Volume 11 No 2 Maret
2016
Diana Trisnawati
(Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY)
Email: diana.trisnawati@uny.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui kondisi politik, sosial, dan ekonomi
Mesir di bawah pemerintahan Raja Farouk, (2) mengungkapkan peran dan kontribusi gerakan
Free Officers dan gerakan Ikhwanul Muslimin dalam menggulingkan kekuasaan Raja Farouk,
(3) mengetahui proses terjadinya Revolusi Mesir 23 Juli 1952, dan (4) mengetahui kondisi
Mesir pasca Revolusi Mesir 23 Juli 1952. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode sejarah kritis seperti yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa keadaan politik Mesir masa pemerintahan Raja Farouk banyak
mengalami kekacauan, diantaranya sering terjadi pergantian kabinet dalam waktu yang relatif
singkat, dan adanya dominasi Inggris yang berperan dalam setiap pengambilan kebijakan
pemerintah. Terjadi ketimpangan sosial yang cukup tajam antara golongan elit yang terdiri
dari tuan tanah dan pengusaha dengan petani kecil. Keadaan tersebut membuat munculnya
banyak kelompok oposisi dalam masyarakat yang diwakili oleh Free Officers dan Ikhwanul
Muslimin. Free Officers dan Ikhwanul Muslimin sama-sama merasa prihatin terhadap kondisi
Mesir dan memberikan kontribusi yang besar dalam mewujudkan Revolusi Mesir 23 Juli
1952. Revolusi tersebut berhasil dan sekaligus mengakhiri kekuasaan Farouk di Mesir. Pasca
revolusi, pemerintahan Mesir dikendalikan oleh Dewan Mangkubumi. Pada tanggal 18 Juni
1953 sistem pemerintahan monarki Mesir diganti dengan republik, sekaligus pengangkatan
Muhammad Naguib sebagai presiden.
ABSTRACT
This study aims to: (1) find out Egypt’s political, social, and economic conditions under
King Farouk’s reign, (2) reveal the role and contribution of the movement of Free Officers
and Muslim Brotherhood movement in the overthrow of King Farouk, (3) find out the process
of the Egyptian Revolution of 23 July 1952, and (4) find out the condition of Egypt's post
Egyptian Revolution of 23 July 1952. This study was conducted using critical historical
method as described by Kuntowijoyo. the result of the study showed that Egypt’s political
situation during the reign of King Farouk experienced chaos, such as frequent cabinet
changes in a relatively short time and dominance of the British role in any government policy
making. There were quite extreme social inequalities between the elite, consisting of
landlords and employers, and small farmers. Such conditions triggered the emergence of
many opposition groups in society, represented by the Free Officers and Muslim
Brotherhood. These groups shared the same concerns over the condition of Egypt and gave a
major contribution to the burst of the Egyptian Revolution of 23 July 1952. The revolution
succeeded and put Farouk’s power in Egypt to an end. Post-revolution, Egypt's government is
Diana Trisnawati, REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN
RAJA FAROUK
2
Volume 11 No 2 Maret
2016
controlled by Dewan Mangkubumi. On June 18 1953 the system the Egyptian monarchy was
replaced by a republic, as well as the appointment of Muhammad Naguib as president.
2011 oleh kalangan muda Mesir. Revolusi mengkaji tentang Revolusi Mesir 23 Juli
26 Januari 2011 diawali dengan diskusi- 1952.
diskusi ringan yang dilakukan oleh para
pengguna jejaring sosial seperti Facebook METODE PENELITIAN
dan Twitter. Hal tersebut meningkat Sejarah merupakan rekonstruksi
menjadi aksi demonstrasi besar-besaran masa lalu mengenai suatu peristiwa yang
dari berbagai elemen masyarakat. Revolusi sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan,
26 Januari 2011 yang menuntut untuk dirasakan, dan dialami oleh manusia
diturunkannya Presiden Hosni Mubarak ini (Kuntowijoyo, 1995:17). Penulisan artikel
menuai keberhasilan. Keberhasilan ini mengikuti metode sejarah yang
tersebut juga harus dibayar mahal dengan disampaikan oleh Kuntowijoyo. Secara
banyaknya kerugian yang ditanggung oleh singkat metode tersebut memiliki 5 tahap:
pemerintah Mesir pasca revolusi. (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan
Keadaan ini tentu tidak jauh sumber, (3) verifikasi, (4) interpretasi
berbeda ketika Revolusi Mesir 23 Juli (analisis dan sintesis), dan (5) penulisan
1952 dilakukan dalam rangka mengubah atau historiografi (Kuntowijoyo, 1995:17).
wajah politik Mesir secara radikal. 1. Pemilihan Topik
Revolusi Mesir 23 Juli 1952 merupakan Berdasarkan pertimbangan yang
sebuah penggulingan kekuasaan Raja dilakukan oleh penulis, topik yang
Farouk oleh gerakan Free Officers yang dipilih adalah Revolusi Mesir 23 Juli
dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser (Ira M. 1952: Berakhirnya Pemerintahan Raja
Lapidus, 1999:121). Pada masa awal Farouk.
Revolusi, Muhammad Naguib diangkat 2. Heuristik
sebagai presiden, walaupun pemimpin dan Heuristik adalah suatu teknik dan
konseptor yang sebenarnya adalah Gamal seni yang dalam melakukannya
Abdul Nasser. Peran dan partisipasi membutuhkan ketrampilan (Sartono
golongan militer memang sangat besar Kartodirdjo, 1992: 31). Heuristik
dalam mewujudkan Revolusi Mesir 23 Juli merupakan langkah awal dalam
1952. Golongan militer ialah mereka yang penelitian sejarah untuk menghimpun
menjadi kawan seperjuangan Gamal Abdul jejak-jejak masa lampau yang disebut
Nasser. Selain kelompok militer, dengan data sejarah heuristik berasal
partisipasi dan dukungan bagi terwujudnya dari bahasa Yunani “heuriskein” yang
Revolusi Mesir juga datang dari kelompok berarti mencari atau menemukan jejak-
agamawan di Mesir. Kelompok agamawan jejak sejarah (G.J Renier, 1997:113).
tersebut tergabung dalam Ikhwanul Heuristik diperoleh dari sumber primer
Muslimin yang dipimpin oleh Hasan Al- dan sekunder.
Banna. Ikhwanul Muslimin memberikan a. Sumber Primer
banyak pengaruh baik di bidang agama dan Sumber primer yang digunakan
politik di Mesir (Adeed Dawisha, 1986: dalam artikel ini adalah buku
86). Free Officers dan Ikhwanul Muslimin karangan Gamal Abdul Nasser sendiri
merupakan dua kekuatan besar yang yang berjudul The Philosophy of The
berperan dalam menggulingkan kekuasaan Revolution diterbitkan oleh Ministry
Raja Farouk. Berdasarkan latar belakang of National Guidance Information
inilah, penulis merasa tertarik untuk Administration di Kota Kairo, Mesir.
b.Sumber Sekunder
Diana Trisnawati, REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN
RAJA FAROUK
4
Volume 11 No 2 Maret
2016
dilakukan oleh Raja Farouk. Raja Farouk buruh tani yang hidup ibarat budak.
memiliki aset yang beragam, uang, dan Sementara hanya sebagian kecil orang
lahan yang luas. Perlu diketahui, Mesir asli (pribumi Mesir) yang bergerak
sebenarnya perilaku korupsi di Mesir mulai di bidang industri, perdagangan, dan
menjadi kaum intelektual. Di tahun 1936,
ada sejak penguasaan Muhammad Ali
pendapatan perkapita rata-rata hanya 50
Pasha 1765. Sampai pada saat Revolusi dollar per tahun. Tingkat buta huruf
Mesir 23 Juli 1952 dicetuskan, topik yang mencapai 90% (Anshari Thayib dan Anas
paling hangat dibicarakan adalah tentang Sadaruwan,1981:12).
korupsi. Situasi kemerosotan sosial dan
Adanya kemerosotan di berbagai ekonomi di Mesir semakin diperparah
bidang terkait dengan pemerintahan Raja dengan banyaknya pengangguran tenaga
Farouk di Mesir, menimbulkan oposisi di kerja produktif Mesir. Lapangan kerja
kalangan masyarakat. Muncul kelompok- yang terbatas, dan kaum imigram dari
kelompok yang menentang pemerintahan wilayah pedesaan yang berpindah ke Kairo
Raja Farouk, baik yang memiliki latar tidak mendapatkan pekerjaan. Terjadinya
belakang agama maupun nasionalis. Kubu- ketimpangan sosial di Mesir bukan
kubu masyarakat anti pemerintahan Raja merupakan satu-satunya faktor
Farouk dan dominasi Inggris terus kemerosotan bagi Mesir, namun keadaan
berkembang dan melaju untuk mencari tersebut menjadi semakin kacau mengingat
dukungan dari masyarakat secara lebih Inggris masih melakukan kolonisasi
luas. Pada mulanya mereka bergerak terhadap Mesir. Kondisi tersebut tentu
secara bebas tanpa mengenal misi dari mengundang perhatian masyarakat Mesir
masing-masing kelompok. Namun, pada untuk segera berbenah diri. Sebelum
akhirnya mereka menyatukan kekuatan di adanya perebutan kekuasaan yang
bawah tujuan yang sama, yakni kemudian dikenal dengan sebutan Revolusi
menggulingkan kekuasaan Raja Farouk di Mesir 23 Juli 1952, Mesir merupakan
Mesir. sebuah negara yang bersifat semi feodal.
Secara umum, masyarakat Mesir Tuan tanah dan kerajaan merupakan
sudah merasa muak dengan pejabat-pejabat pemilik lahan pertanian yang dominan di
pemerintahan yang pro dengan bangsa Mesir. Terdapat kesenjangan sosial yang
asing. Perang Dunia II juga memberikan tajam dalam masyarakat Mesir. Tuan tanah
dampak yang cukup berarti bagi Mesir. dan pengusaha kaya menikmati hidup
Salah satu dampak dari Perang Dunia II dengan bergelimang harta, sementara
adalah mengibarkan nama Inggris di Mesir petani miskin hanya memperoleh upah
dan semakin memperparah keadaan Mesir. sedikit dari hasil jerih payah mereka.
Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang Hampir di segala bidang
berkepanjangan terkait dengan pemenuhan kehidupan Mesir mengalami degradasi
kebutuhan pokok masyarakat Mesir. Harga yang cukup signifikan. Keadaan chaos
jual kapas menurun, pendapatan per kapita tersebut menimbulkan banyaknya
merosot, dan kriminalitas merajalela. kerusuhan dalam masyarakat Mesir yang
….hampir separuh dari tanah pertanian berupa penjarahan, perampokan, dan
di negara Mesir dikuasai oleh hanya perselisihan antar kelompok. Banyaknya
sekitar 12.400 tuan tanah. Selebihnya
tuntutan perubahan yang harus dilakukan
2.282.000 petani, menguasai sekitar
sepertiganya saja. Kebanyakan menjadi oleh Mesir, membuat Gamal Abdul Nasser
Muslimin memang sudah terjalin ikatan dengan pemerintahan Raja Farouk yang
emosional yang sangat kuat. Hal itu otoriter dan tidak memberikan
dibuktikan ketika berita terbunuhnya kesejahteraan rakyat. Para mahasiswa
Hasan Al-Banna sampai di garis depan Universitas Al-Azhar yang dulunya sangat
(saat Perang Palestina 1948), banyak sekali mendukung kepemimpinan Raja Farouk,
anggota Free Officers yang datang secara beralih haluan menjadi pembela Free
sembunyi-sembunyi ke kemah Ikhwanul Officers. Mereka turut serta dalam
Muslimin untuk menyampaikan perjuangan untuk menegakkan keadilan
belasungkawa (Ali Muhammad Garishah, bagi masyarakat Mesir. Pada awalnya Free
1988:167). Sikap solidaritas dan hubungan Officers bermaksud melaksanakan rencana
persaudaraan antara Free Officers dan mereka sekitar tahun 1954 atau 1955 (Peter
Ikhwanul Muslimin tidak hanya dibuktikan Mansfield, 1991:242), namun setelah
dalam hal tersebut saja. mengetahui keadaan politik, sosial, dan
Seperti halnya Free Officers, ekonomi yang mengalami degradasi,
Ikhwanul Muslimin sangat menolak rencana tersebut dipikirkan kembali.
adanya pendudukan Inggris yang sudah Selain itu, pada tanggal 26 Januari
sangat mengakar di Mesir. Alasan 1952 terjadi peristiwa pertumpahan darah
Ikhwanul Muslimin menentang adanya yang lebih dikenal dengan “Black
pendudukan Inggris lebih cenderung Saturday” (Peter Mansfield, 1991:242).
kepada pengaruh sekularisme yang Free Officers bukan hanya mahir dalam
ditanamkan Inggris untuk Mesir. Ikhwanul bidang militer, mereka juga sebagai
Muslimin memiliki misi yang sejati, yakni pengamat sosial dan ekonomi Mesir. Free
ingin mewujudkan pemerintahan Mesir Officers tampil sebagai pahlawan yang
yang bernafaskan Islami. Hubungan erat selama ini dinantikan oleh masyarakat
antara Free Officers dan Ikhwanul Mesir untuk membawa perubahan.
Muslimin terus berlanjut hingga pecahnya Rencana Revolusi Mesir 23 Juli 1952
Revolusi Mesir 23 Juli 1952. Antara Free sebenarnya sudah dipikirkan sejak lama
Officers dan Ikhwanul Muslimin memiliki oleh Free Officers. Rencana
andil yang cukup besar dalam peristiwa pemberontakan untuk menghancurkan
tersebut. Meskipun demikian, sebenarnya pemerintahan Raja Farouk yang diwarnai
tidak semua anggota Ikhwanul Muslimin dengan korupsi dan dominasi asing
turut serta berperan dalam Revolusi Mesir tersebut perlu dipikirkan dengan matang.
23 Juli 1952. Hudaibi, sebagai pemimpin Untuk mewujudkan Revolusi Mesir 23 Juli
Ikhwanul Muslimin pasca terbunuhnya 1952, dibutuhkan seorang pemimpin yang
Hasan Al-Banna memilih mengasingkan mampu mengayomi dan memberikan
diri saat revolusi berlangsung hingga akhir dukungan penuh bagi terlaksananya
pemerintahan Raja Farouk, namun sejarah revolusi tersebut (Peter Mansfield,
tetap mencatat bagian Ikhwanul Muslimin 1991:243). Para anggota Free Officers
dalam Revolusi Mesir 23 Juli 1952 (Ali merasa bahwa Gamal Abdul Nasser lah
Muhammad Garishah, 1988:170). yang paling tepat untuk memimpin
Semangat Revolusi Mesir 23 Juli Revolusi Mesir 23 Juli 1952, karena
1952 tercermin dari dukungan yang memiliki wawasan dan pandai dalam
diberikan oleh rakyat Mesir terhadap mengatur strategi pertahanan militer.
perjuangan Gamal Abdul Nasser dan Gamal Abdul Nasser tampil menjadi
rekan-rekannya. Masyarakat sudah jenuh pemimpin revolusi tersebut karena dirasa
Diana Trisnawati, REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN
RAJA FAROUK
8
Volume 11 No 2 Maret
2016