Anda di halaman 1dari 17

STOIKIOMETRI

Mata Kuliah Kimia

Dosen Pengampu : BAHARUDDIN YUSUF HABIBY H, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 1

TADRIS BIOLOGI 4

1. ALDI SUHENDRA (0310191009)


2. SYAHRO RAIHAN T. NST (0310193135)
3. FILZAH ANISA MAYARI (0310193146)
4. SARAH HULU (0310193113)
5. FITRIAH (0310193147)
6. AIDIL ALIM (0310193110)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

2019 / 2020
KATA PENGANTAR

S
yukur Alhamdulilah kita panjtakan kehadirat Allah Swt., yang mana kita
telah diberikan limpahan rahmat dan nikmat-NYA, terutama nikmat iman
dan islam pada diri kita sendiri serta sholawat dan salam kami sampaikan
kepada Habibullah Rasulullah Muhammad Saw., serta kepada istri, anak, cucu
dan sahabat-sahabat beliau. Semoga kita medapatkan syafaat-Nya diYauml
mahsyar nanti. Aamiin ya Robbal alamiin.
Gambaran mengenai stoikiometri adalah salah satu cabang ilmu kimia
yang mempelajari tentang kuantitas suatu zat, meliputi massa, jumlah mol,
volume, dan jumlah partikel. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari tentang hubungan kuantitatif
yang ada antara pereaksi (reaktan) dan produk (hasil reaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Reaktan adalah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dan hasil dari
reaksi tersebut disebut dengan produk. Untuk lebih jelas akan dipaparkan dalan
makalah ini yang disusun oleh kelompok 1 kimia oleh mahasiswa UIN-SU Medan
program studi Tadris Biologi 4 Sem 2.
Kami selaku pemakalah berharap pembaca dapat memahami materi ini
dengan sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat bagi pembaca serta kami berharap
pembaca dapat memberikan saran dan masukan serta kritik yang membangun
dengan tujuan sebagai revisi bagi kami supaya bisa lebih baik kedepannya. Sekian
dan Terima kasih serta Semoga bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................ 1
B. RUMUSAN MASLAAH....................................................................... 1
C. TUJUAN................................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. DEFINISI STOIKIOMETRI...................................................................3
B. HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA......................................................4
C. PERSAMAAN REAKSI.........................................................................7
D. KONSEP MOL........................................................................................8
E. RUMUS MOLEKUL DAN RUMUS EMPIRIS.....................................9
F. MENETUKAN RUMUS KIMIA HIDRAT (AIR KRISTAL).............10
G. MOLARITAS........................................................................................11
H. APLIKASI STOIKIOMETRI................................................................11

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................13
B. SARAN.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah melihat sesorang yang sedang


membuat kue. Perlu diketahui bahwa kue dibuat menurut resep atau formula
tertentu, yaitu perbandingan antara bahan-bahan yang diperlukan. Hal yang kira-
kira sama juga berlaku dalam reaksi kimia. Setiap senyawa kimia memiliki
komposisi tertentu. Sehingga, untuk membuat suatu senyawa melalui reaksi
kimia, harus diperhitungkan campuran bahan-bahan dalam perbandingan tertentu.
Hal inilah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Hal-hal yang akan
dibahas yaitu tentang perbandingan unsur-unsur dalam senyawa, serta
perbandingan zat-zat dalam reaksi kimia.
Hal yang pertama kita sebut stoikiometri senyawa, sedangkan yang kedua
kita sebut stoikiometri reaksi. Istilah stoikiometri berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan metron yang berarti mengukur.
Jadi, stoikiometri berarti perhitungan kimia. Konsep-konsep yang mendasari
perhitungan kimia adalah massa atom relatif, rumus kimia, persamaan reaksi, dan
konsep mol. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam perhitungan kimia, akan
dibahas berbagai konsep tersebut.
Semoga dengan adanya makalah ini, baik yang membaca maupun yang
mendengarkan bisa menjadi pelajaran yang berharga, serta bisa merubah kita ke
arah yang lebih baik yang diridhoi oleh Allah swt. dan mengetahui ruang lingkup
dan sejarah perkembangan Fiqh/Ushul Fiqh dan mampu mengamalkannya .
Aamiin ya Robbal alamin...

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun dari kutipan diatas dan pembahasan yang akan dibahas, dapat kita
ketahui yang menjadi pokok permasalahan dan rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Definisi dari Stoikiometri ?
2. Bagaimana hukum dasar dalam kimia ?
3. Bagaimana langkah dalam menuliskan persamaan reaksi kimia ?
4. Bagaimana perhitungan dalam konsep Mol ?

1
5. Bagaimana cara menentukan rumus senyawa dan empiris suatu
senyawa?
6. Bagaimana mengetahui konsentrasi suatu senyawa dalam larutan ?
7. Apa aplikasi penerapan stoikiometri dalam kehidupan sehari-hari ?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan diatas, dapat kita ketahui bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi dari stoikimetri dalam kimia dan dasar hukum
kimia.
2. Mengetahui cara penulisan persamaan reaksi kimia.
3. Mengetahui perhitungan dalam konsep mol dan paham mengenai rumus
senyawa dan empiris dalam kimia.
4. Mengetahui konsentrasi suatu senyawa dalam larutan.
5. Mengetahui penerapan stoikiometri dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI STOIKIOMETRI

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur)


dan metrein (mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini
adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang
terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan
reaksi.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu
dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-
ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu,
daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri
sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh
titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.Hukum
kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu hubungan
kuantitatif yang terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi kimia.
Reaktan ialah suatu zat yang berpartisipasi didalam reaksi kimia, dan juga produk
ialah suatu zat yang diperoleh sebagai hasil dari reaksi kimia.

3
B. HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)
Antonie Lavoiser (1743-1794) adalah kimiawan perancis yang melakukan
pengamatan terhadap reaksi antara merkuri dengan oksigen, hasil dari pengamatan
tersebut adalah massa merkuri dan massa oksigen yang bereaksi sama dngan
massa merkuri oksida yang terbentuk. Jadi, hukum lavoiser berbunyi :
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh soal:
2Mg + O2 → 2MgO
(4g) (32g) (36g)

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Joseph Proust (1754-1826) adalah kimiawan perancis yang melakukan
pengamatan terhadap reaksi antara hidrogen dengan oksigen yang menghasilkan
senyawa air dengan perbandingan tetap 1:8 (massa hidrogen : massa oksigen).
Jadi, hukum proust berbunyi :
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap".
Contoh soal:
a. Pada senyawa NH3 = massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1)
= 14 : 3

b. Pada senyawa SO3 = massa S : massa O


= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16)
= 32 : 48
=2:3
Keuntungan dari hukum Proust:
Bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang
membentuk senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh soal :
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; O = 16; Ca = 40)

4
Jawab :

Massa C = ( Mr ArCaCO
C
3)
× massa CaCO3

12
=(
100 )
× 50 gram = 6 gram

Massa C
Kadar C = (
MassaCaCO 3 )
× 100%

6
= ( ) × 100%
50
= 12%

3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)


Jhon Dalton (1766-1844) tertarik untuk mengamati unsur-unsur yang dapat
membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Ekperimen yang beliau lakukan
mereaksikan antara unsur nitrogen dan oksigen yang menghasilkan dua jenis
senyawa oksida nitrogen I dan oksida nitrogen II. Jadi, hukum dalton berbunyi :
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk
massa salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur
kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh soal:
Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : O = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : O = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa
Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

4. Hukum-hukum Gas
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan
kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
a. Hukum Boyle 5
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2
dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1.V1 = P2.V2
b. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)
Joseph Luis Gay-Lussac (1780-1850) adalah kimiawan perancis yang
melakukan eksperimen pada suhu dan tekanan yang konstan, untuk setiap 2
volume gas hidrogen dan 1 volume gas oksigen, akan diperoleh 2 volume uap
air. Jadi, hukum gay-lussac berbunyi :
"Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan
bulat dan sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku:
V1 n1
V2
= n2

c. Hukum Boyle-Gay Lussac


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturukan dengan
keadaan harga n1 = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P 1. V 1 P 2. V 2
=
T1 T2
d. Hukum Avogadro
Amedeo Avogadro (1776-1857) berasal dari italia yang merupakan
seorang ilmuwan sains dan matematika dan berprofesi sebagai seorang
pengacara. Jadi, hukum avogadro berbunyi :
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama".
Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1
mol setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume
molar gas.
Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1
mol setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume
molar gas.
Contoh soal:
Berapa volume 8,5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27 oC dan tekanan 1
atm ? (Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
6
8,5
8,5 g amoniak =
17
= 0,5 mol

Volume amoniak (STP) = 0,5 × 22,4 = 11,2 liter


Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
P 1 .V 1 P 2 . V 2 1. 11,2 1.V 2
T1
= T2 = 273
=
(273+27)

V2 ¿12,3 Liter.

C. PERSAMAAN REAKSI
Persamaan reaksi mempunyai sifat:
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan
volume asalkan suhu dan tekanannya sama).

Langkah-langkah penulisan persamaan reaksi:


1. Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
2. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan
kerangka.
3. Setarakan persamaan kerangka tersebut sehingga diperoleh persamaan
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.

Penyetaraan persamaan reaksi sesuai dengan hukum kekekalan reaksi


Lavoisier dan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada reaksi kimia
tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis atom di ruas kiri
(reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai
teori atom Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta,
yang terjadi hanyalah penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan
baru, yaitu hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas kiri sama dengan di
ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan cara mengatur
angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang diberikan di depan reaktan
dan hasil reaksi disebut koefisien. Angka satu sebagai koefisien tidak dituliskan.
Oleh karena itu persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut.:
Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan:
1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara,
dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang
lain.

D. KONSEP MOL
Dalam satuan internasional (SI) satuan untuk atom, ion, dan molekul adalah
mol. Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu. Jika
bilangan Avogadro = L , maka:
L = 6,023 x 1023 partikel.
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
Contoh soal:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
Massa 20
mol NaOH = = = 0,5 mol
Mr 40
Banyaknya molekul NaOH = 0,5 × L
= 0,5 × 6,023 x 1023
= 3.01 × 1023 molekul.
Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
Telah diketahui bahwa 1 mol zat X = l buah L partikel zat X, maka
2 mol zat X = 2 × L partikel zat X
5 mol zat X = 5 × L partikel zat X
n mol zat X = n × L partikel zat X
jumlah partikel = n x L

8
Contoh soal:
Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan H = 1?
Jawab:
Mr Propana = (3 × 12) + (8 × 1) = 33 g/mol
sehingga, gram propana = mol × Mr
= 0,21 mol × 33 g/mol = 9,23 gram
 Volume Molar
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-
gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila
jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sama. Sehingga, pada suhu dan
tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan
sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sama (STP) maka volume 1
mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,4 liter. Volume 1 mol gas
disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,4 liter/mol.
Volume gas tidak standar pada persamaan gas ideal dinyatakan dengan:
PV = nRT
Keterangan :
P : Tekanan (atm)
V : Volume (L)
n : mol
R : Tetapan gas (0,082 L atm/mol K)
T : Temperatur (K)

E. RUMUS MOLEKUL DAN RUMUS EMPIRIS


Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-
masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat
ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan paling sederhana dari atom-
atom berbagai unsur dalam senyawa. Sedangkan rumus molekul menggambarkan
jumlah atom tiap unsur yang membentuk molekul senyawa.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul. Rumus empiris,
rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang

9
menyusun senyawa. Rumus molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom
dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.
Rumus Molekul = (Rumus Empiris) × n Mr
Rumus Molekul = n × (Mr Rumus Empiris)
(n = bilangan bulat)
Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa, dapat
ditempuh dengan langkah berikut:
1) Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa.
2) Ubah ke satuan mol.
3) Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris.
4) Untuk mencari rumus molekul dengan cara: (Rumus Empiris) × n = Mr
n dapat dicari nilainya.
5) Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan, dengan rumus empiris.

F. MENENTUKAN RUMUS KIMIA HIDRAT (AIR KRISTAL)


Hidrat adalah zat yang dibentuk oleh ikatan kimia suatu senyawa dengan
satu atau lebih molekul air. Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung
air kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada
dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal
(H2O) atau nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai:
Rumus kimia senyawa kristal padat : x.H2O
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 .
2H2O, artinya dalam setiap mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.

Contoh soal:
5,0 gram hidrat dari tembaga(II) sulfat dipanaskan sampai semua air
kristalnya menguap. Jika massa tembaga(II) sulfat padat yang terbentuk 3,20
gram. Tentukan rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5 ; S = 32 ; O = 16 ; H = 1)
Jawab:
Langkah-langkah penentuan rumus hidrat:
- Misalkan rumus hidrat adalah CuSO4 . xH2O

- Tulis persamaan reaksinya.

- Tentukan mol zat sebelum dan sesudah reaksi.


10
- Hitung nilai x, dengan menggunakan perbandingan mol CuSO4 : mol H2O
CuSO4 . x H2O(s) → CuSO4 (s) + x H2O
5 gram 3,2 gram 1,8 gram
3,2 1,8
Perbandingan, mol CuSO4 : mol H2O = :
159 18
= 0.02 : 0,10
=1:5
Jadi Rumus hidrat dari tembaga (II) sulfat adalah CuSO4 . 5H2O.

G. MOLARITAS
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat
terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk
menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas (M).
molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Dapat dituliskan sebagai berikut:
n
M= V

Pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan


dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut.
Sehingga:
V1 . M1 = V2 . M2
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran

H. APLIKASI STOIKIOMETRI
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menjumpai hal-hal yang berkaitan
dengan stoikiometri, baik yang terdapat di alam, laboratorium, industri atau pabrik
maupun dilingkungan sekitar kita. Salah satu contoh stoikiometri yang ada
dilingkungan kita, mislanya makanan yang kita makan setiap hari setelah dicerna
dan diubah menjadi tenaga bagi tubuh.

11
Contoh lainnya yaitu seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobby
menanam bunga anggrek dan tanaman hias lainnya, dia ingin menyemprot
tanaman kesayangannya dengan pupuk langsung kedaunnya, hal ini membuat dia
harus membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
Berikut ini penerapan stoikiometri dalam kehidupan ini :
 Memahami bagaimana tubuh manusia memproses makanan. Dengan
stoikiometri dapat diketahui jenis makanan tertentu lebih efisien dalam
kandungan nutrisi dan energinya dibanding jenis makanan yang lain
didasarkan pada komposisi kimianya.
 Dibidang kedokteran untuk menentukan unsur dan senyawa dalam sampel
misalnya, sampel darah, urin, rambut, dll.
 Dibidang pertanian, untuk menganalisis komposisi pupuk.
 Dibidang industri, untuk memonitor bahan baku, proses produksi, produk,
dan limbah yang dihasilkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari seluruh isi dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hukum kekekalan massa, hokum perbandingan tetap, dan hokum kelipatan
berganda adalah hukum-hukum dasar kimia.

2. Penyetaraan persamaan reaksi dilakukan dengan memberi koefisien yang


tepat dengan tidak mengubah indeks senyawa.

3. Satu mol setiap zat mengandung partikel sejumlah tetapan Avogadro (L),
yaitu 6,023 x 1023. Massa zat bergantung pada jumlah molnya, dimana
massa = mol × Ar/Mr . Volume molar gas tidak bergantung pada jenisnya,
tetapi pada jumlah mol, suhu, dan tekanan pengukuran, dimana V = mol ×
Vm . Pada STP Vm = 22,4 liter/mol.

4. Rumus molekul dapat ditentukan dari rumus empiris, jika massa molekul
relatif (Mr) senyawa diketahui. Rumus empiris senyawa dapat ditentukan,
jika kadar unsur-unsurnya diketahui.

5. Konsentrasi suatu senyawa dalam larutan atau kemolaran larutan dinyatakan


dengan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.

n
M= V

B. SARAN

Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami dan menerapkan dalan


kehidupan sehari-hari kemudian kita bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt
dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhkan segala bentuk larangan-
Nya. Kemudian kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan
kesempurnaan hanya milik Allah Semata, maka dari itu kami mengharapkan
masukan dan krtitik yang membangun dari pembaca supaya kedepan bisa lebih
baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA

Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. Kimia 1. Yudhistira: Jakarta.


Parning, dkk. 2007. Kimia 1 SMA. Jakarta : Yudhistira.
Purba, Michael. 2006. Kimia 1 untuk SMA Kelas X. Erlangga: Jakarta.
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Phibeta Aneka Gama:
Jakarta.
Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 1. Tiga
Serangkai: Solo.
Wiratmo, dkk. 1994. Ilmu kimia Jilid 1. Macanan Jaya Cemerlang: Klaten.

14

Anda mungkin juga menyukai