Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan
Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan
!"#$"%&'()*+(,'-'!./01203'!.4%35%1%%1'!"#$"%&'(#/%30'*61$3%/'(.40"%7%1'89.5%8(#/%'' 6'
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah, sehingga penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
tingkat kelurahan/desa akhirnya dapat diselesaikan.
Tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat kelurahan/desa bermaksud
memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan tahapan penyelenggaraan Program
KOTAKU tingkat kelurahan/desa.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah
menetapkan sasaran pembangunan kawasan permukiman yaitu tercapainya pengentasan
permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen pada tahun 2019.
Sebagai satu sub sistem wilayah kabupaten/kota, maka Pemerintah Kelurahan/desa dipandang
perlu melakukan hal yang sama secara sinergi dan kolaborasi untuk merumuskan program-
program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayahnya.
Program-program tersebut tentunya harus terakomodasi dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja
Kecamatan yang dilengkapi perencanaan rinci dalam dokumen RPLP. Perencanaan di tingkat
Kelurahan/desa tersebut tentunya harus selaras dengan perencanaan tingkat kabupaten/Kota
dan merupakan penjabaran dari visi, misi, strategi dan rencana tahapan pelaksanaan program
penanganan permukiman kumuh diwilayah Kabupaten/Kota.
Petunjuk Pelaksanaan ini akan menjadi acuan pelaksana program ditingkat Kelurahan/desa yang
menjadi lokasi sasaran Program KOTAKU. Kami harapkan, Petunjuk Pelaksanaan ini dapat
dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan program KOTAKU ditingkat Kelurahan/desa, sehingga pelaksanaan ditingkat
Kelurahan/desa dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Kami harapkan, petunjuk pelaksanaan ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, sehingga program ini dapat
mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan.
Jakarta, Januari 2018
Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan /Desa/Kota iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 2
1.2 KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN 2
1.3 PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN 3
1.4 TUJUAN 4
1.5 STRATEGI PELAKSANAAN 4
1.6 KELUARAN 4
1.7 PRINSIP-PRINSIP 4
1.8 LOKASI SASARAN 6
1.9 KETENTUAN PELAKSANAAN 6
BAB II
PENYELENGGARAAN 9
2.1 TAHAPAN PERSIAPAN 12
2.1.1 Sosialisasi Awal dan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) 12
2.1.2 Pembentukan/Penguatan Kelembagaaan Tim Inti Perencanaan
Partisipatif (TIPP) 14
2.2 TAHAP PERENCANAAN 16
2.2.1 Membangun Visi 16
2.2.2 Refleksi Perkara Kritis (RPK) 17
2.2.3 Pemetaan Swadaya (PS) 17
2.2.4 Tahap Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) 19
2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan Forum Konsultasi 21
2.3 TAHAP PELAKSANAAN 22
2.4 TAHAP KEBERLANJUTAN 23
2.4.1 Pengembangan Kelembagaan dan Pembangunan Kolaborasi Secara
Menerus 23
2.4.2 Integrasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah 24
2.5 KEGIATAN MENERUS DAN BERKALA 25
2.5.1 Monitoring dan Evaluasi 25
2.5.2 Pengembangan Kapasitas 25
2.5.3 Operasional dan pemeliharaan serta pengembangan dan inovasi
kegiatan 25
BAB III
PERAN PELAKU KOTAKU TINGKAT KELURAHAN/DESA 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN 37
LAMPIRAN 1 38
LAMPIRAN 2 48
Program KOTAKU | Petunjuk Pelaksanaan Program Kotaku Tingkat Kelurahan /Desa/Kota vii
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPS : Unit Pengelola Sosial
“Kota layak huni, produktif dan berkelanjutan” merupakan tujuan yang akan dicapai melalui
Program KOTAKU (Program Kota Tanpa Kumuh). Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut
dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten/kota dan tingkat kelurahan/desa. Program
KOTAKU diterjemahkan ke dalam dua kegiatan yaitu pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman permukiman kumuh perkotaan yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif.
Pendekatan tersebut mempertemukan perencanaan makro (top-down) dengan perencanaan
mikro (bottom-up).
Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi banyak sektor oleh banyak pihak
untuk dapat mengerahkan beragam sumber daya dan dana dari tingkat pusat, provinsi,
kota/kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, termasuk pihak swasta, perguruan tinggi dan
kelompok peduli lainnya melalui keterpaduan program. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan
mampu menggalang kolaborasi tersebut dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh di
wilayahnya.
Petunjuk Pelaksanaan ini adalah turunan dari Pedoman Umum Program KOTAKU. Pedoman
Umum menyajikan panduan dan informasi menyeluruh tentang program KOTAKU bagi seluruh
pemangku kepentingan di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, masyarakat dan sebagainya.
Oleh karena itu petunjuk pelaksanaan ini menjadi satu kesatuan dengan petunjuk pelaksanaan
program KOTAKU tingkat kota dan Pedoman Umum program KOTAKU dalam penggunaannya.
Selanjutnya hal-hal lebih teknis dari petunjuk pelaksanaan ini akan disajikan dalam Prosedur
Operasional Standar (POS).
Petunjuk pelaksanaan ini menjadi satu kesatuan dengan pedoman umum KOTAKU dalam
penggunaannya. Selanjutnya hal-hal lebih teknis dari petunjuk pelaksanaan disajikan dalam
Prosedur Operasional Standar (POS) yaitu:
a. Pos Baseline 100-0-100;
b. POS Perencanaan Tingkat Masyarakat;
c. POS Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat;
d. POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan;
e. POS Operasional dan Pemeliharaan;
f. POS Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK);
1.4 TUJUAN
Tujuan petunjuk pelaksanaan ini mengacu pada tujuan program dalam Pedoman Umum
KOTAKU.
Strategi pelaksanaan KOTAKU Tingkat Kelurahan/desa mengacu pada strategi Pedoman Umun
KOTAKU.
1.6 KELUARAN
Keluaran dan hasil yang akan dicapai dalam penyelenggaraan program KOTAKU tingkat
kelurahan/desa, adalah sebagai berikut:
a. Tersusunnya Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dengan
kedalaman Rencana Teknis permukiman kumuh prioritas tingkat kelurahan/desa dan atau
antar kelurahan/desa yang terkonsolidasi dengan RP2KPKP/SIAP di seluruh lokasi program
KOTAKU.
b. Tersusunnya Aturan Bersama (AB), rencana pengelolaan kawasan, termasuk di dalamnya
kelembagaan yang mengelola lingkungan permukiman di seluruh kelurahan/desa lokasi
program KOTAKU;
c. Terlaksananya pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar skala lingkungan sesuai
standar pelayanan minimum permukiman1; dan
d. Terbentuknya dan atau terlembaganya Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) yang
berfungsi untuk pemeliharaan dan pengembangan serta mencegah terjadinya
permukiman kumuh baru di lingkungan permukimannya.
1.7 PRINSIP-PRINSIP
Selain prinsip-prinsip yang sudah disebutkan dalam Pedoman Umum KOTAKU, di bawah ini
diuraikan prinsip-prinsip penataan permukiman di tingkat kelurahan/desa:
a. RPLP sebagai instrumen kolaborasi
RPLP sebagai instrumen kolaborasi yaitu instrumen perencanaan tingkat kelurahan yang
tersusun melalui proses kolaboratif yang melibatkan pemangku kepentingan di tingkat
1Standar pelayanan minimum permukiman mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau lihat tabel 2.3 hal 2-27 s/d 2-
29 Panduan Penyusunan RP2KPKP
2Disabilitas merupakan suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi ketidakmampuan dalam hal fisiologis,
psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi
3 Lokasi NSUP ditetapkan setiap tahun melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya
Selain ketentuan penyelenggaraan yang telah diatur dalam pedoman umum KOTAKU,
diterapkan pula ketentuan lebih rinci, sebagai berikut:
a. Adanya komitmen pemerintahan kelurahan/desa/kecamatan, masyarakat, dan BKM/LKM
untuk mensinergikan program dan kegiatan prioritas penanganan permukiman kumuh
dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja Kecamatan dan dengan perencanaan tingkat
kabupaten/kota;
b. Kelembagaan BKM/LKM yang berfungsi dengan baik4.
c. Pemerintah kelurahan/desa bersama BKM/LKM memfungsikan Tim Inti Perencanaan
Partisipatif (TIPP) yang sudah ada atau membentuk TIPP baru untuk memfasilitasi
perencanaan penanganan permukiman kumuh di bawah koordinasi Pokja PKP
kabupaten/kota ;
d. Perencanaan berorientasi pada pencapaian visi (dengan segala kendala dan potensi yang
dimiliki), bukan hanya pemecahan masalah penanganan permukiman kumuh yang ada saat
ini;
e. Bagi kelurahan/desa yang termasuk dalam kategori kumuh, kegiatan penanganan
permukiman kumuh harus menjawab kebutuhan dasar masyarakat berpenghasilan rendah,
seperti peningkatan kualitas pelayanan lingkungan, sarana dan prasarana serta kebutuhan
untuk penghidupan yang berkelanjutan;
f. Melibatkan masyarakat lokasi sasaran sebagai pelaku utama dalam proses pengambilan
keputusan di setiap tahapan pembangunan partisipatif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan/pengelolaan dan pemeliharaan.
g. Sinkronisasi/Keterpaduan RPLP dengan rencana di tingkat kelurahan maupun rencana di
tingkat kota yang disusun dalam rangka peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan
munculnya kawasan permukiman kumuh baru.
4 Berdasarkan hasil penilaian kinerja kelembagaan tingkat kelurahan yang dinilai setiap 6 bulan sekali
Tahapan tersebut dapat berulang secara dalam kurun waktu tertentu mengikuti tahapan
kegiatan perencanaan pembangunan reguler.
Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat
Kelurahanl/Desa
Tahap persiapan dilaksanakan untuk membangun kapasitas, peran dan kontribusi Pemerintah
kecamatan, pemerintah Kelurahanl/Desa, masyarakat dan pemangku kepentingan
pembangunan Kelurahanl/Desa dalam peyelenggaraan kolaborasi; dan penggalangan relawan
untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman.
Tahap persiapan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: (1) sosialisasi dan membangun komitmen
masyarakat yang dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk lokakarya orientasi tingkat
Desa/Kel, (2) Pembentukan/Penguatan TIPP.
Tahapan sosialisasi awal program KOTAKU dilakukan melalui berbagai kegiatan, berbagai media
dan dilakukan dari tingkat Kecamatan/Kelurahanl/Desa hingga ke tingkat lingkungan dengan
target sebanyak mungkin warga kota tahu dan memahami program KOTAKU.
5Relawan dapat berpartisipasi di seluruh tahapan Program KOTAKU atau pada tahapan tertentu yang menjadi
keahlian, kesediaan atau komitmennya. Misalnya, relawan untuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)
6 Tahapan Review Kelembagaaan dapat diselenggarakan bersamaan dengan Lokakarya sosialisasi awal dan RKM
7Tahapan ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahap penggalangan relawan dan agen sosialisasi saat
sosialisasi awal.
Dalam menjalankan tuganya TIPP dibantu oleh beberapa Pokja yang dibentuk oleh TIPP
sendiri. Adapun Pokja tersebut didalamnya terdiri dari beberapa Pokja yang minimal sesuai
dengan 7 (tujuh) indikator kumuh atau lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tahap Perencanaan dimulai dengan tahapan merumuskan kondisi permukiman layak huni yang
diinginkan oleh masyarakat pada masa mendatang yang dituangkan kedalam visi dan misi
pembangunan lingkungan permukiman tingkat kelurahan/desa yang kemudian dilanjutkan
dengan melakukan refleksi perkara kritis tentang masalah perikehidupan dan penghidupan
(livelihood), lingkungan permukiman yang kumuh, kemiskinan, kesehatan, bencana juga
difabilitas. Untuk melihat kondisi apa yang direfleksikan oleh masyarakat dalam FGD perkara
kritis, TIPP melakukan Pemetaan Swadaya untuk memetakan kondisi-kondisi dengan basis data
baseline 100-0-100 yang kemudian dipertajam kedalam masing-masing aspek termasuk masalah
livelihood, kebencanaan, gender dan penafisan terhadap dampak lingkungan dan sosial. Dari
hasil kajian Pemetaan Swadaya TIPP Bersama tim pendamping menuangkan kedalam dokumen
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) atau perencanaan yang setara. Dokumen
RPLP ini merupakan rencana makro Kelurahan/desa yang memuat arahan pencegahan dan
rencana peningkatan kualitas permukiman kumuh yang terintegrasi antar Kelurahan/desa yang
berbatasan maupun dengan rencana tingkat kotanya. Adapun tahapan perencanaan secara
umum dapat adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan Tahapan kegiatan membangun visi & misi dan kegiatan Refleksi Perkara Kritis
dapat dilakukan sesuai ketentuan di atas, namun untuk efektifitas waktu penyelenggaraan
dengan melibatkan masyarakat, maka penyelenggaraan tahap Visi & misi dan RPK dapat
dilakukan dalam satu paket dan pada waktu bersamaan/paralel
Persoalan lingkungan mengacu pada tujuh kriteria kumuh yang mengacu pada Permen PU,
yaitu mencakup (1) penataan bangunan, (2) jalan, (3) drainase, (4) air minum, (5)
persampahan, (6) sanitasi, dan (7) proteksi kebakaran. Ketersediaan ruang terbuka hijau juga
telah disepakati untuk masuk ke dalam kriteria kumuh dari aspek lingkungan ini. Persoalan
sosial ekonomi mencakup persoalan terkait pentagonal asset, seperti sumber daya manusia,
pendapatan, pemilikan asset, kegiatan ekonomi, serta persoalan-persoalan kerentanan sosial.
Pemetaan Swadaya dilaksanakan oleh TIPP bersama masyarakat yang dilakukan ditingkat
RT/RW/Dusun sampai penyepakatan terhadap kondisi masalah, potensi dan usulan/gagasan
masyarakat dalam upaya mewujudkan visi dan misi masyarakat. Metode yang dilakukan dalam
Pemetaan Swadaya ini dapat dilakukan dengan cara transek, wawancara, sensus, FGD,
pemetaan dalam bentuk tematik-tematik serta rembug warga ditingkat kelurahan/desa dalam
penyepakatan hasil kajian yang akan dijadikan bahan TIPP dalam menyusun Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP).
RPLP ini disusun oleh TIPP Bersama BKM/LKM yang didampingi oleh pendamping (Tim
Fasilitator) dan Tim Koordinator Kota (bila diperlukan). Hasil RPLP ini dilanjutkan dengan
penyusunan rencana teknis yang akan dikaji/dibahas lebih mendalam oleh TIPP dilokasi prioritas
deliniasi permukiman kumuh yang telah disepakati akan ditangani secara keterpaduan oleh
berbagai sektor.
1. Luas Kumuh.
Luas kumuh di RPLP sama dengan luas kumuh yang ada di SK kumuh Walikota/Bupati yang
tercantum dalam RP2KPKP
2. Database Permukiman
RPLP dan RP2KPKP menggunakan data baseline permukiman yang sama.
3. Delineasi Kumuh
Lokasi permukiman kumuh kelurahan/desa termuat dalam peta sebaran kumuh d RP2KPKP
dan sebaliknya delineasi kawasan kumuh kota tercantum dalam RPLP
4. Roadmap Penanganan Kumuh
Skenario penanganan pengurangan kumuh di dokumen RPLP selaras dengan rencana
skenario penanganan kumuh di RP2KPKP.
5. Rencana Investasi dan Kolaborasi
Rencana investasi dan kegiatan penanganan kumuh di RPLP dan RP2KPKP selaras. Rencana
investasi penanganan kumuh di RPLP memuat rencana yang berkolaborasi dengan pemda
dan beragam pihak.
6. Peta dan Data Keterpaduan Penanganan Kumuh
Peta dan data keterpaduan rencana penanganan kumuh tercantum dalam RPLP dan RP2KPKP.
Keterpaduan penanganan kumuh bukan hanya antara kelurahan/desa dengan
kota/kabupaten, namun juga antar kelurahan/desa berdekatan dan/atau yang mempunyai
isu penanganan yang sama.
Dalam prakteknya Forum Konsultasi ini dapat berupa forum-forum diskusi dalam rangka
membangun persamaan persepsi dan kesepakatan-kesepakatan terhadap proses menuju kota
tanpa kumuh maupun memastikan perencanaan masyarakat (RPLP) telah terkonsolidasi8 dengan
perencanaan tingkat kabupaten/kota (RP2KPKP/SIAP) sehingga antara RPLP dengan
RP2KPKP/SIAP pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam kerangka mewujudkan
permukiman layak huni, produktif san keberlanjutan. Proses konsultasi ini minimal dilaksanakan
pada setiap tahapan yang dilaksanakan dalam bentuk coaching clinic, mini workshop, mini
studio, dll.
8Pendamping harus dapat memastikan RPLP terkonsolidasi dengan RP2KPKP/SIAP dengan indikator minimal adanya
satu data (baseline 100-0-100) dan satu peta dengan rencana tingkat kelurahan lainnya.
Tahapan pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan baik kegiatan sosial, ekonomi maupun
infrastruktur yang telah disusun dalam dokumen RPLP. Pelaksanaan semua kegiatan harus
dilakukan dengan transparan dan akuntabel.
Adapun sumber pembiayaan kegiatan pembangunan dapat berasal dari beberapa sumber
diantaranya :
a. APBN/ Bantuan dana investasi
b. APBD
c. APB desa
d. Swasta
e. Swadaya
f. Dll
Pelaksanaan tingkat kelurahan/desa meliputi kegiatan infrastruktur, ekonomi dan sosial, antara
lain sbb:
a. Kegiatan infrastruktur skala lingkungan yang terkait dengan penanganan permukiman
kumuh. Pelaksanaan kegiatan infrastruktur harus berkualitas sesuai dengan standar teknis
dan berfungsi dengan baik. Secara lebih rinci diuraikan dalam POS Penyelenggaraan
Infrastruktur Skala Lingkungan;
b. Kegiatan ekonomi terdiri dari :
Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK)
Kegiatan ekonomi lainnya sesuai kebutuhan masyarakat.
Kegiatan ekonomi yang dimaksud di atas secara jelas telah diatur secara rinci dalam POS
Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK).
Tahapan keberlanjutan merupakan tahapan yang secara menerus dilakukan oleh masyarakat,
pemda dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Kegiatan
keberlanjutan meliputi:
Kelembagaan di tingkat masyarakat perannya menjadi sangat penting dalam rangka penanganan
kumuh, seperti penilik sampah, penilik bangunan, penilik kebakaran dan sebagainya.
PESERTA Pemda, Camat, Perguruan Tinggi, Kelompok Peduli, KSM, KPP, masyarakat,
dll
Tahapan Proses Integrasi Perencanaan RPLP kedalam RPJM Desa/Renstra Kecamatan dapat
dilihat pada Lampiran-2
Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, TIPP, dan masyarakat
untuk menjamin setiap kegiatan terlaksana dengan kualitas baik. Monitoring dan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah program sudah sesuai dengan rencana dan mencapai target
pencapaian visi Permukiman dan pengurangan luas kumuh. Salah satu bentuk kegiatan
monitoring dan evaluasi seperti Review setiap tahapan kegiatan, Audit keuangan/kegiatan
secara internal maupun eksternal, Laporan tahunan untuk melaporkan secara terbuka kepada
masyarakat mengenai rencana dan hasil kegiatan.
Masyarakat dan Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan media informasi yang ada di KOTAKU
maupun media informasi daerah/lokal sehingga mampu mendorong terbangunannya kembali
transparansi dan akuntabilitas program.
Kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, TIPP,
relawan, dan masyarakat dalam rangka menjalankan setiap tahapan kegiatan, agar kegiatan
dapat menerus dan berkualitas demi tercapainya visi Permukiman dan tercapainya 0 ha kumuh.
Kegiatan infrastruktur, sosial, ekonomi yang telah dibangun akan berfungsi dan bermanfaat
secara menerus perlu dilakukan operasional dan pemeliharaan. Pelaksanaan operasional dan
pemeliharaan dapat dibentuk Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) sesuai dengan
karakteristik masyarakat. Pelaksanaan kegiatan operasional dan pemeliharaan merujuk pada
POS Operasional dan Pemeliharaan.
Mengingat dalam penanganan kumuh merupakan persoalan yang sulit (complicated) dan rumit
(complex) maka peran-peran lembaga-lembaga yang ada di tingkat kelurahan/desa diatas, perlu
duduk bersama dalam suatu forum kolaborasi yang fokus dalam penanganan kumuh maupun
persoalan-persoalan permukiman lainnya. Forum kolaborasi ini merupakan forum ditingkat
kel/desa, bersifat cair dan fleksibel bukan merupakan lembaga yang harus dibentuk, tetapi
merupakan kumpulan lembaga ditingkat kelurahan/desa dan atau perseorangan/relawan yang
difungsikan sebagai forum.
Adapun Relawan Teknik dibentuk dari para relawan yang memiliki keahlian khusus di bidang PSU
untuk memastikan kualitas PSU yang dibangun oleh masyarakat (KSM/panitia pelaksana) sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Adapun peran umum pelaku dalam penyelenggaraan KOTAKU di tingkat kelurahan/desa tersaji
pada tabel di bawah ini:
NO PELAKU PERAN
Dengan demikian, masyarakat warga yang dibangun dalam KOTAKU adalah himpunan
masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri sukarela, kesetaraan, kemitraan, inklusif,
demokratik, mandiri, otonom, proaktif, bersemangat sa-ling membantu, menghargai
kesatuan dalam keragaman dan kedamaian.
Gambaran umum mengenai kedudukan dan posisi BKM/LKM dapat dilihat pada
gambar 3.1. sebagai berikut ini:
Pemerintah
LKMD/ LPMK,
dll
Koperasi
Masyarakat
Madani
Swasta dan
Klpk.Peduli
BKM/
LKM
Tidak ada satu pun anggota BKM/LKM yang memiliki hak istimewa (privilege)
dan semua hasil keputusan 'BKM/LKM' ditetapkan secara kolektif melalui
mekanisme Rapat Anggota BKM/LKM.
Dalam hal terdapat penduduk asli atau minoritas pada satu kelurahan/desa yang
membutuhkan pendekatan dan dukungan proses pengorganisasian masyarakat
yang berbeda, maka harus dijamin keterlibatan mereka dalam lembaga
masyarakat warga tersebut, sebagaimana diatur dalam lampiran 1 Buku
Pedoman Umum ini mengenai ketentuan perlakuan terhadap penduduk asli.
Gambaran struktur BKM/LKM dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut ini:
Masyarakat Kelurahan
Lurah/Kades, BPD, BKM/LKM
LPMK/D, dll
Sekretariat
Unit-Unit Pengelola
Kebutuhan pembiayaan penanganan permukiman kumuh ini sangat besar dan kemampuan
anggaran pusat dan daerah juga terbatas, maka diperlukan investasi yang terdapat dalam RPLP
dipasarkan kepada swasta dan kelompok peduli lainya untuk ikut berkontribusi dalam
menangani permukiman kumuh perkotaan, termasuk menggalang sebesar mungkin swadaya
masyarakat. Keswadayaan masyarakat merupakan komponen utama dalam penganggaran
program permukiman.
Dari proses di atas nampak jelas integrasi RPLP kedalam RPJM Desa perlu dilakukan agar
dapat mengakses pengangagaran pembangunan desa. Materi pokok RPLP diintegrasikan
atau diupayakan dapat menjadi materi pokok RPJM Desa khususnya masuk kedalamm
rumusan bidang pembangunan Desa, seperti tersaji pada gambar berikut ini:
KELUARAN 1. BKM/LKM menjadi tim penyusun RPJMDesa atau RKP dan Tim
Musrenbang)
2. Program dan kegiatan yang ada di RPLP/RTPLP masuk ke dalam
RPJMDES/RKP, Rentsra/Renja Kecamatan;
3. Program / kegiatan di RPLP didanai dari APBD/APBDES dan sumber
daya lain;
4. Terjalinnya kerja sama dengan pihak swasta dan pihak lainnya.
PELAKSANA Lurah/Kepala Desa, BKM/LKM