Anda di halaman 1dari 39

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA


Jl. Raya Puspiptek, Setu, Kec. Serpong, Kota Tangerang
Selatan, Banten 15314

Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan Sungai


Progran Studi Teknik Sipil
Institut Teknologi Indonesia
Tangerang Selatan
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah swt atas
terbitnya buku panduan praktikum hidrolika ini, buku ini telah dilakukan beberapa
kali revisi dan beberapa kali penambahan materi yang tentunya telah disesuaikan
dengan kondisi perkembangan teknologi dan tingkat kebutuhan.
Pada buku panduan ini disesuaikan dengan materi-materi standart yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang dengan mencantumkan Standart Nasional
Indonesia (SNI) pada setiap jenis percobaan.
Semoga dengan buku panduan ini dapat semakin memperbaiki hasil-hasil
percobaan baik untuk praktikum mahasiswa maupun untuk melakukan penelitian.
Dan kami mengucapkan terimakasih atas semua saran dan kritikan yang telah kami
terima, mudah-mudahan buku panduan ini dapat memenuhi kriteria yang
diharapkan.
Wassalamualikum Wr. Wb

Tangerang Selatan, 3 juli 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

Pelaksanaan
Gambaran Umum Pelaksanaan ............................................................................ 1
Penulisan Laporan ................................................................................................ 2

Modul Pelaksanaan Praktikum


H.01 Bendungan Dasar Segi Empat ..................................................................... 4
H.02 Bendungan Dasar Segi Tiga ........................................................................ 6
H.03 Mengukur Kecepatan Air ............................................................................ 8
H.04 Batimetri ..................................................................................................... 14
H.05 Tekanan Hidrostatis.................................................................................... 22
H.06 Pengukuran Debit Air................................................................................. 26
H.07 Kehilangan Tekanan Energi Pada Aliran Dalam Pipa Melalui Lengkungan,
Perubahan Pada Penampang Dan Katup.................................................... 29
H.08 Gesekan Dalam Pipa .................................................................................. 32
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN

1. Peserta diharapkan Mengganti nama nya dengan format "Kode Kelompok


(spasi) kode kelas reguler (R) / karyawan (K) - NIM - Nama Panggilan
Mahasiswa"
contoh :
BR - 1211700053 - Amrulloh Andre  ini adalah contoh kelas reguler
BK - 1211700053 - Amrulloh Andre  ini adalah contoh kelas karyawan
2. Diharapkan hadir 15 menit sebelum pre test dimulai
3. Setelah waktu praktikum dimulai (sesuai dengan jadwal), diharapkan
mahasiswa segera memasuki kelasnya masing masing sesuai dengan kode
kelompok
4. Kompensasi keterlambatan untuk masuk ke kelas kelompok adalah 5 menit,
setelah melewati batas timeout, peserta akan di ban dari kelas modul
praktikum
5. Durasi Pre test disediakan asisten adalah 20 menit (termasuk timeout untuk
scan dan pengiriman menggunakan email), diluar waktu yang telah
ditentukan, asisten tidak akan menerima dengan alasan apapun
6. Dilarang mengganggu jalannya presentasi dalam bentuk apapun
7. Apabila ingin disconnect discord karena alasan tertentu (low connection
atau hal lain), harap menghubungi asistennya masing masing via Whatsapp
agar nantinya dapat ditarik kembali ke dalam kelas praktikum.
8. Untuk pertanyaan terkait hal hal tertentu, silahkan ditanyakan ke asisten
pembimbing masing - masing.
9. Asistensi sudah bisa dilaksanakan sejak praktikum dilakukan di hari
pertama
10. Peserta diharapkan menaati peraturan yang berlaku

1
PENULISAN LAPORAN

Laporan harus dibuat dengan format seperti berikut:

 Kertas A4 (8.27 x 11.69” atau 210 × 297 mm)


 Diketik rapih 1,5 spasi dengan menggunakan standar pengetikan Microsoft
Word
 Times New Roman
 Ukuran Tulisan 12
 Margins left 4 cm, right 3 cm, top 3 cm, dan bottom 3 cm

Format Pengumpulan File Asistensi

Gunakan nama file 'Asistensi (nomor asistensi) - R (bagi kelas reguler)/ K (bagi
kelas karyawan) - H <nomor modul> - Kode Kelompok - Nama Penanggung Jawab
Modul Laporan' dengan contoh sebagai berikut :
Bagi Kelas Reguler :

Untuk kelas reguler dikumpulkan lewat text channel yang tersedia, seperti 'grup-a'
sampai dengan 'grup-g' sesuai dengan kelompoknya
"Asistensi (01) - R - H04 - B - Muhammad Amrulloh Andre Irawan"

Atau Lewat Gmail Khusus Untuk Kelas Karyawan Dengan Format


"Asistensi (01) - K - H01 - 01 - Fajar Nur"
"Asistensi (02) -K - H04 - 03 - Amrulloh Andre"

2
Format Laporan Modul :

1. Tujuan Praktikum.
2. Teori dasar (diambil dari jurnal, internet, atau pun buku).
3. Alat yang digunakan
4. Cara kerja (ditulis dengan menggunakan kalimat pasif), dengan contoh :
"mencatat pembacaan pada ... "
5. Pengolahan data.
6. Analisis (analisa tahap percobaan, analisa hasil percobaan, analisa
kesalahan), masing masing dijelaskan.
7. Kesimpulan (yang menjawab tujuan praktikum).
8. Aplikasi (kegunaan praktikum ini dalam kegiatan engineering).
9. Daftar Pustaka, disesuaikan dengan kaidah ejaan yang benar.
10. Lampiran (foto cara kerja , foto alat, dll. dapat diambil dari internet)
11. Lembar Asistensi praktikum

3
H.01 - BENDUNG DASAR SEGI EMPAT
A. Tujuan
Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi empat.

B. Alat dan Bahan


1. Meja Hidrolika
2. Dinding peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau pancing
4. Bendung dasar
5. Stop Watch

C. Latar Belakang & Teori


Lubang Segi empat
𝟐
𝑸 = 𝑪𝒅 . . 𝑩. √𝟐. 𝒈. √𝑯𝟑
𝟑
Dimana : Q = Debit aliran yang melimpas di atas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
B = Lebar lubang
H = Head di atas dasar lubang
g = 9,81 m/s

Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang


dibangun untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus,
bendung merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil
dari bendungan yang menyebabkan air menggenang membentuk kolamtetapi
mampu melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap
melewati bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang
sama bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk
mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai
sehingga menjadikan sungai lebih mudah dilalui.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan
laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan
juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga

4
Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk
membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

D. Cara Kerja
1. Siapkan meja Hidrolika, siapkan alat-alat bendung dasar, gunakan
lubang segiempat.
2. Atur alat-alat peraga. Sebaiknya alat duga ditempatkan di tengah
antara bendung dasar dan dinding peredam.
3. Alirkan air ke dalam saluran hingga melimpas melalui bendung dasar.
4. Tutup katup pengatur aliran dan diamkan air air di atas lubang bukaan
tepat berhenti melimpas.
5. Buka sekrup halus A lalu set 0 jarum atau pancing pada alat duga
dengan kondisi langkah 4 di atas.
6. Buka sekrup halus C untuk menaikkan jarum atau pancing setinggi 5
mm (Head = 5mm).
7. Alirkan kembali aliran, atau besar kecilnya debit aliran untuk
mendapatkan harga Head (H) yang telah dinaikkan (langkah 6), hal
ini dapat dilakukan dengan melihat ujung jarum atau pancing pada alat
duga tetap pada permukaan air.
8. Catat pula volume yang melimpah dalam waktu tertentu untuk
mendapatkan debit alirannya.
9. Ulangi langkah (6 - 8) untuk setiap kenaikan Head kira-kira 5 mm.
Hal ini dilakukan sampai Head-nya tidak memungkinkan untuk
dinaikkan lagi.
10. Spesifikasi alat : Lebar lubang segiempat (B) = 3 cm = 0,03 m.

5
H.02 - BENDUNG DASAR SEGITIGA
A. Tujuan
Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi tiga.

B. Alat dan Bahan


1. Meja Hidrolika
2. Dinding peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau pancing
4. Bendung dasar
5. Stop Watch

C. Latar Belakang & Teori


Lubang segitiga
𝟖 𝜽
𝑸 = 𝑪𝒅 . . √𝟐. 𝒈. 𝒕𝒂𝒏 . √𝑯𝟓
𝟏𝟓 𝟐
Dimana : Q = Debit aliran yang melimpas di atas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
Ø = Sudut bukaan segitiga
H = Head di atas dasar lubang

Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang dibangun


untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus, bendung
merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan yang
menyebabkan air menggenang membentuk kolamtetapi mampu melewati
bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati bagian
atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama bahkan
sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir,
mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan
sungai lebih mudah dilalui.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju
air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.

6
Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang
air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

D. Cara Kerja
1. Siapkan meja Hidrolika, siapkan alat-alat bendung dasar, gunakan lubang
segitiga.
2. Atur alat-alat peraga. Sebaiknya alat duga ditempatkan di tengah antara
bendung dasar dan dinding peredam.
3. Alirkan air ke dalam saluran hingga melimpas melalui bendung dasar.
4. Tutup katup pengatur aliran dan diamkan air air di atas lubang bukaan tepat
berhenti melimpas.
5. Buka sekrup halus A lalu set 0 jarum atau pancing pada alat duga dengan
kondisi langkah 4 di atas.
6. Buka sekrup halus C untuk menaikkan jarum atau pancing setinggi 5 mm
(Head = 5mm).
7. Alirkan kembali aliran, atau besar kecilnya debit aliran untuk mendapatkan
harga Head (H) yang telah dinaikkan (langkah 6), hal ini dapat dilakukan
dengan melihat ujung jarum atau pancing pada alat duga tetap pada
permukaan air.
8. Catat pula volume yang melimpah dalam waktu tertentu untuk mendapatkan
debit alirannya.
9. Ulangi langkah (6 - 8) untuk setiap kenaikan Head kira-kira 5 mm. Hal ini
dilakukan sampai Head-nya tidak memungkinkan untuk dinaikkan lagi.
10. Spesifikasi alat : Sudut bukaan segitiga (B) = 90°.s

7
H.03 - PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN (V)

A. Tujuan
Tujuan dilaksanakannnya praktikum ini adalah untuk mengukur debit
aliran sungai dengan metode current meter

B. Alat dan Bahan


1. Pengukuran kecepatan aliran
a. 1 set current meter
b. Stopwatch
c. Perahu karet
Dari pengukuran dengan alat current meter didapat kecepatan (V)

2. Pengukuran Penampang Sungai (A)


a. Pengukuran lebar sungai dengan tali tambang
b. Kedalaman dengan tali yang diberi pemberat
c. Jika sungai tidak ada jembatan maka alternative dipakai perahu karet
d. Meteran

C. Latar Belakang & Teori

Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk
merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil
diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai
macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-
rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat
dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai

8
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. (Asdak, 2010)

Kecepatan aliran dapat diukur dengan beberapa metode salah satunya


adalah metode current meter. Current meter adalah alat untuk mengukur
kecepatan aliran (kecepatan arus).Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-
baling (propeler type) dan tipe canting (cup type) (Farista, 2009).

Current meter harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan
setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air. Selain itu, current meter
keakuratan harus sesuai dengan komponen kecepatan, tahan lama, mudah
dilakukan pemeliharaan, dan mudah digunakan dengan kondisi lingkungan
yang berbeda-beda. (Farista, 2009).

Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar dikarenakan
partikel air yang melewatinya.Jumlah putaran propeler per waktu pengukuran
dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur apabila dikalikan
dengan rumus kalibrasi propeler tersebut. Jenis alat ini yang menggunakan
sumbu propeler sejajar dengan arah arus disebut ottpropeler curent meter dan
yang sumbunya tegak lurus terhadap arah arus disebut pricecup current meter.
Peralatan sumbu vertikal ini tidak peka terhadap arah aliran (Farista, 2009).

9
Gambar 1. Bagian Current Meter.
(Sumber: Farista, 2009)

Hubungan antara kecepatan dan debit aliran dinyatakan dalam rumus

Q=VxA

Dimana : Q = debit (m3/detik)

V = kecepatan aliran (m/detik)

A = luas penampang sungai (m2)

10
D. Cara Kerja
1. Penampang sungai dapat dibagi menjadi 3 jarak, ditepi, ditengah, ditepi.
Pembagian aliran menjadi tampang vertical, tergantung dari lebar sungai
2. Pengukuran kedalaman dengan current meter yaitu 0,2 H , 0,6 H dan 0,8
H
3. Prinsip yang digunakan adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan
kecepatan putaran baling-baling current meter. Hubungan tersebut terlihat
dalam persamaan berikut
V = a + bn
Dengan : V = kecepatan aliran (m/s)
n = jumlah putaran dalam waktu tertentu
a,b = ketetapan (ditetapkan dari dalam kalibrasi dilaboraturium
secara periodic)
4. Dalam pemakaian terdapat 2 jenis current meter, yaitu
a) Dengan sumbu mendatar, berarti putaran baling – baling secara
vertical
b) Dengan menggunakan sumbu tegak yang berarti dengan putaran
baling- baling dengan arah mendatar.
5. Pengukuran hendaknya dilakukan dengan urutan sbb
a) Sensor dikeluarkan dari kotak pembawa dan batang pengikat
dipasang.
b) Kabel penggantungnya dipasang pada kaitnya.
c) Sekrup pada ujung sensor dilepas dan propeller dipasang serta
sekrup tersebut dipasang kembali (harus kuat)
d) Kabel pada ujung kabel sensor dihubungkan dengan petunjuk
kecepatan
e) Untuk menguji, current meter digantungkan mendatar, dan
propelernya diputar perlahan-lahan serta diperhatikan jarum pada
petunjuk kecepatan.
f) Sensor dimasukkan kedalam air dan perhatikan agar tidak ada bagian
bakel yang terpuntir, perlu ditunggu sampai sensor menempatkan
dair menghadap arah arus aliran yang diukur.

11
g) Apabila propeller telah berputar, kecepatan aliran dibaca dari
petunjuk kecepatan. Kecepatan yang ditunjukan adalah kecepatan
yang sebenarnya sehingga tidak memerlukan konversi. Pada jenis
current meter yang lain yang terbaca adalah jumlah putaran dalam
waktu tertentu, yang umumnya dianjurkan untuk tidak kurang dari
30 kali putaran dalam waktu 50 detik. Dengan menggunakan alat
stopwatch
h) Pemberat dapat digantungkan pada kait dibagian bawah sensor,
apabila arus aliran cukup besar sehingga kemungkinan sensor dapat
terbawa arus.
i) Pengukuran dapat dilakukan dengan kabel, sesua dengan keadaan
sungai/ aliran yang diukur

Pengukuran kecepatan pada umumnya dilakukan tidak hanya untuk


memperoleh kecepatan titik dalam satu penampang, kan tetapi umumnya
dilakukan untuk memperoleh kecepatan rata-rata dalam satu vertical dalam
satu penampang aliran tertentu.

a. Pengukuran pada satu titik dilakukan apabila kedalaman air kurang


dari satu meter. Pengukuran ini dilakukan dengan menempatkan
current meter pada kedalaman 0,6 H diukur dari muka air.
b. Untuk kedalaman lebih dari 1 meter, umumnya dilakukan dengan
pengukuran lebih dari 1 titik, misalnya dengan dua atau tiga titik.
Pengukuran dengan dua titik dilakukan dengan merata- ratakan
kecepatan yang diperoleh pada pengulangan pada kedalaman 0,3 H
dan 0,8 H di ukur dari muka air, Kecepatan rata-ratanya hitung dengan
persamaan
V= 0,5 (V0,2 + V0,8)
Untuk pengukuran dengan tiga titik, dilakukan berturut-turut pada
kedalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 H dan hasilnya dirata-ratakan dengan
persamaan
V= 1/3 (V0,2 + V0,6 + V0,8)

12
PENGUKURAN KECEPATAN AIR

Form no :……………… Sungai : ………………..


No alat type : ……………… Tempat : ………………
Nomor baling2 : ……………… Tanggal : ………………...
Nomor kertas : ……………… jam pengamatan : ………………
Pengukur no : ……………… Nama Pengamat : ………………

BACAAN
JUMLAH
TITIK LEBAR JARAK DALAM DALAM WAKTU
JARAK JUMLAH
TINJAU SUNGAI (M) (M) ALAT (det)
(M) PUTARAN

1 2 3 4 5 6 7 8
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H
0.2 H
0.6 H
0.8 H

13
H. 04 – Batimetri

A. Tujuan
1. Mengetahui pengertian konsep pengukuran kedalaman perairan
2. Memahami metode pelaksanaan pengukuran kedalaman perairan
3. Memahami proses pengumpulan pengolahan data pengukuran kedalaman
perairan serta dapat mengaplikasikannya.

B. Teori Dasar

Istilah batimetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bathy- yang berarti
kedalaman dan -metry yang berarti ilmu ukur, sehingga batimetri didefinisikan
sebagai pengukuran dan pemetaan dari topografi dasar laut (Pipkin et.al.,
1977). Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta
batimetri memberikan infomasi mengenai dasar laut (Nurjaya, 1991).
Pemanfaatan peta batimetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan
alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa
bawah laut dsb (Fauzi,2009).
Batimetri merupakan unsur serapan yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai kedalaman laut. Dari Kamus Hidrografi yang dikeluarkan oleh
Organisasi Hidrografi Internasional (International Hydrographic Organization,
IHO) tahun 1994, Batimetri adalah penentuan kedalaman laut dan hasil yang
diperoleh dari analisis data kedalaman merupakan konfigurasi dasar laut
(Anonim, 2013).
Alat yang biasa digunakan adalah Echosounder dimana alat ini merekam
waktu bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan hingga dasar
perairan. Dengan mengetahui cepat rambat gelombang bunyi di dalam air (V)
dan waktu tempuh untuk menangkap kembali gelombang bunyi yang
dilepaskan (t), maka diperoleh kedalaman perairan (s) (Hutabarat, 1986).
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.
Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang

14
diturunkan dari sisi kapal. Pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap
tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal
dan arus.Survey batimetri dmaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman
dan konfigurasi/topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek
yang mungkin membahayakan (Fauzi,2009).
Adapun bentuk-bentuk dasar laut menurut Ross (1970) adalah :
 Ridge dan Rise merupakan suatu proses peningggian yang terdapat di atas
lautan (sea floor), hampir serupa dengan gunung-gunung di daratan. Ridge
lerengnya lebih terjal daripada rise.
 Trench adalah bagian laut yang terdalam. Disebut juga palung yang sempit
dengan sisi yang curam.
 Basin yaitu depresi atau cekungan yang berbentuk bulat dan lonjong.
 Island Arc merupakan kumpulan pulau-pulau seperti Kepulauan Indonesia
yang mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi memiliki asal yang
berbeda.
 Mid Oceanic Vulcanic Island merupakan pulau-pulau vulkanik yang
terdapat ditengah-tengah lautan.
 Atol merupakan pulau-pulau yang sebagian atau keseluruhannya
tenggelam di bawah permukaan air. Batuan yang terdapat di daerah ini
umunya didominasi oleh terumbu karang mati maupun hidup yang
berbentuk seperti cincin mengelilingi dan sebuah lagoon.
 Seamount dan Guyot merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari
dasar lautan, tetapi tidak mencapai ke permukaan.

a) Echosounder
Echosounder adalah alat yang berfungsi sebagai pengukur
kedalaman perairan. dengan system Single Beam Echosounder yang
menghasilkan sinar tunggal yang dikirim secara vertikal ke dalam air.
Alat ini seringkali digunakan dibawah kapal untuk mengukur kedalaman
secara langsung dari bawah kapal.
Alat ini dapat digunakan untuk navigasi, keselamatan, termasuk
pemetaan dibawah perairan.

15
Gambar alat Echosounder dan Tampilan peta laut dengan kontur kedalaman

b) Komponen dan Fungsi Echosounder


Echosounder bekerja berdasarkan prinsip perambatan dan
pemantulan bumi dalam medium air. Echosounder dilengkapi dengan
proyektor untuk menghasilkan gelombang akustik yang akan
dimasukkan ke dalam air laut.
Sonar batimetri menggunakan proyektor yang dapat menghasilkan
gelombang akustik secara berulang ulang yang datanya dikontrol

c) Cara kerja Echosounder


Cara kerja Echosounder ini mirip dengan kelelawar, dimana
echosounder memancarkan gelombang suara dengan frekuensi tertentu
(50 kHz untuk perairan dangkal, dan 200 kHz untuk perairan dalam) dan
menangkap gelombang pantulan dari benda atau medium
- Transmitter
Transmitter berfungsi menghasilkan gelombang yang akan
dipancarkan. Transmitter menghasilkan listrik dengan frekuensi
tertentu, kemudian disalurkan suatu perintah dari kotak pemicu
gelombang pada recorder akan memberi tahukan kapan
pembentukan gelombang terjadi. Gelombang diperkuat oleh
amplifier atau Receiver dan kemudian akan disalurkan ke
Transduser.
- Transduser
Transduser adalah bagian dari pemerum gemma yang mengubah
energy listrik menjadi energy mekanik dan sebaliknya. Gelombang
akustik merambat melalui medium air dengan cepat rambat yang

16
relaif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar
perairan dan dipantulkan kembali ke transduser.
Dengan kata lain, transduser berperan sebagai penghasil
gelombang sekaligus sebagai penangkap gelombang akustik dalam
perairan.
- Receiver
Receiver adalah alat yang berfungsi sebagai penguat sinyal listrik
yang lemah dari transduser saat gemma terjadi sebelum dialirkan
ke Recorder.
Penguatan ini dilakukan oleh Receiver dan jumlah penguatan pun
dapat dibedakan oleh sensivitas dan volume control.
Receiver digunakan untuk menangkap sinyal atau gelombang yang
telah dipantulkan oleh objek
- Recorder
Recorder berfungsi sebagai alat pencatat yang dituliskan kedalam
kertas, serta menampilkan pada layar display CRT (chatoda ray
tube) berupa sinar osilasi ataupun berupa tampilan sorotan lampu
neon. Selain itu dapat juga berfungsi sebagai pemberi sinyal untuk
menguatkan gelombang transmisi dan penahan awal penerimaan
echo pada saat yang sama.

C. Alat yang digunakan


- Laptop
- Software Surfer dan/atau Global Mapper
- Data yang telah disediakan
D. Cara Kerja
- Menentukan jalur atau titik yang akan diukur kedalamannya.
- Menginstall Echosounder ke fasilitas kapal, setelah itu memasang GPS
pada kapal, dan menyambungkan antara Echosounder dan GPS
- Mendirikan alat ETS di sisi perairan sehingga dapat membidik kapal
- Mendirikan prisma box sebagai back set untuk menentukan posisi X, Y,
dan Z, serta jaraknya

17
- Melaju ke titik yang ditentukan, kemudian membidik kapal dengan ETS
dan menuliskan jarak X, dan Y pada tiap titik
- Memeriksa transduser apakah berada pada jalur yang ditentukan.

18
E. Pengolahan Data
Dari hasil yang didapat dari praktikum berupa data yang berasal dari
transduser di plot ke Map source dan di plot dalam tabel hingga berupa data
sebagai berikut (contoh) :

19
20
Hingga tercapai seluruh daerah yang ditentukan. Dari data tersebut, diolah
menggunakan software hingga terbentuklah kontur seperti dibawah ini

21
H. 05 - TEKANAN HIDROSTATIS

A. TUJUAN
1. Mencari besarnya gaya hidrostatis pada bidang vertikal.
2. Mencari hubungan antara tinggi muka air dan massa beban pada alat
peraga.
3. Untuk menentukan gaya dorong statis yang diberikan oleh fluida pada
permukaan yang terendam dan memungkinkan perbandingan besarnya
yang diukur dan posisi gaya ini dengan teori sederhana.

B. TEORI

Setiap benda yang berada di dalam air akan mendapat tekanan tegak
lurus permukaannya sebesar .g.h ( adalah massa jenis air). Tekanan
hidrostatik adalah tekanan yang diberikan oleh fluida pada kesetimbangan
pada titik tertentu dalam fluida, karena gaya gravitasi. Tekanan hidrostatik
meningkat secara proporsional dengan kedalaman yang diukur dari
permukaan karena meningkatnya berat fluida yang mendorong gaya ke
bawah dari atas.

Jika suatu fluida berada dalam suatu wadah maka kedalaman suatu
benda yang ditempatkan pada fluida tersebut dapat diukur. Semakin dalam
objek ditempatkan dalam cairan, semakin banyak tekanan yang
dialaminya. Ini karena berat cairan di atasnya. Semakin padat cairan di
atasnya, semakin banyak tekanan yang diberikan pada objek yang
terendam, karena berat fluida.

Tekanan hidrostatik mengacu pada ukuran energi potensial yang


diberikan oleh fluida relatif terhadap gaya gravitasi yang bekerja pada
fluida. Tekanan hidrostatik memiliki pengaruh langsung pada tingkat
korosi yang dialami oleh permukaan logam, terutama di sekitar
peningkatan sifat mekanik dari setiap lapisan pelapis film pasif pada logam
yang dilindungi.

22
Tekanan hidrostatik mempengaruhi respons korosi baja. Adanya
korosi bebas menyebabkan ion seperti Cl pada tekanan hidrostatik tinggi
meningkatkan laju korosi yang dialami oleh benda logam yang terpapar
pada lingkungan seperti itu, seperti air garam.

Dalam praktikum ini, Kuadran buatan dipasang di lengan


keseimbangan, yang berputar di tepi pisau. Tepi pisau bertepatan dengan
pusat busur kuadran. Ini berarti bahwa ketika kuadran terbenam, satu-
satunya kekuatan yang menimbulkan momen tentang ujung pisau adalah
gaya hidrostatik yang bekerja pada permukaan ujung kuadran.

Lengan keseimbangan dilengkapi gantungan untuk beban yang


disediakan dan penyeimbang yang dapat disesuaikan.

Rakitan ini dipasang di atas tangki akrilik, yang dapat diratakan


dengan menyesuaikan kaki yang kacau. Penjajaran yang benar ditunjukkan
pada tingkat roh melingkar yang dipasang di dasar tangki.

Indikator yang melekat pada sisi tangki menunjukkan kapan lengan


keseimbangan horisontal. Air ditambahkan ke tangki melalui tabung
fleksibel dan dapat dikeringkan melalui katup di sisi tangki. Tingkat air
ditunjukkan pada skala di sisi kuadran.

Aksesori Tekanan Hidrostatik telah dirancang untuk menentukan gaya


dorong statis yang diberikan oleh fluida pada permukaan yang terendam
dan memungkinkan perbandingan besarnya yang diukur dan posisi gaya
ini dengan teori sederhana.

Besarnya gaya tekan pada bidang rata adalah :

F = .g.A.ycg .... (1)

23
dan titik kerjanya dari muka air adalah :

𝐼𝑐𝑔
𝑍𝑐𝑓 =(𝑦𝑐𝑔 + 𝐴.𝑦 ) sinθ .... (2)
𝑐𝑔

Dimana :

 = Massa jenis air


g = Percepatan gravitasi
ycg = Jarak titik berat bidang dari muka air
A = Luas permukaan bidang rata
𝐼𝑐𝑔 = Momen inersia bidang rata terhadap sumbu horizontal yang
memotong titik berat bidang
θ = Sudut kemiringan bidang terhadap permukaan air
Zcf = Jarak titik kerja gaya dari muka air

Untuk keadaan “tenggelam sebagian” berlaku persamaan :

Untuk keadaan “tenggelam seluruhnya” berlaku persamaan :

24
C. ALAT – ALAT
1. Meja hidrolika
2. Alat peraga tekanan hidrostatis
3. Beban
4. Mistar
5. Jangka sorong

D. CARA KERJA
1. Mengukur panjang a, L, d dan b pada alat peraga
2. Mengatur kaki penyangga agar bejana benar-benar datar
3. Meletakkan piringan beban pada ujung lengan timbangan
4. Mengatur beban pengatur keseimbangan sampai lengan timbangan
kembali datar (seimbang)
5. Meletakkan beban pada piringan beban
6. Menutup katup penguras dan isi bejana dengan air sedikit demi sedikit
sampai lengan timbangan kembali mendatar
7. Mencatat ketinggian muka air (y) pada kolom data yang sesuai
8. Melakukan langkah 5 s/d 7 sampai ketinggian muka air maksimum
9. Mengurangi beban, sesuai dengan penambahannya
10. Menurunkan muka air dengan membuka katup penguras sampai lengan
timbangan kembali mendatar
11. Mencatat ketinggian muka air (y) pada kolom data yang sesuai
12. Melakukan langkah 9 s/d 11 sampai ketinggian minimum.

25
H.06 - PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

A. TUJUAN PERCOBAAN
 Memperagakan prinsip kerja dari berbagai tipe dasar pengukuran aliran
yang berbeda dan dirakit dalam satu seri konfigurasi dengan cara
membandingkannya.
 Mengetahui karakteristik-karakteristiknya

B. ALAT DAN BAHAN


1. Meja Hidrolika
2. Seperangkat alat pengukur aliran

1 2
0

8 7

5 4
Keterangan Gambar :

1. Venturi Meter 6. Pompa Tangan


2. Orifice 7. Katup Pengatur Aliran
3. Pipa Pitot 8. Lubang Untuk Suplai MejaHidrolika
4. Manometer Set 9. Katup Udara Manometer
5. Variabel Area Flow Meter 10. Lubang Untuk Pompa Tangan

26
C. TEORI
Sebagai akibat dari berbagai keperluan yang berbeda, banyak variasi
metoda yang telah banyak dikembangkan untuk mengukur aliran fluida.

Venturi meter, lempengan lubang aliran (orifice) dan pipa pitot adalah alat
yang sesuai untuk mengukur debit dalam pipa. Dengan menggunakan
persamaan energi (Bernoully) dapat diturunkan debit :

A2 2
Q = Cd A2 [2g (h1 − h2 )]1/2 [1 − ( ) ]−1/2
A1
Dimana :
Q = Debit yang mengalir melalui pipa
Cd = Koefisien debit empiris yang didapat dari hasil percobaan
A1= Luas penampang pipa bagian hulu
A2= Luas penampang leher pipa venturimeter atau luas penampang lubang

(Orifice) untuk lempeng lubang aliran


h1 = Tinggi tekanan pada lubang masuk (hulu)
h2 = Tinggi tekanan pada lubang keluar (hilir)

Untuk Pipa Pitot :


1
Q = Cd A2 [2g(h1 − h2 )]2

Dimana :
Q = Debit yang mengalir melalui pipa
Cd = Koefisien debit empiris yang didapat dari hasil percobaan
h1 = Total head
h2 = Tinggi tekanan

27
Catatan : Data-Data Teknis
 Pada Venturimeter
 Diameter Pipa Bagian Hulu : 2,9 Cm
 Diameter Leher Pipa : 1,7 Cm
 Pada Pipa Orifice
 Diameter Pipa Bagian Hulu : 2,9 Cm
 Diameter Lubang : 2,0 Cm
 Pada Pipa Pitot
 Diameter Pipa : 1,9 Cm

D. CARA KERJA
1. Letakkan alat percobaan pada saluran tepi meja Hidrolika.
2. Hubungkan pipa aliran masuk ke suplai dari meja hidrolika dan
masukkan pipa aliran keluar kedalam tangki pengukur volume.
3. Buka katup pengatur aliran suplai sepenuhnya, demikian juga katup
pengatur aliran pada alat percobaan.
4. Buka udara pada manometer, biarkan manometer terisi penuh, dan
tunggu hingga gelembung udara tidak terlihat lagi pada manometer.
5. Atur katup suplai aliran dan pengatur aliran pada alat percobaan,
sehingga mendapatkan pembacaan manometer yang jelas. Jika
diperlukan, tambahkan tekanan pada manometer dengan menggunakan
pompa tangan.
6. Catat pembacaan pada manometer, pembacaan debit pada data ukur
penampang berubah kemudian hitung debit aliran dengan menghitung
jumlah volume yang keluar dari alat percobaan dalam waktu tertentu,
menggunakan gelas ukur dan stopwatch.
7. Ulangi langkah 1-6 untuk berbagai variasi debit.

28
H.07 - KEHILANGAN TEKANAN ( ENERGI ) PADA ALIRAN DALAM PIPA
MELALUI LENGKUNGAN, PERUBAHAN PENAMPANG DAN KATUP

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan koefisien kehilangan
energi dari lengkungan, perubahan penampang dan katup pada pipa.Serta
mengetahui perbedaan ukuran h disetiap pipa manometer.

B. Alat dan bahan

Gambar 7.1. Perangkat Peraga Kehilangan Energi Pada Aliran Pipa


(sumber: laporan praktikum mekanika fluida dan hidrolika, 2014)

Keterangan Gambar :

1. Lengkung berjenjang (mitre)


2. Pembesaran Penampang (enlargement)
3. Pengecilan Penampang (contraction)
4. Lengkung Panjang ( large bend)
5. Lengkung Pendek (small bend)
6. Lengkung 45o
7. Lengkung siku (elbow)

29
a) Alat
1. Meja hidrolika
2. Perangkat peraga kehilangan energi pada aliran melalui pipa yang
dilengkapi pipa
b) Bahan
1. Pipa aliran masuk
2. Delapan manometer
3. Pompa tangan
4. Lengkung berjenjang ( mitre )
5. Pembesaran penampang ( expansion )
6. Lubang keluar / masuk udara
7. Pengecilan penampang ( contraction )
8. Lengkung panjang ( large bend )
9. Dial reading
10. Lengkung pendek ( small bend )
11. Lengkung 45⁰
12. Katup pengatur aliran
13. Lengkung siku ( elbow )

C. Teori
Kehilangan energi akibat gesekan
dengan dinding pipasebelah dalam. B.
MinorLosses/Kehilangan
EnergiSekunder : yi : Kehilangan
energi setempat akibat dari pembesaran
penampang, pengecilan penampang,
diafragma, dan belokan pipa.
Untuk menyatakan kehilangan
Gambar 7.2 Kehilangan energi
tekanan ( Energi )∆ℎ , sehubungan (Sumber:sanggapramana.wordpress.com)
dengan head kecepatan yang hilang
pada bentuk lengkungan, perubahan penampang dan katup dalam jaringan pipa
pada percobaan ini, dinyatakan :
𝑘 2
∆ℎ = 𝑣
2. 𝑔

30
Dimana :
k = Koefisien kehilangan energi

v = Kecepatan aliran yang tinggi

g = percepatan gravitasi

D. Cara kerja
1. Meletakkan alat percobaan di atas meja hidrolika

2. Menghubungkan pipa aliran masuk dengan suplai dari meja hidrolika dan
masukkan pipa aliran keluar kedalam tangki pengukur volume

3. Membuka katup pengukur aliran suplai sepenuhnya, semikian juga katup


pengatur aliran pada alat percobaan

4. Membuka katup udara pada manometer, biarkan manometer terisi penuh, dan
tunggu hingga gelembung udara sudah tidak terlihat lagi pada manometer

5. Mengatur katup suplai aliran dan pengatur aliran pada alat percobaan, hingga
didapatkan pembacaan manometer yang jelas. Jika diperlukan, tambahkan
tekanan pada manometer dengan menggunakan pompa tangan

6. Mencatat pembacaan pada manometer, pembacaan debit pada alat ukur


penampang berubah kemudian hitung debit aliran dengan menghitung jumlah
volume yang keluar dari alat percobaan dalam waktu tertentu, menggunakan
gelas ukur dan stopwatch

7. Sekarang penuhkan lagi hingga tumpah air tabung manometer, untuk


mengatur debit aliran pakailah katup penghubung, sementara katup pengatur
aliran dibuka penuh

8. Mengatur katup penyambung, sehingga pembacaan pada dial pengukur debit


menunjukkan pada angka – angka yang jelas ( mintalah petunjuk asisten ),
untuk kemudian catatlah pembacaan tersebut
9. Mengulangi langkah 1 – 8 untuk setiap variasi debit

31
H.08 - PRAKTIKUM GESEKAN DALAM PIPA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa
bundar dengan kecepatan aliran rata-rata.
2. Menyelidiki perubahan akibat gesekan pada aliran dalam pipa bundar
dengan kecepatan aliran rata-rata dalam pipa
3. Memperlajari karakteristik aliran laminer dan turbulen yang melalui
pipa kapiler
4. Agar dapatmenambah dan memperluaspengetahuan mahasiswa/i
dalam hal perpipaan

B. TEORI DASAR
Pada Percobaan Modul H.08 Kehilangan tinggi tekan pada aliran melalui
pipa ini, akan mengamati dan menghitung kehilangan tinggi tekan aliran fluida
yang melalui suatu jaringan pipa dan kehilangan tekanan aliran di dalam pipa
timbul akibat adanya gesekan didalam pipa. Makin tinggi kecepatan aliran,
kehilangan tekanan makin besar.
Beberapa kehilangan tinggi tekan (head losses) dalam system pipa antara
lain:
1. Kehilangan Tinggi Tekan Utama (Major Loss)
Disebut pula sebagai kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (fiksi)
2. Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Loss) Yang disebabkan oleh:
a. Pelebaran tiba-tiba (Sudden Expansion)
b. Penyempitan tiba-tiba (Sudden Contraction)
c. Tikungan atau belokan pada pipa
d. Faktor gesekan pipa lurus
Kehilangan tekanan aliran didalam pipa timbul akibat adanya gesekan
didalam pipa. Makin tinggi kecepatan aliran, kehilangan tekanan semakin
besar.
v2 h1
2g v2
P1 2g
= h1
γ P2
= h2
γ
32
Pada gambar H. 08.1 tampak kehlangan energi (hf) sama dengan kehilangan
tekanan (h2-h1), karena kecepatan sepanjang pipa konstan.
Menurut Poiseuille untuk aliran laminar :
32.v.v.L
hf = 𝑔.𝐷 2

dimana : hf = h1-h2 v = kecepatan aliran rata-rata


k = dynamic viscosity L = panjang pipa
p = massa jenis cairan D = diameter pipa
v = kinematic viscosity g = percepatan gravitasi bumi

Darcy dan Weisback memberikan hubungan antara kehilangan tekanan dan


kecepatan aliran turbulen sebagai berikut :
f .L.v 2
hf =
2 . g .D 2
f = faktor gesekan

Bila persamaan Poiseuille dan Darcy-Weisback disatukan maka :


32.v.v.L 4. f .L.v 2
=
g.D 2 2.g.D

 D.v 
f =
16.v
= 16 =  Re  
D.v Re  v 
Re = Bilangan Reynold

C. Landasan Teori
 Persamaan Bernoulli
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis lurus
didasarkan pada hukum Newton II tentang gerak (F = M a), (Bambang
Triatmodjo, 1996, Hidraulika II). Persamaan ini diturunkan
berdasarkan anggapan sebagai berikut ini:
1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan
(kehilangan energi akibat gesekan adalah nol).
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat zat
cair adalah konstan).

33
3. Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
5. Gaya gaya bekerja hanya berat dan tekanan.
Persamaan Bernoulli untuk aliran mantap satu dimensi, zat cair
ideal dan tak kompresibel. Persamaan tersebut merupakan bentuk
matematis dari kekentalan energi di dalam aliran zat cair.
𝑃 𝑉2
𝑍+ + =𝐶
𝛾 2𝑔
Dimana : Z : elevasi (tinggi tempat)

D. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM GESEKAN DALAM PIPA


a) Bahan Pada Praktikum Gesekan Dalam Pipa
1. Meja Hidrolika
2. Stop Watch
3. Gelas Ukur
4. Alat Peraga Gesekan Dalam Pipa
5. Pompa

b) Alat Pada Praktikum Gesekan Dalam Pipa

Gambar 2. Alat Uji Gesekan Pipa

34
Keterangan Gambar :
1. Pipa Aliran Masuk 8. Pengatur Tekanan
2. Pipa Masuk Tangki 9. Katup Pengatur Aliran
3. Pipa Mengalir Keluar Tangki 10. Kaki Penyangga
4. Pengatur Tekanan 11. Tangki
5. Pipa Uji (Ø 2 Mm) 12. Katup Keluar/Masuk Udara
6. Manometer Air Raksa 13. Pompa Tangan
7. Manometer Air 14. Pipa Pelimpas

E. CARA KERJA
a) Pembacaan Manometer Raksa :
1. Mengukur panjang pipa uji, dan temperatur air.
2. Menghubungkan alat percobaan dengan meja Hidrolika.
3. Menyambungkan diujung pipa dengan suplai dari meja Hidrolika.
4. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa dan pada meja Hidrolika,
membiarkan air mengalir sampai seluruh udara terdesak keluar.
5. Mentutup kembali kedua katup, manometer air raksa pada saat in harus dalam
keadaan seimbang.
6. Membuka katup pengatur aliran pada meja Hidrolika.
7. Kemudian membuka katup pada ujung pipa sedikit demi sedikit.
8. Mencatat beda tinggi manometer air raksa.
9. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stop watch
10. Melakukan langkah 7 s/d 10 untuk berbagai beda tekanan.

b) Pembacaan manometer air :


1. Kedua katup kembali, pipa masuk dari meja Hidrolika dilepaskan kemudian
disambungkan dengan aliran masuk dari tangkai.
2. Menghubungkan suplai dari meja Hidrolika ke tangkai.
3. Membuka katup pengatur aliran pada meja Hidrolika sehingga air melimpas
melalui pipa pelimpas.
4. Mengatur tinggi manometer air sehingga berada di tengah-tengah skala dengan
menggunakan pompa.
5. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa sedikit.
6. Mencatat beda tinggi manometer air.
35
7. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stop watch.
8. Melakukan langkah 5 s/d 8 untuk berbagai beda tekanan.

36

Anda mungkin juga menyukai