2
ketaatan dan ketundukan pada perintah-
perintah Alllah . Sebagaimana yang Allah
�irmankan,
ُ ُ ۡ َ َّ َ ۡ َ َّ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ
ون
ِ ٱ��س إِ� ِ�عبدِ ٱ�ن وِ وما خلقت
“tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz
Dzariyat : 56)
Tugas mulia untuk beribadah kepada Allah
, berlaku sepanjang hidup, selama manusia
masih mempunyai akal sehat, sejak dia baligh
sampai meninggal dunia tugas ketaatan tersebut
harus terus dilaksanakan.
Ketika Allah memerintahkan manusia
untuk taat beribadah, hal tersebut bukanlah
karena Allah membutuhkan ibadah dari
manusia, namun justru manusialah yang
membutuhkan hal tersebut. Dalam hadits qudsi
Allah ber�irman,
َ َ ُ َ ْ ُ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ َ
آﺧﺮ�ﻢ و ِ��ﺴ�ﻢ و ِﺟﻨ�ﻢ ﺎﻛﻧﻮا ﻰﻠﻋ ِ ﻳﺎ ِﻋﺒﺎ ِدي لﻮ أن أوﻟ�ﻢ و
ًﻚ ﻲﻓ ُمﻠْﻲﻜ َﺷيْﺌﺎ
َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َْ ََْ
ِ ِ ِ اﺣ ٍﺪ ِﻣﻨ�ﻢ ﻣﺎ زاد ذل
ِ ﺐ رﺟ ٍﻞ و ِ أ�ﻰﻘ ﻗﻠ
3
Wahai hamba-hamba-Ku! Jika kamu sekalian
yang awal hingga yang akhir, baik dari bangsa
manusia maupun dari bangsa jin, bertakwa
seperti orang yang paling bertakwa di antara
kamu sekalian, maka hal itu tidak akan
menambah sedikit pun pada kekuasaan-Ku (HR
Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hadits tersebut memuat pesan bahwa
ibadah pada intinya adalah bukan kepentingan
Allah , namun kepentingan manusia untuk
menyelamatkan dirinya dikehidupan Akhirat.
Sebagian orang merasa perintah taat, adalah
beban yang memberatkan kehidupan. Padahal
ketaatan merupakan manifestasi dari rasa
syukur, dan terimakasih kita kepada Allah atas
banyaknya nikmat yang telah diberikan. Perlu
difahami bahwa kenikmatan yang telah
diberikan kepada manusia jauh lebih banyak
dari pada beban ketaatan yang diberikan oleh
Allah ,
َ ْ ُ ْ ُ َ ّٰ َ َ ْ ْ ُّ ُ َ ْ َ
.......ۗ وا ِن �عدوا ن ِعمة ا�ِ � �صوها
4
“dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
maka kamu tidak bisa menghitungnya”. (an Nahl
: 18)
Ritual ketaatan yang Allah berikan kepada
kita, bisa dihitung dan sangat mungkin untuk
dikerjakan. Sedangkan nikmat yang telah Allah
berikan kepada manusia, begitu sangat
banyak bahkan tidak berbilang. Sehingga
tidaklah menjadi beban ketika manusia
diwajibkan untuk taat yang berbilang, dengan
fasilitas nikmat yang tidak berbilang. Hal inilah
yang menjadi landasan manusia untuk taat
tanpa tapi, tidak ada alasan lagi beban ibadah
terasa berat, atau menganggap ketaatan sebagai
perkara yang mengganggu produktivitas
keduniaannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Jika kita perhatikan, tujuan Allah
memerintahkan manusia untuk taat sebenarnya
adalah untuk kepentingan manusia sendiri.
Manusia yang lalai untuk taat dalam
kehidupannya lalu tiba-tiba meninggal dunia, dia
akan mendapatkan kecelakaan dan keburukan
5
selama-lamanya di akhirat. Maksud Allah
dalam perintah taat adalah agar manusia
berhati-hati dalam menjalani kehidupannya.
Bahkan Allah mengulang-ulang perintah taat
di dalam al-Qur’an lebih dari 6 kali. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perintah taat adalah
perkara yang sangat penting.
Manusia harus mempunyai kesadaran
bahwa kehidupannya adalah mutlak untuk taat
kepada Allah , Allah ber�irman
ّٰ َ َ ٰ ٌّ ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ّ َّ ْ ْ َ َ ْ ُ ٓ َ ُ ْ ُ َّ َ َ ٰ
ِ�امن الرسول بِما ان ِزل ا ِ�هِ مِن ر�ِهٖ والمؤمِنونۗ � امن بِا
ْ� ا َ َحد ّ ِم ْن ُّر ُسلِهٖ ۗ َو َقالُوا َ ْ َكته َو ُ� ُتبه َو ُر ُسلِه َ� ُ� َف ّر ُق بَ ٰ َ َ
ٍ ِ �ٖ ِٖ ٖ ِ وملۤ ِٕٮ
ُ�ْ ك ال ْ َم ِص َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ
�ِ س ِمعنا واطعنا �فرانك ر�نا وا
6
darirasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan:
‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa):
‘Ampunilah kami yaTuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.’” (QS. Al-Baqarah :
285)
Imam Ibnu Katsir di kitab tafsirnya, beliau
menjelaskan bahwa makna sami’naa waatha’naa
(kami dengar dan kami taat) adalah ‘kami
mendengar �irman-Mu wahai Tuhan kami, kami
memahaminya, mendirikannya dan
menyesuaikan perbuatan kami dengan
ketetapan �irman-Mu tersebut.
Selain itu, ketaatan merupakan konsekuensi
keimanan seseorang. Iman yang benar menuntut
manusia untuk yakin, bahwa seluruh amal
perbuatannya akan dihisab oleh Allah . Jika
amalnya baik maka akan mendapatkan pahala,
dan jika amalnya buruk maka akan
mendapatkan dosa dan siksa di Akhirat.
ّ َ َو َﻣﻦ َ� ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣﺜْ َﻘ َﺎل َذ َّر ٍة. �ا ﻳَ َﺮ ُه
ًﺮﺷا ً ْ َ� َﻤﻦ َ� ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣﺜْ َﻘ َﺎل َذ َّر ٍة َﺧ
ﻳَ َﺮ ُه
7
“Barangsiapa beramal kebaikan sebesar
zarrah maka dia akan melihatnya, dan
barangsiapa beramal keburukan sebesar zarrah
dia juga akan melihatnya” (QS. Az-Zalzalah : 7)
Ayat ini menjelaskan tentang adanya hisab di
akhirat, bahwa seluruh amal perbuatan, baik
maupun buruk akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah . Maka orang
yang beruntung adalah yang amal kehidupannya
penuh dengan ketaatan, dan sebaliknya, orang
yang celaka adalah orang yang lalai dan minim
amal ketaatan kepada Allah .
Oleh: Ustadz Firdaus Arifullah, S.Pdi., M.H.
Group WhatsApp : https://chat.whatsapp.com/FMPl4mX7HJj5vWXWzaI0ir