Kuning Kuning
- Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
- Konsistensi Padat Padat
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 1x sehari 1x sehari
- Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
- Spontan / Catheter Spontan Spontan
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. Minum
- Frekwensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jenis Air Air
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Kopi Kopi
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
- Cairan IV Tidak ada NaCl
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
KONSEP DIRI
Gambaran Diri
Pasien menyukai bentuk tubuhnya
Harga Diri
Pasien mengatakan menerima kondisinya
Ideal Diri
.psien ingin segera sembuh dan pulang kerumah
Identitas Diri
Pasien bangga menjadi seorang laki-laki, suami dan sebagai ayah
Peran
Pasien sebagai suami dan seorang ayah
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Selama dirawat di rs pasien tidak melakukan ibadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin apabila menaati terapi yg diberikan pasti cepat sembuh dan pulang ke
rumah
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin akan cepat sembuh seperti sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Keadaan umum lemah, compos mentis
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 37 Nadi : 90x/mnt
Tekanan darah : 140/90 mmhg Respirasi : 24x/mnt
Tinggi Badan : …………………. Berat Badan : ………………….
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : simetris
Ubun-ubun : normal, menutup
Kulit kepala : bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut :
merata
Bau : sedikit apek
Warna : hitam
c. Wajah
Warna Kulit : sawo matang
Struktur Wajah : simetris
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Normal simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
normal, tidak ada edema, tidak cowong
c. Konjuctiva dan sklera :
pink
d. Pupil :
isokor, simetris
e. Kornea dan iris
normal, tidak ada peradangan, jernih berwarna coklat
f. Ketajaman penglihatan / visus :
normal
g. Tekanan bola mata :
normal tidak ada pembengkakan
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi :
simetris
b. Lubang Hidung :
normal, bersih
c. Cuping hidung :
tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga : simetris kanan kiri
Ukuran telinga : sedang
Ketenggangan telinga : lentur
b. Lubang telinga :
bersih
c. Ketajaman pendengaran :
baik dengan pemeriksaan tes bisik sejauh 1,5 m
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
lembab
b. Keadaan gusi dan gigi :
bersih
c. Keadaan lidah :
sedikit kotor
d. Orofarings :
bersih
Leher
a. Posisi trakhea : simetris
b. Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
c. Suara : terdengar jelas
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada bendungan
: …………………………………………………
f. Denyut nadi coratis : teraba dan terasa
: …………………………………………………
Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : dingin
c. Warna : pucat
d. Turgor : >2dtk
e. Tekstur : halus
f. Kelembaban : lembab
g. Kelainan pada kulit : tidak ada
: …………………………………………………
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara :
…………………………………………………..............…………………………
…..
b. Warna payudara dan areola :
……………………………………………………..……………...........……………
.
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
……………………….................……………………………………………………
..
d. Axila dan clavicula :
…………..............…………………………………………………………………
…..
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal, datar
- Benjolan / Massa : tidak ada benjolan
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen
Tidak ada bayangan pembuluh darah
Auskultasi
- Peristaltik Usus : 26x/mnt
- Bunyi jantung Anak / BJA : tidak ada
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak ada benjolan/massa
- Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda ascites
- Hepar : tidak ada pembesaran
- Lien : tidak ada pembesaran
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen
timpani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada ascites
b. Pemeriksaan Oedem :
terdapat odem pada kaki sebelah kanan
c. Kekuatan Otot :
kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku :
tidak
Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Compos mentis
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk
3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) :
Tidak ada paresis
4. Fungsi Motorik :
Kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan
5. Fungsi Sensorik :
Pasien bisa merasakan panas, dingin, manis dan pahit
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
normal
b. Refleks Patologis
kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan
Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi Emosi / Perasaan
Stabil
b. Orientasi
pasien mengetahui dengan baik
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
tanggap
d. Motivasi ( Kemauan )
pasien ingin cepat sembuh
e. Persepsi
baik
f. Bahasa
Pasien berbicara dengan jelas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : fraktur tibia dexstra
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
HB 11g/dl
WBC 15
SPO2 84%
2. Rontgen
Foto rontgen kaki sebelah kanan
3. E C G
4. U S G
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Lain – lain
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
1. Infus RL 20 tpm
2. O2 2ltp
3. Cefotaxime
4. Ibuprofen
Mahasiswa
TD : 140/90
RR : 24x/mnt
4 DS :-
Kerusakan pertahanan
DO : -Wbc 13 primer
-terlihat bengkak kemerahan
di area sekitar post op Port de entry kuman Resiko infeksi
Resiko infeksi
1 2/02/21 Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik ditandai dengan cedera traumatis (D.0077)
2 2/02/21
Gangguan perfusi jaringan perifer b/d kurang terpapar tentang faktor pemberat
(trauma,imobilisasi) ditandai dengan klaudikasi interminten (D.0009)
3 2/02/21
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang ditandai
dengan fraktur (D.0054)
4 2/02/21
Resiko infeksi ditandai dengan tindakan invasif (0142)
5 2/02/21 Kesiapan peningkatan pengetahuan ditandai dengan kondisi klinis yg baru
dihadapi pasien (D.0113)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. M
Umur : 32 th
No. Register : ……………………………….
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut b/d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
pencedera fisik keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
Gejala dan tanda mayor : diharapkan tingkat nyeri 1.Identifikasi lokasi,
DS : pasien mengatakan nyeri menurun karrakteristik,durasi, frekuensi,
pada tungkai kanan bawah, Utama : tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri
nyeri terus menerus KH : -keluhan nyeri menurun 2.Identifikasi skala nyeri
DO : tampak meringis -meringis menurun 3.Identifikasi nyeri non verbal
Bersikap protektif -sikap protektif menurun Terapeutik :
Gelisah Gelisah menurun 1.Berikan teknik
Frekuensi nadi meningkat -frekuensi nadi membaik nonfarmakologis untuk
N : 90x/mnt -TD membaik mengurangi rasa nyeri
Gejala dan tanda minor : 2.Fasilitasi istirahat dan tidur
DS : - Edukasi :
DO : TD meningkat 1.Jelaskan penyebab, periode
Pola napas berubah dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan
TD : 140/90 nyeri
RR : 24x/mnt 3.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
pencegahan infeksi
4 Resiko infeksi ditandai Setelah dilakukan intervensi Observasi :
dengan tindakan invasif keperawatan selama 1x24 jam 1.Monitor tanda dan gejala
Gejala dan tanda mayor : diharapkan tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
DS : pasien mengatakan nyeri menurun Terapeutik :
disekitar area post op Utama : tingkat nyeri 1.Berikan perawatan kulit pada
DO : -Wbc 15 KH :-kemerahan menurun area edema
-terlihat bengkak kemerahan -bengkak menurun 2.Pertahankan teknik aseptik
di area sekitar luka post op -nyeri menurun pada pasien beresiko tinggi
-kadar sel darah putih Edukasi :
membaik 1.Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2.Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka bakar
3.Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
promosi kesiapan
penerimaan informasi
5 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
pengetahuan ditandai dengan keperawatan selama 1x24 jam 1.Identifikasi pemahaman
kondisi klinis yg baru diharapkan tingkat tentang kondisi kesehatan saat
dihadapi pasien pengetahuan membaik ini
Gejala dan tanda mayor Utama : tingkat pengetahuan 2.Identifikasi kesiapan
DS : Tn. M mengatakan ingin KH : - perilaku sesuai anjuran menerima informasi
mengetahui perawatan patah meningkat Terapeutik :
tulang yg benar dalam fase -perilaku sesuai dengan 1.Fasilitasi mengenali kondisi
pemulihan pengetahuan meningkat tubuh yg membutuhkan
DO : Tn. M terlihat menjaga layanan keperawatan
kaki kanannya agar tidak 2.Fasilitasi akses pelayanan
banyak terjadi pergerakan pada saat dibutuhkan
Edukasi :
1.Berikan informasi berupa
alur, leafleat atau gambar untuk
memudahkan pasien
mendapatkan informasi
kesehatan
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : …………………………….. Umur : …………………………….. No. Register : …………………………….. Kasus : ……………………………..