Anda di halaman 1dari 8

Kiprah Pemikiran Politik Tokoh Tokoh Bangsa Indonesia

(Politik Soekarno, Politik Soeharto, dan Mohammad Hatta)

Disusun Oleh :

ZULFAHMI 19.1400.007

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PAREPARE
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kiprah
Pemikiran Politik Tokoh Tokoh Bangsa Indonesia“. Shalawat dan salam penulis
sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia
dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Parepare, 5 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………....

1.1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

1.1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….

1.1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………….

1.2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………………

1.2.1 Kiprah Pemikiran Politik Soekarno ………………………………………...................

1.2.2 Kiprah Pemikiran Politik Soeharto………………………………………....................

1.2.3 Kiprah Pemikiran Politik Mohammad Hatta………………………………….............

1.3 BAB III PENUTUP

1.3.1 Kesimpulan .....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Fenomena politik tanah air saat ini banyak diwarnai dengan pemikiran-pemikiran tokoh
politik. Lama. Pemikiran-pemikiran politik tersebut menjadi landasan filosofis dalam
aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks politik tanah air. Menyadari
pentingnya hal ini, tampaknya pengkajian tentang pemikiran politik beberapa tokoh di tanah
air menjadi bagian yang sangat penting dan strategis guna mencermati fenomena politik yang
berkembang di Indonesia saat ini. Pemikiran politik yang dikembangkan oleh Soekarno,
Bung Hatta, dan Tan Malaka menjadi sumbangsih berharga dalam konteks kekinian dinamika
politik di Indonesia dengan ditandai adanya konsep pemikiran politik yang mengedepankan
filosofi politik ciri khas tokoh politik tersebut. Soekarno sangat mengedepankan konsep
gotong royong dan berdikari.

1.1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kiprah Pemikiran Politik Soekarno ?

2. Bagaimana Kiprah Pemikiran Politik Soeharto?

3. Bagimana Kiprah Pemikiran Politik Mohammad Hatta?

BAB II
PEMBAHASAN

1.2.1 Kiprah Pemikiran Politik Soekarno

Pemikiran politik Soekarno yang paling berpengaruh dalam kehidupan politik di


Indonesia adalah munculnya konsep pemikiran politik tentang Nasakom, Nasasos, dan
Gotong royong. Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) adalah konsep politik yang
dicetuskan oleh Soekarno dan merupakan ciri khas dari demokrasi terpimpin. Hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu TNI,
kelompok Islam, dan komunis. Nasasos (nasionalisme, agama, dan sosialis) adalah konsep
pemikiran politik Soekarno yang menggantikan konsep

Nasakom yang dianggap oleh masyarakat bahwa Soekarno lebih berafiliasi ke partai
komunis. Untuk menghindari adanya kesan bahwa Soekarno ada dibalik komunis maka ia
melahirkan konsep baru yaitu Nasasos. Konsep berikutnya yang dikembangkan oleh
Soekarno yaitu konsep gotong royong. Gotong royong menurut Soekarno sering dijadikan
kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan di Indonesia.
Gotong royong sudah menjadi ciri khas budaya bangsa Indonesia. Konsep ini menurut
Soekarno akan menjadi ciri kemandirian bangsa. Maju mundurnya bangsa Indonesia
tergantung pada bangsa Indonesia itu sendiri tanpa bergantung pada bantuan asing yang
dikenal dengan sebutan berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).

Hal ini sebagaimana dijelaskan Benhard Dahm (1987:140) bahwa Soekarno


menjelaskan tidak ada tempat bagi kepercayaan bahwa pihak penguasa akan memberikan
kepada mereka ruang gerak untuk mengembangkan kekuatan mereka sendiri. Artinya
Soekarno tidak ingin memberi kesempatan kepada bangsanya sendiri untuk tergantung
kepada bangsa lain. Jati diri bangsa serta maju mundur bangsa dalam pandangan Soekarno
adalah dengan berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari.

1.2.2 Kiprah Pemikiran Politik Soeharto


Pemikiran dalam diri Soeharto, telah banyak ditulis oleh Soeharto dalam buku “Butir-
Butir Budaya Jawa” berisi banyak hal mengenai kehidupan. Kandungan falsafah Jawa ini
termaktub dalam isi kalimat Hanggayuh Kasampurnaning Hurip, Berbudi Bawaleksana,
Ngudi Sejatining Becik (Mencapai Kesempurnaan Hidup, Berjiwa Besar, Mengusahakan
Kebaikan Sejati). Analogi ini tertera dalam cover buku, yang menunjukkan isi buku ini
tentang segala macam kesempurnaan hidup manusia adalah berjiwa besar dan mengusahakan
kebaikan yang sejati untuk keharmonisan semua. Seperti dalam pemikiran kemanusiaannya
Soeharto mengatakan. “Rame ing gawe, sepi ing pamrih, memayu hayuning buana; banyak
berkarya, tanpa menuntut balas jasa, membangun kebahagiaan dunia. Manusia saderma
nglakoni, kaya wayang umpamane.

Manusia sekedar menjalani, diibaratkan laksana wayang.” Ibarat dari pemikiran ini
begitu luas jangkauannya, karena apa yang terkandung di dalamnya mempunyai falsafah
tentang kehidupan kemasyarakatan. Sebagai pemimpin, Soeharto mengerti apa yang
diusahakan dan ia pikirkan untuk bangsanya dan kelangsungan hidup rakyatnya, yang semua
itu digali dari pemikiran budaya Jawa. Tidak semua pemimpin mampu berpikir untuk bangsa
dan negaranya dalam jangka yang sangat panjang. Ini semua dihasilkan dari bagaimana ia
dapat meramu pemikiran budaya Jawa yang notabene mengandung falsafah terhadap
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Konsep budaya Jawa itu bersifat universal di dalam
bingkai keindonesiaan.

Soeharto sebagai orang Jawa yang menyadari akan keuniversalan itu, sehingga dalam
kepemimpinnnya selalu berpikir tentang bangsanya tidak terlepas dari nuansa kejawaan.
Namun, hal ini tidak membuat anti Jawa pada masyarakat yang bukan Jawa, malahan
beberapa petinggi negara sangat kental pengakuanya pada budaya Jawa. Yang mendasari
masalah ini, tidak lain adalah kelenturan budaya Jawa yang dapat mengakses dari berbagai
suku di Indonesia yang bukan berasal dari Jawa pun, mengakui akan ke Jawaan Soeharto.

1.2.3 Kiprah Pemikiran Politik Mohammad Hatta

Hatta, memiliki ciri masing dalam pemikiran dan gagasannya mengenai suatu bangsa
yang merdeka. Di satu pihak, Soekarno lebih menekankan kepada persatuan dan kebesaran
bangsa yang dapat mengobarkan semangat kebangsaan, di lain pihak Hatta lebih menekankan
tentang kemakmuran dan demokrasi bagi rakyat Indonesia. Pemikiran dari kedua tokoh
tersebut walaupun ada yang berbeda, tetapi ada kesamaan. Perbedaan yang terdapat dari
keduanya akan saling melengkapi. Yang paling terkenal dari konsep pemikiran politik Bung
Hatta adalah pemikiran politik kebangsaan yang menjelaskan pandangannya bahwa
kemakmuran dan demokrasi merupakan aspek yang mutlak harus dicapai oleh bangsa
Indonesia. Ke depan Indonesia bangsa harus menjadi bangsa yang bersatu dan tidak terpisah-
pisah, bebas dari penjajahan asing dalam bentuk apapun baik itu politik dan ideologi.

Dasar-dasar perikemanusiaan harus terlaksana dalam segala segi penghidupan. Bung


Hatta lebih menekankan pentingnya suatu integritas bangsa yang bebas dari segala bentuk
penjajahan untuk menciptakan suatu kemakmuran dan demokrasi yang menjadi dasar suatu
negara. Selain itu, Bung Hatta juga memiliki pemikiran politik tentang pemahaman tentang
sosialisme kebersamaan. Sejalan dengan itu, dijelaskan Deliar Noer (1965: 143) bahwa Hatta
mengemukakan dalam bidang politik dan ekonomi suatu negara maka rakyatlah yang
berdaulat. Artinya bahwa kebersamaan perlu dibangun untuk kemajuan suatu negara. Perlu
dijelaskan pula bahwa sosialisme kebersamaan yang dikembangkan Hatta dipengaruhi
ayahnya yang berasal dari Minangkabau. Di situ rasa kekeluargaan sangat kuat untuk saling
tolong menolong. Adanya pemimpin yang dengan anak buahnya saling kerja sama,
musyawarah mufakat hingga akhirnya menyimpulkan bahwa konsep kebersamaan itu identik
dengan bentuk koperasi. Koperasi merupaka usaha bersama untuk menolong diri sendiri
secara bersama-sama. Dengan demikian orang yang berkiprah sebagai anggota dalam suatu
koperasi harus memiliki kepentingan yang untuk meraih kesejahteraan.

BAB III
PENUTUP

1.3.1 Kesimpulan

Dinamika politik Indonesia saat ini sangat diwarnai dengan berbagai fenomena yang
sangat menarik untuk dicermati. Dalam implementasi kehidupan saat ini, terefleksikan
konsep-konsep pemikiran tokoh politik lama. Hal ini ditandai dengan adanya pemikiran-
pemikiran politik yang digagas oleh tokoh politik lama yang masih relevan diaktualisasikan
dalam kehidupan politik di Indonesia saat ini. Soekarno yang mengedepankan konsep gotong
royong dan berdikari sebagai falsafah hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara masih
sangat relevan dengan kehidupan politik saat ini guna mencapai tujuan pembangunan
nasional Indonesia. Dalam konteks kekinian, pemerintahan saat ini mengobarkan atau
menggelorakan gotong royong, dan berdikari. Hal ini menjadi kunci penting untuk
mewujudkan harapan dan cita-cita agar Indonesia agar mampu berdaya saing dan menang
dalam persaingan global. Dengan demikian semangat gotong royong juga penting untuk
mewujudkan cita-cita kemerdekaan, terutama membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Pada konteks yang lainnya, dalam kehidupan politik saat ini konsep pemikiran Bung
Hatta yang mengusung kemakmuran kehidupan berdemokrasi merupakan aspek yang mutlak
harus dicapai oleh bangsa Indonesia. Dengan konsep ini diharapkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat terwujud secara nyata.

Anda mungkin juga menyukai