Anda di halaman 1dari 98

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

i
Kata Pengantar

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


KEMENTERIAN KESEHATAN

Indonesia berupaya untuk mencapai ending AIDS, Tuberkulosis (TBC) dan


Malaria pada tahun 2030 sejalan dengan komitmen dengan negara lainnya di
tingkat global. Pada acara peringatan Hari AIDS Sedunia yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan pada 1 Desember 2021, Wakil Menteri Kesehatan
mewakili Menteri Kesehatan menyampaikan penekanan pada ending AIDS 2030
dimana Kemenkes memiliki komitmen untuk menghilangkan stigma pada pasien
HIV-AIDS, penyediaan komoditas yang diperlukan dalam mencegah dan
mengobati pasien HIV-AIDS, komitmen pemenuhan triple 95:95:95 yaitu 95%
estimasi orang HIV telah mengetahui status nya (telah di test HIV melalui SPM
Kesehatan), 95% yang HIV positif telah mendapatkan ARV, 95% yang mengikuti
mencapai penurunan viral load nya. Capaian saat ini masih jauh dari target
95:95:95 sehingga diperlukan peningkatan pelaksanaan serta sinergi lintas sector
terkait.

Presiden Republik Indonesia meneguhkan komitmen Indonesia dalam


pengendalian Tuberkulosis dengan menetapkan kebijakan khusus yaitu
Peraturan Presiden (Perpres) No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis dimana terdapat target penurunan angka kejadian (incidence rate)
TBC menjadi 65 / enam puluh lima per 100.000 / seratus ribu penduduk; dan
penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 (enam) per 100.000 (seratus
ribu) penduduk. Capaian penanggulangan TBC, meskipun telah ada kemajuan,
namun masih jauh dari target yang ditetapkan Pemerintah. Implementasi SPM
Kesehatan untuk jenis pelayanan dasar Tuberkulosis di Kabupaten/Kota
merupakan kunci utama untuk eliminasi TBC di tahun 2030 sesuai amanat
Perpres.

Selain target tersebut diatas, Indonesia juga masih menyisakan cukup


banyak daerah yang belum eliminasi Malaria, sementara target sesuai Peraturan
Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 maka Indonesia perlu
mencapai minimal 405 Kabupaten/Kota mencapai eliminasi Malaria di tahun
2024 serta seluruh wilayah Indonesia telah eliminasi paling lambat pada tahun
2030.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

ii
Untuk mencapai tiga tujuan tersebut diatas, diperlukan kolaborasi dengan
Kementerian Dalam Negeri selaku Koordinator Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintah Daerah sehingga perencanaan dalam penanggulangan AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria (ATM) menjadi semakin efektif untuk mencapat target-
target pencegahan dan pengendalian ATM sebagaimana dijelaskan tersebut
diatas. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
menyampaikan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri atas kontribusi nya dalam menerbitkan
Petunjuk Teknis ini, semoga bersama-sama kedepan dapat menjadi sinergi untuk
pembinaan teknis dan pembinaan umum pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian ATM oleh Pemerintah Daerah. Semoga Petunjuk Teknis ini
bermanfaat bagi perencana dan pelaksana program pada Dinas Kesehatan dan
Dinas terkait lainnya.

Jakarta, 26 Juli 2022

Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS


NIP 196405201991031003

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


iii
Kata Pengantar

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah


KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah berkewajiban
untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah. Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan daerah
denagn prinsip yaitu: satu kesatuan dalam system perencanaan pembangunan
nasional. Mengacu pada prinsip ini maka rumusan target pembangunan
Kesehatan di tingkat nasional dapat berkesinambungan dan diikuti dalam
perencanaan di daerah.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengan Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 telah menetapkan target
pembangunan kesehatan dimana salah satu indikatornya adalah AIDS-
Tuberkulosis-Malaria (ATM). Selaras dengan target tersebut, Kementerian Dalam
Negeri melakukan pengarusutamaan isu ATM ke dalam berbagai kebijakan yang
ada, terutama dalam kebijakan pedoman penyusunan rencana pembangunan
daerah tahunan. Namun hingga saat ini, dalam perencanaan dan penganggaran
khususnya kegiatan perencanaan dan pengendalian ATM masih menghadapi
beberapa tantangan seperti: 1) belum masuknya isu ATM secara memadai dalam
dokumen perencanaan daerah; 2) isu ATM sudah masuk secara memadai dalam
dokumen perencanaan daerah namun tidak disertai dengan pilihan kegiatan
yang sesuai dengan kebijakan strategi dan rencana aksi yang ditetapkan
Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan); 3) masih belum terdapat petunjuk
secara teknis yang dapat menjadi masukan kepada Pemerintah Daerah
bagaimana ATM dapat dirumuskan dalam bab bab terkait di dalam suatu
dokumen perencanaan lima tahunan maupun perencanaan tahunan di daerah;
dan 4) meskipun dalam lampiran Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah
membagi kewenangan urusan Kesehatan sesuai dengan tingkatan
kepemerintahan, namun dalam implementasi di daerah masih diperlukan
penegasan kewenangan pengelolaannya dengan memperhatikan Kesehatan
sebagai urusan konkuren yang harus dilaksanakan oleh setiap tingkatan
kepemerintahan khususnya dalam hal ini terkait dengan pencegahan dan
pengendalian ATM.

Keempat tantangan tersebut diatas menjadi fokus utama yang akan


dijawab dalam petunjuk teknis ini agar upaya kesehatan yang menjadi
kewenangan daerah dalam pencegahan dan pengendalian ATM dapat menjadi
lebih jelas dan terarah untuk mencapai tujuan dan memenuhi komitmen
Pemerintah Indonesia ditingkat global. Saat ini Indonesia masuk dalam tiga

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

iv
negara teratas dengan beban jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) yang tinggi di
dunia serta memiliki epidemi dan dinamika HIV-AIDS yang kompleks dan tersebar
secara luas. Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan ditambahnya kasus
eliminasi malaria yang sedang memasuki fase krusial dimana terjadi stagnasi
penurunan kasus setelah sebelumnya sempat terjadi penurunan kasus sampai
dengan tahun 2014. Atas dasar pertimbangan kondisi tersebut maka menjadi
penting untuk dilakukan perbaikan perencanaan, penganggaran dan
pelaksanaan upaya eliminasi ATM di Indonesia.

Petunjuk Teknis yang disusun bersama Kementerian Kesehatan dengan


melibatkan para pihak ini diharapkan memberikan manfaat kepada seluruh
pemangku kepentingan, tidak hanya para perencana di daerah, tetapi juga dapat
menjadi tools untuk melakukan pembinaan dan pengawasan Kementerian Dalam
Negeri terhadap target pembangunan daerah pada RPJMN 2020-2024 serta
komitmen Indonesia ditingkat global untuk pemenuhan target pencegahan dan
pengendalian ATM pada tahun 2030 dapat tercapai.

Jakarta, 28 Juli 2022

Direktur Jenderal
Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri

Dr. Teguh Setyabudi, M.Pd


NIP 196703081993011001

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


v
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

vi
Ringkasan Eksekutif
Indonesia berupaya untuk mencapai ending AIDS, Tuberkulosis (TBC) dan
Malaria pada tahun 2030 sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020 – 2024 serta sejalan dengan komitmen Indonesia di
tingkat global. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana Kesehatan
merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah secara konkuren bersama Pemerintah
Pusat maka petunjuk ini menjelaskan bagaimana pengelolaan pencegahan dan
pengendalian AIDS, Tuberkulosis, Malaria (ATM) di integrasikan ke dalam dokumen
perencanaan daerah.

Pada Bab I dijelaskan mengapa petunjuk teknis ini diperlukan dalam konteks
desentralisasi, apa situasi yang menjadi latar belakang perlunya integrasi ATM dalam
dokumen perencanaan memperhatikan beragamnya respon daerah dalam pencegahan
dan pengendalian ATM. Kesehatan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah yang
dalam pengaturan nya memiliki level kewenangan sehingga perlu dijelaskan kembali
pada bagian ini. Dengan level kewenangan yang ada maka kerja-kerja ATM telah terbagi
secara jelas sehingga Pemerintah Daerah mengetahui bagian yang menjadi
kewenangannya untuk merencanakan, membiayai dan melaksanakan; termasuk
didalamnya adalah perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan unsur dan fungsi
manajemen yang melekat pada urusan yang diserahkan kepada masing-masing
tingkatan level kewenangan sesuai lampiran pada Undang Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Komponen unsur dimaksudkan disini meliputi
pembiayaan man, money, material serta komponen fungsi manajemen yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Bab II dari petunjuk ini bagaimana layanan pencegahan dan pengendalian ATM
dapat dimasukkan (diintegrasikan) dalam proses perencanaan pembangunan Kesehatan
di daerah dan termaktib dalam dalam dokumen perencanaan lima tahunan yaitu yang
meliputi dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Strategis Bidang Kesehatan (Renstra). Termasuk menjelaskan situasi dimana tahun
2022-2024 kepemimpinan daerah belum dijabat oleh Kepala Daerah terpilih karena
pemilihan akan dilaksanakan serentak pada tahun 2024. Terdapat ketentuan dari
Kemendagri akan dokumen perencanaan lima tahunan RPJMD dimasa transisi ini.

Pada Bab II juga diberikan penjelasan bagaimana layanan ATM kemudian di integrasikan
masuk dalam dokumen perencanaan tahunan daerah yaitu Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Rencana Kerja Bidang Kesehatan (Renja) serta Rencana Kerja dan
Anggaran pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RKA APBD). Perencanaan
kegiatan tahunan akan berujung pada masuknya anggaran kegiatan prioritas
pencegahan dan pengendalian ATM pada DPA APBD dari Perangkat Daerah (khususnya
Dinas Kesehatan). Penjelasan pada Bab III dan terutama pada Bab IV ini akan mengacu
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


vii
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) menetapkan kebijakan terkait Klasifikasi, Kodefisikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah, maka menjadi penting penggunaan
nomenklatur khusus terkait ATM ini sehingga memudahkan dan membantu Pemerintah
khususnya Pemerintah Daerah dalam hal evaluasi dan akuntabilitas berbagai upaya
untuk mencapai tujuan pencegahan dan pengendalian ATM. Petunjuk ini menegaskan
definisi operasional dari lima nomenklatur khusus yang telah ditetapkan Kemendagri
untuk ATM, disiplin penggunaan nomenklatur dalam perencanaan daerah menggunakan
aplikasi Kemendagri yaitu Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) menjadi bagian
penting yang disampaikan melalui petunjuk teknis ini.

Pada Bab III, Bab IV dan Bab V masing-masing menyampaikan penjelasan


tentang situasi dan kondisi epidemi ATM di Indonesia, target yang akan dicapai serta
kegiatan prioritas untuk setiap komponen dari AIDS, Tuberkulosis dan Malaria sehingga
hal ini menjadi perhatian perencana program dan pemegang program ATM di Daerah,
khususnya pada Dinas Kesehatan. Petunjuk ini bertujuan agar seluruh kegiatan dan sub-
kegiatan yang dianggarkan di daerah sesuai dengan kegiatan prioritas berdasarkan
kebijakan nasional yang ada dari Kementerian Teknis maupun Kementerian Dalam
Negeri. Memperhatikan bahwa pencegahan dan pengendalian ATM memerlukan peran
perangkat daerah lainnya (non-dinas Kesehatan dan UPTD Dinas Kesehatan) maka
dijelaskan pula kegiatan prioritas yang diharapkan dilaksanakan oleh perangkat daerah
terkait. Bab ini akan mengacu terutama pada kebijakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan seperti Rencana Aksi Nasional berkenaan dengan teknis
pencegahan dan pengendalian ATM. Dengan demikian, petunjuk ini membantu
perencanaan daerah untuk memenuhi kesenjangan (gap) dari upaya pencegahan dan
pengendalian ATM yang ada.

Bab VI merupakan bab terakhir yang merupakan penutup dari Petunjuk Teknis
ini. Petunjuk ini diharapkan dapat memberikan penyamaan pemahaman serta
penyeragaman perencanaan untuk penanggulangan endemi ATM sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan pusat khususnya.

Petunjuk teknis ini juga merupakan pelaksanaan dari peran Kemendagri sebagai
koordinator dalam pembinaan dan pengawasan pemerintahan daerah sehingga dengan
adanya petunjuk teknis ini maka menjadi dasar bagi pelaksanaan secara lebih intensif
oleh Kemendagri kepada Dinas Kesehatan selaku pelaksana urusan bidang Kesehatan di
daerah.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

viii
Semoga petunjuk teknis ini memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat maupun dalam mencapai target pembangunan nasional untuk pencegahan
dan pengendalian ATM sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2020-2024.

Jakarta, 13 Juli 2022

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


ix
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Urgensi Pedoman Teknis Integrasi (PTI) AIDS-Tuberkulosis-
Malaria (ATM) di Indonesia 3
1.3 Tujuan 5
1.4 Kebijakan Pembagian Kewenangan Urusan Kesehatan 6

II Integrasi ATM Perencanaan Daerah 10


2.1 Kebutuhan Informasi dan Koordinasi 11
2.2 Tahap Perencanaan 12
2.3 Integrasi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria Ke dalam Dokumen
Perencanaan Daerah Lima Tahunan 13
2.4 Integrasi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria Ke dalam Dokumen
Perencanaan Daerah Tahunan 25
2.5 Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria ke dalam Dokumen
Penganggaran Daerah 45
III Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS 53
3.1 Latar Belakang 53
3.2 Prioritas Pendanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di
Daerah 54
3.3 Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di Daerah
(berdasarkan kelompok intervensi utama) 56
3.4 Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di Daerah
(berdasarkan urutan prioritas kegiatan) 57
IV Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis 61
4.1 Latar Belakang 61
4.2 Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Di
Daerah 62
4.3 Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di
Daerah (Berdasarkan Kelompok Intervensi) 64
4.4 Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di
Daerah (Urutan Prioritas Kegiatan) 64
V Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Malaria 68
5.1 Latar Belakang 68
5.2 Prioritas Kegiatan di Provinsi 68
5.3 Prioritas Kegiatan Di Kabupaten/Kota (Berdasarkan Level
Endemisitas) 70
VI Penutup 74

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

x
DAFTAR TABEL

1 Pembagian Wewenang Lintas Pemerintah dalam Urusan Kesehatan 6


2 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 14
3 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan 15
4 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi) 22
5 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota) 23
6 Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD 25
7 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah Provinsi 26
8 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota 27
9 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota sesuai Surat
Edaran Kemendagri Tahun 2022 27
10 Defisini Operasional Lima Nomenklatur untuk ATM 29
11 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun
Berjalan Provinsi ………………. 28
12 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun
Berjalan Kabupaten/Kota ………………. 31
13 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub KegiatanPrioritas yang
Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Provinsi Tahun ……. 36
14 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Prioritas yang
Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Kabupaten/Kota Tahun …… 38
15 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan
Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan Provinsi (s.d. tahun n-1) 35
16 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan
Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (s.d. tahun n-1) 36
17 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota 37
18 Review terhadap Rancangan Awal RKPD Provinsi/Kabupaten/Kota 37
19 Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas Kesehatan
Provinsi 38
20 Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota 39
21 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas
Kesehatan Provinsi 40
22 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota 41
23 Plafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan
Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi 47

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


xi
24 Flafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan
Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah
Kabupaten/Kota 48
25 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program,
Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi 50
26 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program,
Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Kabupaten/Kota 51
27 Prioritas Kegiatan Malaria di Kabupaten Kota (berdasarkan level
endemisitas) Error! Bookmark not defined.0

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pembiayaan program Penyelesaian AIDS di seluruh negara 3


Gambar 2 Klasifikasi Rincian Output (KRO) anggaran Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan 4
Gambar 3 Prosedur Pembinaan dan Pengawasan pemerintahan daerah
berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2014. 5
Gambar 4 Urusan Pemerintahan dalam UU 23 Tahun 2014 8
Gambar 5 Keterhubungan Pemerintah pusat dan daerah berdasarkan
dalam UU 23 Tahun 2014 dan Perpres No. 11 Tahun 2015. 11
Gambar 6 Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan dan Penganggaran
Pusat dan Daerah 13
Gambar 7 Alur Perencanaan dan Penganggaran 46
Gambar 8 Persentase perbandingan upaya pemulihan HIV/AIDS di
Indonesia (a) Pengobatan Modern (b) Tradisional 53

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

xii
1

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


1
2
2

I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tingginya kasus AIDS, Tuberkulosis, dan


Malaria (ATM), telah menjadi perhatian penting
dunia. Hingga saat ini setiap tahunnya tercatat 2,5
juta orang terinfeksi HIV, 8 juta tertular
tuberkulosis (TB), dan antara 300 juta hingga 500
juta jatuh sakit karena malaria. Tingginya fatalitas Kasus AIDS, TBC dan
ketiga kasus tersebut, dimana kurang lebih 5 juta
orang per tahun, hal ini sama dengan 747 Malaria berhubungan
kecelakaan pesawat yang jatuh setiap 44 dengan kemiskinan
menitnya 1 . Ketiga penyakit ini juga sering kali dan ketidaksetaraan,
diasosiasikan sebagai penyakit yang erat kaitannya
dengan kemiskinan dan ketidak-seimbangan sosial serta akses
yang terjadi di masyarakat, dari konteks kebijakan kesehatan yang
politik pemerintah ketiga kasus ini juga dapat
menjadi indikator bahwa negara tidak dapat
memberikan fasilitas kesehatan yang mumpuni
minim di suatu
daerah

bagi masyarakatnya2.

Upaya penyelesaian kasus-kasus ini pada dasarnya seacra signifikan dapat diselesaikan
bahwa oleh negara dengan kategori miskin sekalipun. AIDS, TBC dan malaria pada dasarnya
adalah jenis penyakit yang dapat dicegah, indikasi pertama adalah bahwa Orang dengan HIV
(ODHIV) dapat dikurangi dengan sukses selama bertahun-tahun dimana mekanisme
pencegahan seks bebas dan pengendalian penduduka memegang peran penting; sedangkan
pencegahan malaria dan TBC sangat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial minimum
dalam masyarakat. Tentu upaya penyelesaian kasus yang seperti ini memerlukan konvergensi
dan kerjasama lintas sektor dan disiplin sehingga agenda penyelesaian dapat dipahami secara
bersama-sama. Sebagai contoh beberapa negara di Afrika bagian selatan, misalnya, telah
melakukan pendekatan multi-sektor untuk mencegah dan mengobati malaria menyebabkan
hampir 90 persen penurunan penularan penyakit tersebut. Dalam upaya memerangi TBC, China
menggunakan strategi pengobatan DOTS yang melibatkan berbagai aktor dan organisasi untuk
melaksanakanya hinga di China memungkinkan terjadinya pencegahan 30.000 kasus kematian
akibat penyakit tersebut per tahunnya 3 . Contoh lainnya adalah Thailand yang telah mampu
membendung penyebaran AIDS dengan menjamin akses universal terhadap pengobatan AIDS
bagi semua yang membutuhkannya. Upaya pencegahan agresifnya diperkirakan telah mencegah
lebih dari 7 juta infeksi HIV baru.

1
UNAIDS, AIDS Epidemic Update 2007 www.unaids.org. Friends of the Global Fight, Fact Sheet on Malaria and Fact Sheet on Tuberculosis
www.theglobalfight.org.
2
Edward W. Scott, Jr. 2022. The Fight Against AIDS, Tuberculosis and Malaria : Past Progress and Hope for the Future
dalam www.un.org
3
Ruth Levine and the What Works Working Group, Millions Saved (Center for Global Development, 2004).

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

2
3

Penyelesaian kasus AIDS-


Tuberkulosis-Malaria (ATM) sering kali
dikaitkan dengan munculnya bantuan dan
donor internasional, namun keberhasilan
program ini akan sangat berkaitan dengan
bagaimana aktor pengambil kebijakan
politik memberikan pandangan akan
pentingnya penyelesaian kasus ini dengan
segera. Beberapa dekade terakhir
penyelesaian kasus ATM memang
mendapatkan banyak pendanaan baik secara
internasional, namun pembiayaan secara
domestik dengan keberpihakan politik
pemerintah dan penganggaran juga
memberikan dampak yang signifikan dalam
penyelesaian kasus ini.
Gambar 1 Pembiayaan program Penyelesaian AIDS
di seluruh negara4

Urgensi Pedoman Teknis Integrasi (PTI) AIDS-Tuberkulosis-Malaria (ATM) di


Indonesia

Indonesia telah menetapkan sasaran prioritas


dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 dimana telah
ditetapkan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2024
untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Indonesia
juga telah menyepakati komitmen global untuk
“ Indonesia telah
memiliki sejarah
panjang dalam
penanganan kasus
Ending AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM)
tahun 2030 yang tinggal sebentar lagi. AIDS, Tuberkulosis,
Indonesia bertekad untuk memenuhi berbagai dan Malaria (ATM),
komitmen tersebut di atas melalui program dan namun penyelesaian
kegiatan yang telah dilaksanakan dalam beberapa
dasawarsa. Malaria dan Tuberkulosis memiliki belum pernah tuntas,
sejarah Panjang di Indonesia, sejak sebelum sehingga peran aktif
kemerdekaan, sementara kasus HIV terlaporkan
pertama baru pada tahun 1987. Atas berbagai upaya,
semua orang dengan
telah banyak capaian Indonesia, namun demikian juga
masih banyak tantangan yang perlu di selesaikan
sehingga Ending ATM ini betul-betul dapat dipenuhi.
berbagai sumberdaya
yang tersedia penting
untuk diwujudkan

4
UNAIDS HIV Finansial Dashboard dalam http://hivfinancial.unaids.org/ hivfinancialdashboards.html

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


3
4
4

Beberapa indikator pada ATM memang masih jauh dari target yang telah ditetapkan,
sebagai contoh, evaluasi bersama Kemenkes dan Kemendagri untuk pencapaian pencegahan dan
pengendalian AIDS, dari target 95:95:95 pada tahun 2030, saat ini capaian untuk 95% pertama
yaitu persentase Orang dengan HIV (ODHIV) telah mengetahui statusnya baru 75%, 95% kedua
yaitu persentase ODHIV yang sedang mengikuti pengobatan baru mencapai 26% sedangkan
95% yang ketiga yaitu ODHIV mengikuti ARV yang ter-supresi viral load (jumlah virus dalam
tubuh menurun) baru mencapai 10% secara Nasional.

Layanan Publik
Lainnya
13% Gambar 2 Klasifikasi Rincian
Output (KRO) anggaran Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit di
Layanan Publik Kementerian Kesehatan5
Masyarakat Sarpas
4% Kesehatan
Data dan Info 61%
3% Untuk mendukung tercapainya
Pelatihan Bidang target-target eliminasi tersebut serta
Kesehatan
Koordinasi
menjamin sistem kesehatan yang
12% Tangguh dan Berkelanjutan (resilient
3%
and sustainable system for health /
RSSH) untuk ATM maka diperlukan
NPSK Petunjuk bagi Daerah untuk
fasilitas dan 0% menyampaikan informasi seberapa
pembinaan Pemda Sosialisasi dan
3% besar perhatian Daerah atas ATM, yang
diseminasi
1%
antara lain ditandai dengan tersedianya
Belanja Daerah untuk ATM.

Petunjuk akan memandu bagaimana mengidentifikasi belanja prioritas, menganggarkan


dan menyajikan data Belanja ATM dalam APBD sesuai dengan Kodifikasi Klasifikasi
Nomenklatur serta Kinerja Indikator Satuan yang ditetapkan Pusat. Petunjuk ini akan membantu
Pemerintah Daerah bagaimana mengintegrasikan ATM dalam dokumen Perencanaan sesuai
dengan kebijakan yang ada, termasuk sistematika dan isinya mengikuti Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian
Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

5
Utomo, Nugroho Budi “Memaknai Output Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dalam Redesain Sistem
Perencanaan Penganggaran (RSPP)” diakses pada http://p2p.kemkes.go.id/memaknai-output-program-p2p/ diakses pada 25
Februari 2022

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

4
5

Saat ini, belum semua perencanaan


ATM dapat tertata baik sesuai amanat
Permendagri yang ada, antara lain bahwa
Belanja Dinkes, termasuk Belanja Daerah
untuk ATM, dirancang melalui Renja
Dinkes, bahwa Renja Dinkes bagian dari
RKPD Daerah tersebut, bahwa RKPD
disusun sebagai Bagian dari RPJMD, dan
memperhatikan Arahan RKP yang
ditegaskan untuk diikuti Daerah melalui
Permendagri setiap Tahun terkait
Perencanaan pada tahun depan (n + 1).

Gambar 3 Prosedur pembinaan dan


pengawasan pemerintahan daerah
berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun
2014.

Pun demikian untuk perencanaan lima tahunan maka RPJMD disusun memperhatikan
RPJMN dimana ATM disebutkan dalam RPJMN maka perlu dipastikan juga ATM masuk secara
memadai dalam dokumen RPJMD dan Rencana Strategis (Renstra) dari Perangkat Daerah
terkait di Daerah.
Petunjuk ini perlu memperjelas bahwa Belanja Daerah untuk Urusan Kesehatan, telah
dibatasi oleh Permendagri 90/2019 dan Kepmendagri No. 050-5889 Tahun 2021 berkenaan
dengan Kodifikasi Klasifikasi Nomenklatur Perencanaan Keuangan di Daerah. Terdapat 4
(empat) Program Kesehatan, berlaku untuk Daerah Provinsi dan Kab/ Kota; dirinci dalam 11
Kegiatan, untuk Daerah Provinsi dengan 71 Sub-Kegiatan; dan 16 Kegiatan untuk Daerah
Kab/Kota dengan 87 Sub-Kegiatan.
Belanja bagi UNIT KERJA dengan PPK BLUD, dialokasikan hanya pada 1 (satu)
Program Umum/ Generik, 1 (satu) Kegiatan, dan 1 (satu) Sub-Kegiatan; bukan pada 4 (empat)
Program Kesehatan tersebut. Masing-masing Sub-Kegiatan telah ditetapkan Batasan KIS-
Kinerja, Indikator, dan Satuannya) (KKN-KIS = Kodifikasi Klasifikasi Nomenklatur-Kinerja
Indikator Satuan).
Petunjuk ini diharapkan memberikan kejelasan bagi Pemerintah Daerah dalam memilih
kegiatan prioritas yang berdampak dan efektif atas keterbatasan sumber daya dan besaran
masalah Daerah. Indonesia memiliki pengalaman baik penanganan COVID-19 yang
pelajarannya dapat juga dipergunakan dalam penanganan penyakit lainnya, dimana kegiatan dan
sumber daya mengikuti situasi epideminya.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu (kewenangan) Daerah dalam mencapai prioritas pembangunan
nasional, yaitu mengintegrasikan penanganan kasus AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria
(ATM), serta meningkatkan layanan oleh petugas kesehatan dan pemerintahn dalam
urusan kesehatan

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan / akses dan kualitas layanan penanganan kasus AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) di daerah;

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


5
6
6

b. Menguatkan upaya promotif dan preventif penanganan kasus AIDS,


Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) di daerah;
c. Meningkatkan cakupan dan kualitas pencatatan serta pelaporan kasus endemis
ATM;
d. Mendukung pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP);
e. Mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
di provinsi/kabupaten/kota.

Kebijakan Pembagian Kewenangan Urusan Kesehatan


Sesuai dengan Lampiran I bagian B Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 maka Urusan
Pemerintahan Bidang Kesehatan terbagi menjadi 4 sub urusan, yaitu:
1. Sub Urusan Upaya Kesehatan
2. Sub Urusan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
3. Sub Urusan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman
4. Sub Urusan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Masing-masing sub urusan tersebut dibagi menjadi kewenangan pemerintah pusat dan
kewenangan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, dengan matriks sebagai berikut:

Tabel 1 Pembagian Wewenang Lintas Pemerintah dalam Urusan Kesehatan

Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
1. Upaya a. Pengelolaan upaya a. Pengelolaan UKP a. Pengelolaan
Kesehatan kesehatan perorangan rujukan tingkat Daerah UKP
(UKP) rujukan nasional / provinsi / lintas Daerah kabupaten/kota
lintas Daerah provinsi. kabupaten/kota. dan rujukan
b. Pengelolaan upaya b. Pengelolaan UKM tingkat Daerah
kesehatan masyarakat Daerah provinsi dan kabupaten/kota.
(UKM nasional dan rujukan tingkat Daerah b. Pengelolaan
rujukan nasional / lintas provinsi / lintas Daerah UKM Daerah
Daerah provinsi. kabupaten/kota kabupaten/kota
c. Penyelenggaraan c. Penerbitan izin rumah dan rujukan
registrasi, akreditasi, dan sakit kelas B dan tingkat Daerah
standardisasi fasilitas fasilitas pelayanan kabupaten/kota.
pelayanan kesehatan kesehatan tingkat c. Penerbitan izin
publik dan swasta. Daerah provinsi. rumah sakit
d. Penerbitan izin rumah kelas C dan D
sakit kelas A dan fasilitas dan fasilitas
pelayanan kesehatan pelayanan
penanaman modal asing kesehatan
(PMA) serta fasilitas tingkat Daerah
pelayanan kesehatan kabupaten/kota.
tingkat nasional.
2. Sumber a. Penetapan standardisasi Perencanaan dan a. Penerbitan izin
Daya dan registrasi tenaga Pengembangan praktik dan izin
Manusia kesehatan Indonesia, SDMkesehatan untuk UKM kerja tenaga
(SDM) tenaga kesehatan warga dan UKP Daerah provinsi. kesehatan.
Kesehatan Negara asing (TK-WNA), b. Perencanaan dan
serta penerbitan Pengembangan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

6
7

Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
rekomendasi pengesahan SDMkesehatan
rencana penggunaan untuk UKM dan
tenaga kerja asing UKP Daerah
(RPTKA) dan izin kabupaten/kota.
mempekerjakan tenaga
asing (IMTA).
b. Penetapan penempatan
dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis bagi
Daerah yang tidak mampu
dan tidak diminati.
c. Penetapan standar
kompetensi teknis dan
sertifikasi pelaksanaan
Urusan Pemerintahan
bidang kesehatan.
d. Penetapan standar
Pengembangan kapasitas
SDMkesehatan.
e. Perencanaan dan
Pengembangan
SDMkesehatan untuk
UKM dan UKP Nasional.
3. Sediaan a. Penyediaan obat, vaksin, a. Penerbitan pengakuan a. Penerbitan izin
Farmasi, alat kesehatan, dan pedagang besar farmasi apotek, toko
Alat suplemen kesehatan (PBF) cabang dan obat, toko alat
Kesehatan program nasional. cabang penyalur alat kesehatan dan
, dan b. Pengawasan ketersediaan kesehatan (PAK). optikal.
Makanan pemerataan, dan b. Penerbitan izin usaha b. Penerbitan izin
Minuman keterjangkauan obat dan kecil obat tradisional usaha mikro
alat kesehatan. (UKOT). obat tradisional
c. Pembinaan dan (UMOT).
pengawasan industri, c. Penerbitan
sarana produksi dan sertifikat
sarana distribusi sediaan produksi alat
farmasi, obat tradisional, kesehatan kelas
alat kesehatan dan 1 (satu) tertentu
perbekalan kesehatan dan PKRT kelas
rumah tangga (PKRT), 1 (satu) tertentu
bahan obat, bahan baku perusahaan
alam yang terkait dengan rumah tangga.
kesehatan. d. Penerbitan izin
d. Pengawasan pre-market produksi
obat, obat tradisional, makanan dan
kosmetika, PKRT, dan minuman pada
makanan minuman. industri rumah
e. Pengawasan post-market tangga.
obat, obat tradisional, e. Pengawasan
kosmetika, alat kesehatan, post-market
PKRT, dan makanan produk
minuman. makanan-
minuman
industri rumah
tangga.
4. Pemberda Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan
yaan Bidang Kesehatan melalui Bidang Kesehatan melalui Masyarakat Bidang
Masyarak tokoh nasional dan tokoh provinsi, kelompok Kesehatan melalui
at Bidang internasional, kelompok masyarakat, organisasi tokoh kabupaten /
Kesehatan masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan kota, kelompok
swadaya masyarakat serta dunia usaha tingkat masyarakat,
dunia usaha tingkat nasional provinsi. organisasi swadaya

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


7
8
8

Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
dan internasional. masyarakat dan
dunia usaha tingkat
kabupaten/kota.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah


mengamanatkan bahwa Kesehatan merupakan Urusan Pemerintah Wajib yang diselenggarakan
secara konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pembagian Urusan Pemerintahan
Konkuren dan Manajemen Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah
dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
menggunakan prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional. Di samping itu, perlu dipahami bahwa setiap penyerahan kewenangan Urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi dan
desentralisasi selalu berkaitan dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kekuasaan
yang menjadi domain Pemerintah Pusat yang diserahkan ke daerah. Pembagian dan Manajemen
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Konkuren, tertuang dalam Matriks Lampiran UU
Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana pada tabel tersebut di atas.

Gambar 4 Urusan Pemerintahan dalam UU 23 Tahun 2014

Selanjutnya dalam konteks Manajemen Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan


Konkuren, penyerahan urusan pemerintahan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintahan daerah
termasuk pengelolaan unsur manajemen (yang meliputi sarana dan prasarana, personil, bahan-
bahan, metode kerja) dan fungsi manajemen (yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengoordinasian, penganggaran, pengawasan, penelitian dan pengembangan,
standardisasi, dan pengelolaan informasi) urusan pemerintahan konkuren, sesuai amanat Angka
Romawi II Lampiran UU No. 23 tahun 2014 tersebut. Dengan demikian, dalam substansi
Urusan Pemerintahan tersebut melekat menjadi kewenangan masing-masing tingkatan atau

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

8
9

susunan pemerintahan tersebut, kecuali apabila dalam matriks pembagian Urusan Pemerintahan
konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota tersebut
terdapat unsur manajemen dan/atau fungsi manajemen yang secara khusus sudah dinyatakan
menjadi kewenangan suatu tingkatan atau susunan pemerintahan yang lain, sehingga tidak lagi
melekat pada substansi Urusan Pemerintahan pada tingkatan atau susunan pemerintahan
tersebut.
Sebagai contoh dari maksud pada paragraf di atas, untuk Pengelolaan UKP
kabupaten/kota dan rujukan tingkat Daerah kabupaten/kota yang dalam tabel merupakan
kewenangan Kabupaten/Kota maka kegiatan perencanaan, penganggaran, pengawasan dan lain
sebagainya melekat menjadi kewenangan dan sekaligus kewajiban Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk menganggarkan pembiayaannya pada APBD.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


9
10
10

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

10
11

II Integrasi ATM dalam Perencanaan Daerah

Kebutuhan Informasi dan Koordinasi


Untuk kebutuhan informasi dan koordinasi yang melibatkan Ditjen Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri dilaksanakan pembinaan penyelenggaraan dan pembinaan
pembangunan sebagai berikut:
1. Pembinaan penyelengaraan urusan pemerintahan daerah dilaksanakan berdasarkan
ketetapan urusan pemerintahan yang menjadi amanat bagi Ditjen Bina Bangda hanya urusan
pemerintahan konkuren. Diselenggarakan berdasarkan ketetapan:
a. Koordinasi dan harmonisasi pelaksanaan SPM dan NSPK (sesuai peraturan presiden
tentang Kementerian Dalam Negeri);
b. Pemetaan Urusan Pemerintahan (berdasarkan Pasal 24 UU 23/2014); dan
c. Penyelesaian perselisihan penyelenggaraan urusan pemerintahan (berdasarkan UU
23/2014 dan peraturan turunan terkait);

Gambar 5 Keterhubungan Pemerintah pusat dan daerah berdasarkan dalam UU 23 Tahun


2014 dan Perpres No. 11 Tahun 2015.

2. Pembangunan Daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang


telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, yang
diselenggarakan melalui:
a. Pembinaan percepatan pembangunan provinsi berciri kepulauan (Pasal 29 UU
23/2014);
b. Sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan pusat dan daerah, antar wilayah dan antar
daerah (Pasal 258 dan 259 UUU 23/2014);
c. Perencanaan pembangunan daerah (Pasal 260-274 UU 23/2014);
d. Pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah (Pasal 275 UU 23/2014);
e. Evaluasi perda tata ruang daerah (Pasal 400 UU 23/2014);
f. Pembinaan Pemda dalam mendorong partisipasi masyarakat (Pasal 354 UU 23/2014);
g. Pembinaan dan pengawasan (Binwas) umum pembangunan daerah (pasal 374 UU
23/2014); dan
h. Pembinaan pemda dalam penguatan informasi daerah (Pasal 391-394 UU 23/2014).

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


11
12
12

Tahap Perencanaan
Dalam melaksanakan integrasi yang harus dipastikan adalah terkumpulkannya beberapa
hal dasar. Hal dasar yang dimaksud adalah memastikan jelasnya: urusan, bidang urusan,
program, kegiatan, sub kegiatan, organisasi, sumber dana, lokasi, akun, kelompok, jenis, objek,
rincian objek, dan sub rincian objek. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan satu data dan satu
sistem yang dicanangkan (Perpres 39/2019 tentang Satu Data Indonesia) dalam upaya
penyelenggaraan SPM bidang kesehatan. Pada tahapan ini Perencanaan yang dimaksud adalah
terbentuknya integrasi berbagai dokumen perencanaan di daerah dalam upaya menjamin
terbentuknya jaminan penuntasan kasus ATM. Dokumen yang menjadi fokus adalah:
a) RPJMD – Renstra;
b) RKPD – Renja;
c) KUA – PPAS;
d) RKA-SKPD;
e) Rancangan Perda APBD; dan
f) Rancangan Perkada Penjabaran APBD.

Penting untuk menyampaikan bahwa Undang Undang No 1 tahun 2022 tentang


HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN
DAERAH menegaskan Kembali penting nya penganggaran untuk pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dimana AIDS dan Tuberkulosis termasuk didalam nya. Sehingga
kemudian menjadi penting bahwa semua dokumen perencanaan di daerah tersebutkan diatas
memiliki dasar untuk adanya anggaran AIDS dan Tuberkulosis.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


(SPPN) dan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Nasional, bahwa dokumen perencanaan
dan penganggaran di pusat (RPJPN, RPJMN, Renstra K/L, RKP, Renja K/L, RAPBN, RKA
K/L, dan APBN) dan dokumen perencanaan dan penganggaran di daerah provinsi maupun
kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra PD, RKPD, Renja PD, RAPBD, RKA PD, dan
ABPD) merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang saling
terkait dan terintegrasi. Keterkaitan antar dokumen perencanaan dan penganggaran baik di pusat
dan daerah disajukan pada Gambar berikut ini

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

12
13

Gambar 6 Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah

Integrasi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria Ke dalam Dokumen Perencanaan


Daerah Lima Tahunan

Integrasi Program HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria ke dalam Dokumen


RPJMD
Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria
diintegrasikan/internalisasi ke dalam dokumen RPJMD Provinsi maupun RPJMD
Kabupaten/Kota. Penyusunan rencana pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria yang dimuat dalam dokumen RPJMD dilakukan pada saat
perumusan dan penyusunan pada Bab II, Bab IV, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII sebagai
berikut:
Bab II. Gambaran Umum Kondisi Daerah, berisikan analisis kondisi umum daerah
bertujuan untuk menghasilkan dan memutakhirkan gambaran umum kondisi daerah yang
diperlukan untuk menunjang perencanaan pembangunan daerah. Untuk urusan pemerintahan
wajib terkait dengan pelayanan dasar bidang Kesehatan, dalam bab ini agar disajikan
data/informasi dan deskripsi mengenai capaian kinerja khususnya terkait dengan pencegahan
dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria oleh Pemerintah Daerah dengan
menggunakan data series minimal 5 tahun terakhir.
Bab IV. Permasalahan dan Isu Strategis Daerah, dalam bab ini agar diuraikan
rumusan permasalahan dan isu strategis penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
bidang kesehatan khususnya terkait dengan upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria di daerah yang merujuk pada data dukung yang telah disajikan
dan dilakukan analisis pada Bab II;
Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan, dan Program Pembangunan Daerah, dalam
bab ini agar diuraikan rumusan pernyataan mengenai strategi yang akan diterapkan dan arah
kebijakan yang akan diambil dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
khususnya terkait dengan HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria. Rumusan strategi dan arah
kebijakan didasarkan atas permasalahan dan isu strategis terkait dengan penyelenggaraan
urusan Kesehatan sebagaimana telah diuraikan dalam Bab IV. Rumusan strategi dan arah
kebijakan tersebut disertai dengan dukungan program pembangunan daerah serta indikator
kinerja program (indikator outcome) dan alokasi pagu indikatif untuk setiap indikator
program tersebut.
Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah,
dalam bab ini agar memuat program yang telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kesehatan
beserta indikator kinerja, pagu indikatif, target, perangkat daerah penanggung jawab urusan
bidang Kesehatan (Dinas Kesehatan), khususnya terkait pencegahan dan pengendalian
HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, yang dituangkan dalam matriks Indikasi Rencana
Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan dalam kurun waktu 5 tahun.
Bab VIII. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dalam bab ini agar
memasukkan indikator terkait pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan
Malaria ke dalam indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang akan
ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Daerah (IKD) disertai dengan target yang harus dicapai
setiap tahunnya dan pada akhir periode RPJMD. Contoh penyajian IKD terkait dengan
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


13
14
14

Tabel 2 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota: ……….


Kondisi Kinerja Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
No. Indikator pada Awal RPJMD pada Akhir
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
(Tahun 0) RPJMD
1 Contoh indikator Kinerja
untuk HIV/AIDS:
Insidensi HIV (per 1.000
penduduk yang tidak
terinfeksi HIV
Insiden Sifilis (per 1.000
penduduk tidak
terinfeksi)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Dst …

2. Contoh indikator Kinerja


untuk Tuberkulosis:
Insidensi Tuberkulosis
(per 100.000 penduduk)
Cakupan penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Angka keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst…

3. Contoh indikator Kinerja


untuk Tuberkulosis:
Jumlah kabupaten/kota
mencapai eliminasi
Malaria (kab/kota)
National Annual Parasite
Incidence (API)
(pake tiga pertama)
Prevalensi Malaria (%)
Jumlah kematian akibat
malaria
Dst …

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

14
15

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dalam Renstra Dinas Kesehatan


Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria
diintegrasikan/internalisasi ke dalam dokumen Renstra Dinas Kesehatan Provinsi maupun
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penyusunan rencana pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria yang dimuat dalam dokumen Renstra
Dinas Kesehatan dilakukan pada saat perumusan dan penyusunan pada Bab II, Bab III, Bab
IV, Bab VI, dan Bab VII sebagai berikut:
Bab II. Gambaran Pelayanan Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar disajikan
data/informasi dan analisis deskripsi mengenai tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan
berdasarkan sasaran/target Renstra Dinas Kesehatan periode sebelumnya, menurut SPM
Kesehatan untuk urusan wajib, khususnya terkait dengan pencegahan dan pengendalian
penyakit menular HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dan/atau indikator kinerja
pelayanan Dinas Kesehatan dan/atau indikator lainnya seperti SDG’s terkait Kesehatan
disajikan dalam tabel/matriks Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan, sebagai
berikut:

Tabel 3 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan


Provinsi/Kabupaten/Kota: ………………
Target Target Renstra Dinas Realisasi Capaian Rasio Capaian pada
Indikator Kinerja sesuai Tugas Target Target
No. Indikator Kesehatan Tahun ke- Tahun ke- Tahun ke-
dan Fungsi Dinas Kesehatan NSPK IKK
Lainnya 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Contoh indikator damapak dan
Outcome terkait HIV/AIDS:
Insidensi HIV (per 1.000
penduduk yang tidak terinfeksi
HIV
Insiden Sifilis (per 1.000
penduduk tidak terinfeksi)
Prevalensi HIV/AIDS
Persentase ODHA yang menjalani
terapi ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian akibat HIV/AIDS
per 100.000 penduduk
Cakupan ODHA on ART di periksa
Viral Load
Cakupan ODHA dalam
pengobatan ARV (ODHA on ART)
Proporsi bayi dari ibu ODHA
bebas HIV
Proporsi bayi dari ibu sifilis yang
bebas sifilis
Dst …
Contoh indikator damapak dan
Outcome terkait Tuberkulosis:
Insidensi Tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
Cakupan penemuan dan
pengobatan Tuberkulosis (%)
Angka keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Cakupan pengobatan
tuberkulosis resistan obat
Persentase pasien Tuberkulosis
resistan obat yang memulai
pengobatan
Angka keberhasilan pengobatan
tuberkulosis resistan obat
Cakupan penemuan
kasustuberkulosis pada anak
Pasien tuberkulosis mengetahui
status HIV
Persentase ODHA yang
mengetahui status tuberkulosis
Cakupan Pemberian Terapi
Pencegahan tuberkulosis (TPT)
pada kontak serumah
Persentase orang dengan gejala
tuberkulosis (terduga) yang

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


15
16
16

ditatalaksana sesuai standar


(target SPM)
Proporsi semua kasus
tuberkulosis yang terdeteksi
dengan TCM
Dst….
Contoh indikator dampak dan
Outcome terkait Malaria:
Jumlah kabupaten/kota mencapai
eliminasi Malaria (kab/kota)
National Annual Parasite
Incidence (API)
Prevalensi Malaria (%)
Jumlah kematian akibat malaria
Dst…

Catatan: Indikator kinerja pada level dampak dan outcome

Bab III. Permasalahan dan Isu Strategis Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
diuraikan rumusan permasalahan-permasalahan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta rumusan isu strategis terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan oleh Dinas Kesehatan, khususnya terkait dengan upaya pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria;
Bab IV. Tujuan dan Sasaran, pada bab ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan
dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan yang mendukung atau terkait pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, khususnya terkait HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan
Malaria;
Bab V. Strategi dan Arah Kebijakan, pada bab ini dikemukakan rumusan
pernyataan strategi dan arah kebijakan Dinas Kesehatan dalam lima tahun mendatang
khususnya yang mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular, yaitu
HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria;
Bab VI. Rencana Program dan Kegiatan serta Pendanaan, pada bab ini
dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, dan pendanaan indikatif yang
khususnya terkait dengan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, yaitu HIV/AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria yang disajikan dalan tabel/matriks Rencana Program, Kegiatan,
dan Pendanaan Dinas Kesehatan kurun waktu lima tahun (Tabel 1 untuk Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi, Tabel 2 untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

16
22
22

Tabel 4 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi)
Target Konerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kinerja pada
Data
Indikator Kinerja akhir
Progran dan Capaian Unit Kerja
Tujuan, Sasaran, periode
No. Tujuan Sasaran Kode Kegiatan/Sub pada Tahun Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Penaggung Lokasi
Program, dan Renstra
Kegiatan Awal Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan Dinas
Perencanaan
Kesehatan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Tujuan… Indikator Tujuan…
Sararan… Indikator Saran …
1 02 Program Contoh Indikator
02 Pemenuhan Program untuk
UKP dan HIV/AIDS ((sesuai RAN
UKM AIDS 2020-2024)
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Cakupan ODHA dalam
pengobatan ARV
(ODHA on ART)
Proporsi bayi dari ibu
ODHA bebas HIV
Proporsi bayi dari ibu
sifilis yang bebas sifilis

1 02 Kegiatan Contoh Indikator


02 Penyediaan Kegiatan/Sub Kegiatan
1.02 Layanan untuk HIV/AIDS (sesuai
Kesehatan RAN AIDS 2020-
untuk UKP 2024)
Rujukan,
UKM dan
UKM Rujukan
Tingkat

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

22
23

Daerah
Provinsi
1 02 Sub Kegiatan Cakupan Pemeriksaan
02 Pengelolaan (Tes) HIV
1.02 Pelayanan
11 Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak
Menular
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan
ARV
Cakupan skrining HIV
pada ibu hamil
Cakupan pengobatan
ARV bagi ibu hamil
Cakupan pemberian
ARV Profilaksis pada
bayi
Cakupan skrining sfilis
pada ibu hamil
Cakupan ibu hamil
sfilis diobati

Tabel 5 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
Target Konerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kinerja pada
Indikator Kinerja Data
akhir
Progran dan Tujuan, Sasaran, Capaian Unit Kerja
periode
No. Tujuan Sasaran Kode Kegiatan/Sub Program, dan pada Tahun Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Penaggung Lokasi
Renstra
Kegiatan Kegiatan/Sub Awal Jawab
Dinas
Kegiatan Perencanaan
Kesehatan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Tujuan… Indikator Tujuan…
Sararan… Indikator Saran …
2 02 Program Contoh Indikator
02 Pemenuhan Program untuk
UKP dan UKM HIV/AIDS ((sesuai
RAN AIDS 2020-
2024)
Persentase ODHA
yang menjalani

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


23
24
24

terapi ARV (ODHA


on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Cakupan ODHA
dalam pengobatan
ARV (ODHA on ART)
Proporsi bayi dari
ibu ODHA bebas
HIV
Proporsi bayi dari
ibu sifilis yang
bebas sifilis

1 02 Kegiatan
02 Penyediaan
2.02 Layanan
Kesehatan
untuk UKP
Rujukan, UKM
dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah
Kabupaten/Kota
1 02 Pengelolaan
02 Pelayanan
2.02 Kesehatan
11 Orang Terduga
Tuberkulosis
1 02 Pengelolaan Contoh Indikator
02 Pelayanan Kegiatan/Sub
2.02 Kesehatan Kegiatan untuk
12 Orang dengan HIV/AIDS (sesuai
Risiko RAN AIDS 2020-
Terinfeksi HIV 2024)
1 02 Sub Kegiatan Cakupan
02 Pengelolaan Pemeriksaan (Tes)
2.02 Pelayanan HIV
25 Kesehatan
Penyakit

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

24
25

Menular dan
Tidak Menular
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Cakupan skrining
HIV pada ibu hamil
Cakupan
pengobatan ARV
bagi ibu hamil
Cakupan pemberian
ARV Profilaksis
pada bayi
Cakupan skrining
sfilis pada ibu hamil
Cakupan ibu hamil
sfilis diobati

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


25
25

Bab VII. Kinerja Penyelenggaraan Bidang Kesehatan, dalam bab ini dikemukakan
indikator kinerja Dinas Kesehatan yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan
dicapai Dinas Kesehatan dalam lima tahun mendatang, khususnya terkait pencegahan dan
pengendalian penyakit menular yaitu HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria sebagai komitmen
untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. Tabel/matriks Indikator Kinerja
Dinas Kesehatan yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD disajikan pada Tabel
berikut ini.

Tabel 6 Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kondisi Kinerja Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kinerja
pada Awal
No. Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun pada Akhir
Renstra (Tahun Tahun 1
2 3 4 5 Renstra
0)
1 Contoh indikator Kinerja untuk
HIV/AIDS:
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk
yang tidak terinfeksi HIV
Insiden Sifilis (per 1.000 penduduk
tidak terinfeksi)
Angka kematian akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Persentase ODHA yang menjalani
terapi ARV (ODHA on ARV)
Dst …

2. Contoh indikator Kinerja untuk


Tuberkulosis:
Insidensi Tuberkulosis (per 100.000
penduduk)
Angka kematian akibat Tuberkulosis
per 100.000 penduduk
Cakupan penemuan dan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Angka keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst…

3. Contoh indikator Kinerja untuk


Tuberkulosis:
Jumlah kabupaten/kota mencapai
eliminasi Malaria (kab/kota)
National Annual Parasite Incidence
(API) < 1
(pake tiga pertama)
Prevalensi Malaria (%)
Jumlah kematian akibat malaria
Dst …

Integrasi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria Ke dalam Dokumen Perencanaan


Daerah Tahunan

HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) telah terdapat dalam nomenklatur


perencanaan pembangunan dan keuangan daerah sesuai Permendagri No. 90 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta
Kepmendagri No. 050-5899 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi dan Pemutakhiran Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (Tabel 7 dan
Tabel 8). Kedudukan nomenklatur ATM berdasarkan peraturan Mendagri tersebut masuk dalam
Program Pemenuhan UKP dan UKM, dengan Kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan untuk
UKP Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk Daerah
Provinsi dengan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak
Menular, sedangkan untuk Daerah Kabupaten/Kota dengan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


25
26
26

Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis dan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV (termasuk SPM) dan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM)
diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah
tahunan yaitu ke dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana
Kerja (Renja) Dinas Kesehatan, Rancangan Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD),
dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kesehatan, baik provinsi maupun
kabupaten/kota. Integrasi ATM ke daam dokumen perencanaan dan penganggaran
tersebut untuk memastikan adanya dukungan program, kegiatan, sub kegiatan dan
pengalokasian anggaran yang memadai yang akan digunakan untuk pembiayaan
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkolosis, dan Malaria di daerah.

Tabel 7 AIDS, Tuberkulosi, dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Provinsi
KODE
KEGIATAN

KEGIATAN
PROGRAM
URUSAN

URUSAN
BIDANG

NOMENKLATUR URUSAN PROVINSI


SUB

1 02 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN


1 02 02 PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT
Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP
1 02 02 1.02 Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat Daerah
Provinsi
Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyakit
1 02 02 1.02 11
Menular dan Tidak Menular

Sumber: Permendagri No. 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-5589 Tahun 2021

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

26
27

Tabel 8 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
KODE

KEGIATAN

KEGIATAN
PROGRAM
URUSAN

URUSAN
BIDANG NOMENKLATUR URUSAN KABUPATEN/KOTA

SUB
1 02 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN
1 02 02 PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan


1 02 02 2.02
UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Orang Terduga


1 02 02 2.02 11
Tuberkulosis
Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Orang dengan
1 02 02 2.02 12
Risiko Terinfeksi HIV

Sumber: Permendagri No. 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-5589 Tahun 2021

Pada tingkat Kabupaten/Kota, terdapat kebijakan Surat Edaran dari Kementerian Dalam
Negeri yaitu nomor 906/2214/SJ tertanggal 22 April 2022 perihal Hasil Inventarisasi dan
Pemetaan Klasifikasi, Kodefisikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah terkait DAK Tahun Anggaran 2022, DBH DR Tahun Anggaran 2022,
DBH CHT Tahun Anggaran 2022, Usulan Kemendikbudristi dan Kemenkes, terdapat
penambahan tiga nomenklatur baru yang berkenaan dengan AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria yaitu sebagai berikut:

Tabel 9 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Kabupaten/Kota sesuai Edaran Kemendagri Tahun 2022

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


27
28
28

Dengan demikian terdapat 5 nomenklatur untuk ATM, yaitu dua nomenklatur untuk
HIV-AIDS, 2 nomenklatur untuk Tuberkulosis dan 1 nomenklatur untuk Malaria.
Sebelum ini tidak terdapat nomenklatur khusus untuk Malaria. Dengan adanya 5
nomenklatur untuk ATM ini maka diperlukan definisi operasional pemanfataan nya
yaitu sebagai berikut:

Tabel 10: Definisi Operasional 5 nomenklatur untuk ATM

No Sub-Kegiatan Defini Operasional


1 1.02.02.2.02.11 Semua Belanja pengadaan /penyediaan/
Pengelolaan Pelayanan pelaksanaan: BMHP, Obat, Alat, Biaya Operasional untuk
Kesehatan Orang Terduga melayani orang terduga Tuberkulosis (sebelum menderita
Tuberkulosis tuberkulosis); sejak pendataan, pelaksanaan pemeriksaan
fisik dan laboratorium, sampai dengan pelaporan;
dialokasikan pada Sub-Kegiatan ini (termasuk hibah
Pemerintah Daerah kepada Lembaga non-pemerintah
berbadan hukum yang melaksanaan kegiatan membantu
Pemda mencapai target pelayanan pada orang terduga
tuberculosis
2 1.02.02.2.02.12 Semua Belanja pengadaan/ penyediaan/
Pengelolaan Pelayanan pelaksanaan: BMHP, Obat, Alat, Biaya Operasional untuk
Kesehatan Orang dengan melayani orang dengan Risiko Terinfeksi HIV (sebelum
Risiko Terinfeksi HIV menderita HIV); sejak pendataan, pelaksanaan
pemeriksaan fisik dan laboratorium, sampai dengan
pelaporan; dialokasikan pada Sub-Kegiatan ini (termasuk
hibah Pemerintah Daerah kepada Lembaga Non-
Pemerintah berbadan hukum yang melaksanaan kegiatan
membantu Pemda mencapai target pelayanan pada orang
berisiko terinfeksi HIV
3 1.02.02.2.02.40 Semua Belanja pengadaan/ penyediaan/
Pengelolaan Pelayanan pelaksanaan: BMHP, Obat, Alat, Biaya Operasional untuk
Kesehatan Orang dengan melaksanakan promosi, pencegahan, melayani orang
Tuberkulosis dengan Tuberkulosis (telah didiagnosa dan selama masih
menderita Tuberkulosis); sejak pendataan/ surveilance,
pelaksanaan pemeriksaan fisik dan laboratorium, sampai
dengan pelaporan; dialokasikan pada Sub-Kegiatan ini
(termasuk hibah Pemerintah Daerah kepada Lembaga
Non-Pemerintah Berbadan hukum yang melaksanaan
kegiatan membantu Pemda mencapai target pelayanan
pada orang dengan TBC / pasien tuberculosis

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

28
29

4 1.02.02.2.02.41 Semua Belanja pengadaan/penyediaan/pelaksanaan:


Pengelolaan Pelayanan BMHP, Obat, Alat, Biaya Operasional untuk melaksanakan
Kesehatan Orang dengan promosi, pencegahan, melayani orang dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS (ODHA) (ODHA)/telah didiagnosa dan selama masih menderita
HIV/AIDS; sejak pendataan/ surveilance, pelaksanaan
pemeriksaan fisik dan laboratorium, sampai dengan
pelaporan; dialokasikan pada Sub-Kegiatan ini (termasuk
hibah Pemerintah Daerah kepada Lembaga Non-
Pemerintah Berbadan hukum yang melaksanaan kegiatan
membantu Pemda mencapai target pelayanan pada orang
dengan HIV /pasien HIV-AIDS
5 1.02.02.2.02.42 Semua Belanja pengadaan/penyediaan/pelaksanaan:
Pengelolaan Pelayanan BMHP, Obat, Alat, Biaya Operasional untuk melaksanakan
Kesehatan Malaria promosi, pencegahan, melayani orang dengan Malaria
(sejak berisiko sampai didiagnosa dan selama masih
menderita Malaria); sejak pendataan/ surveilance,
pelaksanaan pemeriksaan fisik dan laboratorium, sampai
dengan pelaporan; dialokasikan pada Sub-Kegiatan ini
(termasuk hibah Pemerintah Daerah kepada Lembaga
Non-Pemerintah Berbadan hukum yang melaksanaan
kegiatan membantu Pemda mencapai target pelayanan
pada pencegahan dan pengendalian malaria.

Seluruh lima nomenklatur untuk ATM tersebut diatas telah tersedia pada aplikasi SIPD
Kemendagri dan agar digunaka oleh Dinas Kesehatan sesuai definisi operasional
tersebut diatas.

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria ke dalam Dokumen RKPD


Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria diintegrasikan ke
dalam dokumen RKPD Provinsi maupun RKPD Kabupaten/Kota. Penyusunan rencana
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria yang dimuat dalam
dokumen RKPD dilakukan pada saat perumusan dan penyusunan pada pada Bab II, Bab IV,
Bab V, Bab VI sebagai berikut:
Bab II. Gambaran Umum Kondisi Daerah, dalam bab ini menyajikan kondisi umum
daerah, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan/sub kegiatan RKPD sampai tahun
berjalan dan realisasi RPJMD, serta permasalahan pembangunan daerah. Pada sub bab
gambaran umum kondisi daerah, bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan
secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi
dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Pada aspek
indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah terkait urusan bidang kesehatan, agar
disajikan data/informasi dan analisis deskripsi mengenai capaian kinerja khususnya terkait
dengan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria oleh Pemerintah
Daerah, menggunakan data series minimal 3 tahun terakhir.
Dalam bab ini juga diuraikan sub bab terkait hasil evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan/sub kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan realisasi RPJMD. Hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan/sub kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan
realisasi RPJMD terkait pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan
Malaria disajikan pada Tabel 9 untuk provinsi dan Tabel 10 untuk kabupaten/kota.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


29
28
28

Tabel 9 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun Berjalan Provinsi ……………….
Urusan/Bidang Target Tingkat
Realisasi
Urusan Indikator Kinerja Realisasi Kinerja dan Tingkat Capaian Realisasi Capaian
Capaian Kinerja Capaian Kinerja Perangkat
Pemerintahan Program Capaian Anggaran Kinerja dan Kinerja dan Kinerja &
RPJMD pada dan Anggaran Daerah
No. Kode Daerah dan (outcome)/ Kinerja RKPD RKPD Tahun Realisasi Anggaran Realisasi Ket.
Tahun .... (Akhir RKPD yang Penanggung
Program/ Kegiatan/Sub s/d Tahun berjalan yg Anggaran RKPD RKPD s/d Anggaran
Periode RPJMD) Dievaluasi Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan (output) Lalu (n-2) dievaluasi (%) Tahun n-1 RPJMD s/d
(tahun n-1)
Kegiatan (tahun n-1) Tahun n-1 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9=6/7x100 10=6+8 11=10/5x100 12 13
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan Contoh indikator
UKP dan UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian
akibat
Tuberkulosis (per
100.000
penduduk)
Angka
keberhasilan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

28
29

pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita
penyakit DBD
Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …
1 02 02 Kegiatan
1.02 Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
1 02 02 Sub Kegiatan Contoh indikator
1.02 11 Pengelolaan sub kegiatan
Pelayanan untuk HIV/AIDS:
Kesehatan
Penyakit Menular
dan Tidak
Menular
Cakupan
Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan
penemuan kasus
HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Cakupan skrining
HIV pada ibu
hamil
Dst …
Contoh indikator
sub kegiatan
untuk
Tuberkulosis:

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


29
30
30

Cakupan
pemberian TPT
anak usia
Cakupan
pemberian TPT
anak usia5-14
tahun
Cakupan
pemberian TPT
pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang
sudah
melaksanakan
pengendalian
infeksi
tuberkulosis
secara terpadu
Dst …
Contoh indikator
sub kegiatan
untuk Malaria:
Proporsi suspek
malaria yang
dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/
RDT)
Proporsi kasus
yang
mendapatkan
Pengobatan
standar
Proporsi ibu
hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita
sakit yg
diskrining malaria
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan
agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP
Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

30
31

- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.

Tabel 10 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun Berjalan Kabupaten/Kota ……………….
Urusan/Bidang Target Tingkat
Realisasi
Urusan Indikator Kinerja Realisasi Kinerja dan Tingkat Capaian Realisasi Capaian
Capaian Kinerja Capaian Kinerja Perangkat
Pemerintahan Program Capaian Anggaran Kinerja dan Kinerja dan Kinerja &
RPJMD pada dan Anggaran Daerah
No. Kode Daerah dan (outcome)/ Kinerja RKPD RKPD Tahun Realisasi Anggaran Realisasi Ket.
Tahun .... (Akhir RKPD yang Penanggung
Program/ Kegiatan/Sub s/d Tahun berjalan yg Anggaran RKPD RKPD s/d Anggaran
Periode RPJMD) Dievaluasi Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan (output) Lalu (n-2) dievaluasi (%) Tahun n-1 RPJMD s/d
(tahun n-1)
Kegiatan (tahun n-1) Tahun n-1 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9=6/7x100 10=6+8 11=10/5x100 12 13
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan Contoh indikator
UKP dan UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


31
32
32

Tingkat kematian
akibat
Tuberkulosis (per
100.000
penduduk)
Angka
keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita
penyakit DBD
Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …
1 02 02 Kegiatan
2.02 Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi

1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang


2.02 11 Pengelolaan terduga
Pelayanan Tuberkulosis
Kesehatan Orang yang
Terduga mendapatkan
Tuberkulosis pelayanan
kesehatan
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang
2.02 12 Pengelolaan berisiko terinfeksi
Pelayanan HIV yang
Kesehatan Orang mendapatkan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

32
33

Berisiko pelayanan
Terinfeksi HIV kesehatan

1 02 02 Sub Kegiatan Contoh indikator


2.02 25 Pengelolaan kegiatan untuk
Pelayanan HIV/AIDS:
Kesehatan
Penyakit Menular
dan Tidak
Menular
Cakupan
Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan
penemuan kasus
HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Cakupan skrining
HIV pada ibu
hamil
Dst …

Contoh indikator
kegiatan untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
pemberian TPT
anak usia
Cakupan
pemberian TPT
anak usia5-14
tahun
Cakupan
pemberian TPT
pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang
sudah
melaksanakan
pengendalian
infeksi
tuberkulosis
secara terpadu
Dst …

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


33
34
34

Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Proporsi suspek
malaria yang
dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/
RDT)
Proporsi kasus
yang
mendapatkan
Pengobatan
standar
Proporsi ibu
hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita
sakit yg
diskrining malaria
Dst …

1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah ODHA


2.02 xx Pengelolaan yang Dilayani*)
Pelayanan
Kesehatan Orang
dengan HIV/AIDS
(ODHA) *)
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah Orang
2.02 xx Pengelolaan dengan
Pelayanan Tuberkulosis
Kesehatan Orang yang Dilayani*)
dengan
Tuberkulosis*)
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang
2.02 xx Pengelolaan terduga Malaria
Pelayanan yagn ditegakkan
Kesehatan diagnosis
Malaria*)
Penderita Malaria
yang dilayani
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86
Tahun 2017.
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

34
35

- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
- *) = Sedang dalam proses verifikasi dan pemutakhiran kodefikasi dan nomenklatur sub kegiatan.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


35
35

Bab IV. Sasaran dan Prioritas Pembangunan Daerah, dalam bab ini agar
dikemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah
berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan
capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi permasalahan ditingkat
daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.
Terkait dengan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria,
dalam bab ini agar memasukkan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan menjadi
salah satu prioritas bidang dalam pembangunan daerah tahun berkenaan (yang akan
dijadikan sebagai dasar untuk memasukkan upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, khususnya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis,
dan Malaria ke dalam Rencana Kerja dan Pendanaan Daerah), pada bab selanjutnya,
yaitu pada Bab VI.
Bab VI. Rencana Kerja dan Pendanaan Daerah, dalam bab ini agar
dikemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan/sub kegiatan prioritas
daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun
rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. Rencana
program dan kegiatan/sub kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan
masyarakat. Dengan demikian dalam bab ini agar memuat program dan kegiatan/sub
kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPJMD (dalam RPJMD masih pada level
indikator outcome) disertai dengan indikator kinerja, pagu indikatif, target, perangkat
daerah penanggung jawab urusan bidang Kesehatan, khusunya terkait pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, yang dituangkan dalam
matriks/tabel Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Prioritas yang
disertai Kebutuhan Pendanaan pada tahun berkenaan, sebagai berikut.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


35
36
36

Tabel 11 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub KegiatanPrioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Provinsi Tahun …….
Indikator Kinerja Indikator Kinerja
Pagu
Urusan/Bidang Urusan Program Perkiraan
Indikatif Keterangan
Pemerintahan Prioritas Sasaran (Outcomes)/Kegiatan/Sub Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Kode Lokasi (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Daerah Daerah Kegiatan (Output)
Kegiatahn Tolak
Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Target
Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan UKP dan Contoh indikator
UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani terapi
ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan
dan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian
akibat Tuberkulosis
(per 100.000
penduduk)
Angka keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan penemuan
dan penanganan
penderita penyakit
DBD

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

36
37

Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …

01 02 02 Kegiatan Penyediaan Layanan


1.02 Kesehatan untuk UKP Rujukan,
UKM dan UKM Rujukan
Tingkat Daerah Provinsi
01 02 02 Pengelolaan Pelayanan Contoh indikator sub
1.02 11 Kesehatan Penyakit Menular kegiatan untuk
dan Tidak Menular
HIV/AIDS:
Cakupan
Pemeriksaan (Tes)
HIV
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan
ARV
Cakupan skrining HIV
pada ibu hamil
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk
Tuberkulosis:
Cakupan pemberian
TPT anak usia
Cakupan pemberian
TPT anak usia5-14
tahun
Cakupan pemberian
TPT pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang
sudah melaksanakan
pengendalian infeksi
tuberkulosis secara
terpadu
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk
Malaria:
Proporsi suspek
malaria yang
dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/ RDT)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


37
38
38

Proporsi kasus yang


mendapatkan
Pengobatan standar
Proporsi ibu hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita sakit
yg diskrining malaria
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.

Tabel 12 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Kabupaten/Kota Tahun ……
Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu
Urusan/Bidang Urusan Perkiraan
(Outcomes)/Kegiatan/Sub Indikatif Keterangan
Pemerintahan Prioritas Sasaran Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Kode Lokasi Kegiatan (Output) (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Daerah Daerah
Tolak
Kegiatahn Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Target
Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan UKP dan Contoh indikator
UKM program untuk HIV/AIDS:
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on ART
di periksa Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan dan
pengobatan Tuberkulosis
(%)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

38
39

Tingkat kematian akibat


Tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
Angka keberhasilan
pengobatan Tuberkulosis
(%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk Malaria:
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
penyakit DBD
Angka kejadian Malaria
Tingkat kematian akibat
malaria
Dst …

01 02 02 Kegiatan Penyediaan Layanan


2.02 Kesehatan untuk UKP Rujukan,
UKM dan UKM Rujukan
Tingkat Daerah
Kabupaten/Kota
1 02 02 Sub Kegiatan Pengelolaan Jumlah orang terduga
2.02 11 Pelayanan Kesehatan Tuberkulosis yang
Orang Terduga mendapatkan pelayanan
Tuberkulosis kesehatan
1 02 02 Sub Kegiatan Pengelolaan Jumlah orang berisiko
2.02 12 Pelayanan Kesehatan terinfeksi HIV yang
Orang Berisiko Terinfeksi mendapatkan pelayanan
HIV kesehatan
01 02 02 Pengelolaan Pelayanan Contoh indikator sub
2.02 25 Kesehatan Penyakit Menular kegiatan untuk HIV/AIDS:
dan Tidak Menular
Cakupan Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan
ARV
Cakupan skrining HIV
pada ibu hamil
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk
Tuberkulosis:
Cakupan pemberian TPT
anak usia
Cakupan pemberian TPT
anak usia5-14 tahun

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


39
40
40

Cakupan pemberian TPT


pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang sudah
melaksanakan
pengendalian infeksi
tuberkulosis secara
terpadu
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk Malaria:
Proporsi suspek malaria
yang dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/ RDT)
Proporsi kasus yang
mendapatkan
Pengobatan standar
Proporsi ibu hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita sakit yg
diskrining malaria
Dst …
1 02 02 Sub Kegiatan Pengelolaan Jumlah ODHA yang
2.02 xx Pelayanan Kesehatan Dilayani*)
Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) *)
1 02 02 Sub Kegiatan Pengelolaan Jumlah Orang dengan
2.02 xx Pelayanan Kesehatan Tuberkulosis yang
Orang dengan Dilayani*)
Tuberkulosis*)
1 02 02 Sub Kegiatan Pengelolaan Jumlah orang terduga
2.02 xx Pelayanan Kesehatan Malaria yagn ditegakkan
Malaria*) diagnosis
Penderita Malaria yang
dilayani
Dst …

Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

40
41

- *) = Sedang dalam proses verifikasi dan pemutakhiran kodefikasi dan nomenklatur sub kegiatan.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


41
35

Bab VII. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dalam bab ini agar
memasukkan indikator terkait pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis,
dan Malaria ke dalam indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang
akan ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Daerah (IKD) disertai dengan target yang
harus dicapai pada tahun berkenaan. Indikator kinerja yang akan digunakan menjadi
indikator kinerja daerah adalah indikator kinerja level dampak (impact) dan level hasil
yang diharapkan (outcome).

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dalam Renja Dinas Kesehatan


Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria
diintegrasikan/internalisasi ke dalam dokumen Renja Dinas Kesehatan Provinsi maupun
Renja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penyusunan rencana pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria yang dimuat dalam dokumen
Renja Dinas Kesehatan dilakukan pada saat perumusan dan penyusunan pada Bab II,
Bab III, dan Bab IV sebagai berikut:
Bab II. Hasil Evaluasi Renja Dinas Kesehatan Tahun Lalu, dalam bab ini agar
manyajikan/memuat kajian (review) terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Renja Dinas
Kesehatan tahun lalu (tahun n-2) dan perkiraan capaian tahun berjalan (tahun n-1),
terkait dengan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, khususnya pencegahan
dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria oleh Dinas Kesehatan yang
mengacu pada APBD tahun berjalan yang seharusnya pada waktu penyusunan Renja
Dinas Kesehatan sudah disahkan. Selanjutnya dikaitkan dengan pencapaian target
Renstra Dinas Kesehatan berdasarkan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan Renja
Dinas Kesehatan tahun-tahun sebelumnya, khususnya terkait dengan pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria. Selanjutnya hasil evaluasi
tersebut disajikan pada tabel/matriks Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja
Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan sampai dengan tahun
berjalan (n-1), sebagai berikut:

Tabel 13 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi (s.d. tahun n-1)
Perkiraan Realisasi
Capaian Target
Realisasi Target dan Realisasi Kinerja Program
Renstra Perangkat
Target dan Kegiatan Tahun Lalu (n-2)
Target Daerah s/d tahun
Kinerja Target
Kinerja berjalan
Hasil program
Capaian Realisasi
Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Program dan
Program Capaian
Pemerintahan Program dan kegiatan
Kode (Renstra Target Realisasi Program Tingkat
Daerah/Program/Kegiatan/Sub (Outcomes)/Kegiatan Keluaran (Renja
Perangkat Renja Renja dan Capaian
Kegiatan (Output) Kegiatan Tingkat Perangkat
Daerah) Perangkat Perangkat Kegiatan Realisasi
s/d Realisasi Daerah
Tahun Daerah Daerah s/d Target
dengan (% tahun n-1
....... tahun (n- tahun (n- tahun Renstra
tahun
2) 2) berjalan (%)
(n-3)
(tahun
n-1)
01 Urusan Wajib
01 Bidang Kesehatan
02
01 Program Pemenuhan UKP dan Persentase ODHA
02 UKM yang menjalani
02
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


35
36
36

01 Kegiatan Penyediaan Layanan


02 Kesehatan untuk UKP Rujukan,
02 UKM dan UKM Rujukan
1.02 Tingkat Daerah Provinsi
01 Pengelolaan Pelayanan Cakupan
02 Kesehatan Penyakit Menular Pemeriksaan
02 dan Tidak Menular
(Tes) HIV
1.02
11
Cakupan
penemuan kasus
HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Dst…

Tabel 14 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan


Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (s.d. tahun n-1)
Perkiraan Realisasi
Capaian Target
Realisasi Target dan Realisasi Kinerja Program
Renstra Perangkat
Target dan Kegiatan Tahun Lalu (n-2)
Target Daerah s/d tahun
Kinerja Target
Kinerja berjalan
Hasil program
Capaian Realisasi
Indikator Kinerja Program dan
Urusan/Bidang Urusan Program Capaian
Program dan kegiatan
Kode Pemerintahan (Renstra Target Realisasi Program Tingkat
(Outcomes)/Kegiatan Keluaran (Renja
Daerah/Program/Kegiatan Perangkat Renja Renja dan Capaian
(Output) Kegiatan Tingkat Perangkat
Daerah) Perangkat Perangkat Kegiatan Realisasi
s/d Realisasi Daerah
Tahun Daerah Daerah s/d Target
dengan (% tahun n-1
....... tahun (n- tahun (n- tahun Renstra
tahun
2) 2) berjalan (%)
(n-3)
(tahun
n-1)
01 Urusan Wajib
01 Bidang Kesehatan
02
01 Program Pemenuhan UKP Persentase ODHA
02 dan UKM yang menjalani
02
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …

01 Kegiatan Penyediaan
02 Layanan Kesehatan untuk
02 UKP Rujukan, UKM dan
2.02 UKM Rujukan Tingkat
Daerah Kabupaten/Kota
01 Pengelolaan
02 Pelayanan Kesehatan
02
Orang Terduga
2.02
11 Tuberkulosis
01 Pengelolaan Cakupan
02 Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan
02
Orang dengan Risiko (Tes) HIV
2.02
12 Terinfeksi HIV
01 Pengelolaan Pelayanan Cakupan
02 Kesehatan Penyakit penemuan kasus
02 Menular dan Tidak
HIV (ODHA)
2.02 Menular
25
Cakupan
pengobatan ARV
Dst…

Pada sub bab ini juga disajikan hasil kajian terhadap capaian kinerja pelayanan
Dinas Kesehatan berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam NSPK dan
SPM, maupun terhadap IKK (Indikator Kinerja Kunci), khususnya terkait dengan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

36
37

pencegahan dan pengendalian penyakit menular HIV/AIDS, Tuberkulosi, dan Malaria


sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 yang disajikan pada
tabel/matriks Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan dan disajikan pula
Tabel Review terhadap Rancangan Awal RKPD Provinsi/Kabupaten/Kota,
sebagai berikut:

Tabel 15 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota


Realisasi
Indikator Target Renstra Dinas Kesehatan Proyeksi
Capaian Catatan
No. Indikator NSPK SPM/Standar IKK
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Analisis
Nasional
n-2 n-1 n n+1 n-2 n-1 n n+1
Insidensi HIV
(per 1.000
penduduk
yang tidak
terinfeksi HIV
Insiden Sifilis
(per 1.000
penduduk
tidak
terinfeksi)
Angka
kematian
akibat
HIV/AIDS per
100.000
penduduk
Persentase Persentase
ODHA yang ODHA yang
menjalani menjalani
terapi ARV terapi ARV
(ODHA on (ODHA on
ARV) ARV)
Angka Dst …
kematian
akibat
HIV/AIDS per
100.000
penduduk
Cakupan
ODHA on
ART di
periksa Viral
Load
Dst …

Cakupan Cakupan
Pemeriksaan Pemeriksaan
(Tes) HIV (Tes) HIV
Cakupan Cakupan
penemuan penemuan
kasus HIV kasus HIV
(ODHA) (ODHA)
Cakupan Dst…
pengobatan
ARV
Dst…

Tabel 16 Review terhadap Rancangan Awal RKPD Provinsi/Kabupaten/Kota


Catatan
Rancangan Awal RKPD Hasil Analisis Kebutuhan
Penting
Pagu Kebutuhan
No. Program/
Indikator Target Indikatif Program/ Indikator Target Dana (Rp
Kegiatan/Sub Lokasi Lokasi
Kinerja Capaian (Rp Kegiatan Kinerja Capaian 000)
Kegiatan
000)
Program Persentase Program Persentase
Pemenuhan ODHA yang Pemenuhan ODHA yang
UKP dan UKM UKP dan UKM
menjalani menjalani
terapi ARV terapi ARV
(ODHA on (ODHA on
ARV) ARV)
Angka Angka
kematian kematian
akibat akibat

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


37
38
38

HIV/AIDS HIV/AIDS
per per
100.000 100.000
penduduk penduduk
Cakupan Cakupan
ODHA on ODHA on
ART di ART di
periksa Viral periksa Viral
Load Load
Dst … Dst …
Kegiatan Kegiatan
Penyediaan Penyediaan
Layanan Layanan
Kesehatan Kesehatan
untuk UKP untuk UKP
Rujukan, UKM Rujukan, UKM
dan UKM dan UKM
Rujukan Tingkat Rujukan Tingkat
Daerah Daerah
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Pengelolaan Cakupan Pengelolaan Cakupan
Pelayanan Pemeriksaan Pelayanan Pemeriksaan
Kesehatan Kesehatan
(Tes) HIV (Tes) HIV
Penyakit Penyakit
Menular dan Menular dan
Tidak Menular Tidak Menular
Cakupan Cakupan
penemuan penemuan
kasus HIV kasus HIV
(ODHA) (ODHA)
Cakupan Cakupan
pengobatan pengobatan
ARV ARV
Dst… Dst…
Catatan: Review terhadap Rancangan Awal RKPD anatara lain juga terkait penjelasan temuan-
temuan setelah proses tersebut dan catatan penting terhadap perbedaan dengan rancangan awal RKPD,
misalnya: terdapat rumusan program dan kegiatan baru yang tidak terdapat di rancangan awal RKPD,
atau program dan kegiatan cocok namun besarannya berbeda.

Bab III. Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
dikemukakan telaahan terhadap kebijakan nasional yang menyangkut arah kebijakan
dan prioritas pembangunan nasional dan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Dinas Kesehatan. Pada bab ini juga dilakukan perumusan tujuan dan sasaran didasarkan
atas rumusan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan yang
dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra Dinas Kesehatan, khususnya terkait
dengan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosi, dan Malaria.
Selanjutnya dalam bab ini disertai juga rumusan rencana program dan kegiatan yang
sebenarnya juga telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kesehatan, selanjutnya
disajikan pada tabel Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas
Kesehatan sebagai berikut:

Tabel 17 Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi
Perkiraan Maju
Urusan/Bidang Urusan Rencana Tahun …… (Tahun Rencana)
Indikator Kinerja Program Rencana Tahun …..
Pemerintahan Catatan
Kode (Outcomes)/Kegiatan/Sub Target Kebutuhan Kebutuhan Target Kebutuhan
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Pneting
Kegiatan (Output) Lokasi Capaian Dana/Pagu Sumber Capaian Dana/Pagu
Kegiatan
Kinerja Indikatif Dana Kinerja Indikatif
01 Urusan Wajib
01 Bidang Kesehatan
02
01 Program Pemenuhan UKP dan Persentase ODHA yang
02 UKM menjalani terapi ARV
02
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on ART di
periksa Viral Load
Dst …

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

38
39
Perkiraan Maju
Urusan/Bidang Urusan Rencana Tahun …… (Tahun Rencana)
Indikator Kinerja Program Rencana Tahun …..
Pemerintahan Catatan
Kode (Outcomes)/Kegiatan/Sub Target Kebutuhan Kebutuhan Target Kebutuhan
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Pneting
Kegiatan (Output) Lokasi Capaian Dana/Pagu Sumber Capaian Dana/Pagu
Kegiatan
Kinerja Indikatif Dana Kinerja Indikatif

01 Kegiatan Penyediaan Layanan


02 Kesehatan untuk UKP Rujukan,
02 UKM dan UKM Rujukan
1.02 Tingkat Daerah Provinsi
01 Pengelolaan Pelayanan Cakupan Pemeriksaan
02 Kesehatan Penyakit Menular (Tes) HIV
02 dan Tidak Menular
1.02
11
Cakupan penemuan kasus
HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan ARV
Dst…

Tabel 18 Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota
Perkiraan Maju
Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Rencana Tahun …… (Tahun Rencana)
Rencana Tahun …..
Pemerintahan Program Catatan
Kode Target Kebutuhan Kebutuhan Target Kebutuhan
Daerah/Program/Kegiatan/Sub (Outcomes)/Kegiatan/Sub Pneting
Lokasi Capaian Dana/Pagu Sumber Capaian Dana/Pagu
Kegiatan Kegiatan (Output)
Kinerja Indikatif Dana Kinerja Indikatif
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 Program Pemenuhan UKP dan Persentase ODHA
02 UKM yang menjalani terapi
ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Dst …

01 02 Kegiatan Penyediaan Layanan


02 Kesehatan untuk UKP Rujukan,
2.02 UKM dan UKM Rujukan
Tingkat Daerah
Kabupaten/Kota
01 02 Pengelolaan Pelayanan
02 Kesehatan Orang Terduga
2.02
Tuberkulosis
11
01 02 Pengelolaan Pelayanan Cakupan
02 Kesehatan Orang dengan Pemeriksaan (Tes)
2.02
Risiko Terinfeksi HIV HIV
12
01 02 Pengelolaan Pelayanan Cakupan penemuan
02 Kesehatan Penyakit Menular kasus HIV (ODHA)
2.02 dan Tidak Menular
25
Cakupan pengobatan
ARV
Dst…

Bab IV. Rencana Kerja dan Pendanaan Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
memuat program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kesehatan
beserta indikator kinerja, pagu indikatif, dan target, khusunya terkait pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, yang disajikan dalam
tabel/matriks Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan dan Pendanaan Dinas
Kesehatan pada tahun berkenaan, sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


39
40
40

Tabel 19 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kesehatan Provinsi
Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu
Perkiraan
(Outcomes)/Kegiatan/Sub Kegiatan Keluaran Sub Hasil Sub Indikatif Keterangan
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Prioritas Sasaran Hasil Program Maju (Rp
Kode Lokasi (Output) Kegiatan Kegiatan (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Kegiatahn Daerah Daerah
Tolak Tolak Tolak
Target Target Target
Ukur Ukur Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 Program Pemenuhan UKP dan UKM Contoh indikator program untuk
02 HIV/AIDS:
Persentase ODHA yang menjalani
terapi ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian akibat HIV/AIDS
per 100.000 penduduk
Cakupan ODHA on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan dan
pengobatan Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian akibat
Tuberkulosis (per 100.000
penduduk)
Angka keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit
DBD
Angka kejadian Malaria
Tingkat kematian akibat malaria
Dst …

01 02 Kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan


02 untuk UKP Rujukan, UKM dan UKM
1.02 Rujukan Tingkat Daerah Provinsi
01 02 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Contoh indikator sub kegiatan
02 Penyakit Menular dan Tidak Menular untuk HIV/AIDS:
1.02
11

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

40
41

Cakupan Pemeriksaan (Tes) HIV


Cakupan penemuan kasus HIV
(ODHA)
Cakupan pengobatan ARV
Cakupan skrining HIV pada ibu
hamil
Dst …
Contoh indikator sub kegiatan
untuk Tuberkulosis:
Cakupan pemberian TPT anak usia
Cakupan pemberian TPT anak
usia5-14 tahun
Cakupan pemberian TPT pada
ODHA
Cakupan layanan kesehatan yang
sudah melaksanakan
pengendalian infeksi tuberkulosis
secara terpadu
Dst …
Contoh indikator sub kegiatan
untuk Malaria:
Proporsi suspek malaria yang
dikonfirmasi laboratorium
(Mikroskopis/ RDT)
Proporsi kasus yang mendapatkan
Pengobatan standar
Proporsi ibu hamil yg diskrining
malaria
Proporsi balita sakit yg diskrining
malaria
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.

Tabel 20 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


41
42
42

Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu


Perkiraan
Pemerintahan Prioritas Sasaran (Outcomes)/Kegiatan/Sub Indikatif Keterangan
Kode Lokasi Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Daerah/Program/Kegia Daerah Daerah Kegiatan (Output) (Rp)
tan/Sub Kegiatahn Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan Contoh indikator
UKP dan UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on ART
di periksa Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian akibat
Tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
Angka keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk Malaria:
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
penyakit DBD
Angka kejadian Malaria
Tingkat kematian akibat
malaria
Dst …

01 02 02 Kegiatan Penyediaan
2.02 Layanan Kesehatan
untuk UKP Rujukan,
UKM dan UKM Rujukan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

42
43

Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu


Perkiraan
Pemerintahan Prioritas Sasaran (Outcomes)/Kegiatan/Sub Indikatif Keterangan
Kode Lokasi Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Daerah/Program/Kegia Daerah Daerah Kegiatan (Output) (Rp)
tan/Sub Kegiatahn Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target
Tingkat Daerah
Kabupaten/Kota
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang terduga
2.02 11 Pengelolaan Tuberkulosis yang
Pelayanan mendapatkan pelayanan
Kesehatan Orang kesehatan
Terduga
Tuberkulosis
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang berisiko
2.02 12 Pengelolaan terinfeksi HIV yang
Pelayanan mendapatkan pelayanan
Kesehatan Orang kesehatan
Berisiko Terinfeksi
HIV
01 02 02 Pengelolaan Pelayanan Contoh indikator sub
2.02 25 Kesehatan Penyakit kegiatan untuk
Menular dan Tidak
HIV/AIDS:
Menular
Cakupan Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan
ARV
Cakupan skrining HIV
pada ibu hamil
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk
Tuberkulosis:
Cakupan pemberian TPT
anak usia
Cakupan pemberian TPT
anak usia5-14 tahun
Cakupan pemberian TPT
pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang sudah
melaksanakan
pengendalian infeksi
tuberkulosis secara
terpadu
Dst …
Contoh indikator sub
kegiatan untuk Malaria:

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


43
44
44

Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu


Perkiraan
Pemerintahan Prioritas Sasaran (Outcomes)/Kegiatan/Sub Indikatif Keterangan
Kode Lokasi Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Daerah/Program/Kegia Daerah Daerah Kegiatan (Output) (Rp)
tan/Sub Kegiatahn Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target
Proporsi suspek malaria
yang dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/ RDT)
Proporsi kasus yang
mendapatkan
Pengobatan standar
Proporsi ibu hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita sakit yg
diskrining malaria
Dst …
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah ODHA yang
2.02 xx Pengelolaan Dilayani*)
Pelayanan
Kesehatan Orang
dengan HIV/AIDS
(ODHA) *)
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah Orang dengan
2.02 xx Pengelolaan Tuberkulosis yang
Pelayanan Dilayani*)
Kesehatan Orang
dengan
Tuberkulosis*)
1 02 02 Sub Kegiatan Jumlah orang terduga
2.02 xx Pengelolaan Malaria yagn ditegakkan
Pelayanan diagnosis
Kesehatan Malaria*)
Penderita Malaria yang
dilayani
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
- *) = Sedang dalam proses verifikasi dan pemutakhiran kodefikasi dan nomenklatur sub kegiatan.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

44
45

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria ke dalam Dokumen


Penganggaran Daerah

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria ke dalam RAPBD


Dokumen rencana penganggaran/keuangan daerah terdiri atas dokumen
Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS),
RAPBD serta RKA SKPD/OPD. Landasan hukum penyusunan RAPBD adalah UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan Permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dalam Pasal 17, UU No. 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa Penyusunan
Rancangan APBD (RAPBD) berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara. Selanjutnya, Pasal 18 menyebutkan bahwa Pemerintah
Daerah menyampaikan Kebijakan Umum APBD (KUA) tahun anggaran berikutnya
sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun
berjalan. DPRD membahas Kebijakan Umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah
Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
Kemudian berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Selanjutnya, pada Pasal 19, disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan RAPBD,
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau OPD selaku Pengguna Anggaran
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD)
tahun berikutnya. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) disusun
dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. RKA SKPD disertai
dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah
disusun. RKA SKPD disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan RKA SKPD disampaikan kepada pejabat
pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) tentang APBD tahun berikutnya.

Pasal 20, UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah


mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang APBD, disertai penjelasan
dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan
Oktober tahun sebelumnya. Pembahasan Rancangan Raperda tentang APBD dilakukan
sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. DPRD
dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Raperda tentang APBD. Pengambilan keputusan oleh DPRD
mengenai Raperda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD
terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
Apabila DPRD tidak menyetujui Raperda tersebut, untuk membiayai keperluan setiap
bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap
tahun dengan Peraturan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


45
46
46

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Proses perencanaan penganggaran di daerah


disajikan pada Gambar Berikut ini

Gambar 7 Alur Perencanaan dan Penggaran

Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan


RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD. Rancangan KUA memuat
kondisi ekonomi makro daerah; asumsi penyusunan APBD; kebijakan Pendapatan
Daerah; kebijakan Belanja Daerah; kebijakan Pembiayaan Daerah; dan strategi
pencapaian. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan: menentukan skala prioritas
pembangunan daerah; menentukan prioritas Program dan Kegiatan untuk masing-
masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan program nasional yang
tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Pusat setiap tahun; dan menyusun capaian
Kinerja, Sasaran, dan plafon anggaran sementara untuk masing-masing Program dan
Kegiatan/sub kegiatan. Kepala Daerah menyampaikan rancangan KUA dan rancangan
PPAS kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan Juli untuk dibahas dan
disepakati bersama antara Kepala Daerah dan DPRD. Kesepakatan terhadap rancangan
KUA dan rancangan PPAS ditandatangani oleh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD
paling lambat minggu kedua bulan Agustus. KUA dan PPAS yang telah disepakati
Kepala Daerah bersama DPRD menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam
menyusun RKA SKPD. Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Integrasi
HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dalam PPAS untuk daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota disajikan pada tabel berikut ini.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

46
47

Tabel 21 Plafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi
PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN
FLAFON PERKIRAAN
Sub Lokasi
Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Indikator Kinerja ANGGARAN MAJU
Kegiatan Sub KETERANGAN
Program SEMENTARA
Target Keluaran Target Keluaran Sub Target Kegiatan N+1 N+2
Hasil Program (Rp)
Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian

01 Urusan
Wajib
01 02
Bidang
Kesehatan
01 02 02 Persentase
Program ODHA yang
Pemenuhan menjalani
UKP dan terapi ARV
UKM (ODHA on ARV)
Angka
kematian akibat
HIV/AIDS per
100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di
periksa Viral
Load
Dst …
01 02 02 1.02
Kegiatan
Penyediaan
Layanan
Kesehatan
untuk UKP
Rujukan, UKM
dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
01 02 02
1.02 11
Pengelolaan
Pelayanan

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


47
48
48

Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak
Menular
Cakupan
Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan
penemuan
kasus HIV
(ODHA)
Cakupan
pengobatan
ARV
Dst…
Catatan: APBD disusun dengan mempedomani KUA PPAS yang didasarkan pada RKPD (Pasal 23 PP 12 Tahun 2019)

Tabel 22 Flafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Kabupaten/Kota
PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN FLAFON PERKIRAAN
Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Sub Kegiatan Indikator Kinerja Lokasi ANGGARAN MAJU
SEMENTARA KETERANGAN
Program Hasil Target Keluaran Target Keluaran Sub Target Sub N+ N
Program Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan (Rp) 1 +2

01 Urusan
Wajib
01 02
Bidang
Kesehatan
01 02 02 Persentase 01 02 02 2.02 01 02 02
Program ODHA yang Kegiatan 2.02 11
Pemenuhan menjalani Penyediaan Pengelolaan
UKP dan terapi ARV Layanan Kesehatan Pelayanan
UKM (ODHA on untuk UKP Rujukan, Kesehatan
ARV) UKM dan UKM Orang
Rujukan Tingkat

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

48
49

Daerah Terduga
Kabupaten/Kota Tuberkulosis
Angka 01 02 02 Cakupan
kematian 2.02 12 Pemeriksaan
akibat Pengelolaan (Tes) HIV
HIV/AIDS Pelayanan
per Kesehatan
100.000 Orang
penduduk Berisiko
Terinveksi HIV
Cakupan 01 02 02 Cakupan
ODHA on 2.02 25 penemuan
ART di Pengelolaan kasus HIV
periksa Viral Pelayanan (ODHA)
Load Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak Menular
Dst … Cakupan
pengobatan
ARV
Dst…

Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dalam Renja Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kesehatan
KUA dan PPAS yang telah disepakati Kepala Daerah bersama DPRD menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun RKA SKPD.
Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perLrndangundangan. RKA Dinas
Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan
pada Tabel 23 dan Tabel 24 berikut.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


49
50
50

Tabel 23 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN


REKAPITULASI
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
RKA-BELANJA
Provinsi : ……………….
SKPD
Tahun Anggaran : …………………
Organisasi : XXXX Dinas Kesehatan
Rekapitulasi Anggaran Belanja Berdasarkan Program dan Kegiatan
Jumlah
Tahun +
Tahun n
Sumber 1
Kode Uraian Lokasi Tahun-
Dana Belanja Jumlah
1 Biaya Belanja Belanja
Tidak
Operasional Modal Transfer
Terduga
01 Urusan Wajib
Bidang
01 02
Kesehatan
Program
01 02 02 Pemenuhan UKP
dan UKM
Kegiatan
Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
01 02 02 1.02
UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
Pengelolaan
Pelayanan
Kesehatan
01 02 02 1.02 11
Penyakit
Menular dan
Tidak Menular

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

50
51

Tabel 24 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Kabupaten/Kota

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN


REKAPITULASI
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
RKA-BELANJA
Kabupaten/Kota : ……………….
SKPD
Tahun Anggaran : …………………
Organisasi : XXXX Dinas Kesehatan
Rekapitulasi Anggaran Belanja Berdasarkan Program dan Kegiatan
Jumlah
Tah
Tahun n
un + 1
Sum Lok
Kode Uraian Tah Bia Juml
ber Dana asi Bela
un-1 ya Bela Bela ah
nja Tidak
Operasiona nja Modal nja Transfer
Terduga
l
Urusan
01
Wajib
Bidang
01 02
Kesehatan
Program
01 02 02 Pemenuhan UKP
dan UKM
Kegiatan
Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
01 02 02 2.02 UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah
Kabupaten/Kota
01 02 02 2.02
11
Pengelol
01 02 02 2.02 11 aan Pelayanan
Kesehatan Orang
Terduga
Tuberkulosis

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


51
52
52

01 02
02 2.02 12
Pengelol
01 02 02 2.02 12 aan Pelayanan
Kesehatan Orang
Berisiko
Terinveksi HIV
Pengelol
aan Pelayanan
Kesehatan
01 02 02 2.02 25
Penyakit Menular
dan Tidak
Menular

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

52
52
52

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

52
53

III Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS

Latar Belakang
Tahun 2030 merupakan agenda penting dalam upaya penyelesaian masalah endemi
AIDS/HIV. Meskipun angka kematian dan insiden HIV/AIDS telah menurun hampir 50%
sejak tahun 2000, agenda penyelesaian kasus HIV/AIDS masih jauh dari targetan realisasi
internasional. Pada tahun 2016, lebih dari 1 juta orang meninggal dunia karena HIV/AIDS6
dan hampir 2 juta orang terinfeksi HIV. 7 Komitmen berkelanjutan untuk mengatasi
HIV/AIDS sangat penting untuk mencapai tujuan ambisius mengakhiri AIDS pada tahun
2030 (ditetapkan oleh UNAIDS). Landasan utama dari tujuan ini dijalankan melalui target
90-90-90 dengan memastikan 90% orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) mengetahui
statusnya, 90% dari yang telah didiagnosis dengan HIV atau AIDS menjalankan terapi
antiretroviral (ART), dan berupaya menekan hingga 90% penyebaran virus pada pasien
yang memakai ART di tahun 2020. 8 Perawatan dan pengobatan yang efektif dan tepat
dalam penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya dalam upaya mengurangi kematian tetapi
juga memperlambat penularan virus, menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada agenda
untuk mengakhiri AIDS hingga tahun 2030.9

Indonesia pertama kali mendeteksi kasus HIV/AIDS pada tahun 1987 ketika seorang turis
asing di Bali terkonfirmasi positif HIV. 10 Pada tahun berikutnya pemerintah Indonesia
memulai surveilans sentinel sistematis terhadap pekerja seks di Jakarta dan Surabaya.
Dilanjutkan upaya, Kementerian Kesehatan RI membentuk Komite Penanggulangan AIDS
Nasional yang terdiri dari perwakilan multi sektoral dan lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan komitmen dalam pencegahan
dan pengurangan HIV dan AIDS, terutama setelah Krisis Ekonomi pada tahun 1998.
Dengan bantuan keuangan dari berbagai negara dan organisasi internasional, telah aktif
dilaksanakan program penuntasan kasus HIV/AID yang ditargetkan dijalankan di provinsi
dengan tingkat HIV dan AIDS tertinggi, misalnya DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur,
Jawa Barat, dan Papua11.

Upaya pencegahan AIDS di Indonesia difokuskan terutama pada kegiatan seperti


mendorong penggunaan kondom, pengurangan dampak buruk, pengobatan antiretroviral
(ARV), dan mempromosikan jenis pendidikan AIDS lainnya dengan penyebaran berbagai
Informasi, Edukasi, dan Komunikasi (IEC)12. Antara tahun 2007 dan 2010, lebih dari 200
pusat Konseling dan Pengujian (VCT) didirikan di 118 kota dan kabupaten di seluruh
Indonesia, dimana bersamaan dengan upaya layanan konseling, pengujian dan

6
James SL, Abate D, Abate KH, et al. Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with
disability for 354 diseases and injuries for 195 countries and territories, 1990–2017: a systematic analysis for the Global
Burden of Disease Study 2017. Lancet 2018; 392: 1789–858.
7
Dicker D, Nguyen G, Abate D, et al. Global, regional, and national age-sex-specific mortality and life expectancy,
1950–2017: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2017. Lancet 2018; 392: 1684–735.
8
UNAIDS. 90-90-90: An ambitious treatment target to help end the AIDS epidemic. October, 2014.
http://www.unaids.org/sites/ default/files/media_asset/90-90-90_en.pdf (accessed Feb 25, 2022).
9
Annie Haakenstad et al., Potential for additional government spending on HIV/AIDS in 137 low-income and middle-
income countries: an economic modelling study, www.thelancet.com/hiv Vol 6 June 2019
10
Elmendorf AE, Jensen ER, Pisani E. Evaluation of the World Bank's Assistance in Responding to the AIDS
Epidemic: Indonesia Case Study. Washington DC: World Bank; 2005.
11
National AIDS Commission (NAC). National Action Plan 2007–2010. Jakarta (Indonesia): NAC; 2007.
12
Widen E. Aid effectiveness in the Indonesian AIDS response. Amsterdam, Netherlands: Royal Tropical Institute
(KIT); 2008

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


53
54
54


penjangkauan disediakan oleh berbagai pihak baik pemerintah, maupun sektor swasta, dan
LSM.
Indonesia berupaya untuk mencapai ending
HIV/AIDS pada tahun 2030 sejalan dengan Upaya penting dalam
komitmen dengan negara lainnya di tingkat global. penyelesaian kasus
Pada Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan HIV/AIDS adalah
menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN)
Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS di
dengan menghilangkan
Indonesia sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan stigma terhadap ODHIV,
dan diharapkan dapat mengharmoniskan langkah sehingga akses
juang mencapai akhir AIDS pada tahun 2030. layanan kesehatan
Tantangan akses layanan, perilaku mencari obat untuk tes HIV,
(termasuk pengobatan ARV) oleh Orang dengan HIV termasuk, dan
(ODHIV), ketersediaan logistic baik ARV, obat
untuk infeksi Oportunistik, obat IMS dan reagen, pengobatan dapat “
diharapkan sudah dijelaskan dalam dokumen strategi, dijalankan dengan baik
intervensi dan kegiatan yang dituangkan dalam
RAN Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan
PIMS di Indonesia Tahun 2020-2024.

Prioritas Pendanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di Daerah

Kegiatan pencegahan dan pengendalian AIDS yang prioritas tetapi sering


menjadi gap / tidak ada pembiayaan nya oleh Pemerintah Provinsi
a. Penyediaan dan pembagian alat pencegahan yang efektif sesuai data
dan fakta seperti kondom, pelicin dan alat suntik steril bagi populasi
paling berisiko (Strategi 3 pada RAN)
b. Pelatihan dan dukungan bagi LSM/Komunitas untuk
pengorganisasian perubahan perilaku dan social di lokasi-lokasi
hotspot seperti lokalisasi, tempat hiburan malam, dll yang sifatnya
lintas kabupaten/kota sehingga akses pada layanan pencegahan dan
pengendalian semakin baik (Strategi 3 pada RAN)
c. Pemantauan dan penjaminan mutu pemeriksaan laboratorium sebagai
penunjang diagnosis AIDS khususnya Viral load (Strategi 2 pada
RAN)
d. Pelatihan dan aktivasi bagi Puskesmas untuk layanan kompherensive
bagi orang dengan HIV, termasuk layanan ARV (Strategi 2 pada
RAN)
e. Penguatan kepemimpinan daerah dan perencanaan sehingga sumber
daya pada pemerintah daerah dapat teralokasi pada intervensi yang
paling strategis dan pada gap intervensi strategis yang belum terbiayai
(Strategi 1 pada RAN)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

54
55

Kegiatan pencegahan dan pengendalian AIDS yang prioritas tetapi sering


menjadi gap / tidak ada pembiayaan nya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis HIV
yang memadai sehingga lebih banyak Puskesmas mampu melakukan
screening / test HIV (mengingat HIV adalah bagian dari SPM Kesehatan)
termasuk untuk pemeriksaan HIV di tempat kerja prioritas seperti Pelabuhan,
pekerja migran sector kontruksi/energi (Strategi 2 pada RAN)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kemitraan kegiatan pengendalian AIDS di antara dinas terkait,
misalnya peran dinas pariwisata untuk pencegahan dan pengendalian HIV-
AIDS di tempat hiburan malam, dinas ketertiban umum untuk lokalisasi /
lokasi, dll (Strategi 1 pada RAN)
c. Dukungan ekonomi (pelatihan, modal) untuk keluarga terdampak HIV/TB
termasuk pengganti transport untuk pengiriman obat dan kepatuhan berobat
bagi ODHIV / pasien ARV kurang mampu (Strategi 2 pada RAN)

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Provinsi untuk AIDS


a. Pengadaan alat pencegahan seperti kondom, pelicin dan alat suntik steril
(Strategi 2 pada RAN)
b. Pelaksanaan pelatihan dan penyediaan dukungan bagi LSM/Komunitas
untuk pengorganisasian perubahan perilaku dan social di lokasi-lokasi
hotspot seperti lokalisasi, tempat hiburan malam, dll yang sifatnya lintas
kabupaten/kota atau penyediaan tenaga community mobilizer untuk
pengorganisasian di daerah khususnya yang tidak ada dukungan GF ATM
(Strategi 2 pada RAN)
c. Pelatihan dan proses asistensi untuk aktivasi bagi Puskesmas untuk layanan
kompherensive bagi orang dengan HIV, termasuk layanan ARV (Strategi 2
pada RAN)

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Kabupaten/Kota untuk


AIDS (Daerah yang sudah didukung GF ATM)
a. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai sehingga semakin banyak puskesmas bisa screening/test (Strategi
2 pada RAN)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian AIDS di antara lembaga-lembaga
tingkat kabupaten terkait (Strategi 1 pada RAN)
c. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian AIDS, terkait dengan
peran dan tanggung jawab para pihak (Strategi 3 dan Strategi 2 pada RAN)
d. Memberikan materi edukasi pengendalian AIDS pada sektor kunci dan
sasaran relevan pada sektor kunci sesuai data / fakta factor risiko penularan
HIV (Strategi 3 dan Strategi 4 pada RAN)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


55
56
56

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Kabupaten/Kota untuk


AIDS (Daerah yang belum didukung GF ATM)
a. Penyediaan tenaga penjangkauan dan upaya edukasi kepada kelompok
berisiko untuk perubahan perilaku dan untuk mengikuti screening/testing
HIV (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
b. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai untuk screening/testing HIV di Puskesmas (Strategi 2 pada RAN)
c. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian AIDS di antara lembaga-lembaga
tingkat kabupaten terkait (Strategi 1 pada RAN)
d. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian AIDS, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama pihak kunci (Strategi 1 dan Strategi 3
RAN)
e. Memberikan materi edukasi pengendalian AIDS kepada masyarakat dengan
pemanfaatan media / teknologi informasi (Strategi 3 RAN)

Kegiatan prioritas di Tingkat Desa


a. Melakukan promosi dan edukasi gaya hidup sehat (PHBS) termasuk
pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti HIV/AIDS dan TBC
(Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
b. Memfasilitasi / melakukan pelacakan kasus yang putus berobat dan
dukungan untuk kepatuhan berobat
c. Memfasilitasi situasi kondusif tanpa diskriminasi untuk pencegahan dan
pengendalian HIV-AIDS

Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di Daerah


(berdasarkan kelompok intervensi utama)

Promosi Kesehatan
Edukasi yang efektif untuk pencegahan perilaku berisiko tertular dan menularkan
HIV pada masyarakat terutama kepada populasi kunci berisiko (Strategi 2 RAN)

Pencegahan;
a. Kegiatan efektif untuk perubahan perilaku dan social (BHC) terutama dalam
penggunaan alat pencegahan (kondom, pelicin, alat suntik steril) sehingga
tidak tertular HIV (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
b. Penyediaan alat pencegahan yang efektif dalam memutus penularan HIV
(kondom, pelicin, alat suntik steril) dalam jumlah yang memadai untuk
perubahan perilaku (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
c. Penjangkauan untuk edukasi pada populasi paling berisko dan pada sektor
kunci, tempat kerja berisiko seperti pekerja migran di sektor kontruksi,
sektor transportasi, dll (Strategi 1 dan Strategi 2 RAN)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

56
57

Surveillans;
a. Penemuan aktif kasus IMS dan HIV melalui screening/testing IMS dan HIV,
investigasi kontak/contact tracing dan notifikasi pasangan (Strategi 2 RAN)
b. Pencatatan dan pelaporan yang akurat dan mudah memanfaatkan teknologi
informasi (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
c. Pemetaan aktif pada populasi berisiko bersama lintas sektor (Strategi 4
RAN)
d. Survei resistensi obat (Strategi 2 RAN)

Penanganan Kasus
a. Pendampingan untuk kepatuhan minum obat ARV pasien ODHIV (Strategi
2 RAN)
b. Penemuan kasus loss follow up / berhenti mengikuti treatment ARV untuk
kembali pada kepatuhan minum obat (Strategi 2 RAN)
c. Penemuan kasus IMS dan pengobatan IMS sampai sembuh (Strategi 2 RAN)
d. Peningkatan jumlah Puskesmas layanan IMS dan HIV, termasuk layanan
ARV (Strategi 2 RAN)

Sistem Informasi
a. Perbaikan pencatatan dan pelaporan dari tingkat daerah (fasyankes)
termasuk pemanfaatan NIK (Strategi 4 dan Strategi 5 RAN)
b. Pemanfataan teknologi informasi untuk edukasi dan layanan kesehatan pada
kelompok paling berisiko / populasi kunci (Strategi 5 RAN)

Enabling Environment
a. Dukungan social ekonomi bagi ODHIV dengan keluarga kurang mampu
(Strategi 4 RAN)
b. Kesiapan fasyankes dan fasilitas layanan public untuk melayani tanpa
diskriminasi dan stigmatisasi (Strategi 4 RAN)

Pemberdayaan Masyarakat
Peningkatan peran masyarakat / komunitas (seperti lokalisasi, tempat hiburan
malam, dll) untuk perilaku sehat dan perilaku mencari pengobatan (Strategi 3 RAN)

Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian AIDS di Daerah (berdasarkan


urutan prioritas kegiatan)
Berikut ini adalah urutan kegiatan prioritas yang perlu dianggarkan di daerah
(pada Dinas Kesehatan) untuk pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS.
1. Kegiatan penemuan kasus HIV yang dilakukan antara lain melalui penjangkauan
kepada orang berisiko untuk mengikuti test, investigasi kontak dari orang dengan
HIV positive, edukasi/konseling untuk partner notifikasi dan ajakan test, kerja-
kerja edukasi dan mobilisasi test oleh kader kesehatan / UKBM (seperti
WPA/Warga Peduli AIDS), kegiatan edukasi dan penawaran test di tempat kerja
(yang patut diduga memiliki factor resiko seperti pada pekerja migran sektor
konstruksi, pekerja sektor perhubungan yang sering meninggalkan rumah) dan
lain-lain yang sifatnya berkaitan dengan output mengikuti HIV testing dan
peningkatan pemahaman informasi terkait HIV-AIDS
2. Penyediaan reagensia, bahan medis habis pakai dan bahan terkait sehingga HIV

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


57
58
58

screening/testing dapat dilaksanakan oleh daerah pada jumlah yang dibutuhkan.


Dalam situasi jumlah reagensia yang diberikan Pemerintah pusat (jika ada) tidak
memadai, Daerah agar menganggarkan pengadaan ini. Termasuk pada bagian ini
adalah perluasan jumlah puskesmas yang mampu melaksanakan screening/test
HIV sehingga idealnya seluruh Puskesmas mampu melakukan screening/test HIV
dengan rapid test. Untuk penyediaan komoditi ini maka seluruh biaya distribusi
nya sampai dengan ke unit fasyankes termasuk yang dibiayai.
3. Pelaksanaan berbagai kegiatan terkait dengan perubahan perilaku dan social
(behavior and social change / BSC) sehingga masyarakat/populasi kunci yang
memiliki risiko dapat menghilangkan risiko tertular/menularkan HIV. Perubahan
perilaku ini dapat yang sifatnya individual maupun kelompok/komunal, misalnya
perubahan perilaku komunitas lokalisasi dimana alat pencegahan seperti kondom
dapat diterima dan dianjurkan digunakan di area lokalisasi, atau perilaku
komunitas tempat hiburan malam untuk pemeriksaan kesehatan rutin bagi pekerja
yang memiliki / patut diduga berisiko terinfeksi HIV dan IMS lainnya. Termasuk
didalamnya adalah kerja-kerja kader kesehatan / penjangkau / community
organizer untuk adanya kesepakatan local yang kondusif bagi pencegahan dan
pengendalian risiko penularan HIV di tempat kerja (termasuk di perusahaan)
4. Penyediaan alat pencegahan (komoditas) yaitu kondom, pelicin, alat suntik steril,
dll sesuai / sejumlah yang diperlukan. Dalam situasi optimalisasi anggaran, maka
penyediaan ini dapat ditentukan sejumlah yang memadai untuk menciptakan
demand untuk penggunaan alat pencegahan ini.
5. Penyediaan obat dan bahan habis pakai bagi penanganan pasien IMS lainnya serta
biaya terkait pemberian layanan IMS yang dibutuhkan (misalnya layanan mobile
test dan pengobatan IMS ke lokalisasi, penyediaan materi KIE untuk IMS)
6. Pendampingan / pengkondisian sehingga ODHIV dapat memperoleh layanan
ARV di fasyankes serta mempertahankan pengobatannya. Pembiayaan kegiatan
ini termasuk misalnya pembiayaan pengantaran obat bagi ODHA tak mampu
(misal Ojek Antar ARV) bagi pasien yang memenuhi syarat serta biaya
pelaksanaan kegiatan untuk mengembalikan pasien putus ARV untuk kembali
menggunakan ARV.
7. Penyediaan biaya berkenaan dengan pelaksanaan test viral load bagi pasien ARV
yang membutuhkan.
8. Perbaikan atau peningkatan sistem pencatatan / pelaporan (surveillance)
pelaksanaan layanan HIV-AIDS termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi
9. Kegiatan yang berkenaan dengan unsur dan fungsi manajemen yang melekat pada
kewenangan Pemerintah Daerah seperti rapat-rapat koordinasi, pertemuan
perencanaan, kegiatan evaluasi-monitoring dan sejenisnya sesuai penjelasan pada
lampiran Undang Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
10. Peningkatan kesadaran (awaraness) masyarakat dan edukasi yang bersifat publik
/ masif terkait IMS dan HIV-AIDS sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu
untuk mencegah dan mencari layanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah
penggunaan medsos dan teknologi informasi sehingga kegiatan ini relative tidak
membutuhkan biaya besar atau menjadi bagian dari kurikulum di sekolah
(misalnya kurikulum kesehatan reproduksi).

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

58
59

Seluruh kegiatan diatas disusun berdasarkan urutan prioritas, jika terdapat


kegiatan yang telah dipenuhi oleh sumber dana lainnya (non APBD) maka pembiayaan
pada APBD pada prioritas berikutnya yang belum memiliki pembiayaan. Skala /
besaran pembiayaan disesuaikan dengan besaran masalah (jumlah populasi berisiko
yang ada) diwilayah tersebut. Berikut ini adalah urutan kegiatan prioritas yang perlu
dianggarkan di daerah (pada Perangkat Daerah berkenaan, non-Dinas
Kesehatan) untuk pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS.
1. Dukungan ekonomi bagi ODHIV kurang mampu (termasuk di dalamnya seperti
pelatihan keterampilan ekonomi, dukungan modal usaha awal, dll). Perlu
dilakukan sensitifikasi sehingga penerima bantuan ekonomi termasuk di dalamnya
kepada warga yang kurang mampu akibat/terkait dengan penyakit yang dialaminya.
2. Perlindungan dari tindak diskriminasi bagi ODHIV maupun populasi kunci serta
upaya untuk menurunkan stigmatisasi dalam masyarakat.
3. Pelaksanaan atau fasilitasi implementasi upaya pencegahan dan pengendalian HIV
dan IMS di dunia kerja, media (termasuk peningkatan peran aparatur
desa/kelurahan serta tokoh masyarakat).
4. Kegiatan untuk memastikan adanya dukungan dana desa/kelurahan bagi kerja-
kerja pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS di tingkat desa/kelurahan
(termasuk disini adalah pembiayaan kader kesehatan bersumber dana non-Dinas
Kesehatan.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


59
60
60

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

60
61

IV Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian


Tuberkulosis

Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di
seluruh dunia dan jauh lebih tinggi dari HIV/AIDS. TBC mempengaruhi lebih dari 10 juta
orang di seluruh dunia dan menyebabkan 1,4 juta kematian setiap tahunnya, menurut
laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan pada tahun 201913. Beban
penyakit tertinggi berada di Asia Tenggara dan Afrika, dimana Indonesia memiliki angka
kasus TB tahunan tertinggi kedua dari negara mana pun secara global. Pada tahun 2019
Indonesia gagal mencapai target angka keberhasilan pengobatan (TSR) yang ditetapkan
oleh WHO14. Kasus yang tidak berhasil diobati dapat berkontribusi pada resistensi obat,
dan sangat penting untuk mengoptimalkan pengobatan antimikobakteri untuk mengurangi


perkembangan resistensi TB15.
Indonesia merupakan salah satu dari
30 negara dengan beban Multidrug-resistant
tuberculosis (MDR-TB) yang tinggi di dunia.
Pada tahun 2018, tercatat 563.879 kasus TB
Indonesia merupakan 1
dalam program, dengan perkiraan 24.000 dari 30 negara yang
kasus TB MDR/RR (2,4% kasus baru dan gagal mengendalikan
13% pasien TB yang pernah diobati), namun TB bahkan merupakan
cakupan pengobatan hanya 67% 16 Hingga negara terbanyak kedua
2019, Manajemen terprogram layanan TB
Resistan Obat (PMDT) 17 di Indonesia telah
berkembang pada 198 Rumah
Sakit/Puskesmas yang melaksanakan layanan
dengan insiden kasus
TB terbanyak di Dunia

TB Resistan Obat dan 9754 lokasi satelit
pengobatan di 34 provinsi18
Indonesia memiliki insidensi TB yang tinggi, berbagai catatan studi telah
menunjukkan bahwa Indonesia diperparah dengan rendahnya fasilitas pengobatan TB.
Peran penyedia layanan kesehatan swasta dalam memberikan pelaynaan tuberculosis
terutaa dalam deteksi dini dan pelacakan kasus kurang optimal. Masih terdapat
kesenjangan terkait informasi mencari fasilitas pengobatan oleh pasien dan pola pencarian
pasien cenderung menghindari pengobatan medis19.

13
Soedarsono, et al., 2022 “Development of population pharmacokinetics model of isoniazid in
Indonesian patients with tuberculosis” International Journal of Infectious Diseases 117 (2022) 8–14
14 World Health Organization. Global Tuberculosis Report. Geneva, Switzerland: World Health

Organization; 2020 .
15
Lee CR , Cho IH , Jeong BC , Lee SH . Strategies to minimize antibiotic resistance. Int JEnviron Res
Public Health 2013;10(9):4274–305 .
16
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2019. WHO/CDS/TB/ 2019.15. Geneva:
World Health Organization; 2019.
17
Directorate General of Disease Prevention and Control. TB MDR [Internet]. Jakarta: Indonesian
Health Ministry; 2020 [cited 2020 Apr 8]. Available from: https://tbindo nesia.or.id/informasi/teknis/tb-mdr/.
18
Izhar, et al., 2021 Predictors and health-related quality of life with short form-36 for multidrug-resistant
tuberculosis patients in Jambi, Indonesia: A case-control study Clinical Epidemiology and Global Health 12
(2021) 100872
19
Lestari, et al., Patient pathways and delays to diagnosis and treatment of tuberculosis in an urban
setting in Indonesia The Lancet Regional Health - Western Pacific 5 (2020) 100059

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


61
62
62

Untuk itu peran aktif aktor pengambil kebijakan terutama pemerintahan di daerah
yang menangani urusan kesehatan sangat diperlukan. Peran aktif tersebut dapat dimulai
dengan mengintegrasikan dan memahami TB sebagian bagian penting dalam pelayanan
dasar bidang kesehatan dengan indikator penyelesaian endemi sebagai outcome akhirnya.
Dalam konteks yang demikian dirasa perlu untuk memperjelas arahan-arahan terkait
penyediaan program TB bagi daerah.

Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Di Daerah

Kegiatan pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis yang prioritas tetapi sering


menjadi gap / tidak ada pembiayaan nya oleh Pemerintah Provinsi
a. Melakukan koordinasi dan jejaring multiprogram/multisektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB antar instansi terkait di tingkat
provinsi (Strategi 5 StraNas)
b. Ketersediaan tenaga kesehatan dan peningkatan kapasitasnya dalam
pengendalian TB (Strategi 6 StraNas)
c. Pemantauan dan penjaminan mutu pemeriksaan laboratorium sebagai
penunjang diagnosis serta pemantauan pengobatan TBC (Strategi 2 StraNas)
d. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian TB, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama melalui antara lain workshop, pelatihan
wasor (Strategi 1 StraNas)

Kegiatan pencegahan dan pengendalian ATM yang prioritas tetapi sering menjadi gap /
tidak ada pembiayaan nya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai (Strategi 2 StraNas)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB di antara lembaga-lembaga tingkat
kabupaten terkait (Strategi 5 StraNas)
c. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian TB, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama melalui workshop, pelatihan nakes, dll
(Strategi 1 StraNas)

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Provinsi untuk Tuberkulosis


a. Memastikan tersedianya peralatan laboratorium, reagen dan penunjang
laboratorium lainnya yang memadai untuk uji diagnostik TB sebagai
penyangga aktivitas (Strategi 2 StraNas)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multiprogram/multisektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB antar instansi terkait di tingkat
provinsi (Strategi 5 StraNas)
c. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan dan peningkatan kapasitasnya
dalam pengendalian TB (Strategi 6 StraNas)
d. Pemantauan dan penjaminan mutu pemeriksaan laboratorium sebagai
penunjang diagnosis TB serta pemantauan pengobatan TBC. (Strategi 2
StraNas)
e. Pemantauan, evaluasi, dan bimbingan teknis pengendalian TB, peningkatan
surveilans TB di tingkat kabupaten (Strategi 2 StraNas)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

62
63

f. Pendanaan untuk kegiatan pengendalian TB, terkait dengan peran dan


tanggung jawab utama Pemerintah Daerah (Strategi 1 StraNas)

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Kabupaten/Kota untuk


Tuberkulosis (Daerah yang sudah didukung GF ATM)
a. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai (Strategi 2 StraNas)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB di antara lembaga-lembaga tingkat
kabupaten terkait (Strategi 5 StraNas)
c. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian TB, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama Pemerintah Daerah melalui workshop,
pelatihan bagi nakes, dan berbagai kebutuhan pelatihan lainnya, (Strategi 2
StraNas)
d. Memberikan materi edukasi pengendalian Tuberkulosis kepada masyarakat
/ sasaran kunci (Strategi 3 StraNas)

Kegiatan prioritas yang harus dianggarkan di tingkat Kabupaten/Kota untuk


Tuberkulosis (Daerah yang belum didukung GF ATM)
a. Penyediaan tenaga dan kegiatan operasional untuk investigasi kontak,
penjangakuan warga potensi berisiko TBC maupun
rekrutment/pemberdayaan kader kesehatan (Strategi 2 StraNas)
b. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai (Strategi 5 StraNas)
c. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB di antara lembaga-lembaga tingkat
kabupaten terkait (Strategi 5 StraNas)
d. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian TB, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama melalui workshop, pelatihan bagi nakes
((Strategi 2 StraNas)
e. Memberikan materi edukasi pengendalian Tuberkulosis kepada masyarakat
/ sasaran kunci (Strategi 3 StraNas)

Tingkat Desa
a. Melakukan kampanye dan promosi gaya hidup sehat (PHBS), diet seimbang,
serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular, termasuk HIV/AIDS
dan TB kepada masyarakat / sasaran kunci (Strategi 3 StraNas)
b. Pengadaan, pengembangan, perluasan, dan pemeliharaan prasarana
kesehatan di desa yang dapat digunakan sebagai tempat pencegahan,
promosi, dan skrining TB, mis. poliklinik desa, Posyandu,
Poskesdes/Polindes (Strategi 3 StraNas)
c. Pelacakan kasus yang putus berobat (Strategi 3 StraNas)
d. Pelacakan kasus kontak erat dengan TB (Strategi 3 StraNas)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


63
64
64

Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Daerah


(Berdasarkan Kelompok Intervensi)

Surveilans;
a. Penemuan aktif kasus TBC melalui kegiatan investigasi kontak (Strategi 3
StraNas)
b. Peningkatan ketaatan dan kualitas pencatatan dan pelaporan (Strategi 4
dan Strategi 6 StraNas)

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Maysarakat;


a. Optimalisasi kader kesehatan dalam penemuan kasus TBC (Strategi 3
StraNas)
b. Pendampingan ketaatan minum obat pasien TBC (Strategi 2 StraNas)

Pencegahan Penularan TBC


a. Peningkatan cakupan terapi pencegahan TBC (Strategi 3 StraNas)
b. Pemberdayaan masyarakat untuk implementasi Pola Hidup Bersih dan
sehat (Strategi 5 StraNas)

Penemuan Kasus dan Pemeriksaan Diagnosis TBC


a. Penemuan dan tatalaksana infeksi laten TBC dan TBC Anak terutama
dengan penjangkauan / investigasi oleh fasyankes (Strategi 2 StraNas)
b. Penyediaan dan distribusi sarana diagnosis TBC (Strategi 3 StraNas)

Perawatan, DUKUNGAN, dan Pengobatan;


a. Distribusi obat sampai ke tingkat fasyankes (Strategi 6 StraNas)
b. Penanganan pasien TB RO (Strategi 2 StraNas)

Rehabilitasi dan Mitigasi Dampak;


a. Dukungan psikososial pasien TBC (Strategi 2 StraNas)
b. Menghilangkan stigma pasien TBC (Strategi 5 StraNas)

Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Daerah


(Urutan Prioritas Kegiatan)
Berikut ini adalah urutan kegiatan prioritas yang perlu dianggarkan di daerah
(pada Dinas Kesehatan) untuk pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis (TBC).
1. Kegiatan penemuan kasus TBC yang dilakukan antara lain melalui penjangkauan
kepada orang berisiko untuk mengikuti test, investigasi kontak dari orang dengan
BTA positive / pasien TBC, edukasi/konseling untuk notifikasi rekan kerja dan
ajakan test, kerja-kerja edukasi dan mobilisasi test oleh kader kesehatan / UKBM,
kegiatan edukasi dan penawaran test di tempat kerja (yang patut diduga memiliki

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

64
65

factor resiko seperti pada pabrik garmen dengan lingkungan kurang bersih /
sirkulasi udara tidak baik) dan lain-lain yang sifatnya berkaitan dengan output
mengikuti TBC testing dan peningkatan pemahaman informasi terkait TBC
2. Penyediaan reagensia, bahan medis habis pakai dan bahan terkait sehingga TBC
testing (pengambilan sputum) dapat dilaksanakan oleh daerah pada jumlah yang
dibutuhkan. Dalam situasi jumlah reagensia yang diberikan Pemerintah pusat
(jika ada) tidak memadai, Daerah agar menganggarkan pengadaan ini. Termasuk
pada bagian ini adalah perluasan jumlah puskesmas / klinik swasta (jejaring) yang
mampu melaksanakan test TBC sehingga idealnya seluruh Puskesmas mampu
melakukan test TBC. Untuk penyediaan komoditi ini maka seluruh biaya
distribusi nya sampai dengan ke unit fasyankes termasuk yang dibiayai pada
APBD.
3. Pelaksanaan berbagai kegiatan terkait dengan perubahan perilaku dan social
(behavior and social change / BSC) sehingga masyarakat/warga yang memiliki
risiko dapat menghilangkan risiko tertular/menularkan TBC. Perubahan perilaku
ini dapat yang sifatnya individual maupun kelompok/komunal, misalnya
perubahan perilaku pekerja / manajemen perusahaan sehingga tempat kerja lebih
sehat dengan sirkulasi udara yang mencegah penularan TBC. Termasuk
didalamnya adalah kerja-kerja kader kesehatan / penjangkau / community
organizer untuk adanya kesepakatan / kebijakan pencegahan dan pengendalian
TBC di tempat kerja serta kerja-kerja pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat
dan media.
4. Penyediaan obat terkait TBC yang tidak disediakan Pusat serta bahan habis pakai
bagi penanganan pasien TBC serta biaya untuk penjaminan mutu yang dibutuhkan
untuk laboratorium pemeriksaan TBC
5. Pendampingan / pengkondisian sehingga pasien TBC dapat memperoleh layanan
obat TBC (OAT) di fasyankes serta mempertahankan pengobatannya.
Pembiayaan kegiatan ini termasuk misalnya pembiayaan transport untuk
pengantaran obat bagi pasien TBC tak mampu (misal Ojek Antar OAT) bagi
pasien yang memenuhi syarat serta biaya pelaksanaan kegiatan untuk
mengembalikan pasien putus OAT untuk kembali menggunakan OAT.
6. Kegiatan yang berkenaan dengan unsur dan fungsi manajemen yang melekat pada
kewenangan Pemerintah Daerah seperti rapat-rapat koordinasi, pertemuan
perencanaan, kegiatan evaluasi-monitoring dan sejenisnya sesuai penjelasan pada
lampiran Undang Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (upaya ini
termasuk pembiayaan untuk Tim Percepatan Eliminasi TBC di Daerah)
7. Perbaikan atau peningkatan sistem pencatatan / pelaporan (surveillance)
pelaksanaan layanan TBC termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi
8. Peningkatan kesadaran (awaraness) masyarakat dan edukasi yang bersifat publik
/ massif terkait TBC sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu untuk mencegah
dan mencari layanan kesehatan, termasuk didalamnya adalah penggunaan medsos
dan teknologi informasi sehingga kegiatan ini relative tidak membutuhkan biaya
besar atau menjadi bagian dari kurikulum di sekolah (misalnya kurikulum
kesehatan lingkungan / kegiatan UKS).
Seluruh kegiatan diatas disusun berdasarkan urutan prioritas, jika terdapat
kegiatan yang telah dipenuhi oleh sumber dana lainnya (non APBD) maka pembiayaan
pada APBD pada prioritas berikutnya yang belum memiliki pembiayaan. Skala /
besaran pembiayaan disesuaikan dengan besaran masalah (jumlah populasi berisiko
yang ada) diwilayah tersebut

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


65
66
66

Berikut ini adalah urutan kegiatan prioritas yang perlu dianggarkan di daerah
(pada Perangkat Daerah berkenaan, non-Dinas Kesehatan) untuk pencegahan dan
pengendalian Tuberkulosis.
a. Perumusan / kesepakatan kebijakan perusahaan untuk pengendalian TBC di
tempat kerja, termasuk pemberian izin tanpa dikeluarkan bagi pasien TBC dalam
pengobatan.
b. Dukungan ekonomi bagi Pasien TBC kurang mampu (termasuk didalamnya
seperti pelatihan keterampilan ekonomi, dukungan modal usaha awal, dll). Perlu
dilakukan sensitifikasi sehingga penerima bantuan ekonomi termasuk
didalamnya kepada warga yang kurang mampu akibat/terkait dengan penyakit
yang dialaminya.
c. Perlindungan dari tindakan diskriminasi bagi pasien TBC maupun keluarganya
serta upaya untuk menurunkan stigmatisasi dalam masyarakat.
d. Peningkatan peran aparatur desa/kelurahan serta tokoh masyarakat untuk ikut
berperan dalam edukasi TBC, mendorong warga nya yang berisiko serta menjaga
ketenangan lingkungan (tanpa diskriminasi) jika ada warga / pasien TBC dalam
pengobatan di lingkungan nya
e. Kegiatan untuk memastikan adanya dukungan dana desa/kelurahan bagi kerja-
kerja pencegahan dan pengendalian TBC di tingkat desa/kelurahan (termasuk
disini adalah pembiayaan kader kesehatan bersumber dana non-Dinas
Kesehatan)

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

66
67

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


67
68
68

V Prioritas Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Latar Belakang
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk bebas Malaria tahun 2030 telah dituangkan
dalam Prioritas Pembangunan Nasional 2020-2024. Prioritas Pembangunan Nasional
ditujukan untuk mengharmonisasi seluruh sumber daya dalam menyiapkan generasi emas
Indonesia 2045, dimana salah satu pilar Prioritas Pembangunan Nasional adalah
membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Khusus untuk sektor kesehatan, salah
satu upaya membangun sumber daya manusia tersebut adalah dengan menurunkan angka
kematian bayi dan ibu serta menghentikan penularan malaria (Renstra Kemenkes 2020-
2024). Mempertimbangkan pentingnya usaha ini, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) dan Kantor Staf Presiden (KSP) telah menempatkan Program
Eliminasi Malaria dalam pemantauan mereka karena penundaan untuk bebas dari malaria
secepatnya dapat mengarah kepada kelelahan petugas kesehatan dan berpindahnya alokasi
pendanaan untuk penyakit lain.
Agenda eliminasi malaria merupakan salah satu indikator dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020 – 2024, ditargetkan eliminasi malaria tahun
2020 sebanyak 325 Kabupaten/Kota dan tahun 2021 sebanyak 345 Kabupaten/Kota dan
telah dicapai eliminasi malaria sampai Desember tahun tahun 2020 sejumlah 318
Kabupaten/Kota dan sampai Desember tahun 2021 sejumlah 347 Kabupaten/Kota.
Implementasi terhadap komitmen bebas Malaria 2030 dijelaskan dalam dokumen
Rencana Aksi Nasional Percepatan Eliminasi Malaria (RAN-PEM 2020-2024). Dokumen
RAN memberikan informas strategis yang menjadi acuan untuk perencanaan, pembiayaan,
implementasi, pemantauan dan evaluasi bagi semua pemangku kepentingan yang terkait
dengan program eliminasi malaria, meliputi pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, swasta, mitra kerja, lembaga donor, organisasi kemasyarakatan dan
masyarakat. Dokumen RAN dapat digunakan sebagai perangkat untuk mobilisasi dana serta
harmonisasi kegiatan oleh pemerintah pusat. Sedangkan di daerah, dokumen RAN
diharapkan menjadi acuan untuk penyusunan RAPBN dan RAPBD serta pengembangan
rencana aksi daerah pada masing-masing provinsi dan kabupaten/kota.
Berdasarkan beberapa dokumen kebijakan di Pusat maka disusun Panduan Teknis
Integrasi (PTI) terkait Malaria ini dengan penjelasan prioritisasi kegiatan sesuai situasi
dan kesenjangan kebutuhan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Prioritas Kegiatan di Provinsi

Promosi Kesehatan Terkait Malaria


a. Sosialisasi penyusunan rencana KPP Provinsi dan memfasilitasi
penyusunan strategi komunikasi Kab/Kota
b. Pengadaan media lokal dan pemanfaatan media KIE nasional
c. Pelaksanaan Kampanye KPP Malaria tingkat Provinsi
d. Advokasi lintas sektor agar tersedia regulasi dan dukungan kegiatan
terkait malaria di Provinsi berupa PerGub untuk percepatan dan atau
pemeliharaan eliminasi Malaria

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

68
69

e. Membentuk forum koordinasi lintas sector, pertemuan berkala dan road


show advokasi ditingkat Provinsi untuk percepatan dan atau pemeliharaan
eliminasi Malaria
f. Menyusun regulasi, rencana aksi, strategi advokasi untuk percepatan dan
atau pemeliharaan eliminasi Malaria di tkt Provinsi

Surveilens Malaria
a. Penyusunan Profil Malaria di Provinsi
b. Analisis, validasi dan umpan balik SISMAL dari Fasilitas kesehatan dan
atau Kabupaten/Kota.
c. Pelaksanaan Pre Assessment dan uji petik Eliminasi Malaria
Kabupaten/Kota endemis rendah yang telah memenuhi persyaratan
Eliminasi.
d. Melakukan Bimbingan/Pendampingan Penyelidikan Epidemiologi 1-2-5
Kabupaten/Kota endemis rendah dan Bebas Penularan Malaria di Provinsi
(DAK Non Fisik/BOK Provinsi; Lampiran nomor 1.4b surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) tahun 2022.
e. Analisis dan umpan balik Pelaksanaan Pencegahan timbulnya Kembali
penularan Malaria di Kab/ Kota Bebas Malaria
f. Koordinasi Lintas Batas

Pengendalian Faktor Risiko Malaria


a. Pemantauan pasca distribusi 113 di Kab/Kota endemis tinggi dan sedang
b. Pengadaan kelambu berinsektisida 1-2-5, KLB buffer stok Provinsi
c. Pengadaan lavasida buffer stok Provinsi

Tatalaksana Malaria
a. Membentuk dan Pelaksanaan Pokja Talaksana Malaria di Provinsi
b. Membentuk dan Pelaksanaan jejaring kerjasama Pemerintah-swasta
dalam tatalaksana Malaria (PPM di Provinsi
c. Pembentukan jejaring pemantapan mutu laboratorium Malaria di Provinsi
dan Kab/Kota dan rujukannya.
d. Pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu laboratorium Malaria antara lain
melalui uji silang, panel test dgn menggunakan slide standar di Provinsi.
(DAK Non Fisik/BOK Provinsi Lampiran nomor 1.4a surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) tahun 2022
e. Bimbingan teknis dan supervisi tata laksana oleh Provinsi bersama
anggota pokja tatalaksana malaria

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


69
70
70

Prioritas Kegiatan Di Kabupaten/Kota (Berdasarkan Level Endemisitas)

ENDEMIS TINGGI DAN


ENDEMIS RENDAH BEBAS MALARIA
SEDANG

PROMOSI KESEHATAN TERKAIT MALARIA


Penyusunan dan penyediaan Penyusunan dan penyediaan Penyusunan dan penyediaan
media KIE lokal dan pemanfaatan media KIE lokal dan media KIE lokal dan
media nasional dan Provinsi pemanfaatan media nasional dan pemanfaatan media nasional dan
(DAK Non Fisik/ BOK Provinsi (DAK Non Fisik/ BOK Provinsi (DAK Non Fisik/ BOK
Kabupaten/Kota lampiran surat Kabupaten/Kota lampiran surat Kabupaten/Kota lampiran surat
Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
Sept 2021)no 2.4f. dan BOK Sept 2021) no 2.4f. dan BOK Sept 2021) no 2.4f. dan BOK
Puskesmas lampiran nomor 3.4.26) Puskesmas lampiran nomor Puskesmas lampiran nomor
tahun 2022 3.4.26) tahun 2022 3.4.26) tahun 2022
Sosialisasi penyusunan strategi Sosialisasi penyusunan strategi Sosialisasi penyusunan strategi
komunikasi terkait Malaria komunikasi terkait Malaria komunikasi terkait Malaria
Pelaksanaan Kampanye KPP
Malaria dalam pemasangan dan
pemeliharaan Kelambu serentak
dgn pucak saat HKN dan HMS
Membentuk/laksanakan forum Membentuk/laksanakan forum Membentuk/laksanakan forum
koordinasi lintas sector, koordinasi lintas sector, koordinasi lintas sector,
pertemuan berkala dan road show pertemuan berkala dan road pertemuan berkala dan road
advokasi ditingkat Kab/Kota show advokasi ditingkat show advokasi ditingkat
untuk percepatan eliminasi Kab/Kota untuk percepatan Kab/Kota utk pemeliharaan
Malaria di Desa tinggi kasus eliminasi Malaria di desa/ eliminasi Malaria
malaria (DAK Non Fisik/ BOK kelurahan fokus malaria (DAK didesa/kelurahan tinggi migrasi
KabupatenKota lampiran surat Non Fisik/ BOK KabupatenKota ke daerah endemis. (DAK Non
Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 lampiran surat Sekjen Fisik/ BOK Kab/Kota lampiran
Sept 2021) no 2.4c dan BOK 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept surat Sekjen 01/01/18370/2021,
Puskesmas no 3.4.51) tahun 2022. 2021) no 2.4c dan BOK tgl 27 Sept 2021) no 2.4c &
Puskesmas no 3.4.51) tahun BOK Pusk no 3.4.51) tahun 2022.
2022.

SURVEILENS MALARIA

Pelaksanaan peningkatan Pelaksanaan peningkatan Pelaksanaan peningkatan


penemuan dan pengobatan kasus penemuan, surveilens migrasi penemuan kasus di Desa dgn
malaria di Desa-desa endemis dan klasifikasi kasus malaria di migrasi penduduk kedaearah
tinggi Malaria termasuk oleh focus dan populasi kusus endemis termasuk oleh kader.
kader. termasuk oleh kader (DAK Non (DAK Non Fisik/ BOK Pusk
Fisik/ BOK Pusk lampiran surat lampiran surat Sekjen
Sekjen 01/01/18370/ 2021, tgl 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
27 Sept 2021) nomor 3.4.10, 12) 2021) nomor 3.4.10, 12) tahun
tahun 2022. 2022.
Pendampingan/Bimbingan Pendampingan/Bimbingan Pendampingan/Bimbingan
pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat
refreshing/pelatihan kader (DAK refreshing/ pelatihan kader refreshing/ pelatihan (DAK Non
Non Fisik/BOK Kab/ Kota (DAK Non Fisik/BOK Kab/ Kota Fisik/BOK Kab/ Kota lampiran
lampiran surat Sekjen lampiran surat Sekjen surat Sekjen 01/01/18370/2021,
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept tgl 27 Sept 2021) nomor 2.4e dan
2021) nomor 2.4e dan Pusk 2021) nomor 2.4e dan Pusk Pusk lampiran nomor 3.4.47,48,
lampiran nomor 3.4.47,48, 49, 50) lampiran nomor 3.4.47,48, 49, 49, 50) tahun 2022.
tahun 2022. 50) tahun 2022.
Penyusunan Profil Malaria di Penyusunan Profil Malaria di Penyusunan Profil Malaria di
Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

70
71

ENDEMIS TINGGI DAN


ENDEMIS RENDAH BEBAS MALARIA
SEDANG

Analisis, validasi dan umpan balik Analisis, validasi dan umpan Analisis, validasi dan umpan
data SISMAL dari Fakses (DAK balik data SISMAL/PE dari balik data SISMAL/PE dari
Non Fisik/BOK Puskesmas Fakses (DAK Non Fisik/ BOK Fakses (DAK Non Fisik/BOK
lampiran surat Sekjen Puskesmas lampiran surat Sekjen Puskesmas lampiran surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 3.4.8) tahun 2022 2021) nomor 3.4.8) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.8) tahun 2022.
Melakukan Self Assessment utk Melakukan Self Assessment utk Melakukan Self Assessment utk
Penilaian stratifikasi endemisitas Penilaian Eliminasi Malaria Stratifikasi Pencegahan timbunya
Malaria di Desa-desa terkait stratifikasi Fokus. Kembali Malaria
Pelatihan penyegaran PE dan Pelatihan penyegaran PE dan
SISMAL SISMAL
Pelaksanaan penyelidikan Pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi Malaria termasuk epidemiologi Malaria termasuk
klasifikasi kasus dan klasifikasi klasifikasi kasus Malaria (DAK
focus malaria (DAK Non Non Fisik/BOK Kabupaten/Kota
Fisik/BOK Kabupaten/Kota lampiran surat Sekjen
lampiran surat Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) no. 2.4e dan BOK
2021) no. 2.4e & BOK Pusk Puskesmas nomor 3.4.7). 2022.
nomor 3.4.7) 2022.
Pemetaan desa endemisitas malaria Pemetaan daerah fokus malaria Pemetaan daerah reseptif malaria
Pelaksanaan surveilans vektor Pelaksanaan surveilans vektor Pelaksanaan surveilans vektor
malaria (DAK Non Fisik/BOK malaria (DAK Non Fisik/BOK malaria (DAK Non Fisik/BOK
Puskesmas lampiran surat Sekjen Pusk lampiran surat Sekjen Pusk lampiran surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 3.4.32) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.32) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.32) tahun 2022.

PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO MALARIA

Pengadaan kelambu
berinsektisida 1-2-5 kusus daerah
MMP (DAK Fisik 2022) CEK DI
APLIKASI KRISNA.
Distribusi kelambu berinsektisida Distribusi kelambu di focus aktif
ke Puskesmas dan Desa (DAK Non pasca PE 1-2-5 (DAK Non Fisik/
Fisik/ BOK Puskesmas lampiran BOK Puskesmas lampiran surat
surat Sekjen 01/01/18370/ 2021, Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
tgl 27 Sept 2021) nomor 3.4.33) Sept 2021) nomor 3.4.33) 2022.
tahun 2022.
Pengadaan Larvasida untuk desa Pengadaan Larvasida untuk focus Pengadaan Larvasida untuk
endemis tinggi (DAK Fisik 2022) malaria (DAK Fisik 2022) CEK daerah reseptif
CEK DI APLIKASI KRISNA. DI APLIKASI KRISNA.
Pemantauan 1-1-3 pasca distribusi Pemantauan 1-1-3 pasca
kelambu (DAK Non Fisik/ BOK distribusi kelambu di focus aktif
Puskesmas lampiran surat Sekjen pasca PE 1-2-5 (DAK Non Fisik/
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept BOK Puskesmas lampiran surat
2021) nomor 3.4.34) 2022. Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
Sept 2021) nomor 3.4.34) 2022.
Pelaksanaan integrated Vektor Pelaksanaan integrated Vektor Pelaksanaan integrated Vektor
Management (IVM) didesa-desa Management (IVM) didaerah Management (IVM) daerah
endemis tinggi (DAK Non Fisik/ focus Malaria (DAK Non Fisik/ reseptif pasaca PE 1-2-5 (DAK
BOK Puskesmas lampiran surat BOK Puskesmas lampiran surat Non Fisik/ BOK Puskesmas
Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sekjen 01/01/18370/ 2021, tgl lampiran surat Sekjen
Sept 2021) nomor 3.4.30) tahun 27 Sept 2021) nomor 3.4.30) 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
2022. tahun 2022. 2021) nomor 3.4.30) tahun 2022.
Pengadaan spraycan daerah tak Pengadaan spraycan daerah
bisa dicakup LLIN focus aktif tak bisa dicakup
LLIN

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


71
72
72

ENDEMIS TINGGI DAN


ENDEMIS RENDAH BEBAS MALARIA
SEDANG

Pengadaan Insektisida IRS daerah Pengadaan Insektisida IRS


tak bisa dicakup LLIN daerah focus aktif tak bisa
dicakup LLIN
IRS di daerah tak bisa dicakup IRS di focus aktif tak bisa
LLIN (DAK Non Fisik/ BOK dicakup LLIN (DAK Non Fisik/
Puskesmas lampiran surat Sekjen BOK Puskesmas lampiran surat
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
2021) nomor 3.4.30) tahun 2022. Sept 2021) nomor 3.4.30) tahun
2022.
Refreshing pengendalian vector Refreshing pengendalian vector Refreshing pengendalian vector
Malaria Malaria Malaria

TATALAKSANA MALARIA

Refreshing tenaga mikroskopis Refreshing tenaga mikroskopis Refreshing tenaga mikroskopis


puskesmas dan Puskesmas terpilih puskesmas terpilih puskesmas terpilih
(Endemis sedang)
Penyediaan bahan pemeriksaan lab Penyediaan bahan pemeriksaan Penyediaan bahan pemeriksaan
dan RDT lab dan RDT lab dan RDT
Uji silang slide mikroskop (DAK Uji silang slide mikroskop (DAK Uji silang slide mikroskop (DAK
Non Fisik/ BOK Kabupaten/Kota Non Fisik/ BOK Kabupaten/Kota Non Fisik/ BOK Kabupaten/Kota
lampiran surat Sekjen lampiran surat Sekjen lampiran surat Sekjen
01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 2.4a) tahun 2022. 2021) nomor 2.4a) tahun 2022. 2021) nomor 2.4a) tahun 2022.
Bimtek Diagnosis dan tatalaksana Bimtek Diagnosis dan tatalaksana Bimtek Diagnosis dan tatalaksana
ke Faskes Bersama team ke Faskes Bersama team ke Faskes Bersama team
Tatalaksana Kab/Kota (DAK Non Tatalaksana Kab/Kota (DAK Tatalaksana Kab/Kota (DAK
Fisik/ BOK Kabupaten/Kota Non Fisik/ BOK Kabupaten/Kota Non Fisik/ BOK Kabupaten/Kota
lampiran surat Sekjen lampiran surat Sekjen lampiran surat Sekjen
01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 2.4b) tahun 2022. 2021) nomor 2.4b) tahun 2022.. 2021) nomor 2.4b) tahun 2022.
Refreshing tatalaksana Malaria Refreshing tatalaksana Malaria
utk tenaga medis, paramedis utk tenaga medis, paramedis
Pelaksanaan Integrasi Malaria dan Pelaksanaan Integrasi Malaria
KIA melalui screening semua dan KIA melalui screening
bumil kontak pertama dan selektif bumil kontak pertama
screening balita sakit pada dan screening balita sakit pada
kunjungan ANC dan MTBS kunjungan ANC dan MTBS.
(DAK Non Fisik/BOK Puskesmas (DAK Non Fisik/BOK
lampiran surat Sekjen Puskesmas lampiran surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 3.4.17) tahun 2022. 2021)nomor 3.4.17) tahun 2022

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

72
73

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


73
74
74

VI Penutup

Petunjuk Teknis Integrasi ATM dalam Dokumen Perencanaan ini disusun untuk
memberikan kemudahan bagi Pemerintah Daerah dalam merencanakan
penggunaan dana daerah pada APBD sehingga sebesar besarnya memberikan
manfaat kepada masyarakat.

Petunjuk ini mengarahkan agar anggaran dialokasikan pada kegiatan yang


paling prioritas untuk mencapai tujuan pencegahan dan pengendalian AIDS,
Tuberkulsosis dan Malaria, sehingga komitmen Indonesia untuk Ending AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria pada tahun 2030 dapat betul betul tercapai.

Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

74

Anda mungkin juga menyukai