Anda di halaman 1dari 3

Rahmat Islam Bagi Nusantara

Gambar 9.1

K.H. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang pemuka agama dan sekaligus Pahlawan Nasional
Indonesia. Lahir dengan nama Muhammad Darwis di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868
dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923 tepat pada umur 54 tahun.

Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mulai mendirikan organisasinya sendiri yang bernama
Muhammadiyah. Muhammadiyah inilah yang digunaknnya untuk melaksanakan impian
pembaharuan Islam di tanah Nusantara ini. KH Ahmad Dahlan berharap bisa mengadakan suatu
pembaharuan di bagian cara berpikir masyakarat dan beramal sesuai dengan tuntunan agama
Islam. Dia ingin agar masyarakat Islam di Indonesia bisa kembali hidup sesuai tuntunan Al-Quran
dan Hadis. Organisasi keagamaan ini berdiri tepat pada tanggal 18 November 1912. Sejak awal,
dengan konsisten Dahlan telah memberi ketetapan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi
politik tetapi fokus bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-kyai-haji-ahmad-
dahlan/amp

Gambar 9.2

K.H. Hasim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul
Halim. Kiai Hasyim dilahirkan dari pasangan Kiai Asy’ari dan Halimah pada hari Selasa kliwon tanggal 14
Februari tahun 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzulqa’dah tahun 1287 H. Tempat kelahiran beliau
berada disekitar 2 kilometer ke arah utara dari kota Jombang, tepatnya di Pesantren Gedang. Gedang
sendiri merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Tambakrejo kecamatan Jombang.

Ia dipercaya memiliki kekuatan yang luar biasa sejak mendirikan Pesantren Tebuireng. Kekuatannya
spiritualnya dipercaya berasal dari Allah SWT. Berkat hal itu, ia dihormati masyarakat luas dan juga
mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

https://www.google.com/amp/s/tebuireng.online/biografi-lengkap-kh-m-hasyim-asyari/%3famp

https://news.detik.com/berita/d-5219330/sejarah-kh-hasyim-asyari-penggagas-resolusi-jihad-yang-
jadi-hari-santri

Gambar 9.3

Kampus UIN Syarif Hidayatullah

Sejarah pembentukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari didirikannya Sekolah Tinggi Islam
(STI) pada tahun 1940, yang kemudian berubah menjadi Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) tahun
1957-1960, kemudian menjadi bagian dari fakultas IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah tahun
1960-1963, hingga memperoleh kewenangan yang lebih luas sebagai IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 1963-2002, dan mengalami perubahan nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2002-sekarang. Dibentuknya ADIA (1 Juni 1957), diperingati sebagai hari jadi universitas ini.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatullah_Jakarta#:~:text=Sejar
ah%20pembentukan%20UIN%20Syarif%20Hidayatullah,tahun%201960%2D1963%2C%20hingga
%20memperoleh

Gambar 9.4

Pondok Pesantren Tebu Ireng


Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'ari pada tahun 1899 M.
Pesantren ini didirikan setelah ia pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai
lembaga pendidikan terkemuka dan di tanah Mekkah, untuk mengamalkan ilmu yang telah
diperolehnya.
Tebuireng dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah
Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer di
selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri. Menurut cerita
masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam). [1] Versi lain
menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang
masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Dusun Tebuireng sempat dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian,
pelacuran dan perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan K.H. Hasyim Asy’ari dan
santri-santrinya, secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut berubah
semakin baik dan perilaku negatif masyarakat di Tebuireng pun terkikis habis. Awal mula
kegiatan dakwah K.H. Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan yang terdiri dari dua
buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa: gedek), bekas sebuah warung yang
luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang dibelinya dari seorang dalang. Satu ruang digunakan
untuk kegiatan pengajian, sementara yang lain sebagai tempat tinggal bersama istrinya,
Nyai Khodijah.
Organisasi NU tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan lebih dari 400 cabang, tetapi
pengurus-pengurus wilayah NU yang kegiatan usahanya cukup nyata antara lain adalah yang
berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatra Utara, Kalimantan
Selatan, dan Sulawesi Selatan.[2] Saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng telah
berkembang dengan baik dan semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Tebuireng#:~:text=Pondok
%20Pesantren%20Tebuireng%20didirikan%20oleh,ari%20pada%20tahun
%201899%20M.&text=Tebuireng%20dahulunya%20merupakan%20nama%20dari,tepi
%20jalan%20raya%20Jombang%20%E2%80%93%20Kediri.

Kesimpulannya, dari ke dua tokoh ulama di atas memiliki cara dakwah yang berbeda tapi tetap satu
tujuan. K.H. Hasim Asy’ari menyebarkan Islam melalui metode pesantren. Sedangkan K.H. Ahmad
Dahlan menyebarkan Islam melalii pendidikan Madrasah.

Anda mungkin juga menyukai