Anda di halaman 1dari 155

RPS PERTEMUAN 1

Konsepsi dan Perkembangan Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah


Konsepsi SIA
SIA adalah komponen/elemen dari suatu organisasi yang menyediakan informasi bagi pengguna dengan pengolahan
peristiwa keuangan (Zare, 2012).
SIA merupakan kumpula.n dari peralatan dan manusia (sumber daya) yang dibuat untuk mengubah data-data keuangan ke
dalam bentuk yang bermanfaat bagi pengguna dan berguna bagi pemakainya (Bodnar & Hopwood, 2006)
SIA adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan mengolah data untuk menghasilkan informasi
bagi pengambil keputusan (Romney & Steinbart, 2016)
Konsepsi SIA Pemerintah

• komponen/elemen, kumpulan dari peralatan dan manusia (sumber daya)


• organisasi pemerintah
• pengolahan data (mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan mengolah)
• peristiwa, data keuangan pemerintah
• menghasilkan informasi
• bagi pengambil keputusan (pengguna)
Komponen SIA
SIA memiliki enam komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. (Romney & Steinbart, 2016)
1. Orang yang menggunakan sistem.
• Pejabat Pengelola Keuangan Pejabat Perbendaharaan
• Operator, Validator, Approver
2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data.
• Peraturan, Proses Bisnis, Manual Aplikasi
3. Data tentang organisasi dan aktivitas bisnis.
• Dokumen, ADK: Pagu, Kontrak, SPP/SPM, BAST, Bukti Penerimaan Negara, dsb
4. Software yang digunakan untuk memproses data.
• SPAN, SAKTI, SAS, MPN, DMFAS, dsb
5. Infrastruktur teknologi informasi terdiri dari komputer, peripheral devices, dan perangkat jaringan komunikasi yang
digunakan dalam SIA.
• komputer, server
• peripheral devices: scanner barcode
• jaringan komunikasi: intranet Kemenkeu, perangkat interkoneksi dengan perbankan/pihak lain, dsb
6. Pengendalian internal dan keamanan untuk mengamankan data sistem informasi akuntansi.
• Pengendalian internal dan keamanan untuk mengamankan data SIAP: pengaturan role user, pengujian
tagihan, validasi data, enkripsi data, dsb

Fungsi SIAP
1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas, sumber data, dan personil organisasi
2. Mengolah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat merencanakan, mengeksekusi, mengendalikan,
mengevaluasi aktivitas, sumber daya, dan personil
3. Memberikan pengendalian yang memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi
SIAP dan Nilai Organisasi
SIAP yang baik, dapat menambah nilai organisasi, dengan:
1. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa
2. Meningkatkan efisiensi
3. Berbagi pengetahuan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokan/layanan
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal
6. Meningkatkan pengambilan keputusan.
SIAP dan Rantai Nilai
Tandberg (2005) mengenalkan konsep dalam sistem perbendaharaan, yang disebut rantai nilai sistem perbendaharaan
(treasury system value chain). Rantai nilai ini menggambarkan proses produksi dalam suatu sistem treasury serta
memperlihatkan langkah-langkah proses yang terjadi dan urutannya, serta proses pendukung dan sistem lintas sektoral.

• SIAP memberi manfaat besar dan menghemat biaya dalam desain rantai nilai
• Rantai nilai organisasi: mulai dari penyusunan anggaran – pelaksanaan – sampai dengan pelaporan
• Rantai nilai organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar yang dalam bisnis disebut supply
chain
• Dalam SIAP, contoh:
o Dalam siklus Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan, dan Pelaporan pertautan proses/aktivitas di
Kementerian Keuangan dengan K/L
o Sistem Pembayaran Kementerian Keuangan – Sistem Perbankan

Sistem Enterprise Resource Planning (ERP)


Sistem ERP adalah suatu sistem yang mengintegrasikan semua aspek aktivitas organisasi ke dalam satu sistem.
Sistem ERP bersifat modular, dengan setiap modul menggunakan praktik bisnis terbaik, untuk mengotomatisasi proses bisnis
standar.
Sistem ERP menggunakan database terpusat, dalam pengelolaan keuangan pemerintah, SIA Pemerintah antara lain mencakup
modul penganggaran, manajemen komitmen, pembayaran, penerimaan, manajemen kas, manajemen aset dan persediaan,
dan General Ledger dan pelaporan.

Perkembangan Akuntansi & Pelaporan Keuangan Pemerintah

Gambaran Perkembangan Sistem Aplikasi


Perkembangan Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah
Perkembangan SIA Pemerintah

RPS PERTEMUAN 2

SIKLUS DAN APLIKASI INTI PADA


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAH
SPAN & SAKTI

SIKLUS APBN

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH


Aplikasi SAKTI SISTEM APLIKASI KEUANGAN TINGKAT INSTANSI
DASAR HUKUM
✓ PMK No.PMK-159/PMK.05/2018 jo PMK No.203/PMK.05/2019 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI
✓ Keputusan Menteri Keuangan No. KMK-905/KMK.05/2018 tanggal 31 Des 2018 tentang Perubahan atas KMK
962/KMK.05/2017 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI Tahap III
✓ Instruksi Menteri Keuangan No. 955/IMK.05/2017 Tanggal 20 Des 2017 tentang Dukungan Implementasi Piloting
SAKTI di Lingkungan Kementerian Keuangan
✓ Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan :
o PER-38/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Komitmen SAKTI
o PER-39/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Bendahara SAKTI
o PER-40/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Pembayaran SAKTI
o PER-41/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Persediaan SAKTI
o PER-42/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Aset SAKTI
o PER-43/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Akuntansi dan Pelaporan SAKTI
DEFINISI
SAKTI adalah aplikasi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan SPAN pada instansi pemerintah meliputi antara lain
modul penganggaran, modul komitmen, modul pembayaran, modul bendahara, modul persediaan, modul aset tetap, modul
piutang, serta modul akuntansi dan pelaporan. (PMK 159 Tahun 2018)
MENGENAI APLIKASI SAKTI
• Mengintegrasikan seluruh aplikasi satker yang ada
• Digunakan oleh K/L dari Level Satker, Wilayah, Eselon 1 dan Kementerian
• Menerapkan Konsep single database
• Mempunyai fungsi utama: Perencanaan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran.
• Ber-interface dengan SPAN pada tiap tahap siklus anggaran.

MODUL SAKTI

RUANG LINGKUP
FITUR SAKTI

4. Level User
1. Integrasi 3. Multi User Multi
2. Single Entry Point (Maker, Checker,
Database Satker
dan Approver)

5. Penerapan 7. Basis Akuntansi


6. Kompatibilitas 8. Open-closing
Access Control List Akrual Secara
Dengan Span Period
(ACL) Transaksional

10. 14 Periode
11. ADK Interface
9. Locking Akuntansi 12. Historical dan
(Encrypted,
Transaksi (Unaudited dan Log Data
Hashed, Pin)
Audited)

PRINSIP DASAR
SAKTI digunakan oleh entitas akuntansi dan entitas pelaporan Kementerian Negara/Lembaga.

Transaksi yang dilaksanakan oleh entitas akuntansi dan entitas pelaporan dilakukan secara sistem elektronik.

Piloting SAKTI dilaksanakan secara daring dengan menggunakan sistem/ konsep database terpusat, multi user dan/ atau multi satker.

Hak Akses SAKTI hanya diberikan kepada Pengguna sesuai kewenangannya.

Setiap perubahan data pada SAKTI akan tercatat dalam histori transaksi meliputi perubahan pengguna, perubahan waktu, dan
perubahan data.

Pengiriman data SAKTI ke SPAN dilakukan pengamanan secara elektronik.

KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan operasionalisasi SAKTI pada Satker.

PERIODISASI TRANSAKSI

JAN – DES
UNAUDITED
Kode Periode AUDITED
1-12 Kode Periode
13 tanggal Kode Periode
buku 31 Des 14 tanggal
buku 31 Des

1) Tutup buku transaksi pada SAKTI merupakan proses tutup buku saat periode transaksi dinyatakan berakhir dan
dilakukan sebelum Modul Akuntansi dan Pelaporan melakukan periode tutup buku.
2) Dalam hal Modul Akuntansi dan Pelaporan melakukan tutup buku permanen maka modu􀍂 lain secara otomatis akan
tertutup untuk periode berikutnya.
3) Transaksi yang belum dicatat setelah dilakukan tutup buku permanen maka transaksi dimaksud dicatat pada periode
transaksi berikutnya.

MODUL PENGANGGARAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk Penyusunan Rencar:a Kerja dan Anggaran sampai dengan penyusunan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran termasuk di da􀍂amnya proses perencanaan penyerapan anggaran dan penerimaan/ pendapatan dalam
periode satu tahun anggaran
Ruang Lingkup Modul Penganggaran meliputi :
1. PENYUSUNAN ANGGARAN
Merupakan kegiatan pembuatan Kertas Kerja dan RKA Satker serta Pembuatan RKA-K/L Unit Eselon I.
2. PELAKSANAAN REVISI ANGGARAN
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan atas dokumen DIPA.
Output : Usulan RKA-KL, Usulan Revisi DIPA, data Pagu
Data Transaksi Modul Penganggaran

MODUL KOMITMEN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pengelolaan aktivitas terkait pencatatan data supplier, kontrak, dan Berita Acara
Serah Terima (BAST) dalam rangka pelaksanaan APBN untuk mendukung pengelolaan data pagu, perencanaan kas dan
referensi dalam pelaksanaan pembayaran.
1. MANAJEMEN SUPPLIER
Merupakan kegiatan mengelola data penerima pembayaran, untuk kemudian didaftarkan ke SPAN melalui KPPN.
2. MANAJEMEN KONTRAK
Merupakan kegiatan mengelola data kontrak (perikatan dengan pihak ketiga), untuk kemudian didaftarkan ke SPAN melalui
KPPN.
3. PENCATATAN BAST
Mencatat BAST untuk mengakui aset dan utang pada saat serah terima. Terdiri dari BAST Kontraktual ataupun Non
Kontraktual
4. KONFIRMASI CAPAIAN OUTPUT
Mencatat rasio antara jumlah data output yang terkonfirmasi dibandingkan dengan jumlah output yang dikelola Satker
Output : ADK Supplier, ADK Kontrak, Data BAST dan Data Capaian Output
TRANSAKSI MODUL KOMITMEN

MODUL BENDAHARA
Bagian SAKTI yang berfungsi untuk penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui Bendahara.
1. Penatausahaan LS Bendahara
2. Penatausahaan UP/TUP
3. Penatausahaan Potongan/ pungutan pajak
4. Penatausahaan Surat Bukti setoran pendapatan, pengembalian belanja
5. Transaksi lain yang dikelola oleh Bendahara
Ouput : LPJ Bendahara
TRANSAKSI MODUL BENDAHARA
MODUL PEMBAYARAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pengajuan pembayara atas beban APBN, pengesahan
pendapatan dan belanja, dan pencatatan Surat Perintah Pencairan Dana.
Output : Dokumen Renkas, SPBy, PPDH, SPP, SPM atau yang dipersamakan, ADK : ADK RT,
ADK SPM atau yang dipersamakan
TRANSAKSI MODUL PEMBAYARAN

MODUL PERSEDIAAN
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pencatatan transaksi barang persediaan, pembuatan
jurnal transaksi, dan pembuatan laporan persediaan.
1. SETUP METODE
Merupakan kegiatan setup metode Pencatatan dan metode Penilaian
2. REFERENSI BARANG
Merupakan kegiatan mengelola referensi barang persediaan (16 digit)
3. PEREKAMAN TRANSAKSI PERSEDIAAN
Perekaman Transaksi Masuk, Transaksi Keluar, Opname Fisik
Output : Buku Persedian, Laporan Persediaan, Jurnal Persediaan

TRANSAKSI MODUL PERSEDIAAN

MODUL AKTIVA TETAP


Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pencatatan dan pelaporan Barang Milik Negara berupa aset tetap dan aset tak
berwujud
1. Transaksi BMN
- Perolehan,
- Perubahan,
- Penghapusan
2. Transaksi KDP
- Perolehan
- Pengembangan
- Transaksi Lainnya)
3. Transaksi ATR
4. Perolehan ATR
5. Transfer Keluar ATR
6. Transaksi BMN Bersejarah
7. Transaksi Pihak Ketiga
8. Penyusutan
Output : Buku Barang, Laporan BMN, Jurnal AT/AL/Penyusutan, DBR,KIB,History BMN dll
TRANSAKSI MODUL ASET TETAP

MODUL PIUTANG
Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk melakukan penatausahaan transaksi piutang di Satker pengguna SAKTI
Ruang Lingkup Modul Piutang
TRANSAKSI MODUL PIUTANG

MODUL GL DAN PELAPORAN


Bagian dari SAKTI yang berfungsi untuk pengintegrasian data jurnal dari semua modul SAKTI dalam rangka penyusunan
laporan keuangan.
Ruang lingkup:
1. Sistem akuntansi yang terintegrasi dengan modul-modul lain terkait
2. Sistem pelaporan manajerial (statistik)
3. Sistem rekonsiliasi dan konsolidasi pelaporan
Output : Lap. Operasional, LPE, Neraca, LRA
TRANSAKSI MODUL GLP

HUBUNGAN ANTAR MODUL SAKTI


INTERKONEKSI SAKTI
Sistem Eksternal

Monitoring SAKTI
MonSakti adalah Monitoring Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi Tools yang digunakan oleh Pengguna Aplikasi
Sakti untuk :
1. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL SATKER - Dilakukan oleh Satuan Kerja
2. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN SATKER DAN BUN - Dilakukan oleh DJPb
selaku BUN dan Satuan Kerja
3. MONITORING DAN EVALUASI SISTEM APLIKASI - Dilakukan oleh Subdit PSIE Dit. SITP DJPb

Topologi SAKTI

Evolusi Teknologi SAKTI

Critical Milestones
SPAN SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA
DASAR HUKUM
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
4) UU No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
5) PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
6) PP No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
7) PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemeirntahan
8) PP No.45 Tahun 2013 jo PP No.50 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
9) PP No.71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
10) Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
11) PMK No.154 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Piloting SPAN
12) PMK No.154 Tahun 2014 jo PMK No.278 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan SPAN
KONSEPSI
SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan APBN yang meliputi modul penganggaran,
modul komitmen, modul pembayaran, modul penerimaan, modul kas, dan modul akuntansi dan pelaporan.(PMK 154 Tahun
20114 ttg Pelaksanaan SPAN)
Sistem Informasi yang menggabungkan beberapa fungsi, seperti Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Manajemen Kas, Akuntansi & Pelaporan dalam satu sistem aplikasi.
Sistem Informasi Keuangan Negara yang Terintegrasi:
▪ Mendokumentasikan setiap transaksi keuangan dan mendukung penyajian laporan keuangan dan managerial
▪ Didesain dengan relasi yang baik antara pemilihan software, hardware, SDM, prosedur, kontrol, dan data
▪ Operasi terotomasi secara penuh serta bermuara pada database yang terpusat

TUJUAN SPAN
❖ Meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan perbendaharaan
negara.
❖ Menyempurnakan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi keuangan negara yang terintegrasi.
❖ Memberikan informasi yang komprehensif dan tepat waktu tentang posisi keuangan pemerintah pusat.
❖ Memudahkan pengambilan keputusan dalam manajemen keuangan pemerintah.

SASARAN SPAN
✓ Otomatisasi proses operasional penganggaran dan perbendaharaan;
✓ Meningkatan kehandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, aset dan utang pemerintah;
✓ Meningkatkan efisiensi layanan kepada Kementerian/ Lembaga, masyarakat dan perbankan;
✓ Meningkatkan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian LK yang lebih komprehensif, akurat dan tepat
waktu;
✓ Menyediakan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat serta tepat waktu antara pemerintah dan perbankan;
✓ Menyediakan jejak audit (audit trail);
✓ Mengintegrasikan data pada berbagai sub sistem manajemen keuangan pemerintah

PRINSIP DASAR PELAKSANAAN SPAN


1) SPAN dilakukan secara sistem elektronik dengan menggunakan aplikasi SPAN.
2) Aplikasi SPAN hanya dapat diakses oleh penerima hak akses (User License) yang memiliki user ID dan password.
3) Informasi Elektronik, Dokumen Elektronik, dan/atau hasil cetak dari aplikasi SPAN merupakan alat bukti hukum
yang sah.
4) Proses validasi dan approval pada aplikasi SPAN dilakukan secara elektronik.
5) SPAN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai teknologi dan informasi yang berlaku di lingkungan
Kementerian Keuangan.
6) SPAN dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Pelaksanaan SPAN yang
ditetapkan oleh Pimpinan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan yang melaksanakan SPAN
7) SPAN dilaksanakan secara bertahap setelah sarana dan infrastruktur pendukung SPAN siap beroperasi, sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

PILAR UTAMA SPAN

KEUNGGULAN SPAN
1. Otomatisasi dan audit trail
2. Single database, rekonsiliasi data
3. Less paper
4. Accrual accounting, PBB, MTEF
5. Notification mailler system / alert system
6. User defined report
INTEGRASI SPAN
Penyempurnaan Aplikasi Dan Database
RUANG LINGKUP SPAN
MODUL PADA SPAN

Modul Modul Modul


Penganggaran Komitmen Pembayaran

Modul
Modul
Modul Kas Akuntansi dan
Penerimaan
Pelaporan

MODUL PENGANGGARAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penganggaran yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan
anggaran, pembahasan anggaran dengan DPR RI, penetapan alokasi anggaran, penyusunan Rancangan APBN-Perubahan,
revisi anggaran, dan monitoring dan evaluasi kinerja anggaran.
MODUL KOMITMEN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan data supplier dan data kontrak yang meliputi pendaftaran,
perekaman, validasi, perubahan, penggunaan, dan pembatalan data supplier/kontrak, termasuk penerbitan dan penyampaian
Nomor Register Supplier/Nomor Register Kontrak/informasi penolakan pendaftaran data supplier atau data kontrak.
MODUL PEMBAYARAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pelaksanaan pembayaran atas beban APBN dan/atau pengesahan
pendapatan dan belanja yang meliputi penerbitan SP2D, penerbitan warkat dan bilyet giro, penerbitan surat pengesahan
pendapatan dan belanja, penerbitan aplikasi penarikan dana, dan penerbitan Surat Kuasa Pembebanan Letter of Credit (SKP-
LC).
MODUL PENERIMAAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penatausahaan transaksi penerimaan negara yang diterima melalui
Rekening Milik BUN di Bank Indonesia, melalui Bank/Pos Persepsi, serta melalui potongan Surat Perintah Membayar atau
pengesahan pendapatan dan belanja oleh KPPN.
MODUL KAS
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan rekening milik BUN perencanaan kas, pemindahbukuan
dana, rekonsiliasi bank, dan pelaporan manajerial.
MODUL AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penyusunan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN yang meliputi pemutakhiran data Bagan Akun Standar, konversi data transaksi keuangan, koreksi data
transaksi keuangan, penyesuaian sisa pagu, jurnal penyesuaian, rekonsiliasi data, dan laporan keuangan

POSISI SPAN SEBAGAI SSC


SPAN sebagai sarana Pusat Layanan Bersama (Shared Service Center - SSC) di Kementerian Keuangan
✓ SPAN menjadi core of information system fungsi fiskal, sedangkan sistem lainnya, termasuk sistem
utang&hibah, sistem aset, sistem penerimaan negara, adalah sub sistem atau berinterface dengan SPAN
✓ Perlu pelembagaan SSC-SPAN dan service level agreement (SLA) dengan semua Eselon I
✓ BA-BUN di Kemenkeu menggunakan aplikasi SPAN secara langsung, sedangkan lainnya melalui SAKTI

SPAN SMS
Sistem layanan informasi SPAN berbasis Short Message Service sebagai pendukung dan pelengkap portal SPAN dalam
menjembatani Satuan Kerja dengan SPAN.
Tiga tipe pengguna:
▪ Administrator, sebagai pengelola server SPAN SMS
▪ KPPN, sebagai operator lokal
▪ Satker, sebagai pengguna layanan

PORTAL SPAN
Portal SPAN adalah sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan implementasi SPAN.
Portal SPAN merupakan aplikasi berbasis web yang mendukung SAKTI, dimana lalu lintas ADK ke/dari SPAN dilakukan
melalui Portal SPAN.
User dapat memanfaatkan fasilitas portal ini setelah terlebih dahulu melakukan login dengan memasukkan username dan
password yang sudah terdaftar.
INTEGRASI DATABASE

CONTOH KONSEP MAKER, CHECKER, APPROVER MODUL PEMBAYARAN


OPERATOR:
▪ Perekaman SPP
▪ Mencetak SPP
▪ Menerima/ mengunduh ADK Resume Tagihan
▪ Mencetak SPM
▪ Menerima/ mengunduh ADK SP2D
VALIDATOR/ PPK :
▪ Validasi/ persetujuan SPP
▪ Membuat ADK Resume Tagihan
▪ Mengunggah/ upload ADK Resume Tagihan
APPROVER/ PPSPM :
▪ Validasi / persetujuan SPM
▪ Membuat ADK SPM
▪ Mengunggah/ upload ADK SPM atau Menyampaikan ADK SPM,SPM dan Lampiran SPM ke KPPN
Interkoneksi SAKTI -SPAN

RPS PERTEMUAN 3
Siklus Dan Modul Penganggaran
POSISI PENGANGGARAN DALAM SPAN

DASAR HUKUM
DEFINISI ANGGARAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN FUNGSI

FUNGSI ANGGARAN

• Fungsi Otorisasi : dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
yang bersangkutan.

• Fungsi Perencanaan: pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan


pada tahun yang bersangkutan.

• Fungsi Pengawasan: pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan


pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

• Fungsi Alokasi: diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan


sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

• Fungsi Distribusi : harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

• Fungsi Stabilisasi: alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan


fundamental perekonomian.

PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN


a. Penganggaran Terpadu (unified budget): mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen
RKA-KL sesuai dengan dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi,
dan jenis belanja.

b. Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting):


memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

c. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM (medium term


expenditure framework): pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

SIKLUS PENYUSUNAN APBN

Perjalanan satu siklus anggaran membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 tahun: satu
tahun perencanaan; satu tahun pelaksanaan; dan setengah tahun pertanggungjawaban.
Siklus anggaran terdiri atas Proses teknokratis – Politis - Administratif .
1. Perencanaan Anggaran:

• RKP (Rencana Kerja Pemerintah): Dokumen perencanaan nasional


untuk periode 1 tahun yg merupakan penjabaran dari RPJM Nasional;
memuat rancangan kerangka ekonomi makro yang termasuk di dalamnya
arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas pembangunan, rencana kerja
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah
maupun yg ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

• RENJA-K/L (Rencana Kerja Kementerian/Lembaga): Dokumen


perencanaan K/L yg disusun dgn berpedoman pada Renstra-KL dan
mengacu pd prioritas pemb. nasional dan Pagu Indikatif serta memuat
kebijakan, Program dan Kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.

2. Penyusunan Anggaran

• KAK (Kerangka Acuan Kerja): Dokumen yg memberikan gambaran


umum & penjelasan mengenai OUTPUT yg akan dicapai sesuai dengan
tugas dan fungsi unit eselon 1 yg memuat latar belakang, penerima
manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian, dan biaya yang
diperlukan.

• RAB (Rincian Anggaran Biaya): Merupakan dokumen pendukung


KAK yg menjelaskan besaran total biaya tiap komponen yang
merupakan tahapan pencapaian output kegiatan.

• Kertas Kerja: Kertas Kerja merupakan rincian belanja Output sampai


detail biaya. Strukturnya meliputi : Satker, Program, Kegiatan, Output,
Sub-Output, Komponen, Sub-Komponen, Akun, Detail Biaya

• RKA-K/L (Rencana Kerja & Anggaran Kementerian/Lembaga):


Dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang wajib
disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga. Setiap tahun
Kementerian/Lembaga wajib menyusun RKA-KL sesuai dengan
tahapan penganggaran (pagu indikatif, pagu anggaran, dan alokasi
anggaran)

Jenis Pagu pada Penyusunan Anggaran:

Gambaran Umum Aplikasi Pada Penganggaran:


Modul penganggaran adalah modul yang melakukan proses penyusunan Rencana
Kerja Anggaran sampai dengan penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran termasuk di
dalamnya proses Perencanaan penyerapan anggaran dan penerimaan dalam periode satu
tahun anggaran. Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran
berpengaruh terhadap proses penyusunan DIPA yang memuat satuan-satuan terukur yang
berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan dari BUN atas
sejumlah dana yang diperlukan bagi Satker.
Penyusunan DIPA
Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap
proses penyusunan dokumen DIPA yang memuat satuan-satuan terukur yang berfungsi
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan dari BUN atas sejumlah dana
yang diperlukan bagi satker tersebut. Proses penyusunan dokumen DIPA dimulai dari
penyusunan RKA-K/L. DIPA adalah Dokumen yang disusun oleh Pengguna Anggaran
berdasarkan RKA-KL yang telah disetujui oleh DPR dan ditetapkan dalam Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN atau Daftar Hasil Penelaahan Rencana Dana
Pengeluaran Bendaharawan Umum Negara (DHP RDP BUN), dan disahkan oleh Menteri
Keuangan.
DIPA berlaku untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur
yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan penggunaan anggaran. Di samping itu,
DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan
dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan
batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
DIPA INDUK merupakan akumulasi dari DIPA per-satker yang disusun oleh PA
menurut unit eselon 1 dan disahkan Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menkeu. DIPA
PETIKAN merupakan DIPA yang memuat alokasi anggaran untuk masing-masing satker
dan merupakan penjabaran dari DIPA Induk. Tujuan pengesahan DIPA antara lain:
1. Menjamin alokasi anggaran dan peruntukannya yang dituangkan dalam DIPA telah
sesuai dengan DHP RKA-KL dan Perpres tentang Rincian APBN;
2. Menjamin bahwa alokasi anggaran dapat digunakan untuk membayarkan rencana
kerja sebagaimana tercantum dalam rincian penggunaan anggaran;
3. Menjamin KPPN selaku Kuasa BUN dapat mencairkan anggaran atas DIPA
berkenaan.

DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran yang
disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. DIPA berlaku mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun anggaran berkenaan. Dokumen
pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut
sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap – tiap satuan
kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). DIPA diatur
lebih rinci yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub
kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan dana serta
perkiraan penerimaan. Konsep DIPA yang telah disusun oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian disampaikan ke DJPB untuk ditelaah. Khusus untuk
DIPA BLU harus dilampirkan rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat
4).

INTERNATIONAL BEST PRACTICE PENGANGGARAN


Dalam rangka pelaksanaan anggaran (budget execution), pada dasarnya terdapat dua
sistem utama dalam manajemen atas Spending Authority, yaitu warrant system dan
apportionment/allotment system. Perbedaan mendasar di antara keduanya adalah
mekanisme penggunaan appropriasi (anggaran yang disetujui oleh parlemen) sebagai dasar
untuk membuat perikatan/komitmen yang akan membebani anggaran. Implementasi atas
salah satu dari sistem tersebut, biasanya sejalan dengan sistem manajemen komitmen
dan manajemen pembayaran dalam rangka pelaksanaan anggaran yang diterapkan di suatu
negara. Pembahasan untuk masing-masing sistem adalah sebagai berikut:
a) Warrant system
Dalam sistem ini, anggaran/appropriation yang disetujui parlemen lebih sebagai alat
perencanaan yang merefleksikan kebijakan dan program pemerintah untuk tahun anggaran
yang bersangkutan. Namun demikian, sebagian atau keseluruhan jumlah anggaran tersebut
baru dapat efektif sebagai dasar pengeluaran apabila telah diterbitkan dokumen pelaksanaan
anggaran (warrant) atas dasar usulan Spending Unit. Warrant tersebut akan menjadi batas
tertinggi pengeluaran (spending limit) untuk jangka waktu tertentu dalam satu tahun
anggaran. Proses bisnis management of Spending Authority adalah sejak Plan Procurement
sampai dengan Penerbitan Warrant / Spending Limit.
b) Apportionment system
Dalam sistem ini, prosedur alokasi atas anggaran yang disetujui parlemen ke dalam
masing-masing Spending Units akan menghasilkan dokumen yang menjadi dasar
pelaksanaan anggaran yang umumnya berlaku selama periode tahun anggaran. Dokumen
tersebut efektif sebagai dasar untuk melakukan perikatan/komitmen dan/atau pengeluaran
atas beban anggaran negara. Proses bisnis management of Spending Authority adalah proses
penerbitan dan pengesahan dokumen allotment. Dalam praktiknya, Indonesia mengadopsi
sistem ini dalam sistem penganggaran negara.
Gambaran RKAKL
Ruang Lingkup RKAKL
1. Dokumen kinerja; menggambarkan outcome, indikator kinerja utama, output kegiatan
dan indikator kinerja kegiatan. Data kinerja tersebut merupakan representasi dari Renja-
KL yang dikompilasi oleh Bappenas.
2. Dokumen belanja; merupakan dokumen yang menggambarkan alokasi belanja satker
menurut struktur belanja yang ada. Struktur belanja tesebut meliputi satker, program,
kegiatan, output, suboutput, komponen, subkomponen, akun dan detil/rincian.
3. Dokumen pendapatan; merupakan dokumen yang menggambarkan rencana pendapatan
(terutama PNBP) baik yang bersifat “umum” maupun “fungsional”. Rencana
pendapatan tersebut dirinci hingga per-akun.
4. Dokumen Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); merupakan dokumen
yang menggambarkan rencana kinerja dan belanja per-output kegiatan dalam perspektif
jangka menengah (lima tahun). Jadi perencanaan output dan belanja tidak semata-mata
difokuskan pada tahun anggaran berjalan atau tahun anggaran yang diusulkan, tetapi
juga fokus pada forward estimate untuk tiga tahun kedepan.Struktur RKP, RENJA dan
RKAKL

STRUKTUR RKAKL 2020


a. SATKER : Unit yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai keluaran/output kegiatan, contoh PKN STAN (477198)
b. PROGRAM DAN KEGIATAN : Program merupakan enjabaran dari kebijakan
sesuai dengan visi & misi dan Renja K/L yg rumusannya mencerminkan sasaran
strategis dari KL dan melekat pada tugas fungsi unit eselon I. Kegiatan merupakan
sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa SDM, barang modal,
dana, atau kombinasi dr beberapa sumber daya tsb sbg masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa. Kegiatan merup
penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas fungsi unit eselon
II
c. OUTPUT : keluaran akhir dari suatu kegiatan yg bersifat spesifik & terukur yg
berupa barang/jasa & diarahkan utk mendukung pencapaian outcome dr suatu
program. Informasi yg terkandung dlm output berupa 3 hal: jenis barang/jasa;
volume dari barang/jasa yg dihasilkan; dan satuan ukur dr barang/jasa dimaksud.
Memuat lokasi, Jumlah tercetak, satuan (dari Krisna)
d. SUB OUTPUT : bagian dari suatu keluaran yang mendukung pencapaian output
dilevel atasnya. Suboutput mempunyai ruang lingkup yang masih satu rumpun
dengan lingkup output dilevel atasnya. Berbeda dengan nomenklatur output yang
sudah didefinisikan di awal pengisian RKAKL, nomenklatur suboutput dibuat
sendiri oleh satker sesuai kebutuhan Optional, input jumlah (dari Krisna)
e. KOMPONEN : struktur input berupa tahapan yang diperlukan dalam pencapaian
output atau suboutput. Komponen dapat juga merupakan struktur pendukung dalam
pencapaian output atau suboutput. Terdiri dari komponen utama/pendukung (dari
Krisna)
f. SUB KOMPONEN : struktur input di bawah komponen (optional)
g. AKUN : kodifikasi pengeluaran atau penerimaan pada pos tertentu yang
menunjukkan jenis belanja. Jadi dalam satu jenis belanja dapat mencakup beberapa
akun. Kode akun terdiri atas 6 digit, sedang kode jenis belanja merupakan 2 digit
pertama dari kode akun yang bersangkutan. Jenis Belanja 51,52,53,57 /KPPN /
Sumber dana
h. DETIL : penjabaran rinci dari suatu akun yang meliputi uraian belanja, volume,
satuan, harga satuan dan jumlah biaya . Meliputi SBM dan rincian belanja.
Gambaran Integrasi Modul Penganggaran
PROSES BISNIS MANAJEMEN PENGANGGARAN
Secara garis besar, gambaran interaksi proses bisnis antara SPAN dan SAKTI dapat
dilihat pada gambar berikut.

Proses bisnis Modul Penganggaran terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu penyusunan RKA-
K/L, pengesahan DIPA, dan revisi DIPA. Ketiga proses tersebut dibagi lagi ke dalam
beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing. alur kerja untuk tiap-tiap bisnis
proses adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan RKA-K/L
Proses penyusunan RKA-K/L terdiri dari 2 (dua) tahapan proses yaitu :
a. Tahap penyusunan Kertas Kerja di Level Satker
Pada tahap penyusunan Kertas Kerja di Level Satker, terdapat beberapa proses yang
dilalui yaitu Review Baseline, Penyusunan Kertas Kerja dan Penyusunan Rencana Realisasi
Anggaran yang dilakukan oleh user sebagai operator/validator, kemudian dilanjutkan
dengan proses memvalidasi data kertas kerja dan rencana realisasi anggaran. Setelah semua
data tervalidasi baru kemudian dilakukan approval oleh peran user sebagai approver.
b. Tahap konsolidasi di Level Unit Eselon I
Setelah Kertas Kerja dan Rencana Realisasi Anggaran tersebut diapprove di level
satker, data kertas kerja tersebut dikirimkan ke unit Eselon I masing-masing Satker untuk
kemudian dilakukan konsolidasi Kertas Kerja menjadi RKA-K/L. Pada level unit Eselon I,
Kertas Kerja yang sudah dikonsolidasikan , dapat direview kembali oleh Eselon I yang
juga melali tahapan validasi dan approval level Eselon I. Setelah itu RKA-K/L dikirimkan
ke DJA Kementerian Keuangan melalui portal untuk kemudian diproses dalam SPAN.
Setiap aktivitas dalam SAKTI hanya dapat diakses oleh User, dimana setiap user memiliki
wewenang yang berbeda dan dibatasi, contohnya pegawai dalam bagian penyusunan
anggaran akan menjadi user pada modul penganggaran, sedangkan staf PPK atau Pejabat
pengelola keuangan menjadi user pada modul komitmen. User pada modul penganggaran
memiliki level dan peran yang akan mempengaruhi lingkup kerja dan hak aksesnya
terhadap terdapat pada modul penganggaran. Level user yang terlibat dalam Modul
penganggaran adalah :
• Level Satuan Kerja : sebagai pemberi usulan anggaran
• Level Unit/ Eselon I : sebagai konsolidator, dimana user eselon I dapat mengakses
data yang dikelola oleh user pada level satker guna melakukan review dan validasi.

Dimana masing – masing Level user dapat menentukan peran user yang terdiri dari:
• Operator Penganggaran : pelaksana teknis penganggaran yang melakukan fungsi
teknis atas data transaksi terkait penganggaran;
• Checker/Validator Penganggaran: pelaksana/pejabat penganggaran yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk memvalidasi semua proses teknis yang
dilakukan oleh operator ;
• Approver Penganggaran: pejabat penganggaran yang diberikan kewenangan dan
taggung jawab untuk menyetujui semua data transaksi penganggaran yang sudah
divalidasi .

2. Pengesahan DIPA
Proses penyusunan dokumen DIPA dimulai dari penyusunan RKA-K/L. DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku untuk satu tahun
anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan
sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan
perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Tahapan proses pengesahan DIPA :
• Setelah Satker menerima Pagu Anggaran dan Telah menyusun dokumen RKA-K/L
dan dokumen pendukung lainnya (ADK, Kertas Kerja, Term of Reference, Rincian
Anggaran Biaya, POK dll) data dikirimkan kepada unit eselon I masing-masing
untuk dilakukan review dan validasi.
• Bagian Penyusunan Anggaran, pada Eselon I melakukan konsolidasi dan mereview
dokumen RKA-K/L yang telah dikirimkan Satuan Kerja, apakah telah sesuai Pagu,
baseline, Standar Biaya Masukan (SBM) dan Standar Biaya Keluaran (SBK) dan
telah memiliki Rencana Penarikan Dana dan Rencana Penerimaan Dana tiap
bulannya.
• Jika data telah sesuai maka Bagian Penyusunan Anggaran, akan melakukan validasi
dan mengirimkan data ke SPAN
• DJA akan melakukan penelaahan RKAKL Satker sesuai dengan peraturan PMK
Nomor 142/PMK.02/2018 mengenai Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA.
• Jika telah sesuai, DJA akan mengeluarkan catatan hasil penelaahan dan juga
mengesahkan dan mencetak DIPA, yang terdiri dari DIPA Induk (untuk eselon I)
dan DIPA Petikan (tingkat satker).
• Proses pelaksanaan Anggaran oleh satker dengan telah diterimanya DIPA.

3. Revisi DIPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32 tahun 2013 mengenai tata cara
revisi anggaran tahun anggaran 2013, revisi anggaran terdiri atas:
1. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan
paguanggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya.
2. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap;
dan/atau
3. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
Wewenang Revisi DIPA

Dalam hal, revisi anggaran memerlukan persetujuan eselon 1, maka satker yang
mengusulkan revisi perlu mengirimkan surat permintaan persetujuan revisi dengan
melampirkan ADK yang telah direvisi, matrik usulan revisi, Form A-B-C Satker, dan
DIPA petikan terakhir, data tersebut telah diinput dalam aplikasi SAKTI. Dalam hal eselon
1 memberikan persetujuan, maka surat persetujuan akan dikirimkan kepada Satker untuk
diteruskan kepada DJA, Kanwil DJPB, atau Dit. PA sesuai wewenangnya masing- masing.

Mekanisme / Proses Revisi DIPA


Adapun proses yang dilakukan satker dalam melakukan revisi DIPA antara lain sebagai
berikut:
A. Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Keterangan:
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan dilengkapi dokumen pendukung.
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Dalam hal revisi anggaran ditolak, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
menerbitkansurat penolakan revisi anggaran.
4. Dalam hal revisi anggaran diterima, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
melakukan upload ADK RKA-K/L DIPA ke server.
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistem, secara otomatis akan
diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan revisi
anggaran.
6. Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyampaikan surat persetujuan yang dilampiri
notifikasi pengesahan revisi anggaran.
7. KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan revisi anggaran dari Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.

B. Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)

Keterangan:
1. KPA melakukan revisi anggaran sesuai dengan kewenangannya.
2. KPA meneliti apakah revisi anggaran yang dilakukan KPA mengubah DIPA
Petikan atau tidak.
3. Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA meng-update ADK RKA-K/L DIPA
serta mencetak dan menetapkan POK. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan
perubahan DIPA Petikan, KPA menyiapkan usulan revisi anggaran beserta dokumen
pendukungnya.
4. Dalam hal satker yang direvisi merupakan satker BLU dan pagu satker tidak berubah,
Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan langsung menyelesaikan revisi RKA- K/L
DIPA.
5. Dalam hal yang direvisi bukan merupakan satker BLU dan pagu satker berubah,
revisi RKA-K/L DIPA diteruskan ke Eselon I untuk diproses lebih lanjut.

C. Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada Unit Eselon I

Keterangan:
1. KPA menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan Eselon I
beserta data pendukung.
2. Eselon I menerima usulan revisi anggaran, meneliti surat usulan, mengecek
kewenangan revisi anggaran, serta memeriksa kelengkapan dokumen pendukung.
3. Eselon I menyiapkan surat usulan revisi anggaran yang dilengkapi dokumen
pendukung sebagai dasar bagi DJA untuk mengesahkan dan meng-update sistem
database.
4. Berdasarkan usulan revisi anggaran Eselon I, DJA melakukan update database
RKA-K/L DIPA dan mengesahkan revisi anggaran.
INPUT, PROSES/AKTIVITAS, DAN OUTPUT
Ada 3 format aliran dalam modul penganggaran, antara lain sebagai berikut.

1. Data Input
Data input yang digunakan dalam siklus penganggaran antara lain:
a. Arsip Data Komputer (ADK).
• GPP dari aplikasi Gaji/GPP.
• Backup data RKAKL tahun lalu.
• ADK DIPA.
• TRPNBP dari aplikasi TRPNBP.
b. Dokumen.
• DIPA Petikan.
• Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dokumen lainnya.
c. Data (internal SAKTI).
• Kwitansi/ bon (Modul Bendahara).
• Kontrak (Modul Komitmen).
• SPP/ Resume Tagihan (Modul Komitmen).
• Realisasi /SP2D (Modul Pembayaran).
• Data Pegawai/suplier (Modul Komitmen).

2. Output
Data output yang dihasilkan dalam siklus penganggaran antara lain:
a. Arsip Data Komputer (ADK).
• Usulan DIPA Revisi.
• Usulan SBK (level Unit).
• Data Pegawai.
• AFS/RENKAS.
b. Dokumen.
• Konsep RKA-K/L.
• Konsep Petikan DIPA.
c. Laporan.
• Lampiran RKA Satker.
• Annual Financial Plan (AFP).
• Monitoring DIPA.
• Laporan Alokasi Anggaran.
• Laporan Pagu DIPA.
d. Data.
• Pagu DIPA.

3. Proses / Aktivitas
Pada Satker, modul penganggaran merupakan semua proses penyusunan rencana
kerjadan anggaran termasuk perencanaan realisasi anggaran bulanan dalam jangka
waktu 1(satu) tahun anggaran. Setiap user pada modul penganggaran memiliki Level
user dan peran User yang akan mempengaruhi lingkup kerja dan hak aksesnya terhadap
fungsi- fungsi teknis yang terdapat pada modul penganggaran. Level user yang terlibat
dalam Modul penganggaran adalah :
• Level Satuan Kerja : sebagai pemberi usulan anggaran
• Level Unit/ Eselon I : sebagai konsolidator, dimana user eselon I dapat mengakses
data yang dikelola oleh user pada level satker guna melakukan review dan validasi.
Dimana masing – masing Level user dapat menentukan peran user yang terdiri dari:
• Operator Penganggaran : pelaksana teknis penganggaran yang melakukan fungsi
teknis atas data transaksi terkait penganggaran;
• Checker/Validator Penganggaran: pelaksana/pejabat penganggaran yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk memvalidasi semua proses teknis yang
dilakukan oleh operator ;
• Approver Penganggaran: pejabat penganggaran yang diberikan kewenangan dan
taggung jawab untuk menyetujui semua data transaksi penganggaran yang sudah
divalidasi .
Gambaran Proses dalam Modul Penganggaran SAKTI

Keterangan :
1. Penyusunan standar biaya kegiatan (SBK)
Dalam menyusun anggaran, diperlukan SBK (Standar Biaya Keluaran) sebagai
acuan dalam perhitungan kebutuhan anggaran. Modul Penganggaran memiliki berbagai
fitur salah satunya untuk menyusun Standar Biaya Kegiatan.
Dalam proses penyusunan SBK, Unit Eselon I K/L mengajukan usulan SBK kepada
Direktorat Jenderal Anggaran. Mekanisme penyusunan Usulan SBK dalam aplikasi
SAKTI dimulai dari Operator melakukan perekaman Usulan SBK berdasarkan
dokumen pendukung Usulan SBK yang telah disetujui. Selanjutnya Approver meneliti
kesesuaian data dan menyetujui Usulan SBK dengan dokumen pendukung Usulan SBK.
Kemudian Operator mengirimkan Usulan SBK yang telah disetujui oleh Approver ke
Direktorat Jenderal Anggaran. Menyediakan fitur RUH Usulan SBK (Standar Biaya
Keluaran) .
2. Penyusunan Anggaran berupa Kertas Kerja atau RKAKL/DIPA
Penyusunan Usulan RKA-K/L meliputi pembuatan RKA oleh Satker dan
pembuatan RKA-K/L oleh Unit Eselon I. Penyusunan usulan RKA-K/L dilakukan
melalui: migrasi data tahun anggaran berjalan untuk tahun anggaran berikutnya, input
data awal belanja pada Pengguna Operator tingkat satker atau tingkat unit oleh satker
dan Unit Eselon I, dan salinan data antarsatker di bawah unitnya oleh Unit Eselon I.
Menyediakan fitur-fitur Review Baseline Satker, RUH kertas kerja, RUH
Penerimaan/Pendapatan, Konsolidasi Kertas Kerja menjadi RKAKL, Pengiriman ADK
RKAKL, Penerimaan ADK DIPA, Penguncian Pagu Anggaran (Fund Blocking),
Penentuan Status History Anggaran (RKAKL, DIPA, Revisi, dll), Pencetakan report
terkait RKAKL, DIPA, dan lain-lain.

3. Perencanaan Realisasi Anggaran


Menyediakan fitur – fitur RUH POK, RUH Renkas (Perencanaan Kas), RUH
Rencana Penerimaan, Perhitungan otomatis halaman III DIPA, Perhitungan Otomatis
AFP (Annual Financial Plan) dan Pencetakan report terkait POK, Hal III DIPA dan
Realisasi Penyerapan Anggaran.
4. Lain -Lain
a. Standar Struktur Biaya
Standar Struktur Biaya adalah batasan komposisi biaya tertentu atas suatu
keluaran/kegiatan/program tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sebagai acuan dalam penyusunan RKA-K/L. Berdasarkan data usulan Kertas Kerja
dan RKA Satker, Operator Unit Eselon I K/L melakukan proses validasi atas
Standar Struktur Biaya. Proses validasi Standar Struktur Biaya dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian antara pencatatan data belanja dengan Standar Struktur
Biaya.
b. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Perkiraan Maju Tahun Pertama,
Kedua dan Ketiga menggunakan RKA-K/L sebagai dasar perhitungannya.
Perhitungan Perkiraan Maju Tahun Pertama, Kedua, dan Ketiga dalam proses
KPJM pada SAKTI dilakukan secara otomatis.
c. Rencana Penarikan Dana
Rencana Penarikan Dana adalah rencana penarikan kebutuhan dana yang
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan satuan
kerja dalam periode 1 tahun. Dalam proses penyusunan RKA-K/L, Satker
melakukan penyusunan Rencana Penarikan Dana bulanan dalam satu tahun
anggaran. Mekanisme pembuatan Rencana Penarikan Dana dimulai dari Operator
melakukan perekaman Rencana Penarikan Dana sesuai dengan kebutuhan Satker.
Selanjutnya Approver meneliti kesesuaian antara data Rencana Penarikan Dana
dengan dokumen pendukung.
d. Rencana Penerimaan Dana
Rencana Penerimaan Dana adalah rencana penyetoran penerimaan dallam
periode 1 tahun. Kementerian Neara/Lembaga yang ditetapkan sebagai Satker
pengguna PNBP, harus menyusun Rencana Penerimaan Dana. Rencana
Penerimaan Dana disusun berdasarkan jenis-jenis penerimaan yang diperkirakan
dapat diterima dan menetapkan target Penerimaan Dana per bulan dan per jenis
penerimaan. Pembuatan Rencana Penerimaan Dana pada aplikasi SAKTI diawali
dengan Operator melakukan penerimaan Rencana Penerimaan Dana sesuai dengan
perkiraan penerimaan Satker. Kemudian Approver meneliti kesesuaian antara data
Rencana Penerimaan Dana dengan dokumen pendukung.
e. Revisi Anggaran dan Review Revisi Anggaran
Mekanisme dalam pembuatan usulan Revisi DIPA berbeda tergantung
kewenangannya. Terdapat 4 mekanisme berbeda dalam pembuatan Usulan Revisi
DIPA.

GAMBARAN SISTEM APLIKASI (SAKTI)


1. Gambaran Umum
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang digunakan
sebagai sarana bagi satker dalam mendukung implementasi SPAN untuk melakukan
pengelolaan keuangan yang meliputi tahapan perencanaan hingga pertanggungjawaban
anggaran. Aplikasi SAKTI digunakan oleh entitas akuntansi dan entitas pelaporan
Kementerian Negara/Lembaga. Seluruh Transaksi entitas akuntansi dan entitas pelaporan
dilakukan secara sistem elektronik. SAKTI menerapkan konsep single database karena
SAKTI mengintegrasikan seluruh aplikasi satker yang telah ada sebelumnya agar proses
kerja nya menjadi lebih sederhana. Integrasi Modul Pengganggaran SAKTI dengan aplikasi
existing yaitu :

Proses yang ada pada SAKTI dimulai dari usulan Satuan kerja yang nantinya akan
disampaikan ke level Unit Eselon I dan selanjutnya akan disampaikan ke Direktorat
Jenderal Anggaran. Kegiatan ini melibatkan tiga level user, yaitu: Operator, Validator dan
Approver, baik itu dilevel Satker, Unit Eselon I, maupun DJA.
Modul Penganggaran SAKTI meliputi:
a. Fungsi Penyusunan SBK (Standar Biaya Keluaran): SBK Total dan SBK Indeks.
b. Fungsi Penyusunan Anggaran (Kertas Kerja/RKAKL-DIPA): Belanja,
Pendapatan/Penerimaan, Informasi BLU, Informasi Valas/PHLN, KPJM, Data
Pegawai.
c. Fungsi Penyusunan Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana : Hal III DIPA, AFP
(Annual Financial Plan) per bulan dalam satu tahun.
d. Fungsi Pembuatan Usulan Revisi : Satker (POK), DIPA (Kanwil DJPb/DJA).

Keunggulan Modul Penganggaran pada aplikasi SAKTI:


• Pembagian Role Operator dan Approver.
• Single Database.
• Pengiriman data usulan revisi otomatis.
• Terdapat Log Transaksi.
• Locking Pagu.
• Alur Keuangan yang Streamlined dan Penganggaran, Pelaksanaan hingga
Pelaporan.

Fitur Baru Modul Penganggaran SAKTI :


• Pencatatan History Kertas Kerja dan DIPA.
• Pembentukan COA pada saat transaksi DIPA untuk Perhitungan FA (Fund
Available) yang dipengaruhi juga oleh Informasi dari Modul Bendahara, Komitmen
dan Pembayaran.
• Proses Locking pagu pada saat proses revisi pagu anggaran.
• Penerapan Role (Operator, Validator (PPK), Approver (KPA).
• Penggabungan informasi RUH Pendapatan dengan rencana Penerimaan.
• Perhitungan otomatis halaman III DIPA dari POK.
• Perhitungan pergerakan AFP dari POK, dan mengambil informasi langsung dari
modul pembayaran, bendahara, komitmen dan GLP.
• Penerapan metode konsolidasi Kertas Kerja (RKAKL) pada level unit.

2. Gambaran Teknis SAKTI


A. Teknis Pembuatan Kertas Kerja dan RKA
1. Level Satker :
• Operator melakukan perekaman usulan Kertas Kerja dan RKA Satker
berdasarkan dokumen pendukung
• Approver meneliti kesesuaian data usulan Kertas Kerja dan RKA Satker
dengan dokumen pendukung
• Dalam hal data usulan Kertas Kerja dan RKA Satker disetujui oleh Approver,
data usulan Kertas Kerja dan RKA Satker akan secara otomatis terkirim kepada
Pengguna Unit Eselon I
2. Level Unit Eselon I :
• Berdasarkan usulan Kertas Kerja dan RKA satker Operator melakukan
penyusunan Usulan RKA-K/L Unit eselonI dengan menginput data baru atau
melakukan salinan data antar satker di bawahnya
• Approver meneliti kesesuaian data usulan RKA-K/L Unit Eselon I dengan
dokumen usulan Kertas Kerja dan RKA Satker
• Dalam hal data usulan RKA-K/L Unit Eselon I Disetujui oleh Approver, data
usulan kertas kerja dan RKA-K/L Unit Eselon I akan otomatis terkirim pada
pengguna level Kementerian Negara/Lembaga/DJA
• DJA akan mengesahkan DIPA berdasarkan RKA-K/L dari Kementerian
Negara/Lembaga. Berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh DJA, data
DIPA Satker secara otomatis masuk ke dalam modul Penganggaran.

B. Teknis Pembuatan Usulan Revisi DIPA


1. Level Satker:
• Operator melakukan perekaman data Usulan Revisi DIPA berdasarkan
perintah KPA dan dokumen usulan Revisi anggaran
• Approver meneliti kesesuaian data Revisi DIPA dengan dokumen usulan
Revisi Anggaran
• Approver melakukan aktivasi pagu jika Revisi DIPA disetujui

2. Level Pengesahan Kanwil DJPb :


• Operator melakukan perubahan data Usulan Revisi DIPA berdasarkan perintah
KPA dan dokumen usulan Revisi anggaran
• Approver meneliti kesesuaian data Revisi DIPA dengan dokumen usulan Revisi
Anggaran
• Dalam hal data Revisi DIPA disetujui oleh Approver, data Usulan Revisi DIPA
dan dokumen pelengkapnya secara otomatis terkirim kepada Kanwil DJPb
• Berdasar data Usulan Revisi DIPA, Validator melakukan review atas usulan
revisi DIPA
• Berdasarkan review, Validator dapat melakukan pengesahan Usulan Revisi
DIPA

3. Level Dit. PA (Pelaksanaan Anggaran) :


• Operator melakukan perubahan data Usulan Revisi DIPA berdasarkan perintah
KPA dan dokumen usulan Revisi anggaran
• Approver meneliti kesesuaian data Revisi DIPA dengan dokumen usulan Revisi
Anggaran
• Dalam hal data Revisi DIPA disetujui oleh Approver, data Usulan Revisi DipA
dan dokumen pelengkapnya secara otomatis terkirim kepada Direktorat
Pelaksanaan Anggaran
• Berdasar data Usulan Revisi DIPA, Validator melakukan review atas usulan
revisi DIPA
• Berdasarkan review, Validator dapat melakukan pengesahan Usulan Revisi
DIPA

4. Level DJA (Direktorat Jenderal Anggaran) :


• Operator melakukan perubahan data Usulan Revisi DIPA berdasarkan perintah
KPA dan dokumen usulan Revisi anggaran
• Approver meneliti kesesuaian data Revisi DIPA dengan dokumen usulan
Revisi Anggaran
• Dalam hal data Revisi DIPA disetujui oleh Approver, data Usulan Revisi DiPA
dan dokumen pelengkapnya secara otomatis terkirim kepada DJA
• Berdasar data Usulan Revisi DIPA, Validator melakukan review atas usulan
revisi DIPA
• Berdasarkan review, Validator dapat melakukan pengesahan Usulan Revisi
DIPA
HUBUNGAN MODUL PENGANGGARAN DENGAN MODUL LAIN

Keterkaitan antara modul penganggaran dengan modul/sistem lain disajikan pada


gambar di atas. Modul penganggaran secara konsep merupakan penggabungan dari
aplikasi/modul RKA-K/L-DIPA dan Aplikasi Forecasting Satker (AFS), dimana akan
menghasilkan output berupa data RKA-K/L, DIPA, Annual Financial Plan (AFP), POK
dan jurnal terkait allotment belanja dan estimasi pendapatan. Hubungan integrasi modul
anggaran, dengan modul lainnya adalah sebagai berikut:
1. Modul Pembayaran
Modul Anggaran membutuhkan informasi realisasi anggaran yang akan didapatkan
dari modul pembayaran, hal ini digunakan untuk menyusun baseline dan rencana
penarikan dana. Selain itu Modul Pembayaran, KPPN membutuhkan informasi
mengenai DIPA, AFP, dan POK untuk melakukan pemeriksaan SPM dan dokumen
kontrak yang diajukan satker untuk pembayaran.
2. Modul Komitmen
Modul Anggaran membutuhkan informasi mengenai transaksi kontrak untuk
menyusun anggaran tahun selanjutnya, berdasarkan kegiatan dan output yang
dilaksanakan oleh Satker. Sedangkan Modul Komitmen memerlukan informasi
mengenai DIPA, RDIPA, dan POK, sebagai dasar satker untuk melakukan kontrak
dengan vendor.
3. Modul GLP (General Ledger dan Pelaporan)
Modul Anggaran akan memberikan informasi kepada Modul GLP untuk tujuan
penjurnalan anggaran berupa allotment belanja dan estimasi pendapatan, serta akan
memperoleh informasi posting dan closing dari modul GLP.
4. Aplikasi GPP
Modul Anggaran membutuhkan informasi mengenai Data Pegawai dan Data Gaji
untuk menyusun anggaran belanja pegawai.
5. Modul Administrasi
Modul Anggaran memperoleh data referensi berupa informasi mengenai user/operator
yang berhak mengakses dan mengubah data yang ada dalam modul, berdasarkan User
ID yang terdaftar dalam Modul Administrasi.

PENGENDALIAN
Pada penggunaan modul penganggaran terdapat beberapa ancaman yang terjadi.
Ancaman tersebut antara lain:
1. Gangguan server pada modul penganggaran mengakibatkan data yang telah diinput
tidak dapat terbaca. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan jaringan server pada modul aplikasi sebelum melakukan input data.
2. Pada saat dilakukan entri data ke dalam modul, aplikasi mendadak Crash/Bug
sehingga pada saat input data aplikasi pada layar menjadi freeze yang mengakibatkan
data yang telah diinput hilang dan harus dilakukan input data ulang. Proses tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama. Salah satu pengendalian dari ancaman tersebut
adalah melakukan penyimpanan data sesering mungkin supaya ketika terjadi
Crash/Bug yang mendadak data yang telah diinput tidak hilang.
3. Pada saat aktivitas login account terdapat ancaman berupa Pengungkapan yang tidak
diotorisasi atas informasi sensitive. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
cara pengendalian akses berupa pemberian password dalam akun.
4. Proses pembuatan DIPA dan RK K/L melalui modul aplikasi SPAN maupun SAKTI
juga dapat terjadi ancaman yaitu berupa pengisian data yang kurang tepat dan tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pengendalian yang dapat dilakukan
yaitu dengan melakukan penelaahan terhadap data data yang telah diinput dalam
modul aplikasi.
5. Kebijakan yang sering berubah mengakibatkan penganggaran yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga ikut berubah sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan
menggunakan modul aplikasi khusus bernama Custom Web yang dapat mengikuti
perubahan kebijakan yang berlaku.

Selain ancaman – ancaman yang telah disebutkan di atas, juga terdapat ancaman lain
sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut.

No RISIKO PENGENDALIAN

1 Data induk yang tidak akurat dan 1) Pengendalian Integritas Pemrosesan


tidak valid Data
Pada siklus dan modul penganggaran, Bentuk-bentuk pengendalian aplikasi
kemungkinan data induk berupa pengendalian input, proses, dan
penganggaran tidak akurat dan tidak output dapat digunakan untuk
valid berpotensi terjadi. meminimalkan ketidakakuratan dan
Ketidakakuratan dan ketidakvalidan ketidakvalidan data induk.
data induk jumlah pegawai (ASN) bisa 2) Pembatasan Akses pada Data Induk
berimplikasi pada kekeliruan jumlah Pengendalian akses (access control) dapat
alokasi anggaran yang diusulkan pada dilakukan dalam rangka mencegah
dokumen pelaksanaan anggaran. Jika pegawai/pihak yang tidak punya wewenang
alokasi yang dianggarkan berlebihan melakukan peruahan data induk anggaran.
akan menyebabkan kelebihan alokasi Pembagian/ pemisahan tugas dan peran
yang menyebabkan ketidakefisienan para pengguna aplikasi pada level operator,
dalam perencanaan anggaran. validator, administrator, dll dapat
diterapkan. Selain itu pengendalian
terhadap pusat data diterapkan dalam angka
mencegah akses yang tidak sah.
No RISIKO PENGENDALIAN

2 Kehilangan dan Kerusakan Data 1) Back-up atas Data


Langkah antisipatif berupa melakukan
Ancaman berupa data induk yang
backup atas data secara rutin dapat
rusak dan hilang pada siklus
dilakukan agar jika sewaktu-waktu data
penganggaran dengan desain data
rusak dan hilang, ada data yang dapat
terpusat pada SPAN dan SAKTI
dipulihkan pada sistem.
berpotensi terjadi. Kebakaran,
2) Menerapkan DRP (disaster recovery
kebanjiran, sabotase atas pusat data
plan)
tempat menyimpan data
Dalam kondisi tertentu, ketika ada kendala
penganggaran dapat terjadi sewaktu-
pada infrastruktur sistem yang gagall
waktu. Selain itu perlindungan yang
berfungsi, misalkan pusat data mengalami
kurang atas piranti yang diterapkan
kebakaran/kerusakan parah, maka
pada server, jaringan, dll berisiko
organisasi harus dapat melakukan mitigasi
mengancam keberlangsungan sistem.
dengan mengandalkan pada pemulihan
sistem akibat musibah. Organisasi
hendaknya mempunyai kemampuan untuk
pemulihan operasional bisnis, misalnya
memiliki cadangan pusat data yang terletak
di lokasi yang lain (di kota lain).

3. Kualitas Penganggaran yang Buruk 1. Pelatihan dan Sosialisasi yang Memadai


Pemberian pelatihan dan sosialisasi kepada
Ada kalanya output yang dihasilkan
para petugas sesuai dengan peran dan
dari proses penganggarn
tanggung jawab masing-masing diharapkan
menghasilkan kualitas penganggaran
dapat menjaga kuallitas dan profesionalitas
yang buruk. Ketidaksinkronan antara
para petugas penyusun anggaran..
program, rencana kinerja, dan dana
yang dialokasikan berpeluang terjadi.
No RISIKO PENGENDALIAN

Ketidakcermatan dan kurang 2. Monitoring dan Supervisi yang


profesionalnya para petugas yang Memadai
diberikan tuga sdan tanggung jawab Pekerjaan dari personel dipantau dan
menyusun anggaran juga bisa dilakukan supervise oleh pimpinan secara
menghasilkan buruknya kualitas berjenjang, sehingga dapat
proses penganggaran. memaksimalkan kinerja setiap personel.
Kegagalan dalam menangkap
sejumlah aspirasi dan kebutuhan 3. Pengendalian Entri Data
masyrakat terkadang menjadikan Berbagai jenis pengendalian entri data
aspek kurang kebijakan publik di dapat diterapkan pada aplikasi dalam
bidang pemerataan pembangunan rangka memastikan integritas data yang
kurang berpihak pada kepentingan diproses dan dihasilkan
masyarakat.. Hal tersebut pada
akhirnya dapat mengakibatkan 4. Sinkronisasi antara Perencanaan,
kegagalan pemerintah dalam mencapai Penganggaran dan Kinerja
visi-misi pemerintah dalam mencapai Untuk menjaga keselarasan antara sasaran
tujuan pembangunan nasional. yang akan dicapai pemerintah dengan
perencanaan penganggaran dan rencana
kinerja pemerintah, maka perlu dilakukan
sinkronisasi mulai dari perencanaan,
penganggaran, dan kinerja
kementerian/lembaga. Data RKP dan Renja-
K/L harus selaras dengan penuangan pada
RKA-K/L dan DIPA. Seluruh
sistem/aplikasi yang terkait harus dipastikan
menjamin integritas pemrosesan data
tersebut, sehingga tidak ada kesenjangan
antara perencanaan dan
penganggaran
No RISIKO PENGENDALIAN

5. Memperkuat Proses Penelaahan RKA-


K/L
Proses penelaahan terhadap usulan
anggaran/RKA-K/L harus dilakukan
dengan cara standard, terintegrasi dan tepat
waktu. Kesesuaian usulan anggaran dengan
program dan rencana kinerja pemerintah
harus dipastikan secara andal dan memadai

6. Memaksimalkan Peran Legislatif dalam


Pembahasan APBN
DPR Ri yang mempunyai fungsi legislasi,
anggaran dan pengawasan harus
diberdayakan secarra maksimal dalam
pembahasan rancangan UU APBN. Dengan
peran dan tanggung jawab yang dimilikinya,
lembaga ini bisa menyalourkan aspirasi
umum masyarakat dengan mengawal proses
penyusunan anggaran, hingga penetapan
APBN.

4 Fraud yang berawal dari ranah 1) Pemilihan Petugas Penyusun Anggaran


penganggaran yang Berintegritas
Pegawai yang diberikan tugas dan tanggung
Proses penyusunan anggaran
jawab dipilih dan diseleksi oleh unit
melibatkan berbagai institusi
organisasi dengan integritas yang cukup dan
pemerintahan, baik Pemerintah Pusat
bertanggung jawab. Mekanisme seleksi dan
yang diwakili Presiden, dan para
asesmen perlu dirancang untuk
Menteri/Kepala Lembaga pada setiap
mendapatkan sumber daya tersebut dengan
kementerian negara/lembaga dengan
No RISIKO PENGENDALIAN

DPR RI. Proses penganggaran yang maksimal


meliputi proses teknokratis dan politis 2) Pemisahan Tugas yang Cukup
terkadang menimbulkan kepentingan Personel yang terlibat dalam proses
yang berbeda, bahkan tidak sedikit penyusunan anggaran dilakukan pemisahan
yang berpotensi menjadi titik awal tugas dan tanggung jawab yang berbeda,
Fraud/kecurangan pada saat proses sesuai dengan peran maisng-masing, baik
penyusunan APBN. Bentuk fraudi ini, dalam ranah pengambilan kebijakan,
memungkinkan terjadi mulai dari pelaksanaan pekerjaan, penggunaan dan
skala kecil hingga skala besar pelaksanaan aplikasi/sistem informasi
sistematis yang melibatkan antar terkait penyusunan anggaran.
lembaga.
3) Rotasi Jabatan dan Cuti wajib
Dalam rangka mencegah penyalahgunaan
wewenang, pelaksanaan rotasi jabatan dan
cuti wajib perlu dilakukan, sehingga potensi
ancaman dapat dihindari.

4) Pakta Integritas
Organisasi perlu menerapkan pakta
integritas kepada para personel yang terlibat
dalam penyusunan anggaran, seperti
larangan menerima gratifikasi, pemberian
sanksi atas pelanggaran, dsb.

5) Konfigurasi Sistem/Aplikasi yang


Memadai
Sistem/aplikasi yang digunakan untuk
proses penyusunan anggaran hendaknya
diterapkan berbagai bentuk pengendalian
No RISIKO PENGENDALIAN

akses, pengendalian input, pengendalian


proses dan pengendalian output, sehingga
dapat mencegah penyalahgunaan data dan
informasi oleh yang tidak berhak.

6) Memperkecil Peluang Terjadinya Fraud


Untuk memitigasi fraud, langkah
memperkecil peluang fraud dapat
dilakukan dengan berbagai metode dan
teknik

7) Pengawasan Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan pengawasan
atas pelaksanaan penyusunan APBN,
potensi penyimpangan, dan memberikan
masukan dan kontrol kepada pemerintah dan
aparat penegak hokum.

8) Penegakan Hukum yang Tegas


Pelanggaran harus ditindaklanjuti dengan
penegakan hokum yang tegas dalam rangka
menimbulan efek jera bagi para pelaku, dan
mencegah terjadinya potensi tindak fraud.
RPS PERTEMUAN 4
SIKLUS/MODUL KOMITMEN/KONTRAK

MODUL MANAJEMEN KOMITMEN


Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
a. Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.
b. Pasal 6 ayat 2 menyebutkan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dikuasakan kepada:
• Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
• dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
c. Pasal 26 disebutkan setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.1
d. Pasal 29 menyebutkan Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam
rangka pelaksanaan APBN dan APBD ditetapkan dalam undang- undang yang
mengatur perbendaharaan negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
a. Pasal 3 ayat 3 : Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.
b. Pasal 4 ayat 1 : Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
c. Pasal 4 ayat 2 : Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang

1
Keppres 42/2002 diubah Keppres 72/2004 diubah Perpres 53/2010 dicabut dengan PP 45/2013 diubah PP 50/2018
diantaranya menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
d. Pasal 8 ayat 1: Menteri Keuangan selaku BUN mengangkat Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan
e. Pasal 17 ayat 1 : Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan
kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan.
f. Pasal 17 ayat 2 : Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut
dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan.
g. Pasal 18 ayat 2 : Untuk melaksanakan kegiatan pengujian, pembebanan perintah
membayar atas tagihan, maka Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
berwenang : meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per- syaratan/kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/ perjanjian pengadaan barang/jasa;
h. Pasal 21 ayat 1 : Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2013 jo Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. Pasal 5 ayat 1 : Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang menunjuk
kepala Satuan Kerja yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
sebagai KPA
b. Pasal 8 : Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan wewenang
menetapkan PPK dan PPSPM dan melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara
c. Pasal 11 ayat 1 : PPK melaksanakan kewenangan KPA dalam hal melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara serta Jabatan
PPK tidak boleh dirangkap oleh PPSPM dan Bendahara.
d. Pasal 11 ayat 2 : Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang
diantaranya menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa dan membuat,
menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. Pasal 12 ayat 2 : Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang:
• menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairan dana;
• menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
• membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia
Barang/Jasa;
• melaksanakan Kegiatan swakelola;
• memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya;
• mengendalikan pelaksanaan perikatan;
• menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
• membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPP;
• melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA;
• menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
• menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan;
dan
• melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara.
f. Pasal 179 : Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan sistem informasi
data mengenaipihak yang melakukan perjanjian dengan pemerintah atau pihak
yang memperoleh pembayaran dari kuasa BUN, yang paling sedikit mencakup
informasi menganai:
• Nama
• NPWP
• Norek Bank
• Alamat
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a. Pasal 9 ayat 1 : Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas
dan wewenang menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara
b. Pasal 12 : PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Dalam melaksanakan
kewenangan, PPK mempedomani pelaksanaan tanggung jawab KPA kepada PA
dan PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.
c. Pasal 13 ayat 1 huruf h: PPK berwenang untuk melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara, diantaranya berupa tugas
dan wewenang untuk membuat dan menandatangani SPP
d. Pasal 14 ayat 1 huruf c: Dalam Penerbitan SPP, PPK diantaranya melakukan
pengujian terhadap kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran
atas beban APBN
e. Pasal 35 ayat 3: Dalam hal pembuatan komitmen terkait dengan perjanjian/
kontrak, dicantumkan informasi berupa nama bank, nama dan nomor rekening
penerima pembayaran
f. Pasal 40 ayat 2 b : Dalam hal tagihan terkait dengan penyedia barang/jasa bukti-
bukti yang sah, diantaranya meliputi : Referensi bank yang menunjukkan nama
dan nomor rekening penyedia barang dan jasa
Kerangka Terosi

✓ ada kegiatan pemesanan barang dan jasa di siklus belanja terdapat dua tahapan dan
tugas penting, yaitu menentukan pemesanan atas kebutuhan barang dan jasa dan
memilih pemasok.
✓ Pertimbangan perusahaan pada saat menentukan pemesanan atas barang dan jasa,,
adalah bagaimana cara menentukan kebutuhan pembelian atas barang dan jasa,
kapan dilakukan pembelian, dan seberapa banyak barang dan jasa yang dibeli
✓ Sedangkan pada tahapan pemilihan pemasok, sebagai penyedia barang dan jasa
faktor yang menjadi pertimbangan adalah harga, kualitas material, dan
ketergantungan atas pengiriman/penyampaian barang dan jasa.
✓ Kebutuhan untuk membeli barang dan jasa, diinisiasi oleh fungsi pengendalian
persediaan atau kebutuhan dari masing-masing pegawai pada unit tertentu yang
selanjutnya didokumentasikan melalui permintaan pembelian (purchase
requisition)
✓ Purchase order/PO merupakan dokume/formulir elektronik yang berisikan
permintaan pembelian barang dan jasa kepada pemasok dengan harga tertentu.
Risiko dan ancaman pada kegiatan pemesanan barang dan jasa antara lain:

- Pembelian barang dan jasa dengan harga yang melambung

- Pembelian barang dan jasa yang kurang berkualitas

- Pemasok yang kurang bagus

- Pembellian barang dan jasa dari pemasok yang tidak diotorisasi

- Kickback/suap dari pemasok

Pencairan dana berdasarkan SP2D dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada bank
operasional kepada Rekening Pihak Penerima yang ditunjuk pada SP2D [Pasal 64 PMK

190/2013]
• Penggunaan rekening sebagai tujuan pembayaran terkait dengan:

a. Pembayaran dengan LS; diantaranya meliputi pembayaran kepada:

• penyedia barang dan jasa

• Bendahara Pengeluaran/ pihak lainnya untuk pembayaran non-gaji induk, pembayaran honor
dan perjalanan dinas [pasal 40 PMK 190/2012]

• Pembayaran Gaji induk [pasal 22]

b. Bendahara pengeluaran dalam rangka UP [Pasal 28]

Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup dan Fungsi


Modul komitmen merupakan yang mengatur bagaimana Satker melakukan aktivitas
pencatatan data perikatan/kontrak dalam rangka pelaksanaan APBN untuk mendukung
pengelolaan data pagu, perencanaan kas dan referensi dalam pelaksanaan pembayaran.

Modul komitmen berfungsi sebagai alat updating atas sisa kredit anggaran
(uncommitted balance) dan sisa allotment, terkait dengan pembuatan dan pelunasan sebuah
komitmen perikatan.

Perikatan adalah tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran negara, dikaitkan


dengan ketersediaan anggaran dan/atau batas anggaran yang ditetapkan (UU nomor
1/2004)

Tujuan Manajemen Komitmen

1. untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak
ketiga, pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan
pembayaran

2. meningkatkan validitas data supplier

3. Melakukan aktivitas pencadangan (reserving) atas bagian dari pagu untuk mendukung
disiplin anggaran ketaatan terhadap batas pengeluaran dan monitoring status pagu
anggaran.

4. mendukung terwujudnya perencanaan kas yang berorientasi ke depan (forward cash


planning) berbeda dengan perencanaan kas berdasarkan data trend dari periode
sebelumnya (historical data trend)

2) Untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak ketiga,
pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan pembayaran

i. meningkatkan validitas data supplier

1. Melakukan aktivitas pencadangan (reserving) atas bagian dari pagu


untuk mendukung disiplin anggaran ketaatan terhadap batas pengeluaran
dan monitoring status pagu anggaran.

2. mendukung terwujudnya perencanaan kas yang berorientasi ke depan


(forward cash planning) berbeda dengan perencanaan kas berdasarkan
data trend dari periode sebelumnya (historical data trend)

Aspek utama dari proses bisnis manajemen komitmen adalah registrasi atas data
rekanan atau supplier dan data komitmen (kontrak atau perikatan). Terdapat dua tujuan dari
manajemen komitmen yaitu :
1) berkaitan dengan kontrol atas penggunaan pagu anggaran dan
2) sebagai input bagi aktivitas perencanaan kas, khususnya yang berkaitan dengan
forward cash planning.
Dengan kata lain, jika dilihat dari aplikasi SPAN terdapat keterkaitan antara manajemen
komitmen dengan manajemen DIPA dan manajemen Kas. Modul Komitmen memuat
informasi mengenai kebutuhan dana dan alokasi dana yang ada, yang berfungsi sebagai
perencanaan kas agar tidak terjadi cash miss match atau ketidakcocokan kas.
Ruang lingkup proses bisnis modul manajemen komitmen jika dilihat dari Business
Process Improvement (BPI) SPAN berada diantara proses bisnis Manajemen DIPA dan
Manajemen Pembayaran. Sedangkan jika dilihat dalam proses bisnis modul komitmen
SAKTI juga berada diantara proses bisnis modul penganggaran dan modul pembayaran.
Dalam sudut pandang SPAN modul manajemen komitmen juga berkaitan erat dengan
modul manajemen kas terkait dengan perencanaan kas

Ruang lingkup modul manajemen komitmen terbagi menjadi dua, yaitu (1)
manajemen supplier dan (2) manajemen kontrak. Manajemen supplier mempunyai tujuan:
• untuk mengelola data-data detail terkait supplier baik itu supplier berupa satker, pihak
ketiga, pengguna dana, lender, dan pegawai untuk digunakan sebagai arah tujuan
pembayaran
• meningkatkan validitas data supplier
• evaluasi kinerja supplier
• rekonsiliasi dengan data customer.
Sedangkan modul kontrak bertujuan :
• untuk melakukan kontrol atas pagu dan
• perencanaan kas atas dasar perkiraan arus kas yang menyertai pelunasan sebuah
komitmen.
Fungsi yang ada dalam modul manajemen supplier antara lain:
• Perekaman data supplier (termasuk impor data pegawai)
• Pencetakan resume supplier
• Pembuatan Arsip Data Komputer (ADK) supplier;
• Mengunggah/merekam Nomor Register Supplier (NRS) (sekarang sudah otomatis
terekam dalam aplikasi SAKTI).

Fungsi yang adan dalam modul manajemen kontrak antara lain:


• Perekaman data kontrak;
• Mencetak resume kontrak
• Pembuatan ADK kontrak;
• Mengunggah/merekam Commitment Application Number (CAN) (sekarang sudah
otomatis terekam dalam aplikasi SAKTI);
• Perekaman Berita Acara Serah Terima (BAST);
• Perekaman BAST Non-kontraktual;
• Pencatatan Penerimaan Barang/Jasa (KKP/Valas/UP maupun Hibah)
• Monitoring kartu pengawasan kontrak.

Proses Bisnis Manajemen Komitmen


Modul manajemen komitmen memiliki dua ruang lingkup sebagaimana telah
disampaikan sebelumnya, yaitu manajemen supplier dan manajemen komitmen. Dengan
kata lain, modul komitmen mengelola (merekam, mengubah, dan menghapus) data
supplier dan data kontrak.

Alur proses diawali dari modul komitmen disajikan pada gambar 1. Setelah suatu
pengadaan barang/jasa melalui kontraktual (baik dengan menggunakan Kontrak maupun
Surat Perjanjian Kerja atau SPK) memperoleh penyedia, hal yang paling awal dilakukan
adalah merekam data supplier penyedia barang dan/atau jasa apabila data supplier tersebut
database SPAN di KPPN satker tersebut. Setelah itu, operator
.
a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa
Dalam hal tertentu bisa dalam bentuk kwitansi/ bukti pembelian Untuk nilai tertentu diharuskan bukti perjanjian berupa
SPK atau Surat Perjanjian
b. Penetapan keputusan.
• pelaksanaan belanja pegawai;
• pelaksanaan perjalanan dinas
• pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau
• belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima bantuan sosial.
modul komitmen melakukan perekaman informasi kontrak atau perjanjian pengadaan.
Alur lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketika pengadaan barang telah memperoleh penyedia (baik pengadaan yang dilakukan
melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) maupun melalui Pejabat Pengadaan), maka
dilakukan perekaman penyedia (supplier) yang sudah ditetapkan menjadi penyedia
barang jasa melalui modul komitmen yang ada di aplikasi SAKTI.
b. Setelah perekaman dilakukan diaplikasi SAKTI, maka dilakukan pembuatan ADK
supplier (Budget Commitment Supplier Register/BCSR) dikirimkan atau didaftarkan ke
SPAN melalui KPPN selaku kuasa BUN. KPPN akan memvalidasi data supplier
tersebut.
c. KPPN akan memberikan umpan balik (feedback) berupa nomor register supplier
(NRS) apabila data ADK dengan resume supplier sudah sesuai dan data supplier
tersebut belum ada di database SPAN KPPN tersebut.
d. Selain merekam dan mendaftarkan supplier, ketika kontrak atau perjanjian sudah
ditandatangani maka akan dilakukan perekaman dan pendaftaran kontrak yang telah
dibuat berdasarkan dokumen-dokumen pengadaaan yang ada. ADK kontrak (BCKA)
yang telah dibuat akan didaftarkan ke SPAN. SPAN akan memberikan umpan balik
berupa nomor register kontrak (NRK) atau commitment application number (CAN).
e. Apabila barang/jasa sudah dikirimkan atau sudah diserahterimakan oleh supplier, maka
dibuat berita acara serah terima (BAST) barang/jasa sebagai bukti barang dan akan
dilakukan perekaman dalam aplikasi SAKTI.
f. Apabila sudah waktunya dilakukan pembayaran, maka diterbitkan Surat Perintah
Pembayaran (SPP) oleh PPK dan diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh
PPSPM.
g. Kemudian, data-data kontrak yang sudah memuat informasi supplier dalam bentuk
ADK SPM (Payment Management Resume Tagihan) dikirimkan ke SPAN melalui
aplikasi SAKTI dan hard file SPM dikirimkan ke KPPN untuk permintaan pembayaran
h. KPPN akan melakukan pengecekan dan apabila sudah sesuai maka KPPN (SPAN)
akan menerbitkan SP2D sebagai bukti bahwa pencairan dana telah dilakukan.
Keterangan:
- poin a sampai dengan e dilakukan dalam modul pembayaran
- poin f sampai dengan h dilakukan oleh modul pembayaran

Gambar 1. Alur Proses Perekaman Supplier Hingga Pembayaran

Gambar 2. Hubungan Modul Komitmen dan Pembayaran dalam SAKTI dan SPAN
Manajemen Supplier
Manajemen supplier dalam modul komitmen aplikasi SAKTI mengelola data
penerima pembayaran untuk kemudian didaftarkan ke SPAN (modul manajemen
komitmen). Supplier adalah pihak yang berhak menerima pembayaran atau yang menjadi
tujuan pembayaran dana yang bersumber dari APBN. Pembagian fungsi user manajemen
supplier dalam satker disajikan pada tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami
bahwa terdapat pemisahan fungsi otorisasi antara pihak yang merekam data supplier
dengan pihak yang mengotorisasi data supplier satker dalam SAKTI.
Tabel 1. Pembagian Fungsi User Manajemen Supplier

Operator Komitmen - supplier Approver Komitmen - supplier

• Perekaman (RUH) Data Supplier • Cetak Resume Supplier


(termasuk upload/ unggah ADK)
• Pembuatan ADK supplier
Pegawai)
• Cetak Resume Supplier • Pengiriman ADK Supplier

• Upload/Rekam NRS (Nomor Register


Supplier) proses ini sudah diotomasi
oleh sistem

Beberapa Satker dalam satu wilayah yang sama mungkin menggunakan jasa atau
membeli barang dari supplier yang sama. Namun, karena belum pernah melakukan
pengadaan melalui supplier tersebut, masing-masing Satker akan mendaftarkan supplier
tersebut. Fungsi validasi dan approver juga terletak di KPPN agar tidak terjadi duplikasi
data supplier pada SPAN. Sebagai bentuk pengendalian preventif yang dilaksanakan
KPPN, sebelum mendaftarkan supplier, Satker dapat mengecek terlebih dahulu data
supplier yang sudah terdaftar di OMSPAN (Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, supplier Satker tidak hanya penyedia barang
dan/atau jasa di luar pemerintahan saja, pegawai yang menerima gaji juga
merupakan supplier Satker. Berdasarkan klasifikasi jumlah penerima, supplier dibagi
menjadi (a) supplier satu penerima dan (b) supplier banyak penerima, sedangkan
berdasarkan tipe supplier, supplier dikelompokkan menjadi tujuh ( 7). Berikut kode dan
tipe supplier.

Kode Supplier Jenis/ Tipe Supplier

1 Satker

2 Penyedia barang dan jasa

3 Pegawai

4 BA 999 selain penerusan pinjaman dan transfer

5 transfer daerah

6 penerusan pinjaman

7 lain-lain

Tabel 2. Pembagian Supplier Berdasarkan Jumlah Penerima

Kode Tipe Supplier Jumlah Keterangan


Penerima

Satu Banyak

1 Satker √ untuk jenis pembayaran yang sifat nya


berhubungan dengan satker, misal :
pembayaran UP/TUP/GUP, atau
pembayaran ke bendahara satker. Kode
satker (mandatory)

2 Penyedia √ untuk jenis pembayaran ke pihak ketiga


Barang dan/atau yang berlaku secara umum dengan 1
Jasa penerima dan 1 nomor rekening bank
Kode Tipe Supplier Jumlah Keterangan
Penerima

penerima, misal : PT. ABC

3 Pegawai √ untuk jenis pembayaran yang berkaitan


dengan pegawai satker dan langsung ke
masing-masing rekening penerima, misal
: pembayaran gaji, honor, dll. Kode satker
dan NIP masing-masing pegawai
(mandatory)

4 BA 999 selain √ sama dengan tipe 2 namun tipe ini khusus


penerusan untuk digunakan pada BA 999
pinjaman dan
transfer

5 Transfer daerah √ untuk jenis pembayaran yang berkaitan


dengan bagi hasil ke daerah misal :
pembayaran bagi hasil PBB, DAU, dll.
Kode Lokasi (mandatory)

6 Penerusan √ untuk jenis pembayaran yang berkaitan


pinjaman dengan penerusan pinjaman atau supplier
yang mempunyai rekening penerima dari
pihak ke tiga lebih dari satu, misal :
pembayaran ke pemda Prov. Jawa Barat,
dimana Pemda Jabar mempunyai banyak
perikatan kontrak dengan pihak ketiga.
NPWP pada detail bank (mandatory)
Kode Tipe Supplier Jumlah Keterangan
Penerima

7 Lain-lain √ untuk penerima pembayaran dengan jenis


pembayaran pengembalian pendapatan,
pengembalian pajak dll

Struktur data supplier pada aplikasi SPAN dapat dijabarkan sebagai berikut: Terdapat
supplier header berisikan nama supplier, kode supplier, dan NPWP yang bersifat nasional.
Lalu terpecah kedalam banyak supplier alamat pada masing-masing daerah dengan
pembeda berupa kode KPPN. Dari supplier alamat tersebut, dikorespondensikan dengan
pihak-pihak terkait (bank-bank yang ada, pegawai, penerus pinjaman.
Struktur data supplier untuk satu penerima (tipe 1,2,4 dan 7) yaitu:
1. Bagaimana carana
2. Site supplier atau supplier address. supplier address merupakan informasi mengenai
nama site, tipe supplier, alamat, kabupaten, provinsi, kode pos, negara, nomor telepon,
alamat email dan kode KPPN.
3. Bank supplier. Bank supplier merupakan informasi mengenai rekening bank supplier
untuk tujuan pembayaran tagihan seperti negara bank, nama bank, kode bank, nomor
rekening, nama cabang bank, nama pemilik rekening, mata uang, kode SWIFT dan
kode IBAN.

Struktur data supplier untuk banyak penerima (tipe 3, 5 dan 6) yaitu:


1. Header supplier. Header supplier merupakan informasi pokok terkait supplier seperti
Nomor Register Supplier (NRS), Nama Supplier dan NPWP.
2. Site supplier atau supplier address. supplier address merupakan informasi mengenai
nama site, tipe supplier, alamat, kabupaten, provinsi, kode pos, negara, nomor telepon,
alamat email dan kode KPPN.
3. Bank supplier. Bank supplier merupakan informasi mengenai rekening bank supplier
untuk tujuan pembayaran tagihan negara bank, nama bank, kode bank, nomor rekening,
nama cabang bank, nama pemilik rekening, mata uang, kode SWIFT dan kode IBAN.
4. Additional Bank Information merupakan informasi rekening tambahan seperti nama
pegawai/pemerintah daerah/pengguna dana, NPWP, NIP, lokasi, alamat,
kabupaten/kota, provinsi, kode pos dan negara.
Secara umum, alur pendaftaran supplier dijabarkan sebagai berikut:
• Operator komitmen satker merekam data supplier dengan informasi tertentu (Nama,
Alamat, NPWP, dsb)
• Setelah direkam, hasil rekaman masuk ke bagian approver (umumnya login dipegang
PPK). Lalu terbentuk ADK Supplier. Penamaan file ADK supplier adalah sebagai
berikut:
- BCSR untuk register supplier baru (Budget Commitment Supplier Register)
- BCSU untuk update data supplier (Budget Commitment Supplier Update)
- BCSI untuk supplier yang tidak aktif (Budget Commitment Supplier Inactive)
Sedangkan format penamaan ADK supplier bisa dijelaskan dibawah ini.

Selain berfungsi untuk mendaftarkan supplier, pada modul ini setiap satker
dimungkinkan untuk dapat memperbaharui data supplier, menggabungkan supplier
(dapat dilakukan oleh tim pengelola data referensi/PDR SPAN), serta meng-
incactive-kan supplier. Namun fungsi inactive masih belum dapat diaktifkan di
aplikasi SAKTI.

• Approver mengupload/mengirim ADK Supplier kedalam SPAN. ADK tersebut


diterima oleh KPPN. (Upload ADK dilakukan ketika masih menggunakan aplikasi
penghubung, adapun skarang proses upload/kirim ADK sudah otomatis melalui
aplikasi SAKTI).
• KPPN memberikan notifikasi email persetujuan atau penolakan atas supplier tersebut.
Jika diterima maka data supplier tersebut sudah masuk dalam database SPAN dan
SPAN memberikan nomor register supplier (NRS). Selanjutnya supplier dapat
digunakan untuk tujuan pembayaran.
• Proses pendaftaran supplier selesai

Gambar 4. Alur Proses Pendaftaran Supplier di SPAN

Manajemen Kontrak
Manajemen Kontrak merupakan kegiatan mengelola data-data detail kontrak
(perikatan dengan pihak ketiga), untuk kemudian didaftarkan ke SPAN. Dalam rangka
pelaksanaan DIPA secara kontraktual, satker harus mendaftarkan data kontrak kepada
KPPN. Data Kontrak yang didaftarkan ke KPPN meliputi: a. Data Kontrak yang belum
dicatat dalam SPAN dan perubahan (addendum) data kontrak yang telah dicatat dalam
SPAN. Data kontrak yang disampaikan/ didaftarkan ke KPPN merupakan data kontrak
yang pembayarannya akan dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung
(mekanisme LS). Data kontrak tersebut, digunakan oleh KPPN untuk menguji kesesuaian
tagihan yang tercantum pada SPM, meliputi pihak yang berhak menerima pembayaran,
nilai pembayaran dan jadwal pembayaran.
Adapun kebenaran data kontrak yang didaftarkan ke KPPN menjadi tanggung jawab
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pelaksanaan manajemen kontrak memiliki dua tujuan
utama:
a. Untuk mengelola tindakan-tindakan awal yang menimbulkan kewajiban negara dalam
rangka disiplin anggaran (ketaatan terhadap batas pengeluaran),
b. Untuk mendukung terwujudnya perencanaan kas yang berorientasi ke depan (forward
cash planning), sehingga menghindari cash miss match maupun tunggakan
pembayaran karena dana tidak tersedia.
Berdasarkan rentang waktu pelaksanaannya kontrak dibedakan menjadi dua tipe
yaitu:
a. Annual Year Contract (Kontrak Tahunan) yaitu kontrak yang mempunyai rentang
waktu pelaksanaan antara tanggal mulai kontrak dan tanggal selesai kontrak dalam satu
tahun anggaran yang sama.
b. Multi Years Contract (Kontrak Tahun Jamak) yaitu kontrak yang rentang waktu
pelaksanaan antara tanggal mulai kontrak dan tanggal selesai kontrak berbeda tahun
anggaran, dan dilakukan release kontrak pada tiap tahunnya

Secara umum terdapat dua user role yang terkait dalam manajemen kontrak yaitu
operator dan approver.
Operator Komitmen – Kontrak Approver Komitmen - Kontrak

• Merekam (RUH) Data Kontrak • Membuat ADK Kontrak / RFC


• Cetak Resume Kontrak (Request For Commitment)
• Upload/Rekam CAN (Commitment
• Cetak Resume Kontrak
Application Number)
• Merekam BAST/Non BAST • Monitoring Karwas Kontrak

• Perekaman penerimaan barang/jasa


(KKP/Valas/UP/Hibah)
• Monitoring Karwas Kontrak
Struktur data kontrak terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Header Kontrak
Memuat informasi umum terkait identitas rekanan (suplier) sekurang kurangnya nama
dan NPWP, dan data kontrak (misalnya jangka waktu, tanggal kontrak dan lain
sebagainya).
Parameter utama sebagai CAN adalah Nomor Kontrak + Mata Uang
b. Line Kontrak (Baris)
Digunakan untuk mencatat perbedaan parameter untuk elemen data kontrak terkait:
Sumber Dana, Cara Penarikan, dan Akun
c. Jadwal Pembayaran
Digunakan untuk mencatat nilai dan waktu dari rencana angsuran
d. Distribusi
Digunakan untuk mencatat detail Bagan Akun Standar (BAS)/ Chart of Account (COA)
yang dibebani

Ketentuan dalam pembentukan struktur data kontrak adalah sebagai berikut:


• Apabila kontrak hanya membebani 1 kombinasi COA maka, cukup 1 contract line
• Apabila kontrak membebani lebih dari 1 kombinasi COA, maka harus berbeda
contract line/ rencana pembayaran (lebih dari satu)
• Dari tiap Contract line bisa terdiri dari beberapa termin/Jadwal pembayaran/ payment
Schedule
• Tiap termin hanya membabani 1 distribusi COA
• Total nominal Contract Line harus kurang dari atau sama dengan total nilai
kontrak
• Total nominal termin harus kurang dari atau sama dengan nilai nominal
Contract Line
Berikut ini adalah contoh simulasi struktur data kontrak dengan variasi pada
distribusi COA dan metode pembayaran.
Fungsi-fungsi pengelolaan data kontrak pada Modul Komitmen meliputi:
a. Registrasi Data Kontrak
Pendaftaran Kontrak Baru dan penerbitan Nomor Register Kontrak, dan Kontrak
yang pernah berstatus “Cancel”
b. Addendum Data Kontrak
Addendum atas salah satu elemen data kontrak, baik karena dilakukan addendum
terhadap kontrak, maupun dalam rangka perbaikan data.
c. “Cancel” Kontrak
Pembatalan atas (sisa) kontrak yang sebelumnya telah terjadi pembayaran atas sebagian
nilai kontrak
d. “Close” Kontrak
Perubahan status kontrak yang mana tidak dapat digunakan lagi sebagai dasar
pembayaran. Misalnya karena nilai kontrak outstanding sudah nihil dan/ atau karena
masa/ periode tahun anggaran
Pembuatan dan pendaftaran data kontrak secara umum dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka perekaman data kontrak
berupa dokumen kontrak/perikatan/Perjanjian dan DIPA.
b. Operator merekam data kontrak dan menyampaikan dokumen pendukung kepada
PPK;
c. PPK melakukan verifikasi kebenaran data kontrak sesuai dengan dokumen
pendukung;
d. Dalam hal data kontrak tidak sesuai, PPK meminta operator untuk memperbaiki
e. Dalam hal data kontrak sesuai, PPK membuat ADK k ontrak dan memerintahkan
operator untuk menatausahakan dokumen pendukung;
f. PPK menyampaikan ADK kontrak kepada operator portal untuk diunggah di Portal,
sekarang penyampaian ADK data kontrak sudah tidak melalui portal penghubung
melainkan bisa langsung dari aplikasi SAKTI sedangkan berkas hardcopy atau file nya
tetap dikirimkan ke KPPN.
g. Satker menerima cetakan NRK/CAN dari KPPN atau operator mengunduh ADK NRK
dari Portal atau sarana lainnya, sekarang NRK/CAN juga langsung otomatis terisi di
aplikasi SAKTI jika kontrak diterima oleh SPAN.

Perubahan data kontrak dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:


a. Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka perubahan data kontrak berupa
dokumen addendum kontrak/perikatan dan/atau DIPA.
b. Dalam hal perubahan data kontrak dengan addendum, o perator terlebih dahulu
merekam nomor dan tanggal addendum kontrak berdasarkan dokumen pendukung.
c. Operator melakukan perubahan struktur dan/atau elemen data kontrak berdasarkan
dokumen pendukung.
d. PPK melakukan verifikasi perubahan data kontrak sesuai dengan dokumen pendukung.
e. Dalam hal perubahan data kontrak tidak sesuai, PPK meminta operator untuk
memperbaiki.
f. Dalam hal perubahan data kontrak sesuai, PPK membuat ADK perubahan data kontrak
dan memerintahkan operator untuk menatausahakan dokumen pendukung.
g. PPK menyampaikan ADK perubahan data kontrak kepada operator portal untuk
diunggah di portal, sekarang sudah tidak menggunakan portal melainkan langsung dari
aplikasi SAKTI. PPK menyampaikan Surat Permintaan Perubahan Data Kontrak ke
KPPN.
h. Satker menerima cetakan NRK/CAN dari KPPN atau operator mengunduh ADK NRK
perubahan data kontrak dari Portal atau sarana lainnya, sekarang sudah tidak
menggunakan portal melainkan langsung otomatis terisi di aplikasi SAKTI.

Pembatalan data kontrak dilakukan terhadap kontrak yang belum dibayarkan atau
sisa kontrak yang belum dibayarkan. Pembatalan data kontrak terhadap kontrak yang
belum dibayarkan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka pembatalan Data kontrak dari
PPK berupa dokumen kontrak/ dokumen perikatan dan DIPA.
b. Operator melakukan pembatalan data kontrak sesuai dengan dokumen pendukung
c. Dalam hal data kontrak sudah mendapat NRK/CAN maka PPK menyampaikan Surat
Permintaan Pembatalan data kontrak ke KPPN.
d. PPK memerintahkan operator menatausahakan dokumen pendukung.

Pembatalan data kontrak terhadap sisa kontrak yang belum dibayarkan


dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka pembatalan data kontrak dari
PPK berupa dokumen addendum kontrak/dokumen perikatan dan DIPA.
b. Operator melakukan perubahan data kontrak sesuai dengan dokumen pendukung dan
menyampaikan kepada PPK.
c. PPK melakukan verifikasi perubahan data kontrak sesuai dengan dokumen
pendukung.
d. Dalam hal perubahan data kontrak tidak sesuai, PPK memerintahkan operator untuk
memperbaiki.
e. Dalam hal perubahan data kontrak sesuai, PPK menyampaikan Surat
Permintaan Pembatalan data kontrak ke KPPN.
f. PPK memerintahkan operator menatausahakan dokumen pendukung.

Untuk menjaga keseragaman, ADK Kontrak disimpan dalam bentuk *.adk dengan
nama 25 digit dan kriteria penamaan sebagai berikut:
BCKA01940929420120618002.adk
• 4 digit pertama menunjukkan jenis kontrak.
BCKA = Budget Commitment Kontrak Annual (New)
BCKM = Budget Commitment Kontrak Multiyear (New)
BCKR = Budget Commitment Kontrak Release (New)
BCAA = Budget Commitment Addendum Annual
BCAM = Budget Commitment Addendum Multiyear
BCAR = Budget Commitment Addendum Release
• 3 digit berikutnya menunjukkan kode KPPN.
• 6 digit berikutnya menunjukkan kode satker.
• 8 digit berikutnya menunjukkan tahun bulan tanggal.
• 3 digit berikutnya menunjukkan urutan nomor.
Sedangkan untuk CAN diberikan penamaan 14 digit dengan kriteria sebagai berikut

A/019.18000280/0/0.adk

• 1 digit pertama menunjukkan jangka waktu kontrak.


A = Annual Contract/ Release Multi Year Contract

M = Multi Year Contract

• 3 digit berikutnya menunjukkan kode KPPN.


• 2 digit berikutnya menunjukkan tahun.
• 6 digit berikutnya menunjukkan urutan nomor.
• 1 digit berikutnya untuk Release Multi Year Contract menunjukkan tahun ke-.
• 1 digit berikutnya menunjukkan addendum ke-

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginput kontrak:


a. Supplier yang dapat dipilih pada perekaman kontrak hanya supplier yang sudah
memiliki NRS
b. Kontrak Release Multi Years bisa direkam setelah Kontrak Multi Years direkam
dan dicatat CAN- nya.
c. Untuk kontrak yang membebani beberapa COA, sebaiknya direkam dalam beberapa
line (1 line 1 COA)
d. Pastikan PIN PPK yang diinput saat membuat ADK Kontrak sesuai dengan
yang sudah didaftarkan di Portal SPAN.
Perekaman BAST
Kegiatan ini meliputi perekaman Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP)/ Berita
Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP)/ Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang/Jasa
atau dokumen yang dipersamakan. Mekanisme perekaman dilakukan oleh operator
berdasarkan dokumen sumber yang telah ditandatangani oleh PPK dan pihak ketiga. Dalam
hal BAKP/BAPP/BAST menghasilkan aset tetap atau persediaan maka operator harus
mencatat barang menurut sub kelompok barang, kuantitas dan nilai untuk pengakuan
perolehan aset tetap/persediaan.
Informasi BAST akan dijadikan dasar bagi Modul Persediaan atau Modul Aset Tetap
untuk melakukan Pendetailan Aset. Informasi BAST juga akan dijadikan dasar bagi Modul
Pembayaran untuk membuat SPP Kontraktual. Jurnal akrual pada saat melakukan simpan
BAST adalah:
- BAST Barang (yang dikapitalisasi)

Aset xxx belum deregister ………

Utang yang belum diterima tagihannya ………

- BAST Jasa / Barang (yang tidak dikapitalisasi)

Beban xxx ………

Utang yang belum diterima tagihannya ………

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginput BAST:


• Kontrak yang dapat direkam BAST-nya hanya kontrak yang sudah dilakukan
pencatatan CAN
• Dalam hal merekam BAST barang, untuk aset dengan kode sub-sub kelompok barang
yang sama namun memiliki harga satuan yang berbeda, harus direkam terpisah.
Setelah perekaman BAST atau Non BAST baik kuitansi atau bukti penerimaan
lainnya maka proses selanjutnya adalah proses pembayaran setelah syarat-syarat atau
dokumen kelengkapan dilengkapi dan proses ini masuk ke dalam modul pembayaran.
Hubungan Modul Komitmen dengan Modul Lain
Hubungan antara modul komitmen dengan modul lain dalam aplikasi SAKTI
disajikan pada gambar 3. Interaksi antara modul komitmen dengan modul lainnya
dijabarkan sebagai berikut:
• Interaksi modul komitmen dengan modul aset tetap/persediaan diawali dengan
pemberian informasi kontrak dan BAST dari modul komitmen ke modul aset
tetap/persediaan. Informasi kontrak dan BAST tersebut menjadi dasar bagi operator
modul aset tetap/persediaan dalam melakukan administrasi pencatatan aset
tetap/persediaan berupa pendetailan aset tetap maupun persediaan.
• Interaksi antara modul komitmen dengan modul pembayaran diawali dengan
pemberian informasi terkait supplier, kontrak dan BAST sebagai dasar dalam
melakukan proses pembayaran kegiatan pengadaan barang dan/atau jasa. Pembayaran
atas tagihan supplier baru dapat dilaksanakan ketika supplier telah memenuhi
persyaratan-persyaratan administrasi tertentu. sedangkan dari modul pembayaran
informasi yang diberikan adalah berupa informasi telah dilakukan pembayaran.
• Interaksi antara modul komitmen dengan modul GLP diawali dengan pemberian peta
jurnal dari modul GLP. Berdasarkan peta jurnal tersebut, operator modul komitmen
membuat jurnal akuntansi atas pengadaan barang dan/atau jasa.
• Interaksi antara modul komitmen dengan modul anggaran diawali dengan pemberian
data pagu anggaran suatu Satker. Administrasi komitmen Satker dilaksanakan dengan
mengacu pada pagu anggaran tersebut. Ketika Satker melakukan proses pengadaan
barang dan/atau jasa melalui kontrak, rencana penggunaan anggaran Satker tersebut
akan diterima oleh modul penganggaran yang kemudian akan mengunci anggaran
Satker untuk menjaga agar pengadaan dapat dibayar.
• Interaksi antara modul komitmen dengan aplikasi GPP dilakukan secara satu arah
dengan pemberian data pegawai dan data gaji yang selanjutnya diproses pembayaran
dengan modul pembayaran.
Gambar 3 Hubungan Modul Komitmen dengan Modul Lain

Hubungan Modul Komitmen dengan SPAN dan SPSE dan SIMPEL


SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) merupakan sistem atau aplikasi yang
dikembangkan dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) untuk digunakan oleh seluruh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di
seluruh Kementerian/Lembaga/Satker Perangkat Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I)2.
LPSE adalah unit kerja yang dibentuk di seluruh K/L/D/I untuk menyelenggarakan
sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi Unit
Layanan Pengadaan (ULP) dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik.
ULP pada Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN yang tidak membentuk
LPSE dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat
kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara elektronik. Selain memfasilitasi
ULP dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik LPSE juga melayani

2
https://id.wikipedia.org/wiki/Layanan_Pengadaan_Secara_Elektronik
registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja
LPSE yang bersangkutan.
Layanan yang tersedia dalam SPSE saat ini adalah e-tendering dan
fasilitas katalog elektronik (e-catalogue) yang merupakan sistem informasi
elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah, proses audit secara
online (e-audit), dan tata cara pembelian barang/jasa melalui katalog
elektronik (e-purchasing).
Sedangkan Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung yang
disingkat menjadi SIMPeL merupakan sistem yang dibangun untuk
memfasilitasi proses pengadaan langsung secara elektronik dan mengelola
database hasil pengadaan langsung, dalam rangka menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk penyusunan spending analysis, analisa
standard biaya, laporan pelaksanaan pengadaan langsung , serta laporan
manajerial lainnya sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku3.
Proses pengadaan barang dengan nilai tertentu sebagimana diatur
dalam peraturan dilakukan dengan menggunakan SPSE maupun SIMPeL,
sehingga dapat dikatakan bahwa SPSE maupun SIMPeL memberikan
data-data terkait supplier dan kontrak. Adapun hubungan modul komitmen
yang ada di aplikasi SAKTI dengan modul manajemen komitmen yang ada
di SPAN dapat dilihat kembali pada gambar 2.
RPS PERTEMUAN 5
SIAP pada Modul Bendahara
A. Dasar Hukum
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
4) PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
5) PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan PP No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
rangka Pelaksanaan APBN
6) PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dlm rangk Pelaksanaan APBN
7) PMK Nomor 178 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PMK No.190 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
8) PMK No.162 Tahun 2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada
Satuan Kerja Pengelola APBN
9) PMK No.230 Tahun 2016 tentang Perubahan atas PMK No.162 Tahun 2013 tentang
Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola APBN
10) Peraturan Direktur Jenderal Perbendahraan Nomor PER 3/PB/2014 Petunjuk Teknis
Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja
Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara

B. Konsep dan Kerangka Teori


1. Definisi
• Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau
surat berharga atau barang-barang negara/daerah.
• Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara.
• Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan
uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/ APBD pada
kantor/ satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
• Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan
APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah
daerah.
2. Kebendaharaan pada Satker di K/L
• Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara
Penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.
• Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara
Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/satuan kerja di lingkungan
kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.
• Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) adalah Pejabat Fungsional.
• Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh Kuasa
Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.
• Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan
penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/
penjualan tersebut.
3. Ruang Lingkup Bendahara di Satker
Bendahara pada satker terdiri atas Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran yang dibantu oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu.
C. Proses Bisnis
1. Tugas dan Wewenang BUN/Kuasa BUN
• Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara dalam rangka
pengendalian pelaksanaan anggaran negara
• Memerintahkan penagihan Piutang Negara kepada pihak ketiga sebagai
penerimaan anggaran;
• Melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai pengeluaran anggaran.

2. Tugas dan Wewenang Bendahara Penerimaan


• Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
• Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara periodik
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
• Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja;
• Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
• Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara; dan
• Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan
Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.

3. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran


• Tugas Bendahara atas UP
✓ Menerima dan menyimpan uang persediaan;
✓ Melakukan pengujian tagihan yang akan dibayarkan melalui uang
persediaan;
✓ Melakukan pembayaran yang dananya berasal dari uang persediaan
berdasarkan perintah KPA;
✓ Menolak perintah pembayaran apabila tagihan tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
✓ Melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya
atas kewajiban kepada Negara;
✓ Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada Negara ke
Rekening Kas Umum Negara;
✓ Menatausahakan transaksi uang persediaan;
✓ Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang persediaan;
✓ Mengelola rekening tempat penyimpanan uang persediaan;
✓ Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan
Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN; dan
✓ Menjalankan tugas kebendaharaan lainnya.

• Tugas Bendahara atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaanya


✓ Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui
Bendahara Pengeluaran; dan
✓ Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari
Pembayaran LS yang bersumber dari APBN

D. Gambaran Umum Aplikasi


• Modul Bendahara merupakan bagian dari kelompok Modul Pelaksanaan Anggaran
yang fungsinya adalah menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran negara di Bendahara.
• Modul Bendahara Penerimaan merupakan bagian dari kelompok Modul Bendahara
yang fungsinya menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan pada satker
yang memiliki pendapatan khusus yang dikelola oleh bendahara penerimaan. Lingkup
Fungsionalitasnya adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan PNBP Fungsional
PNBP Fungsional merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pungutan
kementerian negara/lembaga (K/L) atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsinya. Prosedur Pengelolaan PNBP Fungsional adalah
sebagai berikut :
➢ Membuat Surat Buku Setor (SBS)
➢ Mencatat setoran PNBP Fungsional SBS/Non SBS, contoh setoran PNBP SBS
yaitu setoran penyewaan gedung aula kantor dari penyewa ke bendahara
kemudian ke kas negara sedangkan contoh setoran PNBP Non SBS yakni
setoran penyewaan ruang untuk mesin ATM dari penyewa setor langsung ke
kas negara.
➢ Mencatat setoran PNBP Dana Titipan/Dana Pihak Ketiga
➢ Upload ADK PNBP (ekstensi.zip) dari aplikasi SIMPONI
➢ Monitoring penerimaan
2. Pengelolaan Dana Pihak Ketiga/Dana Titipan

3. Pengelolaan Perpajakan Dana Pihak Ketiga/Dana Titipan


Merupakan pengelolaan atas saldo kas yang sudah menjadi hak negara yang
tergolong dalam kategori kas pajak yang bersumber dari transaksi dana pihak
ketiga.
4. Pengelolaan Kas Lainnya
Merupakan pengelolaan kas lainnya pada bendahara penerimaan atas
setoran masuk yang belum diketahui sumber dan maksud tujuan penyetorannya.

5. Penyusunan LPJ Bendahara Penerimaan


LPJ Bendahara Penerimaan yang dibuat di dalam SAKTI merupakan
turunan (Subledger Account) dari akun-akun terkait bendahara penerimaan yang
disajikan dalam Laporan Keuangan Satker;ADK LPJ Bendahara Penerimaan
dihasilkan/dibentuk pada SAKTI untuk kemudian diunggah pada SPRINT.
• Modul Bendahara Pengeluaran
Merupakan bagian dari kelompok Modul Bendahara yang fungsinya adalah
menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara
pada Bendahara Pengeluaran. Berikut Lingkup Fungsionalitasnya ;
1. Pengelolaan UP/GUP dan TUP/GTUP
UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-
hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme Pembayaran LS.UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN
kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya
(revolving). Berikut Prosedur Pengelolaan UP/TUP.
a. Proses Pengajuan UP adalah sebagai berikut :
1) Perekaman Supplier tipe 1 pada Modul Komitmen SAKTI
2) Referensi Kelompok Akun UP, Kegiatan ini dilakukan untuk
mengaktifkan kelompok akun yang akan digunakan dalam Uang
Persediaan oleh satker.
3) Referensi Variable UP, Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan nilai
maksimal Uang Persediaan yang dapat diproses berdasarkan besaran
pagu yang akan diproses dalam UP.
4) Membuat SPP UP – SPM UP.
b. Penggunaan dan Penggantian UP
UP yang diterima, selanjutnya digunakan untuk belanja/pembayaran oleh
Bendahara Pengeluaran. Aktivitas penggunaan dan pertanggungjawaban,
terdiri dari:
1) Penerbitan Perintah Bayar (SPBy) oleh PPK
Rekam NPWP Supplier terlebih dahulu sebelum membuat perintah
bayar, kemudian mencatat Perintah Bayar
2) Pengujian bukti tagihan dan perekaman kuitansi oleh Bendahara
Berdasarkan Perintah Bayar dari PPK, Bendahara Pengeluaran
melakukan pengujian. Selanjutnya melakukan pembayaran dan
membukukan/menerbitkan kuitansi.
3) Pembuatan DRPP
Kuitansi-kuitansi pembayaran atas penggunaan UP, selanjutnya disusun
dalam Daftar Rincian Permintaan Pembayaran (DRPP)
4) Membuat SPP GUP – SPM GUP
Berdasarkan DRPP, PPK membuat SPP GUP. Selanjutnya, teruskan
dengan mencetak SPP dan disampaikan kepada PPSPM. Setelah
dilakukan pengujian, PPSPM menerbitkan SPM GUP.Setelah menerima
SP2D dari KPPN, catat nomor SP2D. Jika SP2D sudah tercatat, lakukan
pemindahan kas atas SPM GUP dengan cara yang sama seperti
pemindahan kas pada SPM UP
2. Pengelolaan dana titipan/ LS bendahara
Selain melalui UP, ada mekanisme pembayaran LS Bendahara yang dana harus
dikelola Bendahara Pengeluaran untuk langsung diteruskan kepada yang
berhak. Prosesnya meliputi:
1) Pembuatan SPM LS Bendahara
Sebelum mencatat transaksi LS bendahara pada modul Bendahara, SPM LS
Bendahara harus dibuat terlebih dahulu. Pembuatan SPP/SPM LS Bendahara
hampir sama dengan penerbitan SPM LS (pada proses
bisnis/modulPembayaran), selanjutnya berproses menjadi SP2D.
2) Mencatat Pemindahan Kas atas SP2D LS Bendahara
Setelah mengupload nomor SP2D, bendahara dapat merekam uang masuk
atas SPM LS Bendahara untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan pada
menu Mencatat Dana Titipan.
3) Mencatat Dana Titipan
Pencatatan Dana Titipan dilakukan untuk menatausahakan dana atas SPM LS
Bendahara yang sebelumnya telah dicatat pada menu pemindahan kas.
4) Mencatat realisasi pembayaran dana titipan
Dana tersebut dibayarkan kepada yang berhak.
5) Mencatat pengembalian belanja
Bila terdapat sisa, harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Pengembalian
Belanja.
3. Penyusunan LPJ Bendahara
LPJ Bendahara yang dibuat di dalam SAKTI merupakan turunan
(Subledger Account) dari akun-akun terkait bendahara yang disajikan dalam yang
Laporan Keuangan Satker.

• Sub Modul Bendahara Pengeluaran Pembantu


Merupakan bagian dari kelompok Modul Bendahara yang fungsinya adalah
menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara
pada Bendahara Pengeluaran Pembantu. Lingkup Fungsionalitasnya antara lain sbb:
1. Penerimaan dan Penyetoran Dana dari Bendahara Pengeluaran
2. Pembayaran Uang Persediaan
3. Pembayararan atas SPM LS Bendahara
4. Pembayaran Aktivitas Kas Lainnya

E. Input, Proses/Aktivitas dan Output


BENDAHARA PENGELUARAN
a. Pengelolaan UP
➢ Proses Pengajuan TUP

➢ Penggunaan dan Penggantian UP


UP yang diterima, selanjutnya digunakan untuk belanja/pembayaran oleh
Bendahara Pengeluaran. Setelah menerima SP2D dari KPPN, dilakukan pencatatan
nomor SP2D. Dana GUP yang masuk rekening (revolving) dapat digunakan untuk
pembayaran.

b. Pengelolaan Dana Titipan/LS Bendahara


BENDAHARA PENERIMAAN
a. Pengelolaan PNBP Fungsional

b. Pengelolaan Dana Pihak Ketiga


Merupakan pengelolaan uang lainnya pada bendahara penerimaan terkait dengan
pengelolaan PNBP-nya yang bersumber dari pihak ketiga. Contoh: Dana Titipan
Perkara, Uang Jaminan lelang.

c. Pengelolaan Perpajakan Dana Titipan/DPK


Merupakan pengelolaan atas saldo kas yang sudah menjadi hak negara yang
tergolong dalam kategori kas pajak yang bersumber dari transaksi dana pihak ketiga.
Pengelolaan Perpajakan Dana Titipan/DPK:
d. Pengelolaan Kas Lainnya
Merupakan pengelolaan kas lainnya pada bendahara penerimaan atas setoran masuk
yang belum diketahui sumber dan maksud tujuan penyetorannya.

e. Penyusunan LPJ dan Pengiriman ADK


LPJ Bendahara Penerimaan yang dibuat di dalam SAKTI merupakan turunan
(Subledger Account) dari akun-akun terkait bendahara penerimaan yang disajikan
dalam yang Laporan Keuangan Satker; ADK LPJ Bendahara Penerimaan
dihasilkan/dibentuk pada SAKTI untuk kemudian diunggah.
F. Keterkaitan dengan Modul/Sistem Lain
• Integrasi Modul Bendahara dengan Modul lainnya

• Integrasi Modul Bendahara Penerimaan dengan Modul Lainnya


G. Risiko dan Pengendalian
1. Risiko : Data Induk tidak Akurat
Pada modul bendahara, kemungkinan data induk terkait bendahara tidak akurat dan
tidak valid berpotensi terjadi. Ketidakakuratan dan ketidakvalidan pada data induk di
SPAN dan SAKTI yang bisa berimplikasi pada kekeliruan pertanggungjawaban uang
persediaan, LPJ Bendahara,dll.
Pengendalian :
1) Pengendalian Integritas Pemrosesan Data
Bentuk-bentuk pengendalian aplikasi berupa pengendalian input, proses, dan
output dapat digunakan untuk meminimalkan ketidakakuratan dan ketidakvalidan
data induk.
2) Pembatas Akses pada Data Induk
Pengendalian akses (access control) dapat dilakukan dalam rangka mencegah
pegawai/pihak yang tidak punya wewenang melakukan perubahan data induk
terkait bendahara. Pembagian/ pemisahan tugas dan peran para pengguna aplikasi
dapat diterapkan. Selain itu pengendalian terhadap pusat data diterapkan dalam
angka mencegah akses yang tidak sah.

2. Risiko : Kehilangan dan Kerusakan Data


Ancaman berupa data induk yang rusak dan hilang pada modul bendahara dengan
desain data terpusat pada SPAN dan SAKTI berpotensi terjadi. Kebakaran, kebanjiran,
sabotase atas pusat data tempat menyimpan data penganggaran dapat terjadi sewaktu-
waktu. Selain itu perlindungan yang kurang atas piranti yang diterapkan pada server,
jaringan, dll berisiko mengancam keberlangsungan sistem.
Pengendalian :
1) Backup atas Data
Langkah antisipatif berupa melakukan backup atas data secara rutin dapat
dilakukan agar jika sewaktu-waktu data rusak dan hilang, ada data yang dapat
dipulihkan pada sistem.
2) Menerapkan DRP (Disaster Recovery Plan)
Dalam kondisi tertentu, ketika ada kendala pada infrastruktur sistem yang gagall
berfungsi, misalkan pusat data mengalami kebakaran/kerusakan parah, maka
organisasi harus dapat melakukan mitigasi dengan mengandalkan pada pemulihan
sistem akibat musibah. Organisasi hendaknya mempunyai kemampuan untuk
pemulihan operasional bisnis, misalnya memiliki cadangan pusat data yang terletak
di lokasi yang lain (di kota lain).

3. Risko : Pembayaran Duplikas


Ketidakcermatan bendahara atas pembayaran dengan menggunakan UP mungkin bisa
terjadi, yaitu membayar kepada penerima lebih dari satu kali.
Pengendalian :
1) Menharuskan kelengkapan bukti tagihan
Bendahara hendaknya membayar tagihan jika dilengkapi dengan bukti tagihan
yang lengkap

2) Memberikan status telah dibayar atas bukti tagih


Memberikan tanda/status atas bukti tagih sudah dibayar, jika tagihan sudah
dibayarkan kepada penerima pembayaran.
RPS PERTEMUAN 6
Modul Pembayaran

A. Dasar Hukum
1) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
4) PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
5) PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan PP No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
rangka Pelaksanaan APBN
6) PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan
APBN
7) PMK No.197 Tahun 2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan
Dana, dan Perencanaan Kas
8) PMK Nomor 178 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PMK No.190 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
9) Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK.05/2019 tanggal 27 Desember 2019
tentang perubahan atas PMK-159/PMK.05/2018 tanggal 14 Des 2018 tentang
Pelaksanaan Piloting SAKTI
10) PMK No. 196 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu
Kredit Pemerintah
11) Keputusan Menteri Keuangan No. KMK 957/KMK.05/2019 tanggal 31 Desember
2019 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI Tahap IV
12) Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-159/PMK.05/2018 tanggal 14 Des 2018
tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI
13) PMK No. 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan
Dana, dan Perencanaan Kas.
14) Keputusan Menteri Keuangan No. KMK-905/KMK.05/2018 tanggal 31 Des 2018
tentang Perubahan atas KMK 962/KMK.05/2017 tentang Pelaksanaan Piloting SAKTI
Tahap III
15) Instruksi Menteri Keuangan No. 955/IMK.05/2017 Tanggal 20 Des 2017 tentang
Dukungan Implementasi Piloting SAKTI di Lingkungan Kementerian Keuangan
16) Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan :
• PER-38/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Komitmen SAKTI
• PER-39/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Bendahara SAKTI
• PER-40/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Pembayaran SAKTI
• PER-41/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Persediaan SAKTI
• PER-42/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Aset SAKTI
• PER-43/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Modul Akuntansi dan Pelaporan SAKTI
17) UU No 1 Tahun 2003 Pasal 19, Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN
dilakukan oleh BUN/Kuasa BUN. Kewajiba BUN/Kuasa BUN.
a) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b) menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
c) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d) memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara;
e) menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
18) PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 65
a) Penyelesaian tagihan kepada Negara atas beban anggaran Belanja Negara yang
tertuang dalam APBN dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti yang sah untuk
memperoleh pembayaran.
b) Pembayaran atas tagihan kepada Negara dilakukan secara langsung dari Rekening
Kas Umum Negara kepada yang berhak.
c) Dalam hal pembayaran secara langsung kepada yang berhak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum dapat dilaksanakan, pembayaran secara langsung
atas tagihan kepada Negara dapat dilaksanakan melalui Bendahara Pengeluaran.
19) PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 66
Dalam hal pembayaran secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat dilaksanakan, pembayaran atas tagihan kepada
Negara dilakukan melalui mekanisme Uang Persediaan.

B. Kerangka Teori
1. Definisi
• Rekening Kas Umum Negara/RKUN
Rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
• Surat Perintah Pembayaran/SPP
Dokumen yang diterbitkan oleh KPA/PPK, yang berisi permintaan pembayaran
tagihan kepada negara.
• Surat Perintah Membayar/SPM
Dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang
dipersamakan
• Surat Perintah Pencairan Dana/SP2D
Surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan
pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
• Uang Persediaan/UP
Uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin
dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
2. Sistem Pembelian dan Pembayaran
• Pada dasarnya sistem pembelian barang dan jasa pada suatu perusahaan
diklasifikasikan menjadi empat kegiatan, yaitu Pemesanan, Penerimaan,
Persetujuan atas faktur pemasok, dan Pembayaran kas.
• Setelah barang dan jasa diterima perusahaan dan pemasok menyerahkan tagihan
dalam bentuk faktur, maka perusahaan akan memproses persetujuan atas jumlah
tagihan yang tertera pada faktur pemasok.
• Pemrosesan faktur pemasok dapat dilakiukan melalui sistem voucher dan sistem
tanpa voucher.
• Pegawai pada Bagian Utang, memeriksa faktur pelanggan, membandingkan
dengan pemesanan pembelian dan laporan penerimaan barang.
• Sistem Voucher merupakan metode pemrosesan utang dagang, dimana perusahaan
menerbitkan voucher pembayaran/disbursement voucher sebagai otorisasi
persetujuan pembayaran kas atas faktur pemasok.
• Sistem Tanpa Voucher merupakan metode pemrosesan utang dagang, dimana
ketika faktur pemasok disetujui untuk dibayar, tanpa menerbitkan voucher
pembayaran.
• Voucher pembayaran merupakan sebuah dokumen yang berisikan data pemasok,
daftar faktur pemasok yang jatuh tempo, nilai pembayaran, potongan diskon dan
penyesuaian.
• Pembayaran kas atas pembelian barang dan jasa kepada pemasok merupakan tugas
Kasir.
• Pembayaran kas dapat dilakukan dengan mekanisme uang tunai, cek, mekanisme
perbankan/EFT/FEDI, dll
• Kasir bertanggungjawab kepada bendahara/treasurer
C. Proses Bisnis

Prosedur Pada Modul Pembayaran


Prosedur Pengajuan Pembayaran

Prosedur Penerbitan Perintah Pembayaran


Prosedur Pembayaran

D. Gambaran Umum Aplikasi


Modul Pembayaran adalah modul yang memproses Perencanaan Kas (Renkas),
Surat Perintah Bayar (SPBy), Prakiraan Pencairan Dana Harian (PPDH), Resume Tagihan
(SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) untuk diajukan ke KPPN dalam rangka
pelaksanaan pencairan dana APBN.
Output : Dokumen Renkas, SPBy, PPDH, SPP, SPM atau yang dipersamakan ; ADK :
ADK RT, ADK SPM atau yang dipersamakan
Hubungan antara Modul Komitmen dan Modul Pembayaran
Proses SPP SPM Berdasarkan Role

Alur Proses Pembuatan SPM

Alur Proses Pembuatan SPM dengan Renkas


Alur Pembuatan SPM Kontraktual

Alur Pembuatan SPM Non Kontraktual


Alur Pembuatan SPM Pengesahan Belanja BLU

Alur Proses Pembatalan ADK SPM


Alur Proses Penerbitan SP2D

Alur Penerbitan SP2D Nihil dan Pengesahan


E. Keterkaitan Modul Pembayaran dengan Modul Lainnya

F. Risko dan Pengendalian


1. Risiko : Data Induk tidak Akurat
Pada modul pembayaran, kemungkinan data induk terkait tidak akurat dan tidak valid
berpotensi terjadi. Ketidakakuratan dan ketidakvalidan pada data induk di SPAN dan
SAKTI yang bisa berimplikasi pada kekeliruan pembayaran kepada pemasok,dll.
Pengendalian :
1) Pengendalian Integritas Pemrosesan Data
Bentuk-bentuk pengendalian aplikasi berupa pengendalian input, proses, dan
output dapat digunakan untuk meminimalkan ketidakakuratan dan ketidakvalidan
data induk.
2) Pembatas Akses pada Data Induk
Pengendalian akses (access control) dapat dilakukan dalam rangka mencegah
pegawai/pihak yang tidak punya wewenang melakukan perubahan data induk
terkait bendahara. Pembagian/ pemisahan tugas dan peran para pengguna aplikasi
dapat diterapkan. Selain itu pengendalian terhadap pusat data diterapkan dalam
angka mencegah akses yang tidak sah.
2. Risiko : Kehilangan dan Kerusakan Data
Ancaman berupa data induk yang rusak dan hilang pada modul pembayaran dengan
desain data terpusat pada SPAN dan SAKTI berpotensi terjadi. Kebakaran, kebanjiran,
sabotase atas pusat data tempat menyimpan data penganggaran dapat terjadi sewaktu-
waktu. Selain itu perlindungan yang kurang atas piranti yang diterapkan pada server,
jaringan, dll berisiko mengancam keberlangsungan sistem.
Pengendalian :
1) Backup atas Data
Langkah antisipatif berupa melakukan backup atas data secara rutin dapat
dilakukan agar jika sewaktu-waktu data rusak dan hilang, ada data yang dapat
dipulihkan pada sistem.

2) Menerapkan DRP (Disaster Recovery Plan)


Dalam kondisi tertentu, ketika ada kendala pada infrastruktur sistem yang gagall
berfungsi, misalkan pusat data mengalami kebakaran/kerusakan parah, maka
organisasi harus dapat melakukan mitigasi dengan mengandalkan pada pemulihan
sistem akibat musibah. Organisasi hendaknya mempunyai kemampuan untuk
pemulihan operasional bisnis, misalnya memiliki cadangan pusat data yang terletak
di lokasi yang lain (di kota lain).
RPS PERTEMUAN 7
MODUL MANAJEMEN KAS
1. Dasar Hukum
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
• PMK 154 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 59/PB/2013 Tentang Modul Kas

2. Pengertian Manajemen Kas dan Pengelolaan Uang


• Manajemen Kas merupakan strategi dan proses terkait untuk mengelola arus dan saldo kas jangka
pendek pemerintah secara efisien baik dari sisi internal pemerintah sendiri maupun dari sisi
hubungan antara pemerintah dan sektor-sektor lainnya (Williams, 2009).
• Pengelolaan Uang merupakan kegiatan pengelolaan yang mencakup pengelolaan kas dan surat
berharga termasuk kegiatan untuk menanggulangi kekurangan kas atau memanfaatkan kelebihan
kas secara optimal (PP No.39 Tahun 2007).

3. Tujuan Pengelolaan Kas


Tujuan pengelolaan kas adalah untuk memastikan:

a. tersedianya kas untuk membiayai kewajiban negara;


b. adanya tindakan yang efektif dan efisien untuk mengoptimalkan imbalan-imbalan dari surplus kas atau
untuk mengatasi kekurangan kas;
c. penyediaan kas bagi semua Kementerian/Lembaga sesuai dengan proyeksi arus kas mereka untuk
membiayai berbagai kegiatan mereka, dan;
d. pembayaran tepat waktu kepada para pemasok Kementerian/Lembaga sesuai dengan jadwal kegiatan
mereka.

Tujuan utama pengelolaan kas negara di Indonesia adalah penggunaan dana negara secara efektif dan
efisien. Hal tersebut dapat tercapai antara lain dengan:
a. Menentukan jumlah dana optimal yang diperlukan untuk menjamin kemampuan MENDANAI
seluruh kegiatan pemerintah
b. Menentukan PEMBIAYAAN yang paling ekonomis dan efisien (baik dari dalam maupun luar
negeri)
c. Meminimalkan DANA MENGANGGUR dan investasi jangka pendek setiap terhadap dana
menganggur sehingga menghasilkan tambahan penerimaan negara
d. Mempercepat PENYETORAN penerimaan negara sehingga dana tersebut segera tersedia untuk
membiayai kegiatan pemerintah
e. Melakukan pembayaran pada waktu yang TEPAT.

4. Pengelolaan Kas Negara Aktif


Pengelolaan kas negara secara aktif adalah pengelolaan kas yang menerapkan best practice dari prinsip-
prinsip pengelolaan kas berbagai negara yang sesuai dengan teori manajemen kas modern. Pengelolaan
kas secara aktif ditandai dengan adanya beberapa hal, antara lain:
• sistem penerimaan dan pengeluaran negara yang terintegrasi,
• kewenangan Bendahara Umum Negara (BUN) dalam penempatan jangka pendek saldo kas surplus,
• perencanaan yang lebih baik dalam mengelola arus kas,
• koordinasi yang lebih baik dalam pengelolaan utang dan pengelolaan kas.
Tiga Kunci Pengelolaan Kas secara Aktif yang Efisien dan Efektif, yaitu:

• MENYIMPAN uang sebanyak mungkin terpusat di Exchequer (Bendahara Negara).


• MEMPREDIKSI secara akurat arus kas masuk dan arus kas keluar Bendahara Negara.
• MEMINIMALISIR biaya pelelangan dan biaya penggunaan layanan perbankan.

5. Siklus Manajemen Kas


Siklus Manajemen Kas adalah rangkaian proses untuk mengelola arus dan saldo kas jangka pendek
pemerintah secara efisien baik dari sisi internal pemerintah sendiri maupun dari sisi hubungan antara
pemerintah dan sektor lainnya. Berikut tanggung jawab kelembagaan dalam pengelolaan kas:

6. Kerangka Kelembagaan Pengelolaan Kas di Indonesia


Pihak-pihak yang terlibat:
1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara,
2) Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan,
3) Direktorat Pengelolaan Kas Negara, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan,
4) Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN),
5) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan,
6) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan,
7) Komite Pengelolaan Aset dan Liabilitas (ALMC),
8) Jaringan Informasi Perencanaan Kas (CPIN) dan,
9) Kementerian-Kementerian Pemerintah Pusat.

I. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)

Kementerian Keuangan mendelegasikan kewenangannya dengan menunjuk DJPB sebagai perwakilan


Menteri Keuangan dalam melaksanakan beberapa fungsi dan tanggung jawab perbendaharaan, khususnya
peningkatan efisiensi, efektivitas, dan pengendalian arus kas negara. Kewenangan yang didelegasikan
meliputi:
• penetapan sistem pemungutan dan pembayaran kas pemerintah,
• penunjukan bank-bank operasional dan/atau lembaga-lembaga keuangan untuk pencairan anggaran
negara,
• peningkatan dan pengelolaan dana negara yang diperlukan untuk melaksanakan anggaran, dan
penyetoran/penyimpanan kas,
• mengelola penempatan kas yang menganggur,
• mengelola investasi pemerintah, dan
• melakukan pembayaran berdasarkan permintaan dari satuan kerja pengguna anggaran.

II. Komite Pengelolaan Aset dan Liabilitas (ALMC)

Asset and Liability Management Committee (ALMC) merupakan komite yang dibentuk utntuk melakukan
koordinasi yang lebih erat antara pengelolaan utang, pengelolaan kas, pengelolaan risiko (likuiditas dan
pasar), kewajiban kontinjensi, dan pengelolaan investasi publik. Selain itu, komite ini juga dibentuk pada
Februari 2013 untuk memenuhi kebutuhan atas proyeksi arus kas yang lebih baik untuk membiayai alokasi-
alokasi anggaran.

ALMC diketuai oleh Menteri Keuangan, dengan Wakil Menteri Keuangan sebagai Wakil Ketua. Anggota
ALMC terdiri atas Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Sekretaris Jenderal, Kepala BKF, Staf Ahli
Kementerian Keuangan, Dirjen Perbendaha raan, Dirjen Anggaran, Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai,
Dirjen Perimbangan Keuangan, dan Dirjen Kekayaan Negara.

III. Jaringan Informasi Perencanaan Kas (CPIN)


Jaringan Informasi Perencanaan Kas (Cash Planning Information Network/CPIN) adalah sebuah komite
antar direktorat yang dibentuk untuk meningkatkan akurasi perkiranan kas bulanan. Anggota CPIN adalah
pegawai teknis dari berbagai direktorat (DJA, DJPB, DJPPR, BKF, dll.). CPIN mengadakan diskusi secara
berkala dan menerbitkan laporan perkiraan kas bulanan bagi Kementerian Keuangan. Komite ini bertemu
setidaknya sekali dalam sebulan, atau lebih jika diperlukan.

7. Treasury Single Account (TSA)

TSA didefinisikan sebagai suatu struktur terpadu dari berbagai rekening pemerintah yang memberikan
suatu pandangan terkonsolidasi atas sumber-sumber kas pemerintah (Pattanayak dan Fainboim, 2011).

I. Latar Belakang Penerapan TSA


Penerapan sistem pengelolaan penerimaan dan pembayaran yang terpisah-pisah dan terpecah-pecah,
berpotensi menimbulkan beberapa kelemahan:
▸ terdapat dana menganggur (idle cash) tanpa remunerasi memadai
▸ dapat menyebabkan borrowing cost yang tidak perlu
▸ adanya floats yang menguntungkan bank komersial, namun membebani pemerintah.

II. Tahapan Penerapan TSA di Indonesia


▸ Konsolidasi saldo kas pemerintah ke dalam TSA
▸ Penerapan TSA untuk Rekening Pengeluaran
▸ Penerapan TSA untuk Rekening Penerimaan
▸ Penerapan TNP untuk Rekening yang dikelola Satker

III. Keterkaitan Pengelolaan Kas dengan TSA

Penerimaan kas negara berupa pendapatan perpajakan, PNBP, hibah dan pendapatan lainnya akan
disetorkan ke RKUN. Kemudian, pengeluaran kas negara diambil dari RKUN. Jumlah dana pada RKUN
merupakan saldo kas yang dimiliki oleh negara, jika saldo kas tidak cukup untuk memenuhi belanja negara
(defisit), maka akan dilakukan pembiayaan yang akan menambah saldo kas. Namun, apabila saldo kas
melebihi belanja negara (surplus) maka akan dilakukan penempatan/investasi agar pengelolaan kas
menjadi lebih efektif.
IV. Rekening dalam rangka TSA
V. Deskripsi Aliran Dana dan Rekening TSA

Prinsip Pengelolaan Rekening TSA:


▪ Rekening Pemerintah pada bank-bank komersil bersaldo nihil pada akhir hari,
▪ Saldo penerimaan ditransfer dari Bank Persepsi ke Bank Indonesia pada hari yang sama, serta untuk
pengeluaran ditransfer pada saat jatuh tempo
▪ Optimalisasi idle cash
▪ Pelaporan dan akuntabilitas yang lebih baik

VI. Deskripsi Aliran Dana TSA Penerimaan


VII. Deskripsi Aliran Dana TSA Pengeluaran

Sesuai PMK 188/PMK.05/2017, istilah BO I Pusat diganti dengan Bank Operasional (BO) untuk
penyaluran SP2D harian dan Bank Penyalur Gaji (BPG) untuk penyaluran SP2D Gaji. Sedangkan tujuan
penerima sekarang sudah langsung ke penerima.
8. Treasury Notional Pooling (Konsolidasi “Virtual”)
Treasury Notional Pooling (Konsolidasi “Virtual”) adalah mekanisme konsolidasi dari seluruh rekening
Pemerintah pada bank umum tertentu tanpa harus melakukan pemindahbukuan. Mekanismenya yaitu,
saldo seluruh rekening yang masuk dalam TNP dikonsolidasikan pada akhir hari setelah proses tutup buku
dan diberikan jasa giro harian oleh Bank sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
Saldo Rekening Saldo Rekening Saldo Rekening
Bendahara A di Bendahara B di Bendahara C di
Cabang M Bank X Cabang N Bank X Cabang O Bank X

Konsolidasi Saldo
Rekening
Bendahara A, B, C
di Bank X

Jasa Giro
Saldo
Rekening Bendahara
Bank X

Manfaat:
a. Tingkat remunerasi yang lebih menguntungkan.
b. Rekening Bendahara pengeluaran dan penerimaan, serta Rekening Lainnya teradministrasi dengan
baik dalam aplikasi TNP.
c. Bank tidak mengenakan biaya adminitrasi atas penerapan TreasuryNotional Pooling.
d. Para Bendahara tidak perlu mendebet dan menyetorkan ke Kas Negara jasa giro pada rekening
pengeluaran yang dikelolanya.

9. Modul Kas
Modul Kas adalah bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi dalam pengelolaan kas
pemerintah, meliputi fungsi pengaturan rekening milik BUN, perencanaan kas, pemindahbukuan dana,
rekonsiliasi bank, dan pelaporan manajerial. Modul Kas terdiri atas:
▸ Penatausahaan Rekening milik BUN
▸ Perencanaan Kas
▸ Penyediaan Kebutuhan Dana
▸ Rekonsiliasi Bank

10. Penatausahaan Rekening milik BUN


I. Istilah
▸ Rekening milik BUN adalah Rekening BUN yang dikelola oleh Kuasa BUN Pusat (Dit. PKN) dan
rekening BUN yang dikelola oleh Kuasa BUN di daerah (KPPN). Rekening BUN adalah rekening
BUN, rekening transito, dan rekening pengesahan.
▸ Rekening BUN adalah Rekening yang dibuka Dit. PKN/KPPN pada Bank Indonesia/Bank
Umum/Pos dalam rangka pelaksanaan fungsi BUN.
▸ Rekening Transito adalah Rekening yang ditetapkan oleh Dit. PKN/KPPN dalam rangka
penyelesaian transaksi transito melalui aplikasi SPAN.
▸ Rekening Pegesahan adalah Rekening yang ditetapkan oleh KPPN dalam rangka penyelesaian
transaksi pengesahan melalui aplikasi SPAN.
Contoh Rekening BUN (Bendahara Umum Negara) yang ditatausahakan oleh Kuasa BUN Pusat:
RPKBUN (Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara) SPAN/Gaji, RR RPKBUN
SPAN/Gaji, RKUN (Rekening Kas Umum Negara) rupiah/valas, Rekening Khusus di Bank Indonesia atau
bank umum syariah, dll.
Contoh rekening BUN yang yang ditatausahakan oleh KPPN: Rekening Transito Hibah, Rekening
Transito BLU, Rekening Pengeluaran Bank Indonesia (RPBI), Rekening Persepsi MPN G2 (khusus KPPN
khusus Penerimaan).
II. Penatausahaan Rekening BUN
Penatausahaan rekening BUN adalah kegiatan perekaman data rekening, pemutakhiran data rekening,
penentuan hubungan antar rekening, dan penutupan rekening. Dalam rangka pelaksanaan APBN, Dit.
PKN/KPPN selaku Kuasa BUN membuka rekening pada Bank Indonesia/Bank Umum, sesuai Peraturan
Menteri Keuangan mengenai tata cara pembukaan dan pengelolaan rekening milik BUN.
Data rekening milik BUN yang dibuka oleh KPPN, yang meliputi nama rekening, nomor rekening, nama
bank, alamat cabang bank, mata uang, fungsi rekening, dan nomor rekening tujuan pelimpahan perlu
disampaikan kepada Dit. PKN. Dit. PKN melakukan penatausahaan rekening milik BUN melalui SPAN.
III. Perekaman Data Rekening
Dit. PKN melakukan setup rekening atas semua rekening milik BUN pada aplikasi SPAN. Setup rekening
merupakan kegiatan:
a. input kepemilikan rekening → memasukkan frasa Kementerian Keuangan selaku pemilik rekening,
b. input penggunaan rekening → menentukan fungsi rekening sebagai receivables
(penerimaan/penyetoran) atau payables (pembayaran/pengesahan),
c. input informasi rekening → nama rekening pada SPAN, nama rekening pada sistem bank, nomor
rekening, mata uang, pemilik rekening, tanggal rekening aktif/nonaktif, informasi tambahan, tipe
rekening, akses rekening koran, dan nomor rekening tujuan pelimpahan (dalam rangka penihilan),
d. input pengendali rekening → meng-input segmen Bagan Akun Standar (BAS) untuk setiap
rekening ke database SPAN.

BAS meliputi 12 segmen sebagaimana berikut:


Dalam rangka penetapan segmen bank, Dit. PKN menetapkan tipe rekening. Terdapat 32 tipe rekening
bank, yaitu:
Setup rekening dilakukan oleh Dit. PKN dengan berkoordinasi dengan Dit. Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan. Setup rekening dapat dibedakan menjadi dua, yaitu atas rekening yang dibuka/ditetapkan dan
ditatausahakan oleh KPPN dan oleh Dit. PKN.

Langkah-langkah setup rekening yang dibuka/ditetapkan dan ditatausahakan oleh KPPN adalah sebagai
berikut:

Sementara itu, langkah-langkah setup rekening yang dibuka/ditetapkan dan ditatausahakan oleh Dit. PKN
sama seperti langkah 3, 4, dan 5.

IV. Pemutakhiran Data Rekening


Dit. PKN melakukan pemutakhiran/perbaikan data rekening milik BUN pada aplikasi SPAN apabila
terdapat perubahan data pada rekening milik BUN. Pemutakhiran tersebut adalah perubahan semua data
rekening, kecuali perubahan segmen akun dan segmen bank.
V. Penentuan Hubungan Antar Rekening
Dit. PKN melakukan penentuan hubungan antar rekening milik BUN yang telah di-setup dalam SPAN
dengan menentukan rekening asal dan rekening tujuan. Penentuan hubungan tersebut dilakukan dengan
berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai pemindahbukuan dana antar rekening milik BUN.
VI. Penutupan Rekening
Dit. PKN melakukan penutupan rekening milik BUN dalam SPAN:
▸ setelah melakukan penutupan rekening pada Bank Indonesia/Bank Umum/pos,
▸ setelah menerima laporan penutupan rekening dari KPPN, atau
▸ dalam rangka pemutakhiran/perbaikan data rekening milik BUN yang terkait perubahan segmen akun
dan/atau segmen bank, yaitu dengan menutup/menonaktifkan rekening yang segmen akun dan/atau
segmen banknya akan diubah dan melakukan setup ulang atas rekening berkenaan dengan segmen
akun dan/atau segmen bank yang telah diperbaiki.

11. Perencanaan Kas


Dasar hukum: PMK No. 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana,
dan Perencanaan Kas.
I. Proyeksi Arus Kas Berdasarkan Jangka Waktu
Tahunan: estimasi arus kas “kasar” tahunan secara bottom-up yang dibuat dalam dokumen anggaran
tahunan (DIPA) yang dipersiapkan oleh para satker
Bulanan: prediksi arus-kas bulanan secara top-down (terdapat dalam laporan Cash Planning Information
Network, CPIN) yang disusun oleh komite antar Direktorat Jenderal dalam Kementerian Keuangan
Harian: laporan rencana penarikan dana (RPD) harian yang disusun berdasarkan permohonan kas yang
diajukan oleh KPPN untuk menyelesaikan permintaan pembayaran dari satker-satker untuk hari berikutnya
II. RPD (Rencana Penarikan Dana)
RPD adalah daftar perkiraan kebutuhan dana dalam periode tertentu yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang dibuat oleh kantor/satuan kerja dalam
rangka pelaksanaan APBN.
Ilustrasi Penyampaian RPD Harian
Secara teknis PPK wajib menyampaikan RPD Harian kepada KPPN untuk rencana pengajuan semua jenis
SPM yang nilainya masuk dalam klasifikasi transaksi besar. Klasifikasi transaksi besar adalah
pengelompokan SPM yang didasarkan pada nilai/nominal tertentu sebagai berikut :

Nilai Transaksi Penerbitan Pengajuan Tanggal Maksimal


SPM SPM SPM ke RPD harian Penyampain RPD
KPPN ke KPPN
1,5 M C 20/11 23/11 23/11 5 hari kerja sebelum
pengajuan SPM
(18/11)

600 M B 20/11 23/11 23/11 10 hari kerja


sebelum pengajuan
SPM (13/11)

III. Perubahan Kebijakan (PMK 197/2017)


a. Penyederhanaan klasifikasi transaksi besar yang wajib mengajukan RPD harian

PMK Nomor 277/2014 PMK nomor 197/2017

Tipe KPPN Nilai SPM Tipe KPPN Nilai SPM

A1P > 1 Triliun Semua Tipe KPPN > 1 Triliun

A1P > 500 Miliar dan ≤ 1 Triliun Semua Tipe KPPN > 500 Miliar dan ≤ 1 Triliun

A1P ≥ 1 Miliar dan ≤ 500 Miliar Semua Tipe KPPN ≥ 1 Miliar dan ≤ 500 Miliar

A1NP > 1 Miliar

A1NP > 750 Juta dan ≤ 1 Miliar

A1NP ≥ 500 Jutadan≤ 750 Juta

A2 ≥ 500 Juta

A2 > 350 Juta dan ≤ 500 Juta

A2 ≥ 200 Juta dan ≤ 350 Juta

b. Mempercepat penyusunan dan penyampaian RPD Harian, melalui kewenangan PPK untuk
menetapkan RPD Harian
c. Kemudahan bagi Satker untuk proses pembayaran apabila RPD Harian tidak dilampirkan tanpa
melalui dispensasi Kepala KPPN, yakni SPM tanpa RPD Harian
PMK 277/PMK.05/2014

PMK 197/PMK.05/2017
d. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi khususnya terkait penyampaian RPD dan/ atau
Rencana Penerimaan Dana
Saat ini penyampaian RPD dapat melalui berbagai jalur sebagai berikut :
▸ Aplikasi elektronik yang disediakan Ditjen Perbendaharaan
▸ Diantar langsung oleh petugas dari satker
▸ Dikirim melalui email ke alamat email KPPN yang telah ditentukan

IV. Rencana Penerimaan Dana


Perkiraan pendapatan adalah rencana penyetoran pendapatan yang dibuat oleh KPA untuk periode tertentu.
Jenis Pendapatan yang harus dibuat perkiraan penyetorannya adalah PNBP. Perkiraan Pendapatan
Mingguan merupakan perkiraan dalam satu bulan yang dibuat dalam 4 (empat) periode/minggu, yaitu :
▸ tanggal 1 sampai dengan 7 untuk minggu pertama,
▸ tanggal 8 sampai dengan 15 untuk minggu kedua,
▸ tanggal 16 sampai dengan 23 untuk minggu ketiga,
▸ tanggal 24 sampai dengan akhir bulan untuk minggu keempat.
KPA menyampaikan Perkiraan Pendapatan Mingguan tingkat Satker kepada Kepala KPPN. Perkiraan
Pendapatan Mingguan disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum bulan perkiraan.
Sedangkan pemutakhiran disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum penyetoran pendapatan.

Ilustrasi:
Satker Kantor Kementerian Agama Kota L, memperkirakan bahwa pada bulan April 2017, terdapat
penerimaan nikah rujuk sebesar Rp. 159.000.000. Adapun rinciannya per periode adalah :
▸ Tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 sebesar Rp. 51.000.000
▸ Tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 sebesar Rp. 36.000.000
▸ Tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 sebesar Rp. 33.000.000
▸ Tanggal 24 sampai dengan tanggal 30 sebesar Rp. 39.000.000
Maka satker tersebut menyampaikan Perkiraan Pendapatan Mingguan paling lambat tanggal 3 hari kerja
sebelum 1 April 2017 yaitu 25 Maret 2017.

V. Perekaman Renkas Harian Melalui Aplikasi Sakti


Perekaman renkas harian dapat dilakukan melalui aplikasi SAKTI. SAKTI mengirim data Renkas Harian
secara otomatis setelah persetujuan dilakukan oleh PPK. Data yang terkirim dapat diakses oleh KPPN dan
Direktorat PKN melalui OM-SPAN.
Pada dasarnya Renkas Harian adalah pendetailan dari POK (jumlah total renkas harian dalam satu bulan
dibatasi oleh nominal pada POK), sehingga proses dilakukan setelah tahapan perekaman POK.
12. Pengelolaan Kas Bank Persepsi dan Bank Operasional
I. Penerimaan Negara
II. Pengeluaran Negara

Tugas Dit. PKN terkait Pengeluaran Negara, yaitu:

• Menetapkan kebijakan terkait penetapan Bank Operasional dan Bank Penyalur Gaji
• Menetapkan kebijakan pengeluaran negara melalui Bank Operasional dan Bank Penyalur Gaji
dalam rangka penyaluran dana SP2D Belanja Pegawai dan Belanja Non Pegawai

Alur pengeluaran Bank Operasional

Penyediaan Kebutuhan Dana


1. Semua SPPT (Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan) yang di-approve oleh Kepala Seksi
Pencairan Dana pada hari kerja:
a. Sebelum/sampai dengan pukul 13:30:00 WIB/14:30:00 WITA/15:30:00 WIT,
PPR/penerbitan SP2D-nya diberi tanggal hari kerja berkenaan.
b. Sesudah pukul 13:30:00 WIB/14:30:00 WITA/15:30:00 WIT, PPR/penerbitan SP2D-nya
diberi tanggal hari kerja berikutnya.
2. Semua SPPT yang di-approve oleh Kepala Seksi Pencairan Dana pada hari libur/diliburkan,
PPR/penerbitan SP2D-nya diberi tanggal hari kerja berikutnya.
3. Saat ini proses batch dropping dana setiap satu jam sekali mulai pukul 08.00 sampai dengan
pukul 15.30 WIB, (kecuali pada kondisi tertentu
4. Pada Aplikasi SPAN Disetup: Staf Bank membuat PPR (Payment Proses Request) tertanggal hari
ini paling lambat pukuL 14.30 WIB
5. Kepala Seksi Bank melakukan approval PPR/Penerbitan SP2D tertanggal hari ini (H0) paling
lambat pukul 15:00:00 WIB/16:00:00 WITA/17:00:00 WIT.

SP2D Reject
SP2D yang di tidak di-eksekusi bank karena tiga hal:
1. Kekurangan dana pada rekening RPKBUN/Reksus SBSN
2. Window time SKN (Sistem Kliring Nasional) /RTGS (Real Time Gross Settlement) BI sudah tutup,
normalnya pukul 16.30 WIB
3. Terjadi error system internal pada Bank Operasional

Yang paling sering terjadi adalah hal kekurangan dana, sebagian besar disebabkan oleh terlambat
approve SP2D oleh Kepala Seksi Bank.
Contoh:
Staf bank telah membuat PPR H+0 pada pukul 14.00 WIB namun Kepala Seksi Bank approve SP2D
pada pukul 16.00 WIB, maka SP2D tidak mendapat dropping dana, bank akan mengirimkan ACK
“insufficient fund”.

Penyelesaian SP2D reject :


1. Bank akan mengirim ACK reject
2. SP2D yang berstatus reject akan dimasukkan ke menu reject sp2d pada CMS (cash monitoring
system) bank
3. Paling cepat pada H+1 Direktorat PKN akan melakukan approval atas SP2D reject di CMS bank
4. Direktorat PKN akan memberikan dropping tambahan kepada bank operasional untuk eksekusi
SP2D reject tersebut
5. Setelah dana diterima dan reject sudah approve, maka bank akan melakukan eksekusi ulang atas
SP2D tersebut

Reksus SBSN
Sejak tahun 2017 terdapat paygrup baru yaitu Reksus SBSN, paygrup ini digunakan untuk pembayaran
kegiatan yang sumber dananya berasal dari surat berharga syariah negara (SBSN). Karakteristik
pembayaran melalui SBSN adalah :
1. Dana dilakukan dropping ke reksus SBSN secara periodik dan mengendap di reksus SBSN
2. Sebelum mengajukan SPM, satker harusnya sudah mengajukan terlebih dahulu ke DJPPR agar di
lakukan dropping dana oleh DJPPR.
3. KPPN sudah diberikan akses untuk melihat saldo di reksus SBSN untuk memastikan apakah saldo
sudah tersedia
4. KPPN harus memastikan pilihan paygrup sudah sesuai antara register dan paygrup seharusnya.

Retur SP2D

ALUR SP2D RETUR :


1. SP2D dinyatakan retur oleh bank operasional, maka bank akan mengirim dana ke rekening retur
dan mengirim ACK retur ke SPAN
2. Status SP2D di OM SPAN akan menjadi Retur xxxx
3. Pada H+1 setelah tanggal SP2D bank akan mengirim bank statement (BS) rekening retur ke SPAN
4. Direktorat PKN akan melakukan upload BS rekening retur ke modul CM SPAN
5. Data SP2D akan muncul di laporan SPGR Daftar Retur (responsibility GR Staff/Kasi KPPN)
6. Data retur akan muncul di menu monitoring retur SP2D di OM SPAN, kecuali retur Reksus SBSN
dan retur RPBI

BO Khusus Valuta Asing


Saat ini sudah terdapat Bank Operasional khusus valuta asing yaitu Citibank yang melayani SP2D
dengan valas Dolar Amerika, namun BO valas tersebut masih dalam masa piloting pada KPPN Jakarta
1 dengan satker Kementerian Luar Negeri.
13. Pengelolaan Kas Pinjaman dan Hibah
I. Proses Bank Account Transfer (BAT)
PROSES BAT SP2D REKSUS adalah proses pemindahbukuan dana dari Reksus ke RKUN melalui
Rekening Antara dalam rangka penggantian dana atas SP2D Reksus yang diterbitkan oleh KPPN
Pada saat KPPN memproses SP2D Reksus maka Subdit MKPH dapat melihat di Form BAT (SPAN) dan
dapat dilakukan BAT.
Namun, mekanisme ini telah diperbaharui, dimana pendebetan reksus Bank Indonesia menggunakan
SP2D langsung menggunakan paygrup reksus Bank Indonesia.
Dalam waktu dekat akan dilaksanakan inovasi terkini dari Ditjen Perbendaharaan yaitu pendebetan reksus
Bank Indonesia menggunakan SP2D langsung menggunakan paygrup reksus Bank Indonesia.
Karakteristik yang berbeda adalah:
1. Ada paygrup baru yaitu “RPKBUNP” Reksus Bank Indonesia dengan mata uang rupiah
2. Sumber dana berasal dari Reksus valuta asing di Bank Indonesia
3. Tidak ada lagi penggantian dana dari Reksus ke RKUN

14. Pengelolaan Rekening Lainnya


a. Rekening Lainnya Sumber Daya Alam
b. Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD)
c. Rekening Lainnya Tujuan Tertentu
d. Rekening Lainnya Skema Kredit Program dan PIR/UPP
Contoh:
15. Rekonsiliasi Bank
a. Rekonsiliasi bank dilakukan pada semua rekening milik BUN (Rekening BUN, Rekening Transito,
dan Rekening Pengesahan).
b. Rekonsiliasi bank Rek.BUN adalah pencocokan data transaksi pada SPAN dengan data transaksi
pada R/K yang dikirimkan oleh Bank atau dibuat oleh Seksi Bank KPPN.
c. Data SPAN yang dilakukan rekonsiliasi adalah data transaksi yang berasal dari Modul
Penerimaan, Modul Pembayaran, dan Modul Kas.
d. Rekonsiliasi bank Rek.Transito adalah pencocokan data SPAN terhadap transaksi transito.
e. Rekonsiliasi bank Rek.Pengesahan adalah pencocokan data SPAN dengan transaksi pengesahan.
f. Status atas pelaksanaan rekonsiliasi bank Rek.BUN: belum direkonsiliasi, reconciled, dan
unreconciled.
g. Transaksi yang belum direkonsiliasi (dari report SPAN) merupakan data transaksi SPAN yang
belum direkonsiliasi/datanya belum tersajikan di R/K yang dikirimkan oleh bank.
h. Transaksi reconciled (report SPAN) adalah data transaksi R/K yang sama (No.Transaksi dan
Nilai Transaksi) dengan data SPAN.
i. Transaksi unreconciled (report SPAN) adalah data transaksi R/K yang tidak sama dengan data
SPAN.

Tampilan aplikasi:
16. Pembukuan dan Pelaporan
1. Untuk memastikan pengawasan dan pembukuan transaksi pada Rek. Milik BUN
(Rek.BUN,Rek.Transito, dan Rek. Pengesahan) telah dilakukan Direktorat PKN/KPPN dengan
benar):
a. Laporan Transaksi yang belum direkonsiliasi dengan status NIHIL.
b. Laporan Hasil Rekonsiliasi Rekening Koran dengan status “unreconciled” nihil.
c. Laporan Konsolidasi Kas KPPN (Buku Putih) wajar dan dapat dijelaskan (penjelasan
kewajaran)
d. Laporan rekonsiliasi CM GL wajar dan dapat dijelaskan
2. Salah satu indikator validitas Laporan Arus Kas KPPN adalah terpenuhinya kondisi pada 1 a dan 1
b.

Tampilan laporan belum rekon:


Lap Hasil rekon rek koran status unrecon :

Idealnya laporan hasil rekon:

17. Hubungan antara Modul Kas SPAN dan Modul-Modul Lainnya


“Semangat Ctrl+F kawan, jangan lupa berdoa agar dimudahkan dalam pencarian ”

Anda mungkin juga menyukai