Anda di halaman 1dari 47

ETIKA PROFESI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

X AKL 1

Dia Tantri Dwi Retno Kumalasari (29)

Dina Oktavia (30)

Dinia Kartika Putri (31)

Dita Meliana (32)

Dwi Mei Saroh (33)

Earlyana Rahma Fine (34)

Eka Rochmania (35)

Guru Pembimbing : Sumarlik,S.Pd

SMK NEGERI 1 JOMBANG

Jalan Dr. Sutomo Sengon Kab. Jombang Kec. Jombang

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan dalam menulis dan mengerjakan
makalah ETIKA PROFESI.

Makalah ini kami susun untuk melengkapi kegiatan pembelajaran Etika Profesi yang
ditugaskan oleh guru pembimbing sesuai dengan Kurikulum 2013 (KI-KD 2017). Kami harap makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Sumarlik selaku guru pembimbing
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta
wawasan kami.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membagi informasi
sebagian pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Namun, kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
meminta maaf bila adalah salah penulisan kata. Sehingga kami menantikan kritik dan saran dari
pembaca agar makalah ini sempurna.

Jombang, 01 April 2021

KELOMPOK 5

X AKL 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

i. LATAR BELAKANG
ii. RUMUSAN MASALAH
iii. TUJUAN

KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA

A. Sekilas tentang Kesehatan Lingkungan Kerja


B. Standarisasi Kesehatan Lingkungan Kerja

SOAL LATIHAN DAN JAWABAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA

A. Sekilas tentang Penyakit Akibat Kerja


B. Penyakit Akibat Kerja dan Penanganannya

SOAL LATIHAN DAN JAWABAN

KOMUNIKASI BISNIS

A. Mengenal Komunikasi secara Umum


B. Komunikasi dalam Bisnis

SOAL LATIHAN DAN JAWABAN

KENDALA-KENDALA DALAM KOMUNIKASI BISNIS

A. Hambatan dalam Komunikasi Bisnis dan Cara Mengatasinya


B. Komunikasi-Komunikasi yang Efektif

SOAL LATIHAN DAN JAWABAN

PENUTUP

GLOSARIUM

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

i. LATAR BELAKANG
Kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal. Tindakan nyata dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Semakin meningkatnya aktivitas industri, semakin banyak pula inovasi dan
perubahan teknologi yang diterapkan dalam industri. Terkadang penerapan inovasi tersebut
membawa dampak yang kurang baik terhadap kesehatan pekerja. Beberapa pola
penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan pekerjaan. Beberapa contoh fisik (panas,
bising, radiasi), faktor mekanik (proses kerja, peralatan), dan faktor kimia. Banyak dari
perubahan ini yang tidak disadari oleh para pekerja dan bahkan dibiarkan begitu saja.
Walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan
rehabilitatif saja tanpa adanya langkah promosi pencegahan.
Komunikasi sejak lama menjadi kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan
dunia kerja. Bila komunikasi berjalan efektif, arus informasi dalam dunia kerja pun akan
berjalan dengan lancar, sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan.
Sebaliknya, jika komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akhirnya tentu
akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan. Maka dari itu, bagi yang akan
memasuki dunia kerja harus memahami bahwa efektivitas dalam komunikasi itu penting
untuk menjalin hubungan yang sehat.
Menguasai praktik komunikasi dengan baik merupakan keterampilan yang penting
dalam hidup manusia. Bagian terpenting dalam berkomunikasi bukanlah sekadar apa yang
ingin kita sampaikan, tetapi karakter kita akan menentukan bagaimana kita menyampaikan
pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat
yang disampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi, dalam komunikasi yang
baik terbangun dari penggabungan beberapa unsur. Hal ini terkadang kurang diperhatikan
dan akhirnya menjadi hambatan.

ii. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya, yaitu:
1. Apa yang dimaksud kesehatan di lingkungan kerja ?
2. Bagaimana pengecekan kesehatan di lingkungan kerja ?
3. Apa yang dimaksud penyakit akibat kerja ?
4. Bagaimana pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja ?
5. Bagaimana cara menerapkan komunikasi bisnis ?
6. Bagaimana cara melakukan komunikasi bisnis ?
7. Apa saja kendala-kendala komunikasi bisnis ?
8. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala komunikasi bisnis ?
iii. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud kesehatan di lingkungan kerja.
2. Mengetahui bagaimana pengecekan kesehatan di lingkungan kerja.
3. Mengetahui apa yang dimaksud penyakit akibat kerja.
4. Mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
5. Mengetahui bagaimana cara menerapkan komunikasi bisnis.
6. Mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi bisnis.
7. Mengetahui apa saja kendala-kendala komunikasi bisnis.
8. Mengetahui bagaimana solusi dalam mengatasi kendala komunikasi bisnis.
KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA

Tahukah Anda lingkungan kerja sangat berpengaruh bagi kesehatan para pekerja ? Pada usia
produktif manusia banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Lingkungan kerja yang layak
untuk bekerja akan mendukung tingkat kesehatan pekerja yang akan berimbas pada
produktivitasnya. Selain itu, perlu adanya standarisasi lingkungan kerja yang sehat. Seperti apa hal-
hal yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan kesehatan pekerja di lingkungan kerja ? Cermat
bab ini dengan baik !

Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis kesehatan di lingkungan kerja.

4.6 Melakukan pengecekan kesehatan di lingkungan kerja.

Kata Kunci
 ADP

 Determinan

 Ergonomi

 K3

 Kesehatan

 Standar Kesehatan

 Stres
PETA KONSEP

Teori K3

Sekilas tentang Kesehatan Ruang Lingkup Kesehatan


Lingkungan Kerja Kerja

Tujuan

Syarat Kesehatan
Lingkungan Kerja
Kesehatan di Lingkungan
Kerja
Alat-Alat Pelindung
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja

Kapasitas, Beban, dan


Lingkungan Kerja

Standarisasi Kesehatan Langkah Mengantisipasi


Lingkungan Kerja Bahaya Lingkungan Kerja

Determinan Kesehatan
Kerja

Ergonomi

Stres (Psikologi Kerja)

Kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Tindakan nyata dari
upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan
dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri.
A. SEKILAS TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
Berdasarkan WHO (World Health Organization) pengertian kesehatan lingkungan adalah
suatu kesinambungan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya supaya
dapat menjamin keadaan kesehatan manusia. Sedangkan menurut HAKLI (Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Selanjutnya pengertian lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
pekerja dan memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Pendapat
lain juga mengatakan bahwa lingkungan kerja berupa keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, metode kerjanya, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, serta pengaturan
kerjanya baik bagi perseorangan maupun tim kerja.
1. Teori K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu sistem program yang dibuat bagi
pekerja dan pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Upaya yang dilakukan dengan
cara mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif.
K3 berupa hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam lingkungan
perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya. Memahami arti
kesehatan dan keselamatan kerja ketika menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan
menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi
perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan berkewajiban
menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Perlu dipahami juga bahwa ide
tentang K3 sebenarnya sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun silam, tetapi masih ada saja
pekerja dan perusahaan yang belum menerapkan sistem K3 dengan peningkatan kinerja
perusahaan. Lebih parahnya mereka melihat peralatan K3 seperti sesuatu yang mahal dan
seakan-akan hanya menambah biaya dan mengganggu proses kinerja.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dan lingkungan
kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan
yang tujuannya sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesehatan dan memelihara di semua lapangan kerja baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi para pekerja ketika menyelesaikan pekerjaannya
dari adanya bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko kecelakaan.
d. Mencegah dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja.
3. Tujuan
Secara umum kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya (fisik, mental, sosial) bagi pekerja dan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan
tersebut melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
tertentu/gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja.
Tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit/kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan
kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya
pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
f. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin timbul dari produk-produk
perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin.
b. Meningkatkan status kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi.
c. Meningkatkan keuntungan perusahaan (aspek ekonomi).
d. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

B. STANDARISASI KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA


Semua pekerja dapat saja terganggu kesehatannya ketika bekerja di lapangan ataupun di
perkantoran. Tak beda dengan kondisi di lapangan, lingkungan kerja kantoran pun dapat
menimbulkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan.

1. Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/Menkes/SK/XI/2002 yang mengatur tentang persyaratan kesehatan pada lingkungan
kerja di perkantoran sesuai dengan persyaratan yang telah ada, maka gangguan kesehatan
bagi para pekerja yang setiap hari bekerja di lokasi tersebut dapat dicegah. Persyaratan
kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja perkantoran dan industri meliputi:
persyaratan air, udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit,
persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi.

a. Air Bersih

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia,
mikrobiologi dan radio aktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku. Air bersih merupakan air kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih dan dapat diminum apabila dimasak yang dipergunakan untuk keperluan sehari-
hari.

b. Udara Ruangan

Suhu dan kelembapan yang ditetapkan untuk area perkantoran adalah sebagai berikut.

a. Suhu: 18-28 derajat C.


b. Kelembapan: 40%-60%.

c. Debu dikontrol dengan selalu dipel dengan kain basah atau vacuum pump.

d. Pertukaran udara dengan cara menggunakan AC atau ventilasi minimal 15% dari
luas lantai.

e. Gas pencemar, tidak boleh melebihi konsentrasi maksimum.

f. Mikroba, angka kuman dalam udara tidak melebihi batas.

c. Limbah

1) Limbah padat/sampah

Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari bahan yang kuat.

2) Limbah cair

Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair
dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau. Semua limbah cair harus
dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan
tangki septik.

d. Pencahayaan di Ruangan

Persyaratan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

e. Kebisingan di Ruangan

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA

f. Getaran di Ruangan

Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi
syarat No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN MAKSIMAL (dalam mikron = 10 -6 M)

g. Radiasi di Ruangan

Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnet listrik di tempat kerja adalah sebagai
berikut.

1) Medan listrik.

a) Sepanjang jam kerja: maksimal 10 kV/m.

b) Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m.

2) Medan magnet listrik.

a) Sepanjang hari kerja: maksimal 0,5 m (mili Tesla).


b) Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari: 5 mT

h. Vektor Penyakit

1) Serangga penular penyakit.

2) Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular.

3) Berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga).

a) Indeks lalat: maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30
menit.

b) Indeks kecoak: maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 1hari/24


jam.

c) Indeks nyamuk Aedes aegypti: container indeks tidak melebihi 5%.

d) Tikus: setiap ruang kantor harus bebas tikus.

i. Ruang dan Bangunan

Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan
kesehatan dan kecelakaan. Lantai yang berkualitas baik terbuat dari bahan yang kuat,
bersih, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin.

j. Toilet

Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. Setiap kantor harus
memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban, dan peturasan minimal.

k. Instalasi

Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. Setiap kantor harus
memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban, dan peturasan minimal.

2. Alat-Alat Pelindung Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat yang dipersiapkan oleh perusahaan
untuk tenaga kerja demi melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. Tetapi, dengan memakai APD bukanlah tindakan pengganti dari
kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Kegunaannya melindungi kepala terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan lain-lain.
Terbuat dari bahan polyethylene, plastik, katun, aluminium dan bahan sintetis lainnya.
Berikut beberapa contoh alat pelindung kesehatan dan keselamatan kerja.

a. Pelindung Wajah

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari kecelakaan.


b. Topi Pengaman (Helmet)

Alat ini digunakan untuk melindungi bagian kepala pekerja dari kemungkinan benturan
dan kejatuhan benda.

c. Pelindung Mata

Kegunaannya melindungi mata dari loncatan bunga api, loncatan benda-benda kerja,
percikan bahan kimia dan sinar yang bersifat keras.

d. Pelindung Telinga

Memiliki kegunaan melindungi pendengaran petugas dari suara keras yang melampaui
batas kekuatan pendengar dengan spesifikasi sesuai tempat kerja Pelindung telinga ini
terbuat dari karet.

e. Pelindung Kaki

Kegunaannya melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas, dan lain-
lain. Spesifi standarnya harus memiliki daya sekat 1-6 kV, 6-20 kV dan terbuat dari bahan
kanvas, karet, kulit, dan bahan sintesis lainnya.

f. Pelindung Tangan

Kegunaannya melindungi tangan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan lain-
lain, dengan spesifikasi daya sekat 1.000 Volt, 1-6 kV, 6 k V. Terbuat dari bahan katun,
nilon, kanvas, kufit, karet, lapisan asbes dan bahan sintetis lainnya dan memiliki ukuran
pendek dan panjang.

g. Pakaian Pelindung

Kegunaannya melindungi badan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan lain-
lain. Terbuat dari bahan katun, karet, neoprene, polveethane, campuran/ lapisan sabes,
timah hitam dan bahan sintesis lainya. Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat
pelindung diri. Pakaian kerja khusus pria yang mengoperasikan mesin harus sesuai
dengan pekerjaannya. Pakaian kerja wanita sebaiknya berbentuk celana panjang, baju
yang pas, tutup rambut dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja khusus
untuk pekerjaan dengan sumber bahaya tertentu seperti:

1) Terhadap paparan panas, pakaian tersebut dapat merefleksikan panas, biasanya


aluminium dan berkilat.

2) Terhadap radiasi mengion, pakaian dilapisi timbal (timah hitam).

3) Terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi, pakaian terbuat dari plastik atau
karet.

3. Kapasitas, Beban, dan Lingkungan Kerja


Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja adalah tiga komponen utama yang diperhatikan
dalam kesehatan kerja, di mana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang
baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berlebihan
akan mengakibatkan pekerja mengalami gangguan atau penyakit. Lingkungan kerja misalnya
panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain ini dapat menjadi beban tambahan terhadap
pekerja. Dan hal ini juga dapat menambah beban kerja yang dapat mengakibatkan gangguan
dan penyakit.

4. Langkah Mengantisipasi Bahaya Lingkungan Kerja

a. Pengenalan lingkungan kerja dilakukan dengan melihat dan mengenal pekerjaan


tersebut.

b. Evaluasi lingkungan kerja. Ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya
potensi yang dapat menimbulkan bahaya.

c. Pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengurangi atau


menghilangkan bahaya yang mungkin timbul.

Upaya pokok kesehatan kerja adalah sebagai berikut.

a. Pencegahan kecelakaan akibat kerja (preventif).

b. Dalam kaitan dengan masyarakat sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga


mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit yang
diakibatkan oleh limbah atau produk perusahaan tersebut.

c. Promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan


produktivitas kerja (promotif).

d. Upaya-upaya pelayanan kesehatan (kuratif). Meskipun upaya pokoknya pencegahan


penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta promosi kesehatan kerja, tapi perlu
dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau
kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau keluarganya.

5. Determinan Kesehatan Kerja

Mencapai tingkat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya merupakan tujuan akhir kesehatan
kerja. Oleh karena itu, diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi para pekerja.
Prakondisi ini yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja, yaitu sebagai berikut.

a. Beban Kerja

1) Berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis
pekerjaan si pelaku.
2) Seharusnya, penempatan seorang pekerja atau karyawan disesuaikan dengan beban
optimum yang sanggup dilakukannya. Selain didasarkan pada beban optimum, juga
dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan sebagainya.

b. Beban Tambahan

1) Berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan


pekerjaan.

2) Dikelompokkan menjadi lima faktor yaitu sebagai berikut.

a) Faktor fisik: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas,
suara yang bising, dan lain-lain.

b) Faktor kimia: bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas,
uap atau asap, debu.

c) Faktor biologi: binatang atau tumbuhan yang mengganggu, misalnya lalat,


nyamuk, kecoak, lumut.

d) Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh
(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi.

e) Faktor sosial-psikologis: suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya ada gosip,
klik, cemburu.

c. Kemampuan Kerja

1) Kemampuan kerja orang berbeda-beda yang disebabkan karena kapasitas orang


tersebut berbeda.

2) Kapasitas merupakan kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang, yang
terbatas, atau suatu wadah kemampuan yang dipunyai oleh masing-masing orang.

3) Kapasitas kerja sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti gizi dan kesehatan
ibu, genetik, dan lingkungan.

4) Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam


melaksanakan pekerjaan.

6. Ergonomi

Kata "Ergonomik” berasal dari Bahasa Yunani, yaitu "Ergon" dan "Nomos". Ergon bermakna
kerja dan Nomos berarti hukum. Jadi pengertian Ergonomi itu sendiri secara garis besar
adalah "Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman dan
nyaman". Tujuan dari ergonomi adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling
serasi antara sub-sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Seorang
praktisi bidang kesehatan khususnya kedokteran harus memahami tujuan mempelajari
ergonomi. Dengan memahami tujuan ergonomi dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan
akan terhindar dari musculoskeletal disorders (MSDs). Tentunya efek jangka panjangnya
adalah praktisi dapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktivitas kerja praktisi
dalam bekerja.

Dua misi pokok ergonomi sebagai berikut.

a. Penyesuaian antar peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan,
bukan hanya fisik tetapi juga kemampuan intelektual. Ditujukan untuk mencegah
kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat tersebut.

b. Kecocokan antara peralatan kerja dan tenaga kerja akan mencegah kelelahan
sehingga lebih efisien dan memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

7. Stres (Psikologi Kerja)

Stres merupakan suatu kondisi yang sering dialami hampir semua pekerja dan dapat
disebabkan lingkungan kerja yang kurang baik. Stres di lingkungan kerja tidak dapat
dihindari, tetapi dapat dikelola, diatasi atau dicegah. Untuk mengelola stres, pertama harus
mengidentifikasi sumber atau penyebab stres tersebut. Faktor-faktor stres adalah sebagai
berikut.

a. Faktor internal dari dalam diri pekerja, misalnya kurangnya rasa percaya diri, kurangnya
kemampuan dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain.

b. Faktor eksternal: faktor lingkungan kerja. Yang termasuk lingkungan kerja yaitu
mencakup lingkungan fisik dan sosial (masyarakat kerja). Lingkungan fisik seperti tempat
kerja yang tidak higienis, kebisingan yang tinggi, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan
sosial adalah pemimpin yang otoriter, persaingan kerja yang tidak sehat, adanya klik di
lingkungan kerja, dan lain-lain.
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman, serta nyaman merupakan hal yang
diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan
hal yang sangat penting dalam memengaruhi sosial, mental, dan fisik dalam kehidupan pekerja. Apa
jadinya jika tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat ? Itu dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan,
dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Apa saja penyakit yang mungkin muncul akibat kerja ?
Simaklah dalam bab ini dengan baik !

Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis penyakit akibat kerja.

4.7 Melakukan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.

Kata Kunci
 Pajanan

 Penyakit Akibat Kerja

 Pencegahan
 Pengobatan Diagnosis

 Penyakit

PETA KONSEP
Pajanan Berbahaya
Sekilas tentang Penyakit
Akibat Kerja
Klasifikasi Penyakit Akibat
Kerja

Penyakit Akibat Kerja Penyakit Akibat Kerja

Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja dan
Penanganannya
Perawatan dan Pengobatan

Diagnosis Penyakit Akibat


Kerja

Semakin meningkatnya aktivitas industri, semakin banyak pula inovasi dan perubahan
teknologi yang diterapkan dalam industri. Terkadang penerapan inovasi tersebut membawa dampak
yang kurang baik terhadap kesehatan pekerja. Beberapa pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena
hubungan pekerjaan. Beberapa contoh fisik (panas, bising, radiasi), faktor mekanik (proses kerja,
peralatan), dan faktor kimia. Banyak dari perubahan ini yang tidak disadari oleh para pekerja dan
bahkan dibiarkan begitu saja. Walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari
segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa adanya langkah promosi pencegahan.

A. SEKILAS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang muncul akibat pekerjaan yang dijalani setiap hari,
proses, alat kerja, bahan, dan lingkungan kerja. Jadi penyakit akibat kerja merupakan penyakit
yang artifisial atau man made disease.
Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993,
penyakit yang muncul sebagai akibat hubungan kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1). Keputusan tersebut melampirkan daftar penyakit
diantaranya yang berkaitan dengan pulmonologi termasuk pneumoconiosis dan
silikotuberkulosis, penyakit paru dan gangguan saluran pernapasan akibat pencemaran debu
logam keras, penyakit paru dan saluran napas akibat debu kapas, vals, henep, dan sisal (bisionis),
asma akibat kerja, dan alveolitis alergika. Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan
bahwa mereka yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
memperoleh jaminan kecelakaan kerja.

1. Pajanan Berbahaya
Pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and insurance Board (2005),
antara lain :
a. Debu, gas, atau asap.
b. Suara/ kebisingan (noise).
c. Bahan toksik (racun).
d. Getaran (vibration).
e. Radiasi.
f. Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem.
g. Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem.
2. Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja
Dalam menjalani profesinya di perusahaan seorang pekerja pasti berisiko tertimpa
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat
kerja, yaitu :
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misal pneumonosiosis.
b. Penyakit yang salah satunya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya karsinoma
bronkhogenik.
c. Penyakit yang salah satu penyebab munculnya adalah pekerjaan.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki
banyak kegiatan industri dan teknologi, diantaranya :

a. Penyakit Silikosis.
Penyakit silikosis dapat muncul karena pencemaran udara yang mengandung debu silika
bebas, berupa SiO2 dan terhisab ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu
silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekiar 2-4 tahun.
Penyakit silikosis ditandai dengan sasak napas yang disertai dengan batuk batuk. Batuk
ini sering kali tidak disertai dengan dahak. Tingkat keparahan penyakit silikosis sedang,
gejalanya n berupa sesak napas yang disertai batuk.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau
serat asbes yang mencemari udara.
Asbes adalah campuran dari berbagai silika, namun yang paling utama adalah
magnesium silikat. Debu asbes yang terhirup pekerja dalam jumlah banyak akan
mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar/melebar.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit bisinosis merupakan penyakit pneumoconiosis yang muncul akibat terhirupnya
debu kapas atauserat kapas. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas,
terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin. Akibat masuknya debu kasar ke
dalam paru-paru reaksi alergi menjadi gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah
lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis merupaka penyakit yang menyerang saluran pernapasan sebagai
akibat terhirupnya debu batu bara. Seperti halnya penyakit silikosis dan juga penyakit-
penyakit pnuemoconiosis lainnya penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa
sesak napas.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar dengan debu logam berilium, baik berupa logam murni, oksida,
sulfat maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran
pernapasan yang disebut beriliosis. Udara yang mengandung debu logam tersebut dapat
menyebabkan bronchitis, nasoparingtis dan pneumonitis. Gejala awal ditandai dengan
gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak napas. Penyakit ini ditandai dengan gejala
mudah lelah, berat badan yang menurun, dan sesak napas.

B. PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENANGANANYA


Kesehatan dan lingkungan merupakan dua hal yang cukup berpengaruh pada pembangunan
ekonomi. Dimana industriliasasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti
meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan
pelayanan, tetapi kegiatan industrialisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga
terhadap kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya.
1. Penyakit Akibat Kerja

a) Penyakit saluran pernapasan


Penyakit akibat kerja pada saluran pernapasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja, misal asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
b) Penyakit kulit
Dermatis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi urutan yang
merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor lain.
c) Kerusakan pendengaran
Kasus gangguan pendengaran sebagai akibat pajanan kebisingan yang lama banyak
sekali terjadi di lingkungan kerja. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan
dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
d) Gejala pada punggung dan sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
e) Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukkan kasus kanker yang disebabkan oleh
pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen seringkali
didapat dari laporan klinis individu daripada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan
untuk terjadinya karsinogen mulai >= 20 tahun sebelum diagnosis.
f) Coronary artery disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida dan bahan kimia lain di tempa kerja.
g) Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena
alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
h) Masalah neuropsikiatrik
Gangguan kesehatan yang berupa neuropsikiatrik berbuhungan dengan tempat kerja
sering diabaikan. Neuro parifier, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol,
atau tidak diketahui penyebabnya, penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer.
i) Penyakit yang tidak diketahi sebabnya
Beberapa penyakit yang berupa alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan
dengan kimia atau lingkungan. Sick building syndrome. Multiple chemical sensitivities
(MCS), misalnya parfum, derivate petroleum, rokok.

2. Pencegahan penyakit akibat kerja


Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut dapat berupa hal berikut :

a. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit.


b. Melakukan deteksi dini terhadap timbulnya penyakit.
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja
seperti yang diatur oleh UU RI Nomor 3 Tahun 1992.
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan
terhadap penyakit akibat kerja. Tips dalam mencegah penyakit akibat kerja, diantaranya
sebagai berikut :
a. Pakailah alat perlindungan diri secara benar dan teratur.
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.

Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan
menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan buku pengantar penyakit
akibat kerja, diantaranya :

a. Pencegahan Primer-Healt Promotion


1) Perilaku kesehatan
2) Faktor bahaya di tempat kerja
3) Perilaku kerja yang baik
4) Olahraga
5) Gizi seimbang
b. Pencegahan sekunder-specific protection
1) Pengendalian melalui perundang-undangan
2) Pengendalian administratif/organisasi : rotasi/ pembatasan jam kerja.
3) Pengendalian teknis : subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri
4) Pengendalian jalur kesehatan : imunisasi
c. Pencegahan tersier-early diagnosis and prompt treatment
1) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
2) Pemeriksaan kesehatan berkala
3) Surveilans
4) Pemeriksaan lingkungan secara berkala
5) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
6) Pengendalian segera di tempat kerja

3. Perawatan dan Pengobatan


Upaya penanganan terhadap penyakit akibat kerja harus disesuaikan dengan tipe penyakit
atau kecelakaan yang diderita. Namun, secara umum dapat dilakukan dua macam terapi
seperti berikut :

a. Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan sebagai berikut
1. Terhadap kausal (bila mungkin)
2. Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat ireversibel, sehingga terapi hanya secara
simptomatis saja.
b. Terapi okupasia
1. Pindah ke bagian yang tidak terpapar
2. Laksanakan langkah kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik pribadi

4. Diagnosis penyakit akibat kerja


Guna mendapatkan diagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan sistematis tersebut dapat dilakukan seperti tujuh langkah diagnosis berikut :

a. Menentukan diagnosis klinisnya


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis secara klinis ditegakkan selanjutnya
baru dapat diketahui tindakan apa yang akan diambil sebagai upaya pertolongan
pertamanya.
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit pekerjaannya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan identifikasi mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan
detail. Identifikasi tersebut mencakup hal :
1. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara kronologis,
2. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan.
3. Bahan yang diproduksi
4. Materi(bahan baku) yang digunakan
5. Jumlah pajanannya
6. Pemakian alat perlindungan diri
7. Pola waktu terjadinya gejala
8. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa).
9. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
label, dan sebagainya).
c. Menentukan apakah pajanan di lingkungan kerjanya memang dapat menyebabkan
penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat
bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di
atas, tidak dapat ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja. Namun, jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung maka dapat ditegakkan diagnosis penyakit akibat
kerja.
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut
Apabila penyakit yang diderita pekerja hanya muncul pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan tersebut menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut.
Selanjutnya membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat memengaruhinya
Adakah keterangan dari riwayat penyakit dan pekerjaannya, yang dapat mengubah
efek pajanannya, misalnya penggunaan alat pelindung diri. Riwayat adanya pajanan
yang serupa dengan pekerjaan sebelumnya menyebabkan risikonya meningkat.
Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang
mengakibatkan penderita lebih rentan / lebih sensitif terhadap pajanan yang
dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Adanya faktor lain yang menjadi penyebab munculnya penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Setelah menerapkan langkah-langkah diagnosis di atas perlu dibuat kesimpulan
berdasarkan informasi yang telah diperoleh dan memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit. Kadang-kadang pekerjaan hanya membuat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
rutinitas pekerjaan / pajanan dapat dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit.
Apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut.
KOMUNIKASI BISNIS

Tahukan Anda bagaimana seorang konsumen dapat mengetahui suatu produk ? Disinilah
peran seorang penjual atau pramuniaga dalam berkomunikasi menjadi alat promosi yang efektif
untuk memengaruhi minat calon pembeli/pelanggan dalam berbelanja. Lantas dalam lingkup yang
lebih besar bagaimana melakukan komunikasi tersebut dengan benar supaya memperoleh rekanan
bisnis ? Secara umum komunikasi bisnis merupakan pertukaran gagasan, informasi, pendapat, dan
instruksi yang mempunyai tujuan tertentu yang disajikan secara personal ataupun impersonal
melalui simbol-simbol atau sinyal-sinyal untuk keperluan bisnis. Supaya lebih jelas, simaklah bab ini
dengan baik !

Kompetensi Dasar
3.8 Menerapkan komunikasi bisnis.

4.8 Melakukan komunikasi bisnis.

Kata Kunci
 Komunikasi Bisnis

 Komunikasi Efektif

 Komunikasi Nonverbal
 Komunikasi Verbal

PETA KONSEP
Tujuan Komunikasi

Mengenal Komunikasi
Macam-Macam Komunikasi
Secara Umum

Unsur-Unsur Komunikasi

Pengertian Komunikasi
Bisnis
Komunikasi Bisnis

Bentuk Komunikasi Bisnis

Bisnis dalam Pandangan


Komunikasi

Komunikasi dalam Dunia Manfaat Mempelajari


Bisnis Komunikasi Bisnis

Fungsi Komunikasi Bisnis

Tujuan Komunikasi Bisnis

Proses Komunikasi Bisnis

Komunikasi sejak lama menjadi kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan dunia kerja.
Bila komunikasi berjalan efektif, arus informasi dalam dunia kerja pun akan berjalan lancar, sehingga
dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Sebaliknya, jika komunikasi terhambat,
arus informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat
diselesaikan. Maka dari itu, bagi yang akan memasuki dunia kerja harus memahami bahwa
efektivitas dalam komunikasi itu penting untuk menjalin hubungan yang sehat.

A. MENGENAL KOMUNIKKASI SECARA UMUM


Komunikasi merupakan seluruh proses yang digunakan untuk mencapai pikiran-pikiran
orang lain. Komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan. Semua upaya tersebut demi menyampaikan pesan, memberikan berita, pendapat,
perasaan, dan informasi kepada orang lain. Berita atau informasi itu dapat berupa perintah,
pendapat dan saran, baik dalam bentuk ucapan langsung maupun dalam bentuk tulisan, kode,
gambar, atau lainnya yang berupa pengumuman, edaran, dan sebagainya.

1. Tujuan Komunikasi
Tujuan tersebut tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat
menyepakati bersama tentang tujuan komunikasi. Berikut beberapa tujuan komunikasi
secara umum.
a. Berhubungan
Salah satu tujuan komunikasi yang paling kuat yaitu untuk membina dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi untuk
membina dan memelihara hubungan sosial.
b. Meyakinkan
Dalam pertemuan sehari-hari dengan orang lain kita berusaha mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Melalui komunikasi tersebutlah secara tidak sadar kita memengaruhi
orang lain, misalnya mengajak mereka melakukan sesuatu, membaca buku, mengambil
mata kuliah tertentu, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, meyakini bahwa
sesuatu itu salah atau benar, dan lain-lainnya.
c. Mengenal Diri
Apabila sedang berkomunikasi dengan orang lain, Anda akan belajar mengenai diri
sendiri selain juga tentang orang lain. Kebanyakan, persepsi tentang diri akan ditemukan
dari apa yang telah dipelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi.
Konsep tersebut akan ditemukan khusus dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
d. Bermain
Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakannya untuk bermain dan menghibur diri.
Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk
hiburan. Begitu juga banyak orang menggunakan komunikasi rancang untuk menghibur
orang lain (menceritakan hal-hal yang lucu, sesuatu yang baru, dan mengaitkannya
dengan cerita-cerita yang menarik).
2. Macam-Macam Komunikasi
Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan komunikasi satu sama lain sesuai dalam
konsep manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk selalu berhubungan
dengan sesamanya. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki keterampilan yang baik dalam
berkomunikasi. Oleh karena itu, perlu dikenali berbagai cara penyampaian informasi.
a. Berdasarkan Jumlah yang Berkomunikasi
Komunikasi menurut jumlah yang berkomunikasi, dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi perseorangan.
2) Komunikasi kelompok.
b. Berdasarkan Perilaku
Komunikasi menurut perilaku dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi informal.
2) Komunikasi formal.
3) Komunikasi nonformal.
c. Berdasarkan Maksud Komunikasi
Berdasarkan maksudnya komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Wawancara.
2) Memberi perintah atau tugas.
3) Berpidato.
4) Memberi ceramah.
5) Memberi prasaran.
Komunikasi jenis ini sangat membutuhkan inisiatif komunikator, demikian pula
kemampuan komunikator sangat memegang peranan keberhasilan proses
komunikasinya.
d. Berdasarkan Cara Penyampaian
Menurut cara penyampaian, informasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi Lisan
a) Terjadi secara tidak langsung.
b) Terjadi secara langsung.
2) Komunikasi Tertulis
a) Naskah
b) Gambar dan foto
e. Berdasarkan Kelangsungannya
Menurut kelangsungannya, komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi langsung.
2) Komunikasi tidak langsung
f. Berdasarkan Ruang Lingkup
Menurut ruang lingkupnya, komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi Internal
Komunikasi jenis ini berlangsung antara anggota organisasi atau perusahaan
tersebut saja. Komunikasi internal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut.

a) Komunikasi horizontal.
b) Komunikasi vertikal.
c) Komunikasi diagonal.
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi ini berlangsung antara organisasi atau perusahaan dengan pihak
masyarakat yang ada di luar organisasi atau perusahaan. Komunikasi dengan
pihak luar dapat berbentuk sebagai berikut.

a) Siaran televisi, siaran radio, dan lain-lain.


b) Bakti sosial, pengabdian pada masyarakat, dan lain-lain.
c) Ekspose, pameran, promosi, dan lain-lain.
d) Konferensi pers.
g. Berdasarkan Aliran Informasi
Komunikasi berdasarkan aliran informasi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Komunikasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan.


2) Komunikasi yang terjadi dari atasan kepada bawahan.
3) Komunikasi yang terjadi di antara orang yang memiliki Keaudukan sejajar.
4) Komunikasi satu arah.
5) Komunikasi dua arah.
h. Berdasarkan Peranan Individu
Dalam komunikasi jenis ini, peranan individu sangat memengaruhi keberhasilan proses
komunikasinya. Ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1) Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang luas.


2) Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.
3) Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih (perantara).
i. Berdasarkan Jaringan Kerja
Di dalam sebuah perusahaan, komunikasi akan terjadi menurut sistem yang sudah
ditetapkan dalam jaringan kerja. Komunikasi menurut jaringan kerja ini dapat dibedakan
sebagai berikut.

1) Komunikasi jaringan kerja lingkaran.


2) Komunikasi jaringan bintang
3) Komunikasi jaringan kerja rantai.
3. Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi perlu diperhatikan unsur-unsur yang mutlak harus dipenuhi.
Apabila salah satu unsur saja tidak ada, komunikasi tidak akan terjadi. Komunikasi meliputi
enam unsur, yaitu sebagai berikut.
a. Komunikator/Sender
Komunikator/sender/pengirim merupakan orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada orang lain. Tanggung jawab dari seorang
komunikator/sender/pengirim adalah sebagai berikut.

1) Mengirim pesan dengan jelas.


2) Memilih channel/saluran/media yang cocok untuk mengirim pesan.
3) Meminta kejelasan bahwa pesan telah diterima dengan baik.
Oleh karena itu, seorang komunikator ketika menyampaikan pesan /informasi
/beritanya harus memahami apa yang akan dia sampaikan, dengan siapa dia
berkomunikasi, dan dengan cara penyampaian yang seperti apa.

b. Pesan/Messege
Pesan merupakan sesuatu yang berupa gagasan, pendapat, informasi, atau instruksi
yang disampaikan komunikator kepada orang lain.

c. Komunikan/Receiver
Komunikan/penerima ialah mitra tutur/rekan dari komunikator dalam
berkomunikasi. Tanggung jawab penerima pesan, yaitu sebagai berikut.

1) Berkonsentrasi untuk memahami pesan yang disampaikan dengan baik dan


benar.
2) Memberikan respons/umpan balik (feedback) pada komunikator untuk
memastikan bahwa isi pesan telah dimengerti dan diterima.
d. Konteks
Konteks komunikasi banyak dipengaruhi faktor psikologis dan fisikal, banyak konteks
komunikasi yang sengaja dibuat untuk memungkinkan terjadinya komunikasi bisnis.
Variabel konteks sangat penting dalam kegiatan dan proses komunikasi bisnis, di
atas, Bahwa dalam sebuah karena konteks sangat memengaruhi keberhasilan
komunikasi.

e. Saluran/Media/Channel
Media berupa saluran yang digunakan sebagai dan lakukanlah analisis alat untuk
mengirimkan pesan. Contoh media Berdasarkan unsur-unsur komunikasi yaitu
telepon, faksimile, surat, internet, e-mail, dan sebagainya.

f. Efek/Respons/Tanggapan
Unsur ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses komunikasi. Unsur
efek biasanya tidak selalu dapat langsung terwujud atau terlihat hasilnya, terkadang
membutuhkan waktu yang tidak dapat diprediksi. Maka dari itu, tidak perlu terburu-
buru untuk mengevaluasi tentang komunikasi yang Anda jalin tidak atau belum
berhasil.

B. KOMUNIKASI DALAM DUNIA BISNIS


Komunikasi merupakan bagian yang memberikan ciri khas kepada kita sebagai makhluk
hidup. Begitu pula bisnis yang merupakan elemen penting yang tidak hanya membedakan kita
dengan benda, tetapi juga membedakan manusia dengan hewan. Mengolaborasikan komunikasi
dengan bisnis, akan menjadikan sesuatu yang baru yang menghadirkan banyak manfaat. Terlebih
lagi jika kita berhasil menguasai penyatuan kedua elemen ini.
1. Pengertian Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis merupakan komunikasi yang diterapkan dalam dunia bisnis mencakup
berbagai macam jenis komunikasi untuk menggapai tujuan yang diharapkan. Karena
komunikasi bisnis ini merupakan komunikasi yang terjadi di dunia bisnis, kita tidak boleh
melanggar norma-norma yang ditetapkan oleh dunia bisnis ketika melakukan komunikasi.
Komunikasi bisnis tidak sama dengan komunikasi yang terjadi antar personal, apalagi
komunikasi lintas budaya. Komunikasi antar personal merupakan jenis komunikasi yang
terjadi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, komunikasi
lintas budaya ialah jenis komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dari budaya
yang berbeda.
2. Bentuk Komunikasi Bisnis
Komunikasi yang terjadi di dalam kegiatan bisnis sering menerapkan dua bentuk komunikasi,
yaitu komunikasi bisnis nonverbal dan komunikasi bisnis verbal. Kedua jenis komunikasi ini
terkadang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling menguatkan untuk mewujudkan
komunikasi bisnis dengan tujuan tertentu.
a. Komunikasi Bisnis Nonverbal
Komunikasi bisnis nonverbal merupakan komunikasi yang sering diterapkan dalam
bisnis yang mana komunikasi dilakukan secara langsung oleh kedua belah pihak atau
lebih. Isi pesan yang akan disampaikan biasanya dilakukan secara langsung (spontan)
tanpa adanya rencana sebelumnya dan dilakukan secara tidak sadar dan bersifat
alami.
Adapun komunikasi nonverbal memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut.
1) Mangatur alur suatu percakapan.
2) Mengekspresikan emosi.
3) Menyediakan dan memberikan informasi.
4) Mengendalikan atau memengaruhi orang lain.
5) Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam memberikan
pengajaran pada saat kuliah.
b. Komunikasi Bisnis Verbal
Komunikasi bisnis verbal ialah komunikasi yang sering diterapkan dalam dunia bisnis
yang tidak dilakukan secara langsung. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi bisnis verbal menggunakan media atau perantara seperti telepon, surat,
dan media lainnya. Jadi, ketika berkomunikasi secara verbal, diperlukan
pengungkapan isi pesan yang  komunikasi yang disusun dalam suatu pola tertentu
dalam bentuk tulisan maupun lisan.
3. Bisnis dalam Pandangan Komunikasi
Menjalani bisnis di zaman seperti ini, asas komunikasi modern sangat ditekankan untuk
memenuhi kebutuhan komunikan dalam proses komunikasi. Hal ini sangat penting sebagai
penunjang tersampaikannya pesan dan tujuan dari komunikator. Jadi, perlu dipahami bahwa
bisnis modern lebih mempertimbangkan pada peluang (melalui komunikasi bisnis) dari pada
produksinya. Untuk itu harus dikembangkan strategi komunikasi yang baik dan efektif ke
pasar, yaitu dengan menjalankan promosi, seperti berikut.
a. Kegiatan advertensi atau iklan.
b. Kegiatan promosi melalui media elektronik.
c. Kegiatan promosi dan penjualan melalui media internet.
d. Mengembangkan sistem informasi perusahaan.
e. Mengembangkan keahlian komunikator dalam bisnis.
f. Kegiatan hubungan antar manusia.
g. Kegiatan hubungan masyarakat.
4. Manfaat Mempelajari Komunikasi Bisnis
Pada dasarnya, mempelajari komunikasi dalam dunia bisnis merupakan jawaban dari tujuan
komunikasi. Dengan mempelajari komunikasi bisnis, maka kita sebagai komunikator akan
mendapatkan manfaat berupa hal berikut.
a. Mampu memberikan persuasi kepada komunikan.
b. Mampu memberikan informasi yang tepat dan bermanfaat bagi komunikan,
c. Mampu menerima feedback yang positif dari komunikan.
5. Fungsi Komunikasi Bisnis
Pada komunikasi bisnis terdapat empat fungsi mendasar yang menjadikannya sangat penting
bagi kelancaran bisnis perusahaan. Berikut penjelasan empat fungsi penting dari komunikasi
bisnis.
a. Fungsi Informatif
Komunikasi bisnis memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi yang berkaitan
dengan bisnis kepada pihak eksternal perusahaan. Fungsi informatif dari komunikasi
bisnis diperlukan untuk mendukung keberlangsungan kegiatan operasional
perusahaan, aktivitas pimpinan perusahaan, dan karyawan perusahaan,
b. Fungsi Integratif
Komunikasi dalam dunia bisnis dituntut untuk menciptakan iklim kerja yang
kondusif. Oleh karena itu, segala bentuk aktivitas yang terjadi di perusahaan dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Perusahaan dapat beroperasi secara terpadu
tanpa ada bagian yang tertinggal.
c. Fungsi Persuasif
Maksud fungsi persuasif dari komunikasi bisnis yaitu komunikasi harus dapat
memengaruhi pola pikir, kepercayaan, dan sikap seseorang agar bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Salah satu bentuk dari fungsi persuasif dalam
komunikasi bisnis terlihat dalam aktivitas negosiasi.
d. Fungsi Regulatori
Fungsi komunikasi bisnis sebagai regulatori berkaitan dengan pengendali dan
pengaturan perusahaan. Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas produksi,
promosi, dan lainnya berjalan dengan lancar tidak lepas dari adanya komunikasi.
Fungsi regulatori dapat terlihat dari wujud pemberian perintah dari pimpinan
perusahaan ke karyawan perusahaan dan laporan dari karyawan ke pihak pimpinan
perusahaan.
6. Tujuan Komunikasi Bisnis
Terkait dengan pihak eksternal perusahaan, komunikasi bisnis memiliki tujuan tertentu
sebagai sarana saling berhubungan. Ada tiga tujuan umum yang dapa! dicapai melalui
komunikasi bisnis dengan pihak eksternal.
a. Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pihak Eksternal
Sebuah usaha tidak akan berjalan lancar tanpa adanya campur tangan dari pihak
eksternal. Dengan adanya komunikasi bisnis proses pengenalan usaha dan promosi
produk dapat berjalan dengan lancar.
b. Meningkatkan Kepemimpinan Perusahaan
Semakin baik proses komunikasi bisnis yang dilakukan, maka semakin meningkat
pula integritas perusahaan tersebut. Pemimpin perusahaan atau pemilik usaha
memiliki kesan yang baik di mata pihak eksternal karena mampu memimpin
perusahaan dengan melakukan komunikasi bisnis yang efektif.
c. Meningkatkan Nama Baik Usaha
Komunikasi bisnis yang berjalan secara lancar antara pihak internal perusahaan
dengan pihak eksternal perusahaan memiliki efek yang besar bagi perusahaan.
Dampak yang paling mudah terlihat dari komunikasi bisnis yang efektif adalah nama
baik perusahaan.
7. Proses Komunikasi Bisnis
Dalam sebuah komunikasi bisnis ada tahapan yang harus dilalui supaya fungsi dan tujuan
yang sudah dijelaskan di atas dapat tercapai dengan baik. Proses komunikasi bisnis yang
terintegrasi terjadi melalui enam tahapan seperti yang dijelaskan berikut ini.
a. Pengiriman Informasi
Proses ini menjadi awal komunikasi bisnis, yaitu pesan atau informasi disampaikan
oleh pihak-pihak di dalam perusahaan yang memiliki informasi, ide, atau gagasan
yang perlu disampaikan kepada pihak eksternal perusahaan.
b. Isyarat
Pihak internal perusahaan yang memiliki informasi akan mengekspresikannya
melalui isyarat atau simbol. Isyarat ini dapat berupa tulisan, bahasa lisan, bahasa
isyarat, kode, dan isyarat lainnya.
c. Media Perantara
Proses lanjutannya yaitu pada media perantara yang menjadi penyambung, supaya
informasi bisnis dapat tersampaikan dengan baik kepada yang berhak menerimanya.
d. Menginterpretasikan Isyarat
Tujuan proses interpretasi isyarat ini adalah untuk memudahkan penerima pesan
memahami isi pesan secara keseluruhan, tidak ada informasi yang tertinggal atau
terlewat, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
e. Penerimaan Pesan
Proses ini terjadi setelah pesan yang dikirim oleh pihak internal perusahaan diterima
dengan baik oleh pihak penerima pesan.
f. Pemberian Umpan Balik
Pada proses komunikasi bisnis ini, pihak penerima pesan akan memberikan
tanggapan, respons, atau balasan terkait dengan pesan yang sudah diterima
tersebut. Umpan balik yang diberikan ke pihak penerima pesan dapat berupa kesan,
saran, dan kritik yang membangun.
KENDALA-KENDALA DALAM KOMUNIKASI BISNIS

Pernahkah Anda ketika berkomunikasi tiba-tiba ada hal yang mengganggu ? Misalnya
gangguan dari luar maupun dari diri Anda sendiri. Komunikasi sering kali terganggu atau bahkan
menjadi buntu sama sekali. Lantas seperti apa wujud hambatan-hambatan tersebut ? Bagaimana
cara mengatasinya untuk mewujudkan komunikasi yang efektif ? Faktor hambatan yang biasanya
terjadi dalam proses komunikasi akan dibahas dalam bab ini sekaligus bagaimana melakukan
komunikasi bisnis yang efektif.

Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis kendala-kendala komunikasi bisnis.

4.9 Memberikan solusi dalam mengatasi kendala komunikasi bisnis.

Kata Kunci
 Hambatan Komunikasi

 Indikator Keberhasilan

 Komunikasi Efektif

 Penanganan Hambatan

PETA KONSEP
Hambatan Komunikasi
Bisnis

Mengatasi Hambatan
Komunikasi Bisnis
Hambatan dalam
Komunikasi Bisnis dan Cara
Mengatasinya
Indikator Keberhasilan
Komunikasi Bisnis

Pentingnya Memiliki
Kemampuan Komunikasi
Bisnis

Kendala-Kendala dalam
Komunikasi Bisnis Strategi Komunikasi yang
Eektif

Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Komunikasi
yang Efektif

Komunikasi-Komunikasi Komunikasi Bisnis yang


yang Efektif Efektif dalam Tim Kerja

Ciri-Ciri Komunikasi yang


Efektif dan Tidak Efektif

Pentingnya Menjadi
Seorang Komunikator yang
Efektif

Menguasai praktik komunikasi dengan baik merupakan keterampilan yang penting dalam
hidup manusia. Bagian terpenting dalam berkomunikasi bukanlah sekadar apa yang ingin kita
sampaikan, tetapi karakter kita akan menentukan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada
penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang disampaikan tetapi
juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi, dalam komunikasi yang baik terbangun dari
penggabungan beberapa unsur. Hal ini terkadang kurang diperhatikan dan akhirnya menjadi
hambatan.

A. HAMBATAN DALAAM KOMUNIKASI BISNIS DAN CARA MENGATASINYA

Saat ini komunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis. Komunikasi yang
baik sangat diperlukan dalam kegiatan berbisnis agar bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar
dan sukses. Setiap pelaku bisnis tentu mengharapkan adanya komunikasi bisnis yang terjalin dengan
baik di perusahaannya. Namun, terkadang hal tersebut harus berhadapan dengan berbagai
hambatan yang kemungkinan terjadi dalam setiap komunikasi bisnis.

1. Hambatan Komunikasi Bisnis


Faktor hambatan yang biasa terjadi dalam komunikasi bisnis dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Hambatan Teknis
Hambatan teknis bisanya terjadi akibat adanya pengaruh kondisi lingkungan teknis yang
berdampak pada ketidaklancaran proses komunikasi. Hambatan teknis ini mencakup
semua aspek teknis dalam lingkungan bisnis. Misalnya, pada aspek teknologi seperti
terbatasnya fasilitas komunikasi atau fasilitas komunikasi yang kurang memadai.
b. Hambatan Semantik
Gangguan semantik merupakan hambatan yang terjadi pada proses penyampaian pesan
baik berupa pengertian atau Ide secara efektif. Semantik dapat diartikan sebagai studi
bagaimana menggunakan bahasa. Ketika proses penyampaian pesan kepada komunikan
penggunaan bahasanya tidak jelas sedangkan unsur lain sudah tersiapkan dengan baik,
maka komunikasi akan tetap tidak jelas.
c. Hambatan Manusiawi
Hambatan manusiawi merupakan gangguan yang muncul pada individu-individu yang
terlibat dalam komunikasi. Hambatan ini mencakup 2 hal, yaitu :
 Gangguan pertama berasal dari individual manusianya misalnya perbedaan
persepsi, keterampilan mendengarkan, umur, keadaan emosi, status, pencarian
informasi, dan penyaringan informasi.
 Gangguan kedua muncul karena iklim psikologis dalam organisasi atau
lingkungan sosial dan budaya, seperti suasana dan iklim kerja serta tata nilai
yang dianut.
d. Kultur Perusahaan yang Kurang Baik
Gangguan ini terjadi karena kultur perusahaan yang tidak mendukung terjalinnya
komunikasi bisnis yang efisien, antara lain sebagai berikut:
1) Iklim Komunikasi Tertutup
Kebanyakan perusahaan cenderung tertutup dalam hal komunikasi. Informasi
dikuasai oleh pemimpin dan karyawan tidak memiliki akses untuk memperoleh
informasi terkait perusahaan.
2) Struktur Organisasi yang Rumit
Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan yang terlalu rumit mengakibatkan
terhambatnya kelancaran komunikasi dalam perusahaan tersebut.
3) Rivalitas Antarkaryawan
Rivalitas antarkaryawan dapat berdampak negatif ,misalnya saja saling
merahasiakan informasi yang dapat menguntungkan orang lain, hal ini tentu
akan mengganggu jalannya komunikasi dalam perusahaan tersebut.
2. Mengatasi Hambatan Komunikasi Bisnis
Pada proses terjadinya komunikasi semua pesan yang dikirim akan diterima oleh komunikan
dengan berbagai perbedaan tanggapan inti isi pesannya. Ini disebabkan karena perbedaan
latar belakang, persepsi, budaya, dan beberapa hal lain. Oleh karena itu, suatu pesan atau
informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi 7 syarat atau yang juga dikenal dengan
7C , yaitu :
a. Concreteness ( konkret )
Penyampaian informasi akan lebih baik apabila disampaikan menggunakan bahasa yang
jelas, pasti, dan gamblang.
b. Conciseness ( singkat )
Suatu pesan akan lebih baik bila disampaikan secara singkat dengan mengutarakan
gagasannya dalam jumlah kata sekecil mungkin ( singkat, padat, dan jelas ) tanpa
mengurangi makna ,namun tetap menonjolkan gagasan.
c. Consideration ( pertimbangan )
Penyampaian informasi sebaiknya mengikutsertakan empati diri dengan
mempertimbangkan dan mengutamakan penerima pesan.
d. Completeness ( lengkap )
Suatu informasi dapat dikatakan lengkap, apabila berisi materi yang diperlukan agar
penerima pesan dpat memberikan tanggapan yang sesuai dengan harapan pengirim
pesan.
e. Clarity ( kejelasan )
Informasi sebaiknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami semua orang
dan mudah diinterpretasikan, serta memiliki makna yang jelas.
f. Correctness ( ketelitian )
Informasi sebaiknya dibuat secara teliti , menggunakan tata bahasa, tanda baca, dan
ejaan dengan benar ( formal )
g. Courtessy ( kesopanan )
Informasi yang disampaikan hendaknya menggunakan bahasa dan nada yang sopan.
Karena itu dapat menumbuhkan kedekatan hubungan yang baik dalam komunikasi
bisnis.
3. Indikator Keberhasilan Komunikasi Bisnis
Tingkat keberhasilan komunikasi akan ditentukan oleh kesamaan pemahaman diantara
orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut. Keberhasilan komunikasi bisnis juga
ditentukan oleh keefektivitasan dalam pelaksanaan komunikasi bisnis. Efektivitas komunikasi
bisnis dapat ditentukan oleh beberapa hal berikut :
a. Ketepatan
Sebelum menjalani komunikasi komunikan atau audience biasanya sudah memiliki
kerangka pikir. Komunikan perlu mengekspresikan hal yang ingin disampaikan sesuai
dengan yang ada dalam pikirannya agar komunikasi yang dilakukan tepat sasaran.
b. Persepsi
Komunikatif yang cerdas harus dapat memprediksikan apakah pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh komunikan.
c. Keberhasilan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Salah satu faktor keberhasilan komunikasi bisnis dalam penggunaan teknologi informasi
mutakhir, yaitu adanya prose integrasi informasi menyangkut ketersediaan komunikasi
data yang cepat dan tepat guna.
d. Kecocokan
Komunikator yang baik selalu dapat menjaga hubungan keakraban yang menyenangkan
dengan komunikan.
e. Kredibilitas
Komunikator harus mempunyai keyakinan bahwa komunikan dapat dipercaya ketika
berkomunikasi dengannya. Sebaliknya, Komunikator harus bisa mendapatkan
kepercayaan komunikan.
f. Pengendalian
Dalam komunikasi, komunikan memberikan reaksi/umpan balik/feedback kepada pesan
yang disampaikan. Reaksi yang diberikan harus bisa dikendalikan oleh Komunikator ,
sehingga tidak melenceng dari target komunikasi yang diharapkan.
4. Pentingnya Memiliki Kemampuan Komunikasi Bisnis
Terdapat beberapa kendala pada komunikasi bisnis yang sering muncul saat manajer
mengomunikasikan bisnis organisasinya.
a. Struktur Komunikasi yang Buruk
Struktur komunikasi merupakan faktor esensial, yang menentukan baik buruknya proses
komunikasi bisnis.
b. Penyampaian yang Lemah
Apabila sebuah pesan disampaikan tanpa "sentuhan yang kuat" , maka hasilnya tidak
akan dapat meyakinkan orang lain.
c. Penggunaan Media yang Salah
Komunikator wajib mempertimbangkan dengan siapa , dari kalangan atau status sosial
mana dan karakteristik lainnya komunikan yang kita tuju, sehingga kita dapat memilih
media yang tepat.
d. Pesan yang Campur Aduk
Pesan yang campur aduk hanya akan menimbulkan kebingungan atau bahkan cemoohan
dari audience.
e. Salah Audience
Topik yang dipilih hendaknya relevan dan sesuai dengan ekspetasi audience. Agar tidak
membuat audience bosan dengan topik yang dibahas.
f. Lingkungan yang Mengganggu
Lingkungan yang mengganggu sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi, sehingga
pesan yang disampaikan tidak dapat diterima/didengar secara optimal.

B. KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Syarat yang paling mendasar tentang komunikasi yang efektif, yaitu jika terdapat aliran informasi
dua arah antara Komunikator dengan komunikan dan isi pesan tersebut sama-sama direspons
sesuai dengan harapan. Terdapat 5 aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif, antara lain :
1. Kejelasan, bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas.
2. Ketepatan, bahasa dan informasi yang disampaikan harus benar-benar akurat/tepat.
3. Konteks, bahasa arab informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4. Alur, keteraturan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti dalam menjalin
komunikasi yang efektif.
5. Budaya, aspek ini tidak menyangkut bahasa dan informasi , tetapi juga tata krama atau
etika.
1. Strategi Komunikasi yang Efektif
Ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suatu komunikasi
yang efektif, antara lain :
1. Ketahui mitra bicara (audience) , kita harus cerdik dalam memilih kata-kata yang
digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah pikiran kita.
2. Ketahui tujuan , tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita
menyampaikan informasi .
3. Perhatikan konteks, pada saat berkomunikasi keadaan atau lingkungan sangat
berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan.
4. Kenali kultur , kebudayaan atau kebiasaan seseorang atau kalangan tertentu perlu
diperhatikan dalam berkomunikasi.
5. Pahami bahasa , pahami bahasa orang lain yang meminta mitra komunikasi sebagai
bentuk penghargaan terhadap lawan bicara.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi yang Efektif
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi komunikasi yang efektif, diantaranya
sebagai berikut :
a. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh Komunikator dan perbendaharaan kata
yang baik dapat memberikan dorongan bagi yang bersangkutan untuk berbicara
lebih lancar.
b. Faktor Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki komunikator , semakin menyebabkan
seseorang terbiasa menghadapi sesuatu.
c. Faktor Intelegensi
Seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah , biasanya kurang lancar dalam
berbicara. Karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang
baik.
d. Faktor Kepribadian
Orang memiliki sifat pemalu dan kurang bergaul biasanya kurang lancar dalam
berbicara.
e. Faktor Biologis
Kelumpuhan organ berbicara, dapat menimbulkan kelainan-kelainan, sebagai
berikut :
1) Sulit mengatakan kata desis (lipsing)
2) Berbicara tidak jelas (sluring)
3) Berbicara ragu-ragu
3. Komunikasi Bisnis yang Efektif dalam Tim Kerja
Pelaksanaan komunikasi bisnis biasanya dilakukan dengan pertukaran informasi secara
terus menerus. Lebih banyak bisnis yang diperluas, lebih besar tekanannya pada bisnis
tersebut memaksa manajer harus menemukan cara komunikasi yang lebih efektif
bersama para pekerja dan dengan dunia luar. Oleh karena itu, bisnis dan komunikasi
harus sejalan dan saling menguatkan demi tercapainya tujuan. Adapun hal yang harus
diperhatikan untuk komunikasi dalam tim yang baik di dalam bisnis.
a. Cara komunikasi yang benar harus digunakan.
b. Setiap komunikasi di dalam bisnis ( baik tertulis maupun lisan ) harus disusun
secara logis.
c. Bahasa tubuh yang positif harus digunakan.
d. Komunikasi harus jelas dan ringkas.
e. Komunikasi bisnis harus memengaruhi dan persuasif.
f. Komunikasi harus sopan.
g. Fakta-fakta harus lengkap tidak menjadi parsial.
h. Fakta-fakta harus baru dan tidak ketinggalan zaman.
i. Umpan balik adalah komponen integral dari komunikasi.
j. Mencoba menggunakan lebih banyak "Anda" daripada "Saya".
k. Menjadi pendengar yang aktif.
4. Ciri-Ciri Komunikasi yang Efektif dan tidak Efektif
a. Jelas ( informasi yang disampaikan mudah dimengerti )
b. Terbuka ( tidak ada pesan dan makna yang tersembunyi )
c. Secara lisan ( menggunakan kata-kata untuk menyampaikan gagasan secara jelas
)
d. Langsung ( to the point, tidak ragu menyampaikan pesan )
e. Asertif ( tidak takut mengatakan apa yang ingin dikatakan , apa yang diinginkan
dan mengapa )
f. Congenial ( ramah dan bersahabat )
g. Nyambung ( menginterprestasi pesan dan kebutuhan orang lain dengan tepat )
h. Jujur ( mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kebutuhan yang sesungguhnya )
i. Dua Arah ( seimbang antara berbicara dan mendengarkan )
j. Responsif ( memerhatikan keperluan dan pandangan orang lain )
5. Pentingnya Menjadi Seorang Komunikator yang Efektif
Era modern seperti ini, dalam kondisi persaingan dunia yang semakin keras, tuntutan
keterampilan berkomunikasi semakin dibutuhkan sebagai sarana mencapai kesuksesan
dalam karier. Komunikasi efektif memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mendorong
karier seseorang. Beberapa hal berikut mungkin dapat menjadi panduan :
a. Giatlah berlatih bagaimana mengelola intonasi, tempo, dinamika, dan ekspresi
suara.
b. Kurangi penggunaan aksen atau logat daerah dalam komunikasi bisnis.
c. Pergunakanlah diksi yang tepat, mudah diucapkan, dan dihafal.
d. Sering-seringlah berkomunikasi secara interaktif.
e. Pelajari bahasa Inggris sebisa mungkin.

PENUTUP
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ETIKA PROFESI.

Namun, kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
meminta maaf bila adalah salah penulisan kata. Sehingga kami menantikan kritik dan saran dari
pembaca agar makalah ini sempurna.

GLOSARIUM
 Aturan kerja
Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh perusahaan, yang memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib.
 Bahaya intrinsik bisnis
Bahaya yang ditimbulkan secara tidak langsung : aktivitas manusia yang berkaitan dengan
pembelian. penjualan (pertukaran) barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan atau laba.
 Broker/pialang
Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
 Bunga efektif
Sistem perhitungan bunga yang besarannya mengacu pada pokok utang tersisa, atau kebalikan
dari sistem perhitungan bunga flat.
 Bursa efek
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memper dagangkan efek di antara
mereka.
 Efek
Akibat yang ditimbulkan dari proses komunikasi yang berupa peneguhan atau perubahan sikap,
pendapat, dan perilaku.
 Industri
Kelompok perusahaan yang mempunyai kegiatan sejenis baik secara vertikal maupun horizontal.
Hasil dari industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
 Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum di dalam suatu periode.
 Informasi
Hasil dari pengolahan data yang diorganisir menjadi bentuk yang lebih berguna bagi
penerimanya serta menggambar kan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.
 Investasi
Kegiatan membeli produk keuangan dengan harapan mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi
dan bagi hasil pada masa mendatang.
 Kepribadian
Gambaran sikap dan perilaku manusia secara umum yang tercermin dari ucapan, perbuatan,
tingkah laku dan gerak langkah orang tersebut yang diamati secara unik untuk dapat diukur
secara nyata.
 Keselamatan
Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) risiko yang tidak dapat
diterima (the ability to identify and eliminate unacceptable risks).
 Kecelakaan
Suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang,
gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.
 Komunikan
Orang/lembaga yang menerima pesan. Biasa disebut juga penerima, destinasi, atau khalayak
(untuk penerima dalam jumlah besar).
 Komunikasi
Pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga mendapatkan
pengertian yang sama. Komunikasi berarti pula hubungan kontak koneksi atau korespondensi.
 Komunikasi
Proses penyampaian pesan (informasi, gagasan, pikiran, pendapat, pengetahuan) dari seseorang
satu lembaga kepada orang/lembaga lain dengan menggunakan atau tanpa media dengan
tujuan tertentu.
 Komunikasi bisnis
Komunikasi yang dilakukan antarmanusia, manusia dengan instansi, dan institusi dengan institusi
yang berkaitan dengan pertukaran barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan.
 Komunikator
Orang/lembaga yang mengirimkan pesan. Biasa disebut juga pengirim atau sumber.
 Kuratif
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan harus penderitaan akibat penyakit pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan.
 Lelang
Penjualan barang jaminan taksiran wajar bila nasabah wanprestasi. Apabila harga jual lelang
belum mencukupi untuk membayar kewajiban nasabah ke perusahaan, nasabah wajib terus
dihubungi untuk melunasi kewajiban utang-piutangnya tersebut.
 Loss
Kerugian/kehilangan.
 Media
Saluran yang dipergunakan untuk pengiriman pesan. Dapat berbentuk media massa seperti
koran, majalah, radio dan televisi atau media non-massa, seperti telepon, handphone, dan e-
mail.
 Medis
Termasuk atau berhubungan dengan bidang kedokteran.
 Obligasi
Sertifikat bukti utang dan dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik
pemerintah maupun lembaga lainnya dengan tujuan mendapatkan modal.
 Pedoman kerja
Tata cara atau tahapan yang dilakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu.
 Pegadaian
Perusahaan BUMN yang mempunyai misi ikut membantu program pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah melalui kegiatan utama
berupa penyaluran kredit gadai dan fidusia (konvensional maupun syariah), jasa titipan, jasa
taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia dan batu adi, serta kegiatan usaha lain yang
menguntungkan (jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, jasa administrasi pinjaman, dan
optimalisasi aset).
 Pelanggan
Seseorang atau organisasi yang membeli produk barang atau jasa untuk digunakan secara
pribadi atau organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi. 2012. Panduan Pialang Asuransi dan
Reasuransi Jakarta: Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi.

Ayat, Safri. 2012. Pengantar Asuransi, Prinsip-Prinsip dan Praktik Asuransi. Jakarta: Rizki Printing

Carté, P dan Fox, C. (2006). Bridging The Culture Gap Komunikasi Lintas Budaya. (Terjemahan Dra. K.
Anggraini, M.Si). Jakarta: Indeks.

Dimbleby, R. Dan Burton, G. (1985). More Than Words: An Introduction to Communication. London:
Methuen.

Fiske, J. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif.
(Terjemahan Yosal Iriantara dan Idi Subandylbrahim). Yogyakarta: Jalasutera. Husni,

Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia. 1999. Buku Panduan Keagenan Asuransi Umum. Jakarta:
Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta: Internasional
Labour Organisation Subregional South East Asia and The Pacific Manila Philippines.

Mulyana, D. (2005a). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Bandung Remadja Rosdakarya.

Mulyana, D. (200Sb). Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: Remadja
Rosdakarya

Murphy, H. A. dan Herbert, W. H. (1991). Effective Business Communication New York: McGraw-Hill.

Rosenblatt, S. et al. (1977). Business Communication. Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.

Rusman, Ignatius. 2010. Kumpulan Tulisan Asuransi Basic Insurance dan Product General Insurance:
Bahan Pengajaran Pendidikan Asuransi untuk Dosen. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.

Suma'mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung. Sumanto,
Agus Edi, et al. 2009. Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah Bandung: Karya Kita.

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
Sukabumi: Yudhistira.

Toruan Rayendra L. (Ed.), et al. 2000. Panduan Memilih Asuransi Umum. Jakarta: Mediakarya
Produktama.

Anda mungkin juga menyukai