Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF MENJELANG AJAL

DENGAN KASUS HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :
1. FENI (1611020014)
2. RISKA FAUZIANA (1611020017)
3. DWIYAN NUR FAIZ (1611020022)
4. EKA NOFIA N (1611020040)
5. JOHAR AFITRI N (1611020050)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019
2

A. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menumpang
hidup dan merusak sistem imun tubuh. Sedangkan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV),
(Brunner&Suddarth; edisi 8)
Human Immunodeficiency Virus atau di sering di singkat dengan (HIV)
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang
manusia dan menyerang sistem imun ( kekebalan ) tubuh, sehingga tubuh
menjadi lemah dalam melawan infeksi yang menyebabkan kekurangan
(defisiensi) sistem imun. Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Sylvia, 2005)
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit
infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
3

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi
dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B
yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel
T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
4

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
5

Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
D. Pathway : monosit, limfosit B

Virus HIV Merusak seluler Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Reaksi psikologis Organ target

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis Disfungsi Penyakit Infek Gatal, sepsis, Gangguan
demensia biliari anorektal si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efektfi bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

jalan napas
hipertermi

Gangguan sensori
nyeri

nyeri
6

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. Hematokrit.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin

Asuhan Keperawatan
Kasus :
Tn.A memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang positif
mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan kondom yang tidak konsisten,
menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus
pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilit vagina), pemakai
obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfusi
darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-
menerus yang disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan, pusing, sakit
kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi menurun, tidak merasakan
perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan menurun,
kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada
pleuritis, nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan, merasa
kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seksual.
7

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas
seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan
karena peningkatan kekeringan/friabilit vagina), pemakai obat-obatan IV
dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfusi darah
berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak
berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-menerus yang
disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan,
pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi
menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot
menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas,
nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas
pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak
lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit
untuk melakukan hubungan seksual.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat- obatan terlarang.

A. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
8

3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat


malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,
kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan menurun
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.
9

C. Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. Untuk pengobatan dini
berhubungan dengan oportunistik dan 2. gunakan teknik aseptik pada setiap Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen
imunosupresi, komplikasinya dengan kriteria tindakan invasif. Cuci tangan sebelum yang diperoleh di rumah sakit.
malnutrisi dan pola tak ada tanda-tanda infeksi meberikan tindakan.
hidup yang beresiko. baru, lab tidak ada infeksi 3. Anjurkan pasien metoda mencegah Mencegah bertambahnya infeksi
oportunis, tanda vital dalam terpapar terhadap lingkungan yang
batas normal, tidak ada luka patogen.
atau eksudat. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
order

Resiko tinggi infeksi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
(kontak pasien) ditransmisikan, tim kesehatan lainnya metode mencegah transmisi informasikan ini
berhubungan dengan memperhatikan universal HIV dan kuman patogen lainnya.
infeksi HIV, adanya precautions dengan kriteriaa 2. Gunakan darah dan cairan tubuh Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
infeksi kontak pasien dan tim precaution bial merawat pasien.
nonopportunisitik kesehatan tidak terpapar HIV, Gunakan masker bila perlu.
yang dapat tidak terinfeksi patogen lain
ditransmisikan. seperti TBC.
10

Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam 1. Monitor respon fisiologis terhadap Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan dengan kegiatan, dengan kriteria aktivitas
kelemahan, bebas dyspnea dan takikardi 2. Berikan bantuan perawatan yang Mengurangi kebutuhan energi
pertukaran oksigen, selama aktivitas. pasien sendiri tidak mampu
malnutrisi, kelelahan. 3. Jadwalkan perawatan pasien Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
sehingga tidak mengganggu isitirahat. kebutuhan metabolik

Gangguan Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan mengunyah Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
pemenuhan nutrisi kalori dan protein yang dan menelan. tenggorokan dan mulut
kurang dari adekuat untuk memenuhi 2. Monitor BB, intake dan ouput Menentukan data dasar

kebutuhan kebutuhan metaboliknya 3. Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah

berhubungan dengan kriteria mual dan 4. Rencanakan diet dengan pasien dan Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan

dengan nafsu makan muntah dikontrol, pasien orang penting lainnya. keinginan pasien
makan TKTP, serum albumin
menurun
dan protein dalam batas n
ormal, BB mendekati seperti
sebelum sakit.
Diare berhubungan Pasien merasa nyaman dan 1. Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah dalam feses
dengan infeksi GI mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
komplikasi minimal dengan 2. Auskultasi bunyi usus Hipermotiliti mumnya dengan diare
kriteria perut lunak, tidak 3. Atur agen antimotilitas dan psilium Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk
tegang, feses lunak dan warna (Metamucil) sesuai order perforasi pada intestinal
normal, kram perut hilang, 4. Berikan ointment A dan D, vaselin Untuk menghilangkan distensi
atau zinc oside
11

Tidak efektif koping Keluarga atau orang penting 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara
keluarga lain mempertahankan suport pasein dan perawatannya konstruktif dengan keluarga.
berhubungan dengan sistem dan adaptasi terhadap 2. Biarkan keluarga mengungkapkana Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara
cemas tentang perubahan akan kebutuhannya perasaan secara verbal secara bebas
keadaan yang orang dengan kriteria pasien dan 3. Ajarkan kepada keluaraga tentang Menghilangkan kecemasan tentang transmisi
dicintai. keluarga berinteraksi dengan penyakit dan transmisinya. melalui kontak sederhana.
cara yang konstruktif
12

DAFTAR PUSTAKA

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.


Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai