Anda di halaman 1dari 70

PERGUMULAN ORANG BENAR TENTANG KEMAKMURAN ORANG FASIK

(Eksegesis Mazmur 73)

Makalah
Diserahkan kepada Pdt. Parlaungan Gultom, Ph.D.
Sebagai bagian dari matakuliah Praktek Eksegesa Ibrani (Bahasa Ibrani IV)
Pada Program Studi Master of Theology

Oleh:

Samgar Setia Budhi


NIM: 990060MT

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA INJILI INDONESIA


Yogyakarta, Mei 2002
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. i

BAB

I. TEKS DAN TERJEMAHAN MAZMUR 73 ……………...…………….. 1

II. GARIS BESAR EKSEGESIS ……………........................……………… 11

III. LATAR BELAKANG MAZMUR 73 ....................................................... 12

Kepenulisan Mazmur 73
Tahun Penulisan Mazmur 73
Latar Belakang Sejarah Mazmur 73
Kedudukan Mazmur 73 dalam Kitab Mazmur

IV. KESUSASTRAAN MAZMUR 73 ............................................................ 20

Puisi Ibrani
Genre Mazmur 73
Struktur Mazmur 73
Kata Kunci Mazmur 73
Gaya Bahasa Mazmur 73

V. TAFSIRAN MAZMUR 73 ........................................................................ 30

Permasalahan Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik


(Mzm. 73:1-12)
Keadaan Orang Benar yang Kritis (Mzm. 73:1-3)
Keadaan Orang Fasik yang Makmur (Mzm. 73:4-12)
Reaksi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm. 73:13-17)
Meragukan nilai-nilai kerohanian (Mzm. 73:13-14)
Membuka diri kepada Allah (Mzm. 73:15-16)
Membawa Pergumulan kepada Allah (Mzm. 73:17)
Jawaban Allah bagi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik
(Mzm. 73:18-28)
Keadaan Orang Fasik yang Menyedihkan (Mzm. 73:18-20)
i
Keadaan Orang Benar yang Makmur (Mzm. 73:21-26)
Reorientasi Terhadap Kebaikan Allah (Mzm. 73:27-28)

VI. GARIS BESAR KHOTBAH .................................................................... 60

KEPUSTAKAAN .............................................................................................. 62

ii
BAB I

TEKS DAN TERJEMAHAN

I. Permasalahan Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm. 73:1-12)


A. Keadaan Orang Benar yang Kritis (73:1-3)
[s*a*l= romz=m!1 1Mazmur Asaf a
<yh!l)a$ la@r`c=y]l= bof Ea^ Sesungguhnyab Allah adalah baik bagi Israelc
bb*l@ yr@b*l= bagi mereka yang murni dalam hati.
yl*g=r~ yw%f*n` fu^m=K! yn!a&w~2 2Tetapia aku, kakiku hampir tersandung
yr`v%a& hk%P=v% /y]a^K= langkahku nyaris tergelincir.
<yl!l=ohB^ yt!aN}q!-yK!3 3Sebaba aku cemburu kepada orang-orang yang
memperdayakan.b
ha#r+a# <yu!v*r+ <olv= [ketika] aku melihat kemakmuran orang-orang fasik.

B. Keadaan Orang Fasik yang Makmur (73:4-12)


<t*oml= toBx%r+j^ /ya@ yK!4 4
Sebab itu tidak ada kesakitana pada kematian mereka
<l*Wa ayr]b*W dan gemuk tubuh mereka.b
omn}ya@ vona$ lm^u&B^5 5
Mereka tidak ada kesusahan manusia
WuG*n|y+ al) <d`a*-<u!w+ dan mereka tidak ditulahia seperti orang lain.
hw`a&g^ omt=q^n`u& /k@l*6
6
Sebab itu kesombongan adalah kalung mereka
oml* sm*j* tyv!-[f*uy& ~ dan pakaian kekerasan menutupi mereka.
omn}yu@ bl#j@m@ ax*y`7
7
Mata merekaa keluar dari kegemukan,
bb*l@ toYK!c=m^ Wrb=u* imajinasi-imajinasi hatib mereka meluap.
ur`b= WrB=d~yw] Wqym!y`8 8
Mereka mengejek dan berkata-kata dengan kejahatan
WrB@d~y+ <orM*m! Qv#u) mereka berkata-kata penindasan dari tempat tinggi.
<h#yP! <y]m^V*b^ WTv^9 9
Mereka menetapkan mulut mereka di langit
Jr\a*B* El^h&T! <n`ovl=W dan lidah mereka berjalan melintasi di bumi.
<l)h& oMu^ bYvy` /k@l*10 10
Sebab itu umat-Nya berbalik ke sini (ke tempat ini)a
oml* WxM*y] al@m* ym@W dan air yang berlimpah mengalir kepada mereka.b
la@-ud~y` hk*ya@ Wrm=a*w+11 11
Dan mereka berkata: “Bagaimana Allah tahu,
/oyl=ub# = hu*D} vy}w+ dan adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?”
<yu!v*r+ hL#a@-hN}h!12 12
Perhatikana, inilah orang-orang fasik :
ly]j*-WGc=h! <l*ou yw}l=v^w+ [dan] senantiasa tenteramb, mereka memperbesarc
kekayaan.

II. Reaksi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm. 73:13-17)
A. Meragukan Nilai-Nilai Kerohanian (73:13-14)
yb!b*l= yt!yK!z! qyr]-Ea^13 13Sesungguhnyaa sia-sia aku menjaga hatiku murnib
yP*K^ /oyQ*n]B= Jj^r+a#w` dan mencuci tanganku dalam ketidakbersalahan.
<oYh^-lK* u~Wgn` yh!a$w`14 14Tetapia aku telah dilanggar sepanjang hari
<yr]q*B=l^ yT!j=k^otw+ dan tegurankub [mulai] setiap pagi.

1
2
B. Membuka Diri kepada Allah (73:15-16)
omk= hr`P=s^a& yT!r+m^a*-<a!15 15Jika aku berkata: “Biarlah aku berceritaa demikian,b”
yT!d+g*b* ;yn\B* rod hN}h! perhatikan, aku telah mengkhianatic generasi anak-anakmu.
taz) tu^d~l* hb*V=j^a&w`16 16[Dan] biarlah aku memikirkan untuk mengetahui ini,
yn`yu@b= aYh lm*u* hal itu menjadi kesulitan di mataku.

C. Membawa Pergumulan kepada Allah (73:17)


la@-yvD+q=m!-la# aoba*-du^17 17sampaia aku masuk tempat kudus Allah,
<t*yr]j&a^l= hn`yb!a* biarlah aku mengertib kesudahan mereka.

III. Jawaban Allah bagi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm.
73:18-28)
A. Keadaan Orang Fasik yang Menyedihkan (73:18-20)
oml* tyv!T* toql*j&B^ Ea^18 18
Sesungguhnyaa Engkau meletakkan mereka di tempat-
tempat licin,
toaWVm^l= <T*l=P^h! Engkau membuat mereka jatuh kepada tipu muslihat.b
ug^r`k= hM*v^l= Wyh* Eya@19 19Betapa mereka telah menjadi hancur dalam sekejap,
tohL*B^-/m! WMt^ Wps* mereka habis lenyap oleh kengerian.
yn`d)a& Jyq!h*m@ <olj&K^20
20
Seperti mimpi ketika banguna, ya Tuhan
hz#b=T! <m*l=x^ ryu!B* pada waktu bangun bayangan mereka Kau pandang hina.

B. Keadaan Orang Benar yang Makmur (73:21-26)


yb!b*l= JM@j^t=y] yK!21
21
Ketika hatiku menjadi sakit
/n`oTv=a# yt^oyl=k!w+ dan jiwakua terasa sedih.b
ud`a@ al)w+ ru^b^-yn]a&w~22 22
Aku bodoh dan tidak tahu,
EM*u! yt!yy]h* tomh@B= aku menjadi [seperti] binatang di hadapanMu.
EM*u! dym!t* yn]a&w~23 23
Tetapi aku selalu di dekatMu,
yn]ym!y+-dy~B= T*z=j^a* Engkau telah memegang tangan kananku.
yn]j@n+t^ ;t=x*u&B^24
24
Engkau akan menuntuna aku dengan nasehatMu
yn]j@Q*T! dobK* rj^a^w+ dan Engkau akan membawakub [kepada] kemuliaan.
<y]m*V*b^ yl!-ym!25 25
Siapa ada padaku di sorga?
Jr\a*b* yT!x=p^j*-al) ;M=uw! + dan selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.
yb!b*l=-rWx yb!b*l=W yr]a@v= hl*K*26 26
Dagingku dan hatiku habis,
<l*oul= <yh!l)a$ yq!l=j#w+ [tetapi] Allah adalah batu karang hatikua dan bagianku
untuk selama-lamanya.

C. Reorientasi terhadap Kebaikan Allah (73:27-28)


Wdb@ay) ;yq#j@r+ hN}h!-yK!27 27
Sebab perhatikan, mereka yang menyimpanga dari
Engkau akan binasa,
I*M#m! hn\oz-lK* hT*m^x=h! Engkau telah memusnahkan semua yang berzinah dari
Engkau.
bof-yl! <yh!l)a$ tb^r&q! yn]a&w~28 28Tetapi aku, dekat Allah adalah baik,
ys!j=m^ hohy+ yn`d)aB^ yT!v^ aku menempatkana Tuhan ALLAH [sebagai] tempat
perlindunganku,
;yt#oka&l=m^-lK* rP@s^l= supaya aku menceritakan segala pekerjaanMu.
3
Catatan Terjemahan :

1.a. Baris pertama dari ayat 1 ini merupakan judul mazmur. Para ahli tata
bahasa Ibrani telah lama bergumul tentang arti dari preposisi l (l+) yang terdapat
dalam judul-judul mazmur. Ada beberapa kemungkinan arti dari preposisi l (l+) ini,
yaitu: “bagi,” “oleh/dari,” “kepada,” “berkenaan dengan, tentang, mengenai,” maupun
“digunakan untuk.”1 Beberapa ahli tata bahasa menganggap arti preposisi l (l+)
sebagai “oleh/dari” atau “kepunyaan,” yang disebut sebagai lamed auctoris, adalah
yang dimaksud oleh judul mazmur karena mereka menekankan pada pemakaian
umum dari idiom-idiom yang sama dalam bahasa-bahasa Semit yang lain.2
1.b. Kata keterangan Ea (a^K) muncul 3 kali dalam mazmur 73 (ayat 1, 13,
dan 18) dan mempunyai peran yang penting dalam membentuk struktur mazmur ini.
Kata Ea (a^K) mempunyai 2 fungsi pemakaian, yaitu menyatakan pembatasan dengan
arti “hanya, saja” dan penegasan dengan arti “sesungguhnya, pasti.”3 Dalam mazmur
ini, khususnya ayat 1, kata Ea (a^K) mempunyai fungsi penegasan dengan arti
“sesungguhnya” yang menegaskan iman pemazmur kepada Allahnya.
1.c. Banyak penafsir abad XX cenderung untuk mengganti kata “kepada
Israel” dengan “yang tulus hatinya” dan kecenderungan ini direfleksikan dalam
catatan kaki di BHS. Terjemahan bahasa Inggris versi RSV dan NEB, juga terjemahan
bahasa Indonesia LAI, mengikuti usulan perubahan ini. Ada beberapa alasan
diusulkannya pengubahan ini yaitu : pertama, untuk memperbaiki matra. Kedua,
untuk memberikan sebuah paralelisme yang baik antara kata “tulus hati” dengan
“bersih hati.” Ketiga, agar mazmur ini lebih pasti dari sisi komposisinya, yaitu dengan
menekankan individu-individu yang ada di dalamnya dan dan dalam hal pemberian
hukuman dan penghargaan dari Allah.4 Bagaimanapun juga penggantian kata la@r*c=y]l=
(l=y!cr*a@l) menjadi la@ rv*Y`l^ (l^Y*s*r a@l) tidak perlu karena beberapa alasan
berikut ini. Pertama, tidak ada bukti teks yang kuat dari versi-versi kuno untuk
mendukung pembacaan la@ rv*Y`l^ (l^Y*s*r a@l). Hal ini didukung oleh Marvin E.
Tate dan Willem A. VanGemeren. Kedua, penggunaan matra sebagai satu-satunya
dasar dalam memperbaiki teks kurang tepat karena dugaan adanya matra dalam puisi
Ibrani belakangan ini telah diragukan5 dan bukti-bukti Ugarit yang ditemukan sejak
1
Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, 33.
2
E. Kautzsch, Gesenius’ Hebrew Grammar (Oxford: Clarendon Press, 1910), pen. A.E.
Cowley, 419-20; bnd. Bruce K. Waltke dan M. O’Connor, An Introduction to Biblical Hebrew Syntax
(Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990), 206-07; Bruce K. Waltke, “Psalms: Theology of,” dalam
New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis (Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1997), peny. um. Willem A. VanGemeren, 4:1101; Brown, Driver, and Briggs, A
Hebrew and English Lexicon of the Old Testament, 513. Lihat juga Carl Reed dan Johny Sedi, “Bahasa
Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” diktat yang belum diterbitkan (Sekolah Tinggi Theologia Injili
Indonesia, Yogyakarta, 2004), 82.
3
Carl Reed dan Johny Sedi, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” diktat yang
belum diterbitkan (Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Yogyakarta, 2004), 100.
4
Lihat catatan kaki dan komentar dari Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary,
228, 233, 235.
5
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1996), 411.
4
1929 pada banyak lembaran tertulis di Ras Syamra tidak mendukung adanya pola-
pola irama atau matra yang teratur.6 Ketiga, dari konteks Mazmur 73 dapat dimengerti
bahwa sebenarnya pemazmur ingin menjelaskan bahwa Allah adalah baik bagi Israel
secara umum, kemudian lebih spesifik lagi kepada mereka yang bersih hatinya, dan
akhirnya kepada hidup pribadi pemazmur sendiri sebagai contohnya.
2.a. Kata sambung w+ (w+) mempunyai beberapa fungsi seperti : koordinasi,
disjunctive, adversative, alternative, explicative, pleonasm, accompaniment,
pembandingan, penekanan, sarkasme, apodosis, adjunctive, distribution.7 Berdasarkan
konteksnya, kata sambung w+ (w+) pada ayat 2 mempunyai fungsi adversative dan
diterjemahkan dengan “tetapi.”8 Konjungsi ini muncul empat kali dalam Mazmur 73
(Mzm. 73:2, 22, 23, 28) dan setiap kemunculannya tegas dan menjadi suatu tanda di
mana pemazmur mengakui kesalahannya (Mzm. 73:2, 22) serta menekankan apa yang
Allah telah lakukan bagi dia (Mzm. 73:23, 28).9
3.a. Kata sambung yK! (K') mempunyai beberapa fungsi seperti : kausal,
temporal, kondisional, adversatif, konsesif, asseverative, resultatif, nominalizing, dan
resitatif.10 Kata yK! (K') dalam ayat ini menyatakan fungsi kausal yang artinya “sebab.”
3.b. Kata <yl!lo= h (h(l+l'm) mempunyai bentuk Qal dan berasal dari kata
ll^h* (h*l^l) yang artinya “memperdayakan, menipu.”11 Pada umumnya terjemahan
Alkitab dan para sarjana menterjemahkan kata ini dengan “pembual-pembual, orang-
orang yang arogan, orang-orang sombong, orang-orang bodoh.”12 Versi-versi Alkitab
dan para sarjana menterjemahkan demikian karena kemungkinan mereka melihat arti
akar kata ll^h* (h*l^l) yang kedua, yaitu “memuji.”13 Tetapi kata <yl!l=oh (h(l+l'm)
berbentuk Qal sehingga arti akar kata yang ketigalah, yaitu ”memperdayakan atau
menipu,” yang lebih tepat.

6
W.S. LaSor, D.A. Hubbard dan F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama: Sastra dan
Nubuat, pen. Lisda Tirtapraja G. dan Lily W. Tjiputra (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 2:32.
7
Carl Reed, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” 107-108.
8
Situasi yang digambarkan dalam ayat 1 dan 2 mempunyai perbedaan. Pada ayat 1
pemazmur berada dalam situasi yang penuh keyakinan tentang kebaikan Allah, tetapi di ayat 2
pemazmur menggambarkan dirinya berada pada situasi yang meragukan bahkan kritis atau genting.
Situasi ini kemudian dijelaskan secara panjang lebar pada ayat 3-12.
9
Willem A. VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, (Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1991), peny. um. Frank E. Gaebelein, 5:477.
10
Carl Reed, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” 109-110.
11
William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament:
Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler and Walter Baumgartner (Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1988), 81.
12
American Standard Version (ASV), RSV, NASB, dan NIV menterjemahkan kata
<yl!l=oh (h(l+l'm) dengan kata ”orang-orang yang arogan.” KJV menterjemahkannya dengan ”orang-
orang yang bodoh.” Sedangkan LAI menterjemahkannya dengan ”pembual-pembual.” Para sarjana
Alkitab seperti Albert Barnes, C. H. Spurgeon, J. Clinton McCann, Marvin E. Tate, Willem A.
VanGemeren menterjemahkannya dengan ”orang-orang yang arogan.” Sedangkan F. Delitzsch,
Mitchell Dahood, dan C. A. Briggs menterjemahkan kata tersebut dengan ”orang-orang bodoh.”
13
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 81.
5
4.a. Kata toBx%r=j^ (j^rx%Bot) muncul hanya dua kali dalam Teks Masoret,
yaitu dalam Yesaya 58:6 dan Mazmur 73:4.14 Dalam Yesaya 58:6 kata ini mempunyai
arti “belenggu ilegal”15 atau “ikatan kejahatan”16 yang menunjukkan tekanan atau
aniaya. Sedangkan dalam Mazmur 73:4 mempunyai arti metafora yaitu “kesakitan”
atau “kesengsaraan.”17
4.b. Harus diakui bahwa frase <t*oml= (l=mot*m) yang secara literal berarti
“pada kematian mereka” menimbulkan kesulitan besar di antara para penafsir. Pada
umumnya para penafsir modern setuju dengan perbaikan yang diusulkan oleh catatan
tekstual dari Alkitab Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia).18 VanGemeren dalam
catatan tafsirannya tentang Mazmur 73 menjelaskan bahwa Alkitab versi-versi
modern (mis. NIV) dan para ekseget mengambil sebuah kata alternatif dan pembagian
stikometri : kata oml* (l*mo, “pada mereka”) digabungkan dengan baris pertama
(“mereka tidak ada kesakitan”) dan kata <T* (T*m, “lengkap”) dengan baris kedua
(“sehat [=sempurna] dan kuat”). Dengan demikian orang fasik didefinisikan sebagai
tidak mempunyai masalah dan menikmati kesehatan yang besar.19 Usulan ini
menjadikan terjemahan ayat 4 menjadi “sebab tidak ada kesakitan pada mereka, sehat
[=kuat] dan gemuk tubuh mereka.” Perbaikan yang diusulkan oleh Alkitab Ibrani
(Biblia Hebraica Stuttgartensia) dan disetujui oleh para ekseget tersebut pada
dasarnya memang tidak menghilangkan sama sekali atau menggantikan satu huruf
pun dalam Teks Masoret, sebaliknya perbaikan tersebut menghasilkan matra dan
paralelisme yang lebih baik daripada Teks Masoret.20 Meskipun demikian, arti dari
Teks Masoret tersebut bukan berarti tidak dapat dimengerti.21 Arti literal tersebut bisa
juga dimengerti bahwa kesejahteraan orang-orang fasik terlihat sampai kepada
kematian mereka yang mudah tanpa harus mengalami kesakitan. Selain itu, perbaikan
yang diusulkan oleh Alkitab Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia) maupun oleh para
sarjana modern tersebut tidak didukung oleh bukti teks apapun dari versi-versi kuno.
Oleh sebab itu penulis dalam hal ini lebih memilih untuk mempertahankan terjemahan
sesuai dengan Teks Masoret yang berbunyi : ”sebab tidak ada kesakitan pada
kematian mereka, gemuk tubuh mereka.”
14
Lihat Notes dalam VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary,
5:478.
15
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 118.
16
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 359.
17
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 118.
18
Lihat catatan kaki Biblia Hebraica Stuttgartensia; bnd. Catatan terjemahan dalam Tate,
Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 228.
19
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:478.
20
Lihat catatan dalam tafsiran berikut : Tate, “Psalms 51-100,” dalam Word Biblical
Commentary, 228; Marie Claire Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3.
21
Menurut Spurgeon, orang-orang fasik mempunyai kematian yang tenang dan meluncur
ke dalam kekekalan tanpa suatu perjuangan. Lihat C.H. Spurgeon, The Treasury of David (Virginia:
Macdonald Publishing Company, 1966), 2:247. Pendapat Spurgeon ini dipertegas oleh Robert L.
Deffinbaugh (lihat Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of
Sinners,” dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org).
6
5.a. Kata WuG*n|y+ (y=n%G*uW) berada dalam bentuk Pual dan berasal dari
akar kata ug^n` (n*g^u) yang secara literal berarti “ditimpai, dikenai.”22 Bentuk Pual ini
dalam sepanjang Perjanjian Lama hanya muncul sekali di Mazmur 73:5 ini. Kata ini
digunakan secara figuratif dengan pengertian ”memukul atau menghajar dengan
penderitaan atau penyakit” di mana dalam penggunaan ini, subyeknya adalah selalu
Allah atau tangan Allah.23 Oleh sebab itu kata WuG*n|y+ (y=n%G*uW) lebih tepat
diterjemahkan dengan kata ”ditulahi” atau “dikenai tulah.”
7.a. Kata omn}yu@ (u?n@mo) yang berasal dari akar kata /y!u^ (u^y!n) secara
literal berarti “mata.”24 Tetapi Septuaginta dan Pesyitta membaca kata omn}yu@ (u?n@mo)
dengan omn`ou& (u&on*mo) yang artinya “kesalahan mereka.”25 LAI dan beberapa
sarjana modern juga menterjemahkan kata ini dengan “kesalahan mereka.”26 Bruce K.
Waltke dan M. O’Connor mengatakan bahwa kelihatannya ada kebingungan tentang
konsonan dalam proses transmisi teksnya, yaitu antara y dan w.27 Perbaikan-perbaikan
yang diusulkan oleh para sarjana memang masuk akal. Meskipun demikian, bukan
berarti arti secara literalnya tidak dapat dipahami. Dengan memelihara atau
mempertahankan Teks Masoret menunjukkan nuansa khusus dari ayat ini (mis.:
persepsi mereka tentang dunia dibelokkan oleh kegemukan) dan meningkatkan
kesejajaran (paralelisme) kata “mata” dengan kata “hati” (Ibr. bb*l@, l@b*b) di baris
kedua.
7.b. Kata toYK!cm = ^ (m^cK!Yot) secara literal berarti “gambar atau
imajinasi.” Dalam ayat 7 kata toYK!c=m^ (m^cK!Yot) mempunyai arti metafora
28

tentang imajinasi atau khayalan.29 Kata toYK!cm = ^ (m^cK!Yot) dan bb*l@ (l@b*b) dalam
frase bb*l@ toYK!c=m^ (m^cK!Yot l@b*b) berada dalam hubungan construct.30 Oleh
karena itu kedua kata ini lebih tepat diterjemahkan bersama-sama menjadi ”imajinasi-
imajinasi hati.”

22
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 227.

L. Schwienhorst, “ug^n,` ” dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny. G.


23

Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef Fabry, pen. David E. Green (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986), 9:205-07.
24
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 744.
25
Lihat catatan kaki Biblia Hebraica Stuttgartensia.
26
Beberapa sarjana modern seperti F. Delitzsch dan C. A. Briggs menterjemahkan
demikian.
27
Waltke dan O’Connor, An Introduction to Biblical Hebrew Syntax, 25-26.
28
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 217.
29
Ibid. VanGemeren menambahkan bahwa imajinasi di sini termasuk rencana-rencana
jahat orang fasik; bnd. Briggs, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Psalms, The
International Critical Commentary, 144. Briggs menjelaskan lebih lanjut bahwa imajinasi orang-orang
fasik adalah imajinasi yang jahat dan penuh dengan kesombongan; Holladay, A Concise Hebrew and
Aramaic Lexicon of the Old Testament, 217.
30
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 967.
7
10.a. kata <l)h& (h&l)m) adalah kata keterangan tempat yang artinya “ke
sini, sini.”31 Beberapa penafsir dan terjemahan moderen menterjemahkan kata ini
dengan “kepada mereka.”32 Penulis mempertahankan terjemahan “ke sini” dengan
memahami seperti Albert Barnes memahaminya33 bahwa kata tersebut mengacu
kepada subyek pembicaraan, yaitu orang-orang fasik dan keadaannya yang makmur
dan penuh kejahatan.34 Jadi ayat 10 ini jelas sekali menunjukkan bahwa orang-orang
fasik dan cara hidupnya menjadi populer atau terkemuka karena banyak umat Israel
yang berbalik kepada mereka dan cara hidup mereka.
10.b. Frase al@m* ym@ (m? m*l@a) secara literal berarti “air yang berlimpah”
dan frase ini merupakan sebuah metafora bagi kemakmuran orang-orang fasik
sehingga membuat beberapa umat Israel berbalik dari Allah karena ditarik oleh
kesejahteraan atau kemakmuran dan kejahatan orang fasik tanpa memikirkan
pengaruh dari gaya hidup makmur mereka.
12.a. Kata hN}h! (h!N@h) adalah sebuah kata seru yang menuntut
35
perhatian dan dapat diterjemahkan dengan kata “perhatikan.” Selain di ayat ini, kata
ini juga muncul kembali di ayat 27. Dalam kedua kemunculannya terjemahan LAI
menggunakan kata yang sama, yaitu “sesungguhnya,” untuk menterjemahkan kata
hN}h! dalam ayat 12 dan 27 dan kata Ea^ (a^E) dalam ayat 1 dan 18. Pemilihan kata yang
berbeda dalam menterjemahkan kedua kata Ibrani tersebut adalah penting untuk
kepentingan struktur mazmur ini.
12.b. Kata wl@v* (v*l@w) secara literal berarti “diam” atau “tenang,” suatu
keadaan yang menggambarkan hidup orang fasik yang sepertinya tanpa persoalan.
12.c. Kata WGc=h! (h!cGW) berbentuk hiphil perfek dan berasal dari kata hgc
(cgh) yang artinya “bertumbuh besar.” Dalam bentuk hiphil berarti “membuat
besar”36 atau bisa diterjemahkan dengan “memperbesar.”
13.a. Ini adalah kemunculan yang kedua dari kata Ea^ (a^E) dalam mazmur
73 yang menekankan penegasan. Lihat catatan terjemahan 1.b.
13.b. Kata yt!yK!z! (z!K]t]) berbentuk piel perfek dari kata dasar hkz (zkh)
yang artinya menjadi murni. Dalam bentuk piel kata ini mempunyai arti “menjaga
sesuatu murni.”37

31
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 217.
32
Terjemahan moderen seperti NIV, LAI dan terjemahan beberapa penafsir seperti
Willem A. VanGemeren, Marvin E. Tate menerjemahkan demikian.
33
Albert Barnes, Barnes’ Notes: Notes on the Old Testament (Grand Rapids: Baker Book
House, 1983), 256.
34
Septuaginta (LXX) dan beberapa versi Alkitab masih mempertahankan terjemahan ini
seperti Alkitab versi KJV dan ASV. Demikian juga dengan beberapa sarjana seperti F. Delitzsch dan C.
H. Spurgeon.
35
Carl Philip Weber, “hN@h!” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, peny. R.
Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 1:506.
36
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 349.
37
Ibid., 88.
8
14.a. Kata sambung w` dalam ayat ini mempunyai fungsi perlawanan
(adversative)38 dan mempertegas maksud dari ayat 13, sehingga dapat diterjemahkan
dengan kata “tetapi.”
14.b. Kata yT!jk= ^oT (Tok^jT]) berasal dari kata benda tj^k^oT (Tok^j^t) dan
seringkali diartikan dengan “teguran, celaan, koreksi.”39 Alkitab versi NIV setuju
dengan BHS yang memperbaiki kata yT!j=k^oT yang berarti “teguranku” menjadi bentuk
kata kerja yT!jk= ^oh (hok^jT]) yang artinya “aku telah ditegur.”40 Menurut penulis
perbaikan ini tidak perlu karena pengertian frase ini dalam Teks Masoret masih dapat
dipahami.
15.a. Kata hr*P=s^a& (a&s^Pr*h) berasal dari kata rp^s* (s*p^r) yang artinya
“menghitung” dan berada dalam modus Cohortative yang mengekspresikan hasrat,
perhatian dan dorongan pribadi, atau penetapan diri.41 Dalam bentuk piel kata tersebut
secara literal berarti “menghitung kembali” yang didalamnya mengandung ide
“bercerita atau memberitahukan.”42
15.b. Kata omk= (k=mo) secara literal berarti “seperti.” Beberapa terjemahan
modern seperti KJV, NIV, NASB menterjemahkan dengan kata thus dan KSILT
menterjemahkannya dengan kata “demikian.”
15.c. Kata yT!d=g*b* (b*g*d=T]) berasal dari kata kerja dg^B* (B*g^d) yang
artinya “bertindak tidak setia, curang, berkhianat.”43
17.a. Kata depan du^ (u^d) mempunyai beberapa fungsi yaitu :
menunjukkan tempat, waktu (temporal), berapa banyak, dan sasaran abstrak atau
sesuatu yang menarik perhatian.44 Dalam konteks ayat ini kata du^ mempunyai fungsi
waktu (temporal) yang menunjukkan waktu sampai sesuatu terjadi dan diterjemahkan
dengan kata “sampai.”
17.b. Kata hn`yb!a* (a*b'n`h) berasal dari kata /yB! (B'n) yang artinya
“mengerti atau merasa.”45 dan berada dalam modus Cohortative yang
mengekspresikan hasrat, perhatian dan dorongan pribadi, atau penetapan diri.46
18.a. Ini merupakan kemunculan yang ketiga kalinya dari kata Ea^ (a^E)
yang menyatakan fungsi penegasan dengan arti “sesungguhnya.” Partikel Ea^ (a^k)

38
Carl Reed, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” 107.
39
John E. Hartley, “jky” dalam New International Dictionary of Old Testament
Theology and Exegesis (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997), peny. um. Willem A.
VanGemeren, 2:444.
40
Lihat catatan kaki dalam BHS.
41
Jenny Wongka, Seri Diktat: Bahasa Ibrani II (Pelajaran XV s/d XXIV), 1998, 6.
42
R. D. Patterson, “rp^s*” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, 2:162-72.
43
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 33; Louis Goldberg, “dg^b*” dalam
Theological Wordbook of the Old Testament, 1:89-90.
44
Lihat Carl Reed, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” 89-90.
45
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 38.
46
Jenny Wongka, Seri Diktat: Bahasa Ibrani II (Pelajaran XV s/d XXIV), 1998, 6.
9
dalam ayat 18 menegaskan keyakinan pemazmur bahwa orang fasik akan dihukum
dalam akhir hidup mereka.47
18.b. Kata toaWVm^ (m^VWaot) hanya muncul dalam ayat ini dan
mempunyai arti “tipu muslihat atau penipuan.”48 Tetapi menurut BDB arti kata ini
tidak sesuai atau tidak cocok dengan konteksnya, oleh sebab itu diusulkan untuk
dibaca sebagai toaovm= (m=voaot) yang artinya “kehancuran.”49 Menurut penulis, arti
”tipu muslihat atau penipuan” lebih tepat dipakai ditinjau dari paralelisme dengan
kata ”tempat-tempat licin” dan masih bisa dimengerti maksudnya.
20.a. Harus diakui bahwa arti dari ayat ini sulit untuk dimengerti. Hal ini
disebabkan karena terjemahan secara literal dari Teks Masoret tidak memberikan
suatu kejelasan pengertian atau maksudnya.50 Demikian juga dengan terjemahan
Yunaninya atau Septuaginta.51 Oleh sebab itu, para sarjana modern telah mengusulkan
sedikit perbaikan dengan mengubah kata ryu!B* (B*u'r) dalam Teks Masoret yang
artinya “dalam kota” menjadi rWuB= (B=uWr) yang berarti “ketika seseorang bangun.”52
Apabila diterjemahkan menjadi : “seperti mimpi ketika bangun ya Tuhan, pada waktu
bangun rupa mereka Kau pandang hina.”
21.a. Kata yt^oyl=k! (k!lyot^y) berasal dari kata hy`l=K! (K!l=y*h) yang secara
literal berarti “ginjal” dan dalam konteks Mazmur 73:21 mempunyai arti figuratif
sebagai “tempat dari emosi dan kasih sayang.”53 Definisi ini menuntun penulis untuk
menterjemahkan dengan “jiwa.”
21.b. Kata /n`oTv=a# (a#vTon*n) berasal dari kata /n~v* (v*n^n) yang dalam
bentuk Hithpolel mempunyai arti “merasa tertusuk dengan tajam.”54 Marvin E. Tate
menjelaskan bahwa kata ini merupakan sebuah metafora bagi penderitaan yang
mendalam. Oleh sebab itu penulis menterjemahkannya dengan “sedih.”
24.a. Kata yn!j@n=t^ (t^nj@n') yang artinya ”memimpin, menuntun.”
mempunyai bentuk imperfek. Secara umum bentuk imperfek mempunyai arti tindakan
yang belum lengkap atau selesai.55 Dalam kaitannya dengan ayat 24, bentuk imperfek
kata yn!j@nt
= ^ (t^nj@n') menunjukkan penyertaan Allah yang sedang dan akan
dinyatakan kepada pemazmur mulai saat ini sampai seterusnya.

47
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 192.
48
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 218.
49
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 996. Alkitab terjemahan
modern seperti KJV, NIV, NASB, NET, LAI menerjemahkannya juga dengan kata “kehancuran.”
50
Terjemahan secara literal dari Teks Masoret (MT) berbunyi : “seperti mimpi ketika
bangun, Tuhan, dalam kota gambar mereka Engkau pandang hina.”
51
Septuaginta (LXX) juga menterjemahkan : “seperti mimpi dari seseorang yang bangun,
O Tuhan, dalam kotamu Engkau akan memandang rendah gambar mereka.” Lihat notes dalam Tate,
Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 229.
52
Lihat catatan kaki BHS; bnd. VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible
Commentary, 5:481. NIV juga menterjemahkan demikian.
53
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 480.
54
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 379.
55
Carl Reed, “Bahasa Ibrani Jilid III : Grammar dan Sintaks,” 45.
10
24.b. Kata yn!j@QT
* ! (T!Q*j@n]) berasal dari akar kata jq^l* (l*q^j) yang
artinya ”membawa, menerima.”56 Bentuk imperfek kata ini juga menunjukkan
tindakan Allah yang sedang dan akan dinyatakan kepada pemazmur.
26.a. Kata yb!b*l=-rWx (xWr l=b*b') secara literal berarti ”batu karang
hatiku.” Kata ini diterjemahkan secara beragam oleh para sarjana maupun dalam
terjemahan Alkitab. Meskipun demikian arti literalnya masih dapat dipahami, oleh
sebab itu tetap dipertahankan dalam penterjemahannya.
27.a. Kata ;yq#jr @ = (r=j@q#y:*) merupakan kata sifat yang berfungsi
substantif, yaitu sebagai kata benda. Kata ini berasal dari kata qj^r* (r*j^q) yang
artinya “menjadi jauh.” Dalam bentuk kata sifatnya, kata ini dapat berarti
“menyimpang.”57
28.a. Kata tyv! (v't) kembali muncul dalam ayat ini. Kemunculan kata tyv!
(v't) yang lain terdapat dalam ayat 6, 9, dan 18. Kata tyv! (v't) secara literal berarti
“meletakkan, memasang, menempatkan, menetapkan.” Penulis memilih kata
“menempatkan” untuk menterjemahkan kata tyv! (v't).

56
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 178.
57
Selidiki Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 338 dan Brown, Driver,
and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 935.
BAB II

GARIS BESAR EKSEGESIS MAZMUR 73

I. Permasalahan Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm. 73:1-12)


A. Keadaan Orang Benar yang Kritis (73:1-3)
1. Keyakinan Awal akan Kebaikan Allah
2. Kehidupan Rohani yang Kacau
3. Kecemburuan akan Kemakmuran Orang Fasik
B. Keadaan Orang Fasik yang Makmur (73:4-12)
1. Kesejahteraan Orang Fasik
2. Kejahatan Orang Fasik
3. Kepopuleran Orang Fasik

II. Reaksi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik (Mzm. 73:13-17)
A. Meragukan Nilai-Nilai Kerohanian (73:13-14)
B. Membuka Diri kepada Allah (73:15-16)
C. Membawa Pergumulan kepada Allah (73:17)

III. Jawaban Allah bagi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik
(Mzm. 73:18-28)
A. Keadaan Orang Fasik yang Menyedihkan (73:18-20)
B. Keadaan Orang Benar yang Makmur (73:21-26)
C. Reorientasi terhadap Kebaikan Allah (73:27-28)

11
BAB III

LATAR BELAKANG MAZMUR 73

Fokus studi bagian ini adalah mempelajari dan memahami latar belakang
dari Mazmur 73 yang menyangkut aspek kepenulisan, tahun penulisan, latar belakang
sejarah, dan kedudukan Mazmur 73 dalam Kitab Mazmur. Harus diakui bahwa Kitab
Mazmur secara umum maupun Mazmur 73 secara khusus memiliki informasi yang
terbatas mengenai latar belakangnya. Meskipun demikian, sedapat mungkin akan
diusahakan untuk menggali informasi berdasarkan bukti-bukti internal dan eksternal.
Diharapkan dari uraian ini akan didapatkan pemahaman secara historis yang akan
berguna dalam memahami Mazmur 73.
Harus diakui bahwa tidak mudah menentukan latar belakang Kitab
Mazmur. Hal ini disebabkan karena tidak semua mazmur mempunyai informasi yang
berhubungan dengan sejarah dalam dirinya. Ada 34 mazmur dari 150 mazmur yang
tidak memiliki judul dan informasi tentang kepenulisan secara teknis1 dan hanya 13
mazmur yang memiliki informasi sejarah di dalamnya.2
Mazmur 73 merupakan salah satu mazmur yang tidak memiliki informasi
sejarah di dalamnya. Akan tetapi masih ada beberapa informasi, baik dari dalam teks
itu sendiri (bukti internal) maupun dari luar (bukti eksternal), yang menolong dalam
menentukan latar belakang mazmur ini. Oleh sebab itu beberapa hal mengenai
kesejarahan mazmur ini akan disajikan di sini.

Kepenulisan Mazmur 73

Sumber utama informasi untuk penulisan mazmur-mazmur berasal dari


judul-judul mazmur. Tetapi harus diakui bahwa masalah utama dalam studi tentang
individu-individu dalam judul mazmur-mazmur adalah pengidentifikasian penulis dari
beberapa mazmur tersebut.3 Hill dan Walton mengemukakan bahwa ada dua
pertanyaan yang menjadi dasar permasalahan, yaitu: pertama, apakah maksud dari
penunjukkan pribadi-pribadi dalam judul mazmur? Apakah judul itu dimaksudkan

1
Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, 33.
2
Willem A. VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, (Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1991), peny. um. Frank E. Gaebelein, 5:35. Mazmur-mazmur
yang mempunyai informasi sejarah adalah Mazmur 3, 7, 18, 34, 51, 52, 54, 56, 57, 59, 60, 63, 142.
3
Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, 33.
12
13
sebagai penulis atau sebagai orang yang kepadanya mazmur dipersembahkan ?
Kedua, apakah judul-judul itu adalah petunjuk yang dapat dipercayai?4
Para ahli tata bahasa Ibrani telah lama bergumul tentang arti dari preposisi
l (l+) yang terdapat dalam judul-judul mazmur. Menurut VanGemeren, preposisi ini
mempunyai dua ambiguitas, yaitu ambiguitas dalam arti atau definisinya dan
ambiguitas dalam penggunaannya.5 Definisi dari preposisi l (l+) mencakup arti yang
sangat luas. Craigie menyebutkan ada beberapa kemungkinan arti dari preposisi l (l+)
ini, yaitu: “bagi,” “oleh,” “kepada,” “berkenaan dengan, tentang, mengenai,” maupun
“digunakan untuk.”6 Sedangkan penggunaan preposisi l (l+) juga sama-sama luas.
Craigie mengusulkan beberapa kategori penggunaan preposisi l (l+) seperti:
individual, kelompok, situasi atau upacara tertentu, pembaktian atau persembahan.7
Beberapa ahli tata bahasa menganggap arti preposisi l (l+) sebagai “oleh” atau
“kepunyaan,” yang disebut sebagai lamed auctoris, adalah yang dimaksud oleh judul
mazmur karena mereka menekankan pada pemakaian yang umum dari idiom-idiom
yang sama dalam bahasa-bahasa Semit yang lain.8 Arti “oleh” atau “kepunyaan” ini
menekankan kepada kepengarangan atau kepenulisan dari nama-nama yang terdapat
dalam judul mazmur-mazmur.
Secara khusus dalam Mazmur 73:1, preposisi l (l+) jelas sekali
mempunyai arti “oleh” atau kepunyaan” yang menyatakan kepengarangan atau
kepenulisan Asaf. Kesimpulan ini diambil dengan mempertimbangkan beberapa hal
berikut: pertama, dalam 2 Tawarikh 29:30 dijelaskan bahwa raja Hizkia dan para
pemimpin memerintahkan orang Lewi untuk menyanyikan “kata-kata Daud dan Asaf,
pelihat itu.” Selanjutnya dalam Nehemia 12:46, Daud dan Asaf disebutkan bersama-
sama sebagai pemimpin pujian. Ini menunjukkan bahwa Asaf adalah penulis dari
beberapa, jika tidak semuanya, dari dua belas mazmur yang dianggap berasal dari dia.
Kedua, pemakaian preposisi l (l+) secara umum dari idiom-idiom yang sama dalam
bahasa Semit yang lain. Ketiga, penggunaannya kepada individu tertentu (Asaf).
Keempat, isi dari mazmur tersebut yang menekankan pengalaman pribadi pemazmur.
Jadi, penulis dari Mazmur 73 adalah Asaf . Informasi tentang Asaf sebagai
pribadi tidak banyak dicatat. Ia berasal dari keturunan Lewi, anak dari Berekhya dari
keturunan Gerson (1 Taw. 6:39) dan ditunjuk oleh kepala orang Lewi sebagai
penyanyi utama dan pemimpin paduan suara dengan menggunakan ceracap, ketika
tabut di bawa ke Yerusalem dan pada beberapa perayaan nasional yang lain (1 Taw.
15:17-19). Kemudian Daud mengangkatnya sebagai pemimpin paduan suara dalam
kebaktian (1 Taw. 16:4, 5). Selanjutnya Asaf juga terkenal sebagai pelihat dan diakui

4
Walton, Survei Perjanjian Lama, 446; bnd. Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical
Commentary, 33.
5
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:19.
6
Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, 33.
7
Ibid., 34.
8
E. Kautzsch, Gesenius’ Hebrew Grammar (Oxford: Clarendon Press, 1910), pen. A.E.
Cowley, 419-20; bnd. Bruce K. Waltke dan M. O’Connor, An Introduction to Biblical Hebrew Syntax
(Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990), 206-07; Bruce K. Waltke, “Psalms: Theology of,” dalam
New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis (Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1997), peny. um. Willem A. VanGemeren, 4:1101; Brown, Driver, and Briggs, A
Hebrew and English Lexicon of the Old Testament, 513.
14
sebagai penulis mazmur-mazmur yang digunakan ketika Hizkia memulihkan ibadah
di Bait Allah (2 Taw. 29:30; 20:14)9 Musiknya mempengaruhi secara luas jauh
melampaui Bait Suci dan ke dalam buku-buku himne Yahudi sepanjang masa.10
Namanya ditemukan dalam dua belas mazmur, yang menunjukkan kepenulisannya
(Mzm. 50, 73-83).
Selanjutnya keturunan Asaf atau yang disebut “Bani Asaf”11 juga ditunjuk
oleh Daud untuk bernubuat atas petunjuk raja dengan diiringi musik (1 Taw. 25) dan
peran ini terus berlanjut setelah kerajaan Israel terpecah menjadi dua (2 Taw. 20:14;
35:15), bahkan hingga orang Yahudi kembali dari pembuangan ke negerinya (Ezr.
3:10; Neh. 7:44; 11:17, 22; 12:35). Peran mereka pada zaman Ezra dan Nehemia ini
terutama sebagai penyanyi dan pemukul ceracap.12 Jadi, baik Asaf secara pribadi
maupun keturunannya atau “Bani Asaf” sangat erat berhubungan dengan musik dan
ibadah di masa Daud, Salomo, kerajaan terpecah, bahkan sampai kepada masa
pembaharuan yang dilakukan oleh Ezra dan Nehemia. Bagaimanapun juga,
keberadaan Asaf dan keturunannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah para pemusik
yang mulai diorganisasikan di masa Daud (1 Taw. 15:6-28; 16:4-43; 23:1-5; 25:1-31),
semakin berkembang di masa Salomo (2 Taw. 5:11-14; 7:6), dipulihkan di masa
Yosafat dan Yehuda (2 Taw. 20:21-22), dibaharui di masa Hizkia (2 Taw. 29:25-28;
30) dan Yosia (2 Taw. 35:15), dan setelah kembali dari pembuangan di tata kembali
melalui pembaharuan yang dilakukan oleh Ezra dan Nehemia.13

Tahun Penulisan Mazmur 73

Menetapkan waktu penulisan yang pasti dari Kitab Mazmur, demikian


juga dengan Mazmur 73, adalah tidak mudah.14 Hal ini disebabkan karena tidak
semua mazmur memiliki informasi sejarah di dalam judul-judulnya maupun di dalam
isinya.15 Demikian juga dengan Mazmur 73 yang tidak memiliki informasi yang
berhubungan dengan sejarahnya.

9
J.P.U. Lilley, “Asaf,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen., Sijabat-Runkat
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 1:103.
10
Paul D. Gardner, peny. um., The Complete Who’s Who in the Bible (Grand Rapids:
Zondervan Publishing House, 1995), 63.
11
Lihat Michael D. Goulder, “The Psalms of Asaph and The Pentateuch,” dalam Journal
for the Study of the Old Testament Supplement Series 233 (Sheffield: Sheffield Academic Press, 1996),
312-27 untuk penyelidikan tentang “Bani Asaf.” Goulder telah mendaftarkan sepuluh bagian (ayat)
dalam Alkitab untuk menggambarkan garis keluarga Asaf.
12
J.S. Rogers, “Asaph,” dalam The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday,
1992), 471.
13
Todd Elefson, Diktat Kuliah, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung,
1998, 25.
14
Tremper Longman III dalam bukunya Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur?
halaman 41 mengatakan sukar bahkan tidak mungkin untuk menentukan waktu penulisan sebuah
mazmur.
15
Hanya ada 13 mazmur yang mempunyai informasi sejarah di dalamnya, yaitu : Mazmur
3, 7, 18, 34, 51, 52, 54, 56, 57, 59, 60, 63, 142.
15
Beberapa sarjana Alkitab telah berusaha untuk menetapkan tanggal
penulisan Mazmur 73 tetapi tidak ada keseragaman dalam pendapat mereka. Sigmund
Mowinckel seperti dikutip oleh Michael D. Goulder menetapkan masa pasca
pembuangan16 sebagai waktu penulisan mazmur ini yang didasarkan pada argumen
bahwa Asaf kembali bersama-sama dengan Zerubabel dan mendirikan serikat para
penyanyi yang telah diterima oleh umum sebagai kaum Lewi.17 Goulder sendiri
berpendapat bahwa mazmur-mazmur Asaf, termasuk Mazmur 73, ditulis pada masa
akhir dari kerajaan Israel Utara, yaitu pada sekitar tahun 732-722 sM.18 Pada periode
ini Israel Utara yang dipimpin oleh Hosea dikepung selama tiga tahun oleh tentara-
tentara Asyur dan akhirnya menderita kekalahan di tangan tentara Asyur.19 Adapun
Berthold Anton Pareira dengan mempertimbangkan persoalan yang digeluti oleh Asaf
yang mirip dengan Yeremia 12:1-6 dan Kitab Ayub, menetapkan bahwa Mazmur 73
ditulis sekitar abad ke-5 sM.20
Harus diakui bahwa untuk menentukan tanggal penulisan yang pasti dari
mazmur-mazmur, tentunya Mazmur 73 juga, adalah pekerjaan yang sulit.21 Tetapi ini
bukan berarti tidak bisa sama sekali memberikan sebuah rentang yang longgar tentang
tanggal penulisan mazmur ini. Apabila kita kembali kepada sejarah Alkitab Perjanjian
Lama, terutama kitab-kitab sejarah, ada empat kemungkinan periode sejarah yang
diberikan, yaitu: zaman Daud, Yosafat, Hizkia, dan Ezra.22 Berdasarkan 1 Tawarikh
6:39 diketahui bahwa Asaf telah ditugaskan oleh Daud sebagai penyanyi di rumah
Tuhan. Sedangkan dalam pasal 16:4-5, Asaf secara khusus diangkat oleh Daud
sebagai kepala atau pemimpin paduan suara di hadapan tabut Tuhan. Kemudian pada
zaman Hizkia (2 Taw. 29:30), Asaf diakui sebagai penulis mazmur-mazmur yang
digunakan ketika Hizkia memulihkan Bait Allah. Pada masa selanjutnya, yaitu setelah
kerajaan Israel terpecah menjadi dua (2 Taw. 20:14; 35:15) hingga orang Yahudi
kembali dari pembuangan ke negerinya (Ezr. 3:10; Neh. 7:44; 11:17, 22; 12:35),
keturunan Asaf atau yang disebut “bani Asaf” juga ditugaskan sebagai penyanyi dan

16
Moses Buttenwieser, seperti dikutip oleh Bullock, jauh sebelum Mowinckel telah
menyusun mazmur-mazmur ke dalam tiga periode sejarah, yaitu: mazmur prapembuangan,
pembuangan, dan pascapembuangan. Menurut Bullock, ketiga periode ini merupakan kategori yang
alamiah untuk memberikan tanggal terhadap mazmur-mazmur. Oleh sebab itu ketiga periode ini
kemudian banyak dipakai oleh para sarjana Alkitab dalam menetapkan waktu penulisan maupun
peristiwa dalam mazmur-mazmur. (bnd. Charles Lee Feinberg, The Date of Psalms, Logos Library
System: The Theological Journal Library (Garland, Texas: Galaxie Software). [CD-ROM]
17
Goulder, “The Psalms of Asaph and the Pentateuch,” dalam Journal for the Study of the
Old Testament Supplement Series 233, 16.
18
Ibid., 35. Menurut Goulder, situasi pada akhir Kerajaan Israel Utara ini tepat dengan
gambaran-gambaran dan tanda-tanda yang ada dalam Mazmur 73.
19
Joseph P. Free dan Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2001), 255.
20
Marie Claire Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150 (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001), 6.
21
Para sarjana Alkitab seperti James L. Crenshaw, Bruce K. Waltke, C. Hassel Bullock,
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Tremper Longman III, Willem A. VanGemeren mengakui hal ini.
22
Periode ini juga diusulkan oleh Bullock dalam bukunya Kitab-kitab Puisi dalam
Perjanjian Lama halaman 159-160.
16
pemukul ceracap. Ini berarti periode penulisan Mazmur 73 terbentang di antara zaman
pemerintahan Daud hingga kembalinya orang Yahudi dari pembuangan ke negerinya
di bawah kepemimpinan Ezra dan Nehemia.23 Ada kemungkinan pada zaman Hizkia
(716-687 sM)24 mazmur ini telah ditulis karena pada masa pemerintahannya, Hizkia
telah mengenal Asaf sebagai penulis mazmur-mazmur yang dinyanyikan di bait Allah
(2 Taw. 29:30).

Latar Belakang Sejarah Mazmur 73

Menentukan latar belakang sejarah Mazmur 73 adalah sama sulitnya


dengan menentukan tanggal penulisan yang pasti dari kitab tersebut. Mazmur 73
merupakan salah satu mazmur yang tidak mempunyai informasi yang jelas tentang
kesejarahannya. Meskipun demikian, beberapa sarjana telah berusaha untuk
merekonstruksi situasi dengan memahami apa yang ada di dalam teks mazmur
tersebut.
Marvin E. Tate menyebutkan bahwa ada dua pendapat umum dari para
sarjana Alkitab tentang latar belakang Mazmur 73, yaitu latar belakang kultus dan
latar belakang non kultus.25 Mereka yang berpegang kepada latar belakang non kultus
menekankan bentuk hikmat dari Mazmur 73 dan menggunakan mazmur ini sebagai
suatu alat pengajaran.26 Sedangkan mereka yang menekankan latar belakang kultus
menganggap bahwa ada beberapa mazmur yang memang digunakan dalam liturgi
tertentu karena tidak ada sesuatu dalam mazmur-mazmur itu yang
menghubungkannya dengan situasi historis tertentu.27 Mereka yang menghubungkan
Mazmur 73 dengan latar belakang kultus mendasarkan pendapatnya dengan melihat
referensi kepada “tempat kudus Allah” dalam ayat 17.28 Menurut Ernest Wurthwein
seperti dikutip oleh Crenshaw, referensi kepada “tempat kudus Allah” memberi kesan
bahwa mazmur ini termasuk dalam daftar lagu yang digunakan dalam suatu liturgi
tertentu.29 Memang dalam sejarah, banyak sarjana Alkitab yang berusaha untuk
menghubungkan mazmur-mazmur dengan festival-festival atau hari raya-hari raya

23
Kesimpulan ini diambil dengan catatan bahwa nama Asaf dalam judul-judul mazmur
bisa saja menunjukkan keturunannya juga atau yang disebut dengan “bani Asaf.”
24
Free dan Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 259-74.
25
Marvin E. Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary (Dallas: Word Books,
1990), 232-33.
26
Ibid.
27
H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 155. Tremper
Longman III juga menegaskan bahwa latar belakang utama penggunaan mazmur adalah dalam konteks
ibadah, baik secara pribadi maupun bersama-sama (lihat Tremper Longman III, Bagaimana
Menganalisa Kitab Mazmur?, 47-48).
28
McCann, Jr., “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and Reflections” dalam
The New Interpreter’s Bible, 968; bnd. Crenshaw, The Psalms: An Introduction, 113.
29
Ibid.
17
30
tertentu di Israel. Tetapi bukti dari Alkitab mengenai hari raya yang demikian tidak
ada. Oleh sebab itu perlu berhati-hati dalam menetapkan adanya sebuah festival
tertentu yang belum pasti untuk latar belakang mazmur.
Michael D. Goulder mencoba menghubungkan Mazmur 73 dengan krisis
yang terjadi dengan Asyur pada paruhan kedua abad ke-8 sM. Situasi yang terjadi saat
itu menunjukkan rakyat yang kebingungan dan dikepung oleh tentara-tentara Asyur
dan ada korelasi dengan kejatuhan kerajaan utara.31 Sedangkan Pareira lebih melihat
latar belakang Mazmur 73 dari sudut pandang kehidupan seorang dari suku Lewi, di
mana sebagai orang yang tidak mempunyai milik pusaka (Ul. 10:9), ia lebih mudah
jatuh ke dalam bahaya iri hati karena lebih lama menderita daripada orang awam
biasa. Referensi kepada latar belakang ini didukung oleh mudahnya si pembicara
mengeluarkan kata dari mulutnya yang menyatakan keakraban dengan Tuhannya
(Mzm. 73:21-26, 28).32
Bagaimanapun juga, usaha untuk merekonstruksi sejarah dalam Mazmur
73 adalah tidak perlu dipaksakan. Tate menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa
“usaha mengidentifikasi lebih lanjut dari latar belakang yang spesifik bukan hanya
mustahil tetapi juga tidak perlu.”33 Hal ini bukan berarti tidak perlu sama sekali, tetapi
hendaknya tidak boleh dipaksakan apabila memang di dalam teks tidak menyebutkan
secara jelas latar belakang sejarahnya. Menurut VanGemeren, seorang penafsir akan
berisiko ketika dia berusaha menjelaskan teks berdasarkan konteks sejarah, liturgi,
atau kultus Sitz im Leben.34 Oleh sebab itu VanGemeren menyarankan lebih lanjut :

Bahasa Kitab-kitab Mazmur secara khusus memungkinkan untuk analisis


literatur. Sebagai ganti dari penelitian sejarah, para penafsir haruslah memberi
perhatian kepada gaya bahasa, pengulangan, dan beragam tradisi yang datang
bersama dalam Kitab Mazmur.35

Di sisi lain, ketiadaan latar belakang yang tertentu dalam Mazmur 73


menunjukkan bahwa mazmur ini terbuka bagi setiap konteks dan relevan dalam setiap
situasi pembacanya. Miller seperti dikutip oleh Tate mengatakan bahwa Mazmur 73
adalah suatu contoh yang baik dari apa yang disebut “keterbukaan kepada konteks-
konteks yang baru.”36 Sedangkan Longman III juga menyimpulkan bahwa mazmur
yang tidak memiliki latar belakang yang jelas, seperti Mazmur 73 ini, selalu relevan

30
Sigmund Mowinckel menghubungkan mazmur dengan Festival Tahun Baru, Arthur
Weiser menghubungkannya dengan Festival Perjanjian, dan H.J. Kraus menghubungkannya dengan
Festival Sion (baca Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur? 48).
31
Goulder, “The Psalms of Asaph and The Pentateuch,” dalam Journal for the Study of the
Old Testament Supplement Series 233, 55.
32
Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150, 6.
33
Tate, “Psalms 51-100,” 233.
34
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:14. Longman III
menyebut Sitz im Leben dengan “lingkungan kehidupan,” yaitu situasi yang menyebabkan mazmur
khusus ini tercipta (lihat Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur? 163)
35
Ibid.
36
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 233.
18
37
kepada setiap orang yang mengalami kesukaran. Jadi ketidakhadiran informasi
sejarah dalam Mazmur 73 bukan berarti mengurangi bobot dari mazmur tersebut,
melainkan semakin membuka kesempatan untuk mengeksplorasi isinya berdasarkan
ciri-ciri puitisnya serta memperluas penggunaan dan penerapannya dalam hidup setiap
pembacanya.

Kedudukan Mazmur 73 dalam Kitab Mazmur

Berbagai mazmur yang sekarang ini termasuk ke dalam Kitab Mazmur


yang telah ditulis selama kurun waktu 1000 tahun oleh berbagai penulis.38 Secara
umum Kitab Mazmur dapat dibagi ke dalam lima kelompok kitab yang berdasarkan
“jilid” mazmur-mazmur untuk diparalelkan dengan kelima kitab Musa. Kitab I :
Mazmur 1-41, Kitab II : Mazmur 42-72, Kitab III : Mazmur 73-89, Kitab IV :
Mazmur 90-106, dan Kitab V : Mazmur 107-150.39 Setiap kelompok kitab ini diakhiri
dengan sebuah refrain doksologi (Mzm. 41:13; 72:18-19; 89:52; 106:48; 150).40
Mazmur-mazmur yang mengakhiri tiap kitab ini disebut juga “mazmur penghubung”
yang berperan menghubungkan kitab satu dengan kitab lainnya dan merupakan
sumber informasi untuk mengetahui tujuan editor dalam mengelompokkan mazmur-
mazmur.41
Mazmur 73 terletak di dalam kelompok Kitab III dan sebagai mazmur
pembuka atau mazmur yang mengawali kelompok tersebut. Orang fasik adalah
karakter yang menonjol dalam Mazmur 73 (Mzm. 73:3, 12) seperti terdapat juga
dalam Mazmur 1 (Mzm. 1:1, 5-6). Kesimpulan dari Mazmur 73 tentang hidup orang
fasik juga menggemakan Mazmur 1 (lihat kata “binasa” dalam Mzm. 1:6 dan 73:27),
dan ini mengingatkan Mazmur 2 dengan pengulangan kata “tempat perlindungan”
dalam Mazmur 2:12 dan Mazmur 73:28. Oleh sebab itu J. Clinton McCann
mengatakan bahwa “Mazmur 73 merupakan semacam ringkasan dari apa yang
pembaca mazmur telah pelajari sesudah mengawalinya dengan Mazmur 1 dan 2 dan
kemudian berpindah melewati nyanyian-nyanyian dan doa-doa dalam Mazmur 3-
72.”42 Ringkasan itu mengajarkan bahwa kebahagiaan atau kebaikan bekerja bukan
melalui kemakmuran materi tetapi dengan jaminan akan kehadiran Allah di tengah-
tengah ancaman dan penderitaan. Selanjutnya Brueggemann mengusulkan bahwa
Mazmur 73 memainkan peranan penting dalam pergerakan dari Mazmur 1 sampai
kepada Mazmur 150 :

37
Longman III, Bagaimana Menganalisa, 49.
38
Greg Herrick, “Two Way of Life,” online: http://www.bible.org, diakses 19 Februari
2008.
39
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:21.
40
Bullock, Kitab-kitab Puisi, 158.
41
Walton, Survei Perjanjian Lama, 447.
42
McCann, Jr., “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and Reflections,” dalam
The New Interpreter’s Bible, 968.
19
“Jadi, saya mengusulkan bahwa dalam struktur kanonik Kitab Mazmur,
Mazmur 73 berdiri pada pusatnya dalam sebuah peran yang penting. Bahkan
jika mazmur ini tidak benar-benar di pusat, saya mengusulkan bahwa mazmur
tersebut adalah pusat secara teologi sebaik secara kanonik.”43

Selain itu, Mazmur 73 juga memperkuat pesan inti yang diberikan dalam Mazmur 1-
72, yaitu bahwa kebaikan berarti hidup bukan dalam kebergantungan kepada diri
sendiri tetapi dalam perlindungan Allah (Mzm. 2:12; 73:28), kebaikan yang tertinggi
adalah dekat kepada Allah (Mzm. 73:28).
Mazmur 73 juga memperkenalkan sebuah kitab yang didominasi oleh
mazmur-mazmur ratapan masyarakat (Mzm. 74, 79, 80, 83, 85, 89). Pengalaman dari
seorang pribadi yang dinyatakan dalam kata ganti orang pertama “aku” dalam
Mazmur 73 dimengerti sebagai model bagi seluruh umat (kata “Israel” Mzm. 73:1)
dalam menghadapi kemakmuran orang fasik.

43
Walter Brueggemann, “Bounded by Obedience and Praise: The Psalms as Canon,”
dalam Journal for the Study of the Old Testament 50 (1991), 81.
BAB IV

KESUSASTRAAN MAZMUR 73

Kitab Mazmur adalah kitab yang berbentuk puisi, dan memang sebagian
besar dari Perjanjian Lama ditulis dalam bentuk puisi. Seluruh kitab Mazmur, Ayub,
Kidung Agung, Ratapan, Amsal, sebagian besar kitab Pengkhotbah, sebagian besar
kitab Nabi-nabi dan sebagian dari kitab Sejarah berbentuk puisi.1 Demikian juga
tentunya dengan Mazmur 73. Pada sub bagian berikut ini akan dibahas seluk-beluk
kesusastraan dari Mazmur 73 yang berbentuk puisi. Oleh sebab itu akan didahului
dengan pembahasan tentang ciri puisi Ibrani sebagai dasar penyelidikan kesusastraan
Mazmur 73 yang selanjutnya.

Puisi Ibrani

Perbedaan antara puisi dengan prosa menurut G. S. Fraser seperti dikutip


oleh Wilfred G. E. Watson adalah bukan karena puisi mempunyai irama dan prosa
tidak mempunyai irama, tetapi didasarkan karena dalam puisi suatu unit irama dan
baris, dilapiskan di atas unit gramatikal dari seluruh tulisan dan kalimat.2 Akan tetapi
prinsip ini tidak dapat digunakan sebagai alat uji karena tidak tersedianya pembicara
asli yang dapat menyediakan informasi yang relevan. Oleh sebab itu, digunakan
indikator-indikator atau kriteria-kriteria eksternal dalam menentukan apakah sebuah
karya sastra itu bersifat puisi ataupun prosa.
Wilfred G. E. Watson mendaftarkan dan menjabarkan empat indikator
yang dapat dipakai untuk menentukan ciri puisi Ibrani dalam teks Alkitab Perjanjian
Lama.3 Pertama, indikator umum. Indikator umum ini terdiri dari : kehadiran bentuk-
bentuk baris yang khas, ellipsis,4 adanya kosakata yang tidak biasa, bahasa yang

1
Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur?, 98.
2
Wilfred G.E. Watson, “Classical Hebrew Poetry: A Guide to its Techniques,” dalam
Journal for the Study of the Old Testament Supplement Series 26 (Sheffield: JSOT Press, 1984), 46.
3
Selidiki Watson, “Classical Hebrew Poetry: A Guide to its Techniques,” dalam Journal
for the Study of the Old Testament Series 26, 46-56. Selidiki juga Longman III, Bagaimana
Menganalisa, 97-141; N.K. Gottwald, “Hebrew Poetry,” dalam Interpreter’s Dictionary of the Bible:
An Illustrated Encyclopedia (Nashville: Abingdon Press, 1962), 829-38; Adele Berlin, “Introduction to
Hebrew Poetry,” dalam The New Interpreter’s Bible (Nashville: Abingdon Press, 1996), 968; bnd.
James L. Crenshaw, The Psalms: An Introduction (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing
Company, 2001), 301-14; VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:5-39;
Walton, Survei Perjanjian Lama, 407-13; LaSor, Pengantar Perjanjian Lama, 2:26-38.
4
Ellipsis adalah penghilangan sebagian kata dari anak kalimat kedua dengan pengertian
bahwa bagian yang dihilangkan tersebut akan dibaca sama dengan anak kalimat pertama.
20
21
5
ringkas dan padat isi, susunan kata yang tidak biasa, hadirnya kata-kata kuno
(archaisms), pemakaian matra6 dan irama, dan adanya keteraturan dan simetri. Kedua,
indikator struktur. Indikator struktur terdiri dari : adanya paralelisme,7 permainan
kata, pola-pola khiasme, inklusio,8 pemenggalan frase-frase stereotip, adanya
pengulangan dalam berbagai bentuknya, struktur tricolon. Ketiga, indikator lain.
Indikator ini meliputi sajak dan pola-pola suara seperti aliterasi, asonansi,
paronomasia, serta onomatope.9 Keempat, indikator negatif. Indikator ini menekankan
pada ketidakhadiran atau kejarangan elemen-elemen prosa seperti : kata ganti relatif
rv#a&, artikel h^, penanda akusatif ta@, dan konsekutif w+. Keempat elemen ini oleh F. I.
Andersen dan David N. Freedman seperti dikutip oleh Walton disebut “partikel
prosa.”10 Andersen dan Freedman memperbaiki metode yang dipakai oleh J. Hoftijzer
dalam mengenali puisi Ibrani dengan cara menghitung partikel prosa. Teks-teks
Perjanjian Lama yang memperlihatkan kepadatan partikel prosa sebanyak 5 persen
atau kurang dianggap sebagai puisi.11

5
Susunan kalimat bahasa Ibrani umumnya adalah kata kerja (KK) + subyek (S) + obyek
(O). Ada beberapa pola lain yang ditemukan dalam puisi Ibrani, yaitu : KK + S + O (pola bahasa Ibrani
kuno), S + KK + O (pola bahasa Ibrani modern), atau O + S + KK.
6
Matra adalah pola irama yang teratur. Banyak pakar mencari matra dalam puisi Ibrani,
tetapi tidak ada kesepakatan umum yang dapat diambil tentang matra ini.
7
Paralelisme adalah hubungan di antara frase dari suatu baris puisi di mana frase kedua
meneruskan ide dari frase pertama, tetapi bersama-sama mereka membentuk suatu pernyataan tunggal.
Ada beberapa macam paralelisme seperti : paralelisme sinonim, paralelisme antitesis, paralelisme
sintesis, paralelisme lambang, paralelisme bertingkat atau puncak, dan paralelisme formal. Penjelasan
mengenai masing-masing paralelisme dapat diselidiki dalam Longman III, Bagaimana Menganalisa,
104-18; LaSor, Pengantar Perjanjian Lama, 2:26-31; Adele Berlin, “Introduction to Hebrew Poetry,”
dalam The New Interpreter’s Bible (Nashville: Abingdon Press, 1996), 968; bnd. Crenshaw, The
Psalms: An Introduction, 303-08.
8
Inklusio adalah pengulangan dalam sebuah puisi sehingga mengikat puisi menjadi satu
kesatuan. Pengulangan ini bukan di antara anak kalimat dalam sebuah ayat, melainkan pengulangan
yang membuka dan menutup sebuah syair.
9
Aliterasi adalah kata-kata atau suku kata yang mulai dengan bunyi yang sama atau mirip.
Asonansi adalah penggunaan bunyi yang sama atau mirip (biasanya bentuk vokal atau huruf hidup)
dalam kata-kata. Paronomasia adalah permainan kata-kata dengan suara yang sama atau mirip tetapi
berbeda artinya. Sedangkan Onomatope adalah penggunaan kata-kata yang suaranya mirip dengan atau
yang memberikan konsep yang digambarkannya.
10
Walton, Survei Perjanjian Lama, 398.
11
Ibid.
22
Selain keempat indikator di atas, Tremper Longman III juga menekankan
imageri sebagai salah satu ciri dari puisi Ibrani.12 Seperti diketahui bahwa Kitab
Mazmur adalah kitab yang kaya dengan image-image.13 Sebuah image adalah sebuah
figur ucapan yang menyatakan beberapa kemiripan atau analogi dan kebanyakan
image adalah metafora.14 Tuhan dilukiskan dalam Kitab Mazmur dengan berbagai
macam cara. Ia adalah sebuah perisai (Mzm. 3:4; 5:13; 28:7; 84:12; 119:114), sebuah
benteng (Mzm. 27:1; 48:4; 59:10, 17; 62:3, 7; 94:22; 144:2), sebuah gunung batu
(Mzm. 89:27; 94:22), sebuah tempat perlindungan (Mzm. 46:2), sebuah kubu
pertahanan (Mzm. 91:2), sebuah awan besar (Mzm. 29), seorang gembala (Mzm. 23),
seorang raja (Mzm. 47:8), seorang pahlawan, seorang pemanah, dan lain sebagainya.
Indikator-indikator atau karakteristik-karakteristik yang telah dibahas ini sedikit
banyak akan dipergunakan dalam mempelajari kesusastraan Mazmur 73.

Genre Mazmur 73

Genre adalah sebuah kelompok ayat-ayat yang sama dalam mood, isi,
struktur atau susunan kata-katanya.15 Pengidentifikasian genre dari sebuah literatur
dalam Alkitab merupakan salah satu hal yang penting dalam pekerjaan penafsiran.
Tremper Longman III dalam bukunya mengatakan bahwa “penafsiran sebuah teks
pada dasarnya ditentukan dengan identifikasi teks tersebut.”16
Ada berbagai macam genre dalam Kitab Mazmur. Penyelidikan tentang
genre-genre dalam Kitab Mazmur ini dipelopori oleh seorang sarjana German
bernama Hermann Gunkel pada awal abad XX, di mana metodenya ini kemudian
dikenal dengan sebutan “kritik bentuk.”17 Penelitian pelopor ini kemudian dilengkapi
dan diberi arah baru oleh Sigmund Mowinckel dan terus diperdalam oleh sejumlah
ahli seperti Claus Westerman, A. Weiser dan H. J. Kraus.18 Dalam penyelidikannya,
Gunkel mengklasifikasikan mazmur-mazmur dalam genre-genre yang beragam dan
kemudian mencoba menentukan setiap tipe secara tepat ke dalam konteks ibadah
Israel kuno (Sitz im Leben). Meskipun karya Gunkel ini telah dimodifikasi, diperluas,
dan disaring, karyanya tetap menjadi dasar atau tulang punggung pendekatan masa
kini terhadap Kitab Mazmur. Gunkel mengkategorikan mazmur-mazmur ke dalam
beberapa genre, yaitu : mazmur keluhan individu, mazmur keluhan masyarakat,

12
Longman III, Bagaimana Menganalisa, 103.
13
Istilah “image” berarti “gambaran.” Istilah ini akan tetap dipertahankan penggunaannya
karena sudah umum dipakai dalam buku-buku teks Mazmur.
14
Watson, “Classical Hebrew Poetry: A Guide to its Techniques,” dalam Journal for the
Study of the Old Testament Supplement Series 26, 251.
15
Longman III, Bagaimana Menganalisa, 10. Bnd. Tremper Longman III, Form
Criticism, Recent Developments in Genre Theory, and the Evangelical, Logos Library System: The
Theological Journal Library (Garland, Texas: Galaxie Software). [CD-ROM]
16
Ibid., 11.
17
McCann, Jr., “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and Reflections,” dalam
The New Interpreter’s Bible, 644.
18
Barth dan Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 1-72, 51.
23
mazmur ucapan syukur individu, mazmur pujian, mazmur raja, mazmur hikmat atau
torah, mazmur liturgis, mazmur ziarah, mazmur keyakinan, mazmur seruan
nubuatan.19 Kemudian Claus Westermann, seperti dikutip oleh Bullock, juga
membuat suatu usaha yang serius dalam memodifikasi kategori-kategori yang dibuat
oleh Gunkel. Ia menyederhanakan kategori-kategori yang dibuat Gunkel hanya
menjadi dua, yaitu mazmur pujian dan mazmur ratapan.20
Genre Mazmur 73 adalah mazmur hikmat. Akan tetapi harus diakui bahwa
ada keragaman pendapat di kalangan para sarjana Alkitab mengenai genre mazmur
ini. McCann menemukan tujuh usulan untuk genre Mazmur 73, yaitu : mazmur
hikmat, nyanyian ucapan syukur, nyanyian ratapan, nyanyian keyakinan, mazmur
raja, dan pernyataan dari tempat suci.21 Sedangkan Allen seperti dikutip oleh Tate,
menemukan empat usulan utama untuk genre mazmur ini, yaitu : mazmur hikmat,
nyanyian ucapan syukur individu, mazmur ratapan individu, dan mazmur keyakinan.22
Di antara semua usulan ini, bentuk sebagai mazmur hikmat dan nyanyian ucapan
syukur individu adalah yang paling luas disebutkan.23
Beberapa sarjana Alkitab yang mendukung bentuk mazmur hikmat adalah
Gunkel, Jacquet, H. J. Kraus, Claus Westermann, Bernhard W. Anderson, J. Luyten,
Otto Eissfeldt, Whybray, dan Willem A. VanGemeren. Sedangkan Sigmund
Mowinckel, Schmidt, dan Weiser lebih menekankan kepada bentuk nyanyian ucapan
syukur.24 Pada umumnya, para sarjana yang memegang pendapat bahwa Mazmur 73
adalah mazmur hikmat menyimpulkan mazmur ini adalah sebuah Problemgedichte, di
mana si pemazmur sedang menderita atau sedang bergumul dengan masalah tentang
mengapa orang benar harus menderita.25 Sedangkan para ahli yang memegang
pendapat bahwa Mazmur 73 adalah nyanyian ucapan syukur menyimpulkan bahwa si
pemazmur tidak lagi menderita dan mengucapkan syukur kepada Tuhan karena ia
telah ditolong atau si pemazmur mengucapkan syukur kepada Tuhan karena ia telah
mendapatkan sebuah solusi yang memuaskan sebagai ganti ruginya.26
Menanggapi perbedaan pendapat tentang bentuk penggolongan dari
Mazmur 73, McCann mengajak untuk tidak terlalu memperhatikan tipe atau bentuk
Mazmur 73 dan lebih memperhatikan individunya.27 Adapun alasannya karena

19
Ibid., 644-51
20
Bullock, Kitab-kitab Puisi, 165.
21
J. Clinton McCann, Jr., “Psalm 73: A Microcosm of Old Testament Theology,” dalam
The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor of Roland E. Murphy, peny. K.G.
Hogland, E.F. Huwiler, J.T. Glass, R.W. Lee, JSOTSup 58 (Sheffield: JSOT, 1987), 247.
22
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 233.
23
McCann dan Tate juga menyimpulkan hal yang sama.
24
Selidiki Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 233; McCann, Jr., “Psalm
73: A Microcosm of Old Testament Theology,” dalam The Listening Heart: Essays in Wisdom and the
Psalms in Honor of Roland E. Murphy, 47-48; Crenshaw, The Psalms: An Introduction, 87-95.
25
McCann, Jr., “Psalm 73: A Microcosm of Old Testament Theology,” dalam The
Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor of Roland E. Murphy, 247.
26
Ibid.
27
Ibid., 249.
24
dengan memperhatikan individunya maka akan ditemukan bahwa ketegangan antara
pergumulan dengan penderitaan dan perayaan atas solusi dari penderitaan adalah
sebuah ketegangan yang terjadi di dalam mazmur itu sendiri dan ini merupakan kunci
bagi pendekatan baru terhadap teologi dari Mazmur 73. Jadi ketegangan yang terjadi
sebenarnya merupakan kekhasan dari Mazmur 73 itu sendiri.
Apa yang diusulkan oleh McCann merupakan salah satu pertimbangan
yang baik. Akan tetapi seperti dikatakan Murphy yang dikutip oleh LaSor bahwa
antara mazmur hikmat dan mazmur ucapan syukur pribadi hampir tidak mungkin
dibedakan karena dalam nyanyian syukur diberi kesempatan bagi kesaksian pribadi
tentang bimbingan Allah dan himbauan pribadi.28 Itu berarti dalam mazmur hikmat
bisa juga terdapat unsur ucapan syukur di dalamnya, sehingga Mazmur 73 masih tetap
dapat dikelompokkan ke dalam mazmur hikmat. Selanjutnya LaSor, Murphy, Kuntz,
dan Allen Ross memberikan karakteristik atau ciri-ciri dari mazmur hikmat,29 dan
berdasarkan karakteristik tersebut Mazmur 73 dapat dimasukkan ke dalam kelompok
mazmur hikmat dengan beberapa alasan berikut ini.
Pertama, memiliki maksud jelas untuk mengajar dengan menggumuli
masalah kemakmuran orang fasik. Asaf bergumul dengan kenyataan bahwa orang
fasik sepertinya hidup dalam kemakmuran (Mzm. 73:4-12). Kedua, mengandung tema
khas dari sastra hikmat, yaitu pertentangan antara yang baik dan jahat atau antara
orang benar dan orang fasik. Keadaan Asaf yang menggambarkan orang benar (Mzm.
73:14) dipertentangkan dengan keadaan orang fasik (Mzm. 73:4-12). Ketiga, adanya
tema hikmat seperti realitas dan kepastian akan balas jasa atau ganti rugi dan keadilan
yang akan berkenaan dengan pemberian hukuman yang setimpal. Dalam Mazmur 73
Asaf melakukan refleksi atas ketidakadilan hidup dan berpikir seandainya dia dapat
membuat pilihan yang benar dalam mengikuti TUHAN, sampai dia masuk ke dalam
tempat kudus Allah dan memperoleh suatu perspektif yang tepat. Asaf mendapatkan
penghiburan dalam tempat kudus Allah ketika dia memikirkan akhir hidup orang fasik
(Mzm. 73:18-20), yang adalah penghakiman, dan kontras dengan kemuliaan masa
datang dari orang benar yang dekat dengan Allah (Mzm. 73:21-26). Keempat, adanya
kosa kata hikmat seperti “orang fasik” (Mzm. 73:3, 12), “mengetahui atau mengerti”
(Mzm. 73:16), “nasib atau kesudahan” (Mzm. 73:17), “memperhatikan atau

28
LaSor, Pengantar Perjanjian Lama, 2:60. Contoh kasus seperti ini dapat dilihat dalam
Mazmur 37, 73, dan 78.
29
LaSor, Murphy, Kuntz, dan Allen Ross mendaftarkan beberapa karakteristik mazmur
hikmat yang dapat diringkaskan sebagai berikut : Pertama, mencerminkan teknik-teknik sastra hikmat
– misalnya, penggunaan amsal, sajak, rangkaian menurut angka, perbandingan yang dimulai dengan
perkataan “lebih baik,” nasihat yang ditujukan kepada anak-anak, penggunaan ^syr# “berbahagialah,”
gaya bahasa yang diambil dari alam; Kedua, memiliki maksud jelas untuk mengajar dengan petunjuk
langsung (misalnya Mzm. 1; 127-128) atau dengan menggumuli suatu masalah, seperti kemakmuran
orang jahat (misalnya Mzm. 37; 49; 73); Ketiga, mengandung tema khas dari sastra hikmat – misalnya
ajaran mengenai dua jalan, pertentangan antara yang baik dan jahat, pentingnya kesalehan dalam
berbicara, bekerja, menggunakan kekayaan, ketaatan pada orang-orang tua, takut akan Tuhan dan
pemujaan torah, realitas dan kepastian akan balas jasa atau ganti rugi, serta berbagai nasehat untuk
hidup sehari-hari; Keempat, menggunakan kosakata hikmat seperti “jalan, mengetahui atau mengenal,
benar atau orang benar, fasik atau orang fasik, hukum Taurat, meditasi, makmur, pencemooh.” Selidiki
lebih lanjut buku-buku berikut ini : LaSor, Pengantar Perjanjian Lama, 2:58; Roland E. Murphy, Old
Testament Reading Guide: Introduction to the Wisdom Literature of the Old Testament (Collegeville:
The Liturgical Press, 1965), 41; James L. Crenshaw, The Psalms: An Introduction (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 2001), 89; Allen Ross, “Psalm 1: The Life that is Blessed,”
dalam Studies in Psalms online: http://www.bible.org, diakses 19 Februari 2008;
25
merasakan” (Mzm. 73:17), “bodoh” (Mzm. 73:22), dan “nasehat” (Mzm. 73:24).
Kelima, adanya penekanan dari isi mazmur tentang dua jalan yaitu hidup dan mati
(Mzm. 73:18-27). Jadi dapat disimpulkan bahwa genre Mazmur 73 adalah mazmur
hikmat.

Struktur Mazmur 73

Ada banyak sarjana Alkitab yang telah memberikan beragam usulan


tentang struktur Mazmur 73. Marvin E. Tate mencatat ada tidak kurang dari 37 pola
literatur yang telah diusulkan.30 Ada yang membaginya menjadi 2 bagian besar, 3
bagian besar, 7 bagian besar, maupun 8 bagian besar.31 Keragaman pembagian
struktur mazmur ini disebabkan karena variasi dalam dasar pembagian yang
digunakan oleh para sarjana Alkitab. Ada yang membaginya berdasarkan isi atau
tema-tema di dalamnya, tetapi ada juga yang membaginya berdasarkan analisa gaya
bahasanya.32
Meskipun para sarjana Alkitab telah memberikan beragam usulan tentang
struktur Mazmur 73, kelihatannya lebih baik membagi mazmur ini ke dalam 3 bagian
utama berdasarkan kemunculan partikel Ea (a^K) di setiap bagiannya, yaitu ayat 1-12,
ayat 13-17, dan ayat 18-28. Pembagian ini menguatkan kesimpulan bahwa pemazmur
telah mengalami suatu tranformasi perspektif yang luar biasa. Pembagian ini juga
menghasilkan suatu simetri yang menyoroti pembalikan perspektif pemazmur. Pusat
bagian ini, yaitu ayat 13-17, bertindak sebagai titik balik pergumulan pemazmur.33
Pembalikan perspektif pemazmur diawali dari ayat 15 dan puncaknya ayat 17. Jadi
yang ingin ditekankan dari pemutarbalikan perspektif pemazmur adalah prosesnya
dan bukanlah titik tertentu pada satu saat tertentu.
Meskipun partikel Ea (a^K) mempunyai peran yang penting dalam
pembagian mazmur ini, kata bof (ToB) dan bb*l@ (l@b*b) juga memberikan tekanan
kepada isi dari Mazmur 73. Kata bof (ToB) yang diterjemahkan dengan “baik” muncul
2 kali pada tempat yang sangat krusial, yaitu di awal dan di akhir mazmur ini.34

30
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 232.
31
Keil dan Delitzsch, C.A. Briggs, Derek Kidner, Allen P. Ross, B.A. Pareira, Robert L.
Deffinbaugh membagi mazmur ini ke dalam 2 bagian besar. J. Clinton McCann, Jr membaginya ke
dalam 3 bagian besar. Willem A. VanGemeren dan James L. Crenshaw membaginya menjadi 7 bagian
besar. Sedangkan Marvin E. Tate membaginya ke dalam 8 bagian besar.
32
James L. Crenshaw, Allen P. Ross dan Willem A. VanGemeran sepertinya membagi
mazmur ini berdasarkan isi atau tema-tema yang ada di dalamnya. Sedangkan Marvin E. Tate dan J.
Clinton McCann membagi mazmur ini berdasarkan analisa gaya bahasa.
33
Penulis sependapat dengan McCann dalam poin ini, tetapi kurang sependapat dengan
penentuan ayat 15 yang menurut dia sebagai ayat tertentu yang bertindak sebagai titik balik
pergumulan pemazmur. Para sarjana Alkitab yang lain menekankan ayat 17 sebagai ayat tertentu yang
bertindak sebagai titik baliknya. Menurut penulis, pembalikan perspektif pemazmur merupakan suatu
proses yang diawali dari ayat 15 dan puncaknya adalah ayat 17.
34
Beberapa sarjana Alkitab seperti James L. Crenshaw, Willem A. VanGemeren, Marvin
E. Tate, dan Bob Deffinbaugh berpendapat bahwa kebaikan Allah merupakan salah satu tema dalam
Mazmur 73. Hal ini disebabkan karena kemunculan kata “baik” di awal dan akhir mazmur yang
menyatakan prasuposisi iman dan kesimpulan iman pemazmur.
26
Kemunculan kata ini di awal pasal memberikan tekanan kepada keyakinan awal
pemazmur yang merupakan kesimpulan perkara dan dasar dari pergumulan
pemazmur. Sedangkan kemunculan partikel Ea (a^K) di akhir pasal memberikan
tekanan pada kesimpulan iman pemazmur setelah melewati pergumulannya.
Kemudian kata bb*l@ (l@b*b) yang diterjemahkan dengan “hati” menjadi
salah satu kata kunci dalam mazmur ini,35 yang memimpin Buber untuk menyebutnya
sebagai suatu “meditasi hati.”36 Kata ini diulangi sebanyak 6 kali (Mzm. 73:1, 7, 13,
21, 26) dan merupakan akar permasalahan dari pergumulan pemazmur tentang
kemakmuran orang fasik. Kata “hati” ditemukan tersebar dalam ketiga bagian struktur
Mazmur 73. Berikut ini akan dijelaskan ketiga bagian struktur dari Mazmur 73.

Bagian Pertama dari Mazmur 73

Bagian pertama adalah Mazmur 73:1-12. Bagian ini diawali dengan


partikel Ea (a^K) yang menegaskan iman pemazmur sebagai orang benar bahwa Allah
adalah baik. Gagasan utama yang disampaikan pada bagian ini adalah mengenai
permasalahan orang benar tentang kemakmuran orang fasik. Gagasan utama ini
dikembangkan lebih lanjut dengan membandingkan keadaan orang benar yang kritis
(Mzm. 73:1-3) dengan keadaan orang fasik yang sepertinya penuh dengan
kemakmuran (Mzm. 73:4-12).
Permasalahan ini diawali dengan keyakinan iman orang benar tentang
kebaikan Allah (Mzm. 73:1) dan kemudian berlanjut dengan pengakuannya secara
terbuka mengenai kondisi imannya yang kritis (Mzm. 73:2). Kekontrasan antara
keyakinan iman orang benar dengan keadaan imannya yang kritis diperkenalkan
dengan kata yn!a&w~ (w~&n]) yang artinya “tetapi aku.”37 Keadaan orang benar yang
kritis disebabkan karena keirihatian terhadap kemakmuran orang fasik (Mzm. 73:3).
Alasan dari keirihatian orang benar diperkenalkan dengan kata sambung yK! (K'), yaitu
karena kesejahteraan, perbuatan jahat, dan kepopuleran orang fasik (Mzm. 73:4-12).

Bagian Kedua dari Mazmur 73

Bagian kedua adalah Mazmur 73:13-17. Bagian ini juga diawali dengan
partikel Ea (a^K) yang menjelaskan reaksi orang benar terhadap kemakmuran orang
fasik. Gagasan utama bagian ini adalah mengenai respon orang benar yang bergumul
tentang kemakmuran orang fasik. Bagian ini juga merupakan titik balik atau poros
bagi perubahan perspektif orang. Pembalikan diawali dari keputusan yang diambil
orang benar di ayat 15 dan mencapai puncaknya pada ayat 17.
Pada ayat 13-14 digambarkan tentang puncak kekhawatiran pemazmur
atas observasinya terhadap hidup orang fasik. Dasar permasalahan orang benar yang

35
Crenshaw dalam bukunya yang berjudul The Psalms: An Introduction halaman 115-117
menyimpulkan bahwa “hati” merupakan konsep kunci dalam Mazmur 73.
36
Martin Buber, “The Heart Determines: Psalm 73,” dalam Issues in Religion and
Theology 4: Theodicy in the Old Testament, peny. James L. Crenshaw (Philadelphia: Fortress, 1968),
109-18.

Kata yn!a&w~ (w~&n]) juga muncul kembali dalam ayat 28.


37
27
sesungguhnya adalah hatinya (Mzm. 73:13). Ayat 15 merupakan kejujuran pemazmur
kepada Allah tentang suasana hatinya yang membawa kepada penyerahan kepada
Allahnya (ay. 17).

Bagian Ketiga dari Mazmur 73

Bagian ketiga adalah Mazmur 73:18-28. Sekali lagi bagian ini diawali
dengan partikel Ea (a^K) yang menegaskan jawaban Allah kepada orang benar
tentang akhir hidup orang fasik dan perspektif yang baru tentang kebaikan Allah.
Gagasan utama bagian ini adalah mengenai jawaban Allah atas akhir hidup orang
fasik dan orang benar serta arti dari kebaikan Allah itu sendiri. Keadaan orang fasik
yang buruk dibedakan dengan kemakmuran orang benar. Akhirnya, kemunculan
kembali kata yn]a&w~ (w^a&n') di ayat terakhir menegaskan komitmen orang benar
kepada Allahnya. Kata ini juga menegaskan secara berbeda dari ayat 2 tentang
kekontrasan antara keadaannya secara fisik pada masa kini dengan keyakinan
imannya akan kebaikan Allah yang dinyatakan melalui kedekatan Allahnya kepada
pemazmur.
Pada ayat 18-20 akhir hidup orang fasik digambarkan secara buruk,
sedangkan ayat 21-28 menggambarkan keadaan orang benar yang makmur yang
kontras dengan keadaannya pada bagian pertama. Perspektif orang benar tentang
kebaikan Allah juga dibaharui di ayat 28.

Kata Kunci Mazmur 73

Kata bb*l@ (l@b*b) yang diterjemahkan dengan “hati” muncul sebanyak 6


kali dalam Mazmur 73, yaitu dalam ayat 1, 7, 13, 21, 26 dan menjadi kata kunci
dalam ini. Arti dari kata ini dalam Alkitab sangatlah luas. Secara konkrit kata “hati”
menunjuk kepada organ tubuh bagian dalam dan lokasi-lokasi fisik yang dapat
disamakan dengannya38 (Kel. 28:29; 2 Sam. 18:14; Mzm. 38:10). “Hati” juga
menunjuk kepada bagian terdalam dari sesuatu seperti laut (Kel. 15:8; Ul. 4:11), atau
bagian terdalam dari manusia yang dikontraskan dengan bagian terluarnya (Ul. 30:14;
1 Sam. 16:7).39 Mayoritas penggunaan kata “hati” menunjuk kepada sifat terdalam
atau immaterial secara umum atau kepada fungsi-fungsi kepribadian manusia secara
tradisional seperti emosi, pikiran atau kehendak.40
Dalam Mazmur 73, kata “hati” sering menunjuk kepada penderitaan secara
mental dari Pemazmur. Pemazmur sedang berbicara tentang pikirannya (lit. “hati”)
yang menyakitkan hati dan emosinya (lit. bagian-bagian terdalamnya) menusuk-nusuk
(Mzm. 73:21). Kemakmuran orang-orang fasik dengan cara hidup mereka yang jahat
dan penolakan terhadap Allah membuat pemazmur berpikir. Mereka membangkitkan
pergumulan dan penderitaan mental. Pada waktu yang sama pemazmur menggunakan
kata “hati” untuk diterapkan kepada pribadinya ketika dia berkata tentang “menjaga
hatiku bersih” (Mzm. 73:13). Demikian juga ketika dia menyatakan ketetapan
38
Andrew Bowling, “bbl,” dalam Theological Wordbook, 1:466-67.
39
Gleason Archer, “Heart,” dalam Nelson’s Expository Dictionary of the Old Testament,
peny., Merril F. Unger dan William White (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1980), 108-09.
40
Bowling, “bbl,” dalam dalam Theological Wordbook, 1:466-67.
28
hatinya, ia berkata “Allah adalah kekuatan hatiku” (Mzm. 73:26). Penggunaan kata
“hati” membawa baik itu sisi intelektual dari konflik dan juga jalan di mana pribadi
total penulis ditarik dalam situasi itu. Perasaan itu disimpulkan dalam ayat 16 :
“Tetapi ketika aku mencoba untuk mengerti hal ini, itu menjadi kesulitan di mataku.”

Gaya Bahasa Mazmur 73

Dalam menyampaikan maksud dan bagian-bagian tertentu yang ingin


ditekankan, pemazmur tidak hanya terpancang pada bentuk sastranya. Ia juga
menggunakan kata dan kalimat seefektif mungkin. Oleh sebab itu, pemazmur
menggunakan berbagai macam cara untuk membuat tulisannya lebih berkesan di
telinga pendengar atau di mata pembaca. Jadi penting sekali mempelajari cara-cara
penyair mengekspresikan buah pikirannya dan semua cara ini dipelajari dalam analisis
gaya bahasa.

Karakteristik Puisi Ibrani

Bentuk puisi dari Mazmur 73 terlihat jelas dari kehadiran ciri-ciri puisi
41
Ibrani di dalamnya. Ciri-ciri puisi Ibrani berdasarkan indikator umum terdiri dari
adanya ellipsis (Mzm. 73:1, 13), kata-kata kuno (oml* : Mzm. 73:6, 10, 18; omk= : Mzm.
73:15), pasangan kata (Mzm. 73:2 “kakiku” dan “langkahku”; Mzm. 73:9 “mulut”
dan “lidah”; Mzm. 73:9 “langit” dan “bumi”; Mzm. 73:22 “bodoh” dan “tidak tahu
atau dungu”), pasangan kata konvensional (Mzm. 73:14 “hari” dan “pagi”).
Adapun ciri-ciri puisi Ibrani dalam Mazmur 73 berdasarkan indikator
strukturnya adalah adanya paralelisme dalam berbagai jenisnya, seperti paralelisme
sinonim (Mzm. 73:1-9, 11, 13-14, 18-19, 23, 25, 27), paralelisme sintesis (Mzm.
73:12, 15-17, 24, 28), paralelisme lambang (Mzm. 73:10, 21-22), paralelisme antitesis
(Mzm. 73:26), dan paralelisme puncak (Mzm. 73:20). Selain itu juga terdapat
hendiadys (Mzm. 73:21, 22, 26), kiasme (Mzm. 73:23), inclusion (Mazm. 73:1 dan
28), dan tricolon (Mzm. 73:28). Sedangkan indikator negatif meliputi tidak hadirnya
partikel prosa dalam Mazmur 73 seperti kata ganti relatif rv#a&, artikel h^, penanda
akusatif ta@, dan konsekutif w+. Selain itu juga terdapat gambaran-gambaran atau
imageri tentang Allah yaitu sebagai batu karang dan bagian (Mzm. 73:26), serta
tempat perlindungan (Mzm. 73:28).

Pengulangan

Karakteristik puisi Ibrani terletak pada pengulangan kata yang melanjutkan


pemikiran penulis. Ada beberapa kata yang diulangi dalam Mazmur 73. Seruan
“sesungguhnya” (/a,a^K) diulangi sebanyak tiga kali (Mzm. 73:1, 13, 18), sedangkan
seruan “perhatikan” (hN}h!,h!nn@h) diulangi sebanyak dua kali (Mzm. 73:15 dan 27).
Kedua kata ini menempati tempat yang penting dan membentuk struktur puisi

41
Untuk daftar ciri-ciri puisi Ibrani lihat Watson, “Classical Hebrew Poetry: A Guide to its
Techniques,” dalam Journal for the Study of the Old Testament Supplement Series 26, 46-54.
29
mazmur ini. Sedangkan kata “hati” (bb*l,@ l@b*b) diulangi sebanyak enam kali
42

(Mzm. 73:1, 7, 13, 21, 26) dan merupakan konsep kunci dalam mazmur ini. Kata
“hati” adalah kosakata yang dominan dalam Mazmur 73 karena bagian dari hati,
itulah pusat dari intelek, adalah yang dipertaruhkan.43 Kata “tetapi aku” (yn]a&w~,
w^a&n') diulangi sebanyak dua kali (Mzm. 73:2 dan 28) menunjukkan hubungan
kontras dengan bagian sebelumnya dan merupakan penegasan atas pesan yang
disampaikan dalam ayat 2 dan 28.

42
McCann, Jr., “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and Reflections,” dalam
The New Interpreter’s Bible, 968.
43
Crenshaw, The Psalms: An Introduction, 115.
BAB V

TAFSIRAN MAZMUR 73

Penderitaan orang-orang benar dan kemakmuran orang-orang fasik adalah


sebuah isu yang sering diperhadapkan kepada orang-orang percaya masa kini dan
membuat mereka bingung.1 Isu ini juga merupakan pokok yang sering dibicarakan
dalam Firman Allah. Kitab Ayub dengan tegas menjelaskan masalah ini. Selain itu,
Mazmur 73 juga menjelaskan masalah yang hampir sama tetapi dengan perspektif
yang sedikit berbeda. Dalam mazmur ini orang benar tidak mengalami penderitaan
seperti Ayub, tetapi dia merasa terganggu dengan kehidupan orang-orang fasik. Ia
merasa cemburu atau iri hati dengan kemakmuran mereka. Pelajaran dari mazmur ini
penting sekali bagi orang-orang percaya masa kini dalam rangka mempertahankan
dan memelihara iman di tengah-tengah berbagai pencobaan hidup.
Mazmur 73 merupakan pengakuan yang jujur dari seorang Israel yang
setia mengenai perjuangannya sendiri dengan masalah kemakmuran orang fasik. Asaf,
sang penulis, adalah seorang pemimpin paduan suara, posisi yang menempatkan dia
dalam hubungan yang terus menerus dengan orang-orang Israel dan bait suci.2
Tentunya ia adalah seorang pribadi yang saleh dalam pergumulannya dan makin saleh
setelah menghadapi dan melewati pergumulannya itu. Pergumulan imannya yang luar
biasa ketika diperhadapkan dengan kemakmuran orang fasik dan pengalaman bersama
dengan Allah yang membaharui perspektifnya akan diselidiki secara panjang lebar
dalam bab ini dengan menggunakan prinsip-prinsip eksegesis. Pada setiap awal sub
bab akan diberikan terjemahan alternatif sebagai referensi bagi setiap pembaca dalam
mengikuti pembahasan di setiap sub-sub babnya. Kiranya pembahasan dalam bab ini
dapat menguatkan iman setiap orang percaya.

Permasalahan Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik


(Mazmur 73:1-12)

Permasalahan yang dialami oleh pemazmur sebenarnya berawal dari


keyakinannya akan kebaikan Allah. Keyakinannya tersebut kemudian diperhadapkan
dengan keadaan orang-orang fasik yang makmur. Di sinilah letak pergulatan hidup
pemazmur yang sangat berat. Bagian ini selanjutnya akan menjelaskan pergumulan

1
Robert L. Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of
Sinners,” dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org,
diakses 19 Februari 2008.
2
Bob Deffinbaugh, “Pain and the Presence of God (Psalm 73),” dalam Messages for
Unique Funeral Situations, online: http://www.bible.org, diakses 19 Februari 2008.
30
31
pemazmur dengan memperhadapkan keadaan orang benar yang kritis dengan keadaan
orang fasik yang makmur.

Keadaan Orang Benar yang Kritis


(Mazmur 73:1-3)

Bagian ini membahas tentang kondisi pemazmur, dalam hal ini Asaf, yang
sedang bergumul dengan kemakmuran orang-orang fasik. Kemakmuran orang-orang
fasik telah membuat keyakinan imannya akan kebaikan Allah terguncang dan ia
berada pada keadaan yang kritis. Permasalahan yang menyebabkan pemazmur
bergumul dengan kemakmuran orang fasik dimulai dari keyakinan awalnya tentang
pribadi Allah di satu sisi dan di sisi lain pengalamannya secara pribadi ketika melihat
fakta-fakta kehidupan yang ada di sekitarnya. Bagi pemazmur, fakta-fakta kehidupan
tentang orang-orang fasik sepertinya bertentangan dengan apa yang ia yakini selama
ini.

Keyakinan Awal akan Kebaikan Allah (Mazmur 73:1)

Asaf memulai mazmur ini dengan sebuah penegasan bahwa “Allah adalah
baik bagi Israel, bagi mereka yang murni dalam hati.” Penegasannya dinyatakan
dengan penggunaan kata “sesungguhnya” dari kata Ibrani Ea^ (a^k) yang berfungsi
untuk menyatakan atau menegaskan sesuatu.3 Kata tersebut menunjukkan pernyataan
iman atau keyakinan Asaf bahwa Allah adalah baik. Inilah keyakinan awal pemazmur
akan Allah. Meskipun kelihatannya Allah tidak memperhatikan Asaf, tetapi dia
belajar dari pengalamannya bahwa Allah adalah baik dan inilah yang diyakininya.
Frase “Allah adalah baik” merupakan keyakinan awal dari pemazmur.
Allah dinyatakan sebagai baik. Kata sifat ini menyatakan kesempurnaan Allah. Dalam
konteks religius, kata ini mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai sebuah konsep
abstrak dan manifestasi konkritnya. Sebagai sebuah konsep abstrak, kata ini menunjuk
kepada Allah di mana Allah diidentifikasikan sebagai baik. Sedangkan manifestasi
konkritnya dihubungkan dengan tindakan-tindakan Allah yang menyelamatkan
umatNya.4 Tetapi sepertinya Asaf mempunyai pemahaman yang keliru tentang
kebaikan Allah. Dia memahami kebaikan Allah hanya sebatas pada hal-hal yang
sifatnya materi. Oleh sebab itu ia dibuat cemburu (lih. Mzm. 73:3) oleh kemakmuran
atau kesejahteraan orang-orang fasik. Bob Deffinbaugh menjelaskan ayat ini dengan
mengatakan bahwa dalam ayat 1, kata ”baik” sesungguhnya berarti ketidakhadiran
dari kesakitan, kesulitan, masalah, dukacita, sakit-sehat, atau kemiskinan.5

3
Ronald J. Williams, Hebrew Syntax: An Outline (Toronto: University of Toronto Press,
1976), 65.
4
I. Hover-Johag, “bwf,” dalam Theological Dictionary of the Old Testament, G. Johannes
Botterweck dan Helmer Ringgren, pen. David. E. Green (Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1986), 5:314-15.
5
Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org, diakses 19
Februari 2008.
32
Selanjutnya kebaikan Allah ditujukan bagi Israel, yaitu bagi mereka yang
murni dalam hati. Jadi Asaf menyatakan keyakinannya tentang kebaikan Allah
sebagai seorang pribadi dan sebagai anggota dari umat Israel. Pemazmur meyakini
bahwa Allahnya adalah baik kepada dia secara pribadi dan kepada umat Israel di
mana dia menjadi anggota di dalamnya supaya mereka tidak ragu.
Adapun kata rB^ (B^r) dapat berarti “bersih atau murni.”6 Kata ini lebih
menekankan kepada motif seseorang, yaitu sesuatu yang ada di dalam hati. Kemudian
kata “murni dalam hati” berfungsi untuk mempertajam maksud dari kata “Israel” yang
disebutkan dalam frase sebelumnya. Asaf meyakini bahwa Allah adalah baik bagi
Israel yang murni hatinya.7 Kata sifat “murni” digunakan pemazmur untuk
menggambarkan sebuah pikiran tunggal terhadap Allah (band. Mzm. 24:4).8 Willem
A. VanGemeren menjelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud dengan “murni” di
sini “bukanlah kesempurnaan melainkan hidup dalam kesetiaan kepada Allah dalam
tutur kata dan tindakan, jadi menunjukkan motif ‘murni’ mereka.”9 Kemurnian ini
juga bukan sekedar pikiran yang bersih, tetapi pada dasarnya merupakan komitmen
secara total kepada Allah.10
Selanjutnya kata “murni” dihubungkan dengan kata “hati” yang muncul
sebanyak 6 kali dalam Mazmur 73, yaitu : “murni dalam hati” (Mzm. 73:1), “hati”
(Mzm. 73:7), “hatiku murni” (Mzm. 73:13), “hatiku menjadi sakit” (Mzm. 73:21),
“dagingku dan hatiku habis” (Mzm. 73:26), dan “batu karang hatiku” (Mzm. 73:26).
Pengulangan ini menjadikan kata “hati” sebagai kata kunci atau konsep kunci
Mazmur 73.11 Martin Buber menyebutnya sebagai “meditasi hati” dan menjelaskan
bahwa bagian hati menentukan apakah seseorang hidup dalam kebenaran, di mana
kebaikan Allah dialami, atau dalam persamaan dari kebenaran, di mana fakta bahwa
hal itu “berlangsung buruk” dalam dia dibingungkan dengan ilusi bahwa Allah tidak
baik bagi dia.12 Apa yang selanjutnya nanti dialami oleh Asaf sebenarnya adalah
masalah hati dan pada pembukaan mazmur ini telah disinggung dan akan
dikembangkan lebih lanjut dalam ayat-ayat yang selanjutnya. Jadi frase “murni dalam
hati” menekankan pada motif yang terdapat dalam hati seseorang, dalam hal ini Asaf,
dan komitmennya terhadap Allah. Asaf meyakini bahwa Allah adalah baik bagi setiap

6
Francis Brown, S.R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of
the Old Testament (Oxford: Clarendon Press, 1906), 140-141.
7
Allen P. Ross, “Psalms,” dalam The Bible Knowledge Commentary, peny. John F.
Walvoord dan Roy B. Zuck, (Wheaton: Victor Books, 1985), 1:847.
8
Earl S. Kalland, “rr^B*,” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, peny. R.
Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 1:134.
9
Willem A. VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, (Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1991), peny. um. Frank E. Gaebelein, 5:476.
10
Derek Kidner, Psalms 73-150: A Commentary on Books III-V of the Psalms, Tyndal Old
Testament Commentaries (Downers Grove: Inter-Varsity Press, 1975), 259.
11
James L. Crenshaw, The Psalms: An Introduction (Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 2001), 115-17.
12
Buber, “The Heart Determines: Psalm 73,” dalam Issues in Religion and Theology 4:
Theodicy in the Old Testament, 111.
33
umatNya, secara khusus bagi umatNya yang memiliki hati yang murni terhadap
Allahnya, baik dalam tutur kata maupun tindakan. VanGemeren menyebutnya sebagai
“tanpa kemunafikan.”13

Kehidupan Rohani yang Kacau (Mazmur 73:2)

Asaf mulai beralih dari keyakinannya akan kebaikan Allah kepada fakta-
fakta hidup dihadapannya yang membuat dia bergumul berat dan hidup rohaninya
kacau. Gambaran secara panjang lebar tentang pergumulannya dibuka atau diawali
dengan sebuah kata sambung w+ (w+). Konjungsi ini muncul empat kali dalam Mazmur
73 (Mzm. 73:2, 22, 23, 28) dan setiap kemunculannya tegas dan menjadi suatu tanda
di mana pemazmur mengakui kesalahannya (Mzm. 73:2, 22) serta menekankan apa
yang Allah telah lakukan bagi dia (Mzm. 73:23, 28).14 Kata sambung w+ (w+) pada ayat
2 ini menyatakan kontras dengan keyakinan iman Asaf di ayat 1 dan mengawali
penjelasan tentang situasi rohaninya yang genting (Mzm. 73:2), kecemburuannya
kepada orang fasik (Mzm. 73:3), alasan-alasan ia cemburu (Mzm. 73:4-12), dan
reaksinya terhadap kemakmuran orang fasik (Mzm. 73:13-17). Kemudian kata
sambung w+ (w+) diikuti dengan kata ganti orang pertama umum tunggal yn!a& (a&n')
yang menunjukkan perubahan pokok pembicaraan dari pribadi Allah yang baik
kepada pribadi pemazmur yang bergumul dengan kemakmuran orang fasik.
Asaf menggambarkan keadaan pikiran dan hatinya yang genting dengan
istilah-istilah puitis yang sejajar atau parallel yaitu “kakiku hampir tersandung,
langkahku nyaris tergelincir.” Kata yr`v%a& (a&v%r*y) biasanya diterjemahkan dengan
“langkahku.”15 Sedangkan kata hk%Pv = % (v%P+k%h) secara literal berarti “dituangkan
atau dicurahkan” seperti air yang tidak stabil.16 Hubungan antara kata yr`v%a& (a&v%r*y)
dan hk%Pv = % (v%P+k%h) menggambarkan keadaan pikiran dan hati pemazmur yang tidak
stabil seperti ketidakstabilan air. Robert L. Deffinbaugh melihat masalah Asaf ini
sebagai masalah teologi karena berhubungan dengan janji perjanjian Allah yang
semula untuk memberkati orang benar dan mengutuk orang fasik (Ul. 28-30).17
Pengharapan inilah yang membuat pemazmur hampir kehilangan pegangannya.
Keyakinan imannya akan kebaikan Allah telah digoncangkan oleh pikiran dan
perasaan yang dipenuhi dengan kecemburuan akan kemakmuran orang fasik. Hal ini
menunjukkan kekacauan dari kehidupan rohaninya. RBC Ministries Asia
mendaftarkan sepuluh alasan orang percaya dapat tampak seperti orang yang tidak
percaya, salah satunya adalah karena kekecewaan terhadap Allah dan kebingungan-

13
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:476.
14
Ibid., 5:477.
15
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 188.
16
William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament:
Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler and Walter Baumgartner (Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1988), 381.
17
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
34
18
kebingungan pada saat tertekan. Jadi kekecewaan dan kebingungan dalam
memahami situasi yang menekan dapat membuat hidup seseorang kacau bahkan dapat
terlihat seperti orang yang tidak percaya Allah. Inilah kondisi yang sedang dialami
oleh Asaf. Meskipun demikian Asaf dengan jujur mengakui keadaannya yang genting
itu dan pengakuan ini penting untuk memenuhi syarat penggambarannya tentang
orang fasik dalam ayat-ayat selanjutnya.

Kecemburuan akan Kemakmuran Orang Fasik (Mazmur 73:3)

Kata sambung yK! (K') menjelaskan “alasan”19 yang membuat pemazmur


berada pada situasi iman yang genting sehingga menyebabkan kekacauan hidup
rohaninya. Kecemburuan adalah masalah utama yang membuat Asaf berada pada
situasi iman yang kritis. Kata “cemburu” berasal dari kata Ibrani yt!aN@q! (q!N@t').
Kata ini berasal dari akar kata anq (qna) yang dalam bentuk Piel berarti ”menjadi
cemburu.”20 Kata ”cemburu” mempunyai dua pengertian yaitu : pertama, suatu
pengertian tentang hak atas suatu obyek yang dalam bahasa Inggris sering
diterjemahkan dengan kata envy. Kedua, suatu klaim atau tuntutan atas seseorang
yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai jealousy.21 Pengertian dari kata
”cemburu” dalam ayat 3 ini lebih kepada envy. Pada umumnya terjemahan Alkitab
maupun para sarjana Alkitab menterjemahkan kata ”cemburu” dengan envious.22 Jadi,
kecemburuan Asaf ini karena ia merasa lebih pantas atau lebih berhak untuk
mendapatkan kemakmuran atau kesejahteraan yang dialami oleh orang-orang fasik.
Oleh sebab itu Bob Deffinbaugh berpendapat bahwa salah satu yang menyebabkan
perspektifnya menyimpang adalah ”ia mengganggap dirinya benar. Dia memandang
dirinya lebih baik daripada dia adanya. Dia sepertinya mengira bahwa dia berhak atau
pantas mendapatkan berkat-berkat Allah dan mengakhiri ’kehidupan salehnya’ dalam
kesia-siaan.”23
Ia cemburu kepada orang-orang fasik yang disebutnya sebagai “orang-
orang yang memperdayakan.” Kata <yl!lo= h (h(l+l'm) mempunyai bentuk Qal dan

18
RBC Ministries Asia, “10 Alasan Percaya Orang Kristen dapat tampak seperti Bukan
Kristen” online: http://www.bible.org, diakses 22 September 2007.
19
Williams, Hebrew Syntax: An Outline, 72. Ronald J. Williams mendaftarkan beberapa
fungsi sintaks dari kata sambung yK! (K') yaitu : causal, temporal, conditional, adversative, concessive,
asseverative, resultative, nominalizing, dan recitative. Pada umumnya pemakaian kata sambung yK! (K')
menyatakan causal atau sebab.
20
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament, 888.
21
E. Reuter, “anq,” dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny. G.
Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef Fabry, pen. David E. Green (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986), 13:49-53.
22
Beberapa versi Alkitab seperti King James Version (KJV), Revised Version (RV),
Revised Standard Version (RSV), New American Standard Bible (NASB), dan New International
Version (NIV) menterjemahkan dengan kata envious. Sedangkan para sarjana seperti Albert Barnes, C.
H. Spurgeon, Mitchell Dahood, J. Clinton McCann, Marvin E. Tate, Allen P. Ross, dan Willem A.
VanGemeren menterjemahkan juga dengan kata envious atau envied.
23
Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
35
berasal dari kata ll^h* (h*l^l) yang artinya “memperdayakan, menipu.” Selain dalam
24

Mazmur 73, bentuk Qal dari kata <yl!l=oh (h(l+l'm) ini hanya muncul 2 kali dalam
Perjanjian Lama, yaitu Mazmur 5:6 dan 75:5. Pada umumnya terjemahan Alkitab dan
para sarjana menterjemahkan kata ini dengan “pembual-pembual, orang-orang yang
arogan, orang-orang sombong, orang-orang bodoh.”25 Versi-versi Alkitab dan para
sarjana menterjemahkan demikian karena kemungkinan mereka melihat arti akar kata
ll^h* (h*l^l) yang kedua, yaitu “memuji.”26 Tetapi kata <yl!lo= h (h(l+l'm) berbentuk
Qal sehingga arti akar kata yang ketigalah, yaitu ”memperdayakan atau menipu,”
yang lebih tepat. Bila dihubungkan dengan ”orang-orang fasik” pada baris kedua,
maka kata <yl!l=oh (h(l+l'm) menunjuk kepada orang-orang fasik yang
memperdayakan atau menipu dengan kemakmuran mereka. Pengertian ini sangat
cocok dengan penjelasan ayat-ayat selanjutnya, di mana pada akhirnya Asaf
menyadari bahwa kemakmuran orang-orang fasik hanyalah sementara dan membawa
kepada kehancuran (lih. Mzm. 73:18-20).
Kecemburuan Asaf disebabkan karena dia melihat kemakmuran orang-
orang fasik. Kata ”melihat” berasal dari kata Ibrani ha#r=a# (a#r+a#h), dari akar kata
ha*r` (r*a*h) yang secara literal berarti “melihat,”27 dan apabila dihubungkan dengan
kata yt!aN@q! (q!N@at') yang diterjemahkan dengan “cemburu” sebagai suatu
paralelisme, maka nuansa maknanya bukan lagi sekedar melihat tetapi lebih tegas lagi
menjadi “mendambakan.”28 Jadi ada suatu keinginan di balik apa yang dia lihat
tentang keadaan hidup orang fasik. Pemazmur mendambakan kemakmuran yang
dialami oleh orang fasik. Keinginan ini tentunya berkaitan dengan masalah hati dan
hal ini mempertegas akar permasalahan pemazmur, yaitu hati, dan juga apa yang
Buber katakan tentang “hati yang menentukan.”29
Apa yang dilihat atau diinginkan oleh pemazmur adalah kemakmuran
orang-orang fasik. Kata yang diterjemahkan dengan “kemakmuran” di sini berasal
dari kata <olv= (s=lom). Kata ini berasal dari kata <olv* (s*lom) yang secara literal
berarti “lengkap atau penuh, sehat atau kuat, selamat atau sejahtera, damai.”30 Kata ini
muncul sebanyak 237 kali dan merupakan istilah yang sangat penting dalam

24
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 81.
25
American Standard Version (ASV), RSV, NASB, dan NIV menterjemahkan kata
<yl!l=oh (h(l+l'm) dengan kata ”orang-orang yang arogan.” KJV menterjemahkannya dengan ”orang-
orang yang bodoh.” Sedangkan LAI menterjemahkannya dengan ”pembual-pembual.” Para sarjana
Alkitab seperti Albert Barnes, C. H. Spurgeon, J. Clinton McCann, Marvin E. Tate, Willem A.
VanGemeren menterjemahkannya dengan ”orang-orang yang arogan.” Sedangkan F. Delitzsch,
Mitchell Dahood, dan C. A. Briggs menterjemahkan kata tersebut dengan ”orang-orang bodoh.”
26
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 81.
27
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 906.
28
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 228.
29
Buber, “The Heart Determines: Psalm 73,” dalam Issues in Religion and Theology 4:
Theodicy in the Old Testament, 111.
30
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 1022.
36
Perjanjian Lama. Seringkali kata <olv* (s*lom) digunakan untuk “damai sejahtera”
31

dalam pengertian sebuah perhentian dari perang atau permusuhan (1 Raj. 4:25).
s*lom menyiratkan keseluruhan dan keharmonisan, tidak hanya semata-mata
ketidakhadiran dari permusuhan. Kata ini digunakan untuk menggambarkan
hubungan-hubungan yang harmonis (1 Raj. 5:12). Seringkali s*lom juga digunakan
untuk kesejahteraan secara fisik, yaitu kesehatan yang baik. Dalam konteks
penggunaannya sebagai suatu ucapan sambutan dan selamat jalan, kata ini
menyiratkan suatu berkat (Hak. 19:20; 1 Sam. 25:6, 35). Sedangkan dalam bahasa
Ibrani modern kata s*lom digunakan sebagai “salam” dan “selamat tinggal.”32
Selanjutnya G. Lloyd Carr meringkaskan konsep s*lom bagi orang Israel dengan
mengatakan sebagai berikut :

Bagi orang Israel, s*lom diringkaskan dalam satu kata keuntungan atau
berkat-berkat yang dijanjikan dalam perjanjian Allah dengan Israel. Hampir
dua per tiga dari kemunculannya dihubungkan dengan kepenuhan yang datang
sebagai hasil dari aktivitas Allah dalam perjanjian dengan umat-Nya dan
sebagai hasil dari kebenaran (band. Yes. 32:17). Sebagai konsekuensinya, kita
menemukan ungkapan “perjanjian damai” (Bil. 25:12; Yes. 54:10).33

Sekalipun s*lom dipandang terutama sebagai berkat material Allah,34 ini


tidak membuang pengertiannya. Allah dipandang sebagai sumber dari s*lom Israel (1
Taw. 22:9-10). Allah juga mengucapkan kata s*lom kepada umatNya (Mzm. 85:8).
Pada mulanya, dimensi rohani dari konsep tentang s*lom adalah sungguh umum.
Para imam, sebagai contoh, diperintahkan untuk mengucapkan berkat ini ke atas umat
dengan mengatakan : “TUHAN menghadapkan engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”
(Bil. 6:24-26). Konsep ini terus berkembang di jaman para nabi melalui nubuatan
mereka yang mengantisipasi kedatangan Mesias sebagai Raja Damai (Yes. 9:6-7)
yang matinya akan membawa s*lom kepada manusia (Yes. 53:5).
Seperti umat Israel memahami konsep tentang s*lom, demikianlah Asaf
juga telah memahaminya dan inilah yang membingungkan dia ketika melihat
kemakmuran orang-orang fasik. Dari sudut pandangnya, berkat-berkat perjanjian
Allah sedang dituangkan di atas orang fasik, selagi hukuman ilahi ada begitu banyak
pada orang benar (Mzm. 73:14). Allah sepertinya telah memutar perjanjianNya
terbalik. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila Asaf bingung dan menjadi
cemburu.

31
Gleason Archer, “Peace,” dalam Nelson’s Expository Dictionary of the Old Testament,
peny., Merril F. Unger dan William White (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1980), 173.
32
Selidiki G. Lloyd Carr, “<olv*” dalam Theological Wordbook of the Old Testament,
2:931.
33
Ibid.
34
Gerhard von Rad, “EIRENE,” dalam Theological Dictionary of the New Testament
(Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1968), 2:402.
37
Keadaan Orang Fasik yang Makmur
(Mazmur 73:4-12)

Kemakmuran orang-orang fasik yang menyebabkan pemazmur berada


pada situasi kritis dari imannya, karena kecemburuannya, dijelaskan secara panjang
lebar dalam ayat 4-12. Bagian ini menjelaskan tentang karakteristik dari orang-orang
fasik yang menyebabkan pemazmur bergumul dengan kemakmuran mereka. Ada tiga
karakteristik dari orang-orang fasik yang menggambarkan keadaan mereka yang
makmur. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing karakteristik tersebut.

Kesejahteraan Orang Fasik (Mazmur 73:4-5)

Mulai dari ayat 4, subyek pembicaraan berubah dari “aku,” yaitu Asaf
yang adalah pemazmur, kepada “mereka,” yaitu orang-orang fasik. Kata sambung yK!
(K!) mengantarkan kepada penjelasan yang mendetail tentang alasan pemazmur
bergumul dalam kecemburuan dengan kemakmuran orang-orang fasik.35 Ayat 4-5
memberikan gambaran tentang kemakmuran atau s*lom dari orang fasik, seperti yang
Asaf sebutkan dalam ayat 3. Definisinya tentang s*lom di sini adalah sesuatu yang
hampir materialistik sama sekali.
Kesejahteraan orang fasik secara fisik digambarkan dalam empat
ungkapan. Pertama, “tidak ada kesakitan pada kematian mereka” (Mzm. 73:4a).
Kesejahteraan orang fasik secara negatif dinyatakan melalui ketidakhadiran kesakitan
dalam kematian mereka. Kata toBx%r=j^ (j^rx%Bot) muncul hanya dua kali dalam Teks
Masoret, yaitu dalam Yesaya 58:6 dan Mazmur 73:4.36 Dalam Yesaya 58:6 kata ini
mempunyai arti “belenggu ilegal”37 atau “ikatan kejahatan”38 yang menunjukkan
tekanan atau aniaya. Sedangkan dalam Mazmur 73:4 mempunyai arti metafora yaitu
“kesakitan” atau “kesengsaraan.”39 Kata ini menggambarkan suasana dalam kematian
orang-orang fasik yang tanpa ada kesakitan atau kesengsaraan. Artinya mereka
mengalami kematian dengan mudah. Inilah kesejahteraan mereka. Kata selanjutnya
(<t*oml= [l=mot*m]) akan memperjelas maksud dari baris pertama ayat 4 ini.
Harus diakui bahwa frase <t*oml= (l=mot*m) yang secara literal berarti
“pada kematian mereka” menimbulkan kesulitan besar di antara para penafsir. Pada
umumnya para penafsir modern setuju dengan perbaikan yang diusulkan oleh catatan
tekstual dari Alkitab Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia).40 VanGemeren dalam

Alkitab versi NIV dan Van Gemeren tidak menterjemahkan kata sambung yK! (K!) ini.
35

Tetapi mayoritas versi-versi Alkitab (mis. KJV, ASV, RSV, NASB) dan para ekseget memasukkannya.
36
Lihat Notes dalam VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary,
5:478.
37
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 118.
38
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 359.
39
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 118.
40
Lihat catatan kaki Biblia Hebraica Stuttgartensia; bnd. Catatan terjemahan dalam Tate,
Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 228.
38
catatan tafsirannya tentang Mazmur 73 memberikan penjelasan tentang usulan
perbaikan dari para ekseget untuk mengatasi kesulitan tersebut:

Alkitab versi-versi modern (mis. NIV) dan para ekseget mengambil sebuah
kata alternatif dan pembagian stikometri : kata oml* (l*mo, “pada mereka”)
digabungkan dengan baris pertama (“mereka tidak ada kesakitan”) dan kata <T*
(T*m, “lengkap”) dengan baris kedua (“sehat [=sempurna] dan kuat”). Orang
fasik, maka didefinisikan, tidak mempunyai masalah dan menikmati kesehatan
yang besar.41

Dengan sedikit penyesuaian, usulan ini menjadikan terjemahan ayat 4 menjadi “sebab
tidak ada kesakitan pada mereka, sehat [=kuat] dan gemuk tubuh mereka.” Perbaikan
yang diusulkan oleh Alkitab Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia) dan disetujui oleh
para ekseget tersebut pada dasarnya memang tidak menghilangkan sama sekali atau
menggantikan satu huruf pun dalam Teks Masoret, sebaliknya perbaikan tersebut
menghasilkan matra dan paralelisme yang lebih baik daripada Teks Masoret.42
Meskipun demikian, arti dari Teks Masoret tersebut bukan berarti tidak dapat
dimengerti. Menurut Spurgeon, orang-orang fasik mempunyai kematian yang tenang
dan meluncur ke dalam kekekalan tanpa suatu perjuangan.43 Senada dengan Charles
H. Spurgeon, Robert L. Deffinbaugh juga menjelaskan ayat ini dengan mengatakan
sebagai berikut :

Ketika orang fasik dibebaskan dari kematian, bahkan berlalunya mereka


kelihatan menjadi bebas secara relatif dari perjuangan dan kesakitan. Kekayaan
orang fasik memungkinkan mereka untuk memperhatikan tubuh mereka
sehingga mereka hampir kebal terhadap penyakit-penyakit umum umat
manusia.44

Artinya bahwa kesejahteraan orang-orang fasik terlihat sampai kepada kematian


mereka yang mudah tanpa harus mengalami kesakitan. Selain itu, perbaikan yang
diusulkan oleh Alkitab Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia) maupun oleh para
sarjana modern tersebut tidak didukung oleh bukti teks apapun dari versi-versi kuno.
Oleh sebab itu penulis dalam hal ini lebih memilih untuk mempertahankan terjemahan
sesuai dengan Teks Masoret yang berbunyi : ”sebab tidak ada kesakitan pada
kematian mereka, gemuk tubuh mereka.”
Kedua, “gemuk tubuh mereka” (Mzm. 73:4b). Baris ini sejajar secara
sinonim dengan baris sebelumnya. Kesejahteraan orang fasik secara positif
dinyatakan melalui kegemukan dalam tubuh mereka. Istilah ini merupakan sebuah
gambaran kuno dari kemakmuran dalam kesehatan, di mana orang fasik tidak hanya
41
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:478.
42
Lihat catatan dalam tafsiran berikut : Tate, “Psalms 51-100,” dalam Word Biblical
Commentary, 228; Marie Claire Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3.
43
C.H. Spurgeon, The Treasury of David (Virginia: Macdonald Publishing Company,
1966), 2:247.
44
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
39
45
cukup makan, tetapi mereka menikmati suatu kelimpahan. Kondisi orang-orang
fasik ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang kaya atau bergelimah
dengan harta. Dengan kekayaannya mereka memperhatikan tubuh mereka sehingga
berada pada kondisi tubuh jasmani yang senantiasa optimal.
Ketiga, “tidak mengalami kesusahan manusia” (Mzm. 73:5a). Kata ini
berhubungan dengan sisi gelap dari seorang pekerja, aspek yang menyedihkan dan
tidak terpenuhi dari pekerjaan. Sedangkan kata bendanya berhubungan dengan faktor-
faktor yang tidak menyenangkan dari pekerjaan dan bekerja keras.46 Jadi dapat
disimpulkan bahwa kesejahteraan orang fasik digambarkan sebagai keadaan yang
bebas dari kesusahan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka tidak
perlu bersusah payah bekerja terlalu keras untuk kehidupannya. Menurut
VanGemeren, kesusahan dalam hidup ini termasuk kegagalan atau kekecewaan,
kesengsaraan, dan usaha-usaha dalam hidup.
Keempat, “tidak ditulahi seperti orang lain” (Mzm. 73:5b). Kesejahteraan
orang-orang fasik digambarkan dengan kebebasan mereka dari pukulan atau hajaran
dengan penderitaan atau penyakit yang berasal dari Allah. Kata ”tidak ditulahi”
sejajar dengan kata ”tidak ada kesusahan” yang mempertegas gambaran tentang
kesejahteraan orang-orang fasik yang bebas dari masalah-masalah manusia sehari-
hari. Keadaan orang fasik ini kontras dengan keadaan pemazmur yang mengalami
hajaran dan hukuman sepanjang hari (Mzm. 73:14). Jadi pemazmur sedang
membandingkan hidup orang fasik dengan hidupnya sendiri yang sepertinya dipenuhi
dengan hukuman-hukuman dari Allah.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Asaf menjadi cemburu kepada orang-
orang fasik karena ia melihat kesejahteraan hidup atau s*lom mereka yang dilukiskan
sebagai bebas dari sakit penyakit, memiliki kondisi tubuh yang optimal, bebas dari
bekerja keras, dan bebas dari hajaran Allah. Mereka adalah orang-orang yang
beruntung atau mujur. Hal yang membuat Asaf bingung sehingga imannya tergoncang
adalah bahwa orang fasik sedang mengalami s*lom yang ia percayai seharusnya
dialami oleh orang-orang benar.47
Apa yang diungkapkan oleh pemazmur dalam ayat 4-5 ini menurut
Deffinbaugh merupakan bentuk protesnya terhadap pilihan Allah.

Pemazmur bukanlah seorang asketik yang mempercayai bahwa kemakmuran


materi adalah jahat dan oleh karena itu harus dihindari. Tetapi sebagai orang
Israel yang taat, ia memprotes pilihan Allah tentang siapa yang seharusnya
mengalami kemakmuran.48

Banyak catatan dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan janji Allah tentang
kemakmuran bagi orang yang saleh (mis. Ul. 28:1-14) dan hukuman Allah bagi yang
mengabaikan hukum-hukumNya (mis. Ul. 28:15-68). Berdasarkan janji-janji inilah
pemazmur mengharapkan bahwa dialah yang seharusnya mengalami kemakmuran

45
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 228.
46
Ronald B. Allen, “lm*u*,” dalam Theological Wordbook, 2:675.
47
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
48
Ibid.
40
seperti yang digambarkan dalam ayat 4-5 ini daripada orang fasik. Di sinilah terlihat
jelas kecemburuan Asaf yang diungkapkannya secara jujur dalam ayat 3.

Kejahatan Orang Fasik (Mazmur 73:6-9)

Ayat 6-9 menjelaskan tentang kejahatan dari orang-orang fasik yang


mengganggu Asaf. Asaf bukan saja dipersulit dengan kesejahteraan mereka, tetapi
juga semakin disusahkan dengan kelakuan hidup mereka yang jahat. Orang-orang
fasik sudah menikmati nikmatnya hidup duniawi secara berkelimpahan namun hidup
mereka semakin semena-mena. Setidaknya ada tiga kejahatan orang fasik yang
diamati atau diobservasi oleh pemazmur.
Pertama, kebanggaan terhadap kesombongan dan kekerasan (Mzm. 73:6).
Kata omt=q^nu` & (u&n*q^t=mo) berasal dari kata qn~u* (u*n^q). Kata ini adalah kata kerja
denominative yang secara literal berarti “bertindak sebagai kalung.”49 Kalung
merupakan suatu hiasan yang dipakai di leher oleh orang laki-laki seperti pada wanita
pada masa Timur Dekat Kuno dan menyolok sebagai suatu bukti kekayaan dan
kekuasaan serta merupakan suatu tanda status atau gengsi seseorang (Kej. 41:42; Dan.
5:7).50 Orang-orang fasik menjadikan kesombongan sebagai kalung mereka. Ini
berarti orang-orang fasik sangat membanggakan kesombongan mereka, bahkan
menjadikannya seperti kekayaan dan kekuasaannya. Lebih lanjut frase sm*j* tyv! (v't
j*m*s) yang diterjemahkan dengan ”pakaian kekerasan” menjelaskan bahwa
kesombongan mereka memimpin kepada kekerasan terhadap orang lain. Kekerasan
ini menjadi kebiasaan dalam hidup mereka dan merupakan suatu karakteristik yang
mereka tunjukkan kepada orang lain sebagai pakaian (Ibr. tyv!, v't) di mana mereka
dikenal.51 Kesejahteraan orang-orang fasik seperti yang digambarkan dalam ayat 3-4
semakin membuat mereka sombong dan semena-mena kepada orang lain. Oleh sebab
itu, hal ini menuntun Robert L. Deffinbaugh untuk berpendapat bahwa :

Jika yang sering dijalani orang fasik ini tidak berakibat pada kemakmuran
mereka, sedikitnya mereka menafsirkan keberhasilan mereka dalam hidup
sebagai sebuah bukti Allah yang manapun tidak mengenal atau tidak
mempedulikan harta kekayaan dari keuntungan kekayaan mereka yang penuh
dosa. Barangkali mereka beralasan bahwa Tuhan tidak mampu melakukan
segalanya tentang hal itu.52

Pemahaman orang-orang fasik tentang Allah yang demikian tentunya membuat


mereka semakin bangga dan mengembangkan rencana-rencana jahatnya. Oleh sebab

49
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 278.
50
Charles Augustus Briggs dan Emilie Grace Briggs, A Critical and Exegetical
Commentary on the Book of Psalms, The International Critical Commentary (Edinburgh: T & T. Clark,
1906), 143; bnd. VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:478.
51
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary, 143.
52
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
41
itu wajarlah kalau mereka menjadikan kesombongan sebagai kalung dan kekerasan
sebagai pakaian yang menutupi atau membungkus mereka.
Kedua, mata dan hati yang digunakan untuk kejahatan (Mzm. 73:7). Mata
dan hati orang fasik digunakan sebagai alat kejahatan yang tidak terbatas. 53
Apabila dihubungkan dengan kata ax*y` (y*x*a) yang diterjemahkan “keluar” dan kata
bl#j@m@ (m@j@l#b) yang diterjemahkan “dari kegemukan,” maka baris pertama ayat 7
ini menggambarkan persepsi orang-orang fasik tentang dunia yang menyimpang oleh
kegemukan atau oleh suatu kondisi kemakmuran kesehatan jasmani orang fasik
seperti yang diungkapkan pada ayat 4. Hal ini menciptakan paralelisme yang intensif
antara persepsi-persepsi dalam baris pertama dengan pikiran-pikiran atau imajinasi-
imajinasi hati dalam baris kedua. Inilah ciri puisi Ibrani yang penuh dengan metafora-
metafora atau gambaran-gambaran. Selain itu, penterjemahan dengan kata “mata”
sangat cocok dalam hal kesejajaran dengan kata “hati” (Ibr. bb*l@, l@b*b) di baris
kedua.
Pada baris kedua, kata toYK!cm= ^ (m^cK!Yot) yang berarti “gambar atau
imajinasi” dijelaskan lebih lanjut dengan kata Wrb=u* (u*b=rW). Kata ini berasal dari
54

akar kata rb^u* (u*b^r) yang secara literal berarti ”melewati atau melampaui,”
maksudnya adalah ”meluap.”55 Jadi hati orang fasik penuh dengan imajinasi-imajinasi
yang jahat karena kemakmuran mereka. Ini semua menegaskan bahwa mata dan hati
orang-orang fasik telah digunakan sebagai alat kejahatan yang tidak terbatas. Oleh
karena kemakmurannya, mereka dengan leluasa senantiasa berbuat kekerasan karena
prasangka-prasangka mereka yang negatif kepada orang lain.
Ketiga, tutur kata yang penuh dengan kejahatan, penindasan, dan
kesombongan (Mzm. 73:8-9). Oleh karena mata dan hati orang-orang fasik dipenuhi
dengan persepsi-persepsi dan imajinasi-imajinasi yang jahat, maka mereka dengan
mudahnya mengeluarkan kata-kata ejekan dan penindasan. Mereka mengeluarkan
kata-kata itu dari tempat tinggi. Secara khusus dalam Mazmur 73:8, kata ini memiliki
nuansa moral : ”dari tempat tinggi, dengan angkuh.”56 Jadi orang-orang fasik
mengejek, berkata-kata jahat, dan berkata –kata penindasan dengan angkuhnya,
seolah-olah mereka berbicara dari surga. Briggs menjelaskan bahwa orang-orang fasik
dengan bangganya berkata-kata satu dengan lainnya tentang kejahatan dan bagaimana
mereka melakukan kejahatan. Hal ini dilakukan oleh orang-orang fasik sebagai suatu
kebiasaan sehari-hari.57 Mereka tahu bagaimana menggunakan lidahnya sebagai alat
kejahatan, sama seperti dengan mata dan hatinya.58 Bahkan lebih jauh lagi mereka
menetapkan mulutnya di langit. Kata tersebut diulang sebanyak empat kali dalam
mazmur ini, yaitu ayat 6 (dalam bentuk kata benda), 9, 18, dan 28. Orang-orang fasik
bukan saja menempatkan mulut mereka, tetapi lebih tegas lagi menetapkannya di

53
Ross, “Psalms,” dalam The Bible Knowledge Commentary, 1:847.
54
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 217.
55
Brown, Driver, And Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 717.
56
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 215.
57
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary, 143.
58
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:478.
42
langit. Artinya mereka dengan sengaja dan direncanakan menggunakan mulutnya di
langit.
Beberapa sarjana Alkitab mengartikan frase “menetapkan mulut di langit”
dengan penentangan terhadap Allah bahkan menghujat Dia. Briggs59 dan Delitzsch60
berpendapat bahwa frase tersebut menjelaskan tentang orang-orang fasik yang
melawan Allah dengan menghina Dia melalui tutur kata mereka. Sedangkan Kirk
seperti dikutip oleh Briggs juga berpendapat bahwa hal ini merupakan suatu protes
kepada otoritas ilahi.61 Adapun C. H. Spurgeon62 dan Bob Deffinbaugh63 mengartikan
frase tersebut sebagai bentuk penghujatan terhadap Allah. Akan tetapi G. Vanoni
melihat kata tyv! (v't) dalam hubungannya dengan kata hP# (P#h) yang artinya
”mulut.” Rangkaian kata ini memberi penjelasan tentang ”mulut orang fasik” secara
metonimia yang artinya : ”mereka menyebarkan perkataan mereka secara menyeluruh
dari surga.”64 Jadi orang-orang fasik mengumbar perkataan-perkataan mereka yang
penuh dengan ejekan, kejahatan, dan penindasan dengan semena-mena tanpa ada rasa
hormat kepada Allah. Bahkan mereka mengambil tempat Allah dengan mengeluarkan
kata-kata ejekan, kejahatan, dan penindasan terhadap orang-orang benar.
Bagaimanapun juga, ide dari frase “menetapkan mulut di langit” tidak
terlepas dari frase “lidah mereka membual di bumi.” Kata El^hT & ! (T!h&l^k) berasal
dari kata El^h* (h*l^k) yang secara literal berarti “pergi, datang, berjalan,” secara
khusus menyatakan “sikap yang jahat dari lidah”65 Jadi terjemahannya secara literal
adalah “lidah mereka berjalan melintasi di bumi.” Ini berarti lidah orang fasik
digunakan secara leluasa untuk berkata-kata penindasan di bumi (bnd. Mzm. 73:8).
Apabila kedua frase ini dipertimbangkan secara bersama-sama, maka ayat 9 ini
menggambarkan orang-orang fasik yang tutur katanya besar atau penuh dengan
kesombongan. Mereka menggunakan mulutnya secara leluasa tanpa takut kepada
Allah dan tanpa berperasaan kepada orang lain di bumi. Allen P. Ross dan
VanGemeren menyimpulkannya dengan menuliskan bahwa mereka berbicara seolah-
olah memiliki langit dan bumi dan tidak takut akan Allah.66

59
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Psalms, The International
Critical Commentary, 144.
60
F. Delitzsch, Psalms, Commentary on the Old Testament in Ten Volumes, pen. James
Martin (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1955), 5:314.
61
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Psalms, The International
Critical Commentary, 144.
62
C.H. Spurgeon, The Treasury of David, 2:249.
63
Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
64
G. Vanoni, “tyv!,” dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny. G.
Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef Fabry, pen. Douglas W. Stott (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986), 14:652-56.
65
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 229.
66
Allen P. Ross, “Psalms,” dalam The Bible Knowledge Commentary, 1:847;
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:478.
43
Kepopuleran Orang Fasik (Mazmur 73:10-12)

Orang-orang fasik bukan saja kelihatan makmur atau sejahtera (Mzm.


73:4-5) dan berbuat jahat (Mzm. 73:6-9), tetapi mereka juga populer atau terkemuka.
Banyak orang berbalik mengikuti mereka, baik dalam prinsip maupun prakteknya
(Mzm. 73:10). Selanjutnya frase al@m* ym@ (m? m*l@a) yang artinya “air yang
berlimpah” merupakan sebuah metafora bagi kemakmuran orang-orang fasik. Harus
diakui bahwa arti frase ini cukup sulit. Beberapa sarjana (mis. Cohen, Gunkel, dan
Kraus) seperti dikutip oleh Marvin E. Tate, menterjemahkan sebagai “meminum kata-
kata mereka.”67 Tetapi secara umum dapat dijelaskan bahwa beberapa umat Israel
yang berbalik dari Allah telah ditarik oleh kesejahteraan atau kemakmuran dan
kejahatan orang fasik tanpa memikirkan pengaruh dari gaya hidup makmur mereka.
Kekayaan dan perbuatan jahat orang fasik yang sepertinya bebas dari hukuman
menarik beberapa orang dari umat Israel untuk mengikuti cara hidup orang-orang
fasik tersebut.
Selanjutnya beberapa orang dari umat Israel yang ditarik oleh gaya hidup
makmur orang-orang fasik juga mengeluarkan kata-kata yang menentang Allah
dengan mengatakan : “Bagaimana Allah tahu, dan adakah pengetahuan pada Yang
Mahatinggi? (Mzm. 73:11).”68 Mereka mulai berkata-kata seperti orang fasik yang
tidak takut akan Allah (Mzm. 73:8-9). Kirkpatrick seperti dikutip oleh Robert L.
Deffinbaugh melukiskan peristiwa dalam ayat 11 ini dengan mengatakan bahwa orang
fasik yang menjadi makmur mengumpulkan orang lain di sekitar mereka yang juga
telah merasakan hidup yang baik dan ingin meniru orang fasik. Jadi, mereka pergi
sambil berkata, “Bagaimana Allah tahu hal itu? Adakah pengetahuan pada Yang
Mahatinggi?”69 Para pengikut orang-orang fasik ini tidak menolak keberadaan atau
eksistensi Allah tetapi membatasi Dia dalam pengetahuan dan hikmatNya.70 Dalam
perspektif mereka, Allah hanya perhatian dengan agama, kesalehan dan perbuatan
baik dan tidak menghukum mereka yang dengan rencana-rencana busuk dan
persekongkolannya mengambil keuntungan dari kesempatan usahanya.71 Oleh sebab
itu, tidak mengherankan kalau pemazmur sedemikian disusahkan. Ia telah
menyimpulkan bahwa orang fasik sedang makmur tidak hanya secara material dan
secara fisik, tetapi juga dalam pertumbuhan secara jumlah atau kuantitas.
Gambaran tentang keadaan orang-orang fasik akhirnya mencapai
kesimpulannya di ayat 12. Asaf memfokuskan perhatiannya kepada apa yang telah
diobservasinya terhadap hidup orang fasik dan para pengikutnya untuk kemudian

67
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 229.
68
Harus diakui bahwa identitas pembicara dalam ayat 11 membingungkan. Secara umum
ada dua pendapat mengenai identitas pembicara tersebut, yaitu orang-orang fasik dan pengikut orang-
orang fasik (umat Israel). Beberapa sarjana seperti Albert Barnes, Kirkpatrick, dan Allen P. Ross
memegang pendapat yang kedua dan ini juga yang menjadi pendapat penulis.
69
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
70
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:479; bnd. Briggs,
A Critical and Exegetical Commentary, 144.
71
Ibid.
44
disimpulkannya atau dirangkumkannya. Ia menegaskan cara hidup orang fasik dari
observasinya dan merangkum keluhannya tentang mereka dengan mengatakan bahwa
mereka “selalu senang, mereka menambah kekayaan.”
Kesimpulan pemazmur tentang hidup orang fasik dinyatakan dalam dua
hal. Pertama, hidup mereka selalu senang. Hidup orang-orang fasik disimpulkan oleh
pemazmur sebagai hidup yang selalu senang tanpa ada gangguan. Keadaan mereka
yang sejahtera secara materi dan fisik, sikap dan perbuatannya yang jahat tanpa ada
hukuman, dan popularitas mereka merupakan lukisan dari kesenangan hidup orang-
orang fasik. Masa kesenangan mereka dikatakan selalu atau selamanya. Artinya bukan
selama-lamanya mereka senang, tetapi menunjukkan masa senang mereka lama.72
Briggs menanggapi ungkapan ini dengan mengatakan ”mereka mempunyai hidup
yang mudah dan makmur, tanpa takut akan Allah dan tanpa kekuatiran manusia,
dalam kenikmatan penuh akan tubuh dan isi dari pikiran.”73 Kedua, mereka
memperbesar kekayaan. Ungkapan ly!j*-WGc=h! (h!cGW j*y!l) dapat diterjemahkan
”mereka memperbesar kekayaan” dan menjelaskan tentang orientasi hidup orang fasik
yang senantiasa memperbesar kemakmuran diri. Oleh sebab itu C. A. Briggs
mengatakan bahwa orang-orang fasik menjadi lebih kaya dan lebih kaya lagi.74
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ayat 12 merangkum keluhan pemazmur Asaf
mengenai orang fasik, yaitu mereka senang dan bertambah makmur, bahkan dalam
kejahatan mereka sekalipun. Inilah yang memikat orang lain untuk mengikuti dan
mencontoh kejahatan mereka.

Reaksi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik


(Mazmur 73:13-17)

Setelah pemazmur mengamati cara hidup orang-orang fasik dan hasil dari
cara hidup mereka, pemazmur sampai pada puncak pergumulannya yang membuat dia
sepertinya akan mengambil keputusan yang bertentangan dengan keyakinan imannya
semula. Pada bagian ini subyek pembicara berubah menjadi orang pertama tunggal
atau “aku” yaitu si pemazmur itu sendiri. Bagian ini akan menjelaskan bagaimana
reaksi pemazmur menanggapi kemakmuran orang-orang fasik. Pembaca akan bisa
mengikuti bagaimana ia bergerak dari keraguannya akan nilai-nilai rohani yang
selama ini ia telah yakini dan jalani kepada keterbukaan hati akan Allah yang
membuat dia membawa dan memperhadapkan pergumulannya tersebut kepada Dia.
Ini merupakan langkah awal pemazmur dalam mendapatkan jawaban Allah nantinya
yang mengubah perspektifnya akan kebaikan Allah.

Kata <l*ou (Uol*m) bisa berarti waktu yang lama. Lihat Holladay, A Concise Hebrew
72

and Aramaic Lexicon of the Old Testament, 267.


73
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary, 144-45.
74
Ibid.
45
Meragukan Nilai-nilai Kerohanian
(Mazmur 73:13-14)

Subyek pembicara berubah menjadi orang pertama umum tunggal “aku”


yaitu si pemazmur. Pernyataan pada ayat 13 dibuka dengan kemunculan kembali
partikel Ea^ (a^k) seperti pada ayat 1 yang menekankan penegasan. Tetapi pernyataan
pada ayat 13 ini menegaskan hal yang sangat berbeda dengan ayat 1. Ayat 13 ini
menegaskan reaksi pemazmur terhadap observasi yang telah dia lakukan tentang
keadaan orang-orang fasik yang makmur (Mzm. 73:4-12) dan membandingkan
dengan keadaannya sendiri (Mzm. 73:1-3). Pernyataan dalam ayat ini seperti
menyangkal apa yang dikatakan pemazmur dengan penuh keyakinan di pembukaan
mazmur ini. Pernyataan pemazmur dalam ayat 13 melukiskan krisis nilai yang sedang
dihadapi oleh dia. B. A. Pareira mengatakan bahwa tidak ada krisis hati yang lebih
mendalam daripada krisis nilai di mana orang mengalami bahwa hidup dan
perbuatannya sebenarnya tidak ada artinya.75 Inilah krisis yang sedang dihadapi oleh
pemazmur. Pemazmur menyaksikan bahwa dia telah meragukan nilai dari
perhatiannya dengan penyucian dan ini menunjukkan keraguannya akan nilai-nilai
kerohanian. Kata qyr! (r'q) yang secara literal berarti “kekosongan atau kehampaan,
kesia-siaan”76 menerangkan keraguannya ini.
Keraguan pemazmur akan nilai-nilai rohaninya dinyatakan dalam dua
pernyataan Asaf. Pertama, sia-sia menjaga hati yang murni. Asaf merasa bahwa apa
yang selama ini ia telah jaga atau pelihara dengan sungguh-sungguh agar tetap murni,
sekarang menjadi sia-sia. Adapun sesuatu yang dijaga itu adalah “hati” (Ibr. bb*l,@
l@b*b). Kata “hati” yang menjadi kata kunci dalam mazmur ini muncul kembali di
ayat 13. Menjaga hati yang murni ini merupakan sebuah ekspresi tentang perhatian
kepada keadilan dan kebenaran (bnd. Mzm. 24:4; 119:9). Kedua, sia-sia mencuci
tangan dalam ketidakbersalahan. Pencucian atau pembasuhan tangan merupakan
upacara yang menandakan seseorang tidak bersalah (Ul. 21:6-7; Mzm. 26:6; Mat.
27:24). Pemazmur berani untuk melakukan upacara pencucian atau pembasuhan
tangan. Tetapi walaupun ia sudah melakukan itu semua sekarang, setelah ia melihat
kemakmuran orang-orang fasik dan cara hidupnya yang membuat banyak orang
berbalik kepada mereka, ia merasa semuanya itu sia-sia saja seperti tidak ada faedah
atau dampak bagi hidupnya. Pemazmur ragu dengan apa yang dia telah yakini dan
lakukan selama ini. Inilah puncak kekecewaan yang membawa kepada keraguan akan
apa yang telah diyakini dan dilakukannya.
Pada ayat 14 pemazmur memberikan kesaksian tentang kekacauan
pengalamannya yang membuat ia meragukan nilai-nilai kerohaniannya. Kesaksian
tersebut dinyatakan dalam dua frase : “aku telah dilanggar sepanjang hari, dan
tegurankuku [mulai] setiap pagi.” Pemazmur merasa seolah-olah sepanjang hari ia
dilanggar dan setiap pagi mendapatkan teguran. Kata u^Wgn` (n*gWu^) berasal dari kata
ug^n` (n*g^u) yang secara literal berarti “menyentuh, mencapai, melanggar” dan dalam
bentuk kata bendanya (Ibr. ug^n\, n#g^u) bisa berarti “pukulan atau hajaran, penyakit

75
Marie Claire Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150 (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1997), 8.
76
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 938.
46
77
atau wabah, dan tanda.” Pengertian sebagai “penyakit atau wabah” adalah yang
paling sering muncul dalam Perjanjian Lama (Kej. 12:17; Kel. 11:1), yaitu sekitar 76
kali.78 Kata benda ug^n\ (n#g^u) ini menunjuk kepada pukulan atau serangan secara
fisik, atau kepada hukuman yang diberikan seorang maharaja. Allah biasanya yang
memberikan hukuman atau penyakit. Sebagian besar penggunaannya muncul dalam
Imamat 13-14 dan berkenaan dengan penyakit-penyakit menular seperti kusta.79 Jadi
pemazmur sepanjang hari dihajar oleh Allah dengan penyakit. Pemazmur bukan saja
dihajar sepanjang hari, tetapi setiap pagi teguran selalu siap menantinya. Pemazmur
sungguh-sungguh berada pada puncak keraguan kerohaniannya. Robert L.
Deffinbaugh melukiskan pengalaman Asaf ini dengan mengatakan “jika Allah tidak
memberkati orang-orang benar dan mengutuk orang fasik, yang mana telah dijanjikan
dalam Hukum Taurat Perjanjian Lama (Ul. 27-28), lalu apa yang baik dari menjadi
saleh?”80

Membuka Diri kepada Allah


(Mazmur 73:15-16)

Keraguan pemazmur akan nilai-nilai kerohanian yang selama ini ia pegang


dan praktekkan hampir membawanya untuk mengikuti cara hidup orang-orang fasik,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari antara umat Israel (Mzm. 73:15; bnd.
73:2). Partikel hipotesis <a! (a!m) yang artinya “jika”81 di ayat 15 menunjukkan
bahwa pemazmur mulai berandai-andai. Pemazmur berandai-andai jika ia mau
berkata “biarlah aku bercerita demikian.” Hal ini menunjukkan dan menegaskan
hasrat atau perhatian pemazmur terhadap cara hidup orang fasik melalui bertutur kata
seperti mereka. Ia mengakui secara jujur dan terbuka kepada Allah tentang hasrat atau
perhatiannya itu. Selanjutnya Bob Deffinbaugh menanggapi ayat ini dengan
mengatakan bahwa Asaf secara intensif jujur dalam menyatakan pemikiran dan
pencobaannya yang terdalam. Ia sedang mempertimbangkan menyerahkan semuanya
dan bergabung dengan orang fasik.82 Penulis sependapat dengan Bob Deffinbaugh
bahwa ayat ini menunjukkan kejujuran, bahkan keterbukaan, pemazmur dalam
menyatakan hasrat dan perhatiannya. Ini merupakan reaksi Asaf kedua dalam
menanggapi kemakmuran orang-orang fasik. Ia bukan saja terbuka kepada dirinya,
tetapi ia juga terbuka kepada Allah.
Pemazmur terbuka bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk
mengikuti cara hidup orang fasik. Akan tetapi keputusannya itu tidak jadi diambil

77
Ibid., 619.
78
Leonard J. Coppes, “To Touch,” dalam Nelson’s Expository Dictionary of the Old
Testament, 265.
79
Leonard J. Coppes, “ug^n\,” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, 2:551-
552.
80
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
81
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 19.
82
Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
47
karena ia mengingat akan “keturunan anak-anakmu.” Pada umumnya para sarjana
Alkitab setuju bahwa frase ;yn\B* rod (dor B*n#yk*) ini menunjuk kepada keturunan
Israel atau umat Allah (bnd. Ul. 14:1; Kel. 4:22).83 Pemazmur mulai memberikan
perhatian yang mendalam kepada umat Allah. Bagi Asaf, jika dia membiarkan emosi-
emosinya menguasainya, maka dia mungkin telah berkata-kata menentang komunitas
umat Allah dan itu merupakan suatu pengkhianatan terhadap komunitas imannya.
Asaf menyadari bahwa apa yang dia putuskan akan membawa pengaruh terhadap
orang lain.
Meskipun demikian, kejujuran atau keterbukaan mengenai keinginannya
untuk mengikuti orang fasik, baik kepada dirinya maupun kepada Allah, dan
perhatiannya yang mendalam kepada umat Allah tersebut merupakan langkah penting
yang mengawali proses pembalikan perspektifnya, di mana puncaknya dialami nanti
ketika ia masuk ke dalam tempat kudus Allah. Pernyataan pemazmur dalam ayat 15
ini juga secara tidak langsung menyatakan keputusannya untuk menjadi salah satu
anggota dari komunitas umat Tuhan yang setia, walaupun pergumulan untuk mengerti
jalan-jalan Allah masih membayangi dia (Mzm. 73:16).84 Pemazmur tetap
menyatakan keyakinannya untuk tetap setia kepada keturunan atau generasi umat
Israel. Komitmen tersebut yang mendorong dia untuk datang ke tempat kudus Allah
dalam rangka memelihara hubungannya dengan Tuhan (Mzm. 73:17).
Ayat 16 semakin memperjelas keterbukaan pemazmur kepada Allahnya. Ia
mengakui bahwa untuk mengikuti cara hidup orang fasik adalah tidak mungkin
karena akan mengkhianati umatnya. Tetapi untuk mengerti jalan-jalan Allah juga
merupakan sesuatu yang sulit. Ada beberapa kata yang penting untuk
menggambarkan pergumulan pemazmur untuk mengerti jalan-jalan Allah tersebut.
Pertama, kata hb*V=j^A& (a&j^V=b*). Dalam bentuk Piel kata ini berarti “berpikir untuk
melakukan, memikirkan, merencanakan.”85 Sedangkan modus Cohortative kata ini
menegaskan hasrat atau perhatian pemazmur untuk mengerti.
Kata yang selanjutnya adalah ud^y` (y*d^u) yang diterjemahkan dengan
“mengetahui, mengenal, mengamati, mengerti.”86 Kata ud^y` (y*d^u) mempunyai
pengertian dasar “mengetahui atau mengenal dengan observasi dan refleksi
(berpikir)” dan “mengetahui atau mengenal dengan pengalaman.”87 Kata ini juga
menekankan kemampuan dan menggambarkan proses dari tindakan “mengerti” secara
lebih baik daripada kata /yB! (B'n) dalam ayat 17.88 Jadi ini mempertegas usaha

83
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 191; bnd. VanGemeren, “Psalms,” dalam
The Expositor’s Bible Commentary, 5:480; Briggs, A Critical and Exegetical Commentary on the Book
of Psalms, The International Critical Commentary, 145.
84
Roland E. Murphy, “The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor
of Roland E. Murphy, O. Carm,” dalam Journal for the Study of the Old Testament, Supplement 58
peny. Kenneth G. Hoglund (Sheffiled: JSOT Press, 1987), 250.
85
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 362-63.
86
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 128-29.
87
Louis Goldberg, “/yB!,” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, 1:103-05.
88
Ibid.
48
pemazmur untuk mengerti. Pengertian yang diharapkan pemazmur bukan sekedar
pengetahuan secara fisik, tetapi merupakan suatu pengenalan yang mendalam.
Kata ketiga adalah kata ganti penunjuk taz) (z)at). Willem A.
VanGemeren memahami obyek dari pengertian yang sedang direncanakan pemazmur
ini sebagai “jalan-jalan Allah.” Penulis sependapat dengan pemahaman ini. Jalan-
jalan Allah yang rahasia itu menjadi pokok usaha dari pemazmur untuk
memahaminya.89 Pemazmur merasa kesulitan90 ketika berencana untuk mengerti, baik
melalui observasi, refleksi, maupun pengalaman, tentang jalan-jalan Allah tersebut.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi pemazmur pada akhirnya membawa kepada puncak
dari proses pembalikan perspektifnya, yaitu “ke dalam tempat kudus Allah” (Mzm.
73:17).

Membawa Pergumulan kepada Allah


(Mazmur 73:17)

Reaksi Asaf yang selanjutnya adalah membawa pergumulannya kepada


Allah. Ini merupakan puncak dari proses pembalikan perspektifnya. Ada persetujuan
umum bahwa ayat 17 menggambarkan sebuah pengalaman yang mewakili titik balik
pemazmur terhadap pergumulan akan kemakmuran orang fasik dan juga titik balik
dari mazmur ini.91 Penulis sependapat dengan Roland E. Murphy yang melihat ayat
13-17 sebagai sebuah kesatuan yang berperan sebagai titik balik.92 Secara khusus ayat
15-17 menjadi rangkaian proses titik balik pemazmur. Jadi pembalikan perspektif
yang terjadi dalam pergumulan pemazmur tidak terjadi dalam satu ayat saja, tetapi
merupakan suatu proses yang diawali dari ayat 15 sampai puncaknya pada ayat 17. 93
Setelah menyatakan keputusannya untuk tetap setia kepada keturunan
Israel (Mzm. 73:15) dan menyatakan kesulitannya untuk mengerti jalan-jalan Allah
(Mzm. 73:16), pemazmur membawa pergumulannya tersebut kepada Allah dalam
tempat kudusNya. Roland E. Murphy memahami lebih lanjut ayat 17 ini sebagai
bentuk tindak lanjut keputusan pemazmur untuk menjadi salah satu umat Tuhan yang
setia dengan terus memelihara hubungan dengan Tuhan.94
Frase “tempat kudus Allah” berasal dari frase Ibrani la@-yv@Dq
= =m! (m!qD=v?-
a@l). Ada banyak pendapat dari para ahli tentang arti dari “tempat kudus Allah” dan
bentuk jamaknya ini. Dahood menafsirkan la@-yv@D=q=m! (m!qD=v?-a@l) sebagai bait
surgawi Allah dengan mendasarkannya atas pemakaian orang-orang Kanaan dan

89
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:480.
90
Kata Ibrani yang dipakai untuk “kesulitan” di sini sama dengan yang digunakan dalam
ayat 5 : “kesusahan.”
91
Murphy, “The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor of Roland
E. Murphy, O. Carm,” dalam Journal for the Study of the Old Testament, Supplement 58, 248.
92
Ibid., 250.
93
Bob Deffinbaugh juga berpendapat bahwa ayat 15 merupakan awal titik balik
pemazmur. Lihat Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
94
Murphy, “The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in honor of Roland E.
Murphy, O. Carm,” dalam Journal for the Study of the Old Testament, Supplement 58, 250.
49
95 96
paralelisme dari kata “langit” dalam Mazmur 68:34-35. Martin Buber dan Roland
E. Murphy97 menafsirkan la@-yv@Dq = =m! (m!qD=v?-a@l) sebagai lingkungan kesucian
Tuhan atau misteri-misteri suci Tuhan. Barnes menafsirkannya
sebagai tempat ibadah umum.98 McCann menafsirkannya sebagai bait suci.99
Sedangkan Briggs100 dan Cohen101 menekankan kekudusan dari tempat itu atau
menunjuk kepada bait suci dan seluruh wilayahnya. Menurut penulis, pengertian la@-
yv@Dq
= =m! (m!qD=v?-a@l) sebagai bait suci beserta seluruh wilayahnya dan kekudusan
tempat itu lebih mudah untuk dipahami, karena dalam Perjanjian Lama tabut
perjanjian dan bait suci merupakan simbol dari kehadiran dan pemerintahan Allah.102
Ini berarti pemazmur telah membawa pergumulannya kepada Allah dengan masuk ke
tempat kudusNya. Apa yang dialami oleh pemazmur di dalam tempat kudus tersebut
tidak dijelaskan oleh mazmur ini.103 Tetapi melalui pengalamannya dalam tempat
kudus Allah, pemazmur diubahkan perspektifnya dalam memahami kemakmuran
orang-orang fasik, hidupnya sebagai orang benar, dan keadilan serta kebaikan
Allahnya. Willem A. VanGemeren menjelaskan pengalaman pemazmur secara
gamblang dengan mengatakan :

Dengan diliputi oleh kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah, pemazmur


mendapatkan kembali sebuah perspektif utama dari situasinya. Dia telah
menemukan ulang sesuatu yang dia telah ketahui tetapi yang juga telah
dilupakannya: Tuhan adalah adil! Pada akhirnya kejahatan tidak dan tidak
akan pernah menjadi menang. Orang fasik akan dihakimi dengan berat.104

95
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 192.
96
Buber, “The Heart Determines: Psalm 73,” dalam Issues in Religion and Theolog 4:
Theodicy in the Old Testament, 113.
97
Murphy, “The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor of Roland
E. Murphy, O. Carm,” dalam Journal for the Study of the Old Testament SupplementSeries 58, 248.
98
Barnes, Barnes’ Notes: Notes on the Old Testament, 258.
99
J. Clinton McCann, Jr., “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and
Reflections,” dalam The New Interpreter’s Bible (Nashville: Abingdon Press, 1997), 4:969.
100
Briggs, A Critical and Exegetical Commentary, 146.
101
A. Cohen, The Psalms: Hebrew Text, English Translation with an Introduction and
Commentary (London: Soncino Press, 1985), 234.
102
Willem A. VanGemeren memahami hal yang demikian juga.
103
Ada banyak kemungkinan yang dialami oleh pemazmur di tempat kudus tersebut.
Murphy telah mengajukan beberapa pertanyaan berikut untuk kemungkinan yang dialami oleh Asaf :
“Apakah pemazmur masuk ke dalam bait suci? Jika benar, apa yang ia alami di sana? Sebuah nasehat
yang baik dari seorang imam? Sebuah demonstrasi besar-besaran? Petunjuk dari imam atau Lewi?
Macam-macam theophany pribadi atau pengalaman mistis?”
104
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:480.
50
Iman terkadang dibantah oleh ketidakmampuan untuk memahami rencana Allah
dalam pengalaman hidup sehari-hari, dan inilah yang kemudian dibukakan kembali
oleh Allah melalui pengalaman pemazmur dalam tempat kudusNya.
Adapun kata hn`yb!a* (a*b'n`h) yang berasal dari kata /yB! (B'n) yang
artinya “mengerti atau merasa”105 menjelaskan bahwa pemazmur masuk ke dalam
tempat kudus Allah agar supaya merasakan akhir hidup orang-orang fasik. Kata ini
juga berada dalam modus Cohortative yang sekali lagi menegaskan hasrat atau
perhatian pemazmur untuk mengerti. Selain itu, kata kerja ini juga menunjuk kepada
pengetahuan yang superior pada kumpulan data semata. Perbedaannya dengan kata
ud^y` (y*d^u) adalah bahwa kata ud^y` (y*d^u) biasanya menggambarkan proses dengan
mana seseorang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan obyek dan
keadaan. Sedangkan /yB! (B'n) adalah kekuatan pertimbangan atau pengertian yang
mendalam dan didemonstrasikan dalam penggunaan pengetahuan.106 Kata ini
menekankan suatu observasi yang penuh perhatian dan pertimbangan, sebagai
contohnya adalah Asaf yang merasakan akhir hidup orang fasik (Mzm. 73:17).107 Jadi
pemazmur dimampukan oleh Allah di tempat kudusNya untuk dapat mengerti akhir
hidup orang fasik. Bob Deffinbaugh memahami dengan cara yang sama dengan
mengatakan :

Ketika Asaf masuk “ke dalam tempat kudus Allah,” dia mampu untuk
“merasakan akhir hidup mereka.” Sekarang Asaf memandang kemakmuran
orang fasik dari sudut kekekalan daripada dari tempat yang menguntungkan
dari waktu. Mereka yang kelihatannya berbuat jahat dengan baik, sekarang
Asaf melihatnya ada dalam resiko yang besar.108

Pemazmur seperti diingatkan kembali akan keadilan dan kebaikan Allah bahwa Allah
akan menghukum orang fasik dan memberkati orang benar. Apa yang dahulu telah dia
yakini, yang oleh karena pergumulannya dia ragukan kembali, sekarang dibukakan
kembali oleh Allah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa apa yang diamati oleh pemazmur tentang
keadaan hidup orang fasik (Mzm. 73:4-12) membuat dia bereaksi dengan meragukan
apa yang telah dia yakini dan lakukan selama ini atau nilai-nilai kerohaniannya.
Meskipun demikian, ia dengan jujur membuka pikiran dan perasaannya kepada Allah.
Pemazmur mengakui bahwa sebenarnya ia mempunyai hasrat atau perhatian untuk
mengikuti orang-orang fasik, tetapi di satu sisi ia sadar bahwa hal itu tidak mungkin
karena taruhannya adalah berat. Secara tidak langsung Asaf menyatakan
keputusannya untuk setia kepada umat Tuhan dengan tidak mengkhianatinya. Tetapi
ia juga mengakui bahwa hasratnya untuk mengerti jalan-jalan Allah merupakan
kesulitan baginya. Oleh sebab itu ia membawa pergumulannya kepada Allah dalam
tempat kudusNya dan dari situ dia menemukan jawabanNya. Jawaban Allah bagi Asaf
akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.

105
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 38.
106
Goldberg, “/yB!,” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, 1:103-05.
107
Ibid.
108
Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
51
Jawaban Allah bagi Orang Benar tentang Kemakmuran Orang Fasik
(Mazmur 73:18-28)

Pemazmur telah membawa pergumulannya kepada Allah dalam tempat


kudusNya dan dari situ ia mendapatkan jawaban Allah yang mengubahkan
perspektifnya yang salah selama ini. Allah mengubah perspektif Asaf yang keliru
mengenai keadaan akhir orang fasik (Mzm. 73:18-20), keadaan orang benar (Mzm.
73:21-26), dan kebaikan Allah yang membawa kepada komitmen yang baru dalam
hidupnya (Mzm. 73:27-28). Ketiga hal ini akan diuraikan dalam sub bab terakhir ini.

Keadaan Orang Fasik yang Menyedihkan


(Mazmur 73:18-20)

Pemazmur mendapat perspektif yang baru setelah ia membuka pikiran dan


perasaannya secara jujur dan membawa pergumulannya kepada Allah di tempat
kudus. Apa yang dibukakan oleh Tuhan kepada Asaf menjawab apa yang menjadi
kegalauan hatinya. Jawaban Allah bagi Asaf ini meneguhkan keyakinan awalnya
(Mzm. 73:1). Pernyataan pada ayat 18 dibuka dengan kemunculan kembali partikel
Ea^ (a^k) seperti pada ayat 1 dan 13 yang menekankan penegasan. Namun pernyataan
pada ayat 18 ini menegaskan hal yang sangat berbeda dengan ayat 1 dan 13. Partikel
Ea^ (a^k) dalam ayat 18 menegaskan keyakinan pemazmur bahwa orang fasik akan
dihukum dalam akhir hidup mereka.109 Keyakinan tersebut muncul karena jawaban
yang Allah berikan kepada Asaf melalui refleksi-refleksinya, baik refleksi atas apa
yang dia telah observasi sebelumnya (cara hidup orang fasik), refleksi atas keadaan
hidup dan kecemburuannya, maupun refleksi dalam persekutuannya secara pribadi
dengan Allah melalui ibadah di bait suci. Bob Deffinbaugh berpendapat bahwa
jawaban Allah ini mengarahkan pemazmur untuk memandang kemakmuran orang-
orang fasik dari sudut kekekalan.110
Jawaban yang pertama berkenaan dengan masa depan hidup orang fasik
yang menyedihkan. Keadaan orang fasik yang menyedihkan digambarkan ke dalam
tiga bagian. Pertama, akhir hidup orang fasik ditentukan untuk jatuh (Mzm. 73:18).
Ada beberapa kata yang penting untuk diselidiki dalam memahami maksud dari ayat
ini, yaitu kata tyv!T* (T*v't), toql*j&B^ (B^j&l*qot), dan toaWVm^l= (l=m^VWaot). Kata
tyv!T* (T*v't) berasal dari kata tyv! (v't) yang secara literal berarti “meletakkan,
memasang, menempatkan, menetapkan.”111 Kata ini juga muncul di ayat 9 yang
menggambarkan kesewenang-wenangan orang fasik dalam tutur kata mereka tanpa
rasa takut kepada Allah. Tetapi dalam ayat 18, kata ini menekankan bagaimana
keadaan orang fasik telah ditentukan atau ditetapkan oleh Allah untuk jatuh.112
109
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 192.
110
Bob Deffinbaugh, “The Goodness of God,” online: http://www.bible.org.
111
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 368.
112
Willem A. VanGemeren, Allen P. Ross, dan Robert L. Deffinbaugh juga memahami
seperti demikian. Lihat VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:481;
Ross, “Psalms,” dalam The Bible Knowledge Commentary, 1:848; dan Deffinbaugh, “Psalm 73: The
Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,” dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the
Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
52
Mereka diletakkan oleh Allah dalam kondisi yang sama seperti kondisi pemazmur di
ayat 2. Kemakmuran mereka hanya membawa kepada kejatuhan. Kemudian kata
toql*j&B^ (B^j&l*qot) berasal dari kata ql^j* (j*l^q) artinya “tempat-tempat licin”
yang merupakan gambaran dari situasi atau keadaan orang fasik113 Keadaan orang
fasik ini tepat sama dengan keadaan pemazmur di ayat 2. Tetapi di ayat 2 Allah tidak
mengijinkan pemazmur tergelincir ke dalam dosa sedangkan di ayat 18 orang fasik
dihukum untuk jatuh. Keadaan orang-orang fasik yang digambarkan sebagai “tempat-
tempat licin” dijelaskan dalam baris kedua melalui hubungan paralelisme dengan kata
toaWVm^l= (l=m^VWaot). Kata ini berasal dari kata awv (vwa) yang secara literal
berarti “kekosongan, kesia-siaan.” Dalam bentuk kata bendanya dapat berarti “tidak
bernilai, tanpa hasil, penipuan.”114 Arti ”penipuan atau tipu muslihat” lebih tepat
dipakai ditinjau dari paralelisme dengan kata ”tempat-tempat licin.” Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Allah telah meletakkan bahkan menetapkan jalan hidup orang-
orang fasik di tempat-tempat yang menipu mereka. Kemakmuran yang orang-orang
fasik banggakan dan pamerkan telah menipu mereka karena melalui kemakmuran
itulah hidup mereka akan jatuh. Robert L. Deffinbaugh mengatakan bahwa
kemakmuran orang fasik pada suatu saat akan berbalik menjadi bahaya dan
hukuman.115
Kedua, kehancuran orang fasik terjadi secara tiba-tiba (Mzm. 73:19).
Waktu atau saat di mana hidup orang fasik hancur tidak disebutkan secara jelas, tetapi
Alkitab memastikan bahwa waktunya segera atau tiba-tiba. Kata ug^r*k= (k=r*g^u)
berasal dari kata ug^r# (r#g^u) yang artinya “sebentar, tiba-tiba.”116 Jadi kehancuran
orang fasik bukan terjadi pada saat itu juga, tetapi terjadi secara tiba-tiba. Willem A.
VanGemeren menjelaskan bagian ini dengan mengatakan :

Kapan waktunya tidak sepenting kepastian bahwa mereka akan tergelincir dan
jatuh. Hal itu mungkin memerlukan beberapa generasi dari pemerintahan
dinasti mereka sebelum mereka jatuh. Tetapi kepastian dari Alkitab adalah
bahwa orang fasik akan dihakimi secara “tiba-tiba” dan “menyeluruh.”117

Kapan waktunya orang-orang fasik akan hancur tidaklah penting bagi pemazmur,
tetapi yang lebih penting adalah mengetahui bahwa mereka pasti akan hancur dan
kehancurannya terjadi secara tiba-tiba. Kehancuran orang-orang fasik disebabkan oleh
karena kengerian. Kata tohL*B^ (B^L*hot) yang artinya “kengerian, teror”118
merupakan suatu ekspresi dari kematian yang dalam Ayub 18:14 dipersonifikasikan

113
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 325.
114
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 361-62.
115
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
116
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 333.
117
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:481.
118
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 117.
53
119
sebagai “raja kengerian.” Dahood menjelaskan bahwa kata ini merupakan suatu
tanda puisi untuk tempat berdiamnya kematian, suatu tempat dari ketakutan dan
kekacauan.120 Jadi semua jenis kengerian atau kesulitan akan mendekati orang-orang
fasik dan pada akhirnya kematian itu sendiri yang akan mereka alami.
Ketiga, akhir hidup orang fasik akan dilupakan Tuhan (Mzm. 73:20).
Hidup orang fasik digambarkan seperti mimpi yang mempunyai arti nyata ketika
seseorang tidur, tetapi ketika bangun rupa mereka dalam mimpi itu akan hilang dan
dilupakan. Kata <m*l=x^ (x^lm*m) berasal dari kata <l#x# (x#l#m) yang artinya
”bayangan, bentuk tanpa substansi.”121 Hidup orang fasik hanya seperti bayang-
bayang semu belaka. Bahkan Allah memandang bayangan mereka hina atau rendah.
Oleh sebab itu Willem A. VanGemeren menganggap orang fasik seperti “hantu atau
setan” yang hari ini ada dan besok pergi.122 Allah akan melupakan hidup orang-orang
fasik. Di sini Asaf juga diingatkan bahwa kemakmuran orang-orang fasik hanya
sesaat karena kemakmuran mereka tidak lain dari sebuah mimpi dan akhir masa depan
mereka adalah suatu realitas yang menakutkan. Allah akan memandang hina orang
fasik dan Ia akan menghakimi mereka.

Keadaan Orang Benar yang Makmur


(Mazmur 73:21-26)

Pemazmur bukan saja mendapatkan jawaban Allah tentang keadaan orang


fasik, tetapi ia juga mendapatkan jawaban mengenai keadaan hidup orang benar. Asaf
sekarang memandang keadaanya sendiri dalam suatu pandangan yang sama sekali
berbeda, yaitu dari perspektif ilahi. Pertama-tama ia mengawalinya dengan suatu
evaluasi terhadap reaksinya selama ini tentang kemakmuran orang-orang fasik (Mzm.
73:21-22) dan kemudian dilanjutkan dengan kebenaran tentang kemakmuran yang
sejati bagi orang benar (Mzm. 73:23-26). Pemakaian kata ganti orang pertama tunggal
“aku” menandai pergantian subyek utama pembicaraan dari orang fasik kepada orang
benar atau pemazmur. Pemazmur telah dipengaruhi secara mendalam oleh
kecemburuan dan kesedihannya. Oleh sebab itu dia mengawalinya dengan suatu
evaluasi pribadi.

Evaluasi Terhadap Reaksi Orang Benar (Mazmur 73:21-22)

Pada bagian sebelumnya (Mzm. 73:13-17) pemazmur telah menyatakan


reaksinya terhadap kemakmuran orang-orang fasik. Asaf telah meragukan nilai-nilai
kerohanian yang selama ini ia pegang dan praktekkan (Mzm. 73:13-14). Bahkan dia
juga berhasrat untuk mengikuti jalan hidup orang fasik (Mzm. 73:15). Tetapi
sekarang, setelah pemazmur diubahkan perspektifnya oleh Allah, ia mengevaluasi apa

119
Tate, Psalms 51-100, Word Biblical Commentary, 229; bnd. VanGemeren, “Psalms,”
dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:481.
120
Dahood, The Anchor Bible : Psalms II 51-100, 193.

121
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 306.
122
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:481.
54
yang telah dia ungkapkan selama ini. Ada tiga ungkapan yang menggambarkan
evaluasi pemazmur terhadap reaksinya tersebut.
Pertama, “hatiku menjadi sakit.” Kemunculan kembali kata kunci dalam
mazmur ini, yaitu bb*l@ (l@b*b) yang diterjemahkan dengan “hati,” mengingatkan
bahwa dasar permasalahan pemazmur adalah masalah hati dan sekarang ia akui secara
terbuka. Kata JM@j^ty= ! (y!tj^M@J) berasal dari akar kata Jm@j* (j*m@J) yang dalam
bentuk Hithpael artinya ”pahit, menyakitkan hati.”123 Bentuk Hithpael hanya muncul
di ayat ini dan mengekspresikan tindakan refleksif di mana subyek berbuat atas
dirinya sendiri. Jadi pemazmur merasakan sakit hati yang disebabkan karena
kecemburuan-nya sendiri.124 Pemazmur mengakui rasa sakit hatinya yang mendalam
itu.
Kedua, “jiwaku terasa sakit.” Kata /n`oTv=a# (a#vTon*n) berasal dari kata
/n~v* (v*n^n) yang dalam bentuk Hithpolel mempunyai arti “merasa tertusuk dengan
tajam.”125 Marvin E. Tate menjelaskan bahwa kata ini merupakan sebuah metafora
bagi penderitaan yang mendalam. Oleh sebab itu penulis menterjemahkannya dengan
“sedih.” Selanjutnya, hati dan jiwa ini menyatakan diri pemazmur yang di dalam.126
Hati dan jiwa pemazmur menjadi sakit dan sedih karena kecemburuannya terhadap
kemakmuran orang-orang fasik. Robert L. Deffinbaugh menjelaskan bagian ini
dengan mengatakan bahwa protes Asaf di ayat 13-14 didasarkan atas asumsi yang
keliru bahwa meskipun orang-orang fasik yang kaya adalah jahat, ia benar. Hanya
seseorang yang merasa benar dapat memberikan alasan seperti di ayat 13. Kemudian,
jika yang makmur jahat dan selayaknya dihukum, maka dia yang adalah benar sudah
selayaknya makmur.127 Tetapi yang terjadi tidak demikian. Inilah yang membuat
pemazmur sakit hati dan sedih jiwanya.
Ketiga, “aku bodoh dan tidak tahu.” Asaf merasa bodoh (Ibr. ru^b,^ b^u^r)
dan tidak tahu (Ibr. ud*a@ al), l) a@d*u), bahkan ia menggambarkan dirinya seperti
binatang (Ibr. tomh@B=, B=h@mot) di hadapan Allah. Pemazmur merasa seperti ini
karena tadinya ia berpikir bahwa orang-orang fasik akan lolos dengan dosa mereka
dan di sana akan menjadi hari tanpa pembalasan. Ketika dia dibaharui perspektifnya
oleh Allah, ia merasa betapa bodoh dirinya dengan menyimpulkan bahwa Allah
sedang menghukum dia untuk menghindari jalan-jalan orang fasik yang penuh dengan
dosa. Pemazmur juga merasa bodoh karena selama ini ia menganggap dirinya lebih
benar dan saleh dibanding orang-orang fasik, tetapi ketika dia menyembah Allah
dalam bait suci, ia dipaksa untuk memandang dirinya dalam perbandingan dengan
Allah.128 Perasaan bodohnya juga disebabkan karena ia tidak dapat memahami jalan
Tuhan karena setiap pengertian adalah sekaligus ketidakmengertian.

123
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 109.
124
Carl Reed dan Johny Y. Sedi, Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani III Grammar dan Sintaks,
Juni 2004, 45.
125
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 379.
126
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:482.
127
Deffinbaugh, “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of Sinners,”
dalam A Psalm for All Seasons: Studies in the Book of Psalms, online: http://www.bible.org.
128
Ibid.
55
Kemakmuran Sejati Orang Benar (Mazmur 73:23-26)

Setelah pemazmur mengevaluasi reaksinya terhadap kemakmuran orang-


orang fasik, ia dibukakan dengan kebenaran tentang kemakmuran sejati orang-orang
benar. Mulai bagian ini, subyek utama pembicaraan di sini adalah pemazmur dan
Allahnya. Penyingkapan kebenaran tentang kemakmuran sejati orang benar ini
diawali dengan adanya kerinduan yang besar dari pemazmur untuk berada dekat
dengan Allahnya (Mzm. 73:23a). Meskipun Asaf merasa sakit hati dan sedih jiwanya,
bahkan bodoh dan tidak tahu apa-apa, tetapi ia ingin selalu dekat dengan Allahnya.
Kerinduan ini dinyatakan dengan pengulangan kata EM*u! (u!M*k) yang artinya
“denganMu” sebanyak dua kali, yaitu di ayat 23 dan 25. Willem A. VanGemeren
menjelaskan bahwa kata ini menyatakan “sukacita pemazmur akan persekutuan
dengan Allah.”129
Kemakmuran sejati orang-orang benar ini kemudian dijelaskan berbeda
sama sekali dengan kemakmuran orang-orang fasik. Jika kemakmuran orang-orang
fasik lebih kepada hal yang sifatnya materi dan jasmani, maka kemakmuran bagi
orang-orang benar adalah kedekatan Allah dengan orang benar. Kemakmuran sejati
orang-orang benar dinyatakan dalam beberapa istilah penting yang menggambarkan
perlindungan dan tuntunan Allah terhadap orang benar. Pertama, Allah melindungi
pemazmur dengan memegang tangan kanannya (Mzm. 73:23). Kata ”memegang”
berasal dari kata Ibrani T*z=j^a* (a*j^z=T*) yang berasal dari akar kata zj^a* (a*j^z)
artinya ”memegang.”130 Bentuk perfek kata ini menunjukkan bahwa selama ini Allah
telah melindungi pemazmur meskipun ia merasa seolah-olah tidak diperhatikan dan
tidak diperlakukan adil oleh Allah. Asaf baru menyadari fakta perlindungan Allah
yang digambarkannya dengan istilah ”memegang tanganku” karena sebelum ini
perspektifnya dibutakan oleh kecemburuannya terhadap orang-orang fasik. Dia tidak
bisa memahami betapa Allah dengan setia melindunginya agar tidak terjatuh dalam
kecemburuannya dengan mengikuti cara hidup orang-orang fasik.
Kedua, Allah akan menuntun pemazmur (Mzm. 73:24a). Dalam kaitannya
dengan ayat 24, bentuk imperfek kata yn!j@nt = ^ (t^nj@n') yang artinya menuntun
menunjukkan penyertaan Allah yang sedang dan akan dinyatakan kepada pemazmur
mulai saat ini sampai seterusnya. Pernyataan dalam ayat 24a juga merupakan
keyakinan iman pemazmur setelah dalam ayat sebelumnya (Mzm. 73:23b) dia
dibukakan oleh Allah akan fakta perlindunganNya. Tuntunan Allah kepada pemazmur
dinyatakan dalam nasehatNya.
Ketiga, Allah akan membawa pemazmur dalam kemuliaan (Mzm. 73:24b).
Kata ”membawa” berasal dari kata Ibrani yn!j@QT * ! (T!Q*j@n]) dari akar kata jq^l*
(l*q^j). Harus diakui bahwa ada masalah dalam memahami arti dari ayat 24b ini.
Robert B. Chisholm mengemukakan bahwa ada dua pilihan tafsiran untuk ayat
tersebut. Pertama, pernyataan dalam ayat 24b bisa dianggap sebagai keterangan
bagaimana pemazmur dibawa masuk ke hadirat Allah di surga menyusul
kehidupannya di bumi. Sedangkan tafsiran yang kedua mengatakan bahwa pemazmur
sedang menerangkan kemampuan Allah dalam melindungi dia sewaktu terjadi

129
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:482.
130
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 28.
56
131
malapetaka yang akan membinasakan orang fasik. Dalam tafsiran yang kedua ini,
kata dobK* (K*bod) yang artinya ”kemuliaan” mengandung pengertian ”kehormatan.”
Berbeda dengan orang-orang fasik yang binasa karena penghakiman, pemazmur yakin
tangan Allah yang penuh perlindungan akan menuntunnya ke satu tempat terhormat.
Penulis dalam hal ini memegang arti yang kedua karena arti ini lebih memungkinkan
menurut konteks Mazmur 73.
Keempat, Allah memberikan ketabahan dari dalam (Mzm. 73:26b, “batu
karang hatiku”). Kata ini diterjemahkan secara beragam oleh para sarjana maupun
dalam terjemahan Alkitab. Meskipun demikian arti literalnya masih dapat dipahami,
oleh sebab itu tetap dipertahankan dalam penterjemahannya. Allah digambarkan
sebagai batu karang hati pemazmur yang memberikan ketabahan di saat-saat
kesulitan. Ini juga menunjukkan perlindungan Allah bagi pemazmur di saat
penderitaannya. Kelima, Allah menyediakan seluruh kebutuhan pemazmur (Maz.
73:26b, “bagianku”). Allah bukan saja memberikan ketabahan di saat-saat pemazmur
mengalami kesusahan, tetapi Dia juga menyediakan seluruh kebutuhan yang
diperlukan oleh pemazmur dengan kata ”bagianku.” Inilah kemakmuran sejati bagi
orang-orang benar. Kemakmurannya tidak semata-mata bersifat materi dan jasmani,
tetapi kemakmurannya adalah ketika Allah dekat dengan orang benar dan campur
tangan dalam hidup ini.

Reorientasi terhadap Kebaikan Allah


(Mazmur 73:27-28)

Jawaban Allah kepada pemazmur bukan saja tentang keadaan orang fasik
dan keadaan orang benar saja, tetapi orientasinya akan kebaikan Allah juga dibaharui.
Jika sebelumnya pemazmur mempunyai definisi yang salah tentang kebaikan Allah,
maka sekarang ia mempunyai definisi yang baru tentang kebaikan Allah yang jauh
lebih dalam. Diawali dengan kesimpulan mengenai akhir hidup dari orang-orang
fasik, pemazmur dengan tegas mengatakan bahwa siapa saja yang hidupnya
menyimpang dari jalan Allah akan mengalami kebinasaan. Allah sendiri yang akan
membinasakan mereka yang berzinah dari Dia. Kata seru (hN}h,! h!N@h) muncul
kembali pada ayat 27 sama seperti pada ayat 12. Kata (hN}h,! h!N@h) ini mempunyai
fungsi untuk memberikan perhatian khusus.132 Asaf memfokuskan perhatiannya
kepada akibat dari cara hidup orang-orang fasik. Ini berbeda sama sekali dengan ayat
12, di mana Asaf memfokuskan perhatiannya kepada cara hidup orang-orang fasik.
Akibat dari cara hidup orang-orang fasik yang disebut ”menyimpang” (lit.
”jauh”) digambarkan melalui dua kata. Pertama, ”akan binasa.” Kata Wdb@ay)
133

(y)ab@dW) berasal dari kata db^a* (a*b^d) yang artinya ”binasa.”134 Bentuk imperfek

131
Robert B. Chisholm, Jr., “Teologi Kitab Mazmur,” dalam A Biblical Theology of the
Old Testament, peny. Roy B. Zuck, pen. Suhadi Yeremia (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2005), 512-
13.
132
Weber, “hN}h!,” dalam Theological Wordbook of the Old Testament, 1:506.
133
Kata ;yq#j@r= (r=j@q#y:*) merupakan kata sifat yang berfungsi substantif, yaitu sebagai
kata benda. Kata ini berasal dari kata qj^r* (r*j^q) yang artinya “menjadi jauh.” Dalam bentuk kata
sifatnya, kata ini dapat berarti “menyimpang.” Selidiki Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic
Lexicon, 338 dan Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 935.
134
Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 1.
57
kata ini menunjukkan akhir dari hidup orang-orang fasik yang sedang dan akan
binasa. Ini juga menunjukkan pengharapan pemazmur akan akhir hidup orang fasik.
Willem A. VanGemeren menegaskan hal ini juga dengan mengatakan :

Dalam antisipasi tentang tindakan adil Allah, pemazmur menyatakan


harapannya kepada Allahnya dalam lagu. Dia berharap dalam akhir hidup
orang fasik. Mereka harus binasa sebaba mereka ”tidak beriman” kepada
Allah. Penghakiman mereka adalah dasarnya, tidak hanya atas kegagalan
mereka untuk menyatakan imannya pada Allah, tetapi juga atas hidup mereka
yang tanpa moral dan tanpa hukum.135

Kedua, ”Engkau telah memusnahkan.” Kata hT*m^xh = ! (h!x=m^T*h) berasal dari kata
tm^x* (x*m^t) yang artinya ”menaruh suatu akhir, memusnahkan, menghilangkan atau
melenyapkan.”136 Bentuk hiphil kata hT*mx ^ h
= ! (h!x=m^T*h) mempunyai fungsi kausatif
137
atau menyebabkan sesuatu. Jadi kata ”memusnahkan” menunjukkan bahwa
Allahlah yang menyebabkan orang-orang fasik musnah. Sedangkan bentuk perfek
kata tersebut berfungsi menyatakan tindakan yang telah selesai atau lengkap.138
Artinya bahwa tindakan Allah untuk memusnahkan orang-orang fasik telah selesai.
Penulis memahaminya sebagai ketetapan Allah untuk menghukum orang-orang yang
berhubungan dengan ilah-ilah lain.139 Dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan
bahwa akibat dari cara hidup orang fasik yang menyimpang adalah kebinasaan.
Kebinasaan itu sedang dan akan melanda mereka karena Allah telah menetapkan
mereka yang menyimpang untuk binasa.
Sekarang pemazmur memahami kebaikan Allah dengan cara yang sangat
berbeda dari ayat 1. Ini di awali dengan kemunculan kembali kata yn!a&w~ (w^a&n')
seperti pada ayat 2, 22, dan 23. Kata ini memperkenalkan dan menegaskan perspektif
dan komitmen pemazmur yang dibaharui. Perspektifnya dinyatakan dalam frase bof-
yl! <yh!l)a$ tb^rq
& ! (q!r&b^t a$l)h'm l'-fob) yang artinya “dekat Allah adalah baik.”
Perspektifnya tentang kebaikan Allah telah dibaharui oleh Tuhan. Ia mempunyai
definisi yang baru untuk kata “baik.” Jika dalam ayat 1 kata “baik” sesungguhnya
berarti ketidakhadiran dari kesakitan, kesulitan, masalah, dukacita, sakit dan sehat,
atau kemiskinan, maka dalam ayat 28 kata”baik” berarti sesuatu yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan kemakmuran secara fisik. Bagi pemazmur kedekatan Allah,
yaitu persekutuan dengan Allah yang mendalam, adalah kebaikan yang tertinggi.
Pembaharuan perspektifnya tentang kebaikan Allah menghasilkan
komitmen yang baru kepada Allah. Komitmen tersebut dinyatakan dalam 2 frase.

135
VanGemeren, “Psalms,” dalam The Expositor’s Bible Commentary, 5:483.
136
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 856; bnd. Holladay, A
Concise Hebrew and Aramaic Lexicon, 307.
137
Reed dan Sedi, Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani III, 44.
138
Ibid., 49.
139
Kata “berzinah” diterjemahkan dari kata hn#oz (zon#h) dari hn*z* (z*n*h) yang secara
literal berarti “berbuat zinah atau menjadi seorang wanita sundal.” Pada ayat 27, kata ini mempunyai
pengertian figuratif yaitu “berhubungan dengan ilah-ilah lain.” Selidiki Brown, Driver, and Briggs, A
Hebrew and English Lexicon, 275-76.
58
Pertama, “aku menempatkan Tuhan ALLAH [sebagai] tempat perlindunganku.” Kata
tyv! (v't) kembali muncul dalam ayat ini140 yang menerangkan komitmen Asaf untuk
menjadikan Tuhan ALLAH sebagai tempat perlindungannya. Kata ys!j=m^ (m^j=s')
secara literal berarti “tempat perlindunganku.”141 Kata benda ini muncul 20 kali dalam
Perjanjian Lama dan menggambarkan Yahweh sebagai tempat perlindungan bagi
orang benar. Kata ini seringkali menekankan sifat yang pasti dan komprehensif dari
kemampuan Allah untuk melindungi umatNya.142 Kedua, “aku menceritakan segala
pekerjaanMu.” Komitmen pemazmur yang kedua adalah menceritakan segala
pekerjaan Allah. Pemazmur ingin menyaksikan pekerjaan Allah yang tersembunyi,
dalam dan besar itu kepada orang lain. Ini mengingatkan setiap orang percaya untuk
senantiasa menyaksikan karya Allah dalam hidup ini kepada setiap orang agar nama
Tuhan dipuji dan dimuliakan.

Kesimpulan
Pergumulan orang benar tentang kemakmuran orang fasik merupakan
pergumulan manusia di sepanjang zaman. Pemazmur yang adalah seorang hamba
Tuhan di bait suci diperhadapkan dengan pergumulan yang menggoncangkan
imannya. Permasalahan yang dihadapinya berangkat dari hasil observasi pribadi
terhadap kehidupan orang fasik yang makmur. Di satu sisi dia yakin bahwa Allahnya
adalah Allah yang baik. Tetapi di sisi lain dia melihat bahwa sepertinya orang fasik
dengan cara hidupnya yang dipenuhi dengan kejahatan dan kepopuleran menjadi
makmur atau sejahtera. Sedangkan pemazmur yang berusaha untuk hidup kudus
sepertinya tidak pernah lepas dari hukuman. Akar permasalahan pemazmur
sebenarnya terletak di dalam hatinya. Dia merasa cemburu melihat keadaan orang
fasik yang menjadi sejahtera atau makmur dengan cara-cara hidupnya yang jahat.
Apalagi pemazmur melihat ada anggota-anggota dari umat Allah yang berbondong-
bondong mengikuti cara hidup orang fasik. Orang fasik dengan jalan-jalannya yang
jahat menjadi sangat popular dan hal ini sangat menyakitkan hati pemazmur. Oleh
sebab itu dia merasa sepertinya keadaan berlangsung dengan keliru.
Berangkat dari kecemburuannya itu pemazmur mulai meragukan apa yang
selama ini telah ia pertahankan baik secara prinsip maupun praktek. Pemazmur mulai
meragukan nilai-nilai kerohaniannya. Bagi dia sepertinya sia-sia saja menjaga
kekudusan hidup ini. Kemudian pemazmur mulai mempertimbangkan untuk
mengikuti cara hidup orang fasik dan meninggalkan Tuhan. Tetapi ia sadar bahwa
bila melakukan hal tersebut maka akan mengkhianati keturunan Israel. Tetapi di satu
sisi ketika dia mencoba untuk mengerti jalan-jalan Allah, itu menjadi kesulitan bagi
dia. Meskipun demikian pemazmur telah terbuka kepada Allah. Oleh sebab itu dia
membawa pergumulannya kepada Tuhan dalam tempat kudusNya. Dari situlah dia
mendapat jawabannya. Dia tahu bahwa akhir hidup orang fasik sangat menyedihkan
dan bahwa kemakmuran yang sejati hanya ada dalam persekutuan yang intim dengan

140
Kemunculan kata tyv! (v't) yang lain terdapat dalam ayat 6, 9, dan 18. Kata tyv! (v't)
secara literal berarti “meletakkan, memasang, menempatkan, menetapkan.” Penulis memilih kata
“menempatkan” untuk menterjemahkan kata tyv! (v't).
141
Brown, Driver, and Briggs, A Hebrew and English Lexicon, 340.
142
Andrew E. Hill, “hsj” dalam New International Dictionary of Old Testament Theology
and Exegesis, pen. Willem A. VanGemeren (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997),
2:219.
59
Allah. Sekarang, pengertiannya tentang kebaikan Allah dibaharui melalui perubahan
perspektif yang dikerjakan oleh Allah dalam persekutuannya dengan Allah.
BAB VI

GARIS BESAR KHOTBAH MAZMUR 73

Iman Yang Hidup Di Tengah Krisis Kehidupan

Pendahuluan

Dalam perjalanan hidup orang Kristen ada saat-saat dimana ia


diperhadapkan pada situasi yang sulit dan membingungkan. Di saat-saat seperti itulah
iman orang percaya diuji dan dibuktikan. Apakah imannya itu hidup atau hanya
sekedar percaya saja tetapi tidak terbukti dalam perbuatan.

Garis Besar Khotbah

Melalui mazmur Asaf ini, ada tiga ciri iman yang hidup ditengah-tengah
berbagai krisis kehidupan :

I. Iman yang Hidup Senantiasa Memiliki Dinamika (Mzm. 73:1-16)


A. Pemazmur menjalani hidup sehari-hari dengan keyakinan awal bahwa
Allahnya adalah baik. Kata “sesungguhnya” (Mzm. 73:1) menunjukkan
pernyataan iman pemazmur bahwa Allah adalah baik. Kebaikan Allah secara
spesifik ditujukan kepada setiap orang percaya (“Israel”) khususnya kepada
mereka yang memiliki hati yang bersih.
B. Tetapi di tengah-tengah perjalanan hidupnya, pemazmur menhadapi kesulitan.
Kata “tetapi aku” (Mzm. 73:2) menunjukkan bahwa ditengah-tengah
keyakinan imannya, pemazmur tetap menghadapi pergumulan hidup.
Pergumulan pemazmur dijelaskan secara panjang lebar dalam ayat 2-16.
“Hati” menjadi permasalahan utama dalam pergumulannya tersebut, karena
dia merasa cemburu dengan kemakmuran orang fasik. Disinilah letak
dinamika dari iman tersebut. Iman yang hidup akan diuji agar lebih murni lagi.
Terkadang orang percaya diperhadapkan kepada situasi yang membuat ia
menjadi sangat bimbang.

II. Iman yang Hidup Mendapat Jawabannya dalam Persekutuan Pribadi dengan Allah
(Mzm. 73:17-27)
A. Kata “sampai” (Mzm. 73:17) menunjukkan jangka waktu masa-masa
pergumulannya sampai ia mendapatkan jawabannya. Permazmur bergumul
tentang keadaannya dibandingkan dengan keadaan hidup orang fasik sampai
dia dibukakan perspektifnya oleh Allah. Terkadang perlu waktu untuk
60
61
mendapatkan apa yang menjadi kehendak Tuhan atas pergumulan ini. Pada
akhirnya pemazmur mendapatkan jawaban atas pergumulannya dari Allah.
Kata “sampai” juga menunjukkan bahwa pemazmur mendapatkan jawaban
dari pergumulannya dalam persekutuan secara pribadi dengan Allah (kata
“tempat kudus Allah”).
B. Jawaban dari pergumulannya ditunjukkan dengan kata “sesungguhnya” (Mzm.
73:18) dan “perhatikan” (Mzm. 73:27) yang menegaskan bahwa akhir hidup
orang-orang fasik sudah ditetapkan oleh Allah, yaitu kepada kehancuran
(Mzm. 73:18-20). Sedangkan hidup orang benar ada dalam penyertaan Tuhan
(Mzm. 73:21-26). Perspekti orang percaya dibaharui oleh Tuhan ketika dia
memperhadapkan segala sesuatunya kepada Tuhan dalam persekutuan dengan
Dia.

III. Iman yang Hidup Menghasilkan Komitmen yang senantiasa Baru (Mzm. 73:28)
A. Pembaharuan perspektif yang dikerjakan oleh Tuhan dalam hidup orang benar
membawa komitmen yang baru. Pertama, bagi pemazmur yang terbaik adalah
dekat kepada Allah. Frase “Tetapi aku, dekat Allah adalah baik” menunjukkan
bahwa kebaikan Allah bagi orang percaya bukan sekedar kemakmuran semata.
Tetapi lebih daripada itu adalah kedekatan dan penyertaan Tuhan dalam
hidupnya.
B. Kedua, Frase “aku menempatkan Tuhan Allah [sebagai] tempat
perlindunganku” menunjukkan komitmen yang baru dari pemazmur untuk
lebih dekat kepada Allah dan menceritakan segala karya-Nya. Pemazmur (dan
juga orang benar) mengambil komitmen untuk senantiasa menyaksikan karya
Allah dalam hidupnya kepada setiap orang.

Penerapan

1. Orang Kristen perlu menyadari bahwa menjadi orang percaya tidak otomatis
terlepas dari kesulitan atau pergumulan.
2. Di tengah-tengah kesulitannya, orang Kristen perlu memelihara bahkan
meningkatkan persekutuan secara pribadi dengan Tuhannya.
3. Ambillah keputusan untuk berdekat, berserah, dan bersandar kepada Tuhan
dalam menjalani kehidupan ini.
KEPUSTAKAAN

Buku

Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1974.

Barnes, Albert. Barnes’ Notes: Notes on the Old Testament. Grand Rapids: Baker
Book House, 1993.

Barth, Marie Claire dan B.A. Pareira. Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Briggs, Charles Augustus dan Emilie Grace Briggs. A Critical and Exegetical
Commentary on the Book of Psalms. Dalam The International Critical
Commentary. Edinburgh: T & T. Clark, 1906.

Brown, Francis, S.R. Driver, and Charles A. Briggs. A Hebrew and English Lexicon
of the Old Testament. Oxford: Clarendon Press, 1906.

Brueggemann, Walter. “Bounded by Obedience and Praise: The Psalms as Canon.”


Journal for the Study of the Old Testament 50 (1991): 81.

Bullock, C. Hassell. Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh


Suhadi Yeremia Malang: Penerbit Gandum Mas, 2003.

Chisholm, Robert B. “Teologi Kitab Mazmur.” Dalam A Biblical Theology of the Old
Testament. Disunting oleh Roy B. Zuck. Diterjemahkan oleh Suhadi Yeremia.
Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2005.

Clifford, Richard J. “Introduction to Wisdom Literature.” Dalam The New


Interpreter’s Bible. Nashville: Abingdon Press, 1997.

Cohen, A. Cohen. The Psalms: Hebrew Text, English Translation with an


Introduction and Commentary. London: Soncino Press, 1985.

The Complete Who’s Who in the Bible. Disunting oleh Paul D. Gardner. Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1995.

Craigie, Peter C. Psalms 1-50, Word Biblical Commentary. Waco, Texas: Word
Books, 1983.

62
63
Crenshaw, James L. Old Testament Wisdom: An Introduction. Atlanta: John Knox,
1981.

________. The Psalms : An Introduction. Grand Rapids: William B. Eerdmans


Publishing Company, 2001.

Dahood, Mitchel, The Anchor Bible : Psalms II 51-100. Garden City, NY: Doubleday
& Company, 1968.

Delitzsch F. Psalms, Commentary on the Old Testament in Ten Volumes.


Diterjemahkan oleh James Martin. Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1955.

Free, Joseph P. dan Howard F. Vos. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2001.

Goulder, Michael D. “The Psalms of Asaph and The Pentateuch.” Dalam Journal for
the Study of the Old Testament Supplement Series 233. Sheffield: Sheffield
Academic Press, 1996.

Hill, Andrew E. dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Diterjemahkan oleh
Gandum Mas. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2004.

Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament.
Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988.

Kaiser, Walter C. Teologi Perjanjian Lama. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas,
2000.

Kautzsch, E. Gesenius’ Hebrew Grammar. Disunting oleh A.E. Cowley. Oxford:


Clarendon Press, 1910.

Kidner, Derek. Psalms 73-150: A Commentary on Books III-V of the Psalms. Tyndal
Old Testament Commentaries. Downers Grove, Illinois: Inter-Varsity Press,
1975.

________. The Proverbs: An Introduction and Commentary. Tyndale Old Testament


Commentaries. Downers Grove: InterVarsity, 1964.

LaSor, W.S., D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan
Nubuat. Diterjemahkan oleh Lisda Tirtapraja Gamadi dan Lily W. Tjiputra.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.

Leupold, H. C. Exposition of Psalms. Grand Rapids: Baker Book House, 1969.

Longman III, Tremper. Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur? Diterjemahkan oleh


Cornelius Kuswanto. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1994.
64
McCann Jr., J. Clinton. “The Book of Psalms: Introduction, Commentary, and
Reflections.” Dalam The New Interpreter’s Bible. Nashville: Abingdon Press,
1996.

Murphy, Roland E. Old Testament Reading Guide: Introduction to the Wisdom


Literature of the Old Testament. Collegeville, Minnesota: The Liturgical
Press, 1965.

Ross, Allen P. “Psalms.” Dalam The Bible Knowledge Commentary. Disunting oleh
John F. Walvoord dan Roy B. Zuck. Dallas: Victor Books, 1985.

________. “Psalms.” Dalam Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh Frank E.


Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1991.

Rowley, H. H. Ibadat Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

Stuart, Douglas. Eksegese Perjanjian Lama Malang: Gandum Mas, 1997.

Towns, Elmer L. Nama-nama Allah: Mengungkapkan Rahasia Nama-nama Allah


dalam Perjanjian Lama untuk Menolong Anda Mengenal DIA secara Lebih
Mendalam. Diterjemahkan oleh Lee Roy Robertson dan Hariyono.
Yogyakarta: Penerbit ANDI, 1995.

VanGemeren, Willem A. “Psalms.” Dalam The Expositor’s Bible Commentary.


Disunting secara umum oleh Frank E. Gaebelein. Vol. 1-5. Grand Rapids:
Zondervan Publishing House, 1991.

Waltke, Bruce K. dan M. O’Connor, An Introduction to Biblical Hebrew Syntax.


Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990.

Williams, Ronald J. Hebrew Syntax: An Outline. Toronto: University of Toronto


Press, 1976.

Zuck, Roy B. “Teologi Kitab-kitab Hikmat dan Kidung Agung.” Dalam A Biblical
Theology of the Old Testament. Disunting oleh Roy B. Zuck, Diterjemahkan
oleh Suhadi Yeremia. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2005.

Artikel

Allen, Ronald B. “lm*u.* ” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.


Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

Archer, Gleason. “Heart.” Dalam Nelson’s Expository Dictionary of the Old


Testament. Disunting oleh Merril F. Unger dan William White. Nashville:
Thomas Nelson Publishers, 1980.
65
Bowling, Andrew. “bbl.” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.
Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer Jr., dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

Buber, Martin. “The Heart Determines: Psalm 73.” Dalam Issues in Religion and
Theology 4: Theodicy in the Old Testament. Disunting oleh James L.
Crenshaw. Philadelphia: Fortress, 1968.

Carr, G. Lloyd. “<olv*.” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.


Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

Coppes, Leonard J. “ll^h*.” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.


Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

________. “To Touch.” Dalam Nelson’s Expository Dictionary of the Old Testament.
Disunting oleh Merril F. Unger dan William White. Nashville: Thomas Nelson
Publishers, 1980.

Crenshaw, James L. “Wisdom in the OT.” Dalam The Interpreter’s Dictionary of the
Bible. Nashville: Abingdon, 1962.

Cross, Frank M. “la@.” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament. 6 vol.
Disunting oleh G. Johannes Botterweck dan Helmer Ringgren. Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1977.

Deffinbaugh, Bob. “Pain and the Presence of God (Psalm 73).” Dalam Messages for
Unique Funeral Situations. Online: http://www.bible.org. Diakses 19 Februari
2008.

________, Robert L. “Psalm 73: The Suffering of the Righteous and the Success of
Sinners.” Online: http://www.bible.org/. Diakses 22 September 2007.

________. “What Is a Psalm?” Online: http://www.bible.org/. Diakses 22 September


2007.

Goldberg, Louis. “/yB!.” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.


Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

________. “<k^j*.” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament. Disunting


oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer Jr., dan Bruce K. Waltke. Chicago:
Moody Press, 1980.

Hill, Andrew E. “hsj.” Dalam New International Dictionary of Old Testament


Theology and Exegesis. Disunting oleh Willem A. VanGemeren. Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.
66
Kalland, Earl S. “rr^B.* ” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.
Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

Lilley, J. P. U. “Asaf.” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Diterjemahkan oleh


Ny. M.Th. Sijabat-Runkat. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993.

Malin, David. “The Book of Psalms.” Online: http://www.bible.org. Diakses 19


Februari 2008.

McCann, J. Clinton , “Psalm 73: A Microcosm of Old Testament Theology.” Dalam


The Listening Heart: Essays in Wisdom and the Psalms in Honor of Roland E.
Murphy. Diterjemahkan oleh K.G. Hogland, E.F. Huwiler, J.T. Glass, R.W.
Lee, JSOTSup 58. Sheffield: JSOT, 1987.

Reuter E. “anq.” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament. Disunting oleh
G. Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef Fabry.
Diterjemahkan oleh David E. Green. Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1986.

Ringgren, Helmer. “/yB!.” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament.


Disunting oleh G. Johannes Botterweck dan Helmer Ringgren. Diterjemahkan
oleh John T. Willis. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing
Company, 1986.

________. “<yh!l)a$.” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament. Disunting


oleh G. Johannes Botterweck dan Helmer Ringgren. Grand Rapids: William
B. Eerdmans Publishing Company, 1977.

Ross, Allen P. “Eksegesis Perjanjian Lama.” Oonline: http://www.bible.org. Diakses


20 Februari 2008.

Schwienhorst L. “ug^n.` ” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament.


Disunting oleh G. Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef
Fabry. Diterjemahkan oleh David E. Green. Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1986.

Thomson, J. G. S. S. dan F.D. Kidner. “Mazmur.” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa


Kini. Disunting oleh J. D. Douglas. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
1995.

Tsumura, David Toshio. “<y!mv


^ *.” Dalam New International Dictionary of Old
Testament Theology & Exegesis. Disunting oleh Willem A. VanGemeren.
Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.
67
Vanoni G. “tyv!.” Dalam Theological Dictionary of the Old Testament. Disunting
oleh G. Johannes Botterweck, Helmer Ringgren, dan Heinz-Josef Fabry.
Diterjemahkan oleh Douglas W. Stott. Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1986.

Von Rad, Gerhard. “EIRENE.” Dalam Theological Dictionary of the New Testament.
Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1968.

Waltke, Bruce K. “Psalms: Theology of.” Dalam New International Dictionary of Old
Testament Theology and Exegesis. Disunting oleh Willem A. VanGemeren.
Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.

Watson, Wilfred G.E. “Classical Hebrew Poetry: A Guide to its Techniques.” Dalam
Journal for the Study of the Old Testament Supplement Series 26. Sheffield:
JSOT Press, 1984.

Weber, Carl Philip. “hN}h.! ” Dalam Theological Wordbook of the Old Testament.
Disunting oleh R. Laird Harris, Gleason L. Archer dan Bruce K. Waltke.
Chicago: Moody Press, 1980.

Wilson, Gerald H. “<kj.” Dalam New International Dictionary of Old Testament


Theology and Exegesis. Disunting oleh Willem A. VanGemeren. Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1997.

Diktat

Elefson, Todd. Diktat Kuliah, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung
Agung, 1998.

Reed, Carl dan Johny Y. Sedi. Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani III Grammar dan Sintaks,
Juni 2004.

Program Komputer

Longman III, Tremper. Form Criticism, Recent Developments in Genre Theory, and
the Evangelical. Logos Library System: The Theological Journal Library.
Garland, Texas: Galaxie Software. [CD-ROM]

Anda mungkin juga menyukai