Anda di halaman 1dari 8

MATERI HAKIKAT KEHIDUPAN DI DUNIA

Kita tahu bahwasanya dunia ini hanyalah tempat persinggahan, dan kita sebagai manusia
hakikatnya adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju pertemuan dengan pencipta
kita Rabb al-‘Alamin. Kita akan menempuh berbagai macam fase kehidupan. Kita telah
menempuh fase janin, dan kita saat ini berada pada fase yang kedua yaitu fase kehidupan
dunia. Setelah itu, kita akan masuk pada fase ketiga yaitu fase alam barzakh, yang entah
berapa lama kita akan berada di fase tersebut. Setelah itu, kita akan masuk pada fase
berikutnya yaitu fase kebangkitan di padang mahsyar yang satu hari pada hari itu seperti lima
puluh ribu tahun. Setelah itu, barulah kita akan masuk pada fase penentuan, apakah kita akan
dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Jadi, kita semua sedang berjalan menuju satu titik
pertemuan yaitu menuju alam barzakh, yang merupakan fase berikutnya setelah fase
kehidupan dunia ini. Kita semua sedang berjalan menuju fase kematian, dan saat ini kita
sedang berada di garis antrean tersebut, hanya saja kita tidak tahu siapa yang ada di depan
kita dan siapa yang ada di belakang kita, akan tetapi kita semua saat ini sedang berjalan
menuju titik pertemuan tersebut, yaitu alam barzakh.

Ketika kita telah mengetahui bahwasanya kehidupan dunia ini hanya sementara, maka kita
harus saling mengingatkan agar jangan sampai kita teperdaya dengan kehidupan yang
sementara ini. Mengapa demikian? Karena fase kehidupan berikutnya, fase alam barzakh,
padang mahsyar, dan seterusnya hingga surga atau neraka, semuanya bergantung pada
kehidupan kita di dunia yang sangat sebentar ini.

Hakikat kehidupan kita di dunia adalah suatu misteri yang belum sepenuhnya dapat
dipahami. Namun, berdasarkan pandangan berbagai agama, filsafat, dan pandangan lainnya,
dapat dijelaskan bahwa:
- Kehidupan kita di dunia adalah sementara dan memiliki akhir yang pasti. Kita semua
akan menghadapi kematian suatu saat nanti.

- Tujuan hidup kita di dunia adalah untuk mencari makna dan tujuan hidup yang
sebenarnya. Ini dapat dicapai melalui menjalani kehidupan dengan penuh makna dan
berarti, melakukan kebaikan, dan membantu orang lain.

- Selama hidup di dunia, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, serta
mendapatkan pengalaman dan pelajaran penting. Tujuan dari semua ini adalah untuk
memperkuat iman, karakter, dan kebijaksanaan kita.

- Kehidupan kita di dunia adalah persiapan untuk kehidupan setelah kematian, di mana
kita akan dipertanggungjawabkan atas perbuatan kita selama hidup di dunia.
- Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan kehidupannya di dunia
secara maksimal dan berusaha untuk mencapai potensi terbaiknya.

Namun, hakikat kehidupan kita di dunia dapat dipahami secara berbeda-beda oleh setiap
orang, tergantung pada latar belakang, agama, keyakinan, dan pengalaman hidup yang
dimilikinya.

Allah ‫ ﷻ‬telah menyebutkan tentang hakikat dunia dalam banyak ayat dalam Al-Quran. Di
antaranya seperti firman Allah ‫ﷻ‬,

‫اْع َلُم وا َأَّنَم ا اْلَح َياُة الُّد ْنَيا َلِع ٌب َو َلْهٌو َو ِزيَنٌة َو َتَفاُخ ٌر َبْيَنُك ْم َو َتَك اُثٌر ِفي‬
‫اَأْلْم َو اِل َو اَأْلْو اَل ِد َك َم َثِل َغْيٍث َأْع َجَب اْلُك َّفاَر َنَباُتُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَر اُه ُم ْص َفًّر ا ُثَّم‬
‫َيُك وُن ُح َطاًم ا َو ِفي اآْل َع َذ اٌب َش ِد يٌد َو َم ْغ ِفَر ٌة ِم َن ِهَّللا َو ِرْض َو اٌن َو َم ا اْلَح َياُة‬
‫الُّد ْنَيا ِإاَّل َم َتاُع اْلُغ ُروِر‬

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda


gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam
kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Demikian juga firman Allah ‫ﷻ‬,

‫َفَم ا َم َتاُع اْلَح َياِة الُّد ْنَيا ِفي اآْل ِخ َرِة ِإاَّل َقِليٌل‬
“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di
akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38)
Intinya, banyak sekali ayat-ayat yang seperti ini di dalam Al-Quran, yaitu Allah
‫ ﷻ‬menyebutkan bahwasanya kehidupan di dunia ini isinya hanya berupa
kenikmatan yang semu.

Oleh karena itu, melalui pembahasan ini kita akan menyebutkan bagaimana
hakikat-hakikat dunia tersebut, dan bagaimana sikap yang seharusnya kita
lakukan setelah mengetahui hakikat kehidupan dunia tersebut.

Penjelasan tentang hakikat dunia bisa kita rinci menjadi tiga sebagai berikut:

1. Dunia hanya sementara


Apa maksud dari dunia hanya sementara? “Sementara” maksudnya dunia
ini waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan fase-fase kehidupan
setelahnya. Telah kita sebutkan bahwasanya kita telah dan akan melewati
beberapa fase-fase kehidupan. Di antaranya adalah kita telah melewati
fase janin, kemudian kita sekarang sedang berada di fase kehidupan di
dunia, kemudian kita akan menuju fase alam barzakh, kemudian fase
padang mahsyar, kemudian akan berakhir di surga atau neraka.

Kalau kita mau merenungkan, kita berada di fase janin hanya selama
kurang lebih sembilan bulan. Setelah itu, kehidupan kita di dunia hanya
berkisar 60-70 tahun, bahkan bisa jadi kurang daripada itu, dan sangat
sedikit yang bisa lebih daripada itu, sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬,

‫ َو َأَقُّلُهْم َم ْن َيُجوُز َذ ِلَك‬، ‫ ِإَلى الَّسْبِع يَن‬، ‫َأْع َم اُر ُأَّمِتي َم ا َبْيَن الِّس ِّتيَن‬
“Usia umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan
sedikit sekali mereka yang melebihi (usia) tersebut.”
Artinya, ada orang-orang yang Allah ‫ ﷻ‬berikan usia lebih dari tujuh
puluh tahun, akan tetapi hal itu jarang. Kebanyakannya adalah seseorang
maksimal usianya berkisar 60-70 tahun. Setelah itu, seseorang kemudian
akan masuk di alam barzakh, yang tidak seorang pun tahu berapa lama
dia akan berada di fase tersebut. Setelah itu, di fase padang mahsyar,
seseorang akan berada di sana selama 50.000 tahun, lalu kemudian
seseorang akan abadi di surga atau di akhirat.
Dari sini kita sudah bisa melihat, fase yang akan seseorang jalani setelah
fase kehidupan dunia sangatlah lama, bahkan lamanya waktu tersebut
menjadi tidak ada bandingannya dengan waktu hidup seseorang di dunia.
Di fase alam barzakh saja seseorang bisa berada di sana selama ratusan
atau bahkan hingga ribuan tahun. Belum lagi di fase padang mahsyar
selama 50.000 tahun, dan juga kehidupan surga atau neraka yang
seseorang akan kekal abadi. Apa perbandingan itu semua dengan umur
seseorang yang masih kemungkinan dia akan hidup paling lama tujuh
puluh tahun? Tidak ada bandingannya sama sekali. Oleh karenanya,
Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan bagaimana manusia ketika kelak telah melihat
hari kiamat,

‫َك َأَّنُهْم َيْو َم َيَر ْو َنَها َلْم َيْلَبُثوا ِإاَّل َع ِش َّيًة َأْو ُض َح اَها‬
“Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya
hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di
dunia) pada waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at: 46)

Pada hari kiamat kelak, manusia akan merasakan bahwasanya mereka


seakan-akan hidup satu sore atau hanya sampai di waktu duha. Tentu, itu
seakan-akan waktu yang sangat singkat. Tidak lain mereka merasakan
demikian, karena mereka melihat betapa dahsyatnya hari kiamat ketika
itu. Demikian juga ketika Allah ‫ ﷻ‬bertanya kepada manusia ketika
mereka telah dibangkitkan,

‫ َق اُلوا َلِبْثَن ا َيْو ًم ا َأْو َبْع َض َي ْو ٍم‬، ‫َقاَل َك ْم َلِبْثُتْم ِفي اَأْلْر ِض َع َدَد ِس ِنيَن‬
‫َفاْس َأِل اْلَع اِّد يَن‬
“Dia (Allah) berfirman, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di
bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah
hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung’.” (QS. Al-
Mu’minun: 112-113)

Mengapa manusia akan menjawab demikian? Karena mereka melihat di


depan mata mereka bahwasanya fase kehidupan mereka di akhirat itu
adalah kehidupan yang sangat panjang, bahkan jika dibandingkan dengan
kehidupan mereka selama di dunia maka kehidupan mereka di dunia
terasa sangat sedikit.
Di antaranya yang menunjukkan bahwa hidup kita di dunia ini hanya
sebentar adalah dalil-dalil sebagai berikut:

Allah ‫ ﷻ‬banyak berfirman di dalam Al-Quran bahwa kehidupan dunia


itu sementara. Di antaranya seperti firman Allah ‫ﷻ‬,
‫َم َتاٌع َقِليٌل‬
“(Dunia) itu hanyalah kesenangan sementara.” (QS. Ali-‘Imran: 197)

Allah ‫ ﷻ‬juga menyamakan dunia dengan air hujan. Allah ‫ﷻ‬


berfirman,
‫َو اْض ِر ْب َلُهْم َم َثَل اْلَح َياِة الُّد ْنَيا َك َم اٍء َأْنَز ْلَن اُه ِم َن الَّس َم اِء َفاْخ َتَل َط ِب ِه‬
‫َنَباُت اَأْلْر ِض َفَأْص َبَح َهِش يًم ا َتْذ ُروُه الِّر َياُح َو َك اَن ُهَّللا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء‬
‫ُم ْقَتِد ًرا‬
“Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia
ini, yaitu ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga
menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan)
itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)

Pada ayat ini, ada dua pendapat di kalangan para ulama tentang apa
maksud perumpamaan ini.

Pendapat pertama mengatakan bahwasanya dunia seperti air. Di antara


sifat air adalah air itu tidak menetap dan sering berubah zatnya tergantung
kondisi. Maka demikian pula dengan dunia, kondisi kita tidak stabil,
kadang sehat dan kadang sakit, kadang tertawa dan kadang juga sedih,
terkadang ekonomi bagus dan terkadang ekonomi juga sempit, dan
perubahan-perubahan yang lainnya. Selain itu, di antara sifat air juga
adalah jika banyak, maka akan berbahaya, bisa banjir dan yang lainnya.
Maka, demikian pula dengan dunia jika diambil terlalu banyak akan
memberi mudarat, bisa melupakan seseorang dengan akhirat, akan
mengalami hisab yang panjang di akhirat, dan yang lainnya, maka dari itu
hendaknya mengambil dari dunia secukupnya saja. Selain itu, orang yang
mengambil air itu biasanya akan basah, maka demikian pula dengan
seseorang yang mengambil dunia, ada risiko mudarat yang mungkin dia
dapatkan dari mengambil dunia tersebut.

2. Dunia dijadikan indah dalam pandangan mata sebagai ujian

Terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwasanya dunia memang


dijadikan indah oleh Allah ‫ﷻ‬. Di antaranya seperti firman Allah
‫ﷻ‬,

‫ِإَّنا َجَع ْلَنا َم ا َع َلى اَأْلْر ِض ِزيَنًة َلَها ِلَنْبُلَو ُهْم َأُّيُهْم َأْح َس ُن َع َم اًل‬
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya
yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi: 7)

Demikian juga firman Allah ‫ ﷻ‬yang telah kita sebutkan sebelumnya,

‫َو اَل َتُم َّدَّن َع ْيَنْيَك ِإَلى َم ا َم َّتْعَن ا ِب ِه َأْز َو اًج ا ِم ْنُهْم َز ْه َر َة اْلَح َي اِة الُّد ْنَيا‬
‫ِلَنْفِتَنُهْم ِفيِه َو ِر ْز ُق َر ِّبَك َخ ْيٌر َو َأْبَقى‬
“Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada
kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari
mereka, itu hanya (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka
dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Thaha: 131)

Selain firman Allah ‫ﷻ‬, Nabi Muhamad ‫ ﷺ‬juga pernah bersabda,

‫ َو ِإَّن َهللا ُم ْسَتْخ ِلُفُك ْم ِفيَها َفَيْنُظُر َك ْيَف َتْع َم ُلوَن‬،‫ِإَّن الُّد ْنَيا ُح ْلَو ٌة َخ ِض َر ٌة‬
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah telah
menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah memperhatikan
apa yang kalian kerjakan.”
Jadi, kita harus tahu bahwasanya dunia itu memang dibuat indah oleh
Allah ‫ﷻ‬, sehingga ketertarikan kepada dunia itu adalah sesuatu hal
yang manusiawi. Tentu banyak hal yang membuat kita tertarik, bisa
dengan wanita bagi laki-laki, bisa dengan anak-anak, bisa dengan harta,
bisa dengan pekerjaan, bisa dengan pemandangan-pemandangan yang
indah, bisa dengan barang-barang yang mewah, dan yang lainnya. Semua
hal di dunia ini bisa membuat kita tergoda, akan tetapi kita harus sadar
bahwasanya kehidupan dunia adalah ujian.

3. Dunia hanyalah tempat ujian

Hakikat dunia hanya sebagai ujian sangat banyak kita temukan dalam
firman-firman Allah ‫ ﷻ‬di dalam Al-Quran. Di antaranya seperti
firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ُك ُّل َنْفٍس َذ اِئَقُة اْلَم ْو ِت َو َنْبُلوُك ْم ِبالَّش ِّر َو اْلَخ ْيِر ِفْتَنًة َو ِإَلْيَنا ُتْر َج ُعوَن‬
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Pada ayat ini Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan bahwasanya Dia menguji hamba-


Nya dengan kebaikan dan keburukan. Sesungguhnya ketika kita masuk ke
alam dunia ini, maka kita ibarat sedang masuk dalam ruangan ujian.
Maka, jangan kemudian kita menyangka bahwasanya ujian itu hanya
berbentuk keburukan seperti sakit, kekurangan ekonomi, atau bahkan
musibah. Akan tetapi, kebaikan seperti kesehatan, kecerdasan, prestasi,
jabatan, harta yang banyak, dan kebaikan yang lainnya, itu semua juga
merupakan ujian. Semua kebaikan-kebaikan yang merupakan ujian
tersebut akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah ‫ﷻ‬.

Di antara ayat lain yang menunjukkan bahwasanya dunia adalah tempat


ujian yaitu firman Allah ‫ﷻ‬,

‫َو اَل َتُم َّدَّن َع ْيَنْيَك ِإَلى َم ا َم َّتْعَن ا ِب ِه َأْز َو اًج ا ِم ْنُهْم َز ْه َر َة اْلَح َي اِة الُّد ْنَيا‬
‫ِلَنْفِتَنُهْم ِفيِه َو ِر ْز ُق َر ِّبَك َخ ْيٌر َو َأْبَقى‬
“Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada
kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari
mereka, itu hanya (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka
dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Thaha: 131)

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan tentang hakikat


dunia, yaitu dunia itu hanya sementara dan sangat singkat, kemudian
dunia memang dibuat indah oleh Allah ‫ ﷻ‬sebagai ujian, dan yang
terakhir dunia memang asalnya adalah tempat ujian.

Anda mungkin juga menyukai