Kelas. : X MIPA 4
Mapel : Sejarah Indonesia
No. : 05
BIOGRAFI SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga yang bernama asli Joko Said lahir pada tahun 1450 Masehi
merupakan salah satu keturunan dari pemberontak Majapahit dan Ronggolawe. Konon, Ayah
Raden Said ini sudah memasuki agama Islam sebelum Beliau lahir. Walaupun beragama
Islam, Adipati Arya ini masih saja bersikap serakah dan sangat sombong (angkuh) sekali
terhadap pemerintahan Majapahit yang beragama Hindu.Arya Adipati ini juga menerapkan
pajak yang cukup tinggi kepada masyarakat disekitar. Hal tersebut dikarenakan sikap dari
ayahnya tidak baik, Raden Said ini selalu memberontak atas kebijakan yang diberikan
Ayahnya. Raden mas Said sangat sedih dengan kehidupan rakyat di Tuban kala itu. Maka
akhirnya beliau sering mengambil atau mencuri harta orang tuanya untuk dibagikan kepada
rakyat miskin di wilayah Tuban.Bahkan pemberontakan Raden Said ini membuat ayahnya
marah dan membongkar lumbung padi yang digelapkan ayahnya, kemudian Raden Said
memberikan kepada seluruh masyarakat.
Pada suatu hari Arya Adipati mengadakan sidang dalam hal untuk mengadili Raden
Said. Macam-macam bentuk pertanyaan yang diberikan oleh Raden Said atau Sunan Kalijaga
ini. Ternyata, Beliau sangat senang dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
oleh Ayahnya karena dengan begitu Beliau bisa meluruskan atas tindakan-tindakan Ayahnya
yang tidak sewenang-wenang.Ayah dari Raden Said tidak menerima alasan-alasan yang
dilontarkan oleh beliau yang menganggap bahwa Raden Said telah mengguruinya. Kemudian
Raden Said ini diusir dari istana dan Ayahnya memberikan tantangan kepada Raden Said.
Yaitu Raden Said boleh pulang apabila berhasil mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh
rakyat Tuban.
Setelah meninggalkan kadipaten Tuban tempat beliau tinggal sebelumnya, beliau
memutuskan untuk tinggal di hutan Jatiwangi. Di hutan inilah raden mas Said merubah
namanya menjadi Brandal Lokajaya dan melakukan aksinya untuk merampok dan menolong
rakyat jelata.Di hutan Jatiwangi inilah beliau menjadi brandal atau perampok yang ditakuti
oleh banyak orang yang melewati hutan Jatiwangi. Brandal Lokajaya tidak segan-segan
melukai atau membunuh orang yang melawannya.Di hutan inilah awal mula beliau bertemu
dengan sunan Bonang.
Dan suatu ketika lewatlah seseorang yang berpakain serba putih dengan membawa
tongkat yang gagangnya seperti emas yang berkilauan. Raden Said merebut tongkat dari
orang berbaju putih tersebut secara paksa hingga menyebabkan orang yang berbaju serba
putih tersebut tersungkur jatuh. Sambil mengelaurkan air mata orang tersebut bangun.Ketika
tongkat telah berada di tangannya, Raden Said mengamatinya, ternyata tongkat tersebut tidak
terbuat dari emas. Karena heran melihat orang yang berbaju serba putih tersebut menangis,
Raden Said pun mengembalkan tongkatnya. Dan kemudian orang tersebut berkata “Bukan
tongkat itu yang aku tangisi” sambil menunjukkan rumput di telapak tangannya.
Sambil menunjukkan rumput di telapak tangannya orang tersebut berkata
“Perhatikanlah aku sudah berbuat dosa, melakukan perbuatan sia-sia, karena rumput itu
tercabut karena saat aku jatuh tadi”. Kemudian Raden Said menimpali “Cuma beberapa helai
rumput saja kamu merasa berdosa?” tanya Raden Said dengan heran.Orang tersebut kembali
menjawab “Ya, memang berdosa ! karena kamu mencabutnya tanpa sebuah kebutuhan,
apabila untuk makanan ternak tidak apa, namun jika untuk sebuah kesia-siaan sungguh
sebuah dosa!”
Setelah mengetahui perbuatan Raden Said, orang tersebut mengatakan sebuah
perumpaan terhadap perbuatan Raden Said tersebut.Bahwa apa yang dilakukan oleh Raden
Said itu ibarat mencuci pakaian yang kotor dengan menggunakan air kencing yang hanya
akan menambah kotor dan bau pakaian tersebut. Dari kata-kata itu dapat disimpulkan bahwa
perbuatan yang dilakukan untuk menolong orang tidak bisa menggunakan barang haram atau
barang rampokan. Perbuatan itu akan sia-sia belaka malah akan menambah dosa.Dari ucapan
suanan Bonang ini membuat Brandal Lokajaya tersentak dan merasa perbuatan yang
dilakukan untuk menolong orang miskin akan sia-sia di hadapan Allah.Raden said pun
termenung dengan pernyataan tersebut. Raden Said pun di buat takjub dengan keajaiban yang
di tunjukkan mengubah pohon aren menjadi emas.Karena penasaran beliau memanjatnya,
namun ketiak hendak mengambil buahnya, tiba-tiba pohon tersebut rontok dan mengenai
kepalanya, hingga akhirnya belaiu terjatuh dan pingsan. Setelah Raden Said tersadar bahwa
orang tersebut bukanlah merupakan orang biasa. Sehingga timbul rasa ingin belajar
kepadanya.
Akhirnya di kejarlah orang yang berbaju putih tersebut, setelah berhasil di kejarnya
belaiu menyampaikan keinginannya untuk berguru kepadanya. Kemudian Raden Said di beri
sebuah syarat yaitu Raden Said di perintahkan untuk menjaga tongkat dan tidak boleh
beranjak sebelum orang itu kembali.
Setelah tiga tahun kemudian datanglah orang berbaju putih tersebut menemui Raden Said
yang ternyata masih menjaga tongkat yang di tancapkan di pinggir kali (sungai). Orang
berbaju putih tersebut merupakan sunan Bonang, dan kemudian Raden said di ajaknya ke
Tuban untuk di beri pelajaran agama.
Oleh karena itu nama Kalijaga beliau dapat dari kata kata kali yang artinya sungai dan Jaga
yang artinya menjaga. Meski sebelumnya Raden Said pernah mencuri untuk menolong orang,
perbuatan tersebut terlihat mulia, namun tetap merupakan jalan yang salah.
Sunan Kalijaga wafat pada tahun 1953 di kota demak. Ia kemudian dimakamkan di
Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih dapat
ditemukan dan menjadi situs sejarah indonesia. Makam sunan kalijaga sangat ramai diziarahi
orang-orang dari seluruh indonesia pada waktu tertentu.Makam beliau ini mudah untuk kita
temukan, karena di sepanjang jalan ada petunjuk jalan yang mengarahkan ke Masjid
Kadilangu. Dimana masjid ini merupakan sebuah makam Sunan Kalijaga.