i
Kata Pengantar
ii
Untuk mencapai tiga tujuan tersebut diatas, diperlukan kolaborasi dengan
Kementerian Dalam Negeri selaku Koordinator Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintah Daerah sehingga perencanaan dalam penanggulangan AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria (ATM) menjadi semakin efektif untuk mencapat target-
target pencegahan dan pengendalian ATM sebagaimana dijelaskan tersebut
diatas. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
menyampaikan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri atas kontribusi nya dalam menerbitkan
Petunjuk Teknis ini, semoga bersama-sama kedepan dapat menjadi sinergi untuk
pembinaan teknis dan pembinaan umum pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian ATM oleh Pemerintah Daerah. Semoga Petunjuk Teknis ini
bermanfaat bagi perencana dan pelaksana program pada Dinas Kesehatan dan
Dinas terkait lainnya.
Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan
iv
negara teratas dengan beban jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) yang tinggi di
dunia serta memiliki epidemi dan dinamika HIV-AIDS yang kompleks dan tersebar
secara luas. Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan ditambahnya kasus
eliminasi malaria yang sedang memasuki fase krusial dimana terjadi stagnasi
penurunan kasus setelah sebelumnya sempat terjadi penurunan kasus sampai
dengan tahun 2014. Atas dasar pertimbangan kondisi tersebut maka menjadi
penting untuk dilakukan perbaikan perencanaan, penganggaran dan
pelaksanaan upaya eliminasi ATM di Indonesia.
Direktur Jenderal
Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri
vi
Ringkasan Eksekutif
Indonesia berupaya untuk mencapai ending AIDS, Tuberkulosis (TBC) dan
Malaria pada tahun 2030 sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020 – 2024 serta sejalan dengan komitmen Indonesia di
tingkat global. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana Kesehatan
merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah secara konkuren bersama Pemerintah
Pusat maka petunjuk ini menjelaskan bagaimana pengelolaan pencegahan dan
pengendalian AIDS, Tuberkulosis, Malaria (ATM) di integrasikan ke dalam dokumen
perencanaan daerah.
Pada Bab I dijelaskan mengapa petunjuk teknis ini diperlukan dalam konteks
desentralisasi, apa situasi yang menjadi latar belakang perlunya integrasi ATM dalam
dokumen perencanaan memperhatikan beragamnya respon daerah dalam pencegahan
dan pengendalian ATM. Kesehatan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah yang
dalam pengaturan nya memiliki level kewenangan sehingga perlu dijelaskan kembali
pada bagian ini. Dengan level kewenangan yang ada maka kerja-kerja ATM telah terbagi
secara jelas sehingga Pemerintah Daerah mengetahui bagian yang menjadi
kewenangannya untuk merencanakan, membiayai dan melaksanakan; termasuk
didalamnya adalah perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan unsur dan fungsi
manajemen yang melekat pada urusan yang diserahkan kepada masing-masing
tingkatan level kewenangan sesuai lampiran pada Undang Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Komponen unsur dimaksudkan disini meliputi
pembiayaan man, money, material serta komponen fungsi manajemen yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Bab II dari petunjuk ini bagaimana layanan pencegahan dan pengendalian ATM
dapat dimasukkan (diintegrasikan) dalam proses perencanaan pembangunan Kesehatan
di daerah dan termaktib dalam dalam dokumen perencanaan lima tahunan yaitu yang
meliputi dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Strategis Bidang Kesehatan (Renstra). Termasuk menjelaskan situasi dimana tahun
2022-2024 kepemimpinan daerah belum dijabat oleh Kepala Daerah terpilih karena
pemilihan akan dilaksanakan serentak pada tahun 2024. Terdapat ketentuan dari
Kemendagri akan dokumen perencanaan lima tahunan RPJMD dimasa transisi ini.
Pada Bab II juga diberikan penjelasan bagaimana layanan ATM kemudian di integrasikan
masuk dalam dokumen perencanaan tahunan daerah yaitu Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Rencana Kerja Bidang Kesehatan (Renja) serta Rencana Kerja dan
Anggaran pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RKA APBD). Perencanaan
kegiatan tahunan akan berujung pada masuknya anggaran kegiatan prioritas
pencegahan dan pengendalian ATM pada DPA APBD dari Perangkat Daerah (khususnya
Dinas Kesehatan). Penjelasan pada Bab III dan terutama pada Bab IV ini akan mengacu
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Bab VI merupakan bab terakhir yang merupakan penutup dari Petunjuk Teknis
ini. Petunjuk ini diharapkan dapat memberikan penyamaan pemahaman serta
penyeragaman perencanaan untuk penanggulangan endemi ATM sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan pusat khususnya.
Petunjuk teknis ini juga merupakan pelaksanaan dari peran Kemendagri sebagai
koordinator dalam pembinaan dan pengawasan pemerintahan daerah sehingga dengan
adanya petunjuk teknis ini maka menjadi dasar bagi pelaksanaan secara lebih intensif
oleh Kemendagri kepada Dinas Kesehatan selaku pelaksana urusan bidang Kesehatan di
daerah.
viii
Semoga petunjuk teknis ini memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat maupun dalam mencapai target pembangunan nasional untuk pencegahan
dan pengendalian ATM sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2020-2024.
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Urgensi Pedoman Teknis Integrasi (PTI) AIDS-Tuberkulosis-
Malaria (ATM) di Indonesia 3
1.3 Tujuan 5
1.4 Kebijakan Pembagian Kewenangan Urusan Kesehatan 6
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xii
1
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingginya kasus AIDS, Tuberkulosis, dan
“
Malaria (ATM), telah menjadi perhatian penting
dunia. Hingga saat ini setiap tahunnya tercatat 2,5
juta orang terinfeksi HIV, 8 juta tertular
tuberkulosis (TB), dan antara 300 juta hingga 500
juta jatuh sakit karena malaria. Tingginya fatalitas Kasus AIDS, TBC dan
ketiga kasus tersebut, dimana kurang lebih 5 juta
orang per tahun, hal ini sama dengan 747 Malaria berhubungan
kecelakaan pesawat yang jatuh setiap 44 dengan kemiskinan
menitnya 1 . Ketiga penyakit ini juga sering kali dan ketidaksetaraan,
diasosiasikan sebagai penyakit yang erat kaitannya
dengan kemiskinan dan ketidak-seimbangan sosial serta akses
yang terjadi di masyarakat, dari konteks kebijakan kesehatan yang
politik pemerintah ketiga kasus ini juga dapat
menjadi indikator bahwa negara tidak dapat
memberikan fasilitas kesehatan yang mumpuni
minim di suatu
daerah
“
bagi masyarakatnya2.
Upaya penyelesaian kasus-kasus ini pada dasarnya seacra signifikan dapat diselesaikan
bahwa oleh negara dengan kategori miskin sekalipun. AIDS, TBC dan malaria pada dasarnya
adalah jenis penyakit yang dapat dicegah, indikasi pertama adalah bahwa Orang dengan HIV
(ODHIV) dapat dikurangi dengan sukses selama bertahun-tahun dimana mekanisme
pencegahan seks bebas dan pengendalian penduduka memegang peran penting; sedangkan
pencegahan malaria dan TBC sangat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial minimum
dalam masyarakat. Tentu upaya penyelesaian kasus yang seperti ini memerlukan konvergensi
dan kerjasama lintas sektor dan disiplin sehingga agenda penyelesaian dapat dipahami secara
bersama-sama. Sebagai contoh beberapa negara di Afrika bagian selatan, misalnya, telah
melakukan pendekatan multi-sektor untuk mencegah dan mengobati malaria menyebabkan
hampir 90 persen penurunan penularan penyakit tersebut. Dalam upaya memerangi TBC, China
menggunakan strategi pengobatan DOTS yang melibatkan berbagai aktor dan organisasi untuk
melaksanakanya hinga di China memungkinkan terjadinya pencegahan 30.000 kasus kematian
akibat penyakit tersebut per tahunnya 3 . Contoh lainnya adalah Thailand yang telah mampu
membendung penyebaran AIDS dengan menjamin akses universal terhadap pengobatan AIDS
bagi semua yang membutuhkannya. Upaya pencegahan agresifnya diperkirakan telah mencegah
lebih dari 7 juta infeksi HIV baru.
1
UNAIDS, AIDS Epidemic Update 2007 www.unaids.org. Friends of the Global Fight, Fact Sheet on Malaria and Fact Sheet on Tuberculosis
www.theglobalfight.org.
2
Edward W. Scott, Jr. 2022. The Fight Against AIDS, Tuberculosis and Malaria : Past Progress and Hope for the Future
dalam www.un.org
3
Ruth Levine and the What Works Working Group, Millions Saved (Center for Global Development, 2004).
2
3
4
UNAIDS HIV Finansial Dashboard dalam http://hivfinancial.unaids.org/ hivfinancialdashboards.html
Beberapa indikator pada ATM memang masih jauh dari target yang telah ditetapkan,
sebagai contoh, evaluasi bersama Kemenkes dan Kemendagri untuk pencapaian pencegahan dan
pengendalian AIDS, dari target 95:95:95 pada tahun 2030, saat ini capaian untuk 95% pertama
yaitu persentase Orang dengan HIV (ODHIV) telah mengetahui statusnya baru 75%, 95% kedua
yaitu persentase ODHIV yang sedang mengikuti pengobatan baru mencapai 26% sedangkan
95% yang ketiga yaitu ODHIV mengikuti ARV yang ter-supresi viral load (jumlah virus dalam
tubuh menurun) baru mencapai 10% secara Nasional.
Layanan Publik
Lainnya
13% Gambar 2 Klasifikasi Rincian
Output (KRO) anggaran Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit di
Layanan Publik Kementerian Kesehatan5
Masyarakat Sarpas
4% Kesehatan
Data dan Info 61%
3% Untuk mendukung tercapainya
Pelatihan Bidang target-target eliminasi tersebut serta
Kesehatan
Koordinasi
menjamin sistem kesehatan yang
12% Tangguh dan Berkelanjutan (resilient
3%
and sustainable system for health /
RSSH) untuk ATM maka diperlukan
NPSK Petunjuk bagi Daerah untuk
fasilitas dan 0% menyampaikan informasi seberapa
pembinaan Pemda Sosialisasi dan
3% besar perhatian Daerah atas ATM, yang
diseminasi
1%
antara lain ditandai dengan tersedianya
Belanja Daerah untuk ATM.
5
Utomo, Nugroho Budi “Memaknai Output Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dalam Redesain Sistem
Perencanaan Penganggaran (RSPP)” diakses pada http://p2p.kemkes.go.id/memaknai-output-program-p2p/ diakses pada 25
Februari 2022
4
5
Pun demikian untuk perencanaan lima tahunan maka RPJMD disusun memperhatikan
RPJMN dimana ATM disebutkan dalam RPJMN maka perlu dipastikan juga ATM masuk secara
memadai dalam dokumen RPJMD dan Rencana Strategis (Renstra) dari Perangkat Daerah
terkait di Daerah.
Petunjuk ini perlu memperjelas bahwa Belanja Daerah untuk Urusan Kesehatan, telah
dibatasi oleh Permendagri 90/2019 dan Kepmendagri No. 050-5889 Tahun 2021 berkenaan
dengan Kodifikasi Klasifikasi Nomenklatur Perencanaan Keuangan di Daerah. Terdapat 4
(empat) Program Kesehatan, berlaku untuk Daerah Provinsi dan Kab/ Kota; dirinci dalam 11
Kegiatan, untuk Daerah Provinsi dengan 71 Sub-Kegiatan; dan 16 Kegiatan untuk Daerah
Kab/Kota dengan 87 Sub-Kegiatan.
Belanja bagi UNIT KERJA dengan PPK BLUD, dialokasikan hanya pada 1 (satu)
Program Umum/ Generik, 1 (satu) Kegiatan, dan 1 (satu) Sub-Kegiatan; bukan pada 4 (empat)
Program Kesehatan tersebut. Masing-masing Sub-Kegiatan telah ditetapkan Batasan KIS-
Kinerja, Indikator, dan Satuannya) (KKN-KIS = Kodifikasi Klasifikasi Nomenklatur-Kinerja
Indikator Satuan).
Petunjuk ini diharapkan memberikan kejelasan bagi Pemerintah Daerah dalam memilih
kegiatan prioritas yang berdampak dan efektif atas keterbatasan sumber daya dan besaran
masalah Daerah. Indonesia memiliki pengalaman baik penanganan COVID-19 yang
pelajarannya dapat juga dipergunakan dalam penanganan penyakit lainnya, dimana kegiatan dan
sumber daya mengikuti situasi epideminya.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu (kewenangan) Daerah dalam mencapai prioritas pembangunan
nasional, yaitu mengintegrasikan penanganan kasus AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria
(ATM), serta meningkatkan layanan oleh petugas kesehatan dan pemerintahn dalam
urusan kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan / akses dan kualitas layanan penanganan kasus AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) di daerah;
Masing-masing sub urusan tersebut dibagi menjadi kewenangan pemerintah pusat dan
kewenangan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, dengan matriks sebagai berikut:
Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
1. Upaya a. Pengelolaan upaya a. Pengelolaan UKP a. Pengelolaan
Kesehatan kesehatan perorangan rujukan tingkat Daerah UKP
(UKP) rujukan nasional / provinsi / lintas Daerah kabupaten/kota
lintas Daerah provinsi. kabupaten/kota. dan rujukan
b. Pengelolaan upaya b. Pengelolaan UKM tingkat Daerah
kesehatan masyarakat Daerah provinsi dan kabupaten/kota.
(UKM nasional dan rujukan tingkat Daerah b. Pengelolaan
rujukan nasional / lintas provinsi / lintas Daerah UKM Daerah
Daerah provinsi. kabupaten/kota kabupaten/kota
c. Penyelenggaraan c. Penerbitan izin rumah dan rujukan
registrasi, akreditasi, dan sakit kelas B dan tingkat Daerah
standardisasi fasilitas fasilitas pelayanan kabupaten/kota.
pelayanan kesehatan kesehatan tingkat c. Penerbitan izin
publik dan swasta. Daerah provinsi. rumah sakit
d. Penerbitan izin rumah kelas C dan D
sakit kelas A dan fasilitas dan fasilitas
pelayanan kesehatan pelayanan
penanaman modal asing kesehatan
(PMA) serta fasilitas tingkat Daerah
pelayanan kesehatan kabupaten/kota.
tingkat nasional.
2. Sumber a. Penetapan standardisasi Perencanaan dan a. Penerbitan izin
Daya dan registrasi tenaga Pengembangan praktik dan izin
Manusia kesehatan Indonesia, SDMkesehatan untuk UKM kerja tenaga
(SDM) tenaga kesehatan warga dan UKP Daerah provinsi. kesehatan.
Kesehatan Negara asing (TK-WNA), b. Perencanaan dan
serta penerbitan Pengembangan
6
7
Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
rekomendasi pengesahan SDMkesehatan
rencana penggunaan untuk UKM dan
tenaga kerja asing UKP Daerah
(RPTKA) dan izin kabupaten/kota.
mempekerjakan tenaga
asing (IMTA).
b. Penetapan penempatan
dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis bagi
Daerah yang tidak mampu
dan tidak diminati.
c. Penetapan standar
kompetensi teknis dan
sertifikasi pelaksanaan
Urusan Pemerintahan
bidang kesehatan.
d. Penetapan standar
Pengembangan kapasitas
SDMkesehatan.
e. Perencanaan dan
Pengembangan
SDMkesehatan untuk
UKM dan UKP Nasional.
3. Sediaan a. Penyediaan obat, vaksin, a. Penerbitan pengakuan a. Penerbitan izin
Farmasi, alat kesehatan, dan pedagang besar farmasi apotek, toko
Alat suplemen kesehatan (PBF) cabang dan obat, toko alat
Kesehatan program nasional. cabang penyalur alat kesehatan dan
, dan b. Pengawasan ketersediaan kesehatan (PAK). optikal.
Makanan pemerataan, dan b. Penerbitan izin usaha b. Penerbitan izin
Minuman keterjangkauan obat dan kecil obat tradisional usaha mikro
alat kesehatan. (UKOT). obat tradisional
c. Pembinaan dan (UMOT).
pengawasan industri, c. Penerbitan
sarana produksi dan sertifikat
sarana distribusi sediaan produksi alat
farmasi, obat tradisional, kesehatan kelas
alat kesehatan dan 1 (satu) tertentu
perbekalan kesehatan dan PKRT kelas
rumah tangga (PKRT), 1 (satu) tertentu
bahan obat, bahan baku perusahaan
alam yang terkait dengan rumah tangga.
kesehatan. d. Penerbitan izin
d. Pengawasan pre-market produksi
obat, obat tradisional, makanan dan
kosmetika, PKRT, dan minuman pada
makanan minuman. industri rumah
e. Pengawasan post-market tangga.
obat, obat tradisional, e. Pengawasan
kosmetika, alat kesehatan, post-market
PKRT, dan makanan produk
minuman. makanan-
minuman
industri rumah
tangga.
4. Pemberda Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan
yaan Bidang Kesehatan melalui Bidang Kesehatan melalui Masyarakat Bidang
Masyarak tokoh nasional dan tokoh provinsi, kelompok Kesehatan melalui
at Bidang internasional, kelompok masyarakat, organisasi tokoh kabupaten /
Kesehatan masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan kota, kelompok
swadaya masyarakat serta dunia usaha tingkat masyarakat,
dunia usaha tingkat nasional provinsi. organisasi swadaya
Sub- Daerah
No Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Urusan Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5
dan internasional. masyarakat dan
dunia usaha tingkat
kabupaten/kota.
8
9
susunan pemerintahan tersebut, kecuali apabila dalam matriks pembagian Urusan Pemerintahan
konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota tersebut
terdapat unsur manajemen dan/atau fungsi manajemen yang secara khusus sudah dinyatakan
menjadi kewenangan suatu tingkatan atau susunan pemerintahan yang lain, sehingga tidak lagi
melekat pada substansi Urusan Pemerintahan pada tingkatan atau susunan pemerintahan
tersebut.
Sebagai contoh dari maksud pada paragraf di atas, untuk Pengelolaan UKP
kabupaten/kota dan rujukan tingkat Daerah kabupaten/kota yang dalam tabel merupakan
kewenangan Kabupaten/Kota maka kegiatan perencanaan, penganggaran, pengawasan dan lain
sebagainya melekat menjadi kewenangan dan sekaligus kewajiban Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk menganggarkan pembiayaannya pada APBD.
10
11
Tahap Perencanaan
Dalam melaksanakan integrasi yang harus dipastikan adalah terkumpulkannya beberapa
hal dasar. Hal dasar yang dimaksud adalah memastikan jelasnya: urusan, bidang urusan,
program, kegiatan, sub kegiatan, organisasi, sumber dana, lokasi, akun, kelompok, jenis, objek,
rincian objek, dan sub rincian objek. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan satu data dan satu
sistem yang dicanangkan (Perpres 39/2019 tentang Satu Data Indonesia) dalam upaya
penyelenggaraan SPM bidang kesehatan. Pada tahapan ini Perencanaan yang dimaksud adalah
terbentuknya integrasi berbagai dokumen perencanaan di daerah dalam upaya menjamin
terbentuknya jaminan penuntasan kasus ATM. Dokumen yang menjadi fokus adalah:
a) RPJMD – Renstra;
b) RKPD – Renja;
c) KUA – PPAS;
d) RKA-SKPD;
e) Rancangan Perda APBD; dan
f) Rancangan Perkada Penjabaran APBD.
12
13
Gambar 6 Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah
14
15
Bab III. Permasalahan dan Isu Strategis Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
diuraikan rumusan permasalahan-permasalahan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta rumusan isu strategis terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan oleh Dinas Kesehatan, khususnya terkait dengan upaya pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria;
Bab IV. Tujuan dan Sasaran, pada bab ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan
dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan yang mendukung atau terkait pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, khususnya terkait HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan
Malaria;
Bab V. Strategi dan Arah Kebijakan, pada bab ini dikemukakan rumusan
pernyataan strategi dan arah kebijakan Dinas Kesehatan dalam lima tahun mendatang
khususnya yang mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular, yaitu
HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria;
Bab VI. Rencana Program dan Kegiatan serta Pendanaan, pada bab ini
dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, dan pendanaan indikatif yang
khususnya terkait dengan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, yaitu HIV/AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria yang disajikan dalan tabel/matriks Rencana Program, Kegiatan,
dan Pendanaan Dinas Kesehatan kurun waktu lima tahun (Tabel 1 untuk Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi, Tabel 2 untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), sebagai berikut:
16
22
22
Tabel 4 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi)
Target Konerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kinerja pada
Data
Indikator Kinerja akhir
Progran dan Capaian Unit Kerja
Tujuan, Sasaran, periode
No. Tujuan Sasaran Kode Kegiatan/Sub pada Tahun Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Penaggung Lokasi
Program, dan Renstra
Kegiatan Awal Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan Dinas
Perencanaan
Kesehatan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Tujuan… Indikator Tujuan…
Sararan… Indikator Saran …
1 02 Program Contoh Indikator
02 Pemenuhan Program untuk
UKP dan HIV/AIDS ((sesuai RAN
UKM AIDS 2020-2024)
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Cakupan ODHA dalam
pengobatan ARV
(ODHA on ART)
Proporsi bayi dari ibu
ODHA bebas HIV
Proporsi bayi dari ibu
sifilis yang bebas sifilis
22
23
Daerah
Provinsi
1 02 Sub Kegiatan Cakupan Pemeriksaan
02 Pengelolaan (Tes) HIV
1.02 Pelayanan
11 Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak
Menular
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan pengobatan
ARV
Cakupan skrining HIV
pada ibu hamil
Cakupan pengobatan
ARV bagi ibu hamil
Cakupan pemberian
ARV Profilaksis pada
bayi
Cakupan skrining sfilis
pada ibu hamil
Cakupan ibu hamil
sfilis diobati
Tabel 5 Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan (dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
Target Konerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi
Kinerja pada
Indikator Kinerja Data
akhir
Progran dan Tujuan, Sasaran, Capaian Unit Kerja
periode
No. Tujuan Sasaran Kode Kegiatan/Sub Program, dan pada Tahun Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Penaggung Lokasi
Renstra
Kegiatan Kegiatan/Sub Awal Jawab
Dinas
Kegiatan Perencanaan
Kesehatan
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Tujuan… Indikator Tujuan…
Sararan… Indikator Saran …
2 02 Program Contoh Indikator
02 Pemenuhan Program untuk
UKP dan UKM HIV/AIDS ((sesuai
RAN AIDS 2020-
2024)
Persentase ODHA
yang menjalani
1 02 Kegiatan
02 Penyediaan
2.02 Layanan
Kesehatan
untuk UKP
Rujukan, UKM
dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah
Kabupaten/Kota
1 02 Pengelolaan
02 Pelayanan
2.02 Kesehatan
11 Orang Terduga
Tuberkulosis
1 02 Pengelolaan Contoh Indikator
02 Pelayanan Kegiatan/Sub
2.02 Kesehatan Kegiatan untuk
12 Orang dengan HIV/AIDS (sesuai
Risiko RAN AIDS 2020-
Terinfeksi HIV 2024)
1 02 Sub Kegiatan Cakupan
02 Pengelolaan Pemeriksaan (Tes)
2.02 Pelayanan HIV
25 Kesehatan
Penyakit
24
25
Menular dan
Tidak Menular
Cakupan penemuan
kasus HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Cakupan skrining
HIV pada ibu hamil
Cakupan
pengobatan ARV
bagi ibu hamil
Cakupan pemberian
ARV Profilaksis
pada bayi
Cakupan skrining
sfilis pada ibu hamil
Cakupan ibu hamil
sfilis diobati
Bab VII. Kinerja Penyelenggaraan Bidang Kesehatan, dalam bab ini dikemukakan
indikator kinerja Dinas Kesehatan yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan
dicapai Dinas Kesehatan dalam lima tahun mendatang, khususnya terkait pencegahan dan
pengendalian penyakit menular yaitu HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria sebagai komitmen
untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. Tabel/matriks Indikator Kinerja
Dinas Kesehatan yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD disajikan pada Tabel
berikut ini.
Tabel 6 Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kondisi Kinerja Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kinerja
pada Awal
No. Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun pada Akhir
Renstra (Tahun Tahun 1
2 3 4 5 Renstra
0)
1 Contoh indikator Kinerja untuk
HIV/AIDS:
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk
yang tidak terinfeksi HIV
Insiden Sifilis (per 1.000 penduduk
tidak terinfeksi)
Angka kematian akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Persentase ODHA yang menjalani
terapi ARV (ODHA on ARV)
Dst …
Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis dan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV (termasuk SPM) dan Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan
Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM)
diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah
tahunan yaitu ke dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana
Kerja (Renja) Dinas Kesehatan, Rancangan Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD),
dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kesehatan, baik provinsi maupun
kabupaten/kota. Integrasi ATM ke daam dokumen perencanaan dan penganggaran
tersebut untuk memastikan adanya dukungan program, kegiatan, sub kegiatan dan
pengalokasian anggaran yang memadai yang akan digunakan untuk pembiayaan
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkolosis, dan Malaria di daerah.
Tabel 7 AIDS, Tuberkulosi, dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Provinsi
KODE
KEGIATAN
KEGIATAN
PROGRAM
URUSAN
URUSAN
BIDANG
Sumber: Permendagri No. 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-5589 Tahun 2021
26
27
Tabel 8 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
KODE
KEGIATAN
KEGIATAN
PROGRAM
URUSAN
URUSAN
BIDANG NOMENKLATUR URUSAN KABUPATEN/KOTA
SUB
1 02 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN
1 02 02 PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT
Sumber: Permendagri No. 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-5589 Tahun 2021
Pada tingkat Kabupaten/Kota, terdapat kebijakan Surat Edaran dari Kementerian Dalam
Negeri yaitu nomor 906/2214/SJ tertanggal 22 April 2022 perihal Hasil Inventarisasi dan
Pemetaan Klasifikasi, Kodefisikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah terkait DAK Tahun Anggaran 2022, DBH DR Tahun Anggaran 2022,
DBH CHT Tahun Anggaran 2022, Usulan Kemendikbudristi dan Kemenkes, terdapat
penambahan tiga nomenklatur baru yang berkenaan dengan AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria yaitu sebagai berikut:
Tabel 9 AIDS, Tuberkulosis dan Malaria dalam Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah Kabupaten/Kota sesuai Edaran Kemendagri Tahun 2022
Dengan demikian terdapat 5 nomenklatur untuk ATM, yaitu dua nomenklatur untuk
HIV-AIDS, 2 nomenklatur untuk Tuberkulosis dan 1 nomenklatur untuk Malaria.
Sebelum ini tidak terdapat nomenklatur khusus untuk Malaria. Dengan adanya 5
nomenklatur untuk ATM ini maka diperlukan definisi operasional pemanfataan nya
yaitu sebagai berikut:
28
29
Seluruh lima nomenklatur untuk ATM tersebut diatas telah tersedia pada aplikasi SIPD
Kemendagri dan agar digunaka oleh Dinas Kesehatan sesuai definisi operasional
tersebut diatas.
Tabel 9 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun Berjalan Provinsi ……………….
Urusan/Bidang Target Tingkat
Realisasi
Urusan Indikator Kinerja Realisasi Kinerja dan Tingkat Capaian Realisasi Capaian
Capaian Kinerja Capaian Kinerja Perangkat
Pemerintahan Program Capaian Anggaran Kinerja dan Kinerja dan Kinerja &
RPJMD pada dan Anggaran Daerah
No. Kode Daerah dan (outcome)/ Kinerja RKPD RKPD Tahun Realisasi Anggaran Realisasi Ket.
Tahun .... (Akhir RKPD yang Penanggung
Program/ Kegiatan/Sub s/d Tahun berjalan yg Anggaran RKPD RKPD s/d Anggaran
Periode RPJMD) Dievaluasi Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan (output) Lalu (n-2) dievaluasi (%) Tahun n-1 RPJMD s/d
(tahun n-1)
Kegiatan (tahun n-1) Tahun n-1 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9=6/7x100 10=6+8 11=10/5x100 12 13
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan Contoh indikator
UKP dan UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian
akibat
Tuberkulosis (per
100.000
penduduk)
Angka
keberhasilan
28
29
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita
penyakit DBD
Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …
1 02 02 Kegiatan
1.02 Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
1 02 02 Sub Kegiatan Contoh indikator
1.02 11 Pengelolaan sub kegiatan
Pelayanan untuk HIV/AIDS:
Kesehatan
Penyakit Menular
dan Tidak
Menular
Cakupan
Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan
penemuan kasus
HIV (ODHA)
Cakupan
pengobatan ARV
Cakupan skrining
HIV pada ibu
hamil
Dst …
Contoh indikator
sub kegiatan
untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
pemberian TPT
anak usia
Cakupan
pemberian TPT
anak usia5-14
tahun
Cakupan
pemberian TPT
pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang
sudah
melaksanakan
pengendalian
infeksi
tuberkulosis
secara terpadu
Dst …
Contoh indikator
sub kegiatan
untuk Malaria:
Proporsi suspek
malaria yang
dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/
RDT)
Proporsi kasus
yang
mendapatkan
Pengobatan
standar
Proporsi ibu
hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita
sakit yg
diskrining malaria
Dst …
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan
agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP
Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
30
31
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
Tabel 10 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah sampai dengan Tahun Berjalan Kabupaten/Kota ……………….
Urusan/Bidang Target Tingkat
Realisasi
Urusan Indikator Kinerja Realisasi Kinerja dan Tingkat Capaian Realisasi Capaian
Capaian Kinerja Capaian Kinerja Perangkat
Pemerintahan Program Capaian Anggaran Kinerja dan Kinerja dan Kinerja &
RPJMD pada dan Anggaran Daerah
No. Kode Daerah dan (outcome)/ Kinerja RKPD RKPD Tahun Realisasi Anggaran Realisasi Ket.
Tahun .... (Akhir RKPD yang Penanggung
Program/ Kegiatan/Sub s/d Tahun berjalan yg Anggaran RKPD RKPD s/d Anggaran
Periode RPJMD) Dievaluasi Jawab
Kegiatan/Sub Kegiatan (output) Lalu (n-2) dievaluasi (%) Tahun n-1 RPJMD s/d
(tahun n-1)
Kegiatan (tahun n-1) Tahun n-1 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9=6/7x100 10=6+8 11=10/5x100 12 13
K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan Contoh indikator
UKP dan UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
penemuan dan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian
akibat
Tuberkulosis (per
100.000
penduduk)
Angka
keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita
penyakit DBD
Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …
1 02 02 Kegiatan
2.02 Penyediaan
Layanan
Kesehatan untuk
UKP Rujukan,
UKM dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
32
33
Berisiko pelayanan
Terinfeksi HIV kesehatan
Contoh indikator
kegiatan untuk
Tuberkulosis:
Cakupan
pemberian TPT
anak usia
Cakupan
pemberian TPT
anak usia5-14
tahun
Cakupan
pemberian TPT
pada ODHA
Cakupan layanan
kesehatan yang
sudah
melaksanakan
pengendalian
infeksi
tuberkulosis
secara terpadu
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Proporsi suspek
malaria yang
dikonfirmasi
laboratorium
(Mikroskopis/
RDT)
Proporsi kasus
yang
mendapatkan
Pengobatan
standar
Proporsi ibu
hamil yg
diskrining malaria
Proporsi balita
sakit yg
diskrining malaria
Dst …
34
35
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
- *) = Sedang dalam proses verifikasi dan pemutakhiran kodefikasi dan nomenklatur sub kegiatan.
Bab IV. Sasaran dan Prioritas Pembangunan Daerah, dalam bab ini agar
dikemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah
berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan
capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi permasalahan ditingkat
daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.
Terkait dengan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria,
dalam bab ini agar memasukkan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan menjadi
salah satu prioritas bidang dalam pembangunan daerah tahun berkenaan (yang akan
dijadikan sebagai dasar untuk memasukkan upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, khususnya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis,
dan Malaria ke dalam Rencana Kerja dan Pendanaan Daerah), pada bab selanjutnya,
yaitu pada Bab VI.
Bab VI. Rencana Kerja dan Pendanaan Daerah, dalam bab ini agar
dikemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan/sub kegiatan prioritas
daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun
rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. Rencana
program dan kegiatan/sub kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan
masyarakat. Dengan demikian dalam bab ini agar memuat program dan kegiatan/sub
kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPJMD (dalam RPJMD masih pada level
indikator outcome) disertai dengan indikator kinerja, pagu indikatif, target, perangkat
daerah penanggung jawab urusan bidang Kesehatan, khusunya terkait pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, yang dituangkan dalam
matriks/tabel Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Prioritas yang
disertai Kebutuhan Pendanaan pada tahun berkenaan, sebagai berikut.
Tabel 11 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub KegiatanPrioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Provinsi Tahun …….
Indikator Kinerja Indikator Kinerja
Pagu
Urusan/Bidang Urusan Program Perkiraan
Indikatif Keterangan
Pemerintahan Prioritas Sasaran (Outcomes)/Kegiatan/Sub Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Kode Lokasi (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Daerah Daerah Kegiatan (Output)
Kegiatahn Tolak
Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Target
Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan UKP dan Contoh indikator
UKM program untuk
HIV/AIDS:
Persentase ODHA
yang menjalani terapi
ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS per
100.000 penduduk
Cakupan ODHA on
ART di periksa Viral
Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan
dan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian
akibat Tuberkulosis
(per 100.000
penduduk)
Angka keberhasilan
pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator
kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan penemuan
dan penanganan
penderita penyakit
DBD
36
37
Angka kejadian
Malaria
Tingkat kematian
akibat malaria
Dst …
Tabel 12 Indikasi Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Daerah Kabupaten/Kota Tahun ……
Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu
Urusan/Bidang Urusan Perkiraan
(Outcomes)/Kegiatan/Sub Indikatif Keterangan
Pemerintahan Prioritas Sasaran Hasil Program Keluaran Sub Kegiatan Hasil Sub Kegiatan Maju (Rp
Kode Lokasi Kegiatan (Output) (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Daerah Daerah
Tolak
Kegiatahn Tolak Ukur Target Tolak Ukur Target Target
Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 02 Program Pemenuhan UKP dan Contoh indikator
UKM program untuk HIV/AIDS:
Persentase ODHA yang
menjalani terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on ART
di periksa Viral Load
Dst …
Contoh indikator
program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan dan
pengobatan Tuberkulosis
(%)
38
39
Catatan:
- Format penyajian tabel sesuai Permendagri 86 Tahun 2017.
- Indikator dampak/program/kegiatan/sub kegiatan agar mengacu dokumen RAN HIV/AIDS dan PIMS, NSP Tuberkulosis, dan NSP Malaria (tahun 2020-2024).
- Kodefikasi dan nomenklatur program/kegiatan/sub kegiatan sesuai Permendagri 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020.
- K = target kinerja, Rp = alokasi pagu anggaran.
Petunjuk Teknis Integrasi AIDS-Tuberkulosis-Malaria dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
40
41
- *) = Sedang dalam proses verifikasi dan pemutakhiran kodefikasi dan nomenklatur sub kegiatan.
Bab VII. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dalam bab ini agar
memasukkan indikator terkait pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis,
dan Malaria ke dalam indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang
akan ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Daerah (IKD) disertai dengan target yang
harus dicapai pada tahun berkenaan. Indikator kinerja yang akan digunakan menjadi
indikator kinerja daerah adalah indikator kinerja level dampak (impact) dan level hasil
yang diharapkan (outcome).
Tabel 13 Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi (s.d. tahun n-1)
Perkiraan Realisasi
Capaian Target
Realisasi Target dan Realisasi Kinerja Program
Renstra Perangkat
Target dan Kegiatan Tahun Lalu (n-2)
Target Daerah s/d tahun
Kinerja Target
Kinerja berjalan
Hasil program
Capaian Realisasi
Urusan/Bidang Urusan Indikator Kinerja Program dan
Program Capaian
Pemerintahan Program dan kegiatan
Kode (Renstra Target Realisasi Program Tingkat
Daerah/Program/Kegiatan/Sub (Outcomes)/Kegiatan Keluaran (Renja
Perangkat Renja Renja dan Capaian
Kegiatan (Output) Kegiatan Tingkat Perangkat
Daerah) Perangkat Perangkat Kegiatan Realisasi
s/d Realisasi Daerah
Tahun Daerah Daerah s/d Target
dengan (% tahun n-1
....... tahun (n- tahun (n- tahun Renstra
tahun
2) 2) berjalan (%)
(n-3)
(tahun
n-1)
01 Urusan Wajib
01 Bidang Kesehatan
02
01 Program Pemenuhan UKP dan Persentase ODHA
02 UKM yang menjalani
02
terapi ARV
(ODHA on ARV)
Angka kematian
akibat HIV/AIDS
per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di periksa
Viral Load
Dst …
01 Kegiatan Penyediaan
02 Layanan Kesehatan untuk
02 UKP Rujukan, UKM dan
2.02 UKM Rujukan Tingkat
Daerah Kabupaten/Kota
01 Pengelolaan
02 Pelayanan Kesehatan
02
Orang Terduga
2.02
11 Tuberkulosis
01 Pengelolaan Cakupan
02 Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan
02
Orang dengan Risiko (Tes) HIV
2.02
12 Terinfeksi HIV
01 Pengelolaan Pelayanan Cakupan
02 Kesehatan Penyakit penemuan kasus
02 Menular dan Tidak
HIV (ODHA)
2.02 Menular
25
Cakupan
pengobatan ARV
Dst…
Pada sub bab ini juga disajikan hasil kajian terhadap capaian kinerja pelayanan
Dinas Kesehatan berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam NSPK dan
SPM, maupun terhadap IKK (Indikator Kinerja Kunci), khususnya terkait dengan
36
37
Cakupan Cakupan
Pemeriksaan Pemeriksaan
(Tes) HIV (Tes) HIV
Cakupan Cakupan
penemuan penemuan
kasus HIV kasus HIV
(ODHA) (ODHA)
Cakupan Dst…
pengobatan
ARV
Dst…
HIV/AIDS HIV/AIDS
per per
100.000 100.000
penduduk penduduk
Cakupan Cakupan
ODHA on ODHA on
ART di ART di
periksa Viral periksa Viral
Load Load
Dst … Dst …
Kegiatan Kegiatan
Penyediaan Penyediaan
Layanan Layanan
Kesehatan Kesehatan
untuk UKP untuk UKP
Rujukan, UKM Rujukan, UKM
dan UKM dan UKM
Rujukan Tingkat Rujukan Tingkat
Daerah Daerah
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Pengelolaan Cakupan Pengelolaan Cakupan
Pelayanan Pemeriksaan Pelayanan Pemeriksaan
Kesehatan Kesehatan
(Tes) HIV (Tes) HIV
Penyakit Penyakit
Menular dan Menular dan
Tidak Menular Tidak Menular
Cakupan Cakupan
penemuan penemuan
kasus HIV kasus HIV
(ODHA) (ODHA)
Cakupan Cakupan
pengobatan pengobatan
ARV ARV
Dst… Dst…
Catatan: Review terhadap Rancangan Awal RKPD anatara lain juga terkait penjelasan temuan-
temuan setelah proses tersebut dan catatan penting terhadap perbedaan dengan rancangan awal RKPD,
misalnya: terdapat rumusan program dan kegiatan baru yang tidak terdapat di rancangan awal RKPD,
atau program dan kegiatan cocok namun besarannya berbeda.
Bab III. Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
dikemukakan telaahan terhadap kebijakan nasional yang menyangkut arah kebijakan
dan prioritas pembangunan nasional dan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Dinas Kesehatan. Pada bab ini juga dilakukan perumusan tujuan dan sasaran didasarkan
atas rumusan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan yang
dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra Dinas Kesehatan, khususnya terkait
dengan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosi, dan Malaria.
Selanjutnya dalam bab ini disertai juga rumusan rencana program dan kegiatan yang
sebenarnya juga telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kesehatan, selanjutnya
disajikan pada tabel Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas
Kesehatan sebagai berikut:
Tabel 17 Rumusan Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi
Perkiraan Maju
Urusan/Bidang Urusan Rencana Tahun …… (Tahun Rencana)
Indikator Kinerja Program Rencana Tahun …..
Pemerintahan Catatan
Kode (Outcomes)/Kegiatan/Sub Target Kebutuhan Kebutuhan Target Kebutuhan
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Pneting
Kegiatan (Output) Lokasi Capaian Dana/Pagu Sumber Capaian Dana/Pagu
Kegiatan
Kinerja Indikatif Dana Kinerja Indikatif
01 Urusan Wajib
01 Bidang Kesehatan
02
01 Program Pemenuhan UKP dan Persentase ODHA yang
02 UKM menjalani terapi ARV
02
(ODHA on ARV)
Angka kematian akibat
HIV/AIDS per 100.000
penduduk
Cakupan ODHA on ART di
periksa Viral Load
Dst …
38
39
Perkiraan Maju
Urusan/Bidang Urusan Rencana Tahun …… (Tahun Rencana)
Indikator Kinerja Program Rencana Tahun …..
Pemerintahan Catatan
Kode (Outcomes)/Kegiatan/Sub Target Kebutuhan Kebutuhan Target Kebutuhan
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Pneting
Kegiatan (Output) Lokasi Capaian Dana/Pagu Sumber Capaian Dana/Pagu
Kegiatan
Kinerja Indikatif Dana Kinerja Indikatif
Bab IV. Rencana Kerja dan Pendanaan Dinas Kesehatan, dalam bab ini agar
memuat program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kesehatan
beserta indikator kinerja, pagu indikatif, dan target, khusunya terkait pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, yang disajikan dalam
tabel/matriks Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan dan Pendanaan Dinas
Kesehatan pada tahun berkenaan, sebagai berikut:
Tabel 19 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kesehatan Provinsi
Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Pagu
Perkiraan
(Outcomes)/Kegiatan/Sub Kegiatan Keluaran Sub Hasil Sub Indikatif Keterangan
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Prioritas Sasaran Hasil Program Maju (Rp
Kode Lokasi (Output) Kegiatan Kegiatan (Rp)
Daerah/Program/Kegiatan/Sub Kegiatahn Daerah Daerah
Tolak Tolak Tolak
Target Target Target
Ukur Ukur Ukur
01 Urusan Wajib
01 02 Bidang Kesehatan
01 02 Program Pemenuhan UKP dan UKM Contoh indikator program untuk
02 HIV/AIDS:
Persentase ODHA yang menjalani
terapi ARV (ODHA on ARV)
Angka kematian akibat HIV/AIDS
per 100.000 penduduk
Cakupan ODHA on ART di periksa
Viral Load
Dst …
Contoh indikator program untuk
Tuberkulosis:
Cakupan penemuan dan
pengobatan Tuberkulosis (%)
Tingkat kematian akibat
Tuberkulosis (per 100.000
penduduk)
Angka keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis (%)
Dst …
Contoh indikator kegiatan untuk
Malaria:
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit
DBD
Angka kejadian Malaria
Tingkat kematian akibat malaria
Dst …
40
41
Tabel 20 Rencana Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
01 02 02 Kegiatan Penyediaan
2.02 Layanan Kesehatan
untuk UKP Rujukan,
UKM dan UKM Rujukan
42
43
44
45
46
47
Tabel 21 Plafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi
PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN
FLAFON PERKIRAAN
Sub Lokasi
Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Indikator Kinerja ANGGARAN MAJU
Kegiatan Sub KETERANGAN
Program SEMENTARA
Target Keluaran Target Keluaran Sub Target Kegiatan N+1 N+2
Hasil Program (Rp)
Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian
01 Urusan
Wajib
01 02
Bidang
Kesehatan
01 02 02 Persentase
Program ODHA yang
Pemenuhan menjalani
UKP dan terapi ARV
UKM (ODHA on ARV)
Angka
kematian akibat
HIV/AIDS per
100.000
penduduk
Cakupan ODHA
on ART di
periksa Viral
Load
Dst …
01 02 02 1.02
Kegiatan
Penyediaan
Layanan
Kesehatan
untuk UKP
Rujukan, UKM
dan UKM
Rujukan Tingkat
Daerah Provinsi
01 02 02
1.02 11
Pengelolaan
Pelayanan
Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak
Menular
Cakupan
Pemeriksaan
(Tes) HIV
Cakupan
penemuan
kasus HIV
(ODHA)
Cakupan
pengobatan
ARV
Dst…
Catatan: APBD disusun dengan mempedomani KUA PPAS yang didasarkan pada RKPD (Pasal 23 PP 12 Tahun 2019)
Tabel 22 Flafom Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Kabupaten/Kota
PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN FLAFON PERKIRAAN
Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Sub Kegiatan Indikator Kinerja Lokasi ANGGARAN MAJU
SEMENTARA KETERANGAN
Program Hasil Target Keluaran Target Keluaran Sub Target Sub N+ N
Program Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan Capaian Kegiatan (Rp) 1 +2
01 Urusan
Wajib
01 02
Bidang
Kesehatan
01 02 02 Persentase 01 02 02 2.02 01 02 02
Program ODHA yang Kegiatan 2.02 11
Pemenuhan menjalani Penyediaan Pengelolaan
UKP dan terapi ARV Layanan Kesehatan Pelayanan
UKM (ODHA on untuk UKP Rujukan, Kesehatan
ARV) UKM dan UKM Orang
Rujukan Tingkat
48
49
Daerah Terduga
Kabupaten/Kota Tuberkulosis
Angka 01 02 02 Cakupan
kematian 2.02 12 Pemeriksaan
akibat Pengelolaan (Tes) HIV
HIV/AIDS Pelayanan
per Kesehatan
100.000 Orang
penduduk Berisiko
Terinveksi HIV
Cakupan 01 02 02 Cakupan
ODHA on 2.02 25 penemuan
ART di Pengelolaan kasus HIV
periksa Viral Pelayanan (ODHA)
Load Kesehatan
Penyakit
Menular dan
Tidak Menular
Dst … Cakupan
pengobatan
ARV
Dst…
Integrasi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria dalam Renja Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kesehatan
KUA dan PPAS yang telah disepakati Kepala Daerah bersama DPRD menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun RKA SKPD.
Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perLrndangundangan. RKA Dinas
Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan
pada Tabel 23 dan Tabel 24 berikut.
Tabel 23 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Provinsi
50
51
Tabel 24 RKA Dinas Kesehatan Berdasarkan Urusan Pemerintahan dan Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Terkait ATM Daerah Kabupaten/Kota
01 02
02 2.02 12
Pengelol
01 02 02 2.02 12 aan Pelayanan
Kesehatan Orang
Berisiko
Terinveksi HIV
Pengelol
aan Pelayanan
Kesehatan
01 02 02 2.02 25
Penyakit Menular
dan Tidak
Menular
52
52
52
52
53
Latar Belakang
Tahun 2030 merupakan agenda penting dalam upaya penyelesaian masalah endemi
AIDS/HIV. Meskipun angka kematian dan insiden HIV/AIDS telah menurun hampir 50%
sejak tahun 2000, agenda penyelesaian kasus HIV/AIDS masih jauh dari targetan realisasi
internasional. Pada tahun 2016, lebih dari 1 juta orang meninggal dunia karena HIV/AIDS6
dan hampir 2 juta orang terinfeksi HIV. 7 Komitmen berkelanjutan untuk mengatasi
HIV/AIDS sangat penting untuk mencapai tujuan ambisius mengakhiri AIDS pada tahun
2030 (ditetapkan oleh UNAIDS). Landasan utama dari tujuan ini dijalankan melalui target
90-90-90 dengan memastikan 90% orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) mengetahui
statusnya, 90% dari yang telah didiagnosis dengan HIV atau AIDS menjalankan terapi
antiretroviral (ART), dan berupaya menekan hingga 90% penyebaran virus pada pasien
yang memakai ART di tahun 2020. 8 Perawatan dan pengobatan yang efektif dan tepat
dalam penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya dalam upaya mengurangi kematian tetapi
juga memperlambat penularan virus, menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada agenda
untuk mengakhiri AIDS hingga tahun 2030.9
Indonesia pertama kali mendeteksi kasus HIV/AIDS pada tahun 1987 ketika seorang turis
asing di Bali terkonfirmasi positif HIV. 10 Pada tahun berikutnya pemerintah Indonesia
memulai surveilans sentinel sistematis terhadap pekerja seks di Jakarta dan Surabaya.
Dilanjutkan upaya, Kementerian Kesehatan RI membentuk Komite Penanggulangan AIDS
Nasional yang terdiri dari perwakilan multi sektoral dan lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan komitmen dalam pencegahan
dan pengurangan HIV dan AIDS, terutama setelah Krisis Ekonomi pada tahun 1998.
Dengan bantuan keuangan dari berbagai negara dan organisasi internasional, telah aktif
dilaksanakan program penuntasan kasus HIV/AID yang ditargetkan dijalankan di provinsi
dengan tingkat HIV dan AIDS tertinggi, misalnya DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur,
Jawa Barat, dan Papua11.
6
James SL, Abate D, Abate KH, et al. Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with
disability for 354 diseases and injuries for 195 countries and territories, 1990–2017: a systematic analysis for the Global
Burden of Disease Study 2017. Lancet 2018; 392: 1789–858.
7
Dicker D, Nguyen G, Abate D, et al. Global, regional, and national age-sex-specific mortality and life expectancy,
1950–2017: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2017. Lancet 2018; 392: 1684–735.
8
UNAIDS. 90-90-90: An ambitious treatment target to help end the AIDS epidemic. October, 2014.
http://www.unaids.org/sites/ default/files/media_asset/90-90-90_en.pdf (accessed Feb 25, 2022).
9
Annie Haakenstad et al., Potential for additional government spending on HIV/AIDS in 137 low-income and middle-
income countries: an economic modelling study, www.thelancet.com/hiv Vol 6 June 2019
10
Elmendorf AE, Jensen ER, Pisani E. Evaluation of the World Bank's Assistance in Responding to the AIDS
Epidemic: Indonesia Case Study. Washington DC: World Bank; 2005.
11
National AIDS Commission (NAC). National Action Plan 2007–2010. Jakarta (Indonesia): NAC; 2007.
12
Widen E. Aid effectiveness in the Indonesian AIDS response. Amsterdam, Netherlands: Royal Tropical Institute
(KIT); 2008
“
penjangkauan disediakan oleh berbagai pihak baik pemerintah, maupun sektor swasta, dan
LSM.
Indonesia berupaya untuk mencapai ending
HIV/AIDS pada tahun 2030 sejalan dengan Upaya penting dalam
komitmen dengan negara lainnya di tingkat global. penyelesaian kasus
Pada Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan HIV/AIDS adalah
menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN)
Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS di
dengan menghilangkan
Indonesia sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan stigma terhadap ODHIV,
dan diharapkan dapat mengharmoniskan langkah sehingga akses
juang mencapai akhir AIDS pada tahun 2030. layanan kesehatan
Tantangan akses layanan, perilaku mencari obat untuk tes HIV,
(termasuk pengobatan ARV) oleh Orang dengan HIV termasuk, dan
(ODHIV), ketersediaan logistic baik ARV, obat
untuk infeksi Oportunistik, obat IMS dan reagen, pengobatan dapat “
diharapkan sudah dijelaskan dalam dokumen strategi, dijalankan dengan baik
intervensi dan kegiatan yang dituangkan dalam
RAN Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan
PIMS di Indonesia Tahun 2020-2024.
54
55
Promosi Kesehatan
Edukasi yang efektif untuk pencegahan perilaku berisiko tertular dan menularkan
HIV pada masyarakat terutama kepada populasi kunci berisiko (Strategi 2 RAN)
Pencegahan;
a. Kegiatan efektif untuk perubahan perilaku dan social (BHC) terutama dalam
penggunaan alat pencegahan (kondom, pelicin, alat suntik steril) sehingga
tidak tertular HIV (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
b. Penyediaan alat pencegahan yang efektif dalam memutus penularan HIV
(kondom, pelicin, alat suntik steril) dalam jumlah yang memadai untuk
perubahan perilaku (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
c. Penjangkauan untuk edukasi pada populasi paling berisko dan pada sektor
kunci, tempat kerja berisiko seperti pekerja migran di sektor kontruksi,
sektor transportasi, dll (Strategi 1 dan Strategi 2 RAN)
56
57
Surveillans;
a. Penemuan aktif kasus IMS dan HIV melalui screening/testing IMS dan HIV,
investigasi kontak/contact tracing dan notifikasi pasangan (Strategi 2 RAN)
b. Pencatatan dan pelaporan yang akurat dan mudah memanfaatkan teknologi
informasi (Strategi 2 dan Strategi 3 RAN)
c. Pemetaan aktif pada populasi berisiko bersama lintas sektor (Strategi 4
RAN)
d. Survei resistensi obat (Strategi 2 RAN)
Penanganan Kasus
a. Pendampingan untuk kepatuhan minum obat ARV pasien ODHIV (Strategi
2 RAN)
b. Penemuan kasus loss follow up / berhenti mengikuti treatment ARV untuk
kembali pada kepatuhan minum obat (Strategi 2 RAN)
c. Penemuan kasus IMS dan pengobatan IMS sampai sembuh (Strategi 2 RAN)
d. Peningkatan jumlah Puskesmas layanan IMS dan HIV, termasuk layanan
ARV (Strategi 2 RAN)
Sistem Informasi
a. Perbaikan pencatatan dan pelaporan dari tingkat daerah (fasyankes)
termasuk pemanfaatan NIK (Strategi 4 dan Strategi 5 RAN)
b. Pemanfataan teknologi informasi untuk edukasi dan layanan kesehatan pada
kelompok paling berisiko / populasi kunci (Strategi 5 RAN)
Enabling Environment
a. Dukungan social ekonomi bagi ODHIV dengan keluarga kurang mampu
(Strategi 4 RAN)
b. Kesiapan fasyankes dan fasilitas layanan public untuk melayani tanpa
diskriminasi dan stigmatisasi (Strategi 4 RAN)
Pemberdayaan Masyarakat
Peningkatan peran masyarakat / komunitas (seperti lokalisasi, tempat hiburan
malam, dll) untuk perilaku sehat dan perilaku mencari pengobatan (Strategi 3 RAN)
58
59
60
61
Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di
seluruh dunia dan jauh lebih tinggi dari HIV/AIDS. TBC mempengaruhi lebih dari 10 juta
orang di seluruh dunia dan menyebabkan 1,4 juta kematian setiap tahunnya, menurut
laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan pada tahun 201913. Beban
penyakit tertinggi berada di Asia Tenggara dan Afrika, dimana Indonesia memiliki angka
kasus TB tahunan tertinggi kedua dari negara mana pun secara global. Pada tahun 2019
Indonesia gagal mencapai target angka keberhasilan pengobatan (TSR) yang ditetapkan
oleh WHO14. Kasus yang tidak berhasil diobati dapat berkontribusi pada resistensi obat,
dan sangat penting untuk mengoptimalkan pengobatan antimikobakteri untuk mengurangi
“
perkembangan resistensi TB15.
Indonesia merupakan salah satu dari
30 negara dengan beban Multidrug-resistant
tuberculosis (MDR-TB) yang tinggi di dunia.
Pada tahun 2018, tercatat 563.879 kasus TB
Indonesia merupakan 1
dalam program, dengan perkiraan 24.000 dari 30 negara yang
kasus TB MDR/RR (2,4% kasus baru dan gagal mengendalikan
13% pasien TB yang pernah diobati), namun TB bahkan merupakan
cakupan pengobatan hanya 67% 16 Hingga negara terbanyak kedua
2019, Manajemen terprogram layanan TB
Resistan Obat (PMDT) 17 di Indonesia telah
berkembang pada 198 Rumah
Sakit/Puskesmas yang melaksanakan layanan
dengan insiden kasus
TB terbanyak di Dunia
“
TB Resistan Obat dan 9754 lokasi satelit
pengobatan di 34 provinsi18
Indonesia memiliki insidensi TB yang tinggi, berbagai catatan studi telah
menunjukkan bahwa Indonesia diperparah dengan rendahnya fasilitas pengobatan TB.
Peran penyedia layanan kesehatan swasta dalam memberikan pelaynaan tuberculosis
terutaa dalam deteksi dini dan pelacakan kasus kurang optimal. Masih terdapat
kesenjangan terkait informasi mencari fasilitas pengobatan oleh pasien dan pola pencarian
pasien cenderung menghindari pengobatan medis19.
13
Soedarsono, et al., 2022 “Development of population pharmacokinetics model of isoniazid in
Indonesian patients with tuberculosis” International Journal of Infectious Diseases 117 (2022) 8–14
14 World Health Organization. Global Tuberculosis Report. Geneva, Switzerland: World Health
Organization; 2020 .
15
Lee CR , Cho IH , Jeong BC , Lee SH . Strategies to minimize antibiotic resistance. Int JEnviron Res
Public Health 2013;10(9):4274–305 .
16
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2019. WHO/CDS/TB/ 2019.15. Geneva:
World Health Organization; 2019.
17
Directorate General of Disease Prevention and Control. TB MDR [Internet]. Jakarta: Indonesian
Health Ministry; 2020 [cited 2020 Apr 8]. Available from: https://tbindo nesia.or.id/informasi/teknis/tb-mdr/.
18
Izhar, et al., 2021 Predictors and health-related quality of life with short form-36 for multidrug-resistant
tuberculosis patients in Jambi, Indonesia: A case-control study Clinical Epidemiology and Global Health 12
(2021) 100872
19
Lestari, et al., Patient pathways and delays to diagnosis and treatment of tuberculosis in an urban
setting in Indonesia The Lancet Regional Health - Western Pacific 5 (2020) 100059
Untuk itu peran aktif aktor pengambil kebijakan terutama pemerintahan di daerah
yang menangani urusan kesehatan sangat diperlukan. Peran aktif tersebut dapat dimulai
dengan mengintegrasikan dan memahami TB sebagian bagian penting dalam pelayanan
dasar bidang kesehatan dengan indikator penyelesaian endemi sebagai outcome akhirnya.
Dalam konteks yang demikian dirasa perlu untuk memperjelas arahan-arahan terkait
penyediaan program TB bagi daerah.
Kegiatan pencegahan dan pengendalian ATM yang prioritas tetapi sering menjadi gap /
tidak ada pembiayaan nya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Penyediaan peralatan laboratorium dan bahan penunjang diagnosis yang
memadai (Strategi 2 StraNas)
b. Melakukan koordinasi dan jejaring multi-program/multi-sektor untuk
meningkatkan kegiatan pengendalian TB di antara lembaga-lembaga tingkat
kabupaten terkait (Strategi 5 StraNas)
c. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas pengendalian TB, terkait dengan
peran dan tanggung jawab utama melalui workshop, pelatihan nakes, dll
(Strategi 1 StraNas)
62
63
Tingkat Desa
a. Melakukan kampanye dan promosi gaya hidup sehat (PHBS), diet seimbang,
serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular, termasuk HIV/AIDS
dan TB kepada masyarakat / sasaran kunci (Strategi 3 StraNas)
b. Pengadaan, pengembangan, perluasan, dan pemeliharaan prasarana
kesehatan di desa yang dapat digunakan sebagai tempat pencegahan,
promosi, dan skrining TB, mis. poliklinik desa, Posyandu,
Poskesdes/Polindes (Strategi 3 StraNas)
c. Pelacakan kasus yang putus berobat (Strategi 3 StraNas)
d. Pelacakan kasus kontak erat dengan TB (Strategi 3 StraNas)
Surveilans;
a. Penemuan aktif kasus TBC melalui kegiatan investigasi kontak (Strategi 3
StraNas)
b. Peningkatan ketaatan dan kualitas pencatatan dan pelaporan (Strategi 4
dan Strategi 6 StraNas)
64
65
factor resiko seperti pada pabrik garmen dengan lingkungan kurang bersih /
sirkulasi udara tidak baik) dan lain-lain yang sifatnya berkaitan dengan output
mengikuti TBC testing dan peningkatan pemahaman informasi terkait TBC
2. Penyediaan reagensia, bahan medis habis pakai dan bahan terkait sehingga TBC
testing (pengambilan sputum) dapat dilaksanakan oleh daerah pada jumlah yang
dibutuhkan. Dalam situasi jumlah reagensia yang diberikan Pemerintah pusat
(jika ada) tidak memadai, Daerah agar menganggarkan pengadaan ini. Termasuk
pada bagian ini adalah perluasan jumlah puskesmas / klinik swasta (jejaring) yang
mampu melaksanakan test TBC sehingga idealnya seluruh Puskesmas mampu
melakukan test TBC. Untuk penyediaan komoditi ini maka seluruh biaya
distribusi nya sampai dengan ke unit fasyankes termasuk yang dibiayai pada
APBD.
3. Pelaksanaan berbagai kegiatan terkait dengan perubahan perilaku dan social
(behavior and social change / BSC) sehingga masyarakat/warga yang memiliki
risiko dapat menghilangkan risiko tertular/menularkan TBC. Perubahan perilaku
ini dapat yang sifatnya individual maupun kelompok/komunal, misalnya
perubahan perilaku pekerja / manajemen perusahaan sehingga tempat kerja lebih
sehat dengan sirkulasi udara yang mencegah penularan TBC. Termasuk
didalamnya adalah kerja-kerja kader kesehatan / penjangkau / community
organizer untuk adanya kesepakatan / kebijakan pencegahan dan pengendalian
TBC di tempat kerja serta kerja-kerja pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat
dan media.
4. Penyediaan obat terkait TBC yang tidak disediakan Pusat serta bahan habis pakai
bagi penanganan pasien TBC serta biaya untuk penjaminan mutu yang dibutuhkan
untuk laboratorium pemeriksaan TBC
5. Pendampingan / pengkondisian sehingga pasien TBC dapat memperoleh layanan
obat TBC (OAT) di fasyankes serta mempertahankan pengobatannya.
Pembiayaan kegiatan ini termasuk misalnya pembiayaan transport untuk
pengantaran obat bagi pasien TBC tak mampu (misal Ojek Antar OAT) bagi
pasien yang memenuhi syarat serta biaya pelaksanaan kegiatan untuk
mengembalikan pasien putus OAT untuk kembali menggunakan OAT.
6. Kegiatan yang berkenaan dengan unsur dan fungsi manajemen yang melekat pada
kewenangan Pemerintah Daerah seperti rapat-rapat koordinasi, pertemuan
perencanaan, kegiatan evaluasi-monitoring dan sejenisnya sesuai penjelasan pada
lampiran Undang Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (upaya ini
termasuk pembiayaan untuk Tim Percepatan Eliminasi TBC di Daerah)
7. Perbaikan atau peningkatan sistem pencatatan / pelaporan (surveillance)
pelaksanaan layanan TBC termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi
8. Peningkatan kesadaran (awaraness) masyarakat dan edukasi yang bersifat publik
/ massif terkait TBC sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu untuk mencegah
dan mencari layanan kesehatan, termasuk didalamnya adalah penggunaan medsos
dan teknologi informasi sehingga kegiatan ini relative tidak membutuhkan biaya
besar atau menjadi bagian dari kurikulum di sekolah (misalnya kurikulum
kesehatan lingkungan / kegiatan UKS).
Seluruh kegiatan diatas disusun berdasarkan urutan prioritas, jika terdapat
kegiatan yang telah dipenuhi oleh sumber dana lainnya (non APBD) maka pembiayaan
pada APBD pada prioritas berikutnya yang belum memiliki pembiayaan. Skala /
besaran pembiayaan disesuaikan dengan besaran masalah (jumlah populasi berisiko
yang ada) diwilayah tersebut
Berikut ini adalah urutan kegiatan prioritas yang perlu dianggarkan di daerah
(pada Perangkat Daerah berkenaan, non-Dinas Kesehatan) untuk pencegahan dan
pengendalian Tuberkulosis.
a. Perumusan / kesepakatan kebijakan perusahaan untuk pengendalian TBC di
tempat kerja, termasuk pemberian izin tanpa dikeluarkan bagi pasien TBC dalam
pengobatan.
b. Dukungan ekonomi bagi Pasien TBC kurang mampu (termasuk didalamnya
seperti pelatihan keterampilan ekonomi, dukungan modal usaha awal, dll). Perlu
dilakukan sensitifikasi sehingga penerima bantuan ekonomi termasuk
didalamnya kepada warga yang kurang mampu akibat/terkait dengan penyakit
yang dialaminya.
c. Perlindungan dari tindakan diskriminasi bagi pasien TBC maupun keluarganya
serta upaya untuk menurunkan stigmatisasi dalam masyarakat.
d. Peningkatan peran aparatur desa/kelurahan serta tokoh masyarakat untuk ikut
berperan dalam edukasi TBC, mendorong warga nya yang berisiko serta menjaga
ketenangan lingkungan (tanpa diskriminasi) jika ada warga / pasien TBC dalam
pengobatan di lingkungan nya
e. Kegiatan untuk memastikan adanya dukungan dana desa/kelurahan bagi kerja-
kerja pencegahan dan pengendalian TBC di tingkat desa/kelurahan (termasuk
disini adalah pembiayaan kader kesehatan bersumber dana non-Dinas
Kesehatan)
66
67
Latar Belakang
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk bebas Malaria tahun 2030 telah dituangkan
dalam Prioritas Pembangunan Nasional 2020-2024. Prioritas Pembangunan Nasional
ditujukan untuk mengharmonisasi seluruh sumber daya dalam menyiapkan generasi emas
Indonesia 2045, dimana salah satu pilar Prioritas Pembangunan Nasional adalah
membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Khusus untuk sektor kesehatan, salah
satu upaya membangun sumber daya manusia tersebut adalah dengan menurunkan angka
kematian bayi dan ibu serta menghentikan penularan malaria (Renstra Kemenkes 2020-
2024). Mempertimbangkan pentingnya usaha ini, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) dan Kantor Staf Presiden (KSP) telah menempatkan Program
Eliminasi Malaria dalam pemantauan mereka karena penundaan untuk bebas dari malaria
secepatnya dapat mengarah kepada kelelahan petugas kesehatan dan berpindahnya alokasi
pendanaan untuk penyakit lain.
Agenda eliminasi malaria merupakan salah satu indikator dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020 – 2024, ditargetkan eliminasi malaria tahun
2020 sebanyak 325 Kabupaten/Kota dan tahun 2021 sebanyak 345 Kabupaten/Kota dan
telah dicapai eliminasi malaria sampai Desember tahun tahun 2020 sejumlah 318
Kabupaten/Kota dan sampai Desember tahun 2021 sejumlah 347 Kabupaten/Kota.
Implementasi terhadap komitmen bebas Malaria 2030 dijelaskan dalam dokumen
Rencana Aksi Nasional Percepatan Eliminasi Malaria (RAN-PEM 2020-2024). Dokumen
RAN memberikan informas strategis yang menjadi acuan untuk perencanaan, pembiayaan,
implementasi, pemantauan dan evaluasi bagi semua pemangku kepentingan yang terkait
dengan program eliminasi malaria, meliputi pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, swasta, mitra kerja, lembaga donor, organisasi kemasyarakatan dan
masyarakat. Dokumen RAN dapat digunakan sebagai perangkat untuk mobilisasi dana serta
harmonisasi kegiatan oleh pemerintah pusat. Sedangkan di daerah, dokumen RAN
diharapkan menjadi acuan untuk penyusunan RAPBN dan RAPBD serta pengembangan
rencana aksi daerah pada masing-masing provinsi dan kabupaten/kota.
Berdasarkan beberapa dokumen kebijakan di Pusat maka disusun Panduan Teknis
Integrasi (PTI) terkait Malaria ini dengan penjelasan prioritisasi kegiatan sesuai situasi
dan kesenjangan kebutuhan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
68
69
Surveilens Malaria
a. Penyusunan Profil Malaria di Provinsi
b. Analisis, validasi dan umpan balik SISMAL dari Fasilitas kesehatan dan
atau Kabupaten/Kota.
c. Pelaksanaan Pre Assessment dan uji petik Eliminasi Malaria
Kabupaten/Kota endemis rendah yang telah memenuhi persyaratan
Eliminasi.
d. Melakukan Bimbingan/Pendampingan Penyelidikan Epidemiologi 1-2-5
Kabupaten/Kota endemis rendah dan Bebas Penularan Malaria di Provinsi
(DAK Non Fisik/BOK Provinsi; Lampiran nomor 1.4b surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) tahun 2022.
e. Analisis dan umpan balik Pelaksanaan Pencegahan timbulnya Kembali
penularan Malaria di Kab/ Kota Bebas Malaria
f. Koordinasi Lintas Batas
Tatalaksana Malaria
a. Membentuk dan Pelaksanaan Pokja Talaksana Malaria di Provinsi
b. Membentuk dan Pelaksanaan jejaring kerjasama Pemerintah-swasta
dalam tatalaksana Malaria (PPM di Provinsi
c. Pembentukan jejaring pemantapan mutu laboratorium Malaria di Provinsi
dan Kab/Kota dan rujukannya.
d. Pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu laboratorium Malaria antara lain
melalui uji silang, panel test dgn menggunakan slide standar di Provinsi.
(DAK Non Fisik/BOK Provinsi Lampiran nomor 1.4a surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) tahun 2022
e. Bimbingan teknis dan supervisi tata laksana oleh Provinsi bersama
anggota pokja tatalaksana malaria
SURVEILENS MALARIA
70
71
Analisis, validasi dan umpan balik Analisis, validasi dan umpan Analisis, validasi dan umpan
data SISMAL dari Fakses (DAK balik data SISMAL/PE dari balik data SISMAL/PE dari
Non Fisik/BOK Puskesmas Fakses (DAK Non Fisik/ BOK Fakses (DAK Non Fisik/BOK
lampiran surat Sekjen Puskesmas lampiran surat Sekjen Puskesmas lampiran surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/ 2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 3.4.8) tahun 2022 2021) nomor 3.4.8) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.8) tahun 2022.
Melakukan Self Assessment utk Melakukan Self Assessment utk Melakukan Self Assessment utk
Penilaian stratifikasi endemisitas Penilaian Eliminasi Malaria Stratifikasi Pencegahan timbunya
Malaria di Desa-desa terkait stratifikasi Fokus. Kembali Malaria
Pelatihan penyegaran PE dan Pelatihan penyegaran PE dan
SISMAL SISMAL
Pelaksanaan penyelidikan Pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi Malaria termasuk epidemiologi Malaria termasuk
klasifikasi kasus dan klasifikasi klasifikasi kasus Malaria (DAK
focus malaria (DAK Non Non Fisik/BOK Kabupaten/Kota
Fisik/BOK Kabupaten/Kota lampiran surat Sekjen
lampiran surat Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 2021) no. 2.4e dan BOK
2021) no. 2.4e & BOK Pusk Puskesmas nomor 3.4.7). 2022.
nomor 3.4.7) 2022.
Pemetaan desa endemisitas malaria Pemetaan daerah fokus malaria Pemetaan daerah reseptif malaria
Pelaksanaan surveilans vektor Pelaksanaan surveilans vektor Pelaksanaan surveilans vektor
malaria (DAK Non Fisik/BOK malaria (DAK Non Fisik/BOK malaria (DAK Non Fisik/BOK
Puskesmas lampiran surat Sekjen Pusk lampiran surat Sekjen Pusk lampiran surat Sekjen
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
2021) nomor 3.4.32) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.32) tahun 2022. 2021) nomor 3.4.32) tahun 2022.
Pengadaan kelambu
berinsektisida 1-2-5 kusus daerah
MMP (DAK Fisik 2022) CEK DI
APLIKASI KRISNA.
Distribusi kelambu berinsektisida Distribusi kelambu di focus aktif
ke Puskesmas dan Desa (DAK Non pasca PE 1-2-5 (DAK Non Fisik/
Fisik/ BOK Puskesmas lampiran BOK Puskesmas lampiran surat
surat Sekjen 01/01/18370/ 2021, Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
tgl 27 Sept 2021) nomor 3.4.33) Sept 2021) nomor 3.4.33) 2022.
tahun 2022.
Pengadaan Larvasida untuk desa Pengadaan Larvasida untuk focus Pengadaan Larvasida untuk
endemis tinggi (DAK Fisik 2022) malaria (DAK Fisik 2022) CEK daerah reseptif
CEK DI APLIKASI KRISNA. DI APLIKASI KRISNA.
Pemantauan 1-1-3 pasca distribusi Pemantauan 1-1-3 pasca
kelambu (DAK Non Fisik/ BOK distribusi kelambu di focus aktif
Puskesmas lampiran surat Sekjen pasca PE 1-2-5 (DAK Non Fisik/
01/01/18370/2021, tgl 27 Sept BOK Puskesmas lampiran surat
2021) nomor 3.4.34) 2022. Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27
Sept 2021) nomor 3.4.34) 2022.
Pelaksanaan integrated Vektor Pelaksanaan integrated Vektor Pelaksanaan integrated Vektor
Management (IVM) didesa-desa Management (IVM) didaerah Management (IVM) daerah
endemis tinggi (DAK Non Fisik/ focus Malaria (DAK Non Fisik/ reseptif pasaca PE 1-2-5 (DAK
BOK Puskesmas lampiran surat BOK Puskesmas lampiran surat Non Fisik/ BOK Puskesmas
Sekjen 01/01/18370/2021, tgl 27 Sekjen 01/01/18370/ 2021, tgl lampiran surat Sekjen
Sept 2021) nomor 3.4.30) tahun 27 Sept 2021) nomor 3.4.30) 01/01/18370/2021, tgl 27 Sept
2022. tahun 2022. 2021) nomor 3.4.30) tahun 2022.
Pengadaan spraycan daerah tak Pengadaan spraycan daerah
bisa dicakup LLIN focus aktif tak bisa dicakup
LLIN
TATALAKSANA MALARIA
72
73
VI Penutup
Petunjuk Teknis Integrasi ATM dalam Dokumen Perencanaan ini disusun untuk
memberikan kemudahan bagi Pemerintah Daerah dalam merencanakan
penggunaan dana daerah pada APBD sehingga sebesar besarnya memberikan
manfaat kepada masyarakat.
74