D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK V
NAMA :
LARISMA MANIK
1202095
MEDAN
2014
ASKEP GIGITAN ULAR
Gigitan ular
Bisa(racun) ular menyebabkan kira-kira 8.000 dari 45.000 gigitan ular yang terjadi setiap
tahun di Amerika serikat dan menyebabkan 9 sampai 15 kematian.Anak antara usia 1-9 tahun
adalah korban yang biasa ditemui.Jumlah terbesar gigitan terjadi selama siang hari pada musim
panas.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis.
Bisa ular ditemukan pada setiap Negara bagian di Amerika Serikat.Bagian yang berbeda
dari Negara dan dunia mempunyai tipe ular berbeda.Karena bisa ular adalah kedaruratan
medis,perawat harus mengenal tipe ular yang ada didaerah tersebut.
Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau
bervariasi.Sistem multiorgan,terutama neurologic,kardiovaskular,system pernafasan mungkin
terpengaruh.
Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa dimana terjadi
gigitan,dan kesehatan umum,usia serta ukuran korban.Tidak ada protocol khusus untuk
penatalaksanaan gigitan ular.Pedoman umum meliputi
Penyebab yang paling umum dari reaksi serum adalah infuse antivenin yag terlalu
cepat,meskipun sekitar 3% dari pasien dengan uji kulit negative mengembangkan reaksi tidak
berhubungan dengan kecepatan infus.Reaksi terdiri dari perasaan penuh
diwajah,urtikaria,pruritus,keletihan dan khawatir.Gejala ini mungkin diikuti dengan
takikardia,nafas pendek,hipotensia,dan syok.Pada situasi ini,infuse harus dihentikan segera dan
diberikan difenhidramin IV.Vasopresor digunakan jika terdapat syok.Resusitasi kedaruratan
harus siap pada saat antivenin diberikan.
2. Penyebab
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu
Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local,
seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi
tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak
terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma
lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut
(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan,
dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati
dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat
dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung.
Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
4. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas
6. Penatalaksanaan Medik
d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok jika
ada.
e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila syok
sudah diatasi dan anti bisa diberikan.
1. Contoh Kasus
Tuan Abdul usia 30 tahun dibawa ke UGD RSUD Gambiran karena sebelumnya
tangannya digigit ular cobra. Tuan Abdul mengeluh rasa sakit di seluruh persendian
tubuh, pusing,demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut, mua ldan muntah. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan bekas gigitan di tangan kanan yang membengkak.
Pembengkakan tersebut mengalami perubahan warna.
2. Pengkajian
Gejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban digigit
ular. Kondisi korban setelah digigit :
a. Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk
b. Sakit kepala, pusing, dan pingsan
c. Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki
d. Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
e. Sukar bernapas dan berkeringat banyak
3. Diagnosa Keperawatan
a.Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
b.Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
c.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
4. Rencana Tindakan
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi :
- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
-Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau
antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaphoresis
- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
5. Pathway
6. Evaluasi
a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikuler
b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
c. Mendemontrasikan suhu dalam batas normal
d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeks
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan Medical Bedah Bunner & Suddart Edisi 8 Hal 2490
Askep Gadar Pengarang Ns.Paula Krisanty Penerbit Trans Info Media Indonesia Hal 201