Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL DI TEMPAT


LAUNDRY

Disusun oleh :

Wazna Rosyidatul A (H2A017018)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan hasil praktek belajar
lapangan Kedokteran okupasi. Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan bahwa mahasiswa FK Unimus blok 18 tahun ajaran 2019/2020 sudah
melakukan praktek belajar lapangan.

Laporan ini berisi tentang hasil praktek belajar lapangan kedokteran


okupasi pada suatu tempat kerja. Dalam laporan ini juga berisi tentang
ident ifikasi bahaya potensial, agar mahasiswa dapat mengetahui bahaya yang
mungkin muncul dalam perusahaan tersebut serta cara dalam mengelola limbah.

Terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen Unimus


yang berperan dalam memungkinkannya penyusunan laporan ini.Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu penyusun
memohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Semoga laporan ini dapat
berguna di masa depan bagi dosen, staff perusahaan, mahasiswa dan semua yang
terlibat dalam penyusunan laporan ini.

Semarang, 03 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan ........................................................................... 2

1.2.1 Tujuan umum ............................................................................................... 2

1.2.2 Tujuan khusus............................................................................................... 2

1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan ......................................................................... 3

1.4 Ruang Lingkup ...................................................................................................... 3

1.4.1 Ruang Lingkup Keilmuan ............................................................................ 3

1.4.2 Ruang Lingkup Tempat ................................................................................. 3

1.4.3 Ruang Lingkup Waktu ................................................................................ 3

1.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 3

1.5.1 Sumber Data ................................................................................................. 3

1.5.2 Lokasi ........................................................................................................... 4

1.5.3 Pelaksanaan .................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5

2.1 Penyakit Akibat Kerja ............................................................................................ 5

2.2 Monitoring Potensial Hazard.................................................................................. 7

2.3 Pengendalian Kecelakaan Kerja ........................................................................... 11

iii
BAB III HASIL PENGAMATAN ................................................................................ 13

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................. 16

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 20

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 20

5.2 Saran ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

LAMPIRAN ................................................................................................................. 22

iv
DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL Hal


Tabel 3.1. Bahaya potensial (hazard) 13
Tabel 3.2. Risk Assessment 14
Tabel 3.3. Risk control 16

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kerja yang tidak ergonomik dalam suatu perusahaan sering
kali kurang mendapat perhatian atau dianggap sepele oleh para pihak
manajemen atau pengelolasumber daya manusia di perusahaan
tersebut. Sebagai contoh antara lain adalah pada cara,sikap dan posisi
kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor
lingkungan kerja yang kurang mendukung. Hal ini secara sadar
ataupun tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi dan
efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya 1 .
Risiko yang dapat dialami seorang pekerja antara lain
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, yaitu penyakit yang
berhubungan dengan kecacatan dan kematian akibat kerja, sehingga
diperlukan antisipasi oleh pihak perusahaan baik saat proses
kerjamaupun lingkungan kerja itu sendiri. Penyediaan fasilitas kerja
berupa tempat kerja yangkondusif, alat pelindung diri bagi pekerja dan
pelayanan kesehatan kerja harus menjadi perhatian bagi setiap
perusahaan . 2
Usaha laundry merupakan industri rumah tangga yang sekarang
sudah menjamur dimanamana, mulai dari yang berukuran mikro
hingga makro. Laundy menjadi kebutuhan tersendiriterutama bagi
warga perkotaan yang memiliki jadwal sangat padat untuk
pekerjaannya, sehinggatidak mempunyai cukup waktu untuk mencuci.
Jika dilihat secara sepintas mungkin kita tidak akan pernah
menyadari bahaya dan resiko kerja yang ada di tempat laundy.
Sebelum adanya observasi atau pengamatan memang cukupsulit

1
membayangkan begitu saja bahaya dan resiko yang terjadi pada
berbagai proses di tempat laundry.
Beberapa bahaya dan resiko kerja yang mungkin terjadi di tempat
laundy, mulai dari bahaya yang timbul karena alat alat yang adahingga
karena paparan bahan kimia yang terdapat pada pewangi, deterjen atau
pemutih pakaianyang biasanya di pakai.
Praktik Belajar Lapangan pada Kedokteran Okupasi atau Plant
Survey adalah suatu kunjungan ke perusahaan atau komunitas pekerja
baik formal atau informal dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai cara kerja pekerja, bahaya potensial yang dihadapi. Apabila
dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak melakukan
pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survei. Dengan
melakukan Walk Through Survey ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pekerja laundry tersebut dalam menungkatkan kualitas
kesehatan dan keselamatan diri saat bekerja.
1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa secara langsung melihat lingkungan kerja
dan proses kerja pekerja laundry yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial atau faktor
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja di
tempat laundry
2. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
mungkin timbul dengan adanya bahaya potensial tertentu di
tempat laundry
3. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan
yangdapat dilakukan pekerja laundry

2
4. Mampu memberikan rekomendasi untuk perbaikan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di tempat
laundry.
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan dan menambah pengetahuan mahasiswa
terhadap kondisi nyata di perusahaan, tentang Kedokteran Okupasi
khususnya Kesehatan Keselamatan Kerja dan Sistem Manajemen
Kesehatan Keselamatan Kerja di tempat laundry.
b. Bagi Tempat kerja
Memberikan saran dan masukan sesuai observasi yang
dilakukan terhadap pelaksanaan sistem keselamatan kerja di tempat
laundry dan memotivasi agar lebih meningkatkan kualitas serta
pengawasan kesehatan keselamatan kerja tersebut.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Keilmuan
Kegitan ini adalah kegiatan dibidang Ilmu Kedokteran
Okupasi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
1.4.2. Ruang Lingkup Tempat
Kegiatan ini berlokasi di tempat laundry di Desa Grogol
1.4.3. Ruang Lingkup Waktu
Waktu pada kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03
September 2020
1.5 Metode Pengumpulan Data
1.5.1. Sumber Data
Dalam penulisan laporan ini penulis memperoleh data dengan
cara:
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di
lapangan.
3
2. Wawancara
Untuk melengkapi data, maka penulis mengadakan
wawancara dengan tenaga kerja yang bersangkutan.
1.5.2. Lokasi
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini :
Nama : Laundry Bu Vini
Alamat :Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten
Ponorogo
1.5.3. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi :
1. Tahap Persiapan
Membaca dan mempelajari kepustakaan yang
berhubungan dengan bahaya potensial (fisik, kimia,
ergonomic, biologi dan psikososial) perusahaan yang
meliputi limbah dan sanitasi lingkungan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kunjungan dilakukan pada hari Kamis, 03
September 2020, dimulai pada pukul 15.00 WIB- 16.30
WIB. Kegiatan meliputi inform consent dari pihak tempat
kerja kemudian dilanjutkan dengan wawancara dan
observasi tempat kerja.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja


Penyakit Akibat Kerja adalah setiap penyakit yang diakibatkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenaker No.01/MEN/1981). 3 Secara
umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber
dari berbagai faktor, antara lain: 4
1. Faktor teknis
Potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2. Faktor lingkungan
Potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan,
yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk maupun hasil akhir.
3. Faktor manusia
Yaitu dimana manusia adalah merupakan atau mengandung potensi
bahya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik
maupun psikis.
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dapat dikelompokan antara lain sebagai berikut:5
1. Potensi bahaya fisik
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
2. Potensi bahaya kimia
Potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat mempengaruhi tubuh
tenaga kerja melalui cara inhalation (melalui jalan pernafasan),

5
ingestion (melalui mulut kesaluran percernaan), atau skin contac
(melaui kulit). Terjadinya pengaruh potensi bahan kimia ini terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun
bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis
Yaitu potensi bahaya yang bersal atau ditimbulkan oleh kuman-
kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu.
4. Potensi bahaya ergonomi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan
ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma norma
ergonomi yang berlaku, didalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk sikap kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja
ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang tidak
sesuai dengan bakat, minat , kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, system seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut menyebabkan terjadinya
stress akibat kerja.

6
6. Potensi bahaya dari proses produksi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
tergantung dari bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis
kegiatan yang dilakukan.
2.2 Monitoring Potensial Hazard
Monitoring potensial hazard adalah suatu proses interaksi yang digunakan
oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi risiko akibat bahaya
tersebut.6 Monitoring potensial hazard dilakukan maksimal 1 (satu) bulan
sekali. Tahapan monitoring potensi bahaya antara lain :. 7
a. Identifikasi bahaya kerja
Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan
untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya ditempat kerja. Langkah ini
merupakan hal yang pertama dilakukan dalam monitoring bahaya kerja
sebelum evaluasi yang mendetail dilaksanakan. Identifikasi bahaya kerja
meliputi pengukuran kasar bahaya di lingkungan kerja.8 Langkah pertama
untuk menghilangkan atau mengendalikan hazard adalah dengan
mengidentifikasi atau mengenali kehadiran hazard di tempat kerja. Pada
saat mengidentifikasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan yang
berhubungan dengan proses kegiatan akan mempertimbangkan
Hazard/bahaya yang meliputi 9
1) Fall Hazard, misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa
benda/material (Hazard Code : FH).
2) Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka
akibat mesin (Hazard Code : ME).
3) Noise Hazard, bahaya kebisingan (Hazard Code : NH).
4) LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local
Exhaust ventilation (Hazard Code : LH).

7
5) Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas
handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek
ergonomi, dsb (Hazard Code : MHH).
6) Fire Hazard, bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).
7) Material handling Equipment/Pedestrian Collision, bahaya yang
timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak (Hazard
Code : PC).
8) Confined Space Hazard, bahaya berada dalam ruang terbatas
(Hazard Code : CSH).
9) Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia (Hazard Code
:CE).
10) Electrical Hazard, bahaya listrik misalnya kesetrum, dsb (Hazard
Code : EH).
11) Energy Hazard, bahaya dari energi, misalnya steam, panas, dsb
(Hazard Code : HEH).

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yang dilakukan


mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja
yang mungkin timbul di tempat kerja. 8 Proses identifikasi bahaya adalah

1) Membuat daftar semua objek (mesin peralatan, bahan proses kerja,


sistem kerja, kondisi kerja) yang ada ditempat kerja.
2) Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.
3) Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat
yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.
4) Mereview kecelakaan, catatan P3K, dan informasi lainnya.
5) Mencatat seluruh hazard yang telah teridentifikasi.
b. Penilaian hasil evaluasi risiko bahaya kerja
Risiko merupakan suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kerugian pada periode waktu/siklus tertentu. Sedangkat tingkat risiko
8
merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan
keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat
menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin
timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Penilaian hasil
evaluasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman peninjauan semua
faktor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Penilaian ini
akan memberikan fakta dan kemungkinan yang relevan, sehingga
memudahkan penetapan langkah berikutnya dalam pengendalian risiko
bahaya kerja. Dengan mempertimbangkan hal-hal atau risiko terburuk
yang akan terjadi antara lain meliputi :
1) Cedera (Injury)
Jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat kecelakaan
atau keracunan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja
untuk beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan, dll.
2) Sakit (Illness)
Gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala,
muntah-muntah karena keracunan, ketulian menetap, stress, dll.
3) Kerusakan (Damage)
Apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan racun
bahan-bahan kimia, mesin-mesin tidak bisa beroperasi lagi, dll.
4) Biaya (Cost)
Pabrik tidak bisa berproduksi, banyak kehilangan pekerja
terampil, biaya perawatan kesehatan, image public, dll.
5) Keselamatan umum (Public Safety)
Apakah pelanggan menderita kerugian, apakah ada orang
lain yang terkena dampaknya, dll. Didalam penilaian risiko harus
dilakukan secara sistematis dan terencana dengan mengikuti
tahapan-tahapan proses penilaian risiko yang dilakukan untuk
menilai tingkat risiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan
merupakan proses kelanjutan dari proses identifikasi hazard yaitu :
9
1. Penentuan kemungkinan terjadinya kecelakaan (likelihood)
Mempertimbangkan tentang berapa lama seorang tenaga
kerja terpapar potensi bahaya. Tingkat kekerapan (probability)
kecelakaan atau sakit dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori
sebagai berikut:
2. Tingkat Risiko
Mempertimbangkan tentang berapa banyak orang yang
ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian
tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya. Tingkat
keparahan (consequence/severity) kecelakaan atau sakit dapat
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut :

Skor Dampak Penjelasan


1 Minimal Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan, misal luka
lecet, dapat diatasi dengan
P3K
3 Moderat Cedera sedang, misalnya
luka robek, berkurangnya
fungsi motorik, sensorik,
psikologis, atau intelektual
yang bersifat reversible,
tidak berhubungan dengan
penyakit, atau
memperpanjang hari
perawatan
4 Mayor Cedera berat, misal cacat,
lumpuh, kehilangan fungsi
motorik, sensorik,
psikologi atau intelektual

10
yang bersifat irreversible,
tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Ektrem Kematian

3. Tabel Risk Assement


Severity /keparahan

Likelihold/ 1 2 3 4 5
(Kemungkinan)
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5

Sumber : Departemen of Occupational Safety and Health Ministry of


Human Resource Malaysia
Keterangan
15-25 : risiko tinggi
5-12 : risiko sedang
1-4 : risiko rendah

2.3 Pengendalian Kecelakaan Kerja


Pengendalian kecelakaan kerja pokok ada 5 usaha yaitu:
1. Eliminasi
Suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk menghilangkan
bahaya secara keseluruhan.

11
2. Substitusi
Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi
terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi risiko
rendah.
3. Pengendalian rekayasa
Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja
untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan
bahaya.
4. Pengendalian administrasi
Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan
memenuhi prosedur atau instruksi.Pengendalian tersebut tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5. Alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian
terakhir yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari
bahaya yang ditimbulkan(9).

12
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Laundry Bu Vini bertempat di Desa Grogol,dimana tempat tersebut


mempunyai potensial bahaya (Hazard),dan faktor resiko kecelakaan.
1) Bahaya Potensial (hazard)
Tabel 3.1.Bahaya potensial (hazard) di lantai 1

No Sumber Hasil
Hazard

1. Fisik Setrika

2 Kimia Deterjen

3 Biologi -

Duduk terlalu lama


à Ergonomi
Tidak ada sandaran

5 Psikologi Faktor stress jarang, terjadi apabila orderan


laundry ramai

2) Faktor Resiko Kecelakaan Kerja


a. Nyeri pinggang akibat duduk terlalu lama pada saat melakukan
proses pengemasan serta saat melakukan pengangkatan dan
pengangkutan barang.
3) Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
Tidak ada penggunaan alat pelindung diri

3.2 Tabel Risk Assessment

13
No Potensi Bahaya Faktor Risk Assesment

L S Hasil Ket
1 Tersentuh Fisik 3 2 6 Risiko sedang
setrika yang
panas yang
menyebabkan
luka bakar

2 Tangan kering ( Kimia 3 2 6 Risiko sedang


Potensi
dermatitis
kontak karena
deterjen,
pewangi atau
pemutih)

3. Bungkuk Ergonomi 4 2 8 Risiko sedang


(kelainan
tulang),pegal
pegal, sakit
pinggang karena
menyetrika baju
dilantai (hanya
beralaskan lantai
dan beberapa
kain)

4. Stress terjadi Psikologi 3 1 3 Resiko ringan


apabila orderan
laundry ramai

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tabel Risk Control


No Potensi Bahaya Faktor Risk Asessment Risk Control

Hasil Ket
1 Tersentuh setrika yang panas Fisik 6 Risiko Penggunaan Alat
yang menyebabkan luka sedang Pelindung Diri.
bakar Dapat
menggunakan
sarung tangan

2 Tangan kering ( Potensi Kimia 6 Risiko Eliminasi


dermatitis kontak karena sedang Menghindari
deterjen, pewangi atau kontak langsung
pemutih). antara tangan
dengan detergen,
pewangi dll
3 Bungkuk (kelainan Ergonomi 8 Risiko Subtitusi
tulang),pegal pegal, sakit sedang Mengganti posisi
pinggang karena menyetrika duduk yang
baju dilantai (hanya ergonomi, dan
beralaskan lantai dan memberi waktu
beberapa kain) istirahat yang
cukup
4 Stress terjadi apabila orderan Psikologi 3 Risiko Subtitusi
laundry ramai ringan Mengatur waktu
untuk refreshing

Ruang kerja digunakan untuk tempat laundry Bu Vini terdapat bagian


untuk mencuci, menjemur, menyetrika, serta packing atau pengemasan ke
dalam plastik. Di tempat tersebut didapatkan bahaya potensial (hazard)
berupa hazard fisik, kimia, ergonomi dan psikologi.Hazard fisik didapatkan
adanya kipas angin beresiko tinggi untuk jatuh karena faktor lamanya
penggunaan kipas angin itu sendiri dan penutup kipas anginnya sudah tidak
ada.
Hazard fisik pada pekerja adalah terdapatnya kabel strika yang
menggantung di atas kepala pekerja yang dapat menyebabkan terjatuhnya
stop kontak lepas dan dapat menimpa kepala. Sebaiknya stop kontak
15
diletakan di atas meja yang di gunakan untuk menyetrika pakaian dan di
susun dengan rapi.
Hazard kimia pada pekerja adalah terdapatnya kontak langsung
dengan detergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan. Sebaiknya
pekerja menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari kontak langsung
dengan detergen, karena kontak langsung dengan detergen secara terus
menerus merupakan faktor resiko dari dermatitis kontak iritan.
Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap
atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara
lain:
1. Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung,
zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat
istirahat menghirup sekitar lima liter udara per menit yang
mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti
fiber/serat, dapat langsung melukai paru-paru. Lainnya diserap ke
dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
2. Pencernaan (menelan):Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika
makanmakanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di
udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
3. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:Beberapa di
antaranyaadalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga
masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan
medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan
pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan
16
kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas
(NAB).
Beberapa hal yang dapat mencegah atau mengurangi bahaya dari
hazard kimia, yaitu:
1. Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan
negatif (sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai
sumber potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut
sepenuhnya diketahui
2. Wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu
untuk menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke
dalam tubuh dan bagaimana paparan dapat dikendalikan
Bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber
polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan
pekerja terhadap bahaya;

1. Jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi


pekerja, seperti respirator dan sarung tangan
2. Bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang
sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label dan
bagaimana menginterpretasikan LDK dan label tersebut.
Hazard ergonomi yang pertama pada pekerja adalah duduk terlalu
lama, karena jam kerja pekerja tidak menentu sebakin banyak cuccian
atau pekerjaan maka semakin lama pula pekerja duduk. Sebaiknya pekerja
mengatur jam kerjanya supaya dapat mengurangi duduk terlalu lama bagi
pekerja, misalnya dengan istirahat ketika jam makan dan sholat, karena
duduk lama atau statis merupakan factor resiko LBP (low back pain).
Hazard ergonomi yang kedua adalah tempat duduk pekerja yang tidak
ada sandaran, posisi duduk pada pekerja tidak terdapat sandaran sehingga
dapat menyebabkan posisi duduk tidak tegak. Sebaiknya pekerja

17
mengganti kursi yang tidak ada sandaran dengan kursi yang ada sandaran
agar duduk pekerja menjadi tegak lurus, akibat dari posisi tegak lurus itu
dapat menyebabkan LBP ( Low Back Pain).
Hazard pskologi pada pekerja adalah terdapat stressor karena semakin
banyak pekerjaan yang dilakukan maka semakin banyak pula jam kerja
yang di gunakan, perubahan jam kerja ini cukup memberatkan karena pada
jam tersebut dapat di gunakan untuk mempersiapkan kebutuhan keluarga
dan istrahat pekerja.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bahaya potensial yang ada di tempat laundry jika di biarkan lama
kelamaan akan menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.

5.2 Saran

1. Pekerja disarankan untuk menggunakan Alat Pelndung Diri


2. Pekerja di srankan untuk mengatur pola jam kerja dan beristirahat dengan
cukup
3. Pekerja disarankan untuk mengganti kursi yang ergonomi
4. Pekerja disarankan untuk melakukan refreshing

DAFTAR PUSTAKA
19
1. A. M. Soegeng Boediono. Ergonomi dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK.
Badan Penerbit Undip Semarang. Hal 75-85.2005
2. Anies. (2014). Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan
Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
3. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Permenaker No.05 / Men / 1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Tarwaka. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Manajemen Dan Implementasi
K3 Di Tempat Kerja). Surakarta : Harapan Press, 2014.
5. A. M . Sugeng Budiono. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2003.
6. Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Suma’mur PK, M.Sc, Gunung
Agung, Jakarta.
7. Azizi, M.H. Occupational Noise- Induced Hearing Loss, Review, Vol 1.2010
8. Introduction to Industrrial Hygiene : Ronald M Scott, Lewis Publisher,
London, 1995.
9. Ergonomic Checkpoints : International Labour Office, Geneva, 1996.
10. Tarwaka. Keselamatan Dan Kesehatan. Surakarta : Harapan Press, 2008.
.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai