Anda di halaman 1dari 67

Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

1
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

MODUL PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA DAN
HIDRAULIKA
2021/2022

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022

2
LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA dan HIDRAULIKA
2021/2022

Nama NIP Tanda tangan

Teuku Mahlil, Ph.D 116137

Teuku Muhammad Rasyif, Ph.D 121001

Shella Elsiana Santoso, S.T 219061

Diperiksa Oleh,

Kepala Laboratorium Mekanika Ketua Program Studi


Fluida Teknik Sipil

Fatimah Dinan Qonitan, S.T., M.T. Dr. Arianta, S.T., M.T.


NIP. 119016 NIP. 116038

i
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

TIM ASISTEN PRAKTIKUM HIDRAULIKA


2021/2022

Kordinator Asisten : Shella Elsiana Santoso, S.T. NIP : 219061

Asisten : Pandu Mulya Muhammad NIM : 104118003


Syah
Yasmin Bismi Alifa NIM : 104118027

Rizki Saad NIM : 104118045

Alifvia Miftahul Jana NIM : 104118068

Muhammad Raihan NIM : 104118076


Prawiranegara
Nurminda Safa Aufasani NIM : 104118112

Rizky Hamidah NIM: 104118114

Revirna Artamevia Sudirman NIM : 104118127


DAFTAR ISI

MODUL 1 PENGUKURAN DENSITAS MENGGUNAKAN HIDROMETER...........................7


MODUL 2 PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFER MENGGUNAKAN BAROMETER.....10
MODUL 3 PENGUKURAN TEKANAN MENGGUNAKAN MANOMETER..........................12
MODUL 4 TEKANAN HIDROSTATIS.......................................................................................16
MODUL 5 PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA...........................................................23
MODUL 6 PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA.........................................26
MODUL 7 PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER......................32
MODUL 8 PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA..........37
MODUL 9 ENERGI SPESIFIK PADA OPEN CHANNEL FLOW.............................................40
MODUL 10 LONCATAN HIDROLIS..........................................................................................44
MODUL 11 ALIRAN DI ATAS AMBANG LEBAR, AMBANG TAJAM DAN AMBANG
OGEE............................................................................................................................................47
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

DAFTAR SIMBOL

NO. SIMBOL KETERANGAN


1. v Kecepatan Aliran (m/s)
2. C Koefisien kekasaran Chezy
3. R Jari-jari hidrolis (m)
4. S Kemiringan dasar saluran
5. n Koefisien kekasaran Manning
6. Q Debit (m3/s)
7. y Kedalaman Aliran (m)
8. yc Kedalam Aliran Kritik (m)
9. E Energi Spesifik (m)
10. Ec Energi Minimum atau Energi kritis (m)
11. g Konstanta Gravitasi (m/s2)
12. Yg Ketinggian pintu air (m)
13. V Volume (m3/s)

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1 Praktikan harus hadir tepat pada waktunya.


2 Praktikan harus bersikap sopan kepada sesama praktikan, asisten, dan petugas
laboratorium.
3 Praktikan harus selalu berpakaian rapi, mengenakan jas lab, dan sepatu tertutup, di
dalam area laboratorium
4 Kerusakan peralatan menjadi tanggung jawab praktikan dan berkewajiban mengganti
peralatan yang rusak tersebut.
5 Keterlambatan maksimal 10 menit dari jadwal praktikum, jika lebih dari 10 menit maka
tidak diperkenankan mengikuti praktikum yang sedang berlangsung dan diharuskan
mengikuti praktikum susulan dengan konfirmasi terlebih dahulu kepada coordinator
asisten
6 Setiap kegiatan praktikum, praktikan wajib membuat laporan akhir untuk tiap modul
praktikum, apabila pengumpulan laporan terlambat akan mendapatkan pengurangan
nilai.
7 Praktikan diperkenankan tidak mengikuti kegiatan praktikum jika:
- Sakit dengan keterangan dokter
- Force Majeure
- Kegiatan resmi diluar kampus dengan membawa nama Universitas Pertamina
(dilengkapi Surat Keterangan dari Dosen Program Studi).
8 Hal-hal yang tidak dibahas pada tata tertib ini akan dibahas, diatur, dan ditinjau akan
dijelaskan pada sebelum atau saat praktikum berlangsung

Koordinator Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika


KETENTUAN PENULISAN LAPORAN

1. Laporan dicetak pada kertas HVS berukuran A4 (210 mm x 297 mm) serta dicetak
dengan batas 4 cm dari tepi kiri kertas, dan 3 cm dari tepi kanan, tepi atas dan tepi
bawah kertas.
2. Laporan dicetak bolak-balik.
3. Laporan diketik dan dengan huruf Times New Roman, dengan ukuran font 12. Baris-
baris kalimat laporan berjarak satu setengah spasi (line spacing 1,5). Judul bab, sub
bab, dan cover disesuaikan agar proposional.
4. Penulisan daftar referensi mengikuti APA Styles (American Psychological
Association).
5. Susunan laporan praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika:
a. Sampul Depan (cover)
Berisi judul praktikum, judul modul praktikum, kelompok dan nama beserta
NIM, logo Universitas Pertamina, program studi, fakultas, universitas dan tahun.
b. Laporan Praktikum, untuk tiap bab terdiri dari:
• Abtrak: Terdiri dari pendahuluan yang menerangkan penelitian, tujuan
penelitian dan pemaparan singkat hasil yang didapatkan.
• Abtract: Ditulis dalam Bahasa Inggris terdiri dari pendahuluan yang
menerangkan penelitian, tujuan penelitian dan pemaparan singkat hasil yang
didapatkan.
• Pendahuluan: Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan teori dasar yang mendukung dan relevan dengan penelitian.
• Metode Penelitian:
a) Alat dan Bahan
b) Cara kerja
• Hasil dan Pembahasan:
a) Hasil: berupa data yang didapatkan pada saat praktikum, foto, tabel dan
grafik hasil perhitungan.
b) Pembahasan: data hasil penelitian dibahas berdasarkan referensi buku,
jurnal ilmiah, modul praktikum, materi kuliah dan website resmi. Hasil
yang dibahas berupa pertanyaan penelitian, memaparkan logika yang
diperoleh, mengintrepretasikan temuan dan mengaitkan dengan teori
yang relevan.
• Simpulan
Berisi kesimpulan dari hasil percobaan yang anda lakukan pada bab
tersebut atau berisi jawaban dari tujuan praktikum.
• Referensi
Berisi rujukan buku-buku yang anda gunakan untuk membuat laporan.
Minimal harus terdiri dari 3 buah referensi selain modul praktikum.
• Lampiran
Berisi lembar asistensi dan data-data/ tabel-tabel dari hasil perhitungan.
6. Laporan akhir akan diterima hanya apabila sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas.

Catatan Tambahan:
1. Laporan akhir praktikum dikerjakan oleh setiap individu.
2. Laporan akhir praktikum dukumpulkan di Google class dalam format pdf dengan nama file:
Nama_KelX_Prodi dan Kelas_ShiftA/B_ModulX
Contoh: (Shellaelsiana_Kel2_EV_ShiftB_Modul2)

Jakarta, September 2021


Koordinator Praktikum Mekanika
Fluida dan Hidraulika
Contoh halaman depan (cover)

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA

MODUL I

SEMESTER GENAP 2021/2022

Kelompok I

Nama Mahasiswa : Ari Rahman

NIM 104215001

Kelas : CV-1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAANINFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2021
Contoh format penulisan laporan akhir

PENGUKURAN DENSITAS MENGGUNAKAN HIDROMETER

Ari Rahman1*, Betanti Ridhosari1, Mega


Mutiara Sari1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas
Pertamina

*Corresponding author: rahmanari22@gmail.com

Catatan: untuk penulisan email


yang dicantumkan adalah email yang
mengerjakan laporan (individu)

Abstrak : Terdiri dari pendahuluan yang menerangkan penelitian, tujuan penelitian


dan pemaparan singkat hasil yang didapat. Penulisan paragraf menggunakan font Times
New Roman, ukuran 10, line spacing 1 dengan before dan after point 0, alignment paragraf
menggunakan justify. Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.
Kata kunci : ditulis miring, berjumlah 5 buah, yang relevan dengan penelitian.
Abstract : Ditulis dalam Bahasa Inggris, terdiri dari pendahuluan yang menerangkan
penelitian, tujuan penelitian dan pemaparan singkat hasil yang didapat. Penulisan paragraf
menggunakan font Times New Roman, ukuran 12, line spacing 1 dengan before dan after
point 0, alignment paragraf menggunakan justify. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
inggris.
Keywords : ditulis miring, berjumlah 5 buah, yang relevan dengan penelitian.
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan teori dasar yang
mendukung dan relevan dengan penelitian. Penulisan paragraf menggunakan font Times New
Roman, ukuran 12, line spacing 1 dengan before dan after point 0.
METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum ditulis dalam bentuk paragraf, allignment
paragraf menggunakan justify, contohnya: hidrometer universal, gelas ukur hidrometer,
termometer.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum ditulis dalam bentuk paragraf,
contohnya: fluida berupa air, gliserol, minyak nabati (minyak zaitun).
2. Cara Kerja
Langkah langkah yang dikerjakan pada setiap percobaan dalam bentuk paragraf dan
kalimat pasif. Penulisan paragraf menggunakan font Times New Roman, ukuran 12,
line spacing1 dengan before dan after point 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Berupa data-data pengamatan, foto, tabel, dan grafik hasil pengamatan.

Tabel 1.1 Kondisi pada saat Praktikum


Tekanan Barometrik ……m
. mHg
Suhu Cairan ……..◦
. C

Table 1.2 Hasil Pembacaan Skala


Jenis Cairan Pembacaan skala
(g/cm3)
Air
Minyak Goreng
Oli 1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
12

Gambar 1.1 Grafik Hubungan Q dan Hf


2. Pembahasan
Berisi pembahasan mengenai data yang didapatkan dan perhitungan pada saat
praktikum. Menjawab pertanyaan diskusi yang diberikan dan menganalisa grafik jika
terdapat grafik.

KESIMPULAN
Kesimpulan menjawab tujuan penelitian. Simpulan dibuat dengan bentuk paragraf.
Pada simpulan dapat juga dituliskan saran yang ditujukan kepada objek
penelitian, pelaksanaan penelelitian atau penelitian selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Contoh penulisan daftar pustaka:
a. Rahman, Ari dan Ridhosari, Betanti. (2016). Menggapai Matahari. Jakarta : PT Super
Kritis.
b. Rahman, Ari., dkk. (2016). Menggapai Matahari. Jakarta : PT Super Kritis.
c. Ridhosari, Betanti. (2015). Lingkungan Semesta Alam. New York : PT Hydraulic Jump.
d. Zahra, Nurulbaiti Listyendah. “Sampah di Kota Bandung”. Jurnal
Sosioteknologi Volume 12 No. 3 Edisi 2013.
e. Nama belakang, nama depan. (tanggal bulan tahun diterbitkannya artikel). Judul artikel.
Diakses dari http://contoh.go.id pada tanggal xxx

Contoh penulisan kutipan:


• Tim Humas Kemenag RI. (2016). ….
• Rahman (2016) mengatakan……..
• (Rahman, 2016).
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

PENGENALAN ALAT

1. Hydraulic Bench
Hydraulic bench adalah alat
yang digunakan sebagai suplai air dan
untuk menghitung debit air dalam suatu
percobaan Mekanika Fluida.

2. Hydraulic flow demonstrator


Mahasiswa/ wi dapat memahami
konsep energi spesifik untuk aliran pada
saluran terbuka dan mengetahui bahwa
kedalaman kritis

1
3. Fluid Properties Apparatus
Fluid Properties berfungsi untuk
mengetahui sifat fisik cairan secara statis
atau aplikasi dinamis.
Keterangan gambar:
1. Termometer
2. Tabung Hidrometer (dua unit)
3. Barometer Aneroid
4. Tabung Kapiler
5. Hidrometer Universal
6. Pelat Kapiler
7. Gelas Kimia/ Beaker Glass
8. Gelas Perpindahan untuk Latihan
Archimedes
9. Gelas Ukur/ Graduated Cylinder
10. Tabung reaksi viskositas
11. Circular Spirit Level
12. Tabung silinder Archimedes

4. Fluid Static and Manometric Apparatus


Fluid static and manometric apparatus berfungsi
untuk mengamati perilaku cairan dibawah kondisi
hidrostatik (cairan saat istirahat) dan untuk mengukur
tekanan dengan menggunakan manometer.
5. Hydrostatic Pressure Apparatus
Hydrostatic Pressure Apparatus
berfungsi untuk mengetahui tekanan air
yang bekerja pada dinding tegak secara
visual.

6. Osborne Reynold Apparatus


Osborne Reynolds Apparatus berfungsi untuk
melihat kondisi aliran fluida (laminar, transisi atau
turbulen) dan profil kecepatan dari suatu fluida.
7. Energy Losses in Pipes Apparatus
Peralatan ini berfungsi untuk mengetahui variasi
gesekan sepanjang pipa dan mengetahui dampak dari
aliran laminar atau turbulen.

8. Bernoullis’s Theorem Demonstration


Bernoulli’s theorem apparatus
berfungsi untuk menentukan koefisien aliran
pada berbagai laju air dan untuk mengukur
aliran statis secara langsung di sepanjang
tabung venturi.
9. Pipe Network Apparatus
Pipe network apparatus berfungsi untuk mengukur
headloss pada ukuran pipa yang berbeda serta untuk
mengidentifikasi karakteristik aliran melalui pipa yang
saling berhubungan.

10. Air Flow Rig


Air Flow Studies merupakan alat yang berfungsi
untuk memfasilitasi observasi berbagai fenomena
aliran pada pipa dengan fluida udara. Alat ini juga
menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip dasar
mekanika fluida diterapkan untuk menganalisis aliran
di saluran dan jet.
11. Barometer
Barometer merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan udara di tempat uji. Dibuat
berdasarkan asas udara dalam kotak logam dalam
barometer yang tertutup rapat akan menekan dinding
kotak ke luar apabila tekanan udara di luar kotak lebih
kecil daripada tekanan udara di dalam kotak.
MODUL 1
PENGUKURAN DENSITAS MENGGUNAKAN HIDROMETER

1.1 Tujuan Pratikum


Mahasiswa mengetahui densitas dari beberapa macam cairan dengan mengukur
kerapatan relatif dengan menggunakan alat hidrometer universal

1.2 Dasar Teori


Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan bentuk
wadahnya. Bila berada dalam keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial
atau gaya geser. Semua fluida memiliki derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan
kecil terhadap perubahan bentuk. Sifat-sifat fluida yang paling sering dijadikan
pertimbangan dalam simulasi pengaliran air adalah densitas dan kerapatan relatif (specific
weight).
Densitas (ρ)
Densitas atau rapat massa (𝜌) didefiniskan sebagai massa untuk setiap satuan
volume, dan dihitung berdasarkan persamaan (1.1):
𝑚 (𝑘𝑔) (1.1)
𝜌= 𝑉 (𝑚3)
Densitas air pada tekanan standar 1 atm (1,013 bar) dan temperatur standar 4°C
adalah 1,94 slugs/ ft3 (1000 kg/m3). Perubahan pada temperatur dan tekanan akan
mempengaruhi densitas, walaupun dalam hal pemodelan sistem distribusi hal itu dapat
diabaikan karena perubahannya sangat kecil, terutama untuk daerah yang memiliki iklim
tropis.
Kerapatan Relatif
Keraatan relatif merupakan bilangan murni yang menunjukkan perbandingan antara
massa suatu benda dengan massa suatu zat yang bervolume sama yang ditentukan sebagai
standar. Padatan dan cairan menggunakan air pada 4°C sebagai standar, sedangkan untuk
gas menggunakan udara bebas yang mengandung karbondioksida dan hidrogen pada 0°C
dan tekanan 1 atm (1 bar) = 1,013x105 Pascal.
Secara umum, rapat massa (densitas) bergantung pada suhu dan tekanan. Rapat
massa dari kebanyakan gas adalah sebanding dengan tekanan dan berbanding terbalik
dengan suhu. Kerpatan relatif dihitung berdasarkan persamaan (1.2):

𝜌 γ
SG = (1.2)
ρH2O =
γH2O
Hidrometer
Hidrometer berfungsi untuk mengukur kerapatan relatif atau berat jenis suatu cairan.
Cairan yang diukur berat jenisnya dengan menggunakan alat hidrometer nantinya akan
diketahui rasio kerapatan dengan densitas airnya. Biasanya terbuat dari kaca dan terdiri
dari batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri atau tembakan timah untuk
membuatnya mengapung tegak. Secara umum prinsip kerja hidrometer menggunakan
hukum Archimedes yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida (cair
atau gas) akan mengalami gaya dorong ke atas sama dengan berat fluida yang dipindahkan.

Gambar 1.1 Hidrometer

1.3 Alat dan Bahan


1. Hidrometer Universal
*Catatan: cairan yang digunakan
2. Gelas ukur Hidrometer (dua unit)
harus aman, misal: gliserol dan berbagai
3. Termometer minyak nabati seperti minyak zaitun.
4. Cairan yang sesuai dengan pengujian*

1.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Letakkan hidrometer universal pada permukaan yang tegak lurus dengan tabung
hidrometer.
2. Isi tabung hidrometer dengan air bersih dan isi tabung lainnya dengan cairan yang
berbeda seperti minyak goreng dan oli. Kedalaman dari cairan harus cukup untuk
memungkinkan hidrometer mengapung. Hidrometer akan mengapung dengan hati-hati
di dalam air, pastikan dindingnya bersih. Ketika telah stabil, pastikan bahwa permukaan
air sesuai dengan pembacaan 1.00 pada skala hidrometer. Hal ini menunjukkan bahwa
alat hidrometer beroperasi dengan benar. Ukur dan catat suhu air dengan menggunakan
hidrometer.
3. Ganti air dengan cairan yang akan diujikan dan isi tabung dengan cairan lainnya untuk
diuji.
4. Hidrometer akan mengapung di setiap cairan yang diuji. Ukur dan catat pembacaan nilai
yang ditunjukkan skala.
5. Ukur suhu pada masing-masing cairan
6. Setelah selesai digunakan,bersihkan hidrometer dengan hati-hati. Hal ini dilakukan
untuk menghindari adanya kontaminasi dari berbagai cairan.

1.5 Pengambilan Data


Tabel 1.1 Hasil Pembacaan Skala
Jenis Cairan Pembacaan skala (g/cm3)
Air
Minyak Goreng
Oli

1.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 1.2 Langkah-langkah Pengolahan Data
No. Langkah Data yang Dibutuhkan Keterangan
Data pembacaan skala masing-
Menghitung densitas (gr/mL) masing ciran pada hidrometer Gunakan rumus 1.1
dan volume yang digunakan
Konversi nilai densitas
Konversi nilai densitas
dari gr/mL ke kg/m3
Menghitung kerapatan relative Data densitas air dan densitas
Gunakan rumus 1.2
(SG) cairan

1.7 Diskusi
1. Bagaimana prinsip kerja dari hidrometer.
2. Mengapa merkuri atau tembakan timah yang digunakan pada perangkat hydrometer.
3. Faktor yang mempengaruhi densitas.
MODUL 2
PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFER MENGGUNAKAN BAROMETER

2.1 Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat mengukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer
aneroid.

2.2 Dasar Teori


Tekanan udara adalah suatu tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara
dalam satuan wilayah tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Tekanan udara
dipengaruhi oleh tingkat kepadatan atau kerapatan (densitas) massa udara. Besarnya
tekanan udara di suatu tempat bergantung pada jumlah udara di atasnya. Hal ini
menyebabkan tekanan udara semakin sedikit karena berat udara yang ditahan di wilayah
tersebut juga sedikit. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin sedikit jumlah udara
diatasnya, semakin sedikit berat udara yang ditahan wilayah tersebut sehingga tekanannya
semakin sedikit. Berbanding terbalik dengan daerah atau dataran rendah, wilayah tersebut
mempunyai tekanan udara yang lebih besar. Jadi tekanan udara di suatu wilayah sangat
ditentukan oleh ketinggian tempat atau wilayah dari permukaan air laut.
Barometer
Satuan tekanan diantaranya: bar, Pascal (Pa), Atmosfer (atm) dan mmHg. Sementara
alat untuk mengukur tekanan adalah barometer. Barometer terdapat dua jenis yaitu
barometer raksa dan barometer aneroid. Keduanya memiliki kegunaan yang sama yaitu
mengukur tekanan udara. Barometer termasuk peralatan meteorologi non recording yang
pada waktu tertentu harus segera dibaca agar mendapat data yang diinginkan. Barometer
raksa maupun barometer aneroid dipengaruhi oleh ketinggian, mengingat tekanan udara
akan berkurang seiring bertambahnya ketinggian. Sebelum menggunakan barometer alat
harus dikalibrasi untuk memperbaiki perubahan ketinggian.

2.3 Alat dan Bahan


1. Barometer Aneroid

2.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Kalibrasi terlebih dahulu barometer aneroid di tempat yang akan digunakan untuk
pengambilan data.
2. Lakukan pengambilan data dan baca tekanan atmosfer yang ditunjukkan pada
Barometer Aneroid serta catat nilai yang diperoleh.
3. Dapatkan nilai arus untuk tekanan atmosfer dan referensi nilai Barometer dilokasi yang
sama jika tersedia. Sebagai alternatif, tekanan dapat diperoleh dari pusat meteorologi
lokal melalui internet.
4. Pastikan bahwa nilai yang diperoleh adalah nilai saat ini (aktual), bukan data
sebelumnya. Hal ini dikarenakan tekanan atmosfer terus berubah.

2.5 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Hasil Pembacaan pada Barometer
Barometer Aneroid
Pembacaan Skala di Lab. Keairan Pembacaan Skala di Lantai 9 GL

2.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pengolahan Data
No. Langkah Data yang Dibutuhkan Keterangan
1. Tekanan atmosfer suatu ruangan Data tekanan atmosfer yang -
(secara teoritis) didapatkan dari hasil referensi

2.7 Diskusi
1. Bandingkan nilai atmosfer dengan suhu ruangan secara teoritis dan eksperimental.
2. Bandingkan nilai tekanan di Lab dengan nilai tekanan lantai 9 GL, jelaskan apakah nilai
yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada.
MODUL 3
PENGUKURAN TEKANAN MENGGUNAKAN MANOMETER

3.1 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum dari materi ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan statika fluida pada manometri (mengukur
tekanan dan tekanan diferensial menggunakan manometer).
2. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan dari berbagai jenis manometer:
a. Manometer tabung tunggal (tabung piezometer)
b. Manometer tabung ganda
c. Manometer tabung U

3.2 Dasar Teori


Manometer adalah alat ukur tekanan. Manometer digunakan secara harfiah untuk
mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berbeda atau berlawanan. Terdapat berbagai
macam jenis manometer dengan fungsinya masing-masing, antara lain:
a. Manometer tabung tunggal (tabung piezometer)
Tipe yang paling sederhana dari manometer ini terdiri dari sebuah tabung tegak
yang terbuka dibagian atasnya dan dihubungkan dengan bejana yang akan diukur
tekanan udara di dalamnya, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.1. Manometer
melibatkan kolom-kolom fluida dalam keadaan diam sehingga dapat ditulis dengan
persamaan dasar:
𝑃 = 𝜌 ×𝑔 ×ℎ (3.1)
dimana:
P = Tekanan (N/m2)
ρ = Massa jenis zat cair (kg/m3)
g = Gravitasi (m/s2)
h = Jarak ke permukaan air (m)
Gambar 3.1 Manometer Tabung Tunggal

b. Manometer diferensial tabung ganda


Prinsip kerja manometer ini hampir sama dengan dengan manometer tabung
tunggal dengan adanya sebuah tabung tegak namun dengan jumlah lebih dari satu yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2. Dua tabung manometer dihubungkan ke titik Y dan Z
dalam saluran pipa. Bila katup keluaran tertutup dan tidak ada aliran yang melalui pipa,
kedua manometer akan menunjukkan pembacaan yang sama sesuai dengan puncak
tabung di reservoir. Bila ketinggian fluida terjadi perbedaan pada pembacaan, hal ini
menunjukkan adanya head loss antara titik X dan Y akibat gesekan pada dinding pipa.

Gambar 3.2 Manometer Tabung Ganda


c. Manometer Tabung U
Dua tabung yang saling terhubung di dasarnya disebut manometer tabung U.
Manometer ini tidak banyak perbedaan dengan manometer tabung piezometer, hanya
saja manometer ini berbentuk pipa U. Biasanya pada manometer tabung U, ujung yang
satu melekat pada titik yang diukur tekanannya dan ujung lainnya berhubungan
langsung dengan udara luar (atmosfer). Namun kadangkala manometer tabung U juga
digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan pada dua titik pengamatan dalam sistem
perpipaan.

Gambar 3.3 Manometer Tabung U

3.3 Alat dan Bahan


1. Manometri Apparatus
2. Hydraulic Bench
3. Suntikan
4. Pewarna
5. Fluida

3.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Manometer tabung tunggal (tabung piezometer)
a. Alirkan fluida secara perlahan melalui sistem ke saluran tabung piezometer.
b. Fluida akan naik di dalam tabung sampai tercapainya keseimbangan
c. Ketika sudah seimbang, baca dan catat skala yang ditunjukkan.
2. Manometer tabung ganda
a. Lakukan prosedur yang sama seperti manometer tunggal (a-b).
b. Ketika sudah seimbang, baca dan catat perbedaan skala yang ditunjukkan oleh
tabung ganda.
3. Manometer tabung U
a. Alirkan fluida secara perlahan melalui sistem ke saluran tabung U
b. Pasang jarum suntik pada salah satu ujung tabung U, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan atau mengurangi tekanan udara pada satu ujung tabung U
c. Amati perubahan level pada kedua tabung
d. Catat hasil pengamatan

3.5 Hasil Pengamatan


Catat hasil pembacaan skala pada masing- masing manometer
Tabel 3.1 Pembacaan Skala
Pembacaan skala Manometer
Manometer Ganda Manometer Tabung U
Perlakuan Tunggal
Reservoir
Manometer Tunggal Δh
Manometer Ganda Δh
Manometer Tabung U Δh

3.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 3.2 Langkah-langkah Pengolahan Data
No. Langkah Data yang dibutuhkan Keterangan

1. Menghitung Δh masing-masing Data pembacaan skala pada masing- -


manometer masing manometer (yang terdapat
perbedaan ketinggian)

2. Menghitung tekanan hidrostatik Data Δh, ρ dan g Gunakam rumus 3.1

3. Plot grafik hubungan Δh dengan Data Δh, masing-masing manometer Menggunakan fungsi chart
tekanan hidrostatik satu shift dengan tekanan hidrostatik tipe scatter pada program
yang telah dihitung Microsoft Excel atau sejenis
dengan intercept = 0

3.7 Diskusi
Analisis grafik yang dihasilkan, bagaimana hubungan antara perbedaan ketinggian
dengan tekanan hirostatik.
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

MODUL 4
TEKANAN HIDROSTATIS

4.1 Tujuan Praktikum


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas tekanan air yang bekerja pada
dinding tegak secara visual sebagai pembuktian dari reaksi yang diperoleh baik tekanan air
yang terjadi pada saat benda tenggelam sebagian maupun ketika benda teggelam penuh.

4.2 Dasar Teori


Hydrostatic pressure adalah percobaan menggunakan sebuah alat yang terdiri dari
kuadran yang dirangkai dengan pusat yang telah ditentukan. Prinsip kerja alat ini adalah
tekanan air pada dinding tegak yang divisualisasikan dengan menggunakan bandul beban
sebagai beban yang ditahan oleh gaya tekan air pada dinding tegak kuadran.
Gaya resultan, F pada permukaan sebagian terendam adalah sebagai berikut:
F=ρxgxhxA (4.1)
Dimana:
ρ = massa jenis (kg/m³)
g = gravitasi (m/s²)
h = jarak vertikal dari titik tengah (CG) ke permukaan air
A = luas permukaan terendam (m²)
Gaya F bergerak melalui pusat tekanan, CP dan berada pada jarak yp dari O
(Gambar 9.1). O adalah titik keseimbangan dari permukaan air dan permukaan bidang.
Jarak yp diukur kearah permukaan bidang

Gambar 4.1 Sistematik Diagram Pusat Tekanan Hidrostatik


Berdasarkan teori yp adalah

𝑦𝑝 = 𝑦 + 𝐼𝑝𝑔 𝐴𝑦

16
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

(4 .2)
Dimana:
Ipg = saat kedua area dengan permukaan terendam. Untuk bentuk persegi panjang
Ipg = 𝑏𝑑
3 (𝑚4)
12
A = luas permukaan bidang = b x d
y = jarak dari pusat gravitasi (CG) ke O

𝑦= cos (4.3)
𝜃

Dimana h adalah jarak vertikal dari pusat gravitasi permukaan terendam (CG) ke
permukaan air. Dengan besar h adalah sebagai berikut
ℎ1−ℎ2
ℎ= ( ) (4.4)
2

Gambar 4.2 Potongan Melintang A-A


Untuk momen di P dihitung sebagai berikut:

F. y = mgs (4.5)
Dimana m adalah beban, maka:
mXgx
sy = (4.6)
F
dengan:

y = yp + R h1 (4.7)
1 − cos θ

17
Dimana R1, adalah jarak dari permukaan air. Dengan demikian persamaan
eksperimen yp adalah

yp = y. R1
h1
+ cos θ (4.8)

4.3 Alat dan bahan


1. Satu set alat hydrostatic pressure
2. Kaliper
3. Tabung ukur

4.4 Metode dan langkah kerja


1. Mengukur panjang

Panjang Penyeimbang L Jarak dari penggantung berat ke tumpuan


Jarak Kuadran Ketumpuan H Dasar permukaan kuadran ke tinggi tumpuan
Tinggi Kuadran D Tinggi permukaan kuadran vertikal
Lebar Kuadran B Lebar permukaan kuadran vertikal

2. Tempatkan peralatan hydrostatic pressure diatas hydraulics bench dan sesuaikan


kakinya sehingga nivo menunjukkan kondisi datar.
3. Tempatkan lengan penyeimbang pada knife edges.
4. Tempatkan penggantung berat pada celah di akhir bagian lengan penyeimbang.
5. Pastikan katup drain tertutup.
6. Pindahkan alat pengukur keseimbangan berat sampai lengan horizontal dengan cara
memutar sesuai ulirnya.
7. Tambahkan massa kecil (50g) pada setiap penggantung berat dan mengisi bak
hydrostatic pressure dengan air hingga posisi lengan keseimbangan kembali seimbang
kemudian catat ketinggian air.
8. Ulangi prosedur diatas untuk setiap penambahan beban.

4.5 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Pengambilan Data
No. Beban yang Diberikan Pembacaan Skala
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

4.6 Pengolahan Data


Tabel 4.2 Langkah-langkah Pengolahan Data
No
Langkah Data yang Dibutuhkan Keterangan
.
CASE 1 Benda Tenggelam Sebagian
1. Mencari Tekanan (P) - Densitas air (ρ) 1
P = ρ. g. y
- Ketinggian Air (y) 2
2. Mencari Gaya Hidrostatis - Tekanan (P) 1. A=B×y
(F) - Luas Penampang (A) 2. F = P. A
3. Mencari Yp Teori - Tinggi Keseluruhan Yp Teori
(Pusat Tekanan Teoritis) - Titik berat gaya = (Tinggi Keseluruhan
1
− y)
3
4. Mencari Pusat Tekanan - Massa Beban (m) ∑ MA = 0
Eksperimen - Panjang Lengan (L)
- Gaya Hidrostatik (F) F (Yexp) = W. L
m. g. L
Yexp =
F
5. Mencari Error - Yp Teori Yp Teori
=1
- Yp Eksperimen Yp Eksperimen

CASE 1 Benda Tenggelam Seluruhnya


1. Mencari Tekanan (P) - Densitas air (ρ) P = ρ. g. hc
- Ketinggian Air (y)
2. Mencari Gaya Hidrostatis - Tekanan (P) F = ρ. g. hc. A
(F) - Luas Penampang (A)
3. Mencari Yp Teori - Hc Yp teori: Yp teori + (0,1 −
- Inersia (I) t. air diatas benda)
(Pusat Tekanan Teoritis)
- Luas Penampang (A)
- Tinggi Keseluruhan
4. Mencari Pusat Tekanan - Massa Beban (m) ∑ MA = 0
Eksperimen - Panjang Lengan (L)
- Gaya Hidrostatik (F) F (Yexp) = W. L
m. g. L
Yexp =
F

19
5. Mencari Error - Yp Teori Yp Teori
=1
- Yp Eksperimen Yp Eksperimen

Gambar 4.3 Benda Tenggelam Sebagian

Gambar 4.4 Benda Tenggelam Seluruhnya


Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

4.7 Hasil Pengamatan


a. Lebar permukaan bidang, b = m
b. Radius dalam, R1 = mm
c. Radius luar, R2 = mm
d. Panjang lengan tuas, R3 =s= mm
e. Tinggi permukaan bidang, d = R2 - R1 = mm
f. Luas permukaan bidang, A (Persamaan 4) = mm
g. Area momen kedua, IPG (Persamaan 3) = mm

Angle, h1 h2 h, (mm) F, (N) y, (mm) 𝑰𝑷𝑮 𝒚𝒑 (𝒕)(mm) Mass, 𝒎 𝒉𝟏 𝒚𝒑 (𝒆)(mm) %


No. Error
ᶿ (mm) (mm) [𝑬𝒒𝒏. 𝟔] [𝑬𝒒𝒏. 𝟏] [𝑬𝒒𝒏. 𝟓] 𝑨𝒚 [𝑬𝒒𝒏. 𝟐] (g) 𝐜𝐨𝐬 𝜽 [𝑬𝒒𝒏. 𝟏𝟎]

21
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

4.8 Diskusi
1. Bagaimana pengaruh kedalaman benda terhadap tekanan hidrostatik?
2. Bagaimana hasil Yp teori dengan Yp eksperimen dari hasil perhitungan? (Analisis
Galat)
MODUL 5
PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA

5.1 Tujuan Pratikum


Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dari aliran laminar, transisi, dan turbulen
dalam pipa.

5.2 Dasar Teori


Fluida didefiniskan sebagai zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba untuk mengubah bentuk massa fluida, maka
di dalam fluida akan terbentuk suatu lapisan yang berada di atas lapisan yang lain.
Sedangkan tekanan terdapat pada suatu titik di dalam volume fluida.
Aliran fluida dapat memiliki kecepatan yang berbeda, tergantung dari kekuatan aliran
yang mendominasi di dalamnya. Selain itu aliran fluida juga dipengaruhi oleh viskositas
(kekentalan) dari fluida itu sendiri. Dari perbedaan kecepatan tersebut, aliran dapat di
klasifikasikan menjadi tiga tipe aliran yaitu aliran laminar, transisi dan turbulen. Di dalam
modul 5 ini, penentuan tipe aliran dapat dilakukan dengan cara memasukkan pewarna ke
dalam aliran pipa. Pewarna di dalam aliran pipa tersebut akan membentuk suatu garis yang
jelas mengikuti karakteristik dari aliran tersebut. Pada aliran laminar, pewarna dimasukkan
ke dalam aliran pipa pada satu titik, maka cairan pewarna tersebut akan membentuk suatu
garis yang jelas dan pasti. Berbanding terbalik dengan aliran turbulen, jika pewarna
dimasukkan ke dalam aliran pipa pada satu titik maka cairan pewarna tersebut akan
tersebar dan terlihat tidak teratur. Sebagai acuan untuk membedakan suatu aliran itu
laminar, transisi atau turbulen, digunakan bilangan yang tidak berdimensi yang dinamakan
Bilangan Reynolds sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5.1.
Bilangan Reynolds merupakan fungsi dari variabel kecepatan, viskositas dan massa
jenis fluida serta diameter dalam pipa. Bilangan Reynolds dapat di hitung melalui
persamaan sebagai berikut:

vD ρ
Re = (5.1)
μ

Dimana:
v = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir
(m/s) D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
µ = Viskositas dinamik fluida (kg/ m.s)
Re = Bilangan Reynold

23
Tabel 5.1 Nilai Bilangan Reynolds
Jenis Aliran Nilai
Laminer Re < 2.000
Transisi 2000 < Re < 4.000
Turbulen Re > 4.000

5.3 Alat dan Bahan


1. Osborne Reynold Apparatus
2. Hydraulic Bench
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Gelas Ukur 1.000 mL
6. Fluida

5.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Pancing pompa pada hydraulic bench hingga aliran konstan,
3. Setelah aliran konstan matikan hydraulic bench dan ganti selang pancing dengan
selang apparatus,
4. Nyalakan hydraulic bench dan sesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan aliran
lambat melalui pipa,
5. Alirkan air hingga memenuhi wadah apparatus lalu matikan hydraulic bench,
6. Buka kran pewarna hingga pewarna keluar,
7. Amati profil kesepatan dengan membuka kran output sesuai perlakuan,
8. Ukur laju air volume, waktu dan suhu aliran keluaran,
9. Tutup kran output,
10. Ulangi prosedur 3-8 untuk perlakuan selanjutnya, dan
11. Catat hasil pengamatan pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
5.5 Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Data Pengamatan
Volume Waktu Suhu
Perlakuan
(m3) (s) (◦C)

5.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 5.3Langkah-langkah Pengolahan Data
No. Langkah Data yang Dibutuhkan Keterangan
1. Mencari nilai viskositas Data suhu yang diketahui Lihat tabel
kinematic pada praktikum viskositas kinematik
2. Menghitung debit aliran Data volume dan waktu -

3. Menghitung bilangan Data viskositas kinematik, 𝑢D


Re =
Reynolds diameter, kecepatan v

5.7 Diskusi
1. Berdasarkan data yang didapatkan kelompok, analisis aliran apakah yang kalian
dapatkan.
2. Klasifikasikan jenis aliran dari keseluruhan perlakuan (tukar data dengan kelompok lain).
3. Bagaimana hubungan dari debit aliran (Q) dengan nilai bilangan Reynolds (Re). Jelaskan
mengapa hal itu bisa terjadi.
4. Bandingkan hasil pengamatan secara visual dengan nilai bilangan Re yang dihasilkan
dari perhitungan. Apakah sesuai?
MODUL 6
PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA

6.1 Tujuan Pratikum


Praktikum ini bertujuan agar:
1. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara kehilangan tenaga dan aliran pada sistem
perpipaan.
2. Mahasiswa dapat melakukan verifikasi mengenai hukum energi dalam sistem perpipaan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan perhitungan kehilangan tenaga secara eksperimental
dan secara teoritis.

6.2 Dasar Teori


Suatu zat dengan kekentalan tertentu akan mengalami kehilangan tenaga pada saat
zat cair tersebut mengalir di dalam pipa. Kehilangan tenaga tersebut disebabkan oleh
gesekan antara zat cair dengan dinding pipa serta gesekan antar partikel-partikel fluida itu
sendiri. Kehilangan tenaga tersebut merupakan fungsi dari tinggi kecepatan yang dapat
ditulis dengan persamaan (6.1):

v2
HL = KL.
2g (6.1)

Dimana:
HL = tinggi tenaga yang hilang (m)
KL = koefisien kecepatan
2
v /2g = tinggi kecepatan (m)

Beberapa penyebab kehilangan tenaga, antara lain:


1. Kehilangan tenaga pada pipa lurus dengan diameter konstan.

Besarnya kehilangan tenaga yang terjadi akibat gesekan antara zat cair dengan
dinding pipa berbanding lurus dengan faktor gesekan f dan panjang pipa L, serta
berbanding terbalik dengan diameter pipa D, sehingga dapat dituliskan :

L v2
HL = f. . (6.2)
D 2g

Faktor gesekan tersebut tergantung pada besarnya bilangan Reynold dan


kekasaran relatif pada permukaan pipa, seperti persamaan berikut:
f = fungsi (Re, ε/D) (6.3)
Hubungan antara Re dan ε/D dengan f dapat dilihat pada diagram Moody, seperti
pada Gambar 6.1.

2. Kehilangan tenaga pada pipa yang mengalami perubahan penampang.

Beberapa perubahan penampang pipa dapat terjadi pada sambungan pipa dengan
variasi:
a. Sambungan membesar siku-siku (menyudut dan tanpa menyudut).
b. Sambungan mengecil siku-siku (menyudut dan tanpa menyudut).

Sambungan membesar mengecil siku-siku jika dirumuskan pada komponen


sistem perpipaan adalah sebagai berikut :

𝐻𝐿 1−2
(𝑣1− 𝑣2)2 (6.4)
= 2𝑔

Sedangkan kehilangan tenaga yang terjadi pada perubahan penampang pipa yang
berdiameter besar (D1) ke pipa yang berdiameter kecil (D2) pada sambungan siku-siku
(tanpa menyudut) akan terjadi kontraksi, dengan koefisien konstraksi Cc tergantung
pada luas penampang pipa kedua (A2) dibagi dengan luas penampang pertama (A1) yang
disimbolkan dengan: A2/A1. Nilai A2/A1 dan koefisien kehilangan KL dapat dilihat pada
Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Besarnya Cc dan KL pada Berbagai Hasil Pembagian A2/A1


A2/A1 Cc KL
0,0 0,671 0,50
0,1 0,624 0,46
0,2 0.632 0,41
0,3 0.643 0,36
0,4 0.659 0,30
0,5 0.681 0,24
0,6 0,712 0,18
0,7 0,755 0,12
0,8 0,813 0,06
0,9 0,892 0,02
1,0 1,000 0,00
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

6.3 Alat dan Bahan


1. Pipe Friction Apparatus
2. Hydraulic Bench
3. Stopwatch
4. Bak penampung
5. Termometer

6.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Pancing pompa pada hydraulic bench hingga aliran konstan,
2. Setelah aliran konstan matikan hydraulic bench dan ganti selang pancing dengan selang
apparatus,
3. Pastikan kran output sesuai dengan perlakuan,
4. Nyalakan hydraulic bench dan sesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan aliran
lambat melalui pipa,
5. Buka kran output sesuai dengan perlakuan,
6. Catat nilai skala pada piezometer dan ukur volume, waktu dan suhu aliran keluar, dan
7. Ulangi prosedur 3-6 untuk perlakuan selanjutnya.

6.5 Hasil Pengamatan


Tabel 6.2 Data Pengamatan
Pembacaan Piezometer
Perlakuan Volume Waktu Suhu
H1 H2 Δh

Keterangan:
L = 0,5 m
D = 0,003 m
ρair = 1.000 Kg/m3
g = 9,81 m/s2

29
6.6 Pengolahan Data
Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 6.3 Langkah-langkah Perhitungan
No. Langkah Data yang dibutuhkan Keterangan
1. Mencari viskositas Data suhu yang diketahui Lihat tabel viskositas
kinematik pada praktikum kinematik
V
2. Menghitung debit Data volume dan waktu Q = (V= volume, t=
t
waktu)
Q
3. Menghitung Data debit dan luas v= (Q= debit, A= luas
A
kecepatan penampang
penampang)
𝑢D
4. Menghitung bilangan Data viskositas kinematik, Re = (𝑢= viskositas
v
Reynold diameter, kecepatan
kinematic, D= diameter, v=
kecepatan)
64
5. Menghitung faktor Data bilangan Reynolds f= (aliran laminar)
Re
friksi
1 k 2,51
= −2 log [ + ]
√𝑓 3,7 D Re √𝑓
(aliran turbulen)

6. Menghitung Hf Data faktor friksi, Panjang f. L. v2


HL =
pipa, kecepatan, diameter 2gD
dan nilai gravitasi
7. Menghitung Ln f, Ln -
Re, Ln h, Ln v, Ln Hf
dan Ln Q
8. Plot grafik Gambar grafik ini menjadi
Grafik 6.1 Ln f vs Ln Re
Ln f dengan Ln Re
Masing-masing data f, Re,
h, v, Hf dan Q
9. Plot grafik Gambar grafik ini menjadi
Ln h dengan Ln v Grafik 6.2 Ln h vs Ln v

10. Plot grafik Ln Hf Gambar grafik ini menjadi


dengan Ln Q Grafik 6.3 Ln Hf vs Ln Q
6.7 Diskusi
1. Bandingkan nilai faktor friksi berdasarkan teori dan eksperimental. Jika diketahui
material yang digunakan untuk pipa friksi adalah Stainless steel.
Analisis pembahasan pada plot grafik yang dibuat dan jelaskan fenomena yang terjadi
pada grafik.
MODUL 7
PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER

7.1 Tujuan Pratikum


Tujuan dari pratikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui variasi koefisien aliran (Cd) berdasarkan perhitungan
debit aliran (Q) menggunakan Venturimeter
2. Mahasiswa dapat membuat perbandingan antara tekanan terukur dan ideal sepanjang
Venturimeter.

7.2 Dasar Teori


Debit dan kecepatan aliran penting untuk diketahui besarnya dalam pelaksanaan
eksperimen mekanika fluida. Debit diukur dengan menggunakan prinsip–prinsip Bernoulli
dan kontinuitas pada pipa tertutup yang diaplikasikan melalui alat bernama venturimeter.
Venturimeter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran fluida
dalam pipa tertutup.
Venturimeter
Cara kerja venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli dan kontinuitas dengan
mengandalkan perbedaan luas penampang yang dapat mengakibatkan perbedaan
kecepatan. Adanya perbedaan luas penampang dari diameter yang lebih besar menjadi
lebih kecil kemudian membesar lagi, mengakibatkan terjadinya kehilangan tinggi tekan
akibat adanya ekspansi ataupun kontraksi secara tiba-tiba. Pada eksperimen, pemasangan
piezometer pada setiap ujung venturimeter dapat membantu pengamatan perbedaan
ketinggian aliran yang mempresentasikan perbedaan tinggi tekanan pada aliran fluida.
Penerapan dari teori ini sebagai berikut:

Gambar 7.1 Kondisi Ideal Venturimeter. Sumber: Panduan Pratikum ITB, 2016
Penampang pada bagian upstream akan dinamakan a1, pada leher disebut a2, dan
pada bagian selanjutnya (bagian ke-n) disebut an. Ketinggian atau head pada aliran pipa
piezometer akan disebut h1, h2, hn. Dalam kasus ini diasumsikan tidak terjadi kehilangan
energi sepanjang pipa, dan kecepatan serta head piezometrik (h) konstan sepanjang bidang
tertentu.
Berdasarkan Hukum Bernoulli (persamaan 7.1) dan hukum kontinuitas (persamaan
7.2), akan didapat persamaan untuk menghitung debit Q (persamaan 7.3). Koefisien
pengaliran pada alat venturimeter adalah c. Nilai c berbeda-beda pada setiap alat
venturimeter.
Persamaan Bernoulli:
P 2 2
1
+Z1 + v12 = Z + P2 + v2 = Zn + Pn + v2 (7.1)
γ 2
γ 2g γ 2g
2g

Persamaan
Kontinuitas:
A1. v1 = A2. v2 (7.2)
Hasil dari gabungan persamaan Bernoulli dan kontinuitas akan menghasilkan persamaan
perhitungan debit pada venturimeter, sebagai berikut:

𝑄 = Cd . A . √2g (h1−h2) (7.3)


2 A2
1−( )2
A1

Bilangan Cd dikenal sebagai koefisien aliran Venturimeter, yang di peroleh dari


eksperimen. Nilai-nilainya sedikit berbeda dari tabung piezometer satu dengan lainnya,
biasanya terletak pada kisaran 0,92 – 0,99. Distribusi tekanan yang ideal sepanjang
konvergensi – divergen pipa dapat diturunkan dari persamaan Bernoulli’s:

hn − h1 = v12 vn
− (7.4)
2g 2
2g

Tujuan perhitungan dan perbandingan hasil eksperimen adalah untuk menunjukkan hn-h1
sebagai fraksi head kecepatan di tabung piezometer, yaitu:

hn−h1 2 2
2 = ( v 1) − ( v n ) (7.5)
2
v
2g v2 v2

Kemudian dengan mensubstitusikan rasio sisi kanan ke tempat rasio kecepatan dari
persamaan kontinuitas (2), tekanan ideal menjadi:

hn−h1 = 2 ( ) −
2 A 2
A2 2 ) (7.6)
( v2 A1 An
2g
7.3 Alat dan Bahan
1. Venturimeter.
2. Bangku Hidraulik.
3. Stopwatch.
4. Gelas ukur
5. Label
6. Penggaris

7.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Pancing pompa pada hydraulic bench hingga aliran konstan,
2. Setelah aliran konstan, matikan hydraulic bench dan ganti selang pancing dengan selang
apparatus,
3. Pastikan kran output dalam keadaan tertutup,
4. Nyalakan hydraulic bench dan sesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan aliran
lambat melalui pipa,
5. Buka kran output dan amati ketinggian manometer setelah aliran didalam pipa konstan,
6. Ukur volume, waktu dan catat ketinggian air pada piezometer,
7. Ulangi langkah 4-6 dengan debit yang berbeda, dengan syarat besar debit masih dapat
memberikan perbedaan ketinggian yang jelas pada pembacaan piezometer, dan
8. Catat hasil pengamatan pada masing-masing perlakuan yang berbeda.

7.5 Hasil Pengamatan


Tabel 7.1 Data Pengamatan
No Volume Waktu Pembacaan Skala Piezometer
.
A (1) B C D (2) E F
7.6 Pengolahan Data
Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 7.2 Langkah-langkah Perhitungan
No Langkah Data yang dibutuhkan Keterangan
.
1. Menghitung debit aktual Data volume dan waktu -
2, Menghitung (h1-h2) h1 = ketinggian piezometer -
3. Menghitung (h1-h2)0,5 pada titik A
-
h2 = ketinggian piezometer
pada titik D
4. Menghitung nilai Cd Debit, luas area titik A dan D, Gunakan rumus
ketinggian piezometer titik A 7.3
dan D
5. Menghitung distribusi D2 = diameter titik D -
tekanan ideal:
Dn = diameter titik n
 D2/Dn

 Area (A) Diameter dimasing-masing -


titik
 (A2/An)2 Diameter titik D dan diameter -
titik n
 (A2/A1)2-(A2/An)2 diameter titik A, diameter titik -
D dan diameter titik n
6. Menghitung distribusi Ketinggian piezometer titik A -
tekanan pada eksperimental: dan titik n, kecepatan titik D,
dan g

h n−
h1 v
2
2
2g

7. Plot grafik Q vs Cd Data debit dan nilai Cd Gambar grafik ini


menjadi Grafik
7.1 Q vs Cd
7.7 Diskusi
1. Hubungan diameter dengan tinggi tekan.
2. Bandingkan distribusi tekanan ideal sepanjang pipa secara teoritis dengan
eksperimental.
Analisis grafik Q dan nilai Cd.
MODUL 8
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

8.1 Tujuan Pratikum


Mahasiswa dapat mengukur kehilangan tenaga untuk aliran air pada rangkaian pipa dengan
diameter pipa yang berbeda.

8.2 Dasar Teori


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya memiliki penampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan
melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas. Tekanan yang dihasilkan bisa lebih besar
ataupun lebih kecil dari tekanan atmosfer. Fluida yang mengalir pada suatu pipa akan
memiliki headloss (kehilangan tenaga) tergantung dari besar diameter dan panjang pipa
yang dilaluinya. Kehilangan tenaga ini disebabkan karena adanya gesekan fluida dengan
permukaan pipa di sepanjang pipa itu sendiri, jika di masukkan kedalam persamaan
sebagai berikut:

LQ2 Hf = K ( D5 )

(8.1)
Hf = Kehilangan tenaga akibat gesekan mH2O
K = Koefisien kehilangan
L = Panjang pipa 0,7 m (konstan)
Q = Debit aliran (m3/s)
D = Diameter dalam pipa (m) (0,006; 0,009; 0,010 atau 0,014)
Kehilangan tenaga yang sebenarnya akibat gesekan H1-2 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, sehingga nilai K dapat diketahui dengan persamaan:

H1−2. D5
(8.2)
K= 2
LQ

8.3 Alat dan Bahan


1. Jaringan Perpipaan dengan diameter berbeda
2. Bangku Hidraulik
3. Gelas ukur
4. Hand pressure meter
5. Stopwatch
8.4 Metode dan Langkah Kerja

Gambar 8.1 Jaringan Perpipaan.

1. Siapkan jaringan perpipaan kemudian konfigurasikan sistem untuk pengujian pipa A


dengan membuka dan menutup katup pengisi,
2. Buka katup kontrol aliran masukan hingga penuh. Kemudian biarkan aliran fluida
masuk menuju H1 dan H2, ukur kehilangan tenaga pada pipa A,
3. Sebelum mengambil data pembacaan, katup tekanan harus diputar dengan memegang
katup diatas tangki volumetrik, lalu buka katup pada sambungan sampai semua udara
keluar dari tabung,
4. Variasikan aliran yang melalui pipa uji dengan mengatur katup kontrol arus keluaran
pada bagian atas atau katup kontrol masuk pada bagian bawah. Pada setiap perlakuan,
ukur dan catat kehilangan tenaga dengan menggunakan hand pressure meter dan debit,
dan
5. Bila karakteristik beda tekan aliran sudah didapat untuk pipa A, lakukan perlakuan lain
untuk pipa uji B, C, dan D secara bergantian.
8.5 Hasil Pengamatan
Tabel 8.1 Data Pengamatan
Test Diameter Pipa Headloss H1-2 Volume Waktu
No. (cmH2O)
(m) mL m3 (s)

Panjang pipa = 0,7 m

8.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 8.2 Langkah-langkah Perhitungan
No. Langkah Data yang dibutuhkan Keterangan
1. Menghitung debit Data volume dan waktu -
2. Menghitung koefisien kehilangan Data headloss, diameter pipa Gunakan rumus 8.2
yang digunakan, panjang pipa
dan debit yang dihasilkan.

8.7 Diskusi
1. Berdasarkan hasil yang didapatkan analisis jika diameter divariasikan bagaimana
dengan nilai koefisien kehilangan, sebaliknya jika debit divariasikan bagaimana nilai
koefisien kehilangan.
2. Bandingkan hasil eksperimen dengan teoritis. (perbandingan antara debit dengan
koefisien kehilangan)
MODUL 9
ENERGI SPESIFIK PADA OPEN CHANNEL FLOW

9.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui secara visual berbagai fenomena yang terkait dengan air
yang mengalir pada saluran terbuka.
2. Mahasiswa mengetahui efek pengurangan energi tertentu dari arah hilir dengan
arus cepat dan permukaan yang datar.
3. Mahasiswa mengetahui efek pengurangan energi tertentu dari arah hilir dengan arus
cepat dan permukaan yang memiliki beda ketinggian.
4. Mahasiswa dapat mengetahui persamaan energi spesifik dan menunjukkan
kedalaman kritis adalah fungsi dari aliran per satuan lebar.

9.2 Pendahuluan
Saluran terbuka merupakan saluran hidrologi yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun karena sifatnya terbuka maka karakteristik hidrologinya
relatif lebih rumit. Beberapa persamaan praktis, misalnya persamaan Henderson dan
Chezy, dapat digunakan untuk memprediksi debit aliran pada saluran terbuka. Dalam
analisis saluran terbuka, rumus yang umum digunakan adalah rumus Manning. Hal ini
dikarenakan bentuknya yang sederhana dan menghasilkan hasil yang cukup baik untuk
aplikasi pada kondisi nyata dilapangan.
Energi spesifik adalah tinggi tenaga pada sembarang penampang, diukur dari
dasar saluran. Energi spesifik pada suatu penampang saluran dinyatakan sebagai
energi tiap satuan berat diukur dari dasar saluran. Jadi yang dimaksud dengan energi
spesifik secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑉
𝐸 =𝑦+ 2 (9.1)
2𝑔
Mengingat variable debit terdiri dari kecepatan dan geometrik saluran, maka
persamaan energi spesifik juga dapat dituliskan sebagai:
𝑄
𝐸 = 𝑦 + 2𝑔𝐵22𝑦2
(9.2)
Suatu aliran pada saluran terbuka pasti mengalami penyempitan penampang
lintang saluran secara mendadak. Aliran yang melalui penyempitan dapat berupa
aliran superkritis atau subkritis. Dalam suatu aliran terdapat energi kritis yang terjadi
ketika adanya kedalaman kritis. Kedalaman kritis dapat didefinisikan sebagai
kedalaman air yang menyebabkan terjadi aliran kritis. Penentuan kedalaman kritis
suatu saluran terbuka disesuaikan mengikuti bentuk geometrik saluran. Dalam
praktikum Mekanika Fluida II/Hidraulika ini menggunkan flume dengan bentuk
geometrik segi empat (rectangular), sehingga penulisan persamaan kedalaman kritis
dan energi spesifik dapat ditulis sebagai berikut:
3
𝑦𝑐 = √ 𝑄2 3 𝑞2 (9.3)
𝑏 2
𝑔
= √𝑔

𝐸 = 𝐸 3
= 𝑦 (9.4)
𝑐 𝑚𝑖𝑛 𝑐
2

Dimana:
Q = Debit per satuan lebar
(m3/s/ma); y = Kedalaman aliran
(m);
yc = Kedalaman Aliran kritik (m);
E = Energi Spesifik (m);
Ec = energi minimum atau energi kritis (m);
G = Konstanta Gravitasi (m/s2);
Bentuk dasar dari persamaan energi spesifik dapat ditulis dalam bentuk yang lebih
umum dengan pengenalan kedalaman kritis. Hubungan antar kedua persamaan tersebut
adalah untuk melihat respons arus cepat dan lamban terhadap perubahan energi spesifik
dan kekuatan arus.

Gambar 9.1 Total Energi. Sumber: Cengel A.Y, 2006


Catatan: Ketika dasar apparatus berbentuk miring, energi spesifik yang sebenarnya
=

𝐸𝑠 = 𝑦 cos 𝜃 + 𝛼 𝑣2
2𝑔
Gambar 9.2 Grafik Energi Spesifik

Seperti yang didefinisikan persamaan energi spesifik (E) dari arus aliran adalah:
𝑉
𝐸 =𝑦+ 2=𝑦+
(9.5)
𝑄
2
2𝑔 2𝑔𝑏2𝑦2

Dengan membagi setiap istilah dengan yc, substitusi y3gb2 untuk Q2 dan sederhanakan
persamaannya menjadi:
𝐸 2
𝑦 + 0,5 (𝑦𝑐 ) (9.6)
𝑦𝑐 = 𝑦 𝑦
𝑐

Bentuk umum dari hubungan antara enrgi spesifik dan kedalaman adalah setiap istilah
tidak berdimensi. Hasil dari eksperimen yang berbeda dalam istilah akan terlihat seperti
pada Gambar 9.2. Jika menggunakan persamaan 𝐸 untuk nilai dari 𝑦 kisaran arus
𝑦𝑐 𝑦𝑐
“cepat” adalah 0,25 < 𝑦
< 1.0
𝑦𝑐

9.3 Alat dan Bahan


a. Hydraulic Flow Demonstrator
b. Hydraulic Bench
c. Stopwatch

9.4 Metode dan Langkah Kerja


a. Pastikan ketiga pitot berada dalam kondisi yang diinginkan;
b. Pastikan ketinggian manometer sama dengan air yang masuk pada apparatus;
c. Nyalakan hydraulic bench dan buka katup control;
d. Buka katup control outlet dan katup control aliran masuk pada apparatus secara
bertahap untuk mempertahankan tingkat kedalaman air di bagian kerja apparatus;
e. Buka katup keluaran secara penuh.;
f. Sesuaikan ketinggian inlet weir (pintu air) mencapai 50 mm diatas dasar (yg = 50 mm)
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

g. Perlahan buka katup control aliran dan alirkan air sampai y0 = 150 mm diukur
dengan skala dihulu. Dengan y0 pada ketinggian ini, ukur dan reka Q
menggunakan flowmeter baca langsung atau menggunakan tangki volumetrik
dengan stopwatch.
h. Ukur nilai E dan y pada titik 1,2 dan 3 dan hitung nilai Q. Perhitungan yc
menggunakan
3
Rumus yc = √ 𝑞2
𝑔

9.5 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Hasil Pembacaan Skala
Test
Y0 Y1 Q
No.

9.6 Pengolahan Data


Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 1.2 Langkah-langkah Pengolahan Data
Langkah Data yang Keteranga
o. Dibutuhkan n
Menghitung nilai E0 dan E1 y0 dan y1
.
Menghitung 𝐸
dan 𝑦
Konstanta gravitasi,
𝑦𝑐 𝑦𝑐
. debit
Plot grafik 𝐸
dan 𝑦
Data 𝐸
dan 𝑦

𝑦𝑐 𝑦𝑐 𝑦𝑐 𝑦𝑐
.

9.7 Diskusi
1. Analisis grafik dan bagaimana hubungannya dengan teori yang ada.
2. Pada harga Q berapakah diperoleh kedalaman kritis?
3. Apakah pengaruh dari meningkatnya kedalaman pengaliran terhadap spesifik
energi (E)

43
MODUL 10
LONCATAN HIDROLIS

10.1 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui karakteristik loncatan hidrolik yang dihasilkan saat arus
cepat dan perubahan hulu menjadi lamban, dengan penurunan kualitas energi.
b. Mahasiswa menunjukkan bagaimana variasi tipe lompatan dengan Froude Number.

10.2 Pendahuluan
Ketika air yang mengalir dengan cepat (superkritis) bertemu dengan aliran yang lebih
lambat (subkritis) akan menghasilkan sebuah fenomena loncatan hidrolik atau gelombang.
Fenomena ini bisa dilihat dimana air dibawah pintu air bertemu dengan aliran air dari sisi
lainnya. Hal ini terjadi bila kedalaman kurang dari kedalaman kritis terhadap kedalaman
yang lebih tinggi dari kedalaman kritis dan disertai dengan hilangnya energi. Lonjakan
yang tidak beraturan terjadi saat adanya perubahan bukaan pintu air dibagian hilir menjadi
berukuran kecil. Lonjakan tersebut berupa pertemuan dua aliran dengan energi yang
berbeda sehingga terjadi loncatan hidrolis. Pada saat loncatan hidrolis terjadi, sebagian
energi yang mengalami kehilangan energi di zona air yang sangat bergejolak (rapidly
varied flow) akan menuju ke aliran yang lebih tenang (gradually varied flow). Dengan
mempertimbangkan gaya yang bekerja didalam fluida di kedua sisi lompatan hidrolik dari
lebar per satuan, dapat ditunjukkan bahwa.

ΔH = 𝑦𝑎 𝑉2
𝑉
𝑎 − (𝑦 + 𝑏2 ) (10.1)
+ 2𝑔 𝑏 2𝑔

Gambar 10.1 Laju Aliran

44
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

Karena bagian kerjanya pendek 𝑦𝑎 ≈ 𝑦1dan 𝑦𝑏 ≈ 𝑦3. Oleh karena itu, menyederhanakan
persamaan di atas

(𝑦3− 𝑦1)3
ΔH = 4𝑦1𝑦3 (10.2)
10.3 Alat dan Bahan
a. Hydraulic Flow Demonstrator
b. Hydraulic Bench
c. Stopwatch

10.4 Metode dan Langkah Kerja


a. Pastikan ketiga pitot berada dalam kondisi yang diinginkan;
b. Pasang ambang lebar pada apparatus;
c. Kran input pada apparatus kondisi tertutup sedangkan kran output terbuka penuh;
d. Atur gate sesuai perlakuan;
e. Nyalakan hydraulic bench dengan Q1, buka kran input secara perlahan hingga y0
sesuai dengan perlakuan;
f. Ketika aliran sudah steady (konstan), naikkan pintu air hilir setinggi yg perlakuan;
g. Amati loncatan hidrolis yang terjadi;
h. Ukurdan catat nilai y1, y3 dan Q. Ulangi ini untuk flowrates Q dan
ketinggian yg yang berbeda.

10.5 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Hasil Pembacaan Skala
Test No. Yg Y0 Y1 Vol t

45
10.6 Pengolahan Data
Pengolahan data gunakan formulir pengamatan yang diberikan oleh asisten. Lakukan
perhitungan sesuai dengan prosedur berikut:
Tabel 1.2 Langkah-langkah Pengolahan Data

No. Langkah Data yang Keterangan


Dibutuhkan

1. Menghitung V1 dan V3 𝑄
𝐴𝑦(1,3)

2. Menghitung H1
V1 3
𝑦1 +
2𝑔

3. Menghitung ∆H (𝑦3 −
𝑦1)3 4𝑦3
− 𝑦1

4. Plot Grafik

10.7 Diskusi
1. Bagaimana nilai V1 dan V3, y1 dan y3. Analisis kenapa hal itu bisaterjadi?
Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika (2021/2022)

MODUL 11
ALIRAN DI ATAS AMBANG LEBAR, AMBANG TAJAM DAN AMBANG OGEE

11.1 Tujuan
a. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang lebar ataupun ambang tajam
terhadap debit air yang melimpah di atas ambang.
b. Mengetahui pengaruh bentuk ambang terhdap efektivitas penyaluran debit.
c. Mengetahui batas modular dan untuk mengamati pola aliran yang diperoleh.
d. Mengetahui karakteristik aliran yang melalui ambang.

11.2 Pendahuluan
Menghitung debit saluran air dapat menggunakan ambang lebar. Pada aplikasinya
dilapangan ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang fungsinya
menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.

Gambar 11.1 Ilustrasi Aliran di Atas Ambang Lebar

Debit aliran yang melalui ambang lebar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

4 3 8 3 3

𝑄𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑏 2𝑔 (3 𝐻0 − 𝐻0 ) = 1,705 𝑏 𝐻0 (11.1)
27

Dalam mencari koefisien discharge pada ambang lebar dapat menggunakan persamaan:

𝑄
𝐶𝑑 =
𝑄 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (11.2)

Sedangkan untuk kontruksi ambang tajam relatif sederhana dan ambang ini
cenderung banyak digunakan untuk mengukur aliran terbuka yang dilakukan di
laboratorium. Penggunaannya pada outdoor terbatas karena berpotensi merusak runtuhan
tajam oleh puing- puing dinding.

47
Gambar 11.2 Ilustrasi Aliran di Atas Ambang Tajam
Dalam mencari nilai koefisien pengaliran dapat menggunakan persamaan:

2 2 2

𝑄= 𝐶𝑑 𝑏 √2𝑔𝑦𝑐3 (11.3)
3

Ketika ambang tajam digunakan, dalam penentuan Cd bisa menggunakan persamaan


Rehbock sebagai berikut:
𝑦𝑐
𝐶𝑑 = 0,602 + 0,083
ℎ (11.4)
Jika ambang ogee yang digunakan, pada bagian dasar memiliki tekanan yang positif
sepanjang permukaan dan tekanan diatas akan negative atau tinggi. Bila aliran hulu
melebihi puncak ambang tajam akan terjadi kavitasi yang dapat merusak permukaan
bending. Koefisien berada dalam kisaran 1,13 < Cw< 1,59 saat 0,4 < (hw/hd) < 3,0. Pada
desain yang ada cw = 1,31.

Gambar 11.3 Ilustrasi Aliran di Atas Ambang Ogee

Aliran Modular menggunakan persamaan sebagai berikut:

menjadi (5.6)
Sedangkan untuk aliran Non Modular memiliki persamaan sebagai berikut:

(5.7)

(5.8)
11.3 Alat dan Bahan
a. Hydraulic Flow Demonstrator;
b. Hydraulic Bench;
c. Stopwatch.

11.4 Metode dan Langkah Kerja


1. Ambang Lebar
a. Pastikan pitot berada dalam kondisi yang diinginkan;
b. Pasang ambang lebar pada apparatus;
c. Buka pintu air (hulu dan hilir) sehingga tidak ada penghalang;
d. Nyalakan hydraulic bench dan buka katup control, ketinggian pada y sesuai
perlakuan;
e. Catat ketinggian y0, y1, hw dan ukur volume serta waktunya;
f. Ulangi perlakuan dan catat hasil.
2. Ambang Tajam
a. Pastikan pitot berada dalam kondisi yang diinginkan;
b. Tutup pintu air hulu dan buka pintu air hilir;
c. Nyalakan hydraulic bench dan buka katup control hingga air yang masuk
memenuhi bagian hilir;
d. Ketika sudah penuh buka full pintu air hilir (air akan mengalir dengan kencang
sehingga membentuk nappe pada ambang);
Nb: jika tidak terbentuk nappe harus diulangi
e. Catat ketinggian y0, h, P dan ukur volume serta waktunya.
3. Ambang Ogee
a. Pastikan ketiga pitot berada dalam kondisi yang diinginkan;
b. Pasang ambang ogee pada apparatus;
c. Buka full pintu air dibagian hilir maupun hulu;
d. Nyalakan hydarulic bench dan buka katup control (ketinggian pada y sesuai
perlakuan);
e. Ketinggian air sudah steady, naikkan pintu air bagian hilir setinggi 70 mm;
f. Catat y0, y1, volume, waktu dan jarak;
g. Ulangi cara kerja dengan perlakuan berbeda.
11.5 Pengambilan Data

y0 y1 hw Volume T Q Cd

11.6 Diskusi
DAFTAR PUSTAKA

Cengel, Yunus A. 2006. Fluid Mechanics Fundamentals and Aplications. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Kalsim, Dedi K. 2001. Irigasi Pompa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Parr, Andrew. 2003. Hidrolika dan Pneumatika Pedoman bagi Teknisi dan Insinyur, Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.
Modul Pratikum Teknik Irigasi dan Drainase. 2016. Malang: Universitas Brawijaya.
Munson, Bruce. 2005. Fundamental of Fluid Mechanics Fourth Edition. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Panduan Pratikum Mekanika Fluida. 2014. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai