Anda di halaman 1dari 2

Nama: Zulfahmi

NIM: 19.1400.007

Pengertian Agama

Menurut Elizabeth K. Nottingham dalam buku Jalaludin, agama adalah gejala yang begitu
sering “terdapat di mana-mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu
agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut
dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat),
namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-maslaah kehidupan sehari-hari di dunia.

Menurut Goode dalam buku Bryan S. Turner secara umum, perdebatan tentang definisi
agama bisa dilihat dari berbagai sisi dasar konseptual. Misalnya, ada perbedaan mendasar antara
perspektif reduksionis dengan nom-reduksionis. Perspektif yang pertama cenderung melihat
agama sebagai epifenomena, sebuah refleksi atau ekpresi dari sisi yang lebih dasariah dan
permanen yang ada dalam prilaku individu dan masyarakat manusia. Penulis-penulis semacam
Pareto, Lenin, Freud dan Engels memnadang agama sebagai produk atau refleksi mental dari
kepentingan ekonomi, kebutuhan biologis atau pengalaman ketertindasan kelas. Implikasi
pandangan reduksionis ini adalah kesimpulan yang mengatakan keyakinan-keyakinan religius
sama sekali keliru, karena yang diacu adalah kriteria-kriteria saintifik atau positifistik. Oleh
karena.

Azhar Basyir. Dua alasan mengapa manusia beragama:

Pertama, karena manusia ingin bertahan diri untuk.tetap menjadi makhluk Tuhan yang mulia.
Untuk itu manusia harus beriman dan beramal shaleh, yang merupakan bagian utama bagi agama
Islam. Dasar jawaban ini adalah mengacu pada QS, At-Tin, (95): 4-6 “Sesungguhnya telah Kami
jadikan manusia itu dalam bentuk/konstrksi yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan
dia menjadi serendah-rendah makhluk yang rendah. Kecuali mereka yang beriman dan beramal
shaleh, mereka mendapat pahala yang tidak berkesudahan”.
Kedua, untuk membimbing akal agar mampu berpihak pada panggilan hati nurani. Di dalam diri
manusia terdapat kekuatan yang senantiasa mengajak hidup baik, yaitu yang sering dinamakan
“hati nurani”. Tetapi di samping itu terdapat juga kekuatan yang menarik-narik ke arah
keburukan, kekuatan ini dinamakan “hawa nafsu”.Akal berfungsi pula antara hal-hal yang
merupakan panggilan hati nurani dan yang merupakan bisikan hawa nafsu. Akal seharusnya
senantiasa berpihak kepada panggilan hati nurani. Tetapi tidak selalu demikian halnya. Amat
sering terjadi bahwa dalam menghadapi desakan-desakan hawa nafsu itu, akal tidak berdaya.
Hawa nafsu juga yang menang. Hati nurani terdesak. Bahkan pertimbangan akal sering tertarik
untuk membenarkan ajakan-ajakan hawa nafsu.

Anda mungkin juga menyukai