Anda di halaman 1dari 13

Otoritas Tradisional

Tipe otoritas ini berlandaskan pada suatu kepeercayaan yang mapan terhadap kekudusan tradisi-tradisi
zaman dulu serta legitimasi status mereka yang menggunakan otoritas yang dimilikinya. Salah satu
alasan orang taat pada otoritas ini karena orang tersebut menganggap bahwa hal itu sudah selalu ada
dan aturan-aturan yang dibuat oleh pihak yang memiliki otoritas merupakan peraturan yang telah ada
sejak lama dan dihormati sepanjang waktu secara turun temurun.

Tipe otoritas tradisional ini merupakan suatu otoritas yang dimiliki seorang pemimpin karena adanya
hubungan keluarga dengan pemimpin terdahulu dari para pengikutnya, sehingga para pengikut yang
telah memiliki rasa patuh terhadap pemimpinya terdahulu secara otomatis akan mengikuti dan patuh
terhadap otoritas yang dibuat oleh pemimpin mereka yang baru. Walaupun aturan-aturan yang dibuat
oleh pemimpin tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan para pengikutnya, namun mereka
tetap akan menghormati atau bahkan melaksanakan aturan-aturan tersebut meskipun dengan rasa
terpaksa. Sistem otoritas tradisonal ini dapat kita temukan pada masyarakat tradisional ataupun
masyarakat yang menganut sistem feodalisme.

2. Otoritas Karismatik

Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Otoritas ini berbeda
dengan otoritas tradisional yang diperoleh seorang pemimpin melalui hubungan keluarga dari pemimpin
sebelumnya. Otoritas ini muncul akibat adanya sikap luar biasa yang muncul dari dalam diri seorang
pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan atau sering disebut dengan “karisma”. Karisma sendiri
memiliki makna yang menunjuk pada daya tarik pribadi yang ada pada orang sebagai pemimpin,
sehingga sikap luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin tersebut mampu memberikan inspirasi
maupun motivasi terhadap mereka yang akan menjadi calon pengikutnya. Sehingga dapat dikatan
bahwa dalam sistem otoritas karismatik ini para pengikutnya dengan sukarela mengikuti aturan-aturan
yang dibuat oleh pemimpin. Dalam hal ini pemimpin yang memiliki otoritas akan menjadi sangat mudah
dalam mengendalikan dan memimpin para pengikutnya, karena dengan sikap yang dimiliki pemimpin
tersebut akan menjadi orang yang sangat disegani dan dipatuhi atau bahkan dapat menjadi sebuah
panutan bagi para pegikutnya. Seruan atau perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin dalam
sistem otoritas karismatik ini biasanya didasarkan pada watak atau sifat pribadinya yang memberikan
contoh atau yang bersifat pahlawan bagi para pengikutnya. Sifat karismatik seorang pemimpin ini
muncul dan terlihat jelas ketika para pengikutnya sedang mengalami kesulitan dan mereka memerlukan
bimbingan, nasehat, maupun motivasi dari pemimpin mereka. Maka tidak heran jika kita menemui
sistem otoritas karismatik ini pada saat krisis sosial yang besar sedang terjadi. Krisis sosial ini mungkin
muncul karena disebabkan oleh beberapa hal , antara lain kemrosotan ekonomi, kekalahan perang,
kegoncangan politik, ataupun bancana alam.
Karisma seorang pemimpin ini akan memudar dan perlahan menghilang ketika krisis sosial tersebut
sudah dapat teratasi dan para pengikutnya sudah mulai menenmukan gaya hidup yang mapan, sehingga
sikap luar biasa yang tadinya dimiliki oleh pemimpin tersebut sudah tidak nampak dimata para
pengikutnya. Seiring dengan menghilangnya sifat karisma yang dimiliki oleh pemimpin tersebut maka
otoritas pemimpin yang tadinya sangat disegani dan dihormati pada akhirnya akan kehilangan
kewibawaanya dalam mempengaruhi para pengikutnya. Sistem otoritas karismatik ini juga akan
menghilang ketika pemimpin tersebut meninggal dunia dan digantikan oleh pemimpin yang baru.
Sehingga gejala karismatik ini hanya berlaku untuk satu generasi pemimpin saja.

3. Otoritas Legal-Rasional

Dalam sistem otoritas ini orang yang sedang malaksanakan otoritas Legal-rasional adalah kerana dia
memiliki suatu posisi sosial yang menurut peraturan yang sah dia memiliki posisi otoritas. Dalam seleksi
pemilihan orang yang berhak mendapatkan dan menduduki posisi otoritas tersebut telah diatur dalam
sebuah peraturan yang sah dan telah diakui oleh sebuah organisasi birokrasi. Bawahan atau yang pada
sistem otoritas ini sering disebut dengan rakyat akan tunduk terhadap otoritas pemimpin karena posisi
sosial mereka diatur dan dipaksa oleh aturan dalam bidang-bidang tertentu untuk tunduk terhadap
kebijakan otoritas yang dibuat oleh pemimpin dalam sistem otoritas Legal-rasional. Pelaksanaan sistem
otoritas Legal-rasional ini tentu tidak lepas dari adanya sebuah birokrasi yang telah memiliki struktur
pemerintahan dan birokrasi pada sitem otoritas ini mampu menciptakan sebuah undang-undang yang
mengatur dan mengikat semua anggota yang termasuk didalam keanggotaan birokrasi tersebut. Tingkah
laku dan kegiatan anggotanya telah diatur didalam undang-undang tersebut, sehingga dapat dikatakan
bahwa dalam sistem otoritas ini birokrasi memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada pemimpin
otoritas legal-rasional. Hal ini sesuai dengan argumen yang dikemukakan oleh Max Weber:

Dari suatu sudut pandang teknis belaka, suatu birokrasi mampu mencapai derajat efisiensi tertinggi, dan
dalam pengertian itu secara formal birokrasi adalah alat paling rasional yang diketahui bagi pelaksanaan
otoritas atas umat manusia. Birokrasi lebih unggul dibanding setiap bentuk pelaksanaan otoritas lainya
dalam hal presisi, stabilitas, keketatan disiplinya, dan dalam keandalanya. Oleh sebab itu, birokrasi
memungkinkan derajat kalkulabilitas hasil yang sangat tinggi untuk para kepala organisasi dan untuk
orang-orang yang bertindak terkai dengannya. Akhirnya birokrasi lebih unggul baik dalam hal efisiensi
intensif maupun dalam hal cakupan kegiatannya dan secara formal dapat diterapkan kepada segala jenis
tugas administratif.

Pengertian Pendelegasian Wewenang dan Elemen-elemen Pendelegasian Wewenang – Seorang Manajer


tidak dapat mengerjakan semua tugasnya sendiri. Untuk memenuhi dan menyelesaikan semua tugas
dibebankan, manajer harus mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain terutama kepada
bawahannya. Pada dasarnya, Pendelegasian Wewenang ini terdiri dari dua kata yaitu Pendelegasian dan
Wewenang. Kata Pendelegasian dapat didefinisikan sebagai pemberian wewenang atau tanggung jawab
kepada orang lain sedangkan definisi dari wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk melakukan
sesuatu, membuat keputusan atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi dua kata tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
Pendelegasian Wewenang atau Delegation of Authority adalah pembagian wewenang dan kekuasaan
kepada orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam ilmu Manajemen, Pendelegasian
Wewenang ini biasanya adalah berkaitan dengan pelimpahan wewenang atau kekuasaan dari seorang
manajer kepada bawahannya atau kepada orang-orang yang melapor kepadanya untuk mencapai hasil
yang efektif. Namun hal yang perlu diingat bahwa meskipun wewenangnya telah didelegasikan kepada
bawahannya, manajer yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas semua hasil pekerjaan yang
didelegasikannya tersebut. Pedelegasian wewenang ini merupakan salah satu konsep penting dalam
kepemimpinan manajemen.

Baca juga : Pengertian Kepemimpinan dan Teori-teori Kepemimpinan.

Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Para Ahli

Untuk lebih jelas mengenai Pendelegasian Wewenang atau Authority Delegation, berikut ini adalah
beberapa definisi atau pengertian Pendelegasian Wewenang menurut para ahli.

Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Hasibuan (2007:68), Pendelegasian wewenang adalah

memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator (pemberi wewenang) kepada delegate
(penerima wewenang) untuk dikerjakannya atas nama delegator.

Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Stoner (2000:434) dalam Kesumnajaya (2010),


Pendelegasian Wewenang adalah pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab kepada seorang
bawahan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu.
Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Ralph C Davis (2001:72), Pendelegasian Wewenang
hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan
dengan melaksanakan pertanggungjawaban.

Elemen-elemen Pendelegasian Wewenang (Delegation of Authority)

Terdapat tiga elemen penting dalam pendelegasian wewenang yaitu Wewenang (Authority), Tanggung
Jawab (Responsibility) dan Akuntabilitas (Accountability). Berikut ini adalah pembahasan singkat
mengenai ketiga elemen pendelegasian wewenang ini.

Wewenang (Authority)

Wewenang atau Otoritas dalam konteks organisasi bisnis dapat didefinisikan sebagai kekuasaan dan hak
seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya secara efisien, untuk mengambil
keputusan dan memberi perintah agar dapat mencapai tujuan organisasinya. Louis A. Allen berpendapat
bahwa wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu
jabatan. Oleh karena itu, wewenang atau otoritas harus didefinisikan dengan baik agar orang-orang yang
memegang jabatan tertentu mengetahui dengan jelas ruang lingkup wewenang mereka dan mereka
tidak boleh salah mengartikannya. Dengan kata lain, wewenang atau otoritas adalah hak untuk
memberikan perintah, pesan atau instruksi untuk menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskannya.
Manajemen Tingkat Atas merupakan tingkat manajemen yang memiliki wewenang terbesar.

Otoritas atau wewenang selalu mengalir dari atas ke bawah. Ini berarti seorang atasan harus
menjelaskan dengan jelas bagaimana bawahannya melakukan pekerjaan yang didelegasikannya serta
menjelaskan apa yang diharapkan dari pendelegasian wewenang tersebut agar dapat menerima hasil
kerja sesuai dengan harapan dan keinginannya. Otoritas atau Wewenang harus disertai dengan
tanggung jawab yang sama. Mendelegasikan wewenang kepada orang lain tidak berarti keluar dari
akuntabilitas. Akuntabilitas masih melekat pada orang yang memiliki wewenang tertinggi.

Tanggung Jawab (Responsibility)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti dari Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).
Dalam manajemen, Tanggung Jawab atau Responsibility dapat diartikan sebagai kewajiban seseorang
untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Seseorang yang diberi tanggung jawab harus
memastikan bahwa dia menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Jika Tugas yang merupakan
tanggung jawabnya tersebut tidak selesai sesuai dengan yang diharapkan, maka orang yang
bersangkutan harus memberikan penjelasan atau alasan mengapa tugas yang dibebankannya tersebut
tidak selesai.

Tanggung Jawab tanpa wewenang atau otoritas yang memadai dapat menyebabkan ketidakpuasan dan
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Seseorang memiliki tanggung jawab atas pekerjaan yang
dibebankannya. Jika melakukan tugasnya dengan baik maka orang yang bersangkutan akan
mendapatkan pujian ataupun penghargaan. Namun apabila tidak menyelesaikan tugas yang ditetapkan
seperti yang diharapkan, maka dia juga bertanggungjawab sepenuhnya.

Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Accountability adalah kewajiban seseorang atau
organisasi untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya dan mengungkapkan hasilnya secara
transparan. Dapat dikatakan bahwa Akuntabilitas merupakan peningkatan dari rasa tanggung jawab,
suatu yang lebih tinggi mutunya dari tanggung jawab (responsibility) sehingga memuaskan atasan.

Sebagai Contoh, A mendelegasikan sebuah tugas ke B dan memintanya untuk memastikan bahwa tugas
harus dilakukan dengan baik dan benar. Tanggung jawab tugas tersebut ada pada B, namun
akuntanbilitas tetap masih berada di A. Sederhananya, Akuntabilitas berarti bertanggung jawab pada
hasil akhir pada suatu tugas. Akuntabilitas muncul dari suatu Tanggung Jawab atau Responsibility.

Tahapan dalam Pedelegasian Wewenang (Delegation of Authority)

Pendelegasian Wewenang merupakan dasar dari hubungan antara atasan dan bawahan. Berikut ini
adalah beberapa langkah atau tahapan yang harus dilibatkan agar tercapainya suatu pendelegasian
wewenang.

1). Penugasan Pekerjaan

Seorang Manajer atau disini disebut dengan Delegator harus mendefinisikan dengan jelas tugas dan
pekerjaan yang harus dikerjakan oleh bawahannya. Kejelasan tugas serta hasil yang diharapkan harus
menjadi langkah pertama dalam pendelegasian wewenang.
2). Pemberian Wewenang

Pemberian wewenang terjadi ketika atasan membagi wewenang kepada bawahannya. Karena alasan
inilah, setiap bawahan diberikan kebebasan yang cukup untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya oleh atasannya. Para Manajer disemua tingkatan mendelegasikan wewenang dan kekuasaan
yang melekat pada jabatan mereka. Pembagian wewenang dan kekuasaan ini sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang efektif.

3). Menciptakan Tanggung Jawab dan Akuntabilitas

Proses delegasi wewenang tidak sebatas hanya sampai pada pembagian wewenang dan kekuasaan dari
atasan ke bawahannya. Karena pada waktu yang sama harus menjadi kewajiban terhadap tugas yang
ditugaskan ke mereka. Tanggung jawab dikatakan sebagai faktor atau kewajiban seorang individu untuk
melaksanakan tugasnya berdasarkan kemampuannya sesuai dengan arahan atasannya. Tanggung jawab
sangat penting dalam pendelegasian wewenang karena akan memberikan efektivitas pada wewenang
yang diberikan. Akuntabilitas muncul dari tanggung jawab dan tanggung jawab muncul dari wewenang.
Oleh karena itu, Tanggung Jawab dan Akuntabilitas harus melekat pada wewenang yang didelegasikan
ini.

KEPEMIMPINAN

MANAJEMEN

PENDELEGASIAN WEWENANG

PERILAKU ORGANISASI

PREVIOUS ARTICLE

NEXT ARTICLE

RELATED ARTICLES

Pengertian Negosiasi
Pengertian Negosiasi (Negotiation) dan Tahapannya

February 22, 2019 Budi Kho

Perencanaan dan Pengawasan Produksi (production planning and control)

Perencanaan dan Pengawasan Produksi (Production Planning and Control)

November 24, 2018 Budi Kho

Pengertian Manajemen Risiko dan tahapan proses manajemen risiko

Pengertian Manajemen Risiko (Risk Management) dan Tahapan Prosesnya

April 12, 2019 Budi Kho

BE THE FIRST TO COMMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Comment

Name *

Email *

Website

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.


ARTIKEL TERBARU

6 alasan pentingnya menyimpan persediaan atau inventory bagi perusahaan

6 Alasan Pentingnya Menyimpan Persediaan (Inventory) bagi Perusahaan

November 30, 2020

Pengertian Net Working Capital dan cara menghitung net working capital

Pengertian Net Working Capital (Modal Kerja Bersih) dan Cara Menghitungnya

November 13, 2020

Return on Invested Capital

Pengertian Return on Invested Capital (ROIC) dan Cara Menghitungnya

October 27, 2020

Rasio Perputaran utang Usaha

Pengertian Rasio Perputaran Utang Usaha (Account Payable Turnover Ratio) dan Cara Menghitungnya

October 12, 2020

pengertian rotasi pekerjaan (job rotation) dan tujuan rotasi pekerjaan

Pengertian Rotasi Pekerjaan (Job Rotation) dan Tujuan Rotasi Pekerjaan

September 28, 2020

ARTIKEL TERPOPULER
Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)

Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)

June 18, 2017

Pengertian dan contoh Analisis SWOT

Pengertian dan contoh Analisis SWOT

June 18, 2018

Pengertian Moving Average (Rata-rata Bergerak) dan Rumus Menghitung Moving Average

Pengertian Moving Average (Rata-rata Bergerak) dan Rumus Moving Average

January 15, 2018

Pengertian BEP (Break Even Point) serta Rumus dan Cara Menghitung BEP

Pengertian BEP (Break Even Point) dan Cara Menghitung BEP

February 24, 2019

Strategi Respon Produksi Terhadap Permintaan Konsumen

Strategi Respon Produksi Terhadap Permintaan Konsumen

July 21, 2017

ARCHIVES

Archives

KATEGORI
Dasar-dasar Manajemen

Manajemen Keuangan

Manajemen Kualitas

Manajemen Pemasaran

Produksi dan Operasional

Sumber Daya Manusia (SDM)

ARTIKEL TERPILIH

Pengertian Koordinasi dalam Managemen - Coordination

Pengertian Koordinasi dalam Manajemen (Coordination)

June 22, 2019

Pengertian Kepemimpinan Teori Kepemimpinan dan Definisi Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan dan Teori Kepemimpinan (Leadership)

August 7, 2019

Pengertian Kapitalisasi Pasar (market capitalization) dan cara menghitung kapitalisasi pasar

Pengertian Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) dan Cara Menghitungnya

December 22, 2018

Copyright 2020 Ilmumanajemenindustri.com

Daftar isinya

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-pendelegasian-wewenang-elemennya/

Contoh Delegasi

Pemberian kewenangan Kepala Daerah atau Head to Head dalam melaksanakan pelayanan publik dan
untuk membuat produk hukum dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan negara. Jadi kantor pusat
atau bupati memiliki tanggung jawab untuk pelimpahan wewenang yang memiliki telah diterima untuk
melaksanakan pelayanan publik yang baik dan aturan yang sesuai.

Aspek penting dalam pendelegasian


Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya menggapai
sasaran/tujuan akhir dari organisasi.

Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan kesadaran
terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang “berharga”, serta memerhatikan harga diri dan kehendak
bebas orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.

Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi bidang

Alasan Pentingnya Pendelegasian

Ada alasan delegasi itu diperlukan, diantaranya adalah :

Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri.

Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.

Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.

Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.

Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.

Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua
kegiatan ditangani sendiri.

Agar organisasi berjalan lebih efisien.

Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-


tugas prioritas yang lebih penting.

Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat
dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan

Penyebab Gagalnya Delegasi

Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.

Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam menjalankan
wewenangnya.

Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.

Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif, sehingga
dapat mengancam posisinya sebagai atasan.

Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah diterima.
Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan dikatakan gagal.

Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.

Hambatan pendelegasian

Hambatan Hambatan Pada Delegator

Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri

Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”

“Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.

Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan.

Rasa tidak aman.

Takut tidak disukai

Penolakan untuk mengakui kesalahan

Kurangnya kepercayaan pada bawahan

Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan

Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja.

Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab.

Keseganan untuk mengembangkan bawahan

Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.

Baca Juga : √ Pancasila Ditetapkan Sebagai Dasar Negara

Hambatan- hambatan pada yang diberi delegasi

Kurangnya pengalaman

Kurangnya kompetensi

Menghindari tanggung jawab

Sangat tergantung dengan boss

Kekacauan (disorganization)
Kelebihan beban kerja

Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

Hambatan- hambatan dalam situasi

Kebijakan tertuju pada satu orang

Tidak ada toleransi kesalahan

Kekritisan keputusan

Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]

Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.

Kekurangan tenaga

Tujuan Delagasi

Berdasarkan pengertian diatas maka tujuan delagasi adalah :

Memberi tugas, wewenang, dan tanggungjawab kepada staf / bawahan secara proporsional

Memberi kesempatan kepada staf / bawahan untuk mengembangkan diri

Meningkatkan mekanisme kerjaorganisasi

Mendorong staf untuk berorientasi pada target dan sekaligus kualitas

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-delegasi/

Anda mungkin juga menyukai