Menjadikan Hidup
Bermakna
3 FASE MANUSIA
KELAHIRAN, KEMATIAN, KEBANGKITAN
FASE KELAHIRAN
ٍني ِط ْن ِم ٍةَل اَل ُس ْن ِم َنا َس ْن ا اَن ْق
َو َلَقْد َخ َل ِإْل
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.”
(QS. Al-Mu’minun, 23:12)
ي ِك
ٍر َم ٍن ا َرَق يِف ًةَف ْطُن ُهاَن ْل ُثَّم َج َع
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).”
(QS. Al-Mu’minun, 23:13)
FASE KELAHIRAN
ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة
ِع َظاًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع َظاَم َلْح ًم ا ُثَّم َأْنَش ْأَناُه َخ ْلًقا آَخ َر ۚ َفَتَباَر َك ُهَّللا
َأْح َس ُن اْلَخ اِلِقيَن
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.” (QS. Al-Mu’minun, 23:14)
FASE KEMATIAN
ُت َل َٰذ
ُثَّم ِإَّنُك ْم َبْع َد ِلَك َم ِّي وَن
“Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan mati.”
(QS. Al-Mu’minun, 23:15)
FASE KEBANGKITAN
ُثَّم ِإَّنُك ْم َيْو َم اْلِقَياَم ِة ُتْبَع ُثوَن
“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari
kuburmu) di hari kiamat.”
(QS. Al-Mu’minun, 23:16)
KEMANA SETELAH KITA
DIBANGKITKAN?
Hanya ada 2 kemungkinan arah
setelah kita dibangkitkan:
1. ASHABUL YAMIN (golongan
kanan). Dialah ashabul jannah
(penghuni surga)
2. ASHABUS SYIMAL (golongan
kiri). Dialah ashabul naar
(penghuni neraka)
NERAKA TEMPAT KEMBALI YANG BURUK
Neraka disebut Allah SWT sebagai
HARTA TAHTA
SEBAGAI ILAHNYA
Ada pula yang menyandingkan ilah-ilah itu dengan Allah
SWT. Mereka mencintai ilah selain Allah itu sama bahkan
kadang melebihi cintanya kepada Allah.
. َو ِم َن الَّناِس َم ْن َيَّتِخ ُذ ِم ْن ُد وِن ِهَّللا َأْنَد اًد ا ُيِح ُّبوَنُهْم َك ُحِّب ِهَّللا
َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأَشُّد ُح ًّبا ِهَّلِل
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah". (QS. Al Baqarah,
2:165)
MAKNA
LAA ILAHA ILLALLAAH
• Menafikan (menghilangkan/
menghancurkan) ilah-ilah selain
Allah.
• Menjadikan Allah sebagai ilah
satu-satunya. Hanya Allah tempat
kita bergantung.
• Dan hanya Allah-lah yang kita
cintai, rindui, gandrungi, dan kita
gelisahi, jauh di atas segalanya.
SYAHADAT RISALAH
Syahadat risalah bukan hanya sekedar pengakuan persona grata (orang yang
dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai utusan Allah SWT bagi alam semesta ini. Tetapi
juga suatu kesiapan untuk menjadikan Rasulullah sebagai uswah atau contoh dalam
setiap aspek kehidupan.
َم ْوَي ْلا َو َهَّللا و ُج ْرَي َن ا َك ْن َمِل ٌة َن َس َح ٌة َو ْسُأ َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َرُس وِل ِهَّللا
اآْل ِخ َر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًر ا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab,
33:21)
GABUNGAN ASYHADU AN LAA
ILAAHA ILLALLAAH DAN
MUHAMMAD RASULULLAH
• Segala identitas dan simbol yang
ada pada diri kita harus
merupakan bentuk nyata dari
kalimat syahadat yang kita
fahami.
• Apa yang mendekam dalam hati
kita, apa yang menerangi
pemikiran kita dan apa yang
tampil pada zahir kita semuanya
cermin sikap kita sebagai orang
yang telah bersyahadah.
Makna Syahadat (Video)
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai,
saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad,
jika salah satu anggotanya menderita sakit,
maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya)
dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukankah, Allah memberikan gelar Umat Islam sebagai umat yg terbaik? syariahNya
membawa Rahmat bagi seluruh Alam? Dan Agama ini telah disempurnakan?
Ada 2 kemungkinan:
1. Allah yang Salah Memberikan Gelar
2. Manusia yang salah
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
Akar masalah...
Akibat kesalahan perbuatan manusia, yang:
“Masih menerapkan sistem Sekuler, sehingga
menjauhkan peran Allah sbg Al Kholiq & Al Mudabbir”
ُقْل َهـِذِه َس ِبْيِلى َأْد ُع واِإَلى ِۚهللا َع َلى َبِص ْيَر ٍة َأَنا َو َمِن اَّتَبَعِنۖى
Demikianlah Allah telah memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
untuk mengajak seluruh umatnya untuk bertawakkal kepada Allah, dan senantiasa menggunakan akal
dan keilmuannya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan semua perintahNya
dan menjauhi laranganNya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
• Ilmu adalah sayyidul ‘amal (penghulunya amal), sehingga tidak ada satu amalan pun
yang dapat dilakukan dengan benar, tanpa didasari dengan ilmu. Sebagaimana
disebutkan dalam sebuah kaidah yang telah disepakati ummat,
TAMAN SURGA
Nabi saw bersabda,
َقاَل َو َم ا. ِإَذ ا َم َر ْر ُتْم ِبِر َياِض اْلَج َّنِة َفاْر َتُعوا
ِح َلُق الِّذ ْك ِر: َقاَل، ِر َياُض اْلَج َّنِة
“Jika kalian melewati taman surga
maka berhentilah. Mereka
bertanya, ”Apakah taman surga
itu?” Beliau menjawab, ”Halaqoh
dzikir (majelis Ilmu).”
(HR. Tirmidzi no. 3510)
ORANG BERILMU VS ORANG TIDAK
BERILMU
َهْل َيْس َتِو ي اَّلِذ يَن َيْع َلُم وَن َو اَّلِذ يَن اَل َيْع َلُم وَن
ا
َب ِب ْلَأْل ا و ُلوُأ ِإَّنَم ا َيَتَذ َّك ُر
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran” (QS. Az-Zumar, 39: 9)
ILMU, PETUNJUK JALAN PULANG
MENUJU SURGA
َيْر َفِع ُهللا اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو اَّلِذ يَن
ا َد
ِع َم َرَج ٍت ْل ْلا وا ُت وُأ
“Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.”
(QS Al Mujadalah, 58: 11)
• Dalam menuntut ilmu tidak bisa sembarangan, dan harus sesuai
dengan kebutuhannya. Jangan sampai menuntut ilmu yang malah
menjerumuskan kita pada kesesatan, kebingungan, dan
membiaskan hati kita dari keimanan dan ketakwaan.