Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

TERTIB RONDE KEPERAWATAN (TERTIB ROTAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Daring Dept. Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu: Ns. Evi Harwiati Ningrum S.Kep., MHSM.

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Muda Wamah 200070300011001


Nur Ida Lathifah 200070300011002
Nazla Asrin Dwi P. 200070300011017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kualitas jasa kesehatan, kualitas
pelayanan, dan kepuasan pasien menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan di rumah sakit. Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
asuhan keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya
pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk
dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki
kemampuan berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan
anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara,
pemeriksaan fisik maupun menginterprestasikan hasil pemeriksaan penunjang,
menetapkan diagnosis keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien,
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali
perencanaan yang telah dibuat dan sebagainya (Copel, 2007).
Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah
dengan pelaksanaan program ronde keperawatan. Ronde keperawatan memungkinkan
perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan
sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi
kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al.,
2012). Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak
perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi di antara anggota
tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2010).
Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah salah satu prosedur
dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawataannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Laporan dari Studer Group (2007)
menyatakan berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang
melaksanakan ronde keperawatan secara berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan
pasien hingga mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh hingga mencapai 60%. Selain
itu terdapat 2 dari 12 rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara berkala dan
sistematis memperoleh peningkatan rating pelayanan yang prima mencapai 41.85%.
Menurut penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa ronde
keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan
psikomotor. Penelitian ini juga melaporkan bahwa dampak tidak dilaksanakan ronde
keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan komunikasi
teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat dengan pasien
sehingga motivasi perawat dalam bekerja akan menurun secara perlahan. Selanjutnya ada
perbedaan motivasi kerja perawat yang melaksanakan ronde keperawatan dan tidak
melaksanakan ronde keperawatan.
Penelitian lain terkait ronde keperawatan dipublikasikan oleh Meade, Bursell dan
Ketelsen (2006) menunjukkan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan terbukti secara
statistik mampu menurunkan penggunaan bel untuk memanggil perawat, mengurangi
kemungkinan pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu dengan
pelaksanaan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien,
komunikasi antara perawat menjadi lebih baik dan berkurangnya stress kerja perawat
sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang ronde keperawatan
2. Mengetahui tujuan ronde keperawatan
3. Mengetahui manfaat ronde keperawatan
4. Mengetahui SOP ronde keperawatan
5. Mengetahui program ronde keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ronde Keperawatan


Menurut Kozier, Erb & Berman (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan
merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau
siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh
teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang
jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik
dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat
dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta
perlindungan bagi pasien (Woolley et. Al, 2012). Ronde keperawatan merupakan strategi
yang efektif dalam memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama
meningkatkan komunikasi diantara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et
al, 2010).

B. Tujuan Ronde Keperawatan


Clement (2011) menyebutkan ada dua tujuan dilaksanakannya ronde keperawatan
yaitu bagi perawat dan bagi pasien.
1. Pertama, bagi perawat bertujuan untuk melihat kemampuan staf dalam manajemen
pasien, mendukung pertumbuhan dan pengembangan professional, meningkatkan
pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus, menyediakan
kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan keterampilan klinis,
membangun kerjasama dan rasa hormat, meningkatkan retensi perawat
berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan.
2. Kedua, bagi pasien bertujuan untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan
kemajuan dari hari ke hari, membuat pengamatan khusus dan memberikan laporan ke
dokter, memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya, melaksanakan rencana
yang dibuat untuk perawatan pasien, mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan
pasien serta memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

C. Manfaat Ronde Keperawatan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat, diantaranya:
1. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada
perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu
mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008)
dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan
ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga
peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008)
peningkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan keperawatan tetapi juga
memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan berkembang secara
profisonal.
2. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oelh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh
O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau
teknik intervensi.
3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa perawat.
Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk
menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008).
Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
4. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu mengorientasikan perawat
baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai
pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah,
ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement,
2011).
5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana (2009)
ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak lakukan
ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde keperawatan
menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.
D. Mekanisme Ronde Keperawatan
Mekanisme ronde keperawatan yaitu:
1. Perawat sebelum melakukan ronde keperawatan sebaiknya membaca laporan
mengenai pasien melalui status pasien selama 2-3 menit
2. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Sebaliknya
dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relatif
kompleks
3. Ketika ronde keperawatan dilakukan pada pasien, perawat melaporkan kondisi,
tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan serta rencana yang
lain
4. Waktu yang dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan
waktu kurang lebih satu jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relatif
tenang
5. Setelah ronde keperawatan dilakukan diskusi dengan perawat yang mengikuti ronde
keperawatan (Nursalam & Efendi, 2008).

E. Tahapan Ronde Keperawatan


Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
1. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi).
2. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan).
3. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan).
Langkah - langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/ telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut.
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
d. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
F. Komponen yang Terlibat dalam Ronde Keperawatan
Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat primer
dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan lainnya.
1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan ini
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pasien yang
dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
b) Pasien dengan kasus baru atau langka.
BAB III
PROGRAM RONDE PCSIBR

A. Riview Jurnal
1. Identitas Jurnal
a. Judul Jurnal : Patient-Centered Structured Interdisciplinary Bedside
Rounds in the Medical ICU
b. Penulis : Victor Cao, BS; Laren D. Tan, MD; Femke Horn, BS; David
Bland, MD; Paresh Giri, MD;Kanwaljeet Maken, MD; Nam Cho, PharmD;
Loreen Scott, RCP, MBA; Vi A. Dinh, MD; Derrek Hidalgo, RN, MBA; H.
Bryant Nguyen, MD, MS.
c. Tahun Terbit : 2017
d. Penerbit : Society of Critical Care Medicine and Wolters Kluwer Health
2. Latar Belakang
Praktek ronde di samping tempat tidur interdisipliner terstruktur yang berpusat
pada pasien (PCSIBR) telah menerima banyak perhatian dalam beberapa tahun
terakhir karena kemampuannya untuk menstandarisasi komunikasi di antara penyedia
layanan kesehatan (HCP) dan dengan demikian berpotensi mengurangi kesalahan
medis. Selain itu, PCSIBR mendorong keterlibatan aktif pasien dan keluarganya
dalam kegiatan sehari-hari. Model ini tidak hanya memberi informasi kepada pasien
tentang kondisi medis mereka, tetapi juga mendorong mereka untuk mengajukan
pertanyaan dan memberikan masukan kepada medis dalam pengambilan keputusan.
Tinjauan literatur saat ini tentang ronde interdisipliner yang berpusat pada
pasien pada populasi orang dewasa menghasilkan hasil yang beragam, dengan
beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kepuasan keluarga. Lainnya
melaporkan kekhawatiran tentang keterbatasan kesempatan mengajar yang tersedia
karena kehadiran anggota keluarga atau menunjukkan persepsi negatif tentang
efisiensi waktu karena format interdisipliner.
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efek dari melakukan ronde di samping tempat tidur secara
interdisipliner terstruktur yang berpusat pada pasien di ICU.
4. Metode Penelitian
Studi kelompok paralel prospektif, tidak buta, tidak acak, selama periode 8
minggu. Membandingkan Patient-Centered Structured Interdisciplinary Bedside
Rounds (PCSIBR) dengan non-SIBR pada semua pasien di MICU. Peserta penelitian
termasuk pasien dewasa yang dirawat di MICU, anggota keluarga pasien, dan
healthcare provider/HCP (termasuk dokter, perawat, praktisi perawatan pernapasan
[RCP], apoteker, dan mahasiswa).
a. Tim PCSIBR.
Para dokter, perawat di samping tempat tidur, RCP, dan apoteker dididik tentang
peran masing-masing dan diberikan salinan protokol PCSIBR.
b. Tim Non SIBR.
1) Untuk "kelompok kontrol" ini, anggota tim melakukan ronde sesuai
preferensi dokter yang merawat
2) Sering kali, Ronde dilakukan di lorong di luar ruang pasien dan lebih
berpusat pada dokter
3) Setelah diskusi, beberapa yang hadir dan anggota tim akan memasuki
ruangan untuk memeriksa dan berbicara dengan pasien dan anggota
keluarga yang hadirPara dokter, termasuk yang hadir, rekan, dan residen,
ditugaskan ke tim masing-masing sesuai jadwal rotasi mereka, yang
ditentukan beberapa bulan sebelum konsepsi penelitian.
c. Pengumpulan Data
Setiap pengumpul data bergantian antara tim PCSIBR dan non-SIBR setiap
minggu untuk mengurangi kemungkinan bias pengamat.
d. Penyelesaian Putaran
Formulir pengumpulan data dibuat untuk mencatat pengidentifikasi pasien,
informasi demografis, waktu ronde, anggota tim yang hadir, dan poin diskusi
selama ronde. Pengumpul data mencatat waktu mulai ronde (saat tim pertama
kali mulai mendiskusikan pasien), waktu yang dihabiskan tim di samping tempat
tidur pasien, dan waktu akhir ronde (saat diskusi rencana perawatan berakhir dan
tim mulai beralih ke pasien berikutnya).
e. Analisa Data
Analisis statistik dilakukan dengan MedCalc,Versi 16.8.4 (MedCalc Software,
Ostend, Belgia). Untuk membandingkan perbedaan antara PCSIBR dan non-
SIBR, data kategoris dianalisis menggunakan uji chisquare, dan data kontinu
dianalisis menggunakan Studentuntuk uji. Variabel prediktor potensial dalam
model adalah yang menunjukkan signifikansi statistik atau klinis dibandingkan
antara tim PCSIBR dan non-SIBR Signifikansi statistik ditentukan pada p-value
<0,05.
5. Hasil Penelitian
a. Penyelesaian Ronde
Data diperoleh pada 665 pertemuan pasien selama periode studi 8 minggu,
termasuk 367 PCSIBR dan 298 pasien nonSIBR. Waktu presentasi individu
untuk dokter residen lebih pendek, sedangkan waktu presentasi untuk perawat
lebih lama di tim PCSIBR (keduanya). Dokter residen, perawat, dan RCP
membahas item perawatan pasien yang lebih relevan selama ronde di tim
PCSIBR (p < 0,01).
b. Kepuasan HCP
Terdapat 639 survei diterima dari HCP 338 untuk PCSIBR dan 301 untuk non-
SIBR. Dibandingkan dengan non-SIBR, HCP di tim PCSIBR mengamati:
1) Sebagian besar ronde diselesaikan pada siang hari.
2) Ronde yang efisien, cepat, dan membahas masalah utama.
3) Rencana perawatan jangka pendek dan jangka panjang lebih mungkin untuk
didiskusikan.
4) Lebih nyaman dalam menjelaskan rencana kepada pasien/ keluarga.
5) Rekomendasi konsultan lebih mungkin untuk didiskusikan.
6) Masukan yang diperoleh dari seluruh tim.
7) Dokter yang hadir meringkas rencana manajemen untuk pasien.
8) Lebih mungkin bagi tim untuk memperjelas tugas tugas.
c. Kepuasan Pasien dan Keluarga
Enam puluh delapan survei diterima dari pasien atau anggota keluarga-38 untuk
PCSIBR dan 30 untuk non-SIBR. Tidak ada perbedaan signifikan antara
PCSIBR dan non-SIBR untuk pertanyaan survei mana pun yang membahas
1) Pengetahuan pasien/keluarga tentang dokter utama
2) Dokter memperbarui pasien/keluarga
3) Perawat memperbarui pasien/keluarga
4) Tim mendorong pertanyaan
5) Kepuasan dengan komunikasi
6) Pengetahuan tentang rencana perawatan
7) Tim mendengarkan pasien/keluarga
8) Pasien/keluarga merasa dilibatkan
6. Pembahasan
Penelitian tentang tim kesehatan dari ronde interdisipliner yang berpusat pada
pasien/keluarga melaporkan hasil yang beragam. Kekhawatiran mengenai ronde
interdisipliner menciptakan hambatan pada efisiensi dan penyebaran rencana
perawatan pasien yang tidak memadai. Levin et al (2015) menyatakan bahwa
perawat melaporkan kehadiran keluarga yang membatasi diskusi perawatan pasien.
Berbeda dengan penelitian ini, Gausvik et al (2015) mensurvei staf unit perawatan
akut bahwa PCSIBR yang berpusat pada pasien memiliki statistic lebih tinggi dalam
meningkatkan kerja tim dan komunikasi dengan pasien.
Demikian pula, pada penelitian ini terhadap HCP yang berpartisipasi dalam
PCSIBR melaporkan peningkatan signifikan yang dibuat pada diskusi rencana dan
tujuan perawatan pasien dan memberikan pemahaman yang jelas tentang tugas
masing-masing. Selain itu dengan PCSIBR dapat mengkaji permasalahan pasien
lebih jelas karena adanya interaksi dari tim dan keluarga. Peneliti mencatat bahwa
pasien yang menerima ronde samping tempat tidur yang berpusat pada pasien
memiliki kepuasan pelayanan lebih tinggi.

7. Kekurangan Jurnal
a. Jumlah responden (pasien) antar kelompok berbeda
b. Kegiatan penelitian berfokus pada satu ruang perawatan sehingga tidak dapat
digeneralisasikan
8. Kelebihan Jurnal
a. Terdapat kriteria dari pasien dan anggota tim kesehatan yang dapat mengikuti
PC-SIBR
b. Pengambilan data dilakukan bergantian antara kelompok PC-SIBR dan Non-
SIBR sehingga dapat mengurangi bias
9. Aplikasi di Indonesia
Di Indonesia kegiatan ronde keperawatan jarang terlaksana karena banyak tindakan
yang harus diselesaikan segera, keterbatasan SOP, tidak berfokus pada pasien dan
kurangnya interaksi antar tim. Patent center care (PCC) dan Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) merupakan kebijakan yang berlaku saat ini. Teknik PC-SIBR
merupakan bentuk kombinasi dari kebijakan tersebut. Kombinasi keduanya untuk
kegiatan ronde akan meningkatkan pelayanan terhadap pasien. Disini pasien di
dahulukan dan menjadi fokus perawatan. Manfaat dari PC-SIBR yaitu dapat
meningkatkan komunikasi antara tim kesehatan, komunikasi dengan pasien dan
keluarga, serta membuat rencana perawatan pasien berdasarkan masukan dari seluruh
tim. Sehingga kegiatan ronde dengan teknik PC-SIBR dapat diterapkan di Indonesia.

B. Pelaksanaan Ronde PCSIBR

Lampiran Informed consent


SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ……………………………………….
Umur : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
………………………………………..

Adalah suami/istri/orang tau/anak dari pasien:


Nama : ……………………………………….
Umur : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
………………………………………..
Ruang : ………………………………………
No. RM: ………………………………………

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Perawat yang menerangkan Malang,


Penanggung jawab

…………………………… ………………………………
Saksi-saksi: Tanda tangan:
1. …………………………… ………………………………

2. …………………………… ………………………………
SOP RONDE KEPERAWATAN

TEKNIK RONDE PC-SIBR


(Patient-Centered Structured Interdisciplinary
Bedside Rounds)

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN No Dokumen No Revisi:00 Halaman 1-4
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Standar Prosedur Operasional Diterbitkan tanggal Departemen Manajemen
Keperawatan
Pengertian PC-SIBR adalah teknik ronde yang berpusat pada pasien yang
dilakukan dengan tim interdisplin
Tujuan 1. Pelayanan berfokus pada pasien
2. Melibatkan pasien secara aktif
3. Membangun hubungan antara pelayanan kesehatan dengan
pasien
4. Merancang waktu yang lebih efektif di depan pasien
5. Meningkatkan komunikasi, kolaborasi dan pemacahan masalah
dalam tim
Tim PCSIBR 1. Dokter Spesialis
2. Dokter umum/dokter ppds
3. Perawat
4. Perawat ruangan khusus
5. Case manager
6. Apoteker
7. Gizi
8. Pasien dan keluarga
9. Mahasiswa

Indikasi 1. Tindakan emergcy


2. Tindakan berkelanjutan
3. Membutuhkan persetujuan keluarga dan pasien
4. Adanya kecemasan keluarga pasien
Persiapan
1. Pre-ronde 1. Menentukan kasus dan topic
2. Menentukan tim ronde
3. Perawat menyampaikan kondisi pasien dari shift malam,
melaporkan complain pasien, melaporkan tindakan yang sudah
dilakukan
4. Mempersiapkan informed consent
5. Mempersiapkan resume keperawatan
2. Pelaksanaan Ronde (di 1. Dokter/Karu memperkenalkan anggota tim pada pasien dan
kamar pasien) keluarga
2. Tim ronde memposisikan di samping tempat tidur mengelilingi
pasien
3. Menyampaikan tujuan dari kegiatan ronde
4. Menyampaikan status perawatan dan masalah medis yang
dialami pasien
5. Perawat melakukan pemeriksaan keadaan pasien secara
langsung
6. Apoteker melakukan pengkajian efek samping obat
7. Gizi melakukan pengkajian nutrisi pasien
8. Dokter memimpin diskusi dengan tim hasil pemeriksaan
9. Diskusi antara tim ronde dengan pasien dan keluarga
10. Dokter/karu memberikan kesempatan tanya jawab dengan
pasien dan keluarga, meliputi:
- Apakah bapak/ibu merasa khawatir?
- Apakah bapak/ibu merasa mendapat perhatian dan
kepedulian dari tim kesehatan disini?
- Apakah bapak/ibu dirawat dengan baik dengan tim
kesehatan disini?
- Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang informasi penyakit
dari dokter?
- Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang pelayanan dari
perawat diruangan ini?
- Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang diet/makanan yang
diberikan?
- Apakah bapak/ibu merasakan gejala sesuatu setelah
mengkonsumsi obat?
- Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan kondisi saat ini,
apakah merasa lebih baik atau tidak?
- Adakah keluhan atau permasalah dari proses pengobatan
hingga pelayanan dari tim kesehatan kami?
11. Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan keluhan yang
dihadapi
3. Pasca Ronde 1. Dokter/karu membuka diskusi diruangan
2. Seluruh tim ronde melanjutkan diskusi dengan menyampaikan
hasil data dari kamar pasien serta memberikan masukan terkait
permasalahan pasien
3. Karu menyimpulkan hasil diskusi
4. Dokter merekomendasikan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan
5. Karu merekomendasikan intervensi keperawatan
6. Karu menutup kegiatan ronde
7. Perawat mendokumentasikan kegiatan
Unit Terkait ICU, Ranap
Referensi Cao, V., Tan, L. D., Horn, F., Bland, D., Giri, P., Maken, K., Cho, N.,
Scott, L., Dinh, V. A., Hidalgo, D., & Bryant Nguyen, H. (2018).
Patient-Centered Structured Interdisciplinary Bedside Rounds
in the Medical ICU. Critical Care Medicine, 46(1), 85–92.
https://doi.org/10.1097/CCM.0000000000002807
Varadarajan, R., Evans, M. V, & Markus, A. L. (2016). Implementation
of Patient-Centered Structured Interdisciplinary Bedside Rounds
( PC-SIBR ). 10(1), 85255.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ronde di samping tempat tidur interdisipliner terstruktur yang berpusat pada pasien
adalah elemen penting dari infrastruktur MICU sebagai ACU dan membawa potensi
signifikan untuk meningkatkan efisiensi ronde. Pada penelitian menunjukkan PCSIBR
menghasilkan ronde yang lebih pendek secara signifikan, dan dapat meningkatkan
pengajaran dari dokter yang hadir. HCP yang berpartisipasi dalam PCSIBR melaporkan
kepuasan pada ukuran efisiensi waktu, komunikasi, dan pengetahuan tentang tujuan
perawatan pasien. Pasien dan anggota keluarga menganggap PCSIBR setidaknya sebaik
ronde tradisional, meskipun fakta bahwa total waktu ronde secara signifikan lebih
pendek.

B. Saran
Pada penelitian didapatkan hasil bahwa PC-SIBR dapat meningkatkan komunikasi
antara tim kesehatan, komunikasi dengan pasien dan keluarga, serta membuat rencana
perawatan pasien berdasarkan masukan dari seluruh tim. Sehingga kegiatan ronde dengan
teknik PC-SIBR dapat diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Aitken, L. M., Burmeister, E., Clayton, S.,Dalais, C., & Gardner, G. (2010). The impact of
nursing rounds on the practice environment and nurse satifaction in intensive care : pre-tes
post-test comparative study. International Journal of Nursing Studies , 48 (2011) 918-925
Aristyawati, P., Gunahariati, N., & Lestari, Y. (2015). Perbedaan motivasi kerja perawat yang
melaksanakan dan tidak melaksanakan ronde keperawatan di RSUP. Sanglah. Jurnal
Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajemen, vol 2 no.1
Clement, I. (2011). Management nursing services and education. 1st ed. India: Elsevier
Copel, L. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Cao, V., Tan, L. D., Horn, F., Bland, D., Giri, P., Maken, K., Cho, N., Scott, L., Dinh, V. A., Hidalgo, D., &
Bryant Nguyen, H. (2018). Patient-Centered Structured Interdisciplinary Bedside Rounds
in the Medical ICU. Critical Care Medicine, 46(1), 85–92.
https://doi.org/10.1097/CCM.0000000000002807
Kozier, B., Erb, G., & Berman, A. (2004). Fundamental of nursing : concept, process &
practice. 7th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Varadarajan, R., Evans, M. V, & Markus, A. L. (2016). Implementation of Patient-Centered
Structured Interdisciplinary Bedside Rounds ( PC-SIBR ). 10(1), 85255
Woolley J., Perkins, R., Laird, P., Palmer, J., Schitter, M.B., Tarter, K., George, M.,
Atkinson, G., McKinney, K., dan Woolsey, M. (2012). Relationship-based care:
implementing a caring, healing environment. MEDSURG Nursing, 21(3), 179-184

Anda mungkin juga menyukai