Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PEMAHAMAN GURU TENTANG ASESMEN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT


SMP NEGERI DAN SWASTA
DI KABUPATEN MAROS

Oleh : Abdul Rahman


Email : rahman.ceko@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui pemahaman guru tentang


asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros, (2)
untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros, (3) untuk mengetahui pemahaman guru
tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros, (4) untuk mengetahui pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Peneliti menetapkan sampel sejumlah 85 guru dari populasi 132 guru
Matematika di Kabupaten Maros. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan tes pilihan ganda kepada guru yang berisi pertanyaan tentang
asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes. Untuk
menganalisis tingkat pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros dilakukan berdasarkan skor jawaban
benar yang diperoleh dari masing-masing guru.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang asesmen


pembelajaran Matematika tingkat SMP Swasta dan Negeri di Kabupaten Maros
berada pada kategori cukup baik, pada umumnya mereka masih membutuhkan
pengalaman dan latihan dalam memahami pengertian asesmen kinerja dan
asesmen proyek, manfaat kedua asesmen tersebut, keuntungan dan kelemahan
kedua asesmen tersebut, bentuk-bentuk kedua asesmen tersebut, teknik dan
langkah-langkah dalam melakukan kedua asesmen tersebut.

Kata kunci : Pemahaman, Guru, Asesmen Pembelajaran, Matematika.


A. Pendahuluan
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tidak
dapat dipungkiri dalam pembelajaran Matematika tidak akan terlepas dari
kegiatan asesmen. Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang
dilakukan secara sistimatis tanpa merujuk pada suatu keputusan tentang nilai
informasi ini bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Asesmen digunakan
sebagai cara untuk menginformasikan kepada para siswa tentang bagaimana yang
mereka kerjakan atau sebaik apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 1
Asesmen juga merupakan proses memperoleh informasi tentang pengetahuan
kemampuan Matematika siswa, kemampuan menggunakan dan kemampuan
membuat kesimpulan untuk berbagai tujuan.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru mata pelajaran (termasuk guru matematika SMP/MTs)
dinyatakan bahwa kompetensi guru mata pelajaran antara lain adalah
mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar. Kualitas instrumen penilaian
hasil belajar berpengaruh langsung dalam keakuratan status pencapaian hasil
belajar siswa. Oleh karena itu kedudukan instrumen penilaian hasil belajar sangat
strategis dalam pengambilan keputusan pendidik (guru) dan sekolah terkait
pencapaian hasil belajar siswa.
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian
pendidikan bagian C.1 sampai dengan C.4 dinyatakan bahwa penilaian hasil
belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes,
observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik
tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi
atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar
kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok
dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Sedang di bagian C.5 dinyatakan
bahwa instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan: (a) substansi, yaitu merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)
konstruksi, yaitu memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan, dan (c) bahasa, yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
Peraturan tersebut menegaskan bahwa asesmen harus dilakukan dalam
proses pembelajaran. Untuk melakukan asesmen ini, para guru harus menguasai
berbagai teknik asesmen pembelajaran, sehingga terekam semua hal yang
menunjukkan potensi siswa, baik itu potensi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Yang terjadi di lapangan menunjukkan, bahwa para guru ternyata
belum secara baik memahami dan menguasai teknik-teknik asesmen pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pemahaman guru tentang KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh pemahaman guru
dalam melakukan asesmen pembelajaran (Sutrisno & Nuryanto, 2008: 22).
Pendapat ini diperkuat oleh Laporan Umum Hasil Pendampingan dan Monitoring
Pengembangan KTSP di 33 kabupaten/kota pada 33 propinsi oleh Puskur
Balitbang Depdiknas tahun 2010. Dalam abstraknya, laporan ini menyatakan:
“... (3) peserta masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep pengembangan
KTSP antara lain KKM, pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan
penilaian kelas (Depdiknas, 2010).
Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang
bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya asesmen kinerja, proyek dan
investigasi, serta portofolio akan sangat bermanfaat dalam peningkatan hasil
belajar siswa, seperti: asesmen kinerja dan proyek bertujuan untuk mengases
unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Portofolio
merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 2
dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus
melibatkan partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian
dan bukti refleksi diri. Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan
menggambarkan kemajuan dan pencapaian siswa hasil belajar siswa.
Tataran empirik hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa lemahnya
keterampilan siswa dalam berpikir (bahkan hanya terampil dalam menghafal)
tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir  yang hanya
mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and
pencil test). Siswa dengan potensi kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak
diberikan kesempatan untuk berkembang. Kebiasaan guru yang melakukan
asesmen hanya untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir rendah patut
dipertanyakan (Sutrisno & Nuryanto, 2008: 22). Mengingat landasan yuridis
formal asesmen sebagai pijakan praktik pembelajaran di sekolah telah ditetapkan
oleh pemerintah melalui PP No.19 tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan. Pasal 64 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan dan perbaikan.
Pengalaman peneliti berinteraksi dengan para guru Matematika SMP
di Kabupaten Maros dalam berbagai kesempatan dan dalam pertemuan-pertemuan
MGMP tingkat SMP Kabupaten Maros, membawa pada kesimpulan bahwa masih
banyak guru yang belum paham dalam mengembangkan asesmen pembelajaran
terutama asesmen kinerja, asesmen proyek, dan asesmen portofolio. Para guru
cenderung terbiasa mengembangkan asesmen dengan bentuk soal objektif atau
soal uraian yang biasa digunakan pada kegiatan ulangan dengan teknik tes tertulis
dibanding dengan teknik bukan tes tertulis, misalnya: penilaian kinerja atau
penugasan proyek, portofolio. Oleh karena itu, guru Matematika di SMP
Kabupaten Maros belum optimal dalam mengembangkan asesmen pembelajaran
yang berorientasi pada pencapaian tujuan mata pelajaran Matematika
sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemahaman guru
Matematika dalam mengembangkan asesmen pembelajaran di SMP Kabupaten
Maros yang memperhatikan tujuan mata pelajaran Matematika dan kondisi para
siswa yang dihadapi serta sesuai dengan standar penilaian.
Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki guru tentang asesmen pembelajaran Matematika, maka dipandang
perlu melakukan penelitian yang berjudul: “Analisis Pemahaman Guru Tentang
Asesmen Pembelajaran Matematika Tingkat SMP Kabupaten Maros”.
B. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Dasar Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang
kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Artinya (1) pengertian; pengetahuan
yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar
(akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat
imbuhan me-i menjadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan); mengetahui

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 3
benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman,
artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan
(mempelajari baik-baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa
pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik
supaya paham dan pengetahuan banyak (Amran, 2002: 247-248).
Pendapat di atas, menggambarkan bahwa pemahaman dapat diartikan
“menguasai sesuatu dengan pikiran”. Subyek belajar tidak hanya tahu, tetapi dapat
memanfaatkan bahan-bahan yang sudah dipahami sehingga belajar akan bersifat
mendasar dan efektif. Jadi pemahaman merupakan kemampuan untuk mengerti
dan memahami sesuatu secara mendalam yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia sehari-hari.Menurut Purwanto (2004: 44) pemahaman adalah
tingkat kemampuan mengerti, memahami tentang arti atau konsep, situasi serta
fakta yang diketahui. Pemahaman meliputi: memahami, menjelaskan dan
memberi contoh. Jadi seseorang yang memahami sesuatu adalah orang yang
mampu mengerti, menjelaskan dan memberi contoh terhadap sesuatu yang
diketahui.
Pemaparan di atas menyimpulkan satu pengertian bahwa pemahaman
adalah kemampuan seseorang untuk translasi atau dapat menterjemahkan,
membedakan; intepretasi atau mengungkapkan kembali dengan kata-katanya
sendiri; ekstrapolasi atau menghubungkan, menyimpulkan dan meramalkan
sesuatu berdasarkan konsep-konsep ataupun materi-materi pelajaran yang telah
dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman merupakan
kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu secara mendalam yang tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Gronlund (1990: 514) mengkutip dalam teori Bloom menjelaskan bahwa
pemahaman (comprehension) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk
memahami suatu makna dari materi. Kemampuan ini ditunjukkan melalui
kemampuan menerjemahkan materi satu ke dalam bentuk yang lain, melalui
kemampuan menerjemahkan materi (menjelaskan atau meringkas), dan melalui
kemampuan meramalkan kecenderungan yang akan datang.
Pemahaman diperoleh melalui proses belajar dengan melibatkan
pengalaman, sehingga terjadi perubahan kemampuan yang relatif permanen.
Pengalaman dapat berupa interaksi secara terbuka dengan lingkungan maupun
melalui proses kognitif, seperti proses berpikir, merenung, dan menarik
kesimpulan. Seseorang individu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan kemampuan kognitifnya di dalam pemahaman. Kemampuan
pemahaman seseorang akan berjalan sesuai dengan perkembangan tingkat
kognitifnya (Good, 1990: 124).
Kemampuan pemahaman juga diilustrasikan melalui tujuan umum
instruksional oleh Gronlund (1990: 515) yaitu pemahaman fakta-fakta dan
prinsip-prinsip, menafsirkan bahan verbal, menafsirkan grafik dan diagram-
diagram, menerjemahkan bahan verbal ke rumus-rumus matematika,
mengestimasi konsekuensi-konsekuensi berdasarkan data dan menjustifikasi
metode dan prosedur-prosedur.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat
diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 4
benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu apabila orang tersebut
sudah mengerti benar mengenai hal tersebut.
2. Asesmen Pembelajaran

Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat keputusan.


Popham (1995: 3) mempertegas, bahwa ‘Educational assessment is a formal
attempt to determine students’ status with respect to educational variables of
interest’. Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan
sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari para siswa.  Asesmen dapat juga
didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi untuk
meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh
pebelajar dari pengalaman-pengalamannya.
Menurut Popham (1995: 7) alasan perlunya melakukan asesmen, adalah
untuk: (1) mendiagnosa kekuatan dan kelemahan pebelajar, (2) memantau
kemajuan belajar, (3) memberi atribut pemberian nilai, dan (4) menentukan
efektivitas pengajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan 4 (empat) hal pokok
terkait dengan tindakan asesmen: (1) asesmen merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis,
(2) tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk
menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa, (3) asesmen dapat
membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien dan
tepat, dan (4) asesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-
menerus. Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan  bahwa  asesmen (dalam PP
disebut sebagai penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua
kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang
tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi,
dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen
alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek,
kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian
diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Dari rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut
di atas, nampak jelas bahwa komponen penting dalam asesmen pembelajaran,
yaitu pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar.
Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap
pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan
atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang
kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan
kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan
langkah pembelajaran berikutnya. Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan
terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah
ditetapkan. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 5
kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen
hasil belajar dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator
diases. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah sejauhmana
sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa.
3. Tujuan dan Prinsip Asesmen dalam Pembelajaran Matematika

Tujuan dan prinsip asesmen pembelajaran perlu dipahami oleh guru,


karena keduanya merupakan sesuatu yang harus dijadikan pedoman dalam
melakukan asesmen pembelajaran. Popham (1995: 4-13) menyatakan bahwa
asesmen bertujuan antara lain untuk: (1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan
siswa dalam belajar, (2) memonitor kemajuan siswa, (3) menentukan jenjang
kemampuan siswa, (4) menentukan efektivitas pembelajaran, dan (5)
mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
Apabila asesmen merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran
matematika, maka hal ini akan berkontribusi secara nyata terhadap kegiatan
belajar seluruh siswa. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang
harus dipedomani yaitu: (1)  memandang asesmen dan kegiatan pembelajaran
secara terpadu, sehingga penilaian berjalan bersama-sama dengan proses
pembelajaran; (2) mengembangkan tugas-tugas asesmen yang bermakna, terkait
langsung dengan kehidupan nyata; (3) mengembangkan strategi yang mendorong
dan memperkuat asesmen sebagai evaluasi diri siswa; (4) melakukan berbagai
strategi asesmen di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai
jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik; (5) mempertimbangkan
berbagai kebutuhan khusus peserta didik; (6) mengembangkan dan menyediakan
sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta
didik; (7) menggunakan teknik  dan instrumen asesmen yang bervariasi. Asesmen
kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,
proyek, dan pengamatan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran
sehari-hari sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai; (8) melakukan
asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
bentuk tes formatif dan sumatif (Depdiknas, 2006: 4).
Di samping prinsip-prinsip seperti tersebut di atas, Depdiknas (2006: 4)
menyatakan bahwa dalam asesmen proses dan hasil belajar, instrument asesmen
harus memenuhi kriteria instrumen yang baik. Kriteria tersebut yakni: (1)  sahih
(valid), validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan
penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat
yang sesuai untuk mengukur kompetensi”. Apabila yang diukur sikap, tetapi
asesmen mengukur pengetahuan, maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan
asesmen biasanya diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat
ukur tertentu; (2)  terandalkan (reliabel), berkaitan dengan konsistensi (keajegan)
hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang
reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Jika alat asesmen yang sama
dilakukan terhadap kelompok peserta didik yang sama beberapa kali dalam waktu
yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda, memberikan hasil yang sama,
maka asesmen dinyatakan terandalkan; (3) objektif dalam konteks penilaian

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 6
adalah bahwa proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-
pengaruh atau pertimbangan subjektif dari guru. Dalam implementasinya,
penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus
adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami
peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan
atau pemberian angka (skor). Asesmen dikatakan objektif jika tidak mendapat
pengaruh subjektif dari pihak penilai; (4) terfokus pada kompetensi, bukan hanya
penguasaan materi pelajaran. (5) komprehensif, asesmen proses dan hasil belajar
hendaknya menyeluruh, mengases semua ranah kompetensi siswa, baik kognitif,
afektif maupun psikomotor. Menggunakan beragam teknik dan instrumen
asesmen, sehingga mampu menggambarkan profil kompetensi siswa secara utuh.
(6)  mendidik, asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi
guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa.
4. Asesmen dalam Pembelajaran Matematika

Asesmen yang baik adalah yang dapat meningkatkan siswa belajar dalam
beberapa cara. Tugas atau permasalahan yang diberikan dapat memberikan
informasi kepada siswa, jenis pengetahuan Matematika dan kemampuan apa yang
dapat memberikan nilai tambah bagi mereka.
a. Mengases Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan tujuan yang sangat penting dalam
pembelajaran Matematika. Untuk mengembangkan kemampuan Matematika,
siswa harus memiliki pemahaman mendalam mengenai konsep-konsep
matematika beserta keterkaitannya. Konsep merupakan landasan dari bangunan
Matematika, oleh karena itu harus tertanam dengan kokoh dan kuat karena akan
menentukan tingkat pemahaman siswa mengenai Matematika. Konsep dapat
dipandang sebagai kata benda dari Matematika sebab selalu merupakan objek
yang dipelajari (Herman, 2010: 10).
Salah satu cara untuk berpikir mengenai konsep-konsep Matematika
adalah mengibaratkannya sebagai sekumpulan dari objek yang diberi label
konsep-konsep Matematika jarang terisolasi dan berdiri sendiri, namun terbangun
dalam jalinan dan koneksi. Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting
bagi siswa untuk membangun pengertian melalui pemahaman hubungan atar
konsep-konsep penting.
b. Mengases Keterampilan Matematika
Keterampilan (skills) merupakan bagian terperting dalam aktivitas
Matematika (doing mathematics). Untuk menyelesaikan permasalahan, misalnya,
siswa harus mampu melakukan keterampilan Matematika dengan benar. Jika
konsep Matematika merupakan kata benda dari Matematika, maka keterampilan
adalah predikatnya. Predikat ini merupakan suatu prosedur yang memungkinkan
siswa untuk mampu melaksanakan tugas-tugas Matematika, seperti
mengkalkulasi, mengestimasi, mengukur objek dengan alat ukur yang tepat, dan
membuat grafik. Untuk mengases keterampilan matematika, guru dapat meminta
siswa untuk: (1) melakukan suatu keterampilan secara akurat dan konsisten; (2)
menjelaskan bagaimana dan mengapa prosedur yang dilakukan; (3) menggunakan
keterampilan dalam berbagai situasi (Herman, 2010: 11).

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 7
Seperti halnya mengases konsep, mengasek keterampilan dapat difokuskan
pada keterampilan Matematika itu sendiri dan dikembangkan mengarah pada
bagaimana dan mengapa keterampilan seperti itu yang dipilih siswa. Tugas yang
difokuskan untuk mengases keterampilan Matematika memberikan kesempatan
siswa untuk melakukan latihan dengan baik, prosedur penting, atau algoritma.
Tugas-tugas seperti ini biasanya adalah hal-hal rutin dilaksanakan oleh guru,
berdasarkan ingatan atau prosedur biasa, dalam konteks sederhana, dan terfokus
pada satu jawaban yang benar.
c. Mengases Kemampuan Problem Solving Matematika
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan esensi dari kekuatan
Matematika. Untuk menjadi seorang yang sukses, siswa tidak saja harus
memahami konsep-konsep Matematika, namun mereka juga harus memiliki
penguasan keterampilan Matematika yang mahir. Yang lebih penting lagi, siswa
harus mampu memanfaatkan kedua kemampuan Matematika ini untuk
memecahkan suatu permasalahan melalui penalaran Matematik yang dimilikinya.
Menurut Herman (2010: 12) ada tiga syarat utama suatu pemecahan
masalah adalah kemaun, rintangan, dan upaya. Dari pandangan tentang
pemecahan masalah ini, dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit tugas-tugas
Matematika yang merupakan permasalahan, mulai dari soal cerita yang sederhana
sampai dengan permasalahan yang memerlukan kegiatan investigasi. Untuk
melihat permasalahan Matematik berbeda dari yang lainnya dapat dilakukan dari
tingkat keterbukaan dari permasalahan itu. Tiga kategori permasalahan
Matematika dapat disebut permasalahan tertutup (closed problem), permasalahan
semiterbuka (open-middled problem), dan permasalahan terbuka (open-ended
problem). Permasalahan tertutup merupakan tugas yang memiliki satu jawaban
benar dan satu cara untuk mendapatkannya. Permasalahan semiterbuka adalah
tugas yang memiliki satu jawaban benar namun banyak cara untuk
menyelesaikannya. Sedangkan permasalahan terbuka adalah tugas dengan
beberapa alternatif jawaban yang benar dan banyak cara untuk sampai pada
jawaban-jawaban tersebut.
d. Mengases Sikap dan Keyakinan (Beliefs)
Sikap siswa dalam menghadapi Matematika dan keyakinannya mengenai
Matematika seringkali mempengaruhi prestasi mereka dalam Matematika. Bahkan
dalam standar evaluasimenyertakan sikap dan keyakitan merupakan bagian dari
lima tujuan pembelajaran, yaitu belajar memaknai nilai-nilai Matematika dan
memiliki percaya diri mengenai kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu sikap
dan keyakinan siswa perlu dipupuk, dimonitor, dan ases terus dalam kegiatan
pembelajaran. Sikap merefleksikan bagaimana bertindak atau berhubungan
dengan Matematika. Sikap terhadap matematika ini akan mempengaruhi cara
melakukan sesuatu dalam Matematika. Sikap positif siswa terhadap Matematika
diantaranya, menyukai, termotivasi, menikmati, selalu ingin tahu, dan antusias.
Sedangkan sikap negatif diantaranya menghindari, tidak suka, stres, tidak tertarik,
tidak termotivasi, dan cemas.
Keyakinan menggambarkan bagaimana siswa berpikir mengenai sesuatu.
Siswa sekolah lanjutan, misalnya, memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keyakinan yang positif terhadap Matematika dan bagaimana mempelajarinya.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 8
Beberapa contoh tentang keyakinan siswa sekolah menengah mengenai
Matematika diantaranya, Matematika adalah perhitungan, Matematika
memerlukan jawaban yang tepat dan benar, dan pemecahan masalah Matematika
memerlukan penyelesaian menggunakan pengetahuan Matematika.
5. Teknik Asesmen dalam Pembelajaran Matematika

Beragam teknik asesmen dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi


tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses
belajar maupun hasil belajar. Untuk itu, dalam penelitian ini ada empat teknik
asesmen yang akan dibahas dalam pembelajaran Matematika, yaitu asesmen
kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes.
a. Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang
ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Menurut Wardhani (2010: 3) kemampuan
kinerja dalam matematika tak dapat dipisahkan dari kemampuan kognitifnya
(dalam hal ini pemahaman konsep dan penalarannya) maka uraian tugas pada
instrumen penilaian kinerja terintegrasi dengan instrumen yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif. Instrumen penilaian kinerja kemampuan
matematika dapat terdiri dari lembar pengamatan saja (misalnya dalam kegiatan
menggambar dan memberi nama sudut, membagi sudut yang telah diketahui
menjadi dua sama besar) atau kombinasi penilaian tertulis dan pengamatan
(misalnya dalam kegiatan menggambar benda yang disebutkan sifat-sifatnya).
Pada lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku
yang diharapkan muncul dari siswa selama proses kinerja. Selain itu juga
dicantumkan cara penilaian atau pedoman penyekoran. Instrumen penilaian
kinerja dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi) dengan daftar cek (check
list) dan dengan skala rentang (rating scale).
Langkah-langkah asesmen kinerja meliputi: (1)    melakukan identifikasi
terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi
hasil akhir (output) yang terbaik; (2)    menuliskan perilaku kemampuan-
kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan
menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik; (3)    membuat kriteria-kriteria
kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria
tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; (4) mendefinisikan
kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan
siswa yang harus dapat diamati; (5) urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang
akan diukur berdasarkan urutan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati; (6)  kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (Majid, 2011:
200).
b. Asesmen Proyek
Asesmen proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian produk. Shadiq (2009: 8) menjelaskan bahwa asesmen

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 9
proyek dapat digunakan, di antaranya untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik
dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
Muslich (2009: 107) menjelaskan bahwa penilaian proyek terdiri dari dua
bentuk yaitu: (1) penilaian proyek yang menekankan pada proses, misalnya:
merencanakan dan mengorganisasikan investigasi, bekerja dalam tim; (2) 
penilaian proyek yang menekankan pada produk, misalnya: mengidentifikasi dan
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi data;
(3) mengomunikasikan hasil.
Langkah penilaian proyek yang berfokus pada proses: (1) merencanakan
penilaian dengan memperhatikan kesesuaian dengan kompetensi yang dituntut
kurikulum; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses, seperti
dalam memilih proses dan memetakan area yang akan dicakup; (3) melaksanakan
pencatatan kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan hasil kegiatan
oleh guru. sedangkan langkah penilaian proyek yang berfokus pada produk:
(1) merencanakan penilaian; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada
produk, seperti dengan menentukan lingkup dan cara pengumpulan data, cara
presentasi/pelaporannya dan kriteria penilaian; (3) melaksanakan pencatatan
kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan oleh guru (Muslich,
2009: 107).
Demikian halnya dalam penilaian proyek Matematika, menurut Wardhani
(2010: 8) penilaian hasil karya dalam proyek dilakukan dari proses perencanaan,
proses pengerjaan tugas sampai hasil akhir proyek. Oleh karena itu perlu
ditetapkan hal-hal atau aspek yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain,
pengumpulan data, analisis data dan penyiapan laporan tertulis. Instrumen
penilaian proyek dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi) dengan daftar
cek (check list) dan skala rentang (rating scale). Kegiatan siswa yang termasuk
proyek antara lain: penelitian sederhana tentang air di rumah, perkembangan
harga sembako dalam suatu periode tertentu. Dalam matematika kegiatan siswa
yang termasuk proyek antara lain penelitian sederhana yang terkait dengan
pengolahan dan penyajian data (kelas IX), penelitian sederhana tentang
perdagangan barang di pasar terkait dengan aritmetika sosial (kelas VII).
c. Asesmen Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran. Menurut
Gronlund (1998: 159), portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa
yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada
subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan
dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada
siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan.
Arifin (2010: 180) mengemukakan angkah-langkah penilaian portofolio
yaitu: (1) menentukan tujuan dan fokus portofolio; (2) menentukan isi portofolio;
(3) mengembangkan kriteria penilaian; (4) menyusun format penilaian;
(5) mengidentifikasi pengorganisasian portofolio; (6) menggunakan portofolio
dalam praktik; (7) menilai pelaksanakan portofolio; (8) penilaian portofolio.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 10
Penggunaan portofolio dalam pembelajaran matematika akan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
Maesuri (2002: 9) mengemukakan bahwa dengan asesmen portofolio, siswa dapat
(1) Mendokumentasikan usaha-usaha mereka, prestasi, dan perkembangannya
dalam pengetahuan, keterampilan, ekspresi, dan sikap, (2) Menggunakan gaya
pembelajaran yang berbeda, modalitas, dan intelegensi, (3) Menilai pembelajaran
mereka dan memutuskan item mana yang terbaik menyatakan prestasi dan
perkembangan mereka, dan (4) Memahami dan menyusun  tujuan pembelajaran
selanjutnya.
Model portofolio Matematika yang berisi contoh kerja siswa dapat berupa:
(1) Uraian tertulis hasil kegiatan praktik atau penyelidikan Matematika; (2)
Gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan
penelitian; (3) Uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah; (4) Penyajian
data statistik dan grafik. Selain itu, hal-hal lainnya yang dapat dicantumkan dalam
portofolio Matematika adalah sebagai berikut: (1) Laporan penyelidikan tentang
ide matematika seperti hubungan antara dua fungsi, koordinat grafik, aritmatika,
aljabar dan geometri; (2) Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah
pekerjaan rumah; (3) Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa; (4) Salinan
piagam penghargaan; (5) Video dan pekerjaan siswa yang menggunakan
komputer (Stenmark 1991: 63).
d. Tes
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk
mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian.
Suwandi (2011:47) mengartikan tes sebagai suatu bentuk pemberian tugas atau
pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang diberi tes.
Menurut Purwanto (2011: 65) secara garis besar tes dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan. Tes penguasaan adalah tes
yang diujikan setelah peserta memperoleh materi. Tes diperlukan untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh
siswa. Pada tes penguasaan, peserta didorong untuk memberikan penampilan
maksimal dan dari penampilannya dapat diketahui penguasaan siswa terhadap
materi. Termasuk dalam tes ini seperti: tes hasil belajar, penguasaan bahasa
Inggris, kemampuan berhitung, kemampuan membaca, keterampilan mengajar
dan sebagainya. Tes kemampuan adalah tes yang diujikan untuk mengetahui
kepemilikan kemampuan peserta tes. Kemampuan merupakan sesuatu yang
dimiliki dan telah melekat dalam diri peserta tes. Termasuk ke dalam tes ini
adalah tes bakat, tes kecerdasan, tes kemampuan numerik, tes potensi akademik,
tes penalaran, tes kemampuan berpikir kritis dan sebagainya.
Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan instrumen penilaian tes yang valid dan reliabel, sebagaimana
dikemukakan Djaali & Pudji (2008: 66) hal-hal yang perlu diperhatikan
diantaranya: (1) butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep
yang berupa sesuatu kenyataanya atau fakta (das solen) seperti: keadaan,
perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya; (2) jawaban terhadap butir
instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator; (3) butir dapat berbentuk
pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas,

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 11
tidak mengandung tafsiran ganda, singkat, dan komunikatif; (4) opsi dari setiap
pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau
pernyataan tersebut; (5) banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara
konseptual kontinum, karena distribusi jawaban responden secara teoretik
mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya
menggunakan skala ganjil.
Lain halnya dengan Mardapi (2008: 88) mengemukakan ada beberapa
langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan instrumen tes hasil atau
prestasi belajar peserta didik, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes seperti:
menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, menentukan sebaran (distribusi) tes,
menentukan bentuk tes dan menentukan panjang tes, (2) menulis soal tes, (3)
menelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal; (6)
memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
hal-hal yang harus guru pahami tentang asesmen tes adalah pengertian dari
asesmen tes itu sendiri, manfaatnya, kelebihan dan kekurangannya, bentuk-
bentuknya, teknik penilaiannya dan langkah-langkah dalam melaksanakannya.
C. Masalah Penelitian
1. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros ?
2. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros ?
3. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros ?
4. Bagaimana pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di
SMP Kabupaten Maros ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros.
2. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen proyek pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros.
3. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros.
4. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros.
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terkait
dengan pemahaman guru tentang asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen
portofolio, dan asesmen tes dalam pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh guru Matematika di SMP
Negeri dan Swasta Kabupaten Maros yaitu sebanyak 132 guru yang tersebar di 33
Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Universitas Negeri Makassar Page 12
SMP Negeri dan 22 SMP Swasta di Kabupaten Maros. Peneliti menetapkan
sampel sebesar 85 guru dengan teknik “Proportionate Random Sampling”. Teknik
sampling ini merupakan teknik yang dilakukan untuk mengambil sampel
berdasarkan proporsi yang diambil secara random. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes pilihan ganda kepada guru
yang berisi pertanyaan tentang asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen
portofolio, dan tes.
Untuk menganalisis tingkat pemahaman guru tentang asesmen
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dilakukan berdasarkan skor
jawaban benar yang diperoleh dari masing-masing guru. Jumlah jawaban yang
benar diperoleh dari mencocokkan jawaban guru dengan kunci jawaban yang ada
pada masing-masing instrumen. Setelah itu dihitung jumlah jawaban guru yang
benar dan selanjutnya digunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
pemahaman guru terhadap asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio,
dan tes. Untuk melakukan analisis terhadap keempat instrumen digunakan
program siap pakai Program Iteman, dan MS-Excel.
F. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengolahan data
keempat instrumen yang mengukur pemahaman guru tentang asesmen
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang telah dilakukan dengan
menggunakan perhitungan teknik Weighted Means Scored (WMS) akan disajikan
hasil diinterpretasinya sebagai berikut.
a. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Kinerja
Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen kinerja dapat dikasifikasikan
melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut.
Tabel 1 Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang
Asesmen Kinerja
Rata-Rata Kategori
No Indikator
Skor Tingkat Pemahaman
1 Memahami pengertian asesmen
80 Tinggi
kinerja
2 Memahami manfaat, keuntungan
70 Sedang
dan kelemahan asesmen kinerja
3 Memahami bentuk-bentuk
60 Rendah
asesmen kinerja
4 Memahami teknik asesmen
60 Rendah
kinerja
5 Memahami langkah-langkah
60 Rendah
asesmen kinerja
Jumlah 330 -
Rata-Rata Skor 66 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat


diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru
tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
adalah sebesar 66. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 13
ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang
dengan rincian sebagai berikut.
1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian
asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah
memahami pengertian asesmen kinerja dengan baik;
2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang manfaat,
keuntungan dan kelemahan asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh
sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros sudah memahami manfaat, keuntungan dan
kelemahan asesmen kinerja dengan cukup baik;
3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang bentuk-bentuk
asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 60. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten
Maros yang kurang memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja dengan baik;
4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang teknik asesmen
kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros yang kurang
memahami dengan baik teknik asesmen kinerja;
5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang langkah-
langkah dalam melakukan asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh
sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros yang kurang memahami dengan baik langkah-
langkah dalam melakukan asesmen kinerja.
Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru
tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 19 item pertanyaan dapat
dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang perlu ditingkatkan
adalah pemahamannya terhadap bentuk-bentuk asesmen kinerja, teknik asesmen
kinerja dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen kinerja.

b. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Proyek

Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen proyek dapat dikasifikasikan


melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut.
Tabel 2. Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang
Asesmen Proyek
Kategori
Rata-Rata
No Indikator Tingkat
Skor
Pemahaman
1 Memahami pengertian asesmen
70 Sedang
proyek
2 Memahami manfaat, keuntungan
70 Sedang
dan kelemahan asesmen proyek
3 Memahami bentuk-bentuk 70 Sedang

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 14
asesmen proyek
4 Memahami teknik asesmen
68 Sedang
proyek
5 Memahami langkah-langkah
70 Sedang
asesmen proyek
Jumlah 348 -
Rata-Rata Skor 69,6 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat


diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru
tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
adalah sebesar 69,6. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal
ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang
dengan rincian sebagai berikut.
1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang pengertian
asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami
tentang pengertian asesmen proyek dengan cukup baik;
2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang manfaat,
keuntungan dan kelemahan asesmen proyek dengan skor yang diperoleh
sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan
asesmen proyek dengan cukup baik;
3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang bentuk-bentuk
asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten
Maros memahami bentuk-bentuk asesmen proyek dengan cukup baik;
4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik asesmen
proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 68. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat 68% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami teknik
asesmen proyek dengan cukup baik;
5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang langkah-
langkah dalam melakukan asesmen proyek dengan skor yang diperoleh
sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros memahami langkah-langkah dalam melakukan
asesmen proyek dengan cukup baik;
Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru
tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 17 item pertanyaan dapat
dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang,
namun untuk pemahaman teknik asesmen proyek masih perlu ditingkatkan ke
arah yang lebih baik lagi, demikian halnya pemahaman tentang pengertian,
manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen proyek, memahami bentuk-bentuk
asesmen proyek, dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen proyek juga

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 15
masih perlu ditingkatkan lagi, sehingga guru dapat melaksanakan asesmen proyek
dalam pembelajaran Matematika dengan baik pula.
c. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Portofolio
Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen portofolio dapat
dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden
sebagai berikut.
Tabel 3. Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang
Asesmen Portofolio

Rata-Rata Kategori
No Indikator
Skor Tingkat Pemahaman
1 Memahami pengertian asesmen
80 Tinggi
portofolio
2 Memahami manfaat, keuntungan
dan kelemahan asesmen 80 Tinggi
portofolio
3 Memahami bentuk-bentuk
80 Tinggi
asesmen portofolio
4 Memahami teknik asesmen
80 Tinggi
portofolio
5 Memahami langkah-langkah
80 Tinggi
asesmen portofolio
Jumlah 400 -
Rata-Rata Skor 80 Tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat


diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru
tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros adalah sebesar 80. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan
WMS, hal ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen portofolio
pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori
tinggi dengan rincian sebagai berikut.
1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian
asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP
Kabupaten Maros memahami pengertian asesmen portofolio dengan baik;
2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang manfaat,
keuntungan dan kelemahan asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh
sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika
di SMP Kabupaten Maros memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan
asesmen portofolio dengan baik;
3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang bentuk-bentuk
asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP
Kabupaten Maros memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio dengan baik;
4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang teknik asesmen
portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 16
bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros
memahami teknik asesmen portofolio dengan baik;
5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang langkah-
langkah dalam melakukan asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh
sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika
di SMP Kabupaten Maros memahami langkah-langkah dalam melakukan
asesmen portofolio dengan baik;
Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru
tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 20 item pertanyaan dapat
dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah baik dalam hal baik
dalam memahami pengertian, manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
portofolio, memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio, teknik asesmen
portofolio dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen portofolio. Namun
tingkat pemahaman ini masih perlu ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik lagi
dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang relevan terkait dengan
menilai proses hasil belajar siswa berdasarkan kumpulan pekerjaannya selama
satu periode.
d. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Tes
Deskripsi pemahaman guru tentang tes dapat dikasifikasikan melalui tabel
hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut.
Tabel 4. Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang
Tes
Rata-Rata Kategori
No Indikator
Skor Tingkat Pemahaman
1 Memahami pengertian tes dan
mengidentifikasi karakteristik tes 80 Tinggi
dan nontes
2 Memahami manfaat tes dalam
84 Tinggi
pembelajaran
3 Memahami bentuk-bentuk tes 90 Sangat Tinggi
4 Memahami teknik pengembangan
70 Sedang
tes
5 Memahami langkah-langkah
60 Rendah
pengembangan tes
Jumlah 384 -
Rata-Rata Skor 77 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat


diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru
tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros adalah
sebesar 77. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal ini
berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika
di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang dengan rincian sebagai
berikut.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 17
1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian tes
dan mengidentifikasi karakteristik tes dan nontes sebesar 80. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP
Kabupaten Maros memahami pengertian tes dan mengidentifikasi
karakteristik tes dan nontes dengan baik;
2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang manfaat tes
dalam pembelajaran dengan skor yang diperoleh sebesar 84. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah terdapat 84% guru Matematika di SMP
Kabupaten Maros memahami manfaat tes dalam pembelajaran dengan baik;
3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sangat tinggi tentang bentuk-
bentuk tes dengan skor yang dperoleh sebesar 90. Hal ini menunjukkan
bahwa sudah terdapat 90% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros
memahami bentuk-bentuk tes dengan sangat baik;
4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik
pengembangan tes dengan skor yang dperoleh sebesar 70. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten
Maros memahami bentuk-bentuk tes dengan cukup baik;
5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang langkah-
langkah dalam melakukan pengembangan tes dengan skor yang dperoleh
sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros kurang memahami langkah-langkah dalam
melakukan pengembangan tes dengan cukup baik;
Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru
tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berdasarkan
jawaban dari 85 responden terhadap 19 item pertanyaan dapat dikatakan bahwa
tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP
Kabupaten Maros yang perlu ditingkatkan adalah pemahamannya teknik dan
langkah-langkah dalam melakukan pengembangan tes.
Berikut ini deskripsi keseluruhan tingkat pemahaman guru tentang
asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP di Kabupaten Maros berdasarkan
keempat instrumen di atas yaitu instrumen asesmen kinerja, proyek, portofolio,
dan tes yang dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan rekapitulasi
kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut.
Tabel 5. Rekapitulasi Rata-Rata Skor Tingkat Pemahaman Guru Tentang
Asesmen Pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
Kategori
Rata-Rata
No Asesmen Pembelajaran Tingkat
Skor
Pemahaman
1 Asesmen Kinerja 66 Sedang
2 Asesmen Proyek 69,6 Sedang
3 Asesmen Portofolio 80 Tinggi
4 Tes 77 Sedang
Jumlah 293 -
Rata-Rata Skor 73 Sedang

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 18
Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru
tentang asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP di Kabupaten Maros
berdasarkan keempat instrumen di atas adalah sebesar 73. Dengan melihat tabel
konsultasi hasil perhitungan WMS, hal ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru
tentang asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP di Kabupaten Maros
berdasarkan keempat instrumen di atas berada pada kategori cukup baik dengan
rincian sebagai berikut.
1. Tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang, karena
terdapat 66% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami
pengertian asesmen kinerja, memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan
asesmen kinerja, memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja, memahami teknik
asesmen kinerja, serta memahami langkah-langkah asesmen kinerja dengan
cukup baik.
2. Tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten berada pada kategori sedang, karena terdapat
69,6% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah memahami
pengertian asesmen proyek, memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan
asesmen proyek, memahami bentuk-bentuk asesmen proyek, memahami teknik
asesmen proyek, serta memahami langkah-langkah asesmen proyek dengan
cukup baik.
3. Tingkat pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten berada pada kategori tinggi, karena terdapat
80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian
asesmen portofolio, memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
portofolio memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio, memahami teknik
asesmen portofolio, serta memahami langkah-langkah asesmen portofolio
dengan baik.
4. Tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP
Kabupaten berada pada kategori sedang, karena terdapat 77% guru Matematika
di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian tentang tes, memahami
manfaat, keuntungan dan kelemahan tes, memahami bentuk-bentuk tes,
memahami teknik tes, serta memahami langkah-langkah tes dengan cukup
baik.
Untuk lebih memperjelas perbandingan skor rata-rata tingkat pemahaman
guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros
berdasarkan keempat instrumen di atas dengan menggunakan perhitungan teknik
Weighted Means Scored (WMS) akan disajikan pada diagram sebagai berikut.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 19
Tingkat Pemahaman Guru Matematika Tentang Asesmen
Pembelajaran
90
80
70
60
50
40
Tinggi
30
Sangat Rendah
20
10
0
rja ek io s
oy ol Te
ine r f
K P rto
en en Po
esm esm en
As As esm
As

Gambar 1 Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-Rata Tingkat


Pemahaman Guru Tentang Asesmen Pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten Maros

Berdasarkan diagram di atas, rata-rata skor tertinggi tingkat pemahaman


guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dari
keempat instrumen yaitu asesmen kinerja, proyek, portofolio, dan tes adalah
berada pada asesmen portofolio dan tes. Hal ini berarti tingkat pemahaman guru
tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dari
keempat instrumen tersebut yang sangat baik dipahami oleh guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros adalah asesmen portofolio dan tes, karena guru dalam
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros cenderung melakukan
asesmen portofolio dan tes, dibandingkan dengan asesmen kinerja dan asesmen
proyek.
Berikut ini akan dibahas hasil penelitian terkait dengan pemahaman guru
tentang asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP di Kabupaten Maros
sebagai berikut.
1. Pemahaman Guru Tentang Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja merupakan suatu asesmen yang menitikberatkan pada


proses. Asesmen kinerja adalah asesmen yang member kesempatan siswa
menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan
kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Dengan asesmen kinerja siswa akan
belajar bagaimana membentuk pengetahuan Matematika mereka dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pikiran dan pemahamannya
dalam situasi masalah dan tidak meminta jawaban tunggal. Dengan demikian
asesmen kinerja dapat digunakan untuk membantu siswa membiasakan diri
menunjukkan kinerjanya dalam memahami dan memecahkan masalah.
Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Universitas Negeri Makassar Page 20
Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa pemahaman guru
tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros berada pada kategori sedang dengan rincian yaitu: memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi tentang pengertian asesmen kinerja, memiliki tingkat
pemahaman yang sedang tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen.
Namun memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang bentuk-bentuk asesmen
kinerja, teknik asesmen kinerja dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen
kinerja. Oleh karena itu, pemahaman guru tentang bentuk-bentuk asesmen kinerja,
teknik asesmen kinerja dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen kinerja
perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik.
Menurut Wardhani (2010: 3) kemampuan kinerja dalam matematika tak
dapat dipisahkan dari kemampuan kognitifnya (dalam hal ini pemahaman konsep
dan penalarannya) maka uraian tugas pada instrumen penilaian kinerja terintegrasi
dengan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif.
Instrumen penilaian kinerja kemampuan matematika dapat terdiri dari lembar
pengamatan saja (misalnya dalam kegiatan menggambar dan memberi nama
sudut, membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar) atau
kombinasi penilaian tertulis dan pengamatan (misalnya dalam kegiatan
menggambar benda yang disebutkan sifat-sifatnya). Pada lembar pengamatan
harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku yang diharapkan muncul
dari siswa selama proses kinerja. Selain itu juga dicantumkan cara penilaian atau
pedoman penyekoran. Instrumen penilaian kinerja dapat terdiri dari lembar
pengamatan (observasi) dengan daftar cek (check list) dan dengan skala rentang
(rating scale).
Langkah-langkah asesmen kinerja meliputi: (1)    melakukan identifikasi
terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi
hasil akhir (output) yang terbaik; (2)    menuliskan perilaku kemampuan-
kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan
menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik; (3)    membuat kriteria-kriteria
kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria
tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; (4) mendefinisikan
kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan
siswa yang harus dapat diamati; (5) urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang
akan diukur berdasarkan urutan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati; (6)  kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (Majid, 2011:
200).
Selanjutnya data penilaian kinerja adalah skor yang diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan terhadap penampilan peserta didik dari suatu
kompetensi. Skor diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja
yang dapat berupa daftar cek atau skala penilaian. Oleh karena itu, hal-hal yang
harus guru pahami tentang asesmen kinerja adalah pengertian dari asesmen kinerja
itu, manfaatnya, kelebihan dan kekurangannya, bentuk-bentuknya, teknik
penilaiannya dan langkah-langkah dalam melaksanakannya.
2. Pemahaman Guru Tentang Asesmen Proyek

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 21
Proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan
menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam
menerapakan konsep dan pemahaman konsep mata pelajaran tertentu. Ada 2 tipe
penilaian proyek, yaitu penilaian proyek yang menekankan pada proses dan
penilaian proyek yang menekankan pada produk.
Langkah penilaian proyek yang berfokus pada proses: (1) merencanakan
penilaian dengan memperhatikan kesesuaian dengan kompetensi yang dituntut
kurikulum; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses, seperti
dalam memilih proses dan memetakan area yang akan dicakup; (3) melaksanakan
pencatatan kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan hasil kegiatan
oleh guru. sedangkan langkah penilaian proyek yang berfokus pada produk:
(1) merencanakan penilaian; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada
produk, seperti dengan menentukan lingkup dan cara pengumpulan data, cara
presentasi/pelaporannya dan kriteria penilaian; (3) melaksanakan pencatatan
kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan oleh guru (Muslich,
2009: 107).
Dengan demikian hal-hal yang harus guru pahami tentang asesmen proyek
adalah pengertian dari asesmen proyek itu sendiri, manfaatnya, kelebihan dan
kekurangannya, bentuk-bentuknya, teknik penilaiannya dan langkah-langkah
dalam melaksanakannya.
Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa pemahaman guru
tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros berada pada kategori sedang dengan rincian yaitu: memiliki tingkat
pemahaman yang sedang tentang pengertian asesmen proyek, memiliki tingkat
pemahaman yang sedang tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
proyek, memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang bentuk-bentuk
asesmen kinerja, memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik
asesmen kinerja dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen proyek.
Asesmen cara ini dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek. Dengan demikian guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain,
pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis, penyajian
hasil/produk. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam
bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek (checklist), penilaian(rating scale), kesesuaian produk
dengan spesifikasinya. Oleh karena itu perlu ditetapkan hal-hal atau aspek yang
perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan
penyiapan laporan tertulis. Instrumen penilaian proyek dapat terdiri dari lembar
pengamatan (observasi) dengan daftar cek (check list) dan skala rentang (rating
scale).
3. Pemahaman Guru Tentang Asesmen Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau
catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio
dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas
pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru
dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 22
Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa pemahaman guru
tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros berada pada kategori tinggi dengan rincian yaitu: memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi tentang pengertian asesmen portofolio, memiliki tingkat
pemahaman yang tinggi tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
portofolio, memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang bentuk-bentuk
asesmen portofolio, memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang teknik
asesmen portofolio, dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen portofolio.
Dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu
portofolio adalah tujuan dan komponen-komponen portofolio. Pemilihan
dokumen untuk membangun suatu portofolio harus mengacu pada tujuan
penggunaan portofolio tersebut. Apabila seorang guru ingin menggali informasi
melalui portofolio maka terlebih dahulu ia harus merumuskan tujuannya.
Misalnya, guru ingin mengetahui bagaimana siswa mengerti matematika serta
menghayati matematika dalam aspek yang lebih luas setelah kurun waktu tertentu.
Setelah itu baru menentukan komponen-komponen yang diperlukan dalam upaya
menggapai tujuan tadi. Selanjutnya harus ditentukan pula aspek apa saja yang
ingin diketahui yang akan membentuk komponen dari portofolio. Tiap guru
biasanya menginginkan format portofolio yang berbeda. Misalnya, Robinson
(1998), seorang guru matematika yang ingin mengetahui kemajuan siswa-
siswanya dalam operasi bilangan pecahan akan meminta murid-muridnya untuk
memasukkan hal-hal seperti proyek kelompok, tugas pekerjaan rumah setiap hari,
hasil ulangan, tugas tulisan, otobiografi dalam matematika, catatan kelas, dan hal-
hal lain yang dianggap penting dalam menunjukkan kemajuan mereka dalam
matematika. Mengingat dokumen-dokumen yang membangun portofolio ini
sangat diharapkan bervariasi, maka diperlukan tenggang waktu yang cukup bagi
siswa untuk mengerjakan dan mengkoleksinya. Contoh pengembangan portofolio
yang dikemukakan di atas paling tidak memerlukan waktu satu semester
perkuliahan. Dengan demikian proses belajar (long-term learning process) berikut
hasil belajar yang telah dilakukan siswa secara menyeluruh diharapkan akan
tergambarkan dengan lengkap.
Manfaat yang dapat dirasakan dari pengembangan model evaluasi ini
diantaranya adalah bahwa asesmen portofolio memberikan gambaran otentik
kepada guru mengenai apa yang telah dipelajari siswa, kesulitan dan kendala yang
dialami siswa dalam belajar, dan jenis bantuan yang diharapkan siswa. Semua
informasi itu tidak mudah diperoleh melalui metode tes yang biasa dilakukan.
Selain itu portofolio dapat dijadikan alat untuk memvalidasi informasi tentang
pemahaman siswa mengenai suatu konsep. Kelebihan lain yang didapat melalui
portofolio adalah siswa belajar mengevaluasi diri sendiri (self-assessment). Hal ini
sangat membantu dalam membangun rasa tanggung jawab dalam belajar,
memonitir diri sendiri dalam kegiatan belajar, menanamkan kesadaran untuk
meningkatkan kemampuan diri, dan membangun argumen-argumen yang logis.
Dampak lain yang muncul adalah siswa merasa terpacu untuk belajar terus,
senang mengikuti pelajaran, dan termotivasi untuk mencari sesuatu yang lebih
baik.
4. Pemahaman Guru Tentang Asesmen Tes

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 23
Instrumen tes berhubungan dengan pengukuran variabel performansi
maksimal yang dapat berupa: hasil belajar, kreativitas, bakat, kecerdasan,
penguasaan bahasa inggris, kemampuan verbal, kemampuan numerik, potensi
akademik dan sebagainya. Dari berbagai jenis tes tersebut, menurut Purwanto
(2011: 65) secara garis besar tes dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tes
penguasaan dan tes kemampuan. Tes penguasaan adalah tes yang diujikan setelah
peserta memperoleh materi. Tes diperlukan untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pada tes
penguasaan, peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimal dan dari
penampilannya dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi. Termasuk
dalam tes ini seperti: tes hasil belajar, penguasaan bahasa Inggris, kemampuan
berhitung, kemampuan membaca, keterampilan mengajar dan sebagainya. Tes
kemampuan adalah tes yang diujikan untuk mengetahui kepemilikan kemampuan
peserta tes. Kemampuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan telah melekat
dalam diri peserta tes. Termasuk ke dalam tes ini adalah tes bakat, tes kecerdasan,
tes kemampuan numerik, tes potensi akademik, tes penalaran, tes kemampuan
berpikir kritis dan sebagainya.
Kedua jenis tes di atas, yang dimaksud disini adalah tes hasil belajar untuk
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh siswa. tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi
sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas
materi tersebut.
Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa pemahaman guru
tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada
kategori sedang dengan rincian yaitu memiliki tingkat pemahaman yang tinggi
tentang pengertian tes dan mengidentifikasi karakteristik tes dan nontes, memiliki
tingkat pemahaman yang tinggi tentang manfaat tes dalam pembelajaran,
memiliki tingkat pemahaman yang sangat tinggi tentang bentuk-bentuk tes,
memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik pengembangan tes.
Namun memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang langkah-langkah dalam
melakukan pengembangan tes.
Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan instrumen penilaian tes yang valid dan reliabel, sebagaimana
dikemukakan Djaali & Pudji (2008: 66) hal-hal yang perlu diperhatikan
diantaranya: (1) butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep
yang berupa sesuatu kenyataanya atau fakta (das solen) seperti: keadaan,
perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya; (2) jawaban terhadap butir
instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator; (3) butir dapat berbentuk
pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas,
tidak mengandung tafsiran ganda, singkat, dan komunikatif; (4) opsi dari setiap
pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau
pernyataan tersebut; (5) banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara
konseptual kontinum, karena distribusi jawaban responden secara teoretik
mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya
menggunakan skala ganjil.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 24
Sementara menurut Suwandi (2011: 59) dalam menyusun instrumen tes,
penilaian tertulis perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) karakteristik mata
pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji; (2) materi, misalnya
kesesuaian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikataor
pencapaian pada kurikulum; (3) konstruksi, misalanya rumusan soal atau
pertanyaan harus jelas dan tegas; (4) bahasa, misalnya rumusan soal tidak
menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Lain halnya dengan Mardapi (2008: 88) ada beberapa langkah yang perlu
ditempuh dalam mengembangkan instrumen tes hasil atau prestasi belajar peserta
didik, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes seperti: menentukan tujuan tes,
menyusun kisi-kisi, menentukan sebaran (distribusi) tes, menentukan bentuk tes
dan menentukan panjang tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4)
melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal; (6) memperbaiki tes, (7)
merakit tes, (8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hal-hal yang harus guru pahami
tentang asesmen tes adalah pengertian dari asesmen tes itu sendiri, manfaatnya,
kelebihan dan kekurangannya, bentuk-bentuknya, teknik penilaiannya dan
langkah-langkah dalam melaksanakannya. Tingkat pemahaman guru tentang tes
pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang perlu ditingkatkan
adalah pemahamannya tentang teknik dan langkah-langkah dalam melakukan
pengembangan tes.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten
Maros dari keempat instrumen yaitu asesmen kinerja, proyek, portofolio, dan tes
adalah berada pada asesmen portofolio dan tes. Hal ini berarti tingkat pemahaman
guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dari
keempat instrumen tersebut yang sangat baik dipahami oleh guru Matematika di
SMP Kabupaten Maros adalah asesmen portofolio dan tes, karena guru dalam
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros cenderung melakukan
asesmen portofolio dan tes, dibandingkan dengan asesmen kinerja dan asesmen
proyek.
Guru enggan menggunakan asesmen kinerja dan asesmen proyek dalam
pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros, karena banyak mengalami
kesulitan dalam penerapannya, terutama dalam hal penskorannya. Hal ini karena
banyak faktor yang mempengaruhi hasil penskoran penilaiannya. Paling tidak ada
tiga sumber kesalahan dalam penskoran penilaian kinerja dan proyek sebagaimana
dikemukakan Popham (dalam Setiadi, 2008:17) yaitu sebagai berikut.
Pertama, masalah dalam instrumen yaitu instrumen pedoman penskoran
tidak jelas sehingga sukar untuk digunakan oleh guru sebagai penilai. Selain itu
komponen-komponen yang harus dinilainya juga sulit diskor, umumnya karena
komponen-komponen tersebut sukar untuk diamati (unobservable). Hal yang
demikian tentunya akan mengakibatkan hasil penskoran yang tidak valid, dan
tidak akurat (tidak reliabel).
Kedua, masalah procedural yang digunakan dalam asesmen kinerja dan
proyek tidak baik sehingga juga mempengaruhi hasil penskoran. Masalah yang
biasanya terjadi adalah penskor (rater) harus menskor komponen-komponen yang

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 25
terlalu banyak. Bagi penskor yang sebenarnya semakin sedikit komponen yang
harus dinilai semakin baik, tetapi pembuat pedoman penskoran tetap harus
membuat pedoman penskoran yang dapat memakili semua komponen-komponen
penting yang mempengaruhi kualitas hasil akhir. Masalah lain prosedur ini adalah
umumnya penskor (rater) hanya satu orang, sehingga sulit untuk dapat
membandingkan hasil pertimbangan (adjustment) penskoran dengan orang lain.
Ketiga, masalah penskor yang bias dimana penskor (rater) cenderung
sukar menghilangkan masalah “personal bias”. Sewaktu menskor hasil pekerjaan
peserta tes ada kemungkinan penskor mempunyai masalah “generosity error”
artinya penskor cenderung member nilai yang tinggi, walaupun kenyataan yang
sebenarnya hasil pekerjaan peserta tes tidak baik, demikian sebaliknya.
Berdasarkan alasan tersebut, dapat dikatakan bahwa suatu tugas dalam
asesmen kinerja dan proyek yang sepertinya terlihat kompleks tidak memerlukan
proses penilaian yang kompleks. Sebaiknya ada pula tugas yang memerlukan
lebih dari satu kemampuan dan terlihat sederhana namun memerlukan penilaian
yang kompleks. Misalnya dalam kemampuan Mamematika yang memerlukan
domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan tertentu dalam menjelaskan
maupun menyelesaikan komponen-komponen kemampuan yang dituntut pada
soal. Oleh karena itu kesulitan maupun kesalahan dalam melakukan penilaian
yang disebabkan oleh penskor (rater) dapat diminimalkan apabila pedoman
penskoran asesmen kinerja dan proyek dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin,
dan sebelum dimulai penskoran diadakan pelatihan penskor (rater) terlebih
dahulu.
G. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika
di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang, karena terdapat
66% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian
asesmen kinerja, memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
kinerja, memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja, memahami teknik
asesmen kinerja, serta memahami langkah-langkah asesmen kinerja
dengan cukup baik.
2. Pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika
di SMP Kabupaten berada pada kategori sedang, karena terdapat 69,6%
guru Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah memahami pengertian
asesmen proyek, memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen
proyek, memahami bentuk-bentuk asesmen proyek, memahami teknik
asesmen proyek, serta memahami langkah-langkah asesmen proyek
dengan cukup baik.
3. Pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran
Matematika di SMP Kabupaten berada pada kategori tinggi, karena
terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami
pengertian asesmen portofolio, memahami manfaat, keuntungan dan
kelemahan asesmen portofolio memahami bentuk-bentuk asesmen

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 26
portofolio, memahami teknik asesmen portofolio, serta memahami
langkah-langkah asesmen portofolio dengan baik.
4. Pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP
Kabupaten berada pada kategori sedang, karena terdapat 77% guru
Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian tentang tes,
memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan tes, memahami bentuk-
bentuk tes, memahami teknik tes, serta memahami langkah-langkah tes
dengan cukup baik.
H. Saran
Berdasar keseluruhan hasil kajian penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat dikemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait sebagai
berikut.
1. Penentu Kebijakan (Kemendiknas tingkat Kabupaten Maros)
Guru Matematika di SMP Kabupaten Maros, perlu diberi pengetahuan
dalam menerapkan asesmen pembelajaran, khususnya asesmen kinerja dan
asesmen proyek, portofolio dan tes melalui pelatihan atau workshop maupun
diklat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan asesmen
pembelajaran dengan baik.
2. Kepada Sekolah
Khususnya kepala sekolah dapat melaksanakan evaluasi secara berkala
dan memonitoring kinerja guru dalam menerapkan asesmen pembelajaran
khususnya dalam menerapkan asesmen kinerja dan asesmen proyek sebagai
alternatif penilaian dalam proses pembelajaran Matematika, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika menjadi lebih baik dan
berkualitas.
3. Kepada Guru
a. Diharapkan mempelajari asesmen kinerja, proyek, portofolio, dan tes
khususnya terkait dengan teknik pengembangannya beserta langkah-
langkahnya untuk menambah pengetahuan seorang guru dalam
melakukan asesmen pembelajaran.
b. Kesediaan guru untuk mencoba sambil melakukan inovasi terhadap
praktik asesmen kinerja, proyek, portofolio dan tes dalam pembelajaran
Matematika perlu terus ditingkatkan dengan melihat kelebihan dan
kekurangannya.
4. Kepada peneliti lain direkomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap kompetensi yang harus dimiliki guru dalam menerapkan asesmen
pembelajaran Matematika di SMP dan peran penting penting kepala sekolah
memonitoring kinerja guru dalam menerapkan asesmen pembelajaran.
I. Daftar Pustaka
Amran, YS. Chaniago. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia.
Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 27
. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Balitbang
Depdiknas.
Djaali, H &  Pudji, Mulyono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Gabel, D.L. 1993. Handbook of Research on Science Teaching and Learning.
New York: Maccmillan Company.
Good, L. Thomas. 1990. Educational Psychology. New York: Longman.
Gronlund, E. Norman. 1990. Measurement and Evalution in Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company.
Maesuri, S. 2002. Penilaian Performens dalam Pembelajaran Matematika dan
Contoh Penerapannya, Surabaya: Pusat Pengkajian Pendidikan Sains Dan
Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mansyur, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Muslich, Mansur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Popham, W.J.. 1999. Classroom Assessment :What Teachers Need to Know..
Mass: Allyn-Bacon.
Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruslan. 2009. Hanya Karena Mereka Menjawab Benar, Apakah Itu Berarti
Mereka Tahu Hal Tersebut. Buletin Pa’biritta No. 9 Tahun VI H.36-37.
Shadiq, Fajar. 2009. Pengembangan Instrumen dan Analisis Pembelajaran
Matematika di SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dn Tenaga Kependidikan
Matematika.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sutrisno & Nuryanto. 2008. Authentic Assesment. (http://sarkomkar.blogspot.com/
2008/06/asesmen-pembelajaran-berbasis-ktsp.html. Diakses: 28 Agustus
2012).
Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta:
Yuma Pustaka.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 28
Wardhani, Sri. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Matematika di SM/MTs. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Matematika Yogyakarta.

Jurnal Penelitian Jurusan/Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Negeri Makassar Page 29

Anda mungkin juga menyukai