Fungsi SIAP
1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas, sumber data, dan personil organisasi
2. Mengolah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat merencanakan, mengeksekusi, mengendalikan,
mengevaluasi aktivitas, sumber daya, dan personil
3. Memberikan pengendalian yang memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi
SIAP dan Nilai Organisasi
SIAP yang baik, dapat menambah nilai organisasi, dengan:
1. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa
2. Meningkatkan efisiensi
3. Berbagi pengetahuan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokan/layanan
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal
6. Meningkatkan pengambilan keputusan.
SIAP dan Rantai Nilai
Tandberg (2005) mengenalkan konsep dalam sistem perbendaharaan, yang disebut rantai nilai sistem perbendaharaan
(treasury system value chain). Rantai nilai ini menggambarkan proses produksi dalam suatu sistem treasury serta
memperlihatkan langkah-langkah proses yang terjadi dan urutannya, serta proses pendukung dan sistem lintas sektoral.
• SIAP memberi manfaat besar dan menghemat biaya dalam desain rantai nilai
• Rantai nilai organisasi: mulai dari penyusunan anggaran – pelaksanaan – sampai dengan pelaporan
• Rantai nilai organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar yang dalam bisnis disebut supply
chain
• Dalam SIAP, contoh:
o Dalam siklus Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan, dan Pelaporan pertautan proses/aktivitas di
Kementerian Keuangan dengan K/L
o Sistem Pembayaran Kementerian Keuangan – Sistem Perbankan
RPS PERTEMUAN 2
SIKLUS APBN
MODUL SAKTI
RUANG LINGKUP
FITUR SAKTI
4. Level User
1. Integrasi 3. Multi User Multi
2. Single Entry Point (Maker, Checker,
Database Satker
dan Approver)
10. 14 Periode
11. ADK Interface
9. Locking Akuntansi 12. Historical dan
(Encrypted,
Transaksi (Unaudited dan Log Data
Hashed, Pin)
Audited)
PRINSIP DASAR
SAKTI digunakan oleh entitas akuntansi dan entitas pelaporan Kementerian Negara/Lembaga.
Transaksi yang dilaksanakan oleh entitas akuntansi dan entitas pelaporan dilakukan secara sistem elektronik.
Piloting SAKTI dilaksanakan secara daring dengan menggunakan sistem/ konsep database terpusat, multi user dan/ atau multi satker.
Setiap perubahan data pada SAKTI akan tercatat dalam histori transaksi meliputi perubahan pengguna, perubahan waktu, dan
perubahan data.
PERIODISASI TRANSAKSI
JAN – DES
UNAUDITED
Kode Periode AUDITED
1-12 Kode Periode
13 tanggal Kode Periode
buku 31 Des 14 tanggal
buku 31 Des
1) Tutup buku transaksi pada SAKTI merupakan proses tutup buku saat periode transaksi dinyatakan berakhir dan
dilakukan sebelum Modul Akuntansi dan Pelaporan melakukan periode tutup buku.
2) Dalam hal Modul Akuntansi dan Pelaporan melakukan tutup buku permanen maka modu lain secara otomatis akan
tertutup untuk periode berikutnya.
3) Transaksi yang belum dicatat setelah dilakukan tutup buku permanen maka transaksi dimaksud dicatat pada periode
transaksi berikutnya.
MODUL PENGANGGARAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk Penyusunan Rencar:a Kerja dan Anggaran sampai dengan penyusunan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran termasuk di daamnya proses perencanaan penyerapan anggaran dan penerimaan/ pendapatan dalam
periode satu tahun anggaran
Ruang Lingkup Modul Penganggaran meliputi :
1. PENYUSUNAN ANGGARAN
Merupakan kegiatan pembuatan Kertas Kerja dan RKA Satker serta Pembuatan RKA-K/L Unit Eselon I.
2. PELAKSANAAN REVISI ANGGARAN
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan atas dokumen DIPA.
Output : Usulan RKA-KL, Usulan Revisi DIPA, data Pagu
Data Transaksi Modul Penganggaran
MODUL KOMITMEN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pengelolaan aktivitas terkait pencatatan data supplier, kontrak, dan Berita Acara
Serah Terima (BAST) dalam rangka pelaksanaan APBN untuk mendukung pengelolaan data pagu, perencanaan kas dan
referensi dalam pelaksanaan pembayaran.
1. MANAJEMEN SUPPLIER
Merupakan kegiatan mengelola data penerima pembayaran, untuk kemudian didaftarkan ke SPAN melalui KPPN.
2. MANAJEMEN KONTRAK
Merupakan kegiatan mengelola data kontrak (perikatan dengan pihak ketiga), untuk kemudian didaftarkan ke SPAN melalui
KPPN.
3. PENCATATAN BAST
Mencatat BAST untuk mengakui aset dan utang pada saat serah terima. Terdiri dari BAST Kontraktual ataupun Non
Kontraktual
4. KONFIRMASI CAPAIAN OUTPUT
Mencatat rasio antara jumlah data output yang terkonfirmasi dibandingkan dengan jumlah output yang dikelola Satker
Output : ADK Supplier, ADK Kontrak, Data BAST dan Data Capaian Output
TRANSAKSI MODUL KOMITMEN
MODUL BENDAHARA
Bagian SAKTI yang berfungsi untuk penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui Bendahara.
1. Penatausahaan LS Bendahara
2. Penatausahaan UP/TUP
3. Penatausahaan Potongan/ pungutan pajak
4. Penatausahaan Surat Bukti setoran pendapatan, pengembalian belanja
5. Transaksi lain yang dikelola oleh Bendahara
Ouput : LPJ Bendahara
TRANSAKSI MODUL BENDAHARA
MODUL PEMBAYARAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pengajuan pembayara atas beban APBN, pengesahan
pendapatan dan belanja, dan pencatatan Surat Perintah Pencairan Dana.
Output : Dokumen Renkas, SPBy, PPDH, SPP, SPM atau yang dipersamakan, ADK : ADK RT,
ADK SPM atau yang dipersamakan
TRANSAKSI MODUL PEMBAYARAN
MODUL PERSEDIAAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pencatatan transaksi barang persediaan, pembuatan
jurnal transaksi, dan pembuatan laporan persediaan.
1. SETUP METODE
Merupakan kegiatan setup metode Pencatatan dan metode Penilaian
2. REFERENSI BARANG
Merupakan kegiatan mengelola referensi barang persediaan (16 digit)
3. PEREKAMAN TRANSAKSI PERSEDIAAN
Perekaman Transaksi Masuk, Transaksi Keluar, Opname Fisik
Output : Buku Persedian, Laporan Persediaan, Jurnal Persediaan
MODUL PIUTANG
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk melakukan penatausahaan transaksi piutang di Satker pengguna SAKTI
Ruang Lingkup Modul Piutang
TRANSAKSI MODUL PIUTANG
Monitoring SAKTI
MonSakti adalah Monitoring Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi Tools yang digunakan oleh Pengguna Aplikasi
Sakti untuk :
1. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL SATKER - Dilakukan oleh Satuan Kerja
2. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN SATKER DAN BUN - Dilakukan oleh DJPb
selaku BUN dan Satuan Kerja
3. MONITORING DAN EVALUASI SISTEM APLIKASI - Dilakukan oleh Subdit PSIE Dit. SITP DJPb
Topologi SAKTI
Critical Milestones
SPAN SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA
DASAR HUKUM
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
4) UU No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
5) PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
6) PP No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
7) PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemeirntahan
8) PP No.45 Tahun 2013 jo PP No.50 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
9) PP No.71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
10) Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
11) PMK No.154 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Piloting SPAN
12) PMK No.154 Tahun 2014 jo PMK No.278 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan SPAN
KONSEPSI
SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan APBN yang meliputi modul penganggaran,
modul komitmen, modul pembayaran, modul penerimaan, modul kas, dan modul akuntansi dan pelaporan.(PMK 154 Tahun
20114 ttg Pelaksanaan SPAN)
Sistem Informasi yang menggabungkan beberapa fungsi, seperti Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Manajemen Kas, Akuntansi & Pelaporan dalam satu sistem aplikasi.
Sistem Informasi Keuangan Negara yang Terintegrasi:
▪ Mendokumentasikan setiap transaksi keuangan dan mendukung penyajian laporan keuangan dan managerial
▪ Didesain dengan relasi yang baik antara pemilihan software, hardware, SDM, prosedur, kontrol, dan data
▪ Operasi terotomasi secara penuh serta bermuara pada database yang terpusat
TUJUAN SPAN
❖ Meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan perbendaharaan
negara.
❖ Menyempurnakan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi keuangan negara yang terintegrasi.
❖ Memberikan informasi yang komprehensif dan tepat waktu tentang posisi keuangan pemerintah pusat.
❖ Memudahkan pengambilan keputusan dalam manajemen keuangan pemerintah.
SASARAN SPAN
✓ Otomatisasi proses operasional penganggaran dan perbendaharaan;
✓ Meningkatan kehandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, aset dan utang pemerintah;
✓ Meningkatkan efisiensi layanan kepada Kementerian/ Lembaga, masyarakat dan perbankan;
✓ Meningkatkan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian LK yang lebih komprehensif, akurat dan tepat
waktu;
✓ Menyediakan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat serta tepat waktu antara pemerintah dan perbankan;
✓ Menyediakan jejak audit (audit trail);
✓ Mengintegrasikan data pada berbagai sub sistem manajemen keuangan pemerintah
KEUNGGULAN SPAN
1. Otomatisasi dan audit trail
2. Single database, rekonsiliasi data
3. Less paper
4. Accrual accounting, PBB, MTEF
5. Notification mailler system / alert system
6. User defined report
INTEGRASI SPAN
Penyempurnaan Aplikasi Dan Database
RUANG LINGKUP SPAN
MODUL PADA SPAN
Modul
Modul
Modul Kas Akuntansi dan
Penerimaan
Pelaporan
MODUL PENGANGGARAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penganggaran yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan
anggaran, pembahasan anggaran dengan DPR RI, penetapan alokasi anggaran, penyusunan Rancangan APBN-Perubahan,
revisi anggaran, dan monitoring dan evaluasi kinerja anggaran.
MODUL KOMITMEN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan data supplier dan data kontrak yang meliputi pendaftaran,
perekaman, validasi, perubahan, penggunaan, dan pembatalan data supplier/kontrak, termasuk penerbitan dan penyampaian
Nomor Register Supplier/Nomor Register Kontrak/informasi penolakan pendaftaran data supplier atau data kontrak.
MODUL PEMBAYARAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pelaksanaan pembayaran atas beban APBN dan/atau pengesahan
pendapatan dan belanja yang meliputi penerbitan SP2D, penerbitan warkat dan bilyet giro, penerbitan surat pengesahan
pendapatan dan belanja, penerbitan aplikasi penarikan dana, dan penerbitan Surat Kuasa Pembebanan Letter of Credit (SKP-
LC).
MODUL PENERIMAAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penatausahaan transaksi penerimaan negara yang diterima melalui
Rekening Milik BUN di Bank Indonesia, melalui Bank/Pos Persepsi, serta melalui potongan Surat Perintah Membayar atau
pengesahan pendapatan dan belanja oleh KPPN.
MODUL KAS
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan rekening milik BUN perencanaan kas, pemindahbukuan
dana, rekonsiliasi bank, dan pelaporan manajerial.
MODUL AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penyusunan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN yang meliputi pemutakhiran data Bagan Akun Standar, konversi data transaksi keuangan, koreksi data
transaksi keuangan, penyesuaian sisa pagu, jurnal penyesuaian, rekonsiliasi data, dan laporan keuangan
SPAN SMS
Sistem layanan informasi SPAN berbasis Short Message Service sebagai pendukung dan pelengkap portal SPAN dalam
menjembatani Satuan Kerja dengan SPAN.
Tiga tipe pengguna:
▪ Administrator, sebagai pengelola server SPAN SMS
▪ KPPN, sebagai operator lokal
▪ Satker, sebagai pengguna layanan
PORTAL SPAN
Portal SPAN adalah sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan implementasi SPAN.
Portal SPAN merupakan aplikasi berbasis web yang mendukung SAKTI, dimana lalu lintas ADK ke/dari SPAN dilakukan
melalui Portal SPAN.
User dapat memanfaatkan fasilitas portal ini setelah terlebih dahulu melakukan login dengan memasukkan username dan
password yang sudah terdaftar.
INTEGRASI DATABASE
RPS PERTEMUAN 3
Siklus Dan Modul Penganggaran
POSISI PENGANGGARAN DALAM SPAN
DASAR HUKUM
DEFINISI ANGGARAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN FUNGSI
FUNGSI ANGGARAN
• Fungsi Otorisasi : dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
yang bersangkutan.
Perjalanan satu siklus anggaran membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 tahun: satu
tahun perencanaan; satu tahun pelaksanaan; dan setengah tahun pertanggungjawaban.
Siklus anggaran terdiri atas Proses teknokratis – Politis - Administratif .
1. Perencanaan Anggaran:
2. Penyusunan Anggaran
DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran yang
disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. DIPA berlaku mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun anggaran berkenaan. Dokumen
pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut
sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap – tiap satuan
kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). DIPA diatur
lebih rinci yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub
kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan dana serta
perkiraan penerimaan. Konsep DIPA yang telah disusun oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian disampaikan ke DJPB untuk ditelaah. Khusus untuk
DIPA BLU harus dilampirkan rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat
4).
Proses bisnis Modul Penganggaran terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu penyusunan RKA-
K/L, pengesahan DIPA, dan revisi DIPA. Ketiga proses tersebut dibagi lagi ke dalam
beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing. alur kerja untuk tiap-tiap bisnis
proses adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan RKA-K/L
Proses penyusunan RKA-K/L terdiri dari 2 (dua) tahapan proses yaitu :
a. Tahap penyusunan Kertas Kerja di Level Satker
Pada tahap penyusunan Kertas Kerja di Level Satker, terdapat beberapa proses yang
dilalui yaitu Review Baseline, Penyusunan Kertas Kerja dan Penyusunan Rencana Realisasi
Anggaran yang dilakukan oleh user sebagai operator/validator, kemudian dilanjutkan
dengan proses memvalidasi data kertas kerja dan rencana realisasi anggaran. Setelah semua
data tervalidasi baru kemudian dilakukan approval oleh peran user sebagai approver.
b. Tahap konsolidasi di Level Unit Eselon I
Setelah Kertas Kerja dan Rencana Realisasi Anggaran tersebut diapprove di level
satker, data kertas kerja tersebut dikirimkan ke unit Eselon I masing-masing Satker untuk
kemudian dilakukan konsolidasi Kertas Kerja menjadi RKA-K/L. Pada level unit Eselon I,
Kertas Kerja yang sudah dikonsolidasikan , dapat direview kembali oleh Eselon I yang
juga melali tahapan validasi dan approval level Eselon I. Setelah itu RKA-K/L dikirimkan
ke DJA Kementerian Keuangan melalui portal untuk kemudian diproses dalam SPAN.
Setiap aktivitas dalam SAKTI hanya dapat diakses oleh User, dimana setiap user memiliki
wewenang yang berbeda dan dibatasi, contohnya pegawai dalam bagian penyusunan
anggaran akan menjadi user pada modul penganggaran, sedangkan staf PPK atau Pejabat
pengelola keuangan menjadi user pada modul komitmen. User pada modul penganggaran
memiliki level dan peran yang akan mempengaruhi lingkup kerja dan hak aksesnya
terhadap terdapat pada modul penganggaran. Level user yang terlibat dalam Modul
penganggaran adalah :
• Level Satuan Kerja : sebagai pemberi usulan anggaran
• Level Unit/ Eselon I : sebagai konsolidator, dimana user eselon I dapat mengakses
data yang dikelola oleh user pada level satker guna melakukan review dan validasi.
Dimana masing – masing Level user dapat menentukan peran user yang terdiri dari:
• Operator Penganggaran : pelaksana teknis penganggaran yang melakukan fungsi
teknis atas data transaksi terkait penganggaran;
• Checker/Validator Penganggaran: pelaksana/pejabat penganggaran yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk memvalidasi semua proses teknis yang
dilakukan oleh operator ;
• Approver Penganggaran: pejabat penganggaran yang diberikan kewenangan dan
taggung jawab untuk menyetujui semua data transaksi penganggaran yang sudah
divalidasi .
2. Pengesahan DIPA
Proses penyusunan dokumen DIPA dimulai dari penyusunan RKA-K/L. DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku untuk satu tahun
anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan
sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan
perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Tahapan proses pengesahan DIPA :
• Setelah Satker menerima Pagu Anggaran dan Telah menyusun dokumen RKA-K/L
dan dokumen pendukung lainnya (ADK, Kertas Kerja, Term of Reference, Rincian
Anggaran Biaya, POK dll) data dikirimkan kepada unit eselon I masing-masing
untuk dilakukan review dan validasi.
• Bagian Penyusunan Anggaran, pada Eselon I melakukan konsolidasi dan mereview
dokumen RKA-K/L yang telah dikirimkan Satuan Kerja, apakah telah sesuai Pagu,
baseline, Standar Biaya Masukan (SBM) dan Standar Biaya Keluaran (SBK) dan
telah memiliki Rencana Penarikan Dana dan Rencana Penerimaan Dana tiap
bulannya.
• Jika data telah sesuai maka Bagian Penyusunan Anggaran, akan melakukan validasi
dan mengirimkan data ke SPAN
• DJA akan melakukan penelaahan RKAKL Satker sesuai dengan peraturan PMK
Nomor 142/PMK.02/2018 mengenai Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA.
• Jika telah sesuai, DJA akan mengeluarkan catatan hasil penelaahan dan juga
mengesahkan dan mencetak DIPA, yang terdiri dari DIPA Induk (untuk eselon I)
dan DIPA Petikan (tingkat satker).
• Proses pelaksanaan Anggaran oleh satker dengan telah diterimanya DIPA.
3. Revisi DIPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32 tahun 2013 mengenai tata cara
revisi anggaran tahun anggaran 2013, revisi anggaran terdiri atas:
1. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan
paguanggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya.
2. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap;
dan/atau
3. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
Wewenang Revisi DIPA
Dalam hal, revisi anggaran memerlukan persetujuan eselon 1, maka satker yang
mengusulkan revisi perlu mengirimkan surat permintaan persetujuan revisi dengan
melampirkan ADK yang telah direvisi, matrik usulan revisi, Form A-B-C Satker, dan
DIPA petikan terakhir, data tersebut telah diinput dalam aplikasi SAKTI. Dalam hal eselon
1 memberikan persetujuan, maka surat persetujuan akan dikirimkan kepada Satker untuk
diteruskan kepada DJA, Kanwil DJPB, atau Dit. PA sesuai wewenangnya masing- masing.
Keterangan:
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan dilengkapi dokumen pendukung.
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Dalam hal revisi anggaran ditolak, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
menerbitkansurat penolakan revisi anggaran.
4. Dalam hal revisi anggaran diterima, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
melakukan upload ADK RKA-K/L DIPA ke server.
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistem, secara otomatis akan
diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan revisi
anggaran.
6. Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyampaikan surat persetujuan yang dilampiri
notifikasi pengesahan revisi anggaran.
7. KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan revisi anggaran dari Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.
Keterangan:
1. KPA melakukan revisi anggaran sesuai dengan kewenangannya.
2. KPA meneliti apakah revisi anggaran yang dilakukan KPA mengubah DIPA
Petikan atau tidak.
3. Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA meng-update ADK RKA-K/L DIPA
serta mencetak dan menetapkan POK. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan
perubahan DIPA Petikan, KPA menyiapkan usulan revisi anggaran beserta dokumen
pendukungnya.
4. Dalam hal satker yang direvisi merupakan satker BLU dan pagu satker tidak berubah,
Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan langsung menyelesaikan revisi RKA- K/L
DIPA.
5. Dalam hal yang direvisi bukan merupakan satker BLU dan pagu satker berubah,
revisi RKA-K/L DIPA diteruskan ke Eselon I untuk diproses lebih lanjut.
Keterangan:
1. KPA menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan Eselon I
beserta data pendukung.
2. Eselon I menerima usulan revisi anggaran, meneliti surat usulan, mengecek
kewenangan revisi anggaran, serta memeriksa kelengkapan dokumen pendukung.
3. Eselon I menyiapkan surat usulan revisi anggaran yang dilengkapi dokumen
pendukung sebagai dasar bagi DJA untuk mengesahkan dan meng-update sistem
database.
4. Berdasarkan usulan revisi anggaran Eselon I, DJA melakukan update database
RKA-K/L DIPA dan mengesahkan revisi anggaran.
INPUT, PROSES/AKTIVITAS, DAN OUTPUT
Ada 3 format aliran dalam modul penganggaran, antara lain sebagai berikut.
1. Data Input
Data input yang digunakan dalam siklus penganggaran antara lain:
a. Arsip Data Komputer (ADK).
• GPP dari aplikasi Gaji/GPP.
• Backup data RKAKL tahun lalu.
• ADK DIPA.
• TRPNBP dari aplikasi TRPNBP.
b. Dokumen.
• DIPA Petikan.
• Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dokumen lainnya.
c. Data (internal SAKTI).
• Kwitansi/ bon (Modul Bendahara).
• Kontrak (Modul Komitmen).
• SPP/ Resume Tagihan (Modul Komitmen).
• Realisasi /SP2D (Modul Pembayaran).
• Data Pegawai/suplier (Modul Komitmen).
2. Output
Data output yang dihasilkan dalam siklus penganggaran antara lain:
a. Arsip Data Komputer (ADK).
• Usulan DIPA Revisi.
• Usulan SBK (level Unit).
• Data Pegawai.
• AFS/RENKAS.
b. Dokumen.
• Konsep RKA-K/L.
• Konsep Petikan DIPA.
c. Laporan.
• Lampiran RKA Satker.
• Annual Financial Plan (AFP).
• Monitoring DIPA.
• Laporan Alokasi Anggaran.
• Laporan Pagu DIPA.
d. Data.
• Pagu DIPA.
3. Proses / Aktivitas
Pada Satker, modul penganggaran merupakan semua proses penyusunan rencana
kerjadan anggaran termasuk perencanaan realisasi anggaran bulanan dalam jangka
waktu 1(satu) tahun anggaran. Setiap user pada modul penganggaran memiliki Level
user dan peran User yang akan mempengaruhi lingkup kerja dan hak aksesnya terhadap
fungsi- fungsi teknis yang terdapat pada modul penganggaran. Level user yang terlibat
dalam Modul penganggaran adalah :
• Level Satuan Kerja : sebagai pemberi usulan anggaran
• Level Unit/ Eselon I : sebagai konsolidator, dimana user eselon I dapat mengakses
data yang dikelola oleh user pada level satker guna melakukan review dan validasi.
Dimana masing – masing Level user dapat menentukan peran user yang terdiri dari:
• Operator Penganggaran : pelaksana teknis penganggaran yang melakukan fungsi
teknis atas data transaksi terkait penganggaran;
• Checker/Validator Penganggaran: pelaksana/pejabat penganggaran yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk memvalidasi semua proses teknis yang
dilakukan oleh operator ;
• Approver Penganggaran: pejabat penganggaran yang diberikan kewenangan dan
taggung jawab untuk menyetujui semua data transaksi penganggaran yang sudah
divalidasi .
Gambaran Proses dalam Modul Penganggaran SAKTI
Keterangan :
1. Penyusunan standar biaya kegiatan (SBK)
Dalam menyusun anggaran, diperlukan SBK (Standar Biaya Keluaran) sebagai
acuan dalam perhitungan kebutuhan anggaran. Modul Penganggaran memiliki berbagai
fitur salah satunya untuk menyusun Standar Biaya Kegiatan.
Dalam proses penyusunan SBK, Unit Eselon I K/L mengajukan usulan SBK kepada
Direktorat Jenderal Anggaran. Mekanisme penyusunan Usulan SBK dalam aplikasi
SAKTI dimulai dari Operator melakukan perekaman Usulan SBK berdasarkan
dokumen pendukung Usulan SBK yang telah disetujui. Selanjutnya Approver meneliti
kesesuaian data dan menyetujui Usulan SBK dengan dokumen pendukung Usulan SBK.
Kemudian Operator mengirimkan Usulan SBK yang telah disetujui oleh Approver ke
Direktorat Jenderal Anggaran. Menyediakan fitur RUH Usulan SBK (Standar Biaya
Keluaran) .
2. Penyusunan Anggaran berupa Kertas Kerja atau RKAKL/DIPA
Penyusunan Usulan RKA-K/L meliputi pembuatan RKA oleh Satker dan
pembuatan RKA-K/L oleh Unit Eselon I. Penyusunan usulan RKA-K/L dilakukan
melalui: migrasi data tahun anggaran berjalan untuk tahun anggaran berikutnya, input
data awal belanja pada Pengguna Operator tingkat satker atau tingkat unit oleh satker
dan Unit Eselon I, dan salinan data antarsatker di bawah unitnya oleh Unit Eselon I.
Menyediakan fitur-fitur Review Baseline Satker, RUH kertas kerja, RUH
Penerimaan/Pendapatan, Konsolidasi Kertas Kerja menjadi RKAKL, Pengiriman ADK
RKAKL, Penerimaan ADK DIPA, Penguncian Pagu Anggaran (Fund Blocking),
Penentuan Status History Anggaran (RKAKL, DIPA, Revisi, dll), Pencetakan report
terkait RKAKL, DIPA, dan lain-lain.
Proses yang ada pada SAKTI dimulai dari usulan Satuan kerja yang nantinya akan
disampaikan ke level Unit Eselon I dan selanjutnya akan disampaikan ke Direktorat
Jenderal Anggaran. Kegiatan ini melibatkan tiga level user, yaitu: Operator, Validator dan
Approver, baik itu dilevel Satker, Unit Eselon I, maupun DJA.
Modul Penganggaran SAKTI meliputi:
a. Fungsi Penyusunan SBK (Standar Biaya Keluaran): SBK Total dan SBK Indeks.
b. Fungsi Penyusunan Anggaran (Kertas Kerja/RKAKL-DIPA): Belanja,
Pendapatan/Penerimaan, Informasi BLU, Informasi Valas/PHLN, KPJM, Data
Pegawai.
c. Fungsi Penyusunan Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana : Hal III DIPA, AFP
(Annual Financial Plan) per bulan dalam satu tahun.
d. Fungsi Pembuatan Usulan Revisi : Satker (POK), DIPA (Kanwil DJPb/DJA).
PENGENDALIAN
Pada penggunaan modul penganggaran terdapat beberapa ancaman yang terjadi.
Ancaman tersebut antara lain:
1. Gangguan server pada modul penganggaran mengakibatkan data yang telah diinput
tidak dapat terbaca. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan jaringan server pada modul aplikasi sebelum melakukan input data.
2. Pada saat dilakukan entri data ke dalam modul, aplikasi mendadak Crash/Bug
sehingga pada saat input data aplikasi pada layar menjadi freeze yang mengakibatkan
data yang telah diinput hilang dan harus dilakukan input data ulang. Proses tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama. Salah satu pengendalian dari ancaman tersebut
adalah melakukan penyimpanan data sesering mungkin supaya ketika terjadi
Crash/Bug yang mendadak data yang telah diinput tidak hilang.
3. Pada saat aktivitas login account terdapat ancaman berupa Pengungkapan yang tidak
diotorisasi atas informasi sensitive. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
cara pengendalian akses berupa pemberian password dalam akun.
4. Proses pembuatan DIPA dan RK K/L melalui modul aplikasi SPAN maupun SAKTI
juga dapat terjadi ancaman yaitu berupa pengisian data yang kurang tepat dan tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pengendalian yang dapat dilakukan
yaitu dengan melakukan penelaahan terhadap data data yang telah diinput dalam
modul aplikasi.
5. Kebijakan yang sering berubah mengakibatkan penganggaran yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga ikut berubah sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan
menggunakan modul aplikasi khusus bernama Custom Web yang dapat mengikuti
perubahan kebijakan yang berlaku.
Selain ancaman – ancaman yang telah disebutkan di atas, juga terdapat ancaman lain
sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut.
No RISIKO PENGENDALIAN
4) Pakta Integritas
Organisasi perlu menerapkan pakta
integritas kepada para personel yang terlibat
dalam penyusunan anggaran, seperti
larangan menerima gratifikasi, pemberian
sanksi atas pelanggaran, dsb.
7) Pengawasan Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan pengawasan
atas pelaksanaan penyusunan APBN,
potensi penyimpangan, dan memberikan
masukan dan kontrol kepada pemerintah dan
aparat penegak hokum.
1
Keppres 42/2002 diubah Keppres 72/2004 diubah Perpres 53/2010 dicabut dengan PP 45/2013 diubah PP 50/2018
diantaranya menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
d. Pasal 8 ayat 1: Menteri Keuangan selaku BUN mengangkat Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan
e. Pasal 17 ayat 1 : Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan
kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan.
f. Pasal 17 ayat 2 : Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut
dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan.
g. Pasal 18 ayat 2 : Untuk melaksanakan kegiatan pengujian, pembebanan perintah
membayar atas tagihan, maka Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
berwenang : meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per- syaratan/kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/ perjanjian pengadaan barang/jasa;
h. Pasal 21 ayat 1 : Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2013 jo Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. Pasal 5 ayat 1 : Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang menunjuk
kepala Satuan Kerja yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
sebagai KPA
b. Pasal 8 : Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan wewenang
menetapkan PPK dan PPSPM dan melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara
c. Pasal 11 ayat 1 : PPK melaksanakan kewenangan KPA dalam hal melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara serta Jabatan
PPK tidak boleh dirangkap oleh PPSPM dan Bendahara.
d. Pasal 11 ayat 2 : Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang
diantaranya menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa dan membuat,
menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. Pasal 12 ayat 2 : Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang:
• menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairan dana;
• menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
• membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia
Barang/Jasa;
• melaksanakan Kegiatan swakelola;
• memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya;
• mengendalikan pelaksanaan perikatan;
• menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
• membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPP;
• melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA;
• menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
• menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan;
dan
• melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara.
f. Pasal 179 : Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan sistem informasi
data mengenaipihak yang melakukan perjanjian dengan pemerintah atau pihak
yang memperoleh pembayaran dari kuasa BUN, yang paling sedikit mencakup
informasi menganai:
• Nama
• NPWP
• Norek Bank
• Alamat
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. Pasal 9 ayat 1 : Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas
dan wewenang menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara
b. Pasal 12 : PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Dalam melaksanakan
kewenangan, PPK mempedomani pelaksanaan tanggung jawab KPA kepada PA
dan PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.
c. Pasal 13 ayat 1 huruf h: PPK berwenang untuk melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara, diantaranya berupa tugas
dan wewenang untuk membuat dan menandatangani SPP
d. Pasal 14 ayat 1 huruf c: Dalam Penerbitan SPP, PPK diantaranya melakukan
pengujian terhadap kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran
atas beban APBN
e. Pasal 35 ayat 3: Dalam hal pembuatan komitmen terkait dengan perjanjian/
kontrak, dicantumkan informasi berupa nama bank, nama dan nomor rekening
penerima pembayaran
f. Pasal 40 ayat 2 b : Dalam hal tagihan terkait dengan penyedia barang/jasa bukti-
bukti yang sah, diantaranya meliputi : Referensi bank yang menunjukkan nama
dan nomor rekening penyedia barang dan jasa
Kerangka Terosi
✓ ada kegiatan pemesanan barang dan jasa di siklus belanja terdapat dua tahapan dan
tugas penting, yaitu menentukan pemesanan atas kebutuhan barang dan jasa dan
memilih pemasok.
✓ Pertimbangan perusahaan pada saat menentukan pemesanan atas barang dan jasa,,
adalah bagaimana cara menentukan kebutuhan pembelian atas barang dan jasa,
kapan dilakukan pembelian, dan seberapa banyak barang dan jasa yang dibeli
✓ Sedangkan pada tahapan pemilihan pemasok, sebagai penyedia barang dan jasa
faktor yang menjadi pertimbangan adalah harga, kualitas material, dan
ketergantungan atas pengiriman/penyampaian barang dan jasa.
✓ Kebutuhan untuk membeli barang dan jasa, diinisiasi oleh fungsi pengendalian
persediaan atau kebutuhan dari masing-masing pegawai pada unit tertentu yang
selanjutnya didokumentasikan melalui permintaan pembelian (purchase
requisition)
✓ Purchase order/PO merupakan dokume/formulir elektronik yang berisikan
permintaan pembelian barang dan jasa kepada pemasok dengan harga tertentu.
Risiko dan ancaman pada kegiatan pemesanan barang dan jasa antara lain:
Pencairan dana berdasarkan SP2D dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada bank
operasional kepada Rekening Pihak Penerima yang ditunjuk pada SP2D [Pasal 64 PMK
190/2013]
• Penggunaan rekening sebagai tujuan pembayaran terkait dengan:
• Bendahara Pengeluaran/ pihak lainnya untuk pembayaran non-gaji induk, pembayaran honor
dan perjalanan dinas [pasal 40 PMK 190/2012]
Modul komitmen berfungsi sebagai alat updating atas sisa kredit anggaran
(uncommitted balance) dan sisa allotment, terkait dengan pembuatan dan pelunasan sebuah
komitmen perikatan.
1. untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak
ketiga, pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan
pembayaran
3. Melakukan aktivitas pencadangan (reserving) atas bagian dari pagu untuk mendukung
disiplin anggaran ketaatan terhadap batas pengeluaran dan monitoring status pagu
anggaran.
2) Untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak ketiga,
pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan pembayaran
Aspek utama dari proses bisnis manajemen komitmen adalah registrasi atas data
rekanan atau supplier dan data komitmen (kontrak atau perikatan). Terdapat dua tujuan dari
manajemen komitmen yaitu :
1) berkaitan dengan kontrol atas penggunaan pagu anggaran dan
2) sebagai input bagi aktivitas perencanaan kas, khususnya yang berkaitan dengan
forward cash planning.
Dengan kata lain, jika dilihat dari aplikasi SPAN terdapat keterkaitan antara manajemen
komitmen dengan manajemen DIPA dan manajemen Kas. Modul Komitmen memuat
informasi mengenai kebutuhan dana dan alokasi dana yang ada, yang berfungsi sebagai
perencanaan kas agar tidak terjadi cash miss match atau ketidakcocokan kas.
Ruang lingkup proses bisnis modul manajemen komitmen jika dilihat dari Business
Process Improvement (BPI) SPAN berada diantara proses bisnis Manajemen DIPA dan
Manajemen Pembayaran. Sedangkan jika dilihat dalam proses bisnis modul komitmen
SAKTI juga berada diantara proses bisnis modul penganggaran dan modul pembayaran.
Dalam sudut pandang SPAN modul manajemen komitmen juga berkaitan erat dengan
modul manajemen kas terkait dengan perencanaan kas
Ruang lingkup modul manajemen komitmen terbagi menjadi dua, yaitu (1)
manajemen supplier dan (2) manajemen kontrak. Manajemen supplier mempunyai tujuan:
• untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak
ketiga, pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan
pembayaran
• meningkatkan validitas data supplier
• evaluasi kinerja supplier
• rekonsiliasi dengan data customer.
Sedangkan modul kontrak bertujuan :
• untuk melakukan kontrol atas pagu dan
• perencanaan kas atas dasar perkiraan arus kas yang menyertai pelunasan sebuah
komitmen.
Fungsi yang ada dalam modul manajemen supplier antara lain:
• Perekaman data supplier (termasuk impor data pegawai)
• Pencetakan resume supplier
• Pembuatan Arsip Data Komputer (ADK) supplier;
• Mengunggah/merekam Nomor Register Supplier (NRS) (sekarang sudah otomatis
terekam dalam aplikasi SAKTI).
Alur proses diawali dari modul komitmen disajikan pada gambar 1. Setelah suatu
pengadaan barang/jasa melalui kontraktual (baik dengan menggunakan Kontrak maupun
Surat Perjanjian Kerja atau SPK) memperoleh penyedia, hal yang paling awal dilakukan
adalah merekam data supplier penyedia barang dan/atau jasa apabila data supplier tersebut
database SPAN di KPPN satker tersebut. Setelah itu, operator
.
a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa
Dalam hal tertentu bisa dalam bentuk kwitansi/ bukti pembelian Untuk nilai tertentu diharuskan bukti perjanjian berupa
SPK atau Surat Perjanjian
b. Penetapan keputusan.
• pelaksanaan belanja pegawai;
• pelaksanaan perjalanan dinas
• pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau
• belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima bantuan sosial.
modul komitmen melakukan perekaman informasi kontrak atau perjanjian pengadaan.
Alur lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketika pengadaan barang telah memperoleh penyedia (baik pengadaan yang dilakukan
melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) maupun melalui Pejabat Pengadaan), maka
dilakukan perekaman penyedia (supplier) yang sudah ditetapkan menjadi penyedia
barang jasa melalui modul komitmen yang ada di aplikasi SAKTI.
b. Setelah perekaman dilakukan diaplikasi SAKTI, maka dilakukan pembuatan ADK
supplier (Budget Commitment Supplier Register/BCSR) dikirimkan atau didaftarkan ke
SPAN melalui KPPN selaku kuasa BUN. KPPN akan memvalidasi data supplier
tersebut.
c. KPPN akan memberikan umpan balik (feedback) berupa nomor register supplier
(NRS) apabila data ADK dengan resume supplier sudah sesuai dan data supplier
tersebut belum ada di database SPAN KPPN tersebut.
d. Selain merekam dan mendaftarkan supplier, ketika kontrak atau perjanjian sudah
ditandatangani maka akan dilakukan perekaman dan pendaftaran kontrak yang telah
dibuat berdasarkan dokumen-dokumen pengadaaan yang ada. ADK kontrak (BCKA)
yang telah dibuat akan didaftarkan ke SPAN. SPAN akan memberikan umpan balik
berupa nomor register kontrak (NRK) atau commitment application number (CAN).
e. Apabila barang/jasa sudah dikirimkan atau sudah diserahterimakan oleh supplier, maka
dibuat berita acara serah terima (BAST) barang/jasa sebagai bukti barang dan akan
dilakukan perekaman dalam aplikasi SAKTI.
f. Apabila sudah waktunya dilakukan pembayaran, maka diterbitkan Surat Perintah
Pembayaran (SPP) oleh PPK dan diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh
PPSPM.
g. Kemudian, data-data kontrak yang sudah memuat informasi supplier dalam bentuk
ADK SPM (Payment Management Resume Tagihan) dikirimkan ke SPAN melalui
aplikasi SAKTI dan hard file SPM dikirimkan ke KPPN untuk permintaan pembayaran
h. KPPN akan melakukan pengecekan dan apabila sudah sesuai maka KPPN (SPAN)
akan menerbitkan SP2D sebagai bukti bahwa pencairan dana telah dilakukan.
Keterangan:
- poin a sampai dengan e dilakukan dalam modul pembayaran
- poin f sampai dengan h dilakukan oleh modul pembayaran
Gambar 2. Hubungan Modul Komitmen dan Pembayaran dalam SAKTI dan SPAN
Manajemen Supplier
Manajemen supplier dalam modul komitmen aplikasi SAKTI mengelola data
penerima pembayaran untuk kemudian didaftarkan ke SPAN (modul manajemen
komitmen). Supplier adalah pihak yang berhak menerima pembayaran atau yang menjadi
tujuan pembayaran dana yang bersumber dari APBN. Pembagian fungsi user manajemen
supplier dalam satker disajikan pada tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami
bahwa terdapat pemisahan fungsi otorisasi antara pihak yang merekam data supplier
dengan pihak yang mengotorisasi data supplier satker dalam SAKTI.
Tabel 1. Pembagian Fungsi User Manajemen Supplier
Beberapa Satker dalam satu wilayah yang sama mungkin menggunakan jasa atau
membeli barang dari supplier yang sama. Namun, karena belum pernah melakukan
pengadaan melalui supplier tersebut, masing-masing Satker akan mendaftarkan supplier
tersebut. Fungsi validasi dan approver juga terletak di KPPN agar tidak terjadi duplikasi
data supplier pada SPAN. Sebagai bentuk pengendalian preventif yang dilaksanakan
KPPN, sebelum mendaftarkan supplier, Satker dapat mengecek terlebih dahulu data
supplier yang sudah terdaftar di OMSPAN (Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, supplier Satker tidak hanya penyedia barang
dan/atau jasa di luar pemerintahan saja, pegawai yang menerima gaji juga
merupakan supplier Satker. Berdasarkan klasifikasi jumlah penerima, supplier dibagi
menjadi (a) supplier satu penerima dan (b) supplier banyak penerima, sedangkan
berdasarkan tipe supplier, supplier dikelompokkan menjadi tujuh ( 7). Berikut kode dan
tipe supplier.
1 Satker
3 Pegawai
5 transfer daerah
6 penerusan pinjaman
7 lain-lain
Satu Banyak
Struktur data supplier pada aplikasi SPAN dapat dijabarkan sebagai berikut: Terdapat
supplier header berisikan nama supplier, kode supplier, dan NPWP yang bersifat nasional.
Lalu terpecah kedalam banyak supplier alamat pada masing-masing daerah dengan
pembeda berupa kode KPPN. Dari supplier alamat tersebut, dikorespondensikan dengan
pihak-pihak terkait (bank-bank yang ada, pegawai, penerus pinjaman.
Struktur data supplier untuk satu penerima (tipe 1,2,4 dan 7) yaitu:
1. Bagaimana carana
2. Site supplier atau supplier address. supplier address merupakan informasi mengenai
nama site, tipe supplier, alamat, kabupaten, provinsi, kode pos, negara, nomor telepon,
alamat email dan kode KPPN.
3. Bank supplier. Bank supplier merupakan informasi mengenai rekening bank supplier
untuk tujuan pembayaran tagihan seperti negara bank, nama bank, kode bank, nomor
rekening, nama cabang bank, nama pemilik rekening, mata uang, kode SWIFT dan
kode IBAN.
Selain berfungsi untuk mendaftarkan supplier, pada modul ini setiap satker
dimungkinkan untuk dapat memperbaharui data supplier, menggabungkan supplier
(dapat dilakukan oleh tim pengelola data referensi/PDR SPAN), serta meng-
incactive-kan supplier. Namun fungsi inactive masih belum dapat diaktifkan di
aplikasi SAKTI.
Manajemen Kontrak
Manajemen Kontrak merupakan kegiatan mengelola data-data detail kontrak
(perikatan dengan pihak ketiga), untuk kemudian didaftarkan ke SPAN. Dalam rangka
pelaksanaan DIPA secara kontraktual, satker harus mendaftarkan data kontrak kepada
KPPN. Data Kontrak yang didaftarkan ke KPPN meliputi: a. Data Kontrak yang belum
dicatat dalam SPAN dan perubahan (addendum) data kontrak yang telah dicatat dalam
SPAN. Data kontrak yang disampaikan/ didaftarkan ke KPPN merupakan data kontrak
yang pembayarannya akan dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung
(mekanisme LS). Data kontrak tersebut, digunakan oleh KPPN untuk menguji kesesuaian
tagihan yang tercantum pada SPM, meliputi pihak yang berhak menerima pembayaran,
nilai pembayaran dan jadwal pembayaran.
Adapun kebenaran data kontrak yang didaftarkan ke KPPN menjadi tanggung jawab
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pelaksanaan manajemen kontrak memiliki dua tujuan
utama:
a. Untuk mengelola tindakan-tindakan awal yang menimbulkan kewajiban negara dalam
rangka disiplin anggaran (ketaatan terhadap batas pengeluaran),
b. Untuk mendukung terwujudnya perencanaan kas yang berorientasi ke depan (forward
cash planning), sehingga menghindari cash miss match maupun tunggakan
pembayaran karena dana tidak tersedia.
Berdasarkan rentang waktu pelaksanaannya kontrak dibedakan menjadi dua tipe
yaitu:
a. Annual Year Contract (Kontrak Tahunan) yaitu kontrak yang mempunyai rentang
waktu pelaksanaan antara tanggal mulai kontrak dan tanggal selesai kontrak dalam satu
tahun anggaran yang sama.
b. Multi Years Contract (Kontrak Tahun Jamak) yaitu kontrak yang rentang waktu
pelaksanaan antara tanggal mulai kontrak dan tanggal selesai kontrak berbeda tahun
anggaran, dan dilakukan release kontrak pada tiap tahunnya
Secara umum terdapat dua user role yang terkait dalam manajemen kontrak yaitu
operator dan approver.
Operator Komitmen – Kontrak Approver Komitmen - Kontrak
Pembatalan data kontrak dilakukan terhadap kontrak yang belum dibayarkan atau
sisa kontrak yang belum dibayarkan. Pembatalan data kontrak terhadap kontrak yang
belum dibayarkan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka pembatalan Data kontrak dari
PPK berupa dokumen kontrak/ dokumen perikatan dan DIPA.
b. Operator melakukan pembatalan data kontrak sesuai dengan dokumen pendukung
c. Dalam hal data kontrak sudah mendapat NRK/CAN maka PPK menyampaikan Surat
Permintaan Pembatalan data kontrak ke KPPN.
d. PPK memerintahkan operator menatausahakan dokumen pendukung.
Untuk menjaga keseragaman, ADK Kontrak disimpan dalam bentuk *.adk dengan
nama 25 digit dan kriteria penamaan sebagai berikut:
BCKA01940929420120618002.adk
• 4 digit pertama menunjukkan jenis kontrak.
BCKA = Budget Commitment Kontrak Annual (New)
BCKM = Budget Commitment Kontrak Multiyear (New)
BCKR = Budget Commitment Kontrak Release (New)
BCAA = Budget Commitment Addendum Annual
BCAM = Budget Commitment Addendum Multiyear
BCAR = Budget Commitment Addendum Release
• 3 digit berikutnya menunjukkan kode KPPN.
• 6 digit berikutnya menunjukkan kode satker.
• 8 digit berikutnya menunjukkan tahun bulan tanggal.
• 3 digit berikutnya menunjukkan urutan nomor.
Sedangkan untuk CAN diberikan penamaan 14 digit dengan kriteria sebagai berikut
A/019.18000280/0/0.adk
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Layanan_Pengadaan_Secara_Elektronik
registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja
LPSE yang bersangkutan.
Layanan yang tersedia dalam SPSE saat ini adalah e-tendering dan
fasilitas katalog elektronik (e-catalogue) yang merupakan sistem informasi
elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah, proses audit secara
online (e-audit), dan tata cara pembelian barang/jasa melalui katalog
elektronik (e-purchasing).
Sedangkan Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung yang
disingkat menjadi SIMPeL merupakan sistem yang dibangun untuk
memfasilitasi proses pengadaan langsung secara elektronik dan mengelola
database hasil pengadaan langsung, dalam rangka menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk penyusunan spending analysis, analisa
standard biaya, laporan pelaksanaan pengadaan langsung , serta laporan
manajerial lainnya sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku3.
Proses pengadaan barang dengan nilai tertentu sebagimana diatur
dalam peraturan dilakukan dengan menggunakan SPSE maupun SIMPeL,
sehingga dapat dikatakan bahwa SPSE maupun SIMPeL memberikan
data-data terkait supplier dan kontrak. Adapun hubungan modul komitmen
yang ada di aplikasi SAKTI dengan modul manajemen komitmen yang ada
di SPAN dapat dilihat kembali pada gambar 2.
RPS PERTEMUAN 5
SIAP pada Modul Bendahara
A. Dasar Hukum
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
4) PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
5) PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan PP No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
rangka Pelaksanaan APBN
6) PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dlm rangk Pelaksanaan APBN
7) PMK Nomor 178 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PMK No.190 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
8) PMK No.162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada
Satuan Kerja Pengelola APBN
9) PMK No.230 Tahun 2016 tentang Perubahan atas PMK No.162 Tahun 2013 tentang
Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola APBN
10) Peraturan Direktur Jenderal Perbendahraan Nomor PER 3/PB/2014 Petunjuk Teknis
Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja
Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara
A. Dasar Hukum
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
4) PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
5) PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan PP No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
rangka Pelaksanaan APBN
6) PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan
APBN
7) PMK No.197 Tahun 2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan
Dana, dan Perencanaan Kas
8) PMK Nomor 178 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PMK No.190 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
9) Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.05/2019 tanggal 27 Desember 2019
tentang perubahan atas PMK-159/PMK.05/2018 tanggal 14 Des 2018 tentang
Pelaksanaan Piloting SAKTI
10) PMK No. 196 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu
Kredit Pemerintah
11) Keputusan Menteri Keuangan No. KMK 957/KMK.05/2019 tanggal 31 Desember
2019 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI Tahap IV
12) Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-159/PMK.05/2018 tanggal 14 Des 2018
tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI
13) PMK No. 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan
Dana, dan Perencanaan Kas.
14) Keputusan Menteri Keuangan No. KMK-905/KMK.05/2018 tanggal 31 Des 2018
tentang Perubahan atas KMK 962/KMK.05/2017 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI
Tahap III
15) Instruksi Menteri Keuangan No. 955/IMK.05/2017 Tanggal 20 Des 2017 tentang
Dukungan Implementasi Piloting SAKTI di Lingkungan Kementerian Keuangan
16) Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan :
• PER-38/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Komitmen SAKTI
• PER-39/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Bendahara SAKTI
• PER-40/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Pembayaran SAKTI
• PER-41/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Persediaan SAKTI
• PER-42/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Aset SAKTI
• PER-43/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Akuntansi dan Pelaporan SAKTI
17) UU No 1 Tahun 2003 Pasal 19, Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN
dilakukan oleh BUN/Kuasa BUN. Kewajiba BUN/Kuasa BUN.
a) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b) menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
c) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d) memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara;
e) menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
18) PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 65
a) Penyelesaian tagihan kepada Negara atas beban anggaran Belanja Negara yang
tertuang dalam APBN dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti yang sah untuk
memperoleh pembayaran.
b) Pembayaran atas tagihan kepada Negara dilakukan secara langsung dari Rekening
Kas Umum Negara kepada yang berhak.
c) Dalam hal pembayaran secara langsung kepada yang berhak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum dapat dilaksanakan, pembayaran secara langsung
atas tagihan kepada Negara dapat dilaksanakan melalui Bendahara Pengeluaran.
19) PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 66
Dalam hal pembayaran secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat dilaksanakan, pembayaran atas tagihan kepada
Negara dilakukan melalui mekanisme Uang Persediaan.
B. Kerangka Teori
1. Definisi
• Rekening Kas Umum Negara/RKUN
Rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
• Surat Perintah Pembayaran/SPP
Dokumen yang diterbitkan oleh KPA/PPK, yang berisi permintaan pembayaran
tagihan kepada negara.
• Surat Perintah Membayar/SPM
Dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang
dipersamakan
• Surat Perintah Pencairan Dana/SP2D
Surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan
pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
• Uang Persediaan/UP
Uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin
dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
2. Sistem Pembelian dan Pembayaran
• Pada dasarnya sistem pembelian barang dan jasa pada suatu perusahaan
diklasifikasikan menjadi empat kegiatan, yaitu Pemesanan, Penerimaan,
Persetujuan atas faktur pemasok, dan Pembayaran kas.
• Setelah barang dan jasa diterima perusahaan dan pemasok menyerahkan tagihan
dalam bentuk faktur, maka perusahaan akan memproses persetujuan atas jumlah
tagihan yang tertera pada faktur pemasok.
• Pemrosesan faktur pemasok dapat dilakiukan melalui sistem voucher dan sistem
tanpa voucher.
• Pegawai pada Bagian Utang, memeriksa faktur pelanggan, membandingkan
dengan pemesanan pembelian dan laporan penerimaan barang.
• Sistem Voucher merupakan metode pemrosesan utang dagang, dimana perusahaan
menerbitkan voucher pembayaran/disbursement voucher sebagai otorisasi
persetujuan pembayaran kas atas faktur pemasok.
• Sistem Tanpa Voucher merupakan metode pemrosesan utang dagang, dimana
ketika faktur pemasok disetujui untuk dibayar, tanpa menerbitkan voucher
pembayaran.
• Voucher pembayaran merupakan sebuah dokumen yang berisikan data pemasok,
daftar faktur pemasok yang jatuh tempo, nilai pembayaran, potongan diskon dan
penyesuaian.
• Pembayaran kas atas pembelian barang dan jasa kepada pemasok merupakan tugas
Kasir.
• Pembayaran kas dapat dilakukan dengan mekanisme uang tunai, cek, mekanisme
perbankan/EFT/FEDI, dll
• Kasir bertanggungjawab kepada bendahara/treasurer
C. Proses Bisnis
Tujuan utama pengelolaan kas negara di Indonesia adalah penggunaan dana negara secara efektif dan
efisien. Hal tersebut dapat tercapai antara lain dengan:
a. Menentukan jumlah dana optimal yang diperlukan untuk menjamin kemampuan MENDANAI
seluruh kegiatan pemerintah
b. Menentukan PEMBIAYAAN yang paling ekonomis dan efisien (baik dari dalam maupun luar
negeri)
c. Meminimalkan DANA MENGANGGUR dan investasi jangka pendek setiap terhadap dana
menganggur sehingga menghasilkan tambahan penerimaan negara
d. Mempercepat PENYETORAN penerimaan negara sehingga dana tersebut segera tersedia untuk
membiayai kegiatan pemerintah
e. Melakukan pembayaran pada waktu yang TEPAT.
Asset and Liability Management Committee (ALMC) merupakan komite yang dibentuk utntuk melakukan
koordinasi yang lebih erat antara pengelolaan utang, pengelolaan kas, pengelolaan risiko (likuiditas dan
pasar), kewajiban kontinjensi, dan pengelolaan investasi publik. Selain itu, komite ini juga dibentuk pada
Februari 2013 untuk memenuhi kebutuhan atas proyeksi arus kas yang lebih baik untuk membiayai alokasi-
alokasi anggaran.
ALMC diketuai oleh Menteri Keuangan, dengan Wakil Menteri Keuangan sebagai Wakil Ketua. Anggota
ALMC terdiri atas Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Sekretaris Jenderal, Kepala BKF, Staf Ahli
Kementerian Keuangan, Dirjen Perbendaha raan, Dirjen Anggaran, Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai,
Dirjen Perimbangan Keuangan, dan Dirjen Kekayaan Negara.
TSA didefinisikan sebagai suatu struktur terpadu dari berbagai rekening pemerintah yang memberikan
suatu pandangan terkonsolidasi atas sumber-sumber kas pemerintah (Pattanayak dan Fainboim, 2011).
Penerimaan kas negara berupa pendapatan perpajakan, PNBP, hibah dan pendapatan lainnya akan
disetorkan ke RKUN. Kemudian, pengeluaran kas negara diambil dari RKUN. Jumlah dana pada RKUN
merupakan saldo kas yang dimiliki oleh negara, jika saldo kas tidak cukup untuk memenuhi belanja negara
(defisit), maka akan dilakukan pembiayaan yang akan menambah saldo kas. Namun, apabila saldo kas
melebihi belanja negara (surplus) maka akan dilakukan penempatan/investasi agar pengelolaan kas
menjadi lebih efektif.
IV. Rekening dalam rangka TSA
V. Deskripsi Aliran Dana dan Rekening TSA
Sesuai PMK 188/PMK.05/2017, istilah BO I Pusat diganti dengan Bank Operasional (BO) untuk
penyaluran SP2D harian dan Bank Penyalur Gaji (BPG) untuk penyaluran SP2D Gaji. Sedangkan tujuan
penerima sekarang sudah langsung ke penerima.
8. Treasury Notional Pooling (Konsolidasi “Virtual”)
Treasury Notional Pooling (Konsolidasi “Virtual”) adalah mekanisme konsolidasi dari seluruh rekening
Pemerintah pada bank umum tertentu tanpa harus melakukan pemindahbukuan. Mekanismenya yaitu,
saldo seluruh rekening yang masuk dalam TNP dikonsolidasikan pada akhir hari setelah proses tutup buku
dan diberikan jasa giro harian oleh Bank sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
Saldo Rekening Saldo Rekening Saldo Rekening
Bendahara A di Bendahara B di Bendahara C di
Cabang M Bank X Cabang N Bank X Cabang O Bank X
Konsolidasi Saldo
Rekening
Bendahara A, B, C
di Bank X
Jasa Giro
Saldo
Rekening Bendahara
Bank X
Manfaat:
a. Tingkat remunerasi yang lebih menguntungkan.
b. Rekening Bendahara pengeluaran dan penerimaan, serta Rekening Lainnya teradministrasi dengan
baik dalam aplikasi TNP.
c. Bank tidak mengenakan biaya adminitrasi atas penerapan TreasuryNotional Pooling.
d. Para Bendahara tidak perlu mendebet dan menyetorkan ke Kas Negara jasa giro pada rekening
pengeluaran yang dikelolanya.
9. Modul Kas
Modul Kas adalah bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi dalam pengelolaan kas
pemerintah, meliputi fungsi pengaturan rekening milik BUN, perencanaan kas, pemindahbukuan dana,
rekonsiliasi bank, dan pelaporan manajerial. Modul Kas terdiri atas:
▸ Penatausahaan Rekening milik BUN
▸ Perencanaan Kas
▸ Penyediaan Kebutuhan Dana
▸ Rekonsiliasi Bank
Langkah-langkah setup rekening yang dibuka/ditetapkan dan ditatausahakan oleh KPPN adalah sebagai
berikut:
Sementara itu, langkah-langkah setup rekening yang dibuka/ditetapkan dan ditatausahakan oleh Dit. PKN
sama seperti langkah 3, 4, dan 5.
A1P > 500 Miliar dan ≤ 1 Triliun Semua Tipe KPPN > 500 Miliar dan ≤ 1 Triliun
A1P ≥ 1 Miliar dan ≤ 500 Miliar Semua Tipe KPPN ≥ 1 Miliar dan ≤ 500 Miliar
A2 ≥ 500 Juta
b. Mempercepat penyusunan dan penyampaian RPD Harian, melalui kewenangan PPK untuk
menetapkan RPD Harian
c. Kemudahan bagi Satker untuk proses pembayaran apabila RPD Harian tidak dilampirkan tanpa
melalui dispensasi Kepala KPPN, yakni SPM tanpa RPD Harian
PMK 277/PMK.05/2014
PMK 197/PMK.05/2017
d. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi khususnya terkait penyampaian RPD dan/ atau
Rencana Penerimaan Dana
Saat ini penyampaian RPD dapat melalui berbagai jalur sebagai berikut :
▸ Aplikasi elektronik yang disediakan Ditjen Perbendaharaan
▸ Diantar langsung oleh petugas dari satker
▸ Dikirim melalui email ke alamat email KPPN yang telah ditentukan
Ilustrasi:
Satker Kantor Kementerian Agama Kota L, memperkirakan bahwa pada bulan April 2017, terdapat
penerimaan nikah rujuk sebesar Rp. 159.000.000. Adapun rinciannya per periode adalah :
▸ Tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 sebesar Rp. 51.000.000
▸ Tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 sebesar Rp. 36.000.000
▸ Tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 sebesar Rp. 33.000.000
▸ Tanggal 24 sampai dengan tanggal 30 sebesar Rp. 39.000.000
Maka satker tersebut menyampaikan Perkiraan Pendapatan Mingguan paling lambat tanggal 3 hari kerja
sebelum 1 April 2017 yaitu 25 Maret 2017.
• Menetapkan kebijakan terkait penetapan Bank Operasional dan Bank Penyalur Gaji
• Menetapkan kebijakan pengeluaran negara melalui Bank Operasional dan Bank Penyalur Gaji
dalam rangka penyaluran dana SP2D Belanja Pegawai dan Belanja Non Pegawai
SP2D Reject
SP2D yang di tidak di-eksekusi bank karena tiga hal:
1. Kekurangan dana pada rekening RPKBUN/Reksus SBSN
2. Window time SKN (Sistem Kliring Nasional) /RTGS (Real Time Gross Settlement) BI sudah tutup,
normalnya pukul 16.30 WIB
3. Terjadi error system internal pada Bank Operasional
Yang paling sering terjadi adalah hal kekurangan dana, sebagian besar disebabkan oleh terlambat
approve SP2D oleh Kepala Seksi Bank.
Contoh:
Staf bank telah membuat PPR H+0 pada pukul 14.00 WIB namun Kepala Seksi Bank approve SP2D
pada pukul 16.00 WIB, maka SP2D tidak mendapat dropping dana, bank akan mengirimkan ACK
“insufficient fund”.
Reksus SBSN
Sejak tahun 2017 terdapat paygrup baru yaitu Reksus SBSN, paygrup ini digunakan untuk pembayaran
kegiatan yang sumber dananya berasal dari surat berharga syariah negara (SBSN). Karakteristik
pembayaran melalui SBSN adalah :
1. Dana dilakukan dropping ke reksus SBSN secara periodik dan mengendap di reksus SBSN
2. Sebelum mengajukan SPM, satker harusnya sudah mengajukan terlebih dahulu ke DJPPR agar di
lakukan dropping dana oleh DJPPR.
3. KPPN sudah diberikan akses untuk melihat saldo di reksus SBSN untuk memastikan apakah saldo
sudah tersedia
4. KPPN harus memastikan pilihan paygrup sudah sesuai antara register dan paygrup seharusnya.
Retur SP2D
Tampilan aplikasi:
16. Pembukuan dan Pelaporan
1. Untuk memastikan pengawasan dan pembukuan transaksi pada Rek. Milik BUN
(Rek.BUN,Rek.Transito, dan Rek. Pengesahan) telah dilakukan Direktorat PKN/KPPN dengan
benar):
a. Laporan Transaksi yang belum direkonsiliasi dengan status NIHIL.
b. Laporan Hasil Rekonsiliasi Rekening Koran dengan status “unreconciled” nihil.
c. Laporan Konsolidasi Kas KPPN (Buku Putih) wajar dan dapat dijelaskan (penjelasan
kewajaran)
d. Laporan rekonsiliasi CM GL wajar dan dapat dijelaskan
2. Salah satu indikator validitas Laporan Arus Kas KPPN adalah terpenuhinya kondisi pada 1 a dan 1
b.