mengenal bangsa Timur. Hampir bersamaan dengan itu bangsa-bangsa Barat juga
"menemukan" dunia baru yang lain
ter¬masuk misalnya benua Amerika. Tetapi jauh sebelum itu para pedagang
Parsi (Iran sekarang) sudah menjalin
kontak perdagangan dan juga informasi dan kebudayaan dengan bangsa di Cina;
dan beberapa kota pantai yang berada di
wilayah negara yang sekarang disebut Indonesia sudah menjadi pusat-pusat
perdagangan termasuk misalnya Pasai, Delhi,
Banten, Cirebon, dan Jepara. Jalinan hubungan perdagangan, kebudayaan, dan
sesekali juga politik antara masyarakat
dan penguasa di berbagai wilayah Nusantara dengan India dan juga Cina sudah
berlangsung jauh sebelum bangsa-bangsa
Barat berlayar ke Timur.
Ilustrasi singkat ini membuktikan bahwa jalinan serta kontak-kontak ekonomi-
perdagangan, politik, dan budaya di antara
anak-turun Adam sebenarnya sudah berlangsung sangat lama yang kemudian
mengalami perkembangan sangat kompleks
dan per¬cepatan tinggi yang sekarang dikenal dengan globalisasi.
Glo¬balisasi dengan demikian sebenarnya
bukan merupakan gejala yang sama sekali baru; dan berpikir untuk menutup diri
sepenuhnya dari pengaruh luar lebih
merupakan ilusi. Politik isolasi yang ditempuh bangsa Jepang semasa rezim
Shogunat harus berakhir pada tahun 1853
ketika Komodor Matthew C. Perry dengan dukungan beberapa armada mendarat
di Uraga (sebuah kawasan di Teluk
Tokyo) dan berhasil memaksakan politik pintu terbuka yang kemudian membawa
perubahan-perubahan pada rezim.
Reformasi harus dilakukan oleh bangsa Jepang terutama sejak 1856, atau yang
lebih dikenal dengan Restorasi Meiji, yang
berlangsung paling tidak hingga awal abad ke-20 (lihat misalnya Shozo, 1981:
179-220).
Sampai sebegitu jauh media massa nampaknya belum mengambil peran-peran
secara signifikan sebagaimana waktu
sekarang. Alat cetak manual (hand press) sangat sederhana baru dirintis
pertengahan kedua abad ke-15 oleh Guttenberg di
Jerman dan suratkabar di Amerika baru dirintis pada akhir abad ke-17 dengan
diterbitkannya Public Occurences (lihat
Fedler, 1978:1-39; DeFleur dan Denis,1985:33-75). Di Indonesia sejarah
suratkabar (masih dengan hand press sederhana
dan milik Belanda) baru dimulai menjelang akhir abad ke-18 - lebih dari setengah
abad setelah Belanda mulai
menancapkan kekuasaannya di Indonesia dengan diterbitkannya Bataviasch
Nouvelle; dan rintisan awal surat¬kabar
nasional (dimiliki oleh dan dengan menggunakan bahasa Indonesia) ditandai
dengan terbitnya Medan Prijaji di Bandung di
tahun 1904 (Pawito, 2002:76-77).
Gejala globalisasi mengalami peningkatan akselerasi dan eskalasi dahsyat
terutama setelah di akhir dekade 1980-an Soviet
Russia (USSR) hancur berkeping dan kemudian muncul negara-negara (atau
bangsa-bangsa) yang merdeka yang
kemudian diikuti oleh negara-negara di Eropa Timur serta robohnya Tembok
Berlin yang kemudian menyatukan kembali
Jerman (lihat, misalnya, Treadgold, 1995:431-440; Dawisha, 1988:102-214). Hal
demikian rupanya sekaligus mengakhiri
era perang dingin (cold war) antara Blok Barat yang merepresentasikan kekuatan
liberalisme-kapi¬talisme dengan AS
berada di garis depan yang berhadapan dengan Blok Timur yang
merepresentasikan kekuatan totalitarianisme-komunisme
dengan Uni Soviet berada di garis depan. Hal ini rupa¬nya juga menandai
kemenangan sistem demokrasi liberal yang
kemudian oleh Fukuyama dikatakan sebagai "end point of mankind's ideological
evolution" dan "final form of human
government" (Fukuyama, 1992:xi).
Penting untuk dikemukakan dalam kaitan ini bahwa media massa mengambil
peran-peran yang sangat penting dalam
proses-proses perubahan menuju demokrasi di kawasan tersebut (dan kawasan
lain). Tiga pilar perubahan yang diusulkan
oleh Michael Gorbachev glassnot (keterbukaan), perestroika (reformasi), dan
democratziya (demokratisasi) pada akhirnya
diterima oleh masyarakat/bangsa Russia, walau harus melewati masa transisi yang
sulit dan berdarah-darah pada masa
pemerintahan penerusnya Boris Yeltzyn. Hal demikian dapat terjadi terutama
karena didukung oleh kebebasan pers
dan/atau informasi. Gorbachev dalam kaitan ini menulis, antara lain, sebagai
berikut.
Perestroika confirmed once again that the normal, democratic development of
society rules out universal secrecy as a
method of administration. Democratic development presupposes glasnost - that is
openness, freedom of information for all
citizens and freedom of expreession by them of their political, religious, and other
views and convicstions, freedom of
criticism in the fullest sense of the word (Gorbachev, 2000:61).
<p style="text-align: justify;">Apa yang terjadi di Indonesia memang tidak sama
persis dengan yang terjadi di Uni Soviet dan
juga Eropa Timur; akan tetapi ada kesamaan yang terkesan sangat menonjol.
Kesamaan termaksud, antara lain, adalah
kenyataan bahwa proses-proses demo¬kratisasi (proses perubahan menuju
tatanan lebih demokratis) dimulai dari
sebagian kalangan elite dan kalangan muda, terutama para akademi, tokoh
masyarakat dan mahasiswa, yang merasa
semakin letih oleh kondisi-kondisi yang ada yakni tatanan yang semakin
mengarah kepada otoritarian dan korup pada
menjelang akhir periode Orde Baru. Mereka ini, sebagaimana sebagian elite partai
Komunis dan angkatan muda yang
Globalisasi Pertama menurut Kennedy terjadi pada 18501914, dimulai dari penyebaran nilai
liberal dalam perekonomian sebagaimana tecermin dalam Napoleonic Code, yang merupakan
sumber Kitab Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) kita. Penekanan dalam periode ini meliputi
soal kebebasan dan kebendaan individu. Dari sudut hukum ekonomi internasional, periode ini
menyaksikan munculnya konsep tentang perdagangan bebas dan gold standard. Pemikiran
hukumnya banyak bersumber dari FK von Sa vigny dan berhasil masuk ke Inggris serta
Amerika dalam bentuk positivisme hukum (legal positivism).
Indonesia sendiri mengalami Globalisasi Pertama dalam statusnya sebagai koloni Hindia
Belanda. Sebagai koloni, pluralisme hukum terbentuk antara hukum Barat yang hidup
berdampingan dan sistem hukum adat/lokal yang ada di Indonesia saat itu.
Tahun 1900 adalah awal Globalisasi Kedua, yang juga dinamakan ”The Social”. Periode ini
bertahan 68 tahun. Penekanannya pada perombakan struktur/kelas sosial, keadilan sosial,
nasionalisme, lokalisme, sosialisme/komunisme, dan jaringan sosial. Nilai individualisme
diganti dengan nilai kepentingan bersama. Hukum ditegakkan guna mencapai tujuan sosial
tertentu. IMF, Bank Dunia muncul sebagai akibat Bretton Woods, lalu GATT menyusul, dan
ekonomi pasar mulai ditinjau kembali. Periode ini ditandai dengan adanya semacam
kebutuhan akan suatu tatanan internasional yang lebih berperan dalam perekonomian. Friksi
antara kapitalisme dan komunisme juga terjadi dalam masa ini.
Dalam sejarah republik kita, Globalisasi Kedua berlangsung paling lama: sejak kemerdekaan
sampai akhir Orde Baru. Ada nilainilai nasionalisme dan pluralisme hukum yang masuk
sebelum kemerdekaan. Sedangkan masa setelah Orde Baru ditandai dengan masuknya aliran
hukum ”Law and Development” sesuai dengan anutan elite hukum di Indonesia. Pemerintah
saat itu pun melihat manfaat untuk mengkonsepsikan hukum dan pranata hukum, termasuk
cabang yudikatif, sebagai alat dan sarana tujuan tertentu, yaitu ”pembangunan”.
Namun, pada saat yang sama sebenarnya sudah terjadi sejak 1945 mulai berkembang nilai-
nilai lain yang menjadi dasar dari pemikiran hukum kontemporer (Globalisasi Ketiga) sebagai
hasil sintesis Classical Legal Thought dengan The Social. Dalam periode ini, kebijakan dan
neoformalisme menjadi lebih penting. Nilai yang mengalami globalisasi adalah hak asasi
manusia, nondiskriminasi, rule of law, federalisme, otonomi daerah, konstitusionalisme,
termasuk peraturan prudensial, Basel II, good corporate governance, serta konsep baru
tentang regulasi pasar (the pragmatically regulated market). Globalisasi ini juga menghasilkan
the European Commission, NAFTA, dan WTO.
1. SEJARAH GLOBALISASI
o Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad
ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional.
o Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia
telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih
globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan
antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M.
o Saat itu, para pedagang dari Cina dan India mulai menelusuri negeri lain
baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera ) maupun jalan laut
untuk berdagang.
o Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di
Asia dan Afrika .
o Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi
Jepang , Cina , Vietnam , Indonesia , Malaka , India , Persia , pantai
Afrika Timur , Laut Tengah , Venesia , dan Genoa .
o Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga
menyebarkan nilai-nilai agamanya , nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial
dan budaya Arab ke warga dunia.
o Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran
oleh bangsa Eropa . Spanyol , Portugis , Inggris , dan Belanda adalah
pelopor-pelopor eksplorasi ini.
o Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang
meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai
ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti
komputer dan internet .
o Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa
pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
o Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta
pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia.
o Di Indonesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan
Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon
dari Amerika Serikat , Unilever dari Belanda , British Petroleum dari
Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini
tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
o Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika
perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh.
o Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme
adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.
o Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai
pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan transportasi . Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai
kabur.
globalisasi, yakni pertumbuhan ekonomi antarnegara yang saling bergantung satu sama
lain di dunia yang luas ini yang meliputi peningkatan jumlah dan jenis transaksi lintas
batas baik dalam benda dan jasa, pergerakan modal internasional yang bebas, dan
semakin cepat daan luasnya perkembangan teknologi.
PENUTUP
Globalisasi adalah sebuah fenomena social dari masyarakat internasional yang bertujuan
untuk menghasilkan terwujudnya sebuah dunia yang tanpa batas. Globalisasi adalah
sebuah proses yang sarat akan kepentingan berbagai pihak yang bermain di dalamnya.
Target utamanya adalah untuk membuat sebuah komunitas global yang memiliki
homogenitas yang kemudian dapat dengan mudah digerakkan atau dikontrol.Modernisasi
adalah sebuah proses kehidupan social yang muncul ditandai dengan adnya perubahan
tata kehidupan manusia yang berjalan seiringan dengan tuntuan hidupnya. Modernisasi
kerapkali disandingkan dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang. Teknologi ini
adalah sebuah produk dari modernisasi yang kemudian muncul akan kebutuhan hidup
manusia untuk memanfaatkan setiap kesempatan dengan esensi efisiennya dan
memproduksi setiap hal yang terbaik dnegan esensi efektifnya. Teknologi ini adalah hasil
nyata
dari proses berpikir ilmiah masyarakat yang merupakan cirri utama dari suatu era
modernisasi.Globalisasi dan Modernisasi pada awal pembentukannya adalah sebuah
niatan yang sangat baik, guna menciptakan kemerataan dan kedailan yang baik desegala
bidang pada masyarakat dunia. Seiring dengan berjalan dan berkembanganya umat
manusia di dunia, kedua hal ini pun berkembang menjadi sesuatu yang kemudian sart
akan kepentingan berbagai pihak. Kepentingan berbagai pihak ini yang kemudian
diyakini sebagai hal yang merusak esensi luhur dari globalisasi dan modernisasi.Sampai
pada suatu titik dimana sekat antara modernisasi dan globalisasi seakan kabur. Selama
pembahasan kami diatas, dapat kami simpulkan bahwa Globalisasi dan Modernisasi
bukanlah suatu hal yang dapat diperbandingkan sehingga kemudian bermuara pada
kesepakatan sama atau tidak sama.Globalisasi dan Modernisasi adalah suatu hal yang
saling mendukung satu sama lain. Modernisasi adalah sebuah sarana singkat yang
kemudian menjadi seakan jalan tol bagi globalisasi.Modernisasi adalah jalan tol bagi
Globalisasi, itu simpulan menurut kami.