perubahan.
Secara umum revolusi merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap kondisi yang sudah
berlangsung beberapa waktu atau yang sering disebut kondisi Status Quo.
Revolusi memiliki perbedaan konsep dengan Reformasi, Revolusi adalah perubahan yang
sifatnya struktural sehingga hasil yang ditimbulkan juga mengalami perubahan besar-
besaran.
Ada beberapa syarat terjadinya revolusi di antaranya adanya momentum, adanya
pemimpin dan adanya keinginan rakyat untuk berubah.
Pola revolusi di tiap masyarakat berbeda-beda seperti
Revolusi di Indonesia
Revolusi di Prancis
Revolusi Prancis terjadi pada 14 Juni 1789 ketika rakyat melakukan serbuan ke
Penjara Bastille.
Revolusi ini merupakan revolusi yang bertujuan untuk menumbangkan kekuasaan
absolutisme raja yang sudah dipraktikkan oleh Raja Louis XIV melalui slogan Le
‘Etat cest Moi atau Negara adalah Saya.
Namun, kekuasaan berganti ke raja Louis XVI dimana kekuasaannya lemah dan juga sang
istri bernama Marie Antoinette memiliki sifat yang boros dan suka melakukan
penyalahgunaan uang negara.
Menjelang terjadinya revolusi kondisi keuangan negara yang kosong, sehingga raja
Louis XVI menaikkan pajak untuk menutup anggaran tersebut tentu saja itu
menimbulkan protes yang terutama datang dari para pemikir yang memberikan
penyadaran bahwa tindakan tersebut adalah salah.
Diantara tokoh pemikir adalah Montesquieu dengan teori pembagian kekuasaannya
(Trias Politica) dan juga Jean Jacques Rousseau dengan teori kontrak sosialnya
serta ada beberapa tokoh lain seperti Voltaire, Dennis Diderot dan juga Louis d
Alembert.
Akhir Revolusi ini adalah tumbangnya kekuasaan Louis XVI dan Prancispun menjadi
negara yang berbentuk republik hingga saat ini.
Revolusi di China
Revolusi ini bertujuan untuk menumbangkan bangsa asing yaitu bangsa Manchu dan juga
bangsa Inggris.
Revolusi ini awalnya dipimpin oleh Sun Yat Sen dengan organisasi bernama Tung Meng
Hui.
Revolusi China pecah pada tanggal 10-10-1911 ketika terjadi pemberontakan di kota
Wu Chang yang dikenal dengan nama Wu Chang Day.
Namun, kekuatan negara ini harus pecah ketika ada konflik bersaudara antara
kelompok Nasionalis yang bernama Kuo Min Tang pimpinan Chiang Kai Sek dan Kelompok
Komunis bernama Kung Chang Tang pimpinan Mao Tse Tung.
Pada awalnya kelompok komunis sempat kalah terbukti dengan adanya peristiwa Long
March dengan tujuan untuk menjauhkan diri dari kekuatan nasionalis.
Tetapi pasca Perang Dunia II berakhir terjadi lagi perang saudara, tepatnya tahun
1946-1949 dan kali ini kelompok komunis berhasil mengalahkan kelompok nasionalis
sehingga terpaksa menyingkir ke wilayah Formossa Taiwan dan pada tanggal 1 Oktober
1949, Mao Tse Tung mendeklarasikan China dengan nama Republik Rakyat China dengan
ideologi komunis.
Revolusi di Filipina
Ada banyak revolusi terjadi di Filipina tetapi yang menarik terjadi pada tahun
1986.
Revolusi ini di sebut dengan Revolusi EDSA (Epifanio de los Santos Avenue) yaitu
merupakan revolusi yang digerakkan oleh rakyat sehingga sering disebut Gerakan
People Power.
Revolusi ini pada dasarnya ingin menumbangkan pemerintahan Ferdinand Marcos karena
pemerintahannya yang diktator, korup dan anti kritik.
Hal itu terlihat dari adanya tindakan Marcos yang menyingkirkan lawan-lawan politik
yang melakukan kritik kepadanya.
Revolusi terjadi ketika salah seorang pengkritiknya yang bernama Benigno Aquino
terbunuh dan negara seakan tidak serius menanganinya sehingga dengan dipimpin oleh
Corazon Aquino terjadinya revolusi ini yang berujung pada runtuhnya rezim Ferdinand
Marcos dan naiknya Corazon Aquino sebagai presiden Filipina.