1. Bapak Dr. Maftukin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu di IAIN
Tulungagung.
2. Ibu Diana Lutfiana Ulfa, S.Pd.I., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Penilaian Pembelajaran yang telah membimbing dan mengarahkan kami
dalam proses pembelajaran mata kuliah ini.
3. Teman-teman satu kelompok yang telah meluangkan waktu untuk
menyelesaiakan tugas ini.
Terakhir kalinya, makalah ini masih jauh dari kata sempurna karenanya
penulis berharap atas kritk dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini,
dengan keterbatasan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri serta bagi semua pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang
berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran didalam kelas dengan
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Peningkatan ini merupakan
sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dimana pada
pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai
kompetensi dengan penerapan HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian HOTS
Higher Order Thinking Skill atau keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan siswa dalam mengkaji suatu masalah dan mengaitkannya dengan konsep
yang telah dimiliki. Keterampilan berpikir terdiri dari dua kata yang memiliki makna
yang berbeda, yaitu keterampilan (Skills) dan berpikir (Thinking). Berpikir merupakan
proses kognitif, yaitu mengetahui, mengingat, dan mempersepsikan. Sedangkan
keterampilan merupakan tindakan dari mengumpulkan dan menyeleksi informasi,
menganalisis, menarik kesimpulan, gagasan, pemecahan persoalan, mengevaluasi
pilihan, membuat keputusan, dan merefleksikan (Wilson, 2000, p.7).1
Higher Order Thinking Skill (HOTS) pertama kali dirumuskan oleh penulis dari
Dusquance University, yaitu Susan M Brookhart melalui bukunya yang berjudul
'’How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your Classroom’' (Sofyan, 2019:3).
Dalam bukunya didefinisikan bahwa model ini sebagai metode untuk berpikir kritis,
transfer pengetahuan, dan pemecahan masalah.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi diartikan dalam berbagai sudut pandang
yang berbeda menurut para ahli. Menurut Lewis & Smith (dalam Hidayati, 2017:147)
bahwa: “Higher order thinking occurs when a person takes new information and
information stored in memory and interrelates and or rearranges and extends this
information to achieve a purpose or find possible answers in perplexing situations”.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa berfikir tingkat tinggi terjadi saat informasi
baru diterima dan saling berkaitan dengan informasi sebelumnya atau memperluas
informasi yang sudah ada agar dapat merumuskan jawaban dalam situasi tertentu
yang membingungkan. Menurut Brookhart (dalam Hidayati, 2017:147) menyatakan
bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
bentuk transfer hasil belajar, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Gunawan
(dalam Fanani, 2018:60) menjelaskan HOTS sebagai proses berpikir yang menuntut
siswa mengolah informasi yang ada dan dapat menghasilkan pengertian dan implikasi
baru dengan cara tertentu.2
1
Moh. Zainal Fanani, “Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (Hots) Dalam Kurikulum
2013”, Journal of Islamic Religious Education, Vol.II, No.1, Januari 2018. Hal. 60-61
2
Dhina Cahya Rohim, “Strategi Penyusunan Soal Berbasis HOTs pada Pembelajaran Matematika SD”, Jurnal
Riset dan Konseptual, Vol. 4, No. 4, November 2019. Hal. 437-438
3
Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis,
melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, hingga siswa
pada suatu kesimpulan. Rosnawati (2013, p.3) menjelaskan kemampuan berpikir
tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru diterima
dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya, kemudian
menghubungkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut
sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang
sulit dipecahkan.3
Dapat disimpulkan bahwa HOTS adalah proses yang mendalam tentang pengolahan
informasi dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang bersifat kompleks dan
melibatkan keterampilan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi
merupakan bagian dari Taksonomi Bloom hasil revisi yang berupa kata kerja
operasional yang terdiri dari Analyze (C4), Evaluate (C5), dan Create (C6) yang dapat
digunakan dalam penyusunan soal. Guru harus memiliki pengetahuan dan keahlian
untuk menunjang pekerjaannya, sehingga dapat mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta didiknya. Anderson dan Krathwohl mengategorikan
kemampuan proses menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan
mencipta (Creating) tersebut termasuk berpikir tingkat tinggi. Menganalisis
merupakan kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih
kecil sehingga memperoleh makna yang lebih dalam. Menganalisis dalam Taksonomi
Bloom yang direvisi ini juga termasuk dalam kemampuan mengorganisir dan
menghubungkan antar bagian sehingga diperoleh makna yang lebih komprehensif.
Apabila kemampuan menganalisis tersebut berujung pada proses berpikir kritis
sehingga seseorang mampu mengambil keputusan dengan tepat, orang tersebut telah
mencapai level berpikir mengevaluasi. Dari kegiatan evaluasi seseorang mampu
menentukan kekurangan dan kelebihan, berdasarkan hal tersebut akhirnya dihasilkan
ide atau gagasan-gagasan baru atau berbeda dari yang sudah ada. Ketika seseorang
mampu menghasilkan ide atau gagasan baru itulah level berpikirnya disebut level
berpikir mencipta. Seseorang yang tajam analisisnya mampu mengevaluasi dan
mengambil keputusan dengan tepat, serta selalu melahirkan ide baru. Oleh karena itu
3
Ibid, hal. 438
4
orang tersebut berpeluang besar mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya.4
Dalam hal ini, Brookhart (2010) sependapat dengan konsep Anderson dan
Krathwohl di atas. Secara praktis Brookhart menggunakan tiga istilah dalam
mendefinisikan HOTS, yaitu:
1. HOTS sebagai Proses Transfer
Dalam konteks pembelajaran HOTS sebagai proses transfer adalah
melahirkan belajar bermakna (Meaningfull Learning), yakni kemampuan
peserta didik dalam menerapkan apa yang sudah dipelajari ke dalam situasi
baru tanpa arahan atau petunjuk dari orang lain.
2. HOTS sebagai Proses Berpikir
Dalam konteks pembelajaran HOTS sebagai proses berpikir kritis
adalah membentuk peserta didik yang mampu untuk berpikir logis atau masuk
akal, reflektif, dan mengambil keputusan secara mandiri.
3. HOTS sebagai Penyelesaian Masalah
Dalam konteks pembelajaran HOTS sebagai proses penyelesaian
masalah adalah menjadikan peserta didik mampu menyelesaikan
permasalahan riil dalam kehidupan nyata, yang umumnya bersifat unik
sehingga prosedur penyelesaiannya juga bersifat khas dan tidak rutin.5
B. Karakteristik HOTs
Pada karakteristik HOTs (Higher Order Thinking skill) diungkapkan bahwa
karakteristik ini bersifat kompleks dan bersifat effortfull atau membutuhkan banyak
usaha. Keterampilan berfikir tingkat tinggi ini mencakup dari berfikir kritis dan
berfikir kreatif. Dimana kedua hal tersebut saling berdampingan dan saling
melengkapi sebagai pendorong kemampuan dasar seseorang untuk memandang setiap
permasalahan yang datang atau yang ditemuinya secara kritis dan mencari jalan
keluar yang mudah dengan menggunakan kemampuan berfikir kreatif. Sehingga dapat
memperoleh suatu hal yang baru dan dapat meningkatkan daya berfikir yang baik
dengan melihat segala masalah dari berbagai sudut pandang tidak hanya terpaku
hanya satu atau dua saja dan juga untuk mencari jalan keluar yang alternatif dari
4
Wiwik Setiawati, dkk. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills. Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019, hal. 37
5
Ibid, hal. 38
5
berbagai sudut pandang yang sudah ditemukan serta dapat memberikan manfaat bagi
kehidupannya.6
Soal-soal HOTs sangat direkomendasikan untuk digunakan diberbagai bentuk
penilain dalam kelas, dengan tujuan untuk menginspirasi guru dalam menyusun soal-
soal HOTs pada suatu tingkat satuan pendidikan. Berikut ini karakteristik soal-soal
HOTs yang dapat gunakan :
1. Mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi
Kemampuan berfikir tingkat tinggi termasuk kemampuan pemecahan
masalah (Problem solving), berfikir kritis (Critical thinking), kreatif (Creative
thinking), kemampuan mengambil keputusan (decision making), dan kemampuan
berpendapat (Reasoning). Pada taksonomi bloom membutuhkan kemampuan
untuk menganalisa (C4), mengevaluasi (C5) dan membuat (C6). Sedangkan The
Australian Council for Educational Research (ACER, 2015) menyatakan bahwa
kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan proses menganalisis, merefleksi,
memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda,
menyusun dan menciptakan.7
Kemampuan yang melibatkan berfikir kritis, menganalisis, mengevaluasi,
dan tanggap dalam pemecahan masalah walaupun belum ada teori atau konsep
yang diajarkan untuk memecahkan masalah tersebut.8
Dengan cara kreatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam HOTs, yaitu :
a. Kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar.
b. Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
c. Menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-
cara sebelumnya.
Kemampuan berfikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,
mengetahui atau mengulang. Tingkat kesukaran pada butir soal tidak sama
dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti
sebuah kata yang tidak umum mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat
tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk
6
Zainal Fanani, “STRATEGI PENGEMBANGAN SOAL HIGHERORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM
KURIKULUM 2013”, Jurnal Vol.II, No. 1 Januari 2018
7
Ibid,
8
Dhina Cahya Rohim, “STRATEGI PENYUSUNAN SOAL BERBASIS HOTS PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD”, Jurnal Vol. IV, No. 4, November 2019
6
higher order thinking skills dengan kata lain soal-soal belum tentu memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan ini dapat dilatih pada proses pembelajaran dikelas. Agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk berfikir tingkat tinggi dan dapat
memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep
pengetahuannya sendiri. 9
2. Menggunakan masalah dalam kehidupan sehari – hari (kontekstual)
Penilaian yang berbasis HOTs merupakan penilaian yang melibatkan situasi
dalam kehidupan sehari – hari dan siswa diharap dapat menerapkan pengetahuan
atau konsep dasar yang telah diperoleh untuk memecahkan masalah yang terjadi.
Permasalahan konstektual yang dihadapi terkait masalah dengan lingkungan
hidup, kesehatan, ekonomi, alam semesta, teknologi, dan lain-lain.10 Definisi
tersebut menyangkut keterampilan siswa dalam mengkorelasikan, menerapkan
serta mengintegrasikan konsep ilmu untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan masalah kehidupan sehari – hari. Ciri - ciri penilaian autentik yang
berkaitan dengan kehidupan sehari – hari menurut yaitu:
a. Siswa mampu mengembangkan sendiri jawaban yang dibuatnya sehingga
tidak sekedar memilih seperti opsi pada soal pilihan ganda.
b. Disajikan tugas kompleks yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari.
c. Tugas kompleks tersebut memiiki beberapa alternative penyelesaian atau
beberapa alternative jawaban yang tepat untuk dijadikan solusi dari tuga
tersebut (Fanani, 2018:65).11
3. Menggunakan bentuk soal yang beragam
Penggunaan soal dengan bentuk beranekaragam ini memiliki tujuan untuk
memberi informasi tentang kemampuan siswa sebagai peserta tes secara detail,
terperinci dan menyeluruh. Dengan hal itu guru dapat melakukan evaluasi sesuai
dengan prinsip penilaian yang bersifat objektif serta dapat mengukur kemampuan
siswa yang sebenarnya. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan prinsip yang ada,
dapat memberikan hasil yang valid tentang tolak ukurnya terhadap kemampuan
9
Zainal Fanani, “STRATEGI PENGEMBANGAN SOAL HIGHERORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM
KURIKULUM 2013”, Jurnal Vol.II, No. 1 Januari 2018
10
I Wayan Wildana, “MODUL PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)”, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan dan Menengah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan), 2017
11
Zainal Fanani, “STRATEGI PENGEMBANGAN SOAL HIGHERORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM
KURIKULUM 2013”, Jurnal Vol.II, No. 1 Januari 2018
7
siswa. Menurut Nafiah (2010:10), terdapat beberapa jenis soal yang dapat dipakai
dalam penyusunan soal berbasis HOTs yang juga digunakan PISA pada model
pengujian yaitu sebagai berikut:
a. Tes Objektif (Pilihan Ganda)
Soal jenis ini merupakan jenis soal yang kalimatnya belum
terselesaikan serta untuk dapat melengkapinya dapat dilakukan dengan cara
memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia pada
setiap butir soal. Biasanya terdapat pengecoh jawaban yang terdapat pada
soal. Dengan jawaban yang benar diberikan skor 1 dan jawaban yang salah
diberikan skor 0.12
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji
pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang
terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal
pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentukpilihanganda kompleks
juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta
didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan,
lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.Pernyataan-
pernyataan yang diberikantersebut terkait antara satu dengan yang lainnya.
Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara random,
tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis
dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.Apabila peserta didik
menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1
atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor
0.13
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta
tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka,
atau simbol. Karakteristik soal isian singkat adalah sebagai berikut:
12
Ibid,
13
I Wayan Wildana, “MODUL PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)”, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan dan Menengah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan), 2017
8
1. Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu
bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian
supaya tidak membingungkan siswa.
2. Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu
berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Jawaban yang benar diberikan skor 1, yang salah diberikan
skor 0.
14
Zainal Fanani, “STRATEGI PENGEMBANGAN SOAL HIGHERORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM
KURIKULUM 2013”, Jurnal Vol.II, No. 1 Januari 2018
9
Disamping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar
dalam rumusan soalnya.15
C. Instrumen Penilaian Soal HOTS
Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS, karena
tugas guru bukan hanya melakukan penilaian HOTS melainkan juga harus mampu
melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan proses berpikir
tingkat tinggi yang lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi
sebagai berikut16 :
1. Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.
2. Merencanakan tugas atau butir soal yang menuntut siswa untuk menunjukkan
pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.
3. Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan
pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah ditunjukkan dalam proses.
15
Wiwik Setiawati, Oktavia Asmira, dkk, “BUKU PENILAIAN BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING
SKILL”, (Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan),
2019
16
Sumiati Syafiuddin dan Giyato, Jurnal Penyusunan Soal Keterampilan Tingkat Tinggi (Higher Order
Thinking Skills Bahasa Indonesia), (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2019), Hal 9
17
Ulfah Nury Batubara dan Ajat Sudrajat, “Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking
Skill/HOTS dalam Pembelajaran Sejarah”. Lentera Pendidikan. Vol. 22 No. 2 Desember 2019, hal 340
10
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah (problem solving), dan 5)
menelaah ide dan infomasi secara kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji
keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan
perilaku dasar yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Pilih materi yang akan ditanyakan menuntut penalaran tinggi, memungkinkan tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas
guru dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Adapun langkah-
langkah dalam membuat penilaian HOTS menurut Widana18 adalah sebagai berikut :
18
Widana, I. W. Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Indonesian Student Assessment and
Evaluation. 2017. Hal. 39 Diambil dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/7722/7533
19
Wahidmurni, Pengembangan Penilaian untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS), 2015. Hal 13
11
Indikator Level Bentuk No
KD Materi Soal
Soal Kognitif Soal
3. Menulis pertanyaan
Pertanyaan yang ditulis harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam
materi dan menampilkan masalah aktual. Masalah HOTS biasanya dalam
bentuk kasus, sehingga harus dipertimbangkan stimulus yang tepat dan
kontekstual.
4. Menentukan kunci jawaban (bentuk pertanyaan pilihan ganda) atau scoring
(bentuk deskripsi).
Setiap langkah kunci dijawab dengan benar diberi skor 1 atau 0 jika dijawab
salah/tidak ada jawaban.
5. Melakukan analisis kualitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat kesesuaian item dengan konvensi
penulisan item. Hasil analisis ada tiga jenis, yaitu diterima, diterima dengan
perbaikan, atau ditolak. Diterima ketika semua komponen analisis sesuai
dengan aturan menulis item. Diterima dengan perbaikan jika ketidak-sesuaian
hanya terletak pada aspek konstruksi atau bahasa, sedangkan soal yang
dinyatakan ditolak atau dibuang jika ada item yang tidak cocok yang
terkandung dalam aspek material. Hanya soal yang diterima dan diperbaiki
yang dapat diuji (analisis kuantitatif).
6. Melakukan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif bertujuan untuk
menentukan karakteristik termasuk membedakan item, tingkat kesulitan item,
fungsi atau tidak adanya hubungan, dan tebakan (bentuk khusus dari
pertanyaan pilihan ganda).
12
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan20 juga merumuskan
langkah-langkah penyusunan soal berbasis HOTS yang tidak jauh berbeda dengan
Widana, sebagai pedoman untuk guru. Langkah-langkah tersebut diantaranya :
20
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS).
(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)
Hal. 21
13
Jadi, instrumen penilaian berbasis HOTS lebih menekankan pada kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
juga merupakan dalam memecahkan masalah serta bisa memberikan solusi secara
kreatif. Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekedar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural
saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa
konsep yang berbeda, mengintepretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru,
beragumen dan mengambil keputusan yang tepat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Higher Order Thinking Skill atau keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
keterampila siswa dalam mengkaji suatu masalah dan mengaitkannya dengan
konsep yang dimiliki yang meliputi Analyze (menganalisis) (C4), Evaluate
(mengevaluasi) (C5), dan Create (mencipta) (C6) yang dirangkum dalam suatu
kesatuan yang dinamakan Taksonomi Bloom dan biasanya digunakan dalam
penyusunan soal. Jadi HOTS atau Higher Order Thinking Skill adalah proses
yang mendalam tentang pengolahan informasi dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah yang bersifat kompleks dan melibatkan keterampilan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
2. Karakteristik HOTs (Higher Order Thinking skill) diungkapkan bahwa
karakteristik ini bersifat kompleks dan bersifat effortfull atau membutuhkan
banyak usaha. Keterampilan berfikir tingkat tinggi ini mencakup dari berfikir
kritis dan berfikir kreatif. Dimana kedua hal tersebut saling berdampingan dan
saling melengkapi sebagai pendorong kemampuan dasar seseorang untuk
memandang setiap permasalahan yang datang atau yang ditemuinya secara kritis
dan mencari jalan keluar yang mudah dengan menggunakan kemampuan berfikir
kreatif. Adapun karaktristik Hots meliputi mengukur kemampuan Berfikir tingkat
tinggi, Menggunkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (kentekstual),
Menggunakan bentuk soal yang beragam
3. Penilaian HOTS memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan proses berpikir
tingkat tinggi yang lebih efektif dengan menggunakan beberapa prinsip penilaian
HOTS diantaranya adalah Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan
dinilai, Merencanakan tugas atau butir soal yang menuntut siswa untuk
menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki, Menentukan
langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan dan
kecakapan siswa yang telah ditunjukkan dalam proses. Penilaian berpikir tingkat
tinggi secara khusus meliputi 3 prinsip, yaitu Menyajikan stimulus bagi siswa
15
untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana,
atau masalah (kasus), Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum
dibahas dikelas, dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat saja,
Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang dan sulit) dan level
kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi). Soal-soal HOTS
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir
tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekedar mengingat
(remembering), memahami (understanding), atau menerapkan (applying). Dalam
struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan
dasar berpijak untuk memahami informasi. Adapun langkah-langkah yang
digunakan dalam pembuatan soal-soal HOTS adalah Menganalisis KD yang dapat
dibuat soal-soal HOTS, Menyusun kisi-kisi soal, Memilih stimulus yang menarik
dan konstektual, Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, Membuat
pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan baru,
khususnya Penilaian Pembelajaran tentang Pengembangan Soal HOTS. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setiawati, Wiwik, dkk. 2019. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Syafiuddin, Sumiati dan Giyato. 2019. Jurnal Penyusunan Soal Keterampilan Tingkat
Tinggi (Higher Order Thinking Skills Bahasa Indonesia). Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Zainal, Moh Fanani. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill
(Hots) dalam Kurikulum 2013. Journal of Islamic Religious Education, II (1),
60-61.
17
I. W, Widana. 2017. Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Indonesian
Student Assessment and Evaluation. Diambil dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/7722/7533
18