Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN


YANG LAZIM DI INDONESIA
“DIABETUS MELITUS”

Nama Kelompok :
1. Dela Kusnovia (0118009)
2. Diana Nur Azizah (0118012)
3. Nike Fitri Amalia (0118027)
4. Reni Putri Bidari (0118033)
5. Sonia Sholeha (0118040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keluarga................................................................................5
1. Defisnisi keluarga.............................................................................5
2. Tipe atau bentuk keluarga.................................................................5
3. Tahap perkembangan keluarga.........................................................6
4. Peran keluarga..................................................................................6
5. Fungsi keluarga................................................................................6
B. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus....................................................7
1. Pengertian diabetes melitus..............................................................7
2. Klasifikasi diabetes melitus..............................................................7
3. Etiologi diabetes melitus..................................................................8
4. Patofisiologi diabetes melitus..........................................................8
5. Manifestasi klinis diabetes melitus..................................................9
6. Komplikasi diabetes melitus............................................................9
7. Penatalaksanaan diabetes melitus...................................................11
8. Pemeriksaan penunjang..................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
terusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sumber
info yang telah memberikan segala materinya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah dapat
menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
diabetes mellitus di dunia . Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk indonesia
yang mengidap diabetes. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2006 di perkirakan
jumlah penderita diabetes meningkat tajam menjadi 14 juta orang dengan 50% yang sadar
mengidapnya dan 30% yang datang berobat teratur. Sangat di sayangkan bahwa banyak
penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit ini. Hal ini di
sebabkan karena kurangnya informasi tentang diabetes terutama gejala-gejalanya,
keluhan dan penyebabnya serta kurangnya perhatian keluarga dalam memerhatikan
keluargannya karena mengingat kesibukan yang dilakukan oleh anggota keluarga.
Maka dari itu, dalam mengatasi masalah ini peran keluarga sangat di perlukan karena
keluarga juag memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota sehingga
memahami masalah kesehatan anggotannya antara satu dengan lainnya sehingga mampu
memberi dampak postitif salah satunya dengan merawat dan mencari pelayanan
kesehatan untuk kesehatan yang sempurna. Sehingga agar keluarga mampu menjalankan
tugas dan perannya perlu di lakukan suatu tindakan yaitu asuhan keperawatan keluarga
pada penderita diabetes mellitus agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada setiap anggota keluarga dalam memelihara kesehatan keluargannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keluarga dalam keperawatan?
2. Bagaimana konsep penyakit diabetus mellitus?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetus melitus?

C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep keluarga dalam keperawatan.
2. Untuk memahami konsep penyakit diabetus mellitus.
3. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetus melitus.

D. Manfaat
1. Dapat memahami konsep keluarga dalam keperawatan.
2. Dapat memahami konsep penyakit diabetus mellitus.
3. Dapat memahami konsep asuhan keperawtan keluarga pada diabetus melitus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definis Keluarga
Berikut akan dikemukakan definis keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007) :
a) Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut: “ Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidupmdalam satu rumah tangga karena adannya hubungan
darah , perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu denga yang lainnya ,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahakan suatu
bidaya”.
b) Menurut Departemen Keseehatan(1988) mendefinisikan sebagai berikit: “ Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling bergantungan”.
c) Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut :” Keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada tuhan
, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarkat serta lingkungan.

2. Tipe atau bentuk keluarga


Menurut Sudiharto, (2007) tipe dan bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
a) Keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan  perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi
b) Keluarga asal (family of origin)
merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan
c) Keluarga Besar (extended Family)
adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek,nenek, paman , bibi, sepupu
d) Keluarga berantai (social family)
adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e) Keluarga duda atau janda keluarga yang tebentuk dari perceraian atau kematian
pasangan yang di cintai.
f) Keluarga komposit (komposite family)
adalah keluarga dari perkawinan poligami yang hidup bersama
g) Keluaga kohabitasi (cohabitation)
adalah dua orang yang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan bisa memiliki
anak atau tidak.
h) Keluarga inses (incest family)
seiring dengan masuknya nilai-nilai global yang pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya ank perempuan
menikah dengan ayah kadungnya , ayah menikahi dengan anak tirinya , walaupun
tidak lazim dan melnaggar nilai-nilai budaya , jumlah ke;uarga inses semakin hari
semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai
cetak elektronik.
i) Keluarga tradisional dan non tradisional di bedakan berrdasarkan ikatan
perkawinan,. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non
tradisional tidak diikiat oleh perkawinan.

3. Tahap Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan keluarga adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa,
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan ,
termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan

4. Peran Keluarga
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami-ayah dan ibu-istri:
 Peran sebagai pengatur rumah tangga
 Peran perawatan anak
 Peran sosial anak
 Peran rekreasi
 Peran persaudaraan
 Peran terapeutik
 Peran seksual
 Peran perkawinan

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friadman , (1998) fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi efektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan psikososial fungsi efektif ini merupakan sumber energi
kebahagiaan keluarga.
b) Fungsi sosialisai
Sosialisasi dimulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
c) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber
daya manusia.
d) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti
kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dll
e) Fungsi keperawtan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat
dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
1) Keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi masalah kesehatan
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan
4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan
suasana rumah yang sehat
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tepat.

B. Konsep Dasar Penyakit Diabetus Melitus


1. Pengertian Diabetus Melitus
Diabetus melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duannya. Kelainan pada
sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubngan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan bebrapa organ tubuh , terutama mata , ginjal ,
saraf , jantung dan pembuluh darah.
WHO sebelum sebelum telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang
tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimmiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau ralatif dan gangguan fungsi
insulin.

2. Klasifikasi Diabetes Militus


Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut ;
a) Diabetes Militus tipe I atau IDDM (Insulin Dependen Diabetes Militus) atau tipe
Juvenil.
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup.Diabetes Militus tipe I juga disebut juveline onset,
karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun.Pada tipe ini terjadi destruksi
sel beta pancreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolute.Mereka cenderung
mengalami komplikasi metabolic akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
b) Diabetes Militus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Militus)
Dikenal dengan maturity konsep, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolute melainkan relative oleh karena gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan
ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar
insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan
fungsi post reseptor yang tidak efektif.
c) Gestational Diabetes disebut juga DMG atau Diabetes Militus Gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
d) Intoleransi Glukosa berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat –
obatan, dan bahan kimia.Kelainan reseptor insulin dan sindrom genetik tertentu.
Umumnya obat – obatan tertentu mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara
lain ; diuretic, vurosemid (lasik), dan ehiazide gukotikoid, epinefrin, dilantin, dan
asam nikotinat (Long, 1996).

3. Etiologi Diabetes Militus


DM dapat disebabkan oleh banyak faktor, Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
penyebab terjadinya DM. Yaitu faktor keturunan, fungsi sel pancreas dan sekresi insulin
yang berkurang, kegemukan dan obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan
dengan resistensi insulin.
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan fungsi
organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului.Mansjoer (1996:588) menyatakan
bahwa insulin dependen diabetes militus (IDDM), atau DM yang tergantung pada insulin
(tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses
autoimmune.Sedangkan non insulin diabetes militus (NIDDM) atau tipe II disebabkan
kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan veriver dan
ferifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative insulin). Faktor
yang meningkatkan resiko terjadinya DM diantaranya adalah ;
a) Faktor Genetik (herediter)
Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau menderita
DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosumonal. Insulin
dependen diabetes militus :<50% non insulin dependen diabetes militus :<90-
100% (long,1996).
b) Faktor Ras dan Etnik tertentu NIDDM
Biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat amerika angka kejadian
NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200 (long,1996).
c) Faktor Autoimmune
Sel – sel beta pankreas dihancurkan oleh sel beta autoimmune.
d) Proses radang atau infeksi pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin.
e) Faktor obesitas, jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan.
f) Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita pada masa kehamilan atau karena
efek dari obat – obatan tertentu (l0ng,1996).
4. Patofisiologi Diabetes Militus
Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak dibelakang lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau – pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian didalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.Diabetes Militus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu ;
1) Rusaknya sel – sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll).
2) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3) Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
(Manaf,2009).
Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes militus tipe I. Pada keadaan diabetes militus tipe II, jumlah insulin bisa normal
bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin dipermukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci masuk kedalam sel. Pada
keadaan DM tipe II, jumlah lubang kuncinya kurang sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe I, bedanya adalah pada DM tipe II disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk kedalam sel. Di
samping penyebab diatas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.
PATHWAY
5. Manifestasi Klinis Diabetes Militus
Gejala pada DM adalah :
 Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada
malam hari.
 Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
 Polipagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
 Kelemahan atau rasa letih sepanjang hari.
 Penglihatan atau pandangan kabur.
 Pada keadaan ketoasidisis akan menyebabkan mual dan muntah.
 Kehilangan berat badan
 Luka goresan lama sembuh.
 Kaki kesemutan, mati rasa.
 Infeksi kulit.

6. Komplikasi Diabetes Militus


Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer,2002) yaitu;
1) Komplikasi Akut
Komplikasi pada DM yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan
kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah ;
 Diabetik Ketosidosis (DKA) merupakan defesiensi insulin berat dan akut
dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik Ketoasidosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau cukupnya jumlah insulin yang nyata.
 Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHHN) merupakan keadaan yang
didominasi oleh Hiperosmolaritas dan Hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah
tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN.
 Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60
mg/dl, keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian priparat insulin atau
preparat oral berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit.
2) Komplikasi Kronik
Efek samping diabetes militus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh atau angiopati diabetik dibagi menjadi dua yaitu ;
a) Komplikasi Mikrovakuler
 Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada structural dan fungsi ginjal.
Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka sikulasi darah ke
ginjal menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi
nefropati.
 Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan pandangan kabur tidak selalu disebabkan
retinopati.Katarak juga dapat disebakan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa.
 Neuropati Diabetes
Dapat mempengaruhi saraf – saraf perifer, sistem saraf otonom
medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan – perubahan mebolik lain dalam sintesa fungsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf.

b) Komplikasi Makrovaskuler
 Penyakit jantung koroner akibat diabetes maka aliran darah akan
melambat sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah
akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko
penyakit jantung koroner atau stroke.
 Pembuluh darah kaki timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf
– saraf sensorik keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma
minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren.
Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi,
pada sel – sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga
pada daerah – daerah yang terkena trauma.

7. Penatalaksanaan Diabetes Militus


a) Penatalaksanaan secara keperawatan
1. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan . walaupun
telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien
tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknnya mempertahankan menu diet
seimbang, dengan komposisi idialnnya sekitar 68% karbohidrat , 20% lemak ,dan
12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar
berat badan tidak menjadi berlebih dengan cara ; kurang i kalori , kurangi lemak ,
konsumsi karbohidrat komplek , hindari makanan yang manis , perbanyak
konsumsi serat.
2. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan ,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang
berat-berat.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
2. Urine
3. Kultur pus , untuk menegetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayatmulai lahir hingga saat ini,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing- masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian- kejadian
atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian,
kehilangan). Didapatkan salah satu anggota keluarga memiliki penyakit hipertensi.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri. Biasanya salah satu anggota keluarga menderita
penyakit hipertensi.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior rumah
meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan ruangan ( ruang tamu, kamar
tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela, keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar
matahari ), macam perabot rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi
bangunan, keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis
septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air minum yang
digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi, keamanan ).
c. Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah, identifikasi
teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan keluarga terhadap pengaturan
rumah. Lingkungan luar rumah meliputi keamanan (bahaya-bahaya yang
mengancam) dan pembuangan sampah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Menjelaskan tentang :
a) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe lingkungan/komunitas
( desa, sub kota, kota ), tipe tempat tinggal ( hunian, industri, hunian dan industri,
agraris ), kebiasaan , aturan / kesepakatan, budaya yang mempengaruhi kesehatan,
lingkungan umum ( fisik, sosial, ekonomi )
b) Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi kelas sosial
rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang berlangsung.
c) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-fasilitas umum
lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain
d) Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh keluarga
e) Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga dalam
mengakses fasilitas yang ada.
f) Insiden kejahatan di sekitar lingkungan
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga melakukan interaksi
dengan masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok
masyarakatnya.
4) Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, dukungan
konseling aktifitas-aktifitaskeluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga
adalah informal (jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan keluarga dan
komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan) dan formal (hubungan keluarga dengan pihak
yang membantu yang berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain
yang terkait, ada tidaknyafasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang
berhubungan dengan kesehatan).
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota keluarga
yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Pada kasus ini, biasanya ditemukan adanya ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga, ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi,
ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi, ketidakmampuan keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan
hipertensi.
d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan
keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi permasalah
7) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Px merasakan nyeri tak Infeksi, gangguan Nyeri
beraturan penyembuhan luka
DO :
- Px tampak meringis kesakitan
- TD ; Meningkat

2. DS : Px kurang aktivitas Pembedahan : Intoleransi Aktivitas


DO : - Nyeri saat berjalan amputasi
- Tekanan darah

3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri
 Intoleransi Aktifitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Managemen nyeri Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x24jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala
nyeri
- Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab ,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan startegi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secra mandri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secra tepat
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi ras
anyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu

1.08238

2. Intoleransi Setelah di lakukan tindakan Observasi


Aktivitas 1x24 jam di harapakan px - Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
- Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi makna
aktivitas
rutin(mis.bekerja)
dan waktu luang
- Monitor respons
emosional,fisik,sosial
,dan spiritula
terhadap aktivitas
Terapautik
- Fasilitasi fokus pada
kemapuan , bukan
defisit yang dialami
- Sepakati komitmen
unutk menigkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Diabetus melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duannya. Kelainan pada sekresi/kerja
insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubngan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan bebrapa organ tubuh , terutama mata , ginjal , saraf , jantung dan
pembuluh darah.

C. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis diharapkan pembaca dan memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang keluarga dengan masalah kesehatan yang
lazim di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/384458577/Makalah-Asuhan-Keperawatan-Keluarga-Dm

Anda mungkin juga menyukai