Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan menungkinkan perawat untuk membuat
penilaian klinis
B. Tujuan pemeriksaan fisik
Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
Untuk menambah, menginformasi atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan
Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnose keperawatan
Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaanya
Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
Mengidentifikasi area promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan fisik
Mempersiapkan klien
Sebagian besar individu membutuhkan penjelasan mengenai pemeriksaan fisik. Perawat harus
menjelaskan kapan dan dimana pemeriksaan fisik akan dilakuakan, mengapa tindakan
tersebut penting dan apa yang akan terjadi saat pemeriksaan. Klien harus mengosongkan
kandung kemih sebelum dilakukan pemeriksaan fisik.
Mempersiapkan lingkungan.
Waktu pengkajian fisik harus sesuai untuk klien maupun perawat.Lingkungan harus
mempunyai pencahayaan yang baik dan peralatan harus siap untuk digunakan. Pemberian
privasi penting untuk dilakukan. Suhu ruangan harus cukup agar klien merasa nyaman.
Mengatur Posisi
Beberapa posisi biasanya dibutuhkan selama pengkajian fisik. Perawat perlu
mempertimbangkan kondisi fisik klien, level energi, dan usianya.
Menutup Area tubuh
Letak kain penutup harus diatur agar area tubuh yang akan dikaji tersingkap dan dan area
tubuh lainnya tertutup.
Instrumentasi
Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengkajian kesehatan harus bersih, berfungsi dengan
baik dan mudah dijangkau. Peralatan disusun diatas bak instrument, dan siap digunakan.
D. Metode Pemeriksaan Fisik
Empat tekni utama yang digunakan pada pemeriksaan fisik yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan visual yaitu pengkajian dengan mneggunakan indra penglihatan.
Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat bertujuan dan sistimatasi Perawat melakukan
inspeksi dengan mata telanjang dan instrument peghasil cahaya seperti otoskop (diguanakan
untuk melihat telinga). Perawat juga memperhatiakn isyarat olfaktorius (penciuman) dan
auditorius (pendengaran). Teknik inspeksi biasa digunakan untuk mengkaji kelembaban,
warna, tekstur permukaan tubuh, bentuk, posisi, ukuran, warna dan kesimetrisan tubuh.
2. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan tubuh dengan menggunakan indra sentuhan.Tindakan ini
dilakukan dengan buku-buku jari. Palpasi bertujuan menetukan :
a. Tekstur (misalanya rambut)
b. Suhu (misalnya area kulit)
c. Vibrasi (misalnya sendi)
d. Posisi, ukuran, konsitensi dan mobilisasi organ atau massa
e. Distensi (misalnya kandung kemih)
f. Pulsasi
g. Adanya nyeri saat penekanan
Ada dua macam palpasi : yaitu dangkal dan dalam.
Palpasi dangkal (permukaan) harus selalu dilakukan sebelum palpasi dalam karena
penekanan yang kuat pada ujung jari dapat menumpulkan indra sentuhan . Tujuannya
untuk menentukan tonus otot. Teknik palpasi dangkal yaitu perawat menempelkan jari-
jari tangan yang dominan sejajar dengan permukaan kulit dan menekan area tersebut
dengan lembut sambil menggerakkan tangan dengan gerakan melingkar. Pada palpasi
dangkal kulit ditekan sekadarnya. Jika diperlukan untuk mentukan detail massa perawat
dapat menekan area dengan lembut beberapa kali dan bukan dengan memperlama
tekanan
Palpasi dalam dilakukan dengan dua tangan (bimanual) atau satu tangan.Tujuannya
untuk mengidentifikasi organ abdominal dan massa di dalam abdomen.
Pada palpasi bimanual dalam perawat menempelkan tangan yang dominan seperti pada
teknik palpasi dangkal, kemudian menempelkan buku-buku jari tangan non-domianan
seperti pada permukaan dorsal sendi interfalangesbagian distal ketiga jari tangan yang
dominan. Tangan yang diatas memberikan tekanan, sedangkan tangan yang dibawah
tetap rileks merasakan sensasi taktil. Pada palpasi dalam dengan satu tangan, buku-buku
jari tangan yang dominan memberkan penekanan pada area yang dipalpasi. Tangan yang
lain sering kali digunakan untuk menyokong masa aatau organ dari bawah. Palpasi dalam
dilakukan dengan sangat hati-hati karena tekanan dapat meusak organ dalam. Tindakan
ini biasanya tidak dindikasikan bagi klien yang mengalami nyeri abdomen akut atau nyeri
yang belum terdiagnosa.
Petunjuk pada saat melakukan palpasi :
Tangan perawat harus bersih dan hangat, dan kuku jari harus pendek.
Area yang nyeri harus dipalpasi terakhir
Palpasi dalam harus dilakukan setelah palpasi dangkal.
Keefektifan plpasi bergantung pada relaksasi klien. Perawat dapat membantu klien untuk
rileks dengan :
Memakai kain penutup secara tepat
Mengatur posisi yang nyaman bagi klien
Memastikan tangan dalam keadaan hangat sebelum mulai pemeriksaan fisik
3. Perkusi
Perkusi merupakan tindakan mengetuk-ngetuk permukaan tubuh untuk menghasilkan
suara yang dapat di dengar atau getaran yang dapat dirasakan. Ada dua jenis perkusi yaitu :
Perkusi langsung
Perawat mengetuk area yang akan diperkusi dengan buku-buku satu, dua, tiga atau
empat jari atau buku-buku dengan jari tengah saja. Ketukan dilakukan dengan cepat
dan gerakkannya berasal dari pergelangan tangan. Perkusi lansung digunakan untuk
mengkaji sinus pada dewasa
Perkusi tidak langsung
Adalah tindakan mengetuk suatu objek (misalnya jari) yang akan diletakkan pada area
tubuh yang akan diperiksa. pada teknik ini jari tengah tangan non dominanan yang
disebut plesimeter diletakkan dengan mantap pada kulit klien. Dengan menggunakan
ujung jari tengah tangan lain yang disebut pleksor, perawat mengetuk-ngetuk
pleksimeter, biasanya pada bagian distal sendi interfalangs. gerakan berasal dari
pergelangan tangan, lengan atas tidak bergerak.
Perkusi digunakan untuk :
menentukan lokasi, ukuran dan bentuk organ dalam dengan menetukan lokasi tepi
organ.
Tindakan ini mengindikasikan apakah jaringan terisi oleh cairan udara atau padat.
Pekak , merupakan bunyi sangat redup yang dihasilkan oleh jaringan yang sangat
padat seperti otot atau tulang
Redup, merupakan bunyi berdebuk yang dihasilakan oleh jaringan pada seperti hati,
limpa atau jantung
Resonan, merupakan bunyi bergema yang dihasilkan oleh paru-paru yang terisi udara
Hiperesonan, bukan merupakan bunyi normal yang dihasilkan oleh tubuh. Bunyi
tersebut digambarkan sebagai bunyi bunyi booming (bunyi resonan yang sangat keras
dan dalam) yang dapat terdengar pada paru-paru yang mengalami efisema
Timpani merupakan bunyi yang berirama atau menyerupai drum yang dihasilkan oleh
lambung yang terisi udara dan intestinal
4. Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh. Auskultasi
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.Auskultasi langsung dilakukan tanpa
menggunakan alat bantu meisalnya untuk mendengarkan bunyi pernapasaan wheezing atau
mengi atau bunyi pergerakan sendi. Aukultasi tidak langsung dilakukan dengan menggunakan
stetoskop yang menghantarkan bunyi ke telinga perawat. Stetoskop digunakan untuk
mendengarkan bunyi seperti bising usus, atau bunyi katup jantung dan tekanan darah.
Respon Motorik
Mematuhi perintah 6 Bereaksi terhadap perintah verbal
Melokalisasi 5 Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi
Menarik 4 Fleksi dan menarik rangsangan nyeri
Fleksi abnormal 3 Membentuk posisi dekortikasi
Ekstensi abnormal 2 Membentuk posisi deserebrasi
Tidak ada 1 Tidak berespon; hanya berbaring lemah
Respon verbal
Orientasi baik 5 Orientasi baik dan mampu berbicara
Bingung 4 Disorentasi dan bingung
Kata-kata yang tidak tepat 3 Mengulang kata-kata yang tidak tepat secara acak
Kata-kata yang tidak jelas 2 Mengerang atau merintih
Tidak Ada 1 Tidak berespon
b. Vaskularitas
lesi Vaskular kulit meliputi :
Petekie : bercak kecil seukuran ujung jarum berwarna merah atau ungu yang disebabkan oleh
hemoragi atau pendarahan kecil pada lapisan kulit.
Ecchymosis : lesi macula irregular yang lebih besar dari petekie, warnana bervariasi dari hitam,
kuning dan hijau
C. Lesi Kulit
Lesi kulit adalah perubahan pada tampilan normal kulit klien. Lesi kulit primer adalah lesi yang
pertama kali muncul sebagai respon terhadap perubahan eksternal atau internal kulit. Lesi kulit
sekunder adalah lesi yang tidak muncul sejak awal, tetapi terjadi akibat adanya modifikasi seperti
tingkat kekronisan, trauma, atau infeksi pada lesi primer.
Lesi kulit primer adalah sebagai berikut :
Makula : bercak kecil dan ukurannya < 1 cm . Perubahan kulit yang rata dan tidak menebal.
Contoh : bintik-bintik campak, petekia.
Papula : Elevasi kulit dengan batas yang jelas dan padat. Papula berukuran kurang dari 1 cm.
Contoh : kutil jerawat, pustule
Pustula: Vesikel atau berisi pus. Contoh agne vulgaris.
Vesikel : Masa tipis, tembus pandang, dengan batas yang jelas, berbentuk bulat atau oval
serta berisi cairan serosa atau darah.Contoh : herpers simpleks, cacar air dini, lepuh luka bakar
kecil
Kista : Massa semisolid atau berisi cairan, berukuran 1 cm atau lebih, tebal dan berselubung
yang muncul dari jaringan subcutan atau dermis.
Bulla : sejumlah cairan pada superficial dengan kedalaman > 0,5 cm.
Lesi Kulit sekunder adalah sebagai berikut :
Erosi : luka terbuka pada superficial dengan pengkikisan lapisan epidermis
Krusta : Darah, serum atau pus kering yang tertinggal di permukaan kulit setelah vesikel atau
pustule pecah.
Ulkus : Luka terbuka yang dalam yang mencapai dermis atau submukosa
Scale/Sisik : Serpihan jaringan kulit yang berminyak dan berkeratin. Contoh, Ketombe,
psoriazis, dan eczema.
Fisura : pecahan linear pada kulit dengan tepi yang tegas yang mencapai lapisan dermis,
biasanya sangat nyeri.
Eksoriasi : kehilangan kulit akibat goresan
Atropi : Penipisan jaringan epidermis dan dermis akibat kehilangan kolagen dan elastin
Keloid : permbuhan yang berlebihan dari jaringan parut akibat proses pembentukan kolagen
yang berlebihan selama proses penyembuhan luka
c. Edema
Edema : kondisi kelebihan cairan interstisial. Area yang mengalami edema akan terlihat
bengkak, mengkilap, dan tegang. Edema yang menyeluruh sering kali mengindikasikan
gangguan sirkulasi vena dan beberapa kasus menunjukkan adanya disfungsi jantung atau
abnormalitas vena, serta sindrom nefrotik.
lokasinya edema :
1. Anasarka : edema secara menyeluruh
2. pergelangan kaki
3. Ascites : Penumpukan cairan pada ronga peritoneal
4. Periorbital : sekitar mata
5. sacrum
Pengkajian tingkat edema dapat dilakukan dengan menekan area edema dengan keras
menggunakan ibu jari selama 5 detik kemudian lepas. Kedalaman pitting dicatat dalam mm
Tingkat Pengkajian
d. Kelembaban
Kelembaban kulit langsung berkaitan dengan hidrasi klien dan kondisi lapisan lemak luar
permukaan kulit. Hidrasi kulit dan membrane mukosa membantu mengungkapkan keseimbangan
cairan tubuh, perubahan lingkungan integument dan pengaturan suhu tubuh. Kelembapan adalah
kebasaan dan keminyakan. Kulit normalnya halus dan kering. Sedikit keringat dan minyak harus
ada.
e. Suhu
Suhu kulit bergantung pada jumlah darah yang bersirkulasi melewati dermis.Peningkatan atau
penurunan suhu kulit mengindikasikan peningkatkan atau peneurunan aliran darah. Normalnya
suhu kulit berada pada rentang dari dingin ke hangat bila disentuh. Suhu lebih akurat jika dikaji
dengan memplapasi kulit menggunakan permukaan dorsal tangan atau jari.
f. Tekstur
Karakter permukaan kulit dan bagian yang lebih dalam pada perbaan adalah teksturnya. Perawat
menentukan apakah kulit klien halus atau kasar, tipis atau tebal, kencang atau lentur dan indurasi
(kekerasan)atau lunak dengan mengusapnya dan sedikit mempalpasinya dengan ujung jari.
Tekstur kulit normalnya halus, lunak, rata dan fleksibel pada anak-anak dan dewasa.
g. Turgor kulit
Turgor adalah elastisitas kulit, yang dapat hilang karena edema atau dehidrasi.Untuk mengkaji
turgor kulit, lipatan kulit dibagian belakang lengan bawah atau area sternumdicubit dengan
dengan ujung jari dan dilepaskan . Kulit normal akan terangkat dengan mudah dan segera kembali
ke posisi semula. Kegagalan kulit untuk kembali ke kontur atau bentuk normal mengindikasikan
adanya dehidrasi.
2. Rambut
Rambut yang normal mudah mudah diatur tumbuh merata di seluruh kepala.Pada individu yang
mengalami defisiensi protein berat ( kwashiorkor), warna rambut, memudar dan terlihat
kemerahan atau memucat , tekstrunya kasar dan kering. Beberapa terapi pengobatan dapat
menyebabkan alopepsia (kerontokan).
Mengkaji rambut Temuan Normal Kelainan
PENGKAJIAN
1. Kaji penggunaan cat rambut, atau obat
pengeriting atau pelurus rambut
PERENCANAAN :
Persiapa alat
Sarung Tangan Disposible
Persiapan Klien :
Menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan
Mempersiapkan lingkungan Privacy Klien
(menutup Tabir, pintu, Jendela Kamar)
PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
3. Amati ketebalan dan ketipisan rambut Rambut tebal Rambut sangat tipis
4. Amati tekstur dan kelembaban rambut Rambut lembut dan Rambut rapuh, rambut sangat
mudah diatur berminyak atau kering
5. Amati adanya infeksi dengan memisahkan Tidak ada infeksi Pecah,pecah,luka, kuta, telur
rambut menjadi beberapa bagian , kutu, dan kurap
memeriksa di belakang telinga dan
disepanjang garis batas rambut di leher
6. Amati jumlah rambut tubuh
EVALUASI Bervariaso Hirsutisme (rambut yang tidak
normal pada wanita)
Laporkan kelainan yang bermakna pada dokter
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
3. Kuku
inspeksi kuku ditujukan untuk melihat bentuk lempeng kuku,tekstur kuku, warna dasar kuku, dan
keutuhan jaringan disekitar kuku.
PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. Amati bentuk kuku jari untuk mentukan Kuku cembung, sudut Kuku sendok yang terlihat pada
lengkungan dan sudut kuku pada lempeng kuku klien dengan anemia defisiensi
sekitar160◦ zat besi
5. Amati teksture kuku jari tangan dan jari Kaya pembuluh darah dan Warna kebiruan atau keunguan
kaki berwarna merah muda (dapat menunjukkan sianosis);
pada kien yang berkulit pucat dapat menunjukkan
terang. Klen berkulit hitam sirkulasi arteri yang buruk
memiliki pigmentasi coklat
atau hitam pada garis
longitudinal
6. Amati jaringan di sekitar kuku Epidermis yang utuh Hangnail;paronikia (inflamasi)
7. Lakukan blanch test / capillary refill untuk Kembali ke warna merah Lambatnya perubahanke warna
menilai pengisian kalpiler. Tekan dua kuku mudah atau warna merah muda atau warna
atau lebih dengan menggunakan ibu jari biasanya dengan cepat (< sebelumnya (mengindikasikan
dan jari telunjuk ;perhatikan perubahan 4 detik) gangguan sirkulasi.
warna menjadi pucat dan kembali menjadi
merah mudah pada sdasar kuku
EVALUASI
Lakukan pemeriksaan lanjutan yang
mendetail pada sistem individu yang lain
berdasarkan hasil pemeriksaan yang
berbeda dari hasil yang diharapkan atau
dari hasil normal untuk klien.Kaitkan hasil
pemeriksaan fisik dengan data pengkajian
sebelumnya.
Laporkan kelainan yang bermakna pada
dokter
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
KEPALA DAN LEHER
Pemeriksaan kepala dan leher mencakup pengkajian kepala, mata, telinga, hidung, mulut faring, dan
leher (limfe nodus, arteri carotid, kelenjar tiroid, dan trakea). Pengkajian kepala dan leher
menggunakan inspeksi, palpasi dan auskultasi, dengan inspeksi dan palpasi sering digunkan secara
bersamaan
1. Mengkaji tengkorak dan wajah
PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. Amati ukuran,bentuk , dan kesimetrisan Bulat (normosefalik dan Tidak simetris; peningkatan
tengkorak simetris, dengan ukuran tengkorak disertai
penonjolan pada bagian penonjolan pada bagian hidung
frontal, parietal dan dan dahi;mandibula lebih
oksipital); kontur kepala panjang (dapat mengindikasikan
halus kelebihan hormon pertumbuhan
atau penebalan tulang.
5. Palpasi kepala untuk ,mengkaji adanya Halus, konsistensi Kista sebasea;deformitas lokal
nodul atau massa dan cekungan. Lakukan sama;tidak ada nodul akibat trauma
gerakan memutar yang lembut dengan atau massa.
menggunakan ujung jari. Mulai dari
bagian depan dan palpasi kea rah bawah
midklavikula, kemudian palpasi setiap sisi
kepala.
Telinga
Tiga bagian dari telinga yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Perawat menginspeksi dan
mempalpasi struktur telingga luar, mneginspeksi struktur telinga tengah dengan otoskop dan menguji
telinga dalam dengan menggunakan ketajaman pendengaran. Struktur telinga luar telinga luar terdiri
dari aurikula, kanal telinga luar, dan membrane timpani (gendang telinga). Telinga tengah adalah
rongga berisi udara yang terdiri dari tiga tulang osikel (maleus, inkus dan stapes). Tuba eustasius
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring.Tekanan antara atmosfir luar dan telinga tengah
distabilkan melalui tuba eustasius. Telinga tengah terdiri dari koklea, vestibulum, dank anal
semilunaris.
Mekanisme transmisi suara :
- Gelombang bunyi di udara memasuki telinga luar , melewati kanal telinga luar.
- Gelombang bunyi mencapai membrane timpani, meyebabkan bergetar
- Vibrasi dihantarkan ke telinga tengah melalui rantai osikuler ke jendela oval di lubang
telinga dalam.
- Koklea menerima vibrasi suara
- Impuls saraf dari koklea mengalir ke saraf auditorius dank e korteks serebri.
Gangguan pendengaran
Gangguan telinga terjadi karena beberapa masalah termasuk disfungsi meknaik (sumbatan oleh
serumen atau benda asing), trauma (benda asing atau pajanan bunyi), gangguan neurologik
(kerusakan saraf auditorius), penyakit akut (infeksi virus) dan efek toksik dari pengobatan.
a. Tuli Konduktif : disebabkan oleh gangguan tranmisi gelombang suara sewaktu melewati struktur
telinga luar dan telinga tengah. Hal ini disebabkan oleh robekan pada memban timpani atau
penyumbatan yang terjadi akibat pembengkakkan.
b. Tuli Sensorineural disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran, atau pusat
pendengaran di otak.
c. Tuli campuran merupaka kombinasi antara tuli konduktif dan sensorineural.
Pengkajian Teling
PELAKSANAAN
Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. Inspeksi aurikula telinga terhadap ukuran, Warna sama dengan Warna daun telinga kebiruan
bentuk, kesimetrisan, posisi dan warna warna kulit, simetris. (mis. Sianosis.)Pucat, kemerahan
aurikula Urikula sejajar dengan yang berlebihan . Tidak simetris.
kantus luar m ata, sekitar Letak telinga rendah (karena
10 derajat sejajar sumbu kelainan congenital)
5. palpasi aurikula untuk tekstur, nyeri vertical Lesi , kulit berkerak, bersisik,
tekan dan lesi kulit . Jika klien mengeluh Dapat bergerak, tegas nyeri tekan
nyeri perawat dengan hati-hati menarik dan tidak ada nyeri tekan
aurikula dan menekan tragus dan
mempalpasi di belakang telinga pada
prosesus mastoideus. Jika palpasi telinga
luar meningkatkan nyeri maka
kemungkinan terjadi infeksi telinga luar.
Nyeri tekan pada mastoideus dapat
mengindikasikan mastoiditis.
PELAKSANAAN
1. Kaji respon klien terhadap nada suara Nada suara yang normal Nada suara normal tidak
normal . Apabila klien mengalami kesulitan dapat didengar didengar (Misalnya meminta
dalam mendengarkan suara normal, lakukan perawat mengulani kata-kata
atau pernyataannya, tubuh
pemeriksaan berikut
condong kea rah pembicara
2. Lakukan uji detik arloji : Bunyi detik pada
arloji memiliki frekuensi yang lebih tinggi Dapat mendengarkan Tidak dapat mendengarkan
daripada suara manusia. bunyi detik arloji. bunyi detik arloji dengan salah
a. Diluar lapang padang klien, letakkan satu atau kedua telinga.
arloji sejauh 2-3 cm dari telinga yang
tidak tertutup.
b. Tanya apakah klien mendengarnya.
Ulangi pada telinga yang lain
EVALUASI
Lakukan pemeriksaan lanjutan yang
mendetail pada sistem individu yang lain
berdasarkan hasil pemeriksaan yang
berbeda dari hasil yang diharapkan atau dari
hasil normal untuk klien.Kaitkan hasil
pemeriksaan fisik dengan data pengkajian
sebelumnya. Laporkan kelainan yang
bermakna pada dokter
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
PELAKSANAAN
Hidung
1. Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. inspeksi hidung bagian luar untuk melihat Semetris dan lurus Tidak simetris
adanya kelainan bentuk, ukuran atau Tidak ada mucus, atau Keluar mucus dari hidung
warna serta penapasan cuping hidung, pernapasn cuping hidung Area kemerahan lokal atau
serta mucus atau cairan dari hidung Warna sama adanya lesi kulit
5. Palpasi hidung bagian luar dengan
lembut untuk menentukan area yang Tidak ada nyeri tekan, Terdapat nyeri tekan saat plpasi,
mengalami nyeri tekan, terdapat masa tidak ada lesi terdapat lesi
dan mengalami pergeseran tulang serta
kartilago.
6. Tentukan kepatenan kedua rongga Udara bergerak bebas Pergerakan udara terbatas pada
hidung . Minta klien menutup mulutnya, saat klien bernapas salah satu atau kedua lubang
mengeluarkan tekanan pada salah satu melalui lubang hidung hidung.
lubang hidung dan bernapas melalui
lubang hidung yang lain . Ulangi prosedur
yang sama untuk mengkaji kepatenan
lubang hidung sebelahnya.
7. Amati rongga hidung dengan
menggunakan senter Mukosa berwarna merah Mukosa berwarna merah,
8. Amati adanya kemerahan, muda, bersih, cairan edema, ada mucus yang
pembengkakkan, pertumbuhan dan encer abnormal (purulent)
cairan yang keluar dari hidung. Tidak ada lesi Ada lesi, misalnya polip.
9. Amati septum nasi diantara dua hidung Septum nasi utuh dan Septum miring ke kanan atau
berada di tengah kekiri.
Sinus wajah
10. Palpasi sinus maksilaris dan sinus Tidak ada nyeri tekan Nyeri tekan pada salah satu atau
Mengkaji hidung dan sinus Temuan Normal Kelainan
frontalis untuk mengetahui adanya nyeri kedua sinus
tekan
EVALUASI
Lakukan pemeriksaan lanjutan yang
mendetail pada sistem individu yang lain
berdasarkan hasil pemeriksaan yang
berbeda dari hasil yang diharapkan atau
dari hasil normal untuk klien.Kaitkan hasil
pemeriksaan fisik dengan data pengkajian
sebelumnya.
Laporkan kelainan yang bermakna pada
dokter
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
6. Amati dan palpasi lapisan bibir terdalam Warna merah muda yang
dan mukosa bukal terhadap warna, tidak merata (pigmentasi
kelemban , tekstur dan adanya lesi bintik-bintik coklat pada
klien yang berkulit gelap.
Tekstur lembab, halus
,lembut mengkilap dan
elastic (mukosa pada
individu pada lansia lebih
kering karena penurunan
saliva)
Gigi dan Gusi Gigi orang dewasa Gigi tanggal;gigi palsu yang tidak
7. Amati gigi dan gusi saat memeriksa gigi berjumlah 28 untuk anak- pas.Perubahan warna email
bagian dalam dan mukosa bukal dan anak dan 32 untuk menjadi cokelat atau hitam
apakah klien mengalami bau mulut atau dewasa, email gigi haus, (Menigndikasikan noda atau
halitosis putih, mengkilap, tidak adanya karies), halitosisi (bau
halitosis mulut
8. Amati gigi palsu. Minta klien melepaskan Gigi palsu halus dan utuh Gigi palsu yang tidak pas;iritasi
gigi palsu. dan ekskoriasi pada area di
bawah gigi palsu
Lidah
9. Dengan menggunakan senter, amati Posisi di tengah Posisi lidah tidak di tengah
permukaan lidah untuk mengkaji posisi, mengindikasikan kerusakan
warna, dan tekstur. Minta klien saraf hipoglous (saraf cranial ke
menjulurkan lidah 12)gemetar yang berlebihan
10. Amati pergerakan lidah . Minta klien Bergerak dengan bebas Pergerakan terbatas
memutar lidahnya keatas dan dan tidak ada pergerakan
mengerakan ke kanan kiri
11. Amati pangkal lidah, dasar mulut dan Pangkal lidah halus, Pembengkakkan, ulserasi
frenulum. Minta klien menempelkan dengan vena-vena yang
ujung lidahnya di langit-langit mulut menonjol)
12. Palpasi lidah dan dasar mulut untuk Tidak teraba adanya Pembengkakkan, nodul
mengetahui adanya nodul, tonjolan atau nodul
area yang menglami eksorasi
Mengkaji mulut dan orofaring Temuan Normal Kelainan
Uvula
13. Amati uvula untuk menilai posisi dan Terletak di tengah- Menyimpang ke salah satu sisi
pergerakkannya . Saat mengamati uvula tengah palatum molle akibat tumor atau
minta klien mengatakan “ah” agar Uvula akan bergerak truma;imobilitas
palatum molle terangkat ( Untuk menguji keatas dan kedepan (mengindikasikan kerusakan
nervus vagus/Nervus X saraf trigeminus atau saraf
Orofaring dan Tonsil vagus
14. Amati orofaring untuk mengkaji warna Dinding Terdapat kemerahan atau
dan tekstur.Amati setiap sisi secara posteriorberwarna edema, terdapat lesi, palk atau
bergantian untuk mencegah reflex merah muda dan halus drainase.
muntah. Tekan lidah menggunakan spatel
lidah pada sisi yang sama (kira-kira
dipertengahan lidah) pada saat klien
menengadakan kepalanya dan membuka
mulut lebar-lebar . Gunakan penlight
untuk menyinari area tersebut
15. Amati tonsil untuk mengkaji warna , Berwarna merah muda Mengalami inflamasi
ukuran dan adanya inflamasi dan halus.
EVALUASI Ukuran normal
Lakukan pemeriksaan lanjutan yang
mendetail pada sistem individu yang lain
berdasarkan hasil pemeriksaan yang
berbeda dari hasil yang diharapkan atau
dari hasil normal untuk klien.Kaitkan hasil
pemeriksaan fisik dengan data pengkajian
sebelumnya.
Laporkan kelainan yang bermakna pada
dokter
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
PELAKSANAAN
Otot Leher
1. Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. Amati otot leher (sternokleidomastoideus Ukuran oto sama, kepala Pembengkakkan leher pada
dan trapezius berada di tengah atau salah satu sisi
leher lurus, tidak ada (unilateral);kepala tertarik ke
distensi vena jugularis salah satu sisi (mengindikasikan
adanya masa, cedera,
kelemahan otot, memendeknya
otot sternokleidomastoideus
DOKUMENTASI
Catat hasil pemeriksaan pada catatan klien
.
Nodus LImfe
Sistem ekstensif dari nodus limfe menampung limfe dari kepala, telinga, pipi, dan bibir. Sistem imun
melindungi tubuh dari antigen asing, membuang sel mati dari sirkulasi dan memberi hambatan parsial bagi
pertumbuhan sel-sel ganas di dalam tubuh.
Kepala
Oksipital Sisi posterior dasar tengkorak Bagian osipital kulit kepala dan
struktur dalam bagian belakang
leher.
Postaurikular Di belakang aurikula telinga atau didepan Bagian parietal kepala dan
(mastoideus) prosesus mastoideus sebagian telinga
Supraklavikular Diatas klavikula, pada sudut antara klavikula Bagian lateral leher dan paru-
dan otot sternokleidomastoideus paru.
THORAX
Sebelum mengkaji toraks dan paru-paru , perawat harus mengetahui garis batas dada. Garis batas ini
membantu perawat melokalisai temuan dan menggunakan keterampilan pengkajian dengan benar.
- Garis Midsternum : merupakan garis vertical yang memanjang melalui pusat sternum
- Garis Midklavikularis : merupakan garis vertikal yang ditarik dari titik tengah klavikula.
- Garis aksilaris anterior (Kanan dan Kiri) : merupakan garis vertical yang ditarik dari lipatan aksila
anterior
- Garis aksila posterior merupakan garis vertical yang ditarik dari lipatan aksila posterior.
- Garis midaksilaris merupakan garis vertical yang ditarik dari apeks aksila.
- Garis vertebralis : merupakan garis vertical disepanjang prosesus spinosus.
- Thorax anterior : paru-paru meluas sekitar 3-4 cm diatas tulang klavikula. Garis inferior paru-paru
melewati keenam tulang rusuk pada garis midclavikulasris
- Thoraks posterior : melewati torkalis ke 10 pada saat ekspirasi sampai prosesus spinosus torakalis
ke 12 pada saat inspirasi.
- Thorak lateral : paru-paru meluas dari apeks sampai aksila pada tulang rusuk ke delapan pada
garis midaksilaris
Inspeksi Toraks
untuk menginspeksi toraks pasien di minta duduk tegak tanpa penopang
Pengkajian :
Kaji riwayat adanya riwayat berikut : riwayat
penyakit pada keluarga, termasuk kanker, alergi,
tuberculosis, gaya hidup, seperti merokok dan
bahaya dalam pekerjaan ( misalnya menghirup
gas berbahaya); obat yang sedang digunakan
;masalah saat ini (mis : bengkak, batuk,
mengi,nyeri)
PERENCANAAN :
Persiapan alat : tidak ada
PELAKSANAAN
Inspeksi Toraks
1. Perawat mencuci tangan
2. Berikan privacy untuk klien
3. Jelaska n pada pasien tindakan yang akan
dilakukan, mengapa tindakan itu penting.
4. Amati bentuk dan kesimetrisan dada Pada dewasa, normalnya Dada
berbentuk bundar/elips; burung (pektus karinatum ) :
rasio diameter diameter tranversum yang
anteroposterior sempit , diameter
transversum adalah 1: 2 anteroposterior yang melebar
Bergerak simetris saat dan sternum yang menonjol.
bernapas tanpa adanya Dada corong : suatu defek
massa yang jelas. congenital , merupakan
kebalikan dari dada burung
dimana sternum terdepresi dan
diameter anterosuperior
menyempit, dan sternum
mengarah kesisi posterior.
Palpasi Toraks
Palpasi Genaral : Perawat harus melakukan palpasi secara khusus pada area yang mengalami
abnormalitas. Temperatur dan turgor kulit harus dikaji, Palpasi terhadap area yang terdapat benjolan dan
massa
Perkusi Thoraks
Atur posisi pasien dengan posisi supine
Perkusi secara sistematis mulai dari jarak 5 cm dari dada bagian atas ke bawah, bergerak dari kanan ke
kiri
Perkusi diatas ICS, hindari perkusi pada tulang rusuk. Untuk perkusi anterior dimulai dimulai batas
klavikula lalu ke bawah sampai interkosta 5, kemudian tentukan batas paru kanan dan kiri (bunyi paru
normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung : redup
Melakukan perkusi untuk mengetahui pengembangan paru
- Minta klien mengambil napas dalam dan menahan napasnya saat anda melakukan perkusi di
sepanjang garis scapula sampai terdengar bunyi redup pada area setinggi diafragma. Tanda titik ini
dengan pensil penanda, dan ulangi prosedur tersebut pada sisi dada yang lain.
- Minta klien bernapas normal beberapa kali dan kemudian mengeluarkan napas yang terakhir
secara komplet dan menahannya selagi anda melakukan perkusi kea rah atas dari titik yang telah
ditandai guna mengkaji serta menandai pengembangan diafragma pada kedua sisi selama klien
melakukan ekspirasi dalam
- Ukur jarak diantara dua tanda tersebut.
Normalnya : Pada wanita pengembangan mencapai 3-5 cm di kedua sisi dan pada pria mencapai 5-6
cm.
- Difragma sebalah kanan biasanya sedikit lebih tinggi
Kelainan : Pengembangan terbatas (berhubungan dengan kelainan paru)
Auskultasi
Krekel (rales) Bunyi retih yang halus Udara yang Paling sering
pendek dan terputus- melewati cairan terdengar di
putus ;paling jelas atau lender pada bagian dasar lobus
terdengar pada saat setiap jalan napas paru bawah.
inpirasi , tetapi dapat
terdengar pada saat
Rhonchi inspirasi maupun
eskpirasi. Tidak dapat Udara yang Bunyi keras dapat
melewati jalan didengar dihampir
hilang dengan batuk. napas yang sempit seluruh area paru,
Bunyi deguk yang akibat adanya tetapi paling jelas
continue, bernada sekresi , terdengar diatas
rendah, kasar, parau dan pembengkakkan, trakea dan bronki.
keras yang disertai bunyi atau tumor
Friction rub rintihan dan dengkuran.
Paling jelas terdengar
saat ekspirasi, tetapi Paling sering
dapat terdengar pada Gesekan antara terdengar pada
saat inspirasi maupun permukaan pleura area dengan
Mengi ekspirasi. Dapat hilang yang mengalami eskpansi toraks
dengan batuk inflamasi terbesar ( misalnya
Bunyi garau atau derak bagian anterior
superficial yang dan lateral dada)
terdengar selama Udara yang
inspirasi dan ekspirasi. melewati bronkus Terdengar di
Tidak dapat hilang yang mengalami seluruh lapang
dengan batuk. konstriksi akibat paru.
adanya sekresi,
Bunyi decit yang pembengkakkan,
berirama, bernada tinggi tumor.
dan continue.Paling jelas
terdengar saat ekspirasi.
Bianya tidak terganggu
saat batuk
JANTUNG
Perawat melakukan pengkajian jantung melalui tindakan observasi (inspeksi), palpasi dan auskultasi
secara berurutan .
Inspeksi dan Palpasi
Perawat menggunakan inspeksi dan palpasi secara bersamaan. Selama inspeksi dan palpasi
perawat secara metodik mencari pulsasi yang dapat terlihat dan mempalpasi impuls apikal.
Tindakan inspeksi dan palpasi dilakukan pada prekordium, yaitu area dada yang terletak di bawah
jantung untuk mengetahui pulsasi yang abnormal atau lift atau heave. Lift atau heave digunakan
secara bergantian untuk menggambarkan peningkatan disepanjang tepi sternum pada setiap
denyut jantung. Lift terjadi ketika kerja jantung sangat berat . Kondisi tersebut dapat dipastikan
dengan tindakan palpasi menggunakan telapak tangan.Pembesaran atau aktivitas yang berlebihan
pada ventrikel kiri menyebabkan heave pada sisi lateral apeks , sedangkan pembesaran pada
ventrikel kanan menyebabkan heave pada sternum atau area didekatnya.
Temuan normal
- Pulpasi impuls apikal kemungkinan kelihatan (ini dapat mengindikasikan ukuran jantung)
- Tidak ditemukan Lift atau heave
- Katup aorta, pulmonal dan mitral tidak dapat dipalpasi
- pulsasi apikal kemungkinan dapat dirasakan saat palpasi.
Tekanan vena Jugularis :
a. Amati vena jugularis untuk mengetahui adanya distensi saat klien berada pada posisi semifowlwe
b. Apabila terdapat distensi jugularis,kaji tekanan vena jugularis (JVP)
Posisikan pasien supine dengan kepala ditinggikan 30 derajat
Tentukan lokasi titik tertinggi distensi vena jugularis interna.
ukur tinggi vertikal titik tersebut (dalam sentimeter)dari sudut sternum yakni titik pertemuan
kedua klivikula.
Gunakan dua penggaris.Buat garis dari dari tepi bawah penggaris biasa dengan ujung area
pulsasi di vena jugularis.Kemudian ambl penggaris sentimeter dan buat tegak lurus dengan
pengaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dengan sentimeter jarak antara penggaris
kedua dan sudut sterna.
Ulangi langkah di atas pada sisi disebalahnya.
Temuan :
Hasil pengukuran diatas3-4 cm pada kedua sisi dianggap tinggi (mengindikasikan gagal jantung
kanan)
Perkusi Jantung
Batas Kiri atas : ICS II linea parasternalis kiri
Batas Kiri Bawah : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan atas Jantung : ICS II linea parasternalis kanan
Batas kanan bawah jantung : ICS III-IV linea parasternalis kanan
Auskultasi Jantung
- Bunyi jantung I : terjadi Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang
terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole.Tekanan yang
paling besar terjadi pada sisi kiri , sehingga tercipta suara yang lebih lama dan lebih
keras.Peristiwa di sisi kiri jantung sedikit mendahului peristiwa disisi kanan jantung.Pada saat
ventrikel kiri beristirahat , tekanan pada atrium kiri (fase diastolic) melebihi tekanan pada
ventrikel, menciptakan tekanan tinggi yang mengalirkan darah melewati katup mitral yang
terbuka. Tepat sebelum kontraksi ventrikel , katup mitral menutup untuk mencegah
regurgitasi darah ke dalam atrium , menciptakan bunyi jantung pertama (S1), sering
digambarkan sebagai “lub”
Daerah auskultasi untuk BJ I
1. Katup Mitralis : ICS V linea midkalvikularis kiri
2. Katup Trikuspidalis : ICS IV-V linea sternalis kiri.
- Bunyi Jantung II :
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding
toraks. Tekanan ventrikuler menyebabkan katup aorta terbuka pada saat ventrikel
berkontraksi ( Fase sistolik). Darah mengalir kedalam aorta, meningkatkan tekanan aorta.
Pada saat ventrikel kosong, tekanan di dalam bilik menurun . untuk mencegah regurgitasi dari
aorta ke dalam ventrikel , katup aorta menutup, menciptakan bunyi jantung kedua (S2)
digambarkan sebagai ‘’dub”.
Daerah auskultasi untuk BJ II :
1. Katup aorta : ICS II linea sternalis kanan
2.Katup pulmonal : ICS II linea sternalis kiri
PAYUDARA
Inspeksi
- Amati ukuran , kesimetrisan dan kontur atau bentuk payudara ketika klien dalam
posisi duduk
- Amati kulit payudara untuk melihat adanya perubahan warna atau hiperpigmentasi,
retraksi atau legakan, area hipervaskular isasilokal, bengak atau edema
- Tentukan adanya retraksi dengan meminta klien :
Mengangkat lengan ke atas kepala
Menekan salah satu tangan dengan tangan yang lain sambil memfleksikan siku.
menekankan kedua tangan pada pinggul
- Amati Aerola untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, karakteristik
permukaan dan adanya masa atau lesi
- Amati putting untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, warna, rabas dan lesi
Temuan Normal
- Payudara wanita : berbentuk bulat, ukuran sedikit tidak sama, umumnya simetris
- Warna kulit pada payudara sama dengan warna kulit pada perut atau punggung
- Kulit pada payudara halus dan utuh,pola vaskuler horizontal atau vertiakal yang simetris
dan menyebar pada individu yang berkulit terang.
- Dapat ditemukan adanya stria (tanda goresa).
- Aerola berbentuk bulat atau lonjong dan sama kedua sisi , warnanya sangat bervariasi dari
merah muda terang sampai cokelat gelapwarna serupa, lembut dan halus , kedua putting
menunjukkan kearah yang sama, tidak ada rabas, kecuali pada ibu hamil dan ibu
menyusui.
- Putting berbentuk bulat , ukuran kedua sama,
Kelainan :
- perubahan ukuran payudara baru-baru ini, bengkak, ketidaksimetrisan yang mencolok
- Perubahan warna atau hiperpigmentasi yang terlokalisasi
- Retraksi atau legokan akibat jaringan parut atau tumor invasif.
- Aerola tidak simetris, adanya masa atau lessi
- ukuran dan warna tidak sama
- adanya rabas dari putting , krusta atau pecah-pecah
Palpasi
- Palpasi nodus limfe aksilaris,subklavikular dan supraklavikular pada saat klien duduk,
lengan klien abduksi dan bertumpu pada lengan atas perawat. Gunakan permukaan datar
semua ujung jari untuk melakukan palpasi pada keempat area aksila :
Tepi otot pektoralis mayor di sepanjang garis aksilaris anterior.
Dinding toraks pada area midaksilaris.
Bagian atas humerus
Bagian anterior otot latisimus dorsi di sepanjang garis aksilaris.
- Palpasi payudara untuk mengetahui adanya masa, nyeri tekan, dan rabas dari putting
- Agar payudara lebih datar lagi, minta klien merentangkan lengannya dan meletakkan
tangannya dibelakang kepala. Kemudian letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di
bawah bahu klien.
- Untuk melakukan palpasi, gunakan permukaan ketiga ujung jari bagian tengah dan buat
gerakan memutar secara perlahan pada payudara.
Temuan Normal :
Tidak ada nyeri tekan, masa atau nodul atau rabas dari putting
Kelainan :
Ada nyeri tekan, massa, nodul atau rabas dari putting
Abdomen
Perawat menentukan lokasi dan mendeskripsikan hasil pemeriksaan abdomen dengan menggunakan
dua metode umum dalam pembagian abdomen yaitu kuadran dan region. Untuk membagi abdomen
menjadi beberapa kuadran, perawat dapat membayangkan dua garis khayal : garis vertical yang
terbentang dari prosesus xifoideus hingga simfisis pubis dan garis horizontal yang melintasi umlikus .
Kuadran Kanan -Atas Kuadran Kanan -Bawah Kuadran Kiri -Atas Kuadran Kiri-Bawah
Hati Lobus bawah ginjal Lobus kiri hati Lobus bawah ginjal kiri
Kandung empedu kanan Lambung Kolon sigmoid
Duodenum Sekum Limpa Kolon desenden
Kaput pancreas Apendiks (usus buntu) Lobus atas ginjal kiri Ovarium kiri
Kelenjar adrenal kanan Kolon asenden Pancreas Tuba falopi kiri
Lobus atas ginjal kanan Ovarium kanan Kelenjar adrenal kiri Ureter kiri
Fleksus koli dekstra Tuba fallopi kanan Fleksura koli sinistra Funikulus spermatikus
Kolon asenden Ureter kanan Kolon transversum sinistra
Kolon transversum Funikulus spermatikus Kolon desenden Bagian uterus
dekstra
Bagian uterus
Perkusi Renal
- Perkusi renal dapat dilakukan pada posterior sudut kostovertebra di garis scapula
- Dengan permukaan ulnar kepalan yang tertutup sebagian, perawat melakukan perkusi.
Temuan Normal : Nyeri ketuk ginjal Negatif
Kelainan : ditemukan nyeri ketuk ginjal.
Palpasi
Palpasi pada abdomen digunakan untuk mendeteksi area nyeri tekan pada abdomen dan mencatat
kualitasdistensi abdomen atau masa.
-Pertama lakukan palpasi dangkal untuk mendeteksi adanya area nyeri tekan. Palpasi pada keempat
kuadran secara sistematis
Temuan normal
- Mungkin terdapat nyeri tekan di dekat prosesus xifoideus, diatas sekum dan kolon sigmoid
Kelainan : nyeri tekan lokal atau menyeluruh
massa yang mudah digerakan atau sebaliknya
Palpasi Hati :
- Lakukan palpasi pada hati untuk mendeteksi adanya pembesaran dan nyeri tekan. Palpasi dalam
diatas kudran kanan atas
- Palpasi pada hati dapat dilakukan dengan menggunakan dua pnedekatan bimanual.Metode pertama
dilakukan dengan meletakkan salah satu tangan di sepanjang sisi anterior selubung iga dan tangan
yang lain di sisi posteriornya.
Berdiri di sebelah kanan klien. Letakkan tangan kiri anda pada bagian posteriot toraks, setinggi
iga ke-11 atau 12.Tangan tersebut digunakan untuk menekan ke atas dan meberikan sokongan
pada struktur di bawahnya untuk tindakan palpasi anterior berikutnya.
Letakkan tangan kanan anda di sepanjang selubung iga,yakni pada sudut 45 derajat dari sisi
kanan otot rektus abdominis, atau sejajar otot rektus dengan posisi jari-jari mengarah ke
selubung iga.
Saat klien mengembuskan napas, berikan tekanan ke atas dan ke bawah secara bertahap dan
perlahan di bawah tepi kosta sampai kedalam 4-5 cm. Selama ekspirasi, dinding abdomen
akan relaks sehingga memudahkan palpasi dalam
Pertahankan posisi tangan anda, dan minta klien menarik napas dalam. Tindakan ini membuat
tepi organ hati turun dan mengeser hati ke posisi yang mudah diraba. Saat klien
menghembuskan napas, rasakan gerakan tepi organ hati pada tangan anda.Area tersebut akan
teraba tegas dan memiliki kontur yang teratur.
Apabila organ hati membesar (misalnya teraba di bawah tepi kosta), ukur berapa sentimeter
panjangnya dibawah tepi kosta.
Temuan normal
- Hati bisanya tidak teraba pada dewasa
Palpasi kandung kemih
- Palpasi area diatas simpisis pubis
Temuan normal : tidak teraba
Kelainan : kandung kemih terdistensi dan teraba seperti masa yang halus, bulat dan tegang
(mengindikasikan retensi Urin)
SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Kaji postur tubuh, bentuk tubuh dan gaya berjalan
2. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan
3. Inspeksi beberapa abnormalitas
4. Inspeksi dan palpasi sendi temporomandibular dan rahang
5. Inspeksi dan palpasi leher dan tulang belakang
6. Kaji ROM (Range Of Motion)
7. Kaji ROM dari tulang belakang
8. Inspeksi dan palpasi ekstremitas atas dan bawah, kaji setiap sendi dan otot.
9. Memeriksa dan menentukan derajat kekuatan otot.
Sistem Nerologis
Pemeriksaan sistem nerologis meliputi pengkajian :
Status mental termasuk tingkat kesadaran
Pengkajian status mental meliputi fungsi otak secara keseluruhan. Beberapa area utama pada
pengkajian status mental meliputi : pengkajian bahasa, orientasi, memori, rentang perhatian dan
kemampuan berhitung
1. Bahasa
Segala bentuk kelainan atau hilangnya kekuatan untuk mengekspresikan diri melalu kata-kata,
tulisan atau untuk memahami bahasa lisan atau tulisan yang disebabkan oleh penyakit atau
cedera pada korteks serebri disebut dengan afasia. Afasia dikategorikan menjadi afasi sensori
atau reseftif dan afasia motorik atau ekspresif. Afasia sensori adalah hilangnya kemampuan
untuk memahami kata-kata lisan atau tulisan. Afasia sensori ada dua jenis yaitu afasia auditori
dan afasia visual. Afasia auditori adalah kehilangan kemampuan untuk memahami makna
simbolik yang berkaitan dengan bunyi.Afasia visual adalah kehilangan kemapuan untuk
memahami gambar-gambar yang tercetak atau tertulis.
Afasia motorik atau ekspresif hilangnya kemampuan untuk mengeskpresikan diri sendiri
dengan cara menulis, membuat tanda-tanda atau berbicara.
2. Orientasi
Pengkajian ini menentukan kemampuan individu untuk mengenali individu lain (orang),
kesadaran tentang kappa dan dimanan mereka berada saat itu (Waktu dan tempat, dan siapa
diri mereka (diri sendiri)
3. Memori :
Perawat mengkaji kemampuan klien dalam mengingat informasi yang muncul beberapa detik
sebelumnya (memori terkini), kajadian atau informasi yang muncul dipermulaan hari atau
diawal pemeriksaan (memori jangka pendek)dan pengetahuan yang diperoleh beberapa bulan
atau beberapa tehun sebelumnya (memori jangka panjang)
4. Rentang perhatian dan kemapuan berhitung
Nilai kemampuan klien utnk berkonsentrasi atau rentang perhatian klien untuk memintanya
untuk mneyebutkan huruf-huruf diabet atau menghitung mundur dari angka 100. Nilai
kemampuan berhitung klien dengan dengan meminta mengurutkan angka setelah dikurangi 7
atau 3
5. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dapat berada dititik manapun sepanjang sepanjang kontinum yang berkisar
antara status sadar dan koma. Skala koma Glasgow (GCS) dapat digunakan untuk menentukan
tingkat kesadaran
Saraf Kranial
Perawat perlu mewaspadai fungsi saraf- saraf tertentu serta metode pengkajian untuk setiap saraf
cranial guna mendeteksi adanya kelainan.
Fungsi Motorik
Pengkajian neurologis pada fungsi motorik ditunjukkan untuk mengevaluasi fungsi proprioseptif
dan serebelum. Beberapa struktur yang dikaji pada proprioseptif adalah proprioseptor, kolumna
posterior medulla spinalis serebelum dan perangkat vestibulum yang dipersarafi oleh saraf cranial
ke VIII. Proprioreseptor adalah terminal saraf sensori yang terdapat terutama di otot, tendon,
sendi, dan telinga bagian dalam yang memberikan informasi tentang pergerakan dan posisi
tubuh.Stimulus pada proprioreseptor merambat pada kolumna posterior medulla spinalis .
Menurunnya fungsi kolumna posterior medulla spinalis menyebabkan kerusakan pada otot dan
indra posisi. Serebelum membantu mengontrol postur tubuh, bekerja sama dengan korteks
serebri untuk memperhalus dan mengatur gerak tubuh dan mengendalikan otot rangka untuk
mempertahankan keseimbangan. Pengkajian fungsi motorik meliputi test motorik kasar dan
keseimbangan . Umumnya menggunakan test Romberg dan satu jenis test fungsi motorik dan
keseimbagan lainnya.
1. Gaya Berjalan
Minta klien berjalan menyebrangi ruangan dan kembali lagi.lalu kaji gaya berjalan klien
Temuan Normal : Memiliki postur tubuh yang tegak dan gaya berjalan yang mantapdisertai
ayunan tangan yang berlawanan. Berjalan tanpa bantuan dengan mempertahankan
keseimbagan
2. Test Romberg
Minta klien berdiri dan merapatkan kaki dan meletakakn kedua lengan disamping, pertama-
tama dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. Berdiri dekat klien selama
pemeriksaan untuk mencegah klien jatuh.
Temuan Normal : Romberg negatif : tubuh sedikit goyang , namun klien dapat
mempertahankan postur dan sikap berdiri yang tegak.
Kelainan : Romberg positif : tidak dapat mempertahankan sikap berdiri ;melebarkan kaki
untuk mempertahankan sikap berdiri
3. Berdiri dengan satu kaki dengan mata tertutup
Temuan Normal : Mempertahankan sikap berdiri selama setidaknya 5 detik
Kelainan : tidak dapat mempertahankan sikap berdiri selama 5 detik
Test motorik halus pada ekstermitas atas
1. Test jari ke hidung
Minta klien merentangkan kedua lengannya setinggi bahu dan menyentuh hidungnya
menggunakan jari telunjuk kedua tangan secara bergantian dengan cepat. Jika klien tidak
dapat melakukan test tersebut dengan mudah lakukan dengan mata tertutup
Temuan normal : kilen dapat menyentuh hidungnya seca berulang dan berirama
Kelainan : klien tidak dapat menyentuh hidungnya atau memberikan respon yang lambat.
2. Melakukan supinasi dan pronasi tangan pada lutut secara bergantian
Temuan normal : klien dapat melakukan supinasi dan pronasi dengan kecepatan sedang
Kelainan : Melakukan tes dengan gerakan yang lambat, kaku dan pengaturan waktu tidak
teratur, mnegalami kesulitan dalam melakukan supinasi dan pronasi.
Test motorik halus pada ekstremitas bawah
1. Tumit menyusuri tulang kering
Minta klien meletakkan tumit salah satu kaki tepat diatas lutut kaki yang lain dan mendorong
tumit tersebut menyusuri tulang kering hingga ke kaki . Ulangi langkah ini pada kaki yang
berbeda. Klien juga dapat melakukan test ini dalam posisi duduk.
2. Ibu Jari kaki atau bantalan kaki ke jari perawat
Minta klien menyentuh jari anda dengan ibu jari kedua kaki
Fungsi sensorik
Fungsi sensorik mencakup kemampuan membedakan sentuhan, nyeri, posisi dan taktil. Penilaian
sentuhan dan nyeri dilakukan pada area wajah, lengan, tungkai, tangan dan kaki
Sensasi sentuhan
Minta klien menutup matanya
Sentuh dengan menggunakan kapas pada dahi, pipi, tangan, lengan bawah, abdomen,
kaki dan tungkai bawah. Periksa area tertentu pada ekstremitas terlebih dahulu
(Mis.,tangan sebelum lengan dan kaki sebelum tungkai)
Minta klien menunjuk ke lokasi tempat ia merasakan sentuhan.
Temuan Normal : Sensasi geli atau sentuhan yang lembut
Kelainan : Anstesia, hiperstesia, hipoestesia, dan parastesia.
Sensasi nyeri
Minta klien menutup matanya dan mengatakan “tajam”,”tumpul”ketika klien
merasakan sentuhan yang tajam atau tumpul
Temuan normal :
Sensasi geli, atau sensasi sentuhan yang lembut
Kelainan normal:
Terdapat sejumlah area yang mengalami penurunan sensasi, peningkatan sensasi atau
tidak ada sensasi
Sensasi posisi
Minta klien menutup matanya
Pegang kedua jari tengah atau kedua ibu jari kaki klien dengan mantap diantara ibu
jari dan jari tengah anda, dan berikan tekanan yang sama pada kedua sisi jari atau ibu
jari kaki saat anda menggerakkannya
Lakukan serngkaian gerakan cepat ke atas dan kebawah sebelum membawa jari atau
jari kaki ke salah satu posisi secara tiba-tiba
Temuan normal : Dapat menentukan posisi jari-jari tangan dan jari-jari kaki dengan
mudah.
Kelainan : tidak dapat menentukan posisi salah satu atau kedua jari-jari tangan atau
jari-jari kaki.
REFLEKS
Refleks adalah respon otomatis tubuh terhadap stimulus . Respon terhadap reflex digambarkan
dalam skala 0 sampai + 4. Skala untuk menentukan Derajat Respon Refleks
0 : Tidak ada respon reflex
+1 : Aktivitas minimal (hipoaktif)
+2 : Respon normal
+3 : lebih aktif dari normal
+4 : aktivitas maksimal (hiperaktif)
Beberapa reflex yang biasanya diuji selama pemeriksaa fisik adalah
a. Refleks bisep
Pemeriksaan reflex bisep menilai C-5,C-6, pada medulla spinalis
- Fleksikan sedikit siku klien, dan letakkan lengan bawah klien diatas paha dengan posisi telapak
tangan menghadap bawah.
- Letakkan ibu jari tangan non-dominan anda horizontal diatas tendon bisep klien
- Berikan ketukan dengan palu perkusi diatas ibu jari anda.
- Amati adanya fleksi ringan yang normal pada siku klien dan rasakan kontraksi otot bisep pada
ibu jari anda
b. Refleks trisep
Pemeriksaan reflex trisep menilai C-7,C-8 pada medulla spinalis
- Fleksikan siku klien, dan sangga lengan klien dengan telapak tangan nondominan anda.
- Palpasi tendon trisep sekitar 2-5 cm diatas siku
- Ketukkan palu perkusi lansung pada tendon
- Amati adanya ekstensi ringan yang normal pada siku.
c. Refleks brakioradialis
Pemeriksaan reflex brakioradialis menilai C-3,C-6 pada medulla spinalis
- Letakkan lengan klien pada posisi istirahat diatas lengan bawah anda atau diatas kaki klien
sendri
- Ketukkan palu perkusi secara langsung pada radius 2-3 cm diatas pergelangan tangan atau
prosesus stiloid, yakni tonjolan tulang pada pergelangan tangan sejajar ibu jari.
- Amati adanya fleksi dan supinasi normal pada lengan klien. Jari-jari tangan juga dapat sedikit
ekstensi.
d. Refleks patella
Pemeriksaan reflex patella menilai L-2,L-3,L-4 pada medulla spinalis
- Minta klien duduk di tepi meja periksa agar kaki klien dapat menjuntai dengan bebas dan
tidak menjejak tanah
- Tentukan lokasi tendon patela yang berada tepat dibawah patella (tempurung lutut)
- Ketukan palu perkusi lansung pada tempon
- Amati adanya ekstensi kaki atau tendangan kaki yang normal saat otot kuadrisep berkontraksi
- Apabila tidak terdapat respond dan anda menduga bahwa klien tidak relaks, minta klien
mengaitkan jemarinya dan menarik lengan ke atas. Tindakan ini sering ksli meningkatkan
relaksasi sehingga akan menghasilkan respon yang akurat
e. Releks Achilles
Pemeriksaan reflex achilles menilai S-1,S-2 pada medulla spinalis
- Posisi klien sama seperti pemeriksaan reflex pada patella .Dorsifleksikan sedikit pergelangan
kaki klien dengan menopangkan kaki klien pada tangan anda.
- Ketukan palu perkusi langsung pada tendon Achilles, tepat diatas tumit
- Amati dan rasakan fleksi plantar (sentakan ke bawah) yang normal pada kaki klien.
f. Refleks plantar. Refleks plantar atau babinski adalah reflex superficial. Refleksini tidak dapat
ditemukan pada individu dewasa
- Gunakan benda yang agak tajam seperti gagang palu perkusi, kunci.
- Gores tepi lateral telapak kaki klien, mulai dari tumit, dan berlanjut ke bantalan tumit,
kemudian ke bantalan depan telapak kaki hingga ke ibu jari kaki
- Amati Respon : Normalnya Kelima jari akan menekuk;ini merupakan reaksi babinski negatif.
Pada respon babinski yang abnormal, jari-jari kaki akan meregang dan ibu jari bergerak ke
atas.