PENDAHULUAN
Pendarahan post partum adalah peradarah lebih dari 500-600 mlselama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Pendarahan postpartum adalah pendarahan dalam kala
IV lebihdari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Istilah perdarahan postpartum
dalam arti luas mencangkup semua perdarahan yangterjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama dan
sesudah keluarnya plasenta(Kurniati, 2013).
Penyebab kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsidan infeksi. Perdarahan obstetri
dapat dibagi menjadi perdarahanantepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum
merupakankasus gawat darurat yang kejadinnya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahanyang belum jelas sumbernya (Departemen
Kementerian Kesehatan RI,2015).
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (<500 ml), nadi
lemah, pucat, lochea berwarna merah,haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanandarah rendah, ekstremitas dingin, mual. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume
darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saatkelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang
dapat mengecohkanadalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampaiterjadi
kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi yangmempengaruhi perdarahan postpartum
antaralain : Pembesaran uterus lebihdari normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah air
ketubanyang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan atau kala duayang lama atau
memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksiatau dipercepat dengan oksitosin(Oxorn : 2010).
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup semua perdarahan yang terjadi setelah
kelaihan bayi, sebelum, selama dan sesudahkeluarnya plasenta. Definisinya adalah hilangnya darah lebih
dari 500 mlselama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum. Setelah 24 jam,keadaan ini
dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartumhemorrhage. Insiden pedarahan
postpartum sekitar 10 persen (Oxorn :2010).
Perdarahan pasca persalinan menurut Astutik (2018) didefinisikansebagai kehilangan 500ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginamatau 1000ml atau lebih setelah seksiosesaria. Menurut waktu
terjadinyadibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi dalam 24 jam pertamasetelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum
primeradalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalanlahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah perdarahan lebih dari 500 cc
setelah 24 jam pasca persalinan.Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta.
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyakkurang lebih 200 ml. episiotomy
meningkatkan angka ini sebesar 100ml dan kadang-kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami
peningkatkan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah pada wanitasehat setelah
melahirkan tidak mengakibatkan efek yang lebih serius. Akantetapi kehilangan darah sekalipun dengan
jumlah yang lebih kecil dapatmenimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
b.Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan, perinium, dan rectum.
Perdarahan postpartum menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa disebabkan karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinyasetelah plasenta lahir. Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat – serat myometrium terutama yang berada
disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlekatan plasenta. Atonia uteri terjadi
ketika myometrium tidakdapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang mempengaruhi perdarahan
postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yangdisebabkan karena jumlah air ketuban
yang berlebih, kehamilankembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belum lahir atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudahlepas, akan
tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio plasenta antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hinggamemasuki sebagian lapisan
myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yangmenembus lapisan serosa dinding
uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yangmenembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavumuteri, disebabkan oleh konstriksi
ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karenadapat menimbulkan perdarahan, infeksi
karena plasenta sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan
terjadi degenerate sel ganas korio karsinoma.
d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuandarah. Sebab tersering perdarahan
postpartum adalah atonia uteri,yang disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun,gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum. Hal ini disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuandan atau penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat,kelainan pembekuan darah bisa
berupa :
1) Hipofibrinogemia
2) Trombositopeni
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los platetet count)
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebihdari 8 unit karena darah donor biasanya
tidak segar sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelahabruption plasenta, retio jalan janin – mati
yang lama didalam rahim,dan pada emboli cairan ketuban.
Patofisiologi dari perdarahan postpartum menurut Rukiyah (2012)dan Astutik (2018) antara lain karena
kontraksi rahim yang lemah setelahanak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan
pembesaran rahimyang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu besae
ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti padagrandemultipara, interval kehamilan
yang pendek, atau pada kehamilan usialanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat
sehingga anakdilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan postpartum dini jarangdisebabkan
oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yangtersisa sering menyebabkan pendarahan
pada akhir masa nifas,. Kadang – kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetric membuat batas
– batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta
sehingga pendarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Efek pendarahan
banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran.
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanandarah yang masih
dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darahsangat banyak. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran uterus lebih dari normal
selamakehamilan yang disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih,kehamilan kembar, bayi
besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama ataumemanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang
diinduksi atau dipercepatdengan oksitosin.
2.6 Komplikasi
2.7 Penatalaksanaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran