Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sejak  dilahirkan hingga meninggal duina akan melalui sebuah
perjalanan yang panjang. Manusia akan melalui 7 tahap alam kehidupan sejak
kelahirannya sebelum akhirnya mendapat kemenangan berkesempatan bertemu
dengan Allah di surga atau terpuruk dilembah neraka.
Setiap tahap ditempuh dalam waktu yang berbeda-beda, mulai dari
hitungan beberapa bulan hingga ribuan tahun. Hidup manusia dimulai dari
alam ruh, waktu dimana Allah mengumpulkan semua ruh manusia yang akan
diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan dalam Al-Quran Surat Al-A’raf
ayat 173:
ُ $$$‫س‬$
$‫ت‬ $ْ $َ‫ ل‬$َ‫ أ‬$‫ ْم‬$‫ ِه‬$$$‫س‬$$ِ $ُ‫ ف‬$‫ ْن‬$َ‫ أ‬$‫ى‬$ٰ $َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ ْم‬$ُ‫ ه‬$‫ َد‬$َ‫ ه‬$$$‫ش‬$
$ْ $َ‫ أ‬$‫ َو‬$‫ ْم‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ت‬$َّ$‫ ي‬$ِّ$‫ ر‬$‫ ُذ‬$‫ ْم‬$‫ ِه‬$‫ ِر‬$‫ و‬$$$ُ$‫ ه‬$ُ‫ ظ‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ َم‬$‫ َد‬$‫ آ‬$‫ ي‬$ِ‫ ن‬$َ‫ ب‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ك‬ َ $ُّ$‫ ب‬$‫ر‬$َ $‫ َذ‬$$$َ$‫ خ‬$َ‫ أ‬$‫ ْذ‬$ِ‫ إ‬$‫َو‬
$‫ َن‬$‫ ي‬$ِ‫ ل‬$ِ‫ف‬$‫ ا‬$‫ َغ‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$َ‫ه‬$ٰ $‫ن‬$ْ $‫ َع‬$‫ ا‬$َّ‫ ن‬$‫ ُك‬$‫ ا‬$َّ‫ ن‬$ِ‫ إ‬$‫ ِة‬$‫ َم‬$‫ ا‬$َ‫ ي‬$ِ‫ ق‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ا‬$‫ و‬$ُ‫ل‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ن‬$ْ $َ‫ أ‬$ۛ $‫ ا‬$َ‫ ن‬$‫ ْد‬$‫ ِه‬$‫ َش‬$ۛ $‫ى‬$ٰ $َ‫ ل‬$َ‫ ب‬$‫ا‬$‫ و‬$ُ‫ل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$ۖ $‫م‬$ْ $‫ ُك‬$ِّ$‫ ب‬$‫ َر‬$ِ‫ب‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
Setelah ruh membuat kesaksian tentang Allah maka setelah itu satu
persatu ruh akan dihembuskan kedalam rahim seorang ibu, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Quran Surat Sajdah ayat 9:
$‫ ا‬$$$‫اًل َم‬$‫ ي‬$ِ‫ ل‬$َ‫ ق‬$ۚ $َ‫ ة‬$‫ َد‬$$$ِ‫ ئ‬$‫ ْف‬$َ ‫أْل‬$‫ ا‬$‫ َو‬$‫ َر‬$‫ ا‬$$‫ص‬$
$َ $‫ ْب‬$َ ‫أْل‬$‫ ا‬$‫ َو‬$‫ َع‬$‫ ْم‬$$‫س‬$ $َّ ‫ل‬$‫ ا‬$‫ ُم‬$‫ ُك‬$َ‫ ل‬$‫ل‬$َ $$$‫ َع‬$‫ َج‬$‫و‬$َ $ۖ $‫ ِه‬$$$‫ ِح‬$‫ و‬$‫ ُر‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ ِه‬$$‫ي‬$$ِ‫ ف‬$‫ َخ‬$َ‫ ف‬$َ‫ ن‬$‫ َو‬$ُ‫ه‬$‫ ا‬$َّ$‫ و‬$$‫س‬ $َ $‫ َّم‬$ُ‫ث‬
$‫ َن‬$‫ و‬$‫ ُر‬$‫ ُك‬$‫ ْش‬$َ‫ت‬
“Kemudian dibentukNya (janin dalam rahim) dan ditiupkan ke dalamnya
sebagian dari ruhNya.”
Setelah itu mulailah manusia memasuki tahap alam kedua dari perjalanan
hidupnya. Selama kurang lebih 9 bulan manusia menetap dalam rahim ibu dan
kemudian lahir ke dunia menjadi seorang bayi.
Setelah lahir ke dunia manusia mulai memasuki tahap ketiga dari
hidupnya. Manusia hidup di dunia dengan keberagaman umur, ada yang hidup
hanya beberapa saat, ada juga yang hidup puluhan tahun bahkan ada juga yang
lebih dari 100 tahun. Ditahap yang fana, tujuan utamanya adalah untuk
mengejar kebaikan bagi yang beriman dan berakal sehat, bagi yang tidak
beriman ia akan menumpuk-numpuk kejahatan.
Kematian seseorang adalah pemutus hubungan manusia dengan
kehidupan dunia. Selama dalam kubur, hanya akan ada amal baik atau buruk
yang akan setia menemani hingga di alam kubur. Kebaikan diyakini akan
membawa kebahagian dan ketentraman dialam kubur. Sebaliknya perbuatan
buruk diyakini akan membawa kesengsaraan dialam kubur.
Alam kubur atau yang sering disebut alam barzakh ini adalah masa
penantian akan datangnya alam kebangkitan. Alam kubur akan penuh
kesengsaraan bagi kaum pendosa namun penuh kebahagiaan bagi orang
beriman. Alam ini berakhir saat hari kiamat tiba.
Dari beberapa fase kehidupan di atas, salah satu diantaranya adalah alam
barzah/kubur, yang menarik perhatian pemakalah untuk membahas lebih detail
kehidupan alam barzah dalam perspektif al-qur'an.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang muncul oleh pemakalah
adalah :
1. Bagaimana sesungguhnya kehidupan alam barzah yang akan dilalui oleh
setiap jiwa manusia baik yang dalam keadaan beriman kepada Allah dan
yang tidak beriman kepada Allah SWT?
2. Mengapa ada konsep siksaan dalam alam barzah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Alam Barzah Bagi Orang Yang Beriman Kepada Allah SWT
dan Yang tidak Beriman Kepada Allah SWT
1. Kehidupan Alam Barzah Bagi Jiwa Yang Beriman Kepada Allah SWT
Barzakh secara bahasa berarti batas, dinding, atau jarak antara dua
hal yang menghalangi keduanya bertemu secara langsung.Hal ini seperti
disebutkan Alquran dalam surat ar rahman ayat 20 :
$‫ ِن‬$‫ ا‬$َ‫ ي‬$‫ ِغ‬$‫ ْب‬$َ‫ اَل ي‬$‫ ٌخ‬$‫ز‬$َ $‫ر‬$ْ $َ‫ ب‬$‫ ا‬$‫ َم‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ن‬$‫ ْي‬$َ‫ب‬
"Antara keduanya ada batas (barzakh) yang tidak dilampaui oleh masing-
masing.”
Secara istilah barzakh berarti batas dan pemisah antara kehidupan
dunia  dan akhirat. Yakni, alam yang dimulai sesaat setelah kematian dan
berakhir begitu tiba hari kiamat.Imam Ja’far Shadiq berkata, “Barzakh
adalah kubur (dimulai) dari hari kematian sampai hari kiamat.”Ini berarti,
selain alam dunia dan alam akhirat ada alam ketiga yang disebut dengan
alam barzakh, yaitu alam di mana ruh manusia bersemayam di sana
sesudah kematian hingga datang hari kiamat.
Alam barzakh adalah gerbang atau stasiun yang mesti dilalui oleh
setiap manusia yang meninggal dunia, baik dia dikubur dalam tanah
maupun tidak. Artinya, meskipun jasad seseorang hilang lenyap, hangus
terbakar menjadi abu, dimakan binatang buas maupun tenggelam di dasar
lautan, akan tetapi ruhnya tetap hidup dan mendapatkan kenikmatan dari
Allah, ataupun siksaan sebagai sebuah azab, atau juga tak mendapatkan
apa-apa. Semuanya tergantung pada amalnya selama hidup di dunia. Nabi
bersabda, “Kuburan dapat merupakan taman dari taman-taman surga atau
jurang dari jurangnya neraka” (H.R. Turmudzi). Jadi, jika manusia mati,
ia tidak akan memasuki alam akhirat langsung. Namun, ia akan singgah di
alam antara dunia dan akhirat yang bernama Barzakh.
Kehidupan barzakh adalah pengalaman yang disadari. Artinya,
kehidupan barzakh merupakan sejenis proses pemurnian yang
manamanusia yang memasuki alam barzakhini dibersihkan dari kotoran-
kotoran (dosa). Kehidupan barzakh merupakan tahap awal untuk melihat
dan memetik hasil-hasil amal yang ditanam selama hidup di dunia. Hanya
saja ada perbedaan kesadaran antara orang yang soleh dengan orang yang
salah. Dalam surat ArRum ayat 55 – 56 Allah berfirman :
( $‫ن‬$َ $‫ و‬$$‫ ُك‬$َ‫ ف‬$‫ؤ‬$ْ $ُ‫ ي‬$‫ا‬$‫ و‬$ُ‫ن‬$‫ ا‬$$‫ َك‬$‫ك‬ َ $ِ‫ ل‬$‫ َذ‬$‫ َك‬$‫ ٍة‬$‫ َع‬$‫ ا‬$‫ َس‬$‫ َر‬$‫ ْي‬$‫ َغ‬$‫ا‬$‫ و‬$ُ‫ ث‬$ِ‫ ب‬$َ‫ ل‬$‫ ا‬$‫ َم‬$‫ن‬$َ $‫ و‬$‫ ُم‬$‫ ِر‬$‫ج‬$ْ $‫ ُم‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ُم‬$‫ ِس‬$‫ ْق‬$ُ‫ ي‬$ُ‫ ة‬$‫ َع‬$‫ ا‬$َّ$‫س‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ُم‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫و‬$َ
$ِ‫ ث‬$‫ ْع‬$َ‫ ب‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫م‬$ِ $‫و‬$ْ $ $َ‫ ي‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$ِ ‫ هَّللا‬$‫ب‬ ِ $‫ ا‬$$َ‫ ت‬$‫ ِك‬$‫ ي‬$ِ‫ ف‬$‫ ْم‬$ُ‫ ت‬$‫ ْث‬$ِ‫ ب‬$َ‫ ل‬$‫ ْد‬$ $َ‫ ق‬$َ‫ ل‬$‫ن‬$َ $‫ ا‬$$‫ َم‬$‫ي‬$‫إل‬$‫ ا‬$‫ َو‬$‫ َم‬$‫ ْل‬$‫ ِع‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ا‬$‫ و‬$ $ُ‫ت‬$‫ و‬$ُ‫ أ‬$‫ن‬$َ $‫ ي‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$‫ل‬$َ $‫ ا‬$َ‫ ق‬$‫) َو‬55
)65( $‫ن‬$َ $‫ و‬$‫ ُم‬$َ‫ ل‬$‫ ْع‬$َ‫ اَل ت‬$‫ ْم‬$ُ‫ ت‬$‫ ْن‬$‫ ُك‬$‫ ْم‬$‫ ُك‬$َّ‫ ن‬$‫ ِك‬$َ‫ ل‬$‫ َو‬$‫ث‬ ِ $‫ ْع‬$َ‫ ب‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ُم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$َ‫ ه‬$َ‫ف‬
"Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa;
"mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti
demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-
orang yang kafir), "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam
kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari
berbangkit itu, tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya). Maka pada hari itu
tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur
mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi".
Alam barzakh merupakan tempat penyucian bagi orang-orang yang
beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat (tasfiyah).
Orang-orang beriman bila menghadapi saat kematian tidak sama dengan
orang-orang kafir ataupun orang yang berdosa besar. Pun kedudukan
orang-orang yang beriman bila dia berada di alam kubur atau alam barzakh,
tidak akan sama dengan keadaan orang-orang kufur atau orang-orang yang
berdosa besar. Sebenarnya ada kenikmatan dalam kubur atau dalam alam
barzakh yang diperolehi oleh roh-roh si mayyit dari kalangan orang yang
beriman.
1) Malaikat mencabut ruh dengan kasih sayang
Allah berfirman dalam surat al fajr ayat 27-30 :
$‫ ي‬$ِ‫ ف‬$‫ ي‬$ِ‫ ل‬$‫خ‬$ُ $‫ ْد‬$‫ ا‬$$$$َ‫ ف‬$. ً$‫ ة‬$َّ$‫ ي‬$$$‫ض‬
$ِ $‫ر‬$ْ $‫ً َم‬$‫ ة‬$َ‫ ي‬$$$‫ض‬$ $ِ ‫ ا‬$‫ر‬$َ $‫ك‬ ِ $ِّ$‫ ب‬$‫ َر‬$‫ى‬$ٰ $َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ي‬$‫ ِع‬$‫ ِج‬$‫ر‬$ْ $‫ ا‬$. $ُ‫ ة‬$َّ‫ ن‬$ِ‫ ئ‬$‫ َم‬$‫ط‬ْ $‫ ُم‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫س‬ $ُ $‫ ْف‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ا‬$$$$َ‫ ه‬$ُ‫ ت‬$َّ$‫ ي‬$َ‫ أ‬$‫ ا‬$$$$َ‫ي‬
$‫ ي‬$ِ‫ ت‬$َّ‫ ن‬$‫ج‬$َ $‫ ي‬$ِ‫ ل‬$‫ ُخ‬$‫ ْد‬$‫ ا‬$‫ َو‬$.$‫ ي‬$‫ ِد‬$‫ ا‬$َ‫ ب‬$‫ِع‬
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-
Ku, masuklah ke dalam surga-Ku".
Kenikmatan di alam barzakh sebenarnya telah mulai dirasakan
tatkala ia menghadapi sakaratul maut. Malaikat yang datang
menjemputnya mencabut nyawanya dengan penuh kasih sayang. Rohnya
dengan mudah berpisah dari jasadnya. Bau harum roh yang keluar dari
jasadnya tersebar merata, cuma baunya hanya dapat dirasakan oleh para
malaikat dan roh-roh yang suci.
Malaikat menghantarkan roh yang suci ini dari satu langit ke satu
langit lainnya. Setiap bertemu dengan para malaikat dilangit2 tersebut,
disanjung dengan ucapan kegembiraan. Setelah itu sampailah roh itu ke
hadrat TuhanNya dan Allah mengucapkan "Marhaban" dan seluroh
malaikat juga ikut mengucapnya. Lalu Allah berfirman: "Tunjukkanlah
hambaKu ini Syurga dengan bermacam2 kemuliaan dan kenikmatannya
yang bakal dinikmatinya nanti".

2) Dilapangkan kuburnya
Kenikmatan pertama yang akan didapatkan oleh seorang hamba
yang taat adalah dilapangkan kuburnya. Bahkan dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa luas kuburnya itu adalah tujuh puluh hasta. Terlebih
lagi apabila kuburannya tersebut dipenuhi oleh sesuatu yang berwarna
hijau, maka semakin bertambahlah kenikmatannya. Sebab warna hijau
melambangkan kesejukan dan kesegaran.

$َ‫ ع‬$‫ر‬$ْ $$$َ‫ ق‬$‫ ُع‬$‫ َم‬$$‫س‬$ $ْ $َ‫ ي‬$ُ‫ ه‬$َّ‫ ن‬$َ‫ أ‬$‫ى‬ َّ $‫ ت‬$$$‫ َح‬$ُ‫ ه‬$ُ‫ب‬$‫ ا‬$‫ح‬$َ $$‫ص‬$ $ْ $َ‫ أ‬$ُ‫ ه‬$$$‫ ْن‬$‫ َع‬$‫ى‬ َّ $‫ ل‬$‫و‬$َ $$َ$‫ ت‬$‫ َو‬$‫ ِه‬$‫ ِر‬$$ْ$‫ ب‬$َ‫ ق‬$‫ى‬ $ِ $‫ ف‬$‫ َع‬$$‫ض‬ $ِ $‫ ُو‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$ِ‫ إ‬$‫ َد‬$$ْ$‫ ب‬$‫ َع‬$‫ ل‬$‫ ْا‬$‫ َّن‬$ِ‫إ‬
$‫ ؟‬$‫ل‬$ِ $$ُ$‫ ج‬$َّ$‫ر‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$$َ$‫ ه‬$‫ى‬ $ِ $‫ ف‬$‫ ُل‬$‫و‬$ْ $$$ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$‫ ُك‬$‫ ا‬$$$‫ َم‬$: $ُ‫ ه‬$$$َ‫ ل‬$‫ال ِن‬ $َ $‫و‬$ْ $$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِه‬$$$ِ‫ن‬$‫ ا‬$‫ َد‬$‫ع‬$ِ $‫ ْق‬$ُ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِن‬$‫ ا‬$$$‫ َك‬$َ‫ ل‬$‫ َم‬$ُ‫ه‬$‫ ا‬$$َ$‫ ت‬$َ‫ أ‬$‫ ْم‬$‫ ِه‬$ِ‫ل‬$‫ ا‬$$$‫ َع‬$ِ‫ن‬
$‫ى‬َ $‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ر‬$ْ $$$$ُ‫ ظ‬$‫ ْن‬$‫ ا‬$: $‫ ُل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$ُ‫ ي‬$َ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$ُ‫ ل‬$‫و‬$ْ $‫ ُس‬$‫ َر‬$‫و‬$َ ‫هللا‬ $ِ $‫ ُد‬$‫ ْب‬$‫ َع‬$ُ‫ ه‬$َّ‫ ن‬$َ‫ أ‬$‫ ُد‬$َ‫ ه‬$‫ ْش‬$َ‫ أ‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ن‬$ُ $‫ ِم‬$‫ؤ‬$ْ $‫ ُـ‬$‫م‬$‫ ل‬$‫ ْا‬$‫ ا‬$‫ َّم‬$َ‫ أ‬$َ‫ ف‬$- $‫ ٍد‬$‫ َّم‬$‫ح‬$َ $‫ ُم‬$ِ‫ل‬$-
$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ح‬$ُ $‫ َس‬$‫ ْف‬$ُ‫ ي‬$‫ َو‬$‫ ا‬$‫ ًع‬$‫ ْي‬$‫ ِم‬$‫ج‬$َ $‫ ا‬$‫ َم‬$ُ‫ه‬$‫ ا‬$‫ر‬$َ $َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِة‬$َّ‫ ن‬$‫ج‬$َ $‫ ل‬$‫ ْا‬$‫ن‬$َ $‫ ِم‬$‫ ا‬$ً‫ د‬$‫ َع‬$‫ ْق‬$‫ َم‬$‫ ِه‬$ِ‫هللا ب‬ $ُ $‫ك‬ َ $َ‫ ل‬$‫ َد‬$‫ ْب‬$َ‫ أ‬$‫ ْد‬$َ‫ ق‬$‫ ِر‬$‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$َ $‫ ِم‬$‫ك‬ َ $‫ ِد‬$‫ َع‬$‫ ْق‬$‫َم‬
$‫ َن‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ث‬$‫ َع‬$‫ ْب‬$ُ‫ ي‬$‫م‬$ِ $‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ َى‬$‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ا‬$‫ ًر‬$‫ض‬ ِ $‫ َخ‬$‫ ِه‬$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$ُ ‫ أَل‬$‫ ْم‬$ُ‫ ي‬$‫ َو‬$‫ ا‬$‫ع‬ ً $‫ ا‬$‫ر‬$َ $‫ ِذ‬$‫ن‬$َ $‫و‬$ْ $‫ ُع‬$‫ ْب‬$‫ َس‬$‫ ِه‬$‫ ِر‬$‫ ْب‬$َ‫ ق‬$‫ى‬ $ِ $‫ف‬

“Sesungguhnya seorang hamba itu apabila diletakkan di dalam kuburnya


dan kawan-kawannyapun telah berpaling meninggalkannya, datanglah
dua orang Malaikat kepadanya. Keduanya mendudukkannya dan
bertanya kepadanya, “Apa yang hendak engkau katakan tentang lelaki
ini?”, -yaitu Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam-. Adapun orang
mukmin ia akan menjawab, ”Dia adalah hamba dan utusan Allah”.
Dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat tinggalmu di neraka yang Allah
sungguh-sungguh telah menggantikannya untukmu dengan surga”. Lalu
ia melihat kedua (tempatnya itu). Kemudian dilapangkanlah baginya
kuburnya sejarak tujuh puluh hasta dan kuburnyapun dipenuhi oleh yang
berwarna hijau sampai hari mereka dibangkitkan dari kubur (yaitu hari
kiamat)”. [HR Ahmad: III/ 233-234, al-Bukhoriy: 1374, Abu Dawud dan
an-Nasa’iy: IV/ 98 dari Anas bin Malik radliyallahu anhu.

3) Diberikan cahaya dalam kuburnya


Kenikmatan kubur selanjutnya adalah kuburnya akan diterangi oleh
cahaya yang dapat mengusir kegelapan kubur. Sebab di dunia saja
manusia akan tersiksa jika hidup dalam kegelapan tanpa secercah
cahayapun yang menyinarinya. Maka tatkala sinar cahaya itu berhasil
mengusir kegelapan niscaya ia akan senang dan merasakan kenikmatan
di dalamnya.
$‫ ْو‬$َ‫ (أ‬$‫ت‬ $ُ $ِّ$‫ ي‬$‫ َم‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ َر‬$$$ِ‫ ب‬$ُ‫ ق‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$ِ‫ إ‬$: $‫م‬$‫ل‬$ ‫ س‬$‫ و‬$‫ه‬$‫ي‬$‫ل‬$‫ هللا ع‬$‫ى‬$‫ل‬$‫هللا ص‬ $ِ $‫ل‬$ُ $‫و‬$ْ $‫ ُس‬$‫ر‬$َ $‫ َل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$‫ َل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$َ‫ ة‬$‫ر‬$َ $‫ ْي‬$‫ر‬$َ $ُ‫ ه‬$‫ ى‬$ِ‫ ب‬$َ‫ أ‬$‫ن‬$ْ $‫َع‬
$‫ ُر‬$‫َخ‬$ $‫آل‬$$‫ ْا‬$‫ َو‬$‫ ُر‬$$$‫ َك‬$‫ ْن‬$‫ ُم‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ا‬$‫ َم‬$‫ ِه‬$‫ ِد‬$$‫ َح‬$َ ‫ أِل‬$‫ ُل‬$‫ ا‬$$َ‫ ق‬$ُ‫ ي‬$‫ ِن‬$‫ ا‬$ $َ‫ ق‬$‫ َر‬$‫ز‬$ْ $َ‫ أ‬$‫ ِن‬$‫ ا‬$‫ َد‬$‫ َو‬$ ‫س‬$ $ْ $َ‫ أ‬$‫ن‬$ِ $‫ ا‬$$‫ َك‬$َ‫ ل‬$‫ َم‬$ُ‫ه‬$‫ ا‬$$َ‫ ت‬$َ‫ ) أ‬$‫ ْم‬$‫ ُك‬$‫ ُد‬$$‫ َح‬$َ‫ أ‬$: $‫ل‬$َ $‫ ا‬$$َ‫ق‬
$ُ‫ د‬$$$ْ$‫ ب‬$‫ َع‬$‫ َو‬$ُ‫ ه‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$‫ن‬$َ $‫ ا‬$‫ َك‬$‫ ا‬$‫ َم‬$‫ ُل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ؟‬$‫ ِل‬$‫ ُج‬$َّ$‫ر‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$َ‫ ه‬$‫ ى‬$ِ‫ ف‬$‫ل‬$ُ $‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$‫ ُك‬$‫ ا‬$‫ َم‬$: $‫ال ِن‬ $َ $‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ُر‬$‫ ْي‬$‫ ِك‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ا‬
$‫ ْد‬$َ‫ ق‬$‫ن‬$ِ ‫ال‬ $َ $‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$ُ‫ ل‬$‫و‬$ْ $‫ ُس‬$‫ر‬$َ $‫ َو‬$ُ‫ ه‬$‫ ُد‬$‫ ْب‬$‫ َع‬$‫ ا‬$ً‫ د‬$‫ َّم‬$‫ َح‬$‫ ُم‬$‫ َّن‬$َ‫ أ‬$‫هللا َو‬ $ُ $‫ال‬ َّ $ِ‫ إ‬$َ‫ ه‬$َ‫ ل‬$ِ‫ال إ‬ $َ $‫ن‬$ْ $َ‫ أ‬$‫ ُد‬$َ‫ ه‬$‫ ْش‬$َ‫ أ‬$ُ‫ ه‬$ُ‫ ل‬$‫و‬$ْ $‫ ُس‬$‫ َر‬$‫و‬$َ ‫هللا‬ $ِ
ُ
$َّ‫ م‬$‫ ث‬$‫ن‬$َ $‫ ْي‬$‫ع‬$ِ $‫ ْب‬$ $‫ َس‬$‫ ى‬$ِ‫ ف‬$‫ً ا‬$‫ع‬$‫ ا‬$‫ر‬$َ $‫ ِذ‬$‫ن‬$َ $‫و‬$ْ $‫ ُع‬$‫ ْب‬$ $‫ َس‬$‫ ِه‬$‫ ِر‬$$‫ ْب‬$َ‫ ق‬$‫ ى‬$ِ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$$َ‫ ل‬$‫ ُح‬$ $‫س‬$ ْ ُ ُ
َ $‫ ف‬$ُ‫ ي‬$‫ َّم‬$‫ ث‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$َ‫ ه‬$‫ل‬$ُ $‫و‬$ْ $‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ك‬ َ
َ $‫ ن‬$‫ أ‬$‫ ُم‬$َ‫ ل‬$‫ ْع‬$َ‫ ن‬$‫ ا‬$َّ‫ ن‬$‫ُك‬
َّ
$‫ ْم‬$َ‫ ن‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ؟‬$‫ ْم‬$ُ‫ ه‬$‫ر‬$ُ $ِ‫ ب‬$‫خ‬$ْ $َ‫ أ‬$$َ‫ ف‬$‫ ى‬$ِ‫ ل‬$‫ ْه‬$َ‫ أ‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ُع‬$‫ ِج‬$‫ر‬$ْ $َ‫ أ‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ْم‬$َ‫ ن‬$: $ُ‫ ه‬$$َ‫ ل‬$‫ ُل‬$‫ ا‬$$َ‫ ق‬$ُ‫ ي‬$‫ َّم‬$ُ‫ ث‬$‫ ِه‬$$‫ ْي‬$ِ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ ُر‬$َّ$‫ و‬$َ‫ ن‬$ُ‫ي‬
$‫ن‬$ْ $‫هللا ِم‬ $ُ $ُ‫ ه‬$$$$ُ‫ ث‬$‫ َع‬$‫ ْب‬$َ‫ ي‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫ َح‬$‫ ِه‬$$$ْ$‫ ي‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ِه‬$$$$ِ‫ ل‬$‫ ْه‬$َ‫ أ‬$‫ب‬ $ُّ $‫ح‬$َ $َ‫ أ‬$‫ال‬$َّ $ِ‫ إ‬$ُ‫ ه‬$$$$ُ‫ ظ‬$ِ‫ ق‬$‫و‬$ْ $ُ‫ال ي‬ $َ $‫ ى‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$‫س‬ ِ $‫و‬$ْ $‫ ُر‬$$$$‫ َع‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ِة‬$$$$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ن‬$‫َك‬
$َ‫ ال‬$ُ‫ ه‬$$$َ‫ ل‬$‫ ْث‬$‫ ِم‬$‫ت‬ $ُ $‫ ْل‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ف‬$‫ن‬$َ $‫و‬$ْ $$$ُ‫ ل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$‫س‬
$َ $‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ت‬
$ُ $‫ ْع‬$‫ ِم‬$$‫س‬ $َ $: $‫ل‬$َ $‫ ا‬$$$َ‫ ق‬$‫ً ا‬$‫ ق‬$ِ‫ف‬$‫ ا‬$َ‫ ن‬$‫ ُم‬$‫ن‬$َ $‫ ا‬$$$‫ َك‬$‫ن‬$ْ $ِ‫ إ‬$‫و‬$َ $‫ك‬ $َ $$$ِ‫ ل‬$‫ َذ‬$‫ ِه‬$‫ع‬$ِ $‫ج‬$َ $$‫ض‬ $ْ $‫َم‬
ْ
$ِ‫ ه‬$$$ْ$‫ ي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ ى‬$‫ ِم‬$ِ‫ ئ‬$َ‫ ت‬$‫ل‬$‫ ا‬$: $‫ض‬ ِ $‫ر‬$ْ ‫أل‬$ َ
$ $ِ‫ ل‬$‫ ُل‬$‫ ا‬$$$$َ‫ ق‬$ُ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ك‬َ $$$$ِ‫ ل‬$‫ َذ‬$‫ ُل‬$‫و‬$ْ $$$$ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ك‬ َ
َ $َّ‫ ن‬$‫ أ‬$‫ ُم‬$َ‫ ل‬$‫ ْع‬$َ‫ ن‬$‫ ا‬$َّ‫ ن‬$‫ ُك‬$‫ ْد‬$$$$َ‫ ق‬$: $‫ن‬$ِ ‫ال‬ $َ $‫و‬$ْ $$$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ى‬$‫ ِر‬$‫ ْد‬$َ‫أ‬
$‫ن‬$ْ $‫هللا ِم‬ $ُ $ُ‫ ه‬$$$$َ‫ ث‬$‫ َع‬$‫ ْب‬$َ‫ ي‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫ َح‬$‫ً ا‬$‫ ب‬$‫ َّذ‬$$$$‫ َع‬$‫ ُم‬$‫ ا‬$$$$َ‫ ه‬$‫ ْي‬$ِ‫ ف‬$‫ ُل‬$‫ ا‬$‫ز‬$َ $$$$َ‫ال ي‬$ $َ $َ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$‫ال ُع‬ $َ $$$‫ض‬$ $ْ $َ‫ أ‬$‫ف‬ $ُ $$$$ِ‫ ل‬$َ‫ ت‬$‫خ‬$ْ $َ‫ ت‬$َ‫ ف‬$‫ ِه‬$$$ْ$‫ ي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ ُم‬$ِ‫ ئ‬$َ‫ ت‬$‫ ْل‬$َ‫ ت‬$َ‫ف‬
َ $ِ‫ ل‬$‫ َذ‬$‫ ِه‬$‫ ِع‬$‫ َج‬$‫ض‬
$‫ك‬ $ْ $‫َم‬
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah
Shallallahu alaihi wa sallam, “Apabila mayit (atau, seseorang di antara
kalian) telah dikuburkan, datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam
biru, seorang diantara keduanya dikenal dengan nama malaikat Munkar
dan yang lainnya dikenal dengan nama malaikat Nakir”. Keduanya
berkata, “Apakah yang hendak engkau katakan mengenai lelaki ini?”. Ia
berkata, “Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Aku bersaksi
bahwasanya tiada sesembahan yang pantas disembah selain Allah dan
aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah hamba Allah dan
utusan-Nya”. Keduanya berkata, “Sungguh kami telah mengetahui
bahwasanya engkau akan mengatakan itu. Kemudian dilapangkan
baginya di dalam kuburnya sepanjang tujuh puluh hasta kali tujuh puluh
hasta. Lalu diberi cahaya baginya di dalamnya”. Dikatakan kepadanya,
“Tidurlah engkau”. Ia berkata, “Bolehkah aku kembali kepada
keluargaku untuk mengkhabarkan mereka?”. Kedua malaikat itu
menjawab, “Tidurlah engkau seperti tidurnya pengantin yang tiada yang
dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya diantara
keluarganya, sehingga Allah membangkitkannya dari pembaringannya
itu”. Dan jikalau si mayit itu seorang munafik, ia berkata, “Aku dengar
orang-orang mengatakan (suatu perkataan) lalu akupun mengatakan
seperti mereka, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu berkata,
“Sesungguhnya kami telah mengetahui bahwasanya engkau akan
mengatakan itu”. Dikatakan kepada bumi, “Himpitlah orang munafik itu,
lalu bumipun menghimpitnya”. Maka senatiasa ia disiksa di dalamnya
sehingga Allah membangkitkannya dari pembaringannya itu. [HR at-
Turmudziy: 1071)

4) Istirahat tidur hingga hari kebangkitan


Di antara kenikmatan kubur lainnya adalah istirahat tidur bagi
penghuninya sampai hari dimana ia dibangkitkan pada hari itu, yakni hari
kiamat,
$ِ‫ س‬$‫و‬$ْ $‫ ُر‬$‫ َع‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ِة‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ن‬$‫ َك‬$‫م‬$ْ $َ‫ ن‬$: $‫ل‬$ُ $‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ؟‬$‫ ْم‬$ُ‫ ه‬$‫ ُر‬$ِ‫ ب‬$‫خ‬$ْ $َ‫ أ‬$َ‫ ف‬$‫ ى‬$ِ‫ ل‬$‫ ْه‬$َ‫ أ‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ُع‬$‫ج‬$ِ $‫ر‬$ْ $َ‫ أ‬$: $‫ل‬$ُ $‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ْم‬$َ‫ ن‬$: $ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ ُل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$ُ‫ ي‬$‫ َّم‬$ُ‫ث‬
َ $ِ‫ ل‬$‫ َذ‬$‫ ِه‬$‫ع‬$ِ $‫ج‬$َ $‫ض‬
$‫ك‬ $ْ $‫ َم‬$‫ن‬$ْ $‫هللا ِم‬ $ُ $ُ‫ ه‬$ُ‫ ث‬$‫ َع‬$‫ ْب‬$َ‫ ي‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫ َح‬$‫ ِه‬$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ِه‬$ِ‫ ل‬$‫ ْه‬$َ‫ أ‬$‫ب‬ $ُّ $‫ َح‬$َ‫ أ‬$‫ال‬ َّ $ِ‫ إ‬$ُ‫ ه‬$ُ‫ ظ‬$ِ‫ ق‬$‫و‬$ْ $ُ‫ال ي‬ $َ $‫ ى‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ا‬
Dikatakan kepadanya, “Tidurlah engkau!”. Ia berkata, “Bolehkah aku
kembali kepada keluargaku untuk mengkhabarkan mereka?”. Kedua
malaikat itu menjawab, “Tidurlah engkau seperti tidurnya pengantinyang
tiada yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling
dicintainya diantara keluarganya”, sehingga Allah membangkitkannya
dari pembaringannya itu. [HR at-Turmudziy: 1071)

5) Makan sebagian dari buah-buahan surga


Salah satu kenikmatan di alam barzakh yang Allah Subhanahu wa
ta’ala anugrahkan kepada para penghuninya yang beriman adalah
menghidangkan sebahagian buah-buahan surga. Yakni ruh-ruh mereka
akan terbang melayang dari satu pohon ke pepohonan yang lain di dalam
surga untuk memakan sebahagian buah-buahan itu. Atau ruh-ruh mereka
berada di dalam tembolok burung-burung surga yang berwarna hijau, lalu
mengikuti burung-burung itu terbang menyinggahi sungai-sungai surga
dan pepohonannya lalu memakan sebahagian buahnya sehingga Allah
Jalla Dzikruhu mengembalikan ruh-ruh itu ke jasadnya pada hari kiamat.
$‫ َل‬$‫و‬$ْ $ $‫ ُس‬$‫ َر‬$‫ َّن‬$َ‫ أ‬$‫ث‬ $ُ $ِّ$‫ د‬$‫ َح‬$ُ‫ ي‬$‫ن‬$َ $‫ ا‬$$‫ َك‬$ُ‫ه‬$‫ ا‬$َ‫ ب‬$َ‫ أ‬$‫ َّن‬$َ‫ أ‬$ُ‫ ه‬$‫ر‬$َ $َ‫ ب‬$‫خ‬$ْ $َ‫ أ‬$ُ‫ ه‬$َّ‫ ن‬$َ‫ أ‬$‫ي‬$‫ر‬$‫ا‬$‫ص‬$‫ألن‬$‫ ا‬$‫ب‬$‫ع‬$‫ ك‬$‫ن‬$‫ ب‬$‫ن‬$‫م‬$‫ح‬$‫ر‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫د‬$‫ب‬$‫ ع‬$‫ن‬$‫ع‬
$ِ‫ ة‬$َّ‫ ن‬$‫ج‬$َ $‫ ل‬$‫ ْا‬$‫ ِر‬$‫ج‬$َ $ $‫ َش‬$‫ى‬$ِ $‫ ف‬$‫ق‬ َ $‫ ِن‬$‫ ِم‬$‫ؤ‬$ْ $‫ ُـ‬$‫م‬$‫ ل‬$‫ ْا‬$ُ‫ ة‬$‫ َم‬$‫ ْس‬$َ‫ ن‬$‫ ا‬$‫ َم‬$َّ‫ ن‬$ِ‫ إ‬$: $‫ َل‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$‫م‬$‫ل‬$‫ س‬$‫ و‬$‫ه‬$‫ي‬$‫ل‬$‫ هللا ع‬$‫ى‬$‫ل‬$‫هللا ص‬
ُ $$َ‫ ل‬$‫ ْع‬$َ‫ ي‬$‫ ٌر‬$ِ‫ئ‬$‫ ا‬$‫ط‬ $ِ
ُ $‫ َع‬$‫ ْب‬$ُ‫ ي‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ِه‬$‫ ِد‬$‫ َس‬$‫ َج‬$‫ى‬
$‫ث‬ $َ $‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ َع‬$‫ ِج‬$‫ر‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫َح‬
Dari Abdurrahman bin Ka’b al-Anshoriy bahwasanya ia mengkhabarkan
bahwa ayahnya pernah bercerita, bahwasanya Rosulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ruh orang mukmin itu terbang
melayang dan makan pada pohon-pohon surga sehingga ia kembali
kepada jasadnya pada hari ia dibangkitkan”. [HR Ibnu Majah: 4271, an-
Nasa’iy: IV/ 108, Ahmad: III/ 455, 456, 460, Malik dan Ibnu Hibban
6) Memakai pakaian dari surga
Di antara kenikmatan di dalam kubur lainnya adalah sebahagian
penghuninya akan diberi pakaian dengan pakaian surga, sebagaimana
telah dijelaskan di dalam dalil hadits yang telah disebutkan di muka, di
antara lafazh haditsnya adalah
$ِ‫ ة‬$َّ‫ ن‬$‫ج‬$َ $‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ً ا‬$‫ب‬$‫ ا‬$َ‫ ب‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ ا‬$‫و‬$ْ $‫ ُح‬$َ‫ ت‬$‫ ْف‬$‫ ا‬$‫ َو‬$‫ ِة‬$َّ‫ ن‬$‫ َج‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ن‬$َ $‫ ِم‬$ُ‫ ه‬$‫و‬$ْ $‫ ُس‬$ِ‫ ب‬$‫ ْل‬$َ‫ أ‬$‫و‬$َ  $ِ‫ ة‬$َّ‫ ن‬$‫ َج‬$‫ ْل‬$‫ ا‬  $‫ َن‬$‫ ِم‬ $ُ‫ ه‬$‫و‬$ْ $‫ ُش‬$‫ ِر‬$‫ ْف‬$َ‫ أ‬$َ‫ف‬
“Maka hamparkan suatu hamparan dari surga untuknya, pakaikanlah
pakaian dari surga untuknya dan bukakanlah untuknya satu pintu ke arah
surga”. [HR Ahmad: III/ 233-234, al-Bukhoriy: 1374, Abu Dawud dan
an-Nasa’iy: IV/ 98

7) Ditemani amal shalehnya dan melihat tempat tinggalnya di surga


Sebagai balasan atas keshalihan dan ketakwaan seorang muslim,
Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan memberikan teman yang
menyertainya di dalam kuburnya sampai hari ia dibangkitkan. Teman itu
adalah perwujudan dari amal shalihnya yang senantiasa ia kerjakan
dengan penuh kesungguhan dan ketulusan selama hidup di dunia.
$ِ‫ ح‬$‫ ْي‬$ِّ$‫ر‬$$‫ل‬$‫ ا‬$‫ب‬ َ  $ِ‫ب‬$‫ ا‬$$$َ‫ ي‬$ِّ‫ث‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$ُ $$‫س‬
$ُ $ِّ$‫ ي‬$‫ط‬ $َ $‫ َح‬$‫ ِه‬$‫ج‬$ْ $‫ َو‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ن‬$ُ $‫ َس‬$‫ َح‬$‫ ٌل‬$‫ ُج‬$‫] َر‬$$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ ُل‬$َّ‫ ث‬$‫ َم‬$ُ‫ ي‬$:$‫ة‬$‫ي‬$‫ا‬$‫و‬$‫ ر‬$‫ى‬$‫ ف‬$‫و‬$[ $‫ ِه‬$‫ ْي‬$ِ‫ ت‬$ْ‫ أ‬$َ‫ ي‬$‫و‬$َ
$ٌ‫ م‬$‫ ْي‬$ِ‫ ق‬$‫ ُم‬$‫ ٌم‬$‫ ْي‬$‫ ِع‬$َ‫ ن‬$‫ ا‬$$َ‫ ه‬$‫ ْي‬$ِ‫ ف‬$‫ت‬ ٍ $‫ ا‬$َّ‫ ن‬$‫ َج‬$‫هللا َو‬ $ِ $‫ن‬$َ $‫ ِم‬$‫ ٍن‬$‫ ا‬$‫و‬$َ $ ‫ض‬ $ْ $‫ ِر‬$ِ‫ ب‬$‫ر‬$ْ $ ‫ش‬$ $ِ $‫ ْب‬$َ‫ أ‬$‫ك‬ $َ $ُّ$‫ ر‬$ $‫س‬$ $ِ $‫ ْب‬$َ‫ أ‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ف‬
ُ $َ‫ ي‬$‫ ى‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$ِ‫ ب‬$‫ر‬$ْ $ ‫ش‬$
$‫ ؟‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$َ‫ أ‬$‫ن‬$ْ $‫ َم‬$‫ ٍر‬$$ْ$‫ ي‬$‫خ‬$َ $ِ‫هللا ب‬ $ُ $‫ك‬ َ $‫ر‬$َ $$‫ش‬$ $َ $‫ ْن‬$َ‫ أ‬$‫ َو‬$: $ُ‫ ه‬$$$َ‫ ل‬$‫ ُل‬$‫و‬$ْ $$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ُد‬$$َ$‫ ع‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ت‬$‫ت‬
$َّ $َ‫ ب‬$َ‫ ف‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$‫ ُك‬$‫ ى‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$‫ك‬ َ $$$‫ ُم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$$َ$‫ه‬
$َّ‫ ال‬$ِ‫ إ‬$‫ك‬ َ $$$ُ‫ ت‬$‫ ْم‬$ِ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ ا‬$$$‫هللا َم‬ $ِ $‫ َو‬$َ‫ ف‬$‫ ُح‬$ِ‫ل‬$‫ ا‬$$‫ص‬$ $َّ ‫ل‬$‫ ا‬$‫ك‬ َ $ُ‫ ل‬$‫ َم‬$‫ َع‬$‫ ا‬$َ‫ ن‬$َ‫ أ‬$: $‫ ُل‬$‫و‬$ْ $ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِر‬$‫ ْي‬$‫ َخ‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$ِ‫ ب‬$‫ ُء‬$‫ ي‬$‫ ِج‬$َ‫ ي‬$ُ‫ ه‬$‫ج‬$ْ $‫ َو‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ك‬َ $ُ‫ ه‬$‫ج‬$ْ $‫و‬$َ $َ‫ف‬
$‫ ا‬$‫ ًر‬$‫ ْي‬$‫هللا َخ‬
$ُ $‫ك‬ $َ $‫ ا‬$‫ َز‬$‫ج‬$َ $َ‫هللا ف‬
$ِ $‫ ِة‬$َ‫ ي‬$‫ص‬ $ِ $‫ع‬$ْ $‫ َم‬$‫ ى‬$ِ‫ ف‬$‫ً ا‬$‫ ئ‬$‫ ْي‬$‫ ِط‬$َ‫هللا ب‬ $ِ $‫ ِة‬$‫ َع‬$‫ ا‬$‫ط‬ َ $‫ ى‬$ِ‫ ف‬$‫ ا‬$‫ ًع‬$‫ ْي‬$‫ ِر‬$‫ َس‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$‫ُك‬
“Datanglah kepadanya [di dalam satu riwayat, “diserupakan baginya”]
seorang pria yang elok wajahnya, bagus pakaiannya lagi pula harum
baunya. Ia berkata, “Bergembiralah engkau dengan yang
menyenangkanmu, bergembiralah engkau dengan memperoleh keridloan
Allah dan surga yang  di dalamnya terdapat kenikmatan abadi, ini adalah
hari yang telah dijanjikan kepadamu”. Lalu ia berkata kepadanya, “Dan
engkau, maka mudah-mudahan Allah menggembirakanmu dengan
kebaikan, siapakah engkau? wajahmu adalah wajah yang datang
membawa kebaikan”. Ia berkata, “Aku adalah amalmu yang shalih. Maka
demi Allah, aku tidaklah mengenalmu melainkan engkau bersegera di
dalam mentaati Allah lagi pula lambat di dalam mendurhakai Allah,
mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepadamu”. [HR Abu
Dawud: 4753, Ahmad: IV/ 287-288, 295-296 dan siyak hadits ini
baginya, al-Hakim, ath-Thoyalisiy dan al-Ajuriy di dalam kitab asy-
Syari’ah halaman 327-328
2. Kehidupan Alam Barzah Bagi Jiwa Yang Tidak Beriman Kepada
Allah SWT
Setiap orang kafir yang kafir dari sejak lahir atau lantaran murtad
dari Islam, lalu ia mati dalam keadaan kafir, maka dapat dipastikan ia akan
merasakan adzab kubur yang menyakitkan sampai tegaknya hari kiamat.
Kemudian adzab itu akan terus berlanjut di dalam neraka dalam keadaan
kekal di dalamnya selama-lamanya.
Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahwa setelah melukiskan
keadaan orang beriman sampai menempati tempatnya di syurga,
Muhammad menyebut keadaan orang kafir beserta sekarat yang
dialaminya. Setelah ruhnya dicabut, ruh yang keluar dari jasad orang kafir
baunya busuk sampai para malaikat yang membawanya ke pintu bumi
berteriak, “Alangkah busuknya ruh ini.” Kemudian mereka membawanya
bertemu dengan ruh-ruh kafir lainnya.
Allah berfirman dalam surat Al Mu'minun ayat 99 – 100 :
$َ $‫ ُل‬$$$‫ َم‬$‫ ْع‬$َ‫ أ‬$‫ ي‬$ِّ‫ ل‬$‫ َع‬$َ‫) ل‬99( $‫ ِن‬$‫ و‬$ ‫ُع‬$ $‫ج‬$ِ $‫ر‬$ْ $‫ ا‬$‫ب‬
$‫ ا‬$$‫ َم‬$‫ ي‬$ِ‫ ف‬$‫ًح ا‬$ $ِ‫ل‬$‫ ا‬$ ‫ص‬ $ِّ $‫ َر‬$‫ َل‬$‫ ا‬$ $َ‫ ق‬$‫ت‬ $ُ $‫و‬$ْ $‫ َم‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ُم‬$ُ‫ ه‬$‫ َد‬$‫ َح‬$َ‫ أ‬$‫ َء‬$‫ ا‬$‫ َج‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$ِ‫ إ‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫َح‬
)100( $‫ن‬$َ $‫ و‬$ُ‫ ث‬$‫ َع‬$‫ ْب‬$ُ‫ ي‬$‫م‬$ِ $‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ ٌخ‬$‫ز‬$َ $‫ر‬$ْ $َ‫ ب‬$‫م‬$ْ $‫ ِه‬$ِ‫ئ‬$‫ ا‬$‫ َر‬$‫و‬$َ $‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ َو‬$‫ ا‬$َ‫ ه‬$ُ‫ ل‬$ِ‫ئ‬$‫ ا‬$َ‫ ق‬$‫و‬$َ $ُ‫ ه‬$ٌ‫ ة‬$‫ َم‬$ِ‫ ل‬$‫ َك‬$‫ ا‬$َ‫ ه‬$َّ‫ ن‬$ِ‫ ال إ‬$‫ َك‬$‫ت‬ $ُ $‫ ْك‬$‫ َر‬$َ‫ت‬
"Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan.
Allah Swt. menceritakan perihal kebodohan orang-orang kafir di
dunia dan akhirat. Di dunia mereka melakukan perbuatan yang biasa
mereka kerjakan, yaitu menyembah berhala-berhala. Sedangkan di akhirat
mereka melakukan kebodohan yang besar pula, antara lain ialah sumpah
mereka dengan menyebut nama Allah, bahwa tidaklah mereka tinggal di
dunia melainkan hanya sebentar saja. Tujuan utama mereka dengan alasan
tersebut ialah agar hujah tidak dapat ditegakkan terhadap mereka, dan
bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk beralasan.
$ْ‫ه‬$‫ ا‬$$َ‫ ه‬$‫ ُل‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ك‬ َ $ُّ$‫ ب‬$‫ر‬$َ $‫ن‬$ْ $‫ َم‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫اَل ِن‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِه‬$ِ‫ن‬$‫ ا‬$‫ َس‬$ِ‫ ل‬$‫ج‬$ْ $ُ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِن‬$‫ ا‬$‫ َك‬$َ‫ ل‬$‫ َم‬$‫ ِه‬$‫ ي‬$ِ‫ ت‬$ْ‫ أ‬$َ‫ ي‬$‫و‬$َ $‫ ِه‬$‫ ِد‬$‫ َس‬$‫ َج‬$‫ ي‬$ِ‫ ف‬$ُ‫ ه‬$‫ ُح‬$‫ و‬$‫ ُر‬$‫ ُد‬$‫ ا‬$‫ َع‬$ُ‫ ت‬$َ‫ف‬
$‫ ا‬$‫ َذ‬$$َ‫ ه‬$‫ ا‬$$‫ َم‬$ُ‫ ه‬$$َ‫ ل‬$‫اَل ِن‬$‫ و‬$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ي‬$‫ ِر‬$‫ ْد‬$َ‫ اَل أ‬$‫ ْه‬$‫ ا‬$$َ‫ ه‬$‫ ْه‬$‫ ا‬$$َ‫ ه‬$‫ ُل‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ك‬ َ $ُ‫ن‬$‫ ي‬$‫ ِد‬$‫ ا‬$‫ َم‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫اَل ِن‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ي‬$‫ ِر‬$‫ ْد‬$َ‫ اَل أ‬$‫ ْه‬$‫ ا‬$َ‫ه‬
$‫ن‬$ْ $َ‫ أ‬$‫ء‬$ِ $‫ ا‬$‫ َم‬$$‫س‬$
$َّ ‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ ٍد‬$‫ ا‬$$َ$‫ ن‬$‫ ُم‬$‫ ي‬$‫ ِد‬$‫ ا‬$$َ$‫ ن‬$ُ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ي‬$‫ ِر‬$‫ ْد‬$َ‫ اَل أ‬$‫ ْه‬$‫ ا‬$ $َ‫ ه‬$‫ ْه‬$‫ ا‬$$َ$‫ ه‬$‫ ُل‬$‫ و‬$$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ْم‬$‫ ُك‬$‫ ي‬$ِ‫ ف‬$‫ث‬ $َ $‫ ِع‬$ُ‫ ب‬$‫ ي‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$‫ ُل‬$‫ُج‬$ $َّ$‫ر‬$‫ل‬$‫ا‬
$‫ ا‬$$$َ$‫ ه‬$ِّ$‫ ر‬$‫ َح‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$‫ ِه‬$$$‫ي‬$$ِ‫ ت‬$ْ‫ أ‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ِر‬$‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ى‬$َ‫ ل‬$ِ‫ إ‬$‫ً ا‬$‫ب‬$‫ ا‬$َ‫ ب‬$ُ‫ ه‬$$$$َ‫ ل‬$‫ا‬$‫ و‬$$$ُ$‫ ح‬$َ‫ ت‬$‫ ْف‬$‫ ا‬$‫ َو‬$‫ ِر‬$‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$ْ $‫ ِم‬$ُ‫ ه‬$$$$َ‫ ل‬$‫ا‬$‫ و‬$$$‫ش‬ $ُ $‫ ِر‬$‫ ْف‬$‫ ا‬$َ‫ ف‬$‫ب‬ $َ $‫ َذ‬$$$$‫َك‬
$‫ ُح‬$‫ ي‬$ِ‫ ب‬$َ‫ ق‬$‫ ٌل‬$‫ُج‬$ $‫ر‬$َ $‫ ِه‬$ ‫ي‬$$ِ‫ ت‬$ْ‫ أ‬$َ‫ ي‬$‫و‬$َ $ُ‫ ه‬$‫ اَل ُع‬$ ‫ض‬$
$ْ $َ‫ أ‬$‫ ِه‬$ ‫ي‬$$ِ‫ ف‬$‫ف‬ $َ $$ِ‫ ل‬$َ‫ ت‬$‫خ‬$ْ $َ‫ ت‬$‫ ى‬$َّ‫ ت‬$‫ح‬$َ $ُ‫ ه‬$‫ر‬$ُ $$‫ ْب‬$َ‫ ق‬$‫ ِه‬$$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ق‬ ُ $َّ$‫ ي‬$ ‫ض‬$
$َ $ُ‫ ي‬$‫و‬$َ $‫ ا‬$َ‫ ه‬$‫ ِم‬$‫ و‬$‫ ُم‬$ $‫ َس‬$‫َو‬
$‫ ي‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$‫ك‬ َ $$‫ ُم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$$َ‫ ه‬$‫ك‬ َ $‫ ُء‬$‫ و‬$ $‫س‬$ $ِ $‫ ْب‬$َ‫ أ‬$‫ ُل‬$‫ و‬$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ح‬
ُ $َ‫ ي‬$‫ ي‬$‫ ِذ‬$َّ‫ل‬$‫ ا‬$ِ‫ ب‬$‫ر‬$ْ $ ‫ش‬$ ِ $‫ ا‬$$َ‫ ي‬$ِّ‫ث‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ُح‬$‫ ي‬$ِ‫ ب‬$َ‫ ق‬$‫ ِه‬$‫ْج‬$ $‫ َو‬$‫ ْل‬$‫ا‬
ِ $‫ ي‬$ِّ$‫ر‬$ ‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$ُ $ِ‫ ت‬$‫ ْن‬$‫ ُم‬$‫ب‬
َ $$$$ُ‫ ل‬$‫ َم‬$‫ َع‬$‫ ا‬$$$َ$‫ ن‬$َ‫ أ‬$‫ ُل‬$‫ و‬$$$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$ِّ$‫ ر‬$$$‫ش‬$
$‫ك‬ $َّ ‫ل‬$‫ ا‬$ِ‫ ب‬$‫ ُء‬$‫ ي‬$‫ج‬$ِ $َ‫ ي‬$ُ‫ ه‬$$$ْ$‫ ج‬$‫و‬$َ $‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ك‬
َ $$$ُ$‫ ه‬$‫ج‬$ْ $‫ َو‬$َ‫ ف‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$َ‫ أ‬$‫ن‬$ْ $‫ َم‬$‫ ُل‬$‫ و‬$$$$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ ُد‬$$$َ$‫ع‬$‫ و‬$ُ‫ ت‬$‫ت‬ $َ $‫ ْن‬$‫ُك‬
)$‫د‬$‫م‬$‫ح‬$‫ (أ‬$َ‫ ة‬$‫ َع‬$‫ ا‬$َّ$‫س‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ ْم‬$ِ‫ ق‬$ُ‫ اَل ت‬$‫ب‬ $ِّ $‫ َر‬$‫ ُل‬$‫ و‬$ُ‫ ق‬$َ‫ ي‬$َ‫ ف‬$‫ث‬ $ُ $‫ ي‬$ِ‫ ب‬$‫ َخ‬$‫ ْل‬$‫ا‬
(Setelah jenazah kafir dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya
dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah
kafir tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Hah, hah, aku
tidak tahu”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu”
Lalu:”Siapa lelaki yang telah diutus kepada kalian?” Dia jawab:” Hah, hah,
aku tidak tahu.” Maka terdengar seruan dari langit: ”Dia telah
mendustakan.” Maka dibentangkanlah neraka baginya, dibukakakan pintu
menuju ke neraka, didatangkan kepadanya panas neraka dan aromanya dan
disempitkankan makamnya sehingga hancurlah tulang-belulangnya. Datang
seseorang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk berkata:
”Bergembiralah engkau dengan hari celaka yang dijanjikan utkmu ini.” Dia
bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah buruk.” Iapun
menjawab: ”Akulah ‘amal burukmu.” Maka jenazah itupun berdoa: ”Ya
Rabb, janganlah datangkan hari kiamat.” (HR Ahmad)

B. Konsep Siksaan Dalam Alam Barzah


Adzab adalah siksaan yang di hadapi manusia atau makhluk Tuhan
lainnya, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan,
dalam filsafat Islam. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar
pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan.
Azab menurut bahasa Arab ‘aqoba-yu’kibu yang artinya balasan, siksa,
teguran bagi umat yang melanggar larangan agama. Dalam bahasa inggris
Azab adalah “punishment” yaitu hukuman, siksaan, to take o’s like a
man menerima penyiksaan itu sebagai seorang jantan, perilaku yang amat
kasar. punishment is will occurs if human collide the prohibition of religion
and they will get turtune from Gad.
Menurut salah satu ahli Tafsir : Azab adalah siksaan yang menimpa
manusia sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan atas
larangan Tuhan.
Menurut Prof. Quraish Shihab : Azab adalah suatu kemurkaan Allah
akibat pelanggaran yang dilakukan manusia yaitu pelanggaran sunnatullah di
alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi
dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW.
$ُ‫م‬$‫ و‬$$ُ‫ ق‬$َ‫ ت‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $$َ‫ ي‬$‫و‬$َ $‫ ا‬$ًّ‫ ي‬$ ‫ش‬$ِ $‫ َع‬$‫ َو‬$‫ ا‬$‫ًو‬$ّ $‫ ُد‬$$‫ ُغ‬$‫ ا‬$$َ‫ ه‬$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ن‬$َ $‫ و‬$ ‫ض‬
$ُ $‫ َر‬$‫ ْع‬$ُ‫ ي‬$‫ر‬$ُ $‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ ا‬$. $‫ب‬ ِ $‫ ا‬$‫ َذ‬$$‫ َع‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ ُء‬$‫ و‬$‫ ُس‬$‫ن‬$َ $‫و‬$ْ $‫ َع‬$‫ر‬$ْ $ِ‫ ف‬$‫ل‬$ِ $َ‫ آ‬$ِ‫ ب‬$‫ق‬
َ $‫ ا‬$‫ح‬$َ $‫َو‬
ْ َ َ ُ َ
$ِ‫ب‬$‫ ا‬$‫ َذ‬$‫ َع‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ َّد‬$‫ َش‬$‫ أ‬$‫ن‬$َ $‫و‬$ْ $‫ َع‬$‫ر‬$ْ $ِ‫ ف‬$‫ َل‬$‫ آ‬$‫ا‬$‫ و‬$‫ ل‬$‫خ‬$ِ $‫ ْد‬$‫ أ‬$ُ‫ ة‬$‫ َع‬$‫ ا‬$َّ$‫س‬$‫ل‬$‫ا‬
“Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya
Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras“.” (QS. Al Mu’min: 45-46)
$‫ ا‬$ًّ‫ ي‬$‫ ِش‬$‫ َع‬$‫ َو‬$‫ ا‬$‫ ًّو‬$‫ ُد‬$‫ ُغ‬$‫ ا‬$َ‫ ه‬$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ن‬$َ $‫ و‬$‫ض‬ُ $‫ر‬$َ $‫ ْع‬$ُ‫ ي‬$‫ ُر‬$‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ا‬
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang"

Al Qurtubhi –rahimahullah- mengatakan, “Sebagian ulama berdalil


dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. Pendapat inilah yang dipilih oleh
Mujahid, ‘Ikrimah, Maqotil, Muhammad bin Ka’ab. Mereka semua
mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur di dunia.” (Al
Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 15/319)
Asy Syaukani –rahimahullah- mengatakan,  “Yang dimaksud dengan
potongan dalam ayat tersebut adalah siksaan di alam barzakh (alam kubur). ”
(Fathul Qodir, 4/705)
Fakhruddin Ar Rozi Asy Syafi’i –rahimahullah- mengatakan, “Para
ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur.
Mereka mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa siksa neraka yang
dihadapkan kepada mereka pagi dan siang (artinya sepanjang waktu) bukanlah
pada hari kiamat nanti. Karena pada lanjutan ayat dikatakan, “dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Berarti siksa neraka yang
dinampakkan pada mereka adalah di alam kubur]. Tidak bisa juga kita katakan
bahwa yang dimaksudkan adalah siksa di dunia. Karena dalam ayat tersebut
dikatakan bahwa neraka dinampakkan pada mereka pagi dan siang, sedangkan
siksa ini tidak mungkin terjadi pada mereka ketika di dunia. Jadi yang tepat
adalah dinampakkannya neraka pagi dan siang di sini adalah setelah kematian
(bukan di dunia) dan sebelum datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, ayat ini
menunjukkan adanya siksa kubur bagi Fir’aun dan pengikutnya. Begitu pula
siksa kubur ini akan diperoleh bagi yang lainnya sebagaimana mereka.”
(Mafaatihul Ghoib, 27/64)
Ibnu Katsir –rahimahullah- mengatakan,  “Ayat ini adalah pokok aqidah
terbesar yang menjadi dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengenai adanya
adzab (siksa) kubur yaitu firman Allah Ta’ala,
ُ $‫ر‬$َ $‫ ْع‬$ُ‫ ي‬$‫ ُر‬$‫ ا‬$َّ‫ن‬$‫ل‬$‫ا‬
$‫ ا‬$ًّ‫ ي‬$‫ ِش‬$‫ َع‬$‫ َو‬$‫ ا‬$‫ ًّو‬$‫ ُد‬$‫ ُغ‬$‫ ا‬$َ‫ ه‬$‫ ْي‬$َ‫ ل‬$‫ َع‬$‫ن‬$َ $‫ و‬$‫ض‬
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Tafsir Al
Qur’an Al‘Azhim, 7/146)"
Ibnul Qoyyim –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas, 
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, ini adalah
siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya), “dan
pada hari terjadinya Kiamat”  adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar). (At
Tafsir Al Qoyyim, hal. 358)
Ayat Lain yang Membicarakan Siksa Kubur
Allah Ta’ala berfirman,
$‫ ى‬$‫ َم‬$‫ع‬$ْ $َ‫ أ‬$‫ ِة‬$‫ َم‬$‫ ا‬$َ‫ ي‬$ِ‫ ق‬$‫ ْل‬$‫ ا‬$‫ َم‬$‫و‬$ْ $َ‫ ي‬$ُ‫ ه‬$‫ ُر‬$‫ ُش‬$‫ح‬$ْ $َ‫ ن‬$‫ً َو‬$‫ا‬$‫ك‬$‫ ن‬$‫ض‬ $َ $‫ر‬$َ $‫ ْع‬$َ‫ أ‬$‫ن‬$ْ $‫َو َم‬
َ ً$‫ ة‬$‫ َش‬$‫ ي‬$‫ع‬$ِ $‫ َم‬$ُ‫ ه‬$َ‫ ل‬$‫ َّن‬$ِ‫ إ‬$َ‫ ف‬$‫ ي‬$‫ ِر‬$‫ ْك‬$‫ ِذ‬$‫ ن‬$‫ َع‬$‫ض‬

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya


penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta“. (QS. Thahaa: 124)
Ibnul Qoyyim –rahimahullah- mengatakan, “Bukan hanya satu orang
salaf namun lebih dari itu, mereka berdalil dengan ayat ini tentang adanya siksa
kubur.” (At Tafsir Al Qoyyim, hal. 358). Begitu pula Ibnul Qoyyim –
rahimahullah- menyebutkan ayat-ayat lain yang menunjukkan adanya siksa
kubur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat
disiumpulkan diantaranya adalah :
1. Alam barzakh adalah gerbang atau stasiun yang mesti dilalui oleh setiap
manusia yang meninggal dunia, baik dia dikubur dalam tanah maupun
tidak. Artinya, meskipun jasad seseorang hilang lenyap, hangus terbakar
menjadi abu, dimakan binatang buas maupun tenggelam di dasar lautan,
akan tetapi ruhnya tetap hidup dan mendapatkan kenikmatan dari Allah,
ataupun siksaan sebagai sebuah azab, atau juga tak mendapatkan apa-apa.
Semuanya tergantung pada amalnya selama hidup di dunia.
2. Kedudukan orang-orang yang beriman bila dia berada di alam kubur atau
alam barzakh, tidak akan sama dengan keadaan orang-orang kufur atau
orang-orang yang berdosa besar.
3. Siksa kubur adalah hal pasti bagi manusia yang tidak beriman kepada Allah
SWT dan muslim yang tidak menjalankan perintah Allah SWT. Adzab
kubur: terjadi selama dalam alam barzakh selama makhluk berada di dalam
masa penantian untuk kehidupan kedua.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

E-book ; Al Qarni, Aidh. 2006. Malam Pertama Di Alam Kubur. Jakarta : Q Isthi
Press
E-book : Fulaifal, Hasan Zakaria. 2006. Menghindari Azab Kubur. Jakarta :
QultumMedia
https://www.kompasiana.com/m.irwan/7-alam-kehidupan-yang-pasti-dilalui-
manusia-sejak-lahir-hingga-kiamat_
https://cintakajiansunnah.wordpress.com/tag/orang-kafir-akan-ditambahkan-siksa-
kubur-lantaran-tangisan-keluarganya-yang-ditinggalkannya/
https://alquran5.blogspot.co.id/2014/03/perjalanan-hidup-setelah-mati.html
https://www.eramuslim.com/suara-langit/undangan-surga/nasib-jenazah-mu-min-
vs-nasib-jenazah-kafir.htm#.WpH3t6Ogc2w
https://rumaysho.com/290-pembicaraan-siksa-kubur-dalam-al-quran.html

Anda mungkin juga menyukai