Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III HASIL PENGAMATAN ................................................................................ 13
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 20
LAMPIRAN ................................................................................................................. 22
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
membayangkan begitu saja bahaya dan resiko yang terjadi pada
berbagai proses di tempat laundry.
Beberapa bahaya dan resiko kerja yang mungkin terjadi di tempat
laundy, mulai dari bahaya yang timbul karena alat alat yang adahingga
karena paparan bahan kimia yang terdapat pada pewangi, deterjen atau
pemutih pakaianyang biasanya di pakai.
Praktik Belajar Lapangan pada Kedokteran Okupasi atau Plant
Survey adalah suatu kunjungan ke perusahaan atau komunitas pekerja
baik formal atau informal dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai cara kerja pekerja, bahaya potensial yang dihadapi. Apabila
dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak melakukan
pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survei. Dengan
melakukan Walk Through Survey ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pekerja laundry tersebut dalam menungkatkan kualitas
kesehatan dan keselamatan diri saat bekerja.
1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa secara langsung melihat lingkungan kerja
dan proses kerja pekerja laundry yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial atau faktor
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja di
tempat laundry
2. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
mungkin timbul dengan adanya bahaya potensial tertentu di
tempat laundry
3. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan
yangdapat dilakukan pekerja laundry
2
4. Mampu memberikan rekomendasi untuk perbaikan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di tempat
laundry.
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan dan menambah pengetahuan mahasiswa
terhadap kondisi nyata di perusahaan, tentang Kedokteran Okupasi
khususnya Kesehatan Keselamatan Kerja dan Sistem Manajemen
Kesehatan Keselamatan Kerja di tempat laundry.
b. Bagi Tempat kerja
Memberikan saran dan masukan sesuai observasi yang
dilakukan terhadap pelaksanaan sistem keselamatan kerja di tempat
laundry dan memotivasi agar lebih meningkatkan kualitas serta
pengawasan kesehatan keselamatan kerja tersebut.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Keilmuan
Kegitan ini adalah kegiatan dibidang Ilmu Kedokteran
Okupasi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
1.4.2. Ruang Lingkup Tempat
Kegiatan ini berlokasi di tempat laundry di Desa Grogol
1.4.3. Ruang Lingkup Waktu
Waktu pada kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03
September 2020
1.5 Metode Pengumpulan Data
1.5.1. Sumber Data
Dalam penulisan laporan ini penulis memperoleh data dengan
cara:
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di
lapangan.
3
2. Wawancara
Untuk melengkapi data, maka penulis mengadakan
wawancara dengan tenaga kerja yang bersangkutan.
1.5.2. Lokasi
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini :
Nama : Laundry Bu Vini
Alamat :Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten
Ponorogo
1.5.3. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi :
1. Tahap Persiapan
Membaca dan mempelajari kepustakaan yang
berhubungan dengan bahaya potensial (fisik, kimia,
ergonomic, biologi dan psikososial) perusahaan yang
meliputi limbah dan sanitasi lingkungan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kunjungan dilakukan pada hari Kamis, 03
September 2020, dimulai pada pukul 15.00 WIB- 16.30
WIB. Kegiatan meliputi inform consent dari pihak tempat
kerja kemudian dilanjutkan dengan wawancara dan
observasi tempat kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
ingestion (melalui mulut kesaluran percernaan), atau skin contac
(melaui kulit). Terjadinya pengaruh potensi bahan kimia ini terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun
bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis
Yaitu potensi bahaya yang bersal atau ditimbulkan oleh kuman-
kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu.
4. Potensi bahaya ergonomi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan
ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma norma
ergonomi yang berlaku, didalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk sikap kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja
ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang tidak
sesuai dengan bakat, minat , kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, system seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut menyebabkan terjadinya
stress akibat kerja.
6
6. Potensi bahaya dari proses produksi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
tergantung dari bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis
kegiatan yang dilakukan.
2.2 Monitoring Potensial Hazard
Monitoring potensial hazard adalah suatu proses interaksi yang digunakan
oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi risiko akibat bahaya
tersebut.6 Monitoring potensial hazard dilakukan maksimal 1 (satu) bulan
sekali. Tahapan monitoring potensi bahaya antara lain :. 7
a. Identifikasi bahaya kerja
Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan
untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya ditempat kerja. Langkah ini
merupakan hal yang pertama dilakukan dalam monitoring bahaya kerja
sebelum evaluasi yang mendetail dilaksanakan. Identifikasi bahaya kerja
meliputi pengukuran kasar bahaya di lingkungan kerja.8 Langkah pertama
untuk menghilangkan atau mengendalikan hazard adalah dengan
mengidentifikasi atau mengenali kehadiran hazard di tempat kerja. Pada
saat mengidentifikasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan yang
berhubungan dengan proses kegiatan akan mempertimbangkan
Hazard/bahaya yang meliputi 9
1) Fall Hazard, misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa
benda/material (Hazard Code : FH).
2) Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka
akibat mesin (Hazard Code : ME).
3) Noise Hazard, bahaya kebisingan (Hazard Code : NH).
4) LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local
Exhaust ventilation (Hazard Code : LH).
7
5) Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas
handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek
ergonomi, dsb (Hazard Code : MHH).
6) Fire Hazard, bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).
7) Material handling Equipment/Pedestrian Collision, bahaya yang
timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak (Hazard
Code : PC).
8) Confined Space Hazard, bahaya berada dalam ruang terbatas
(Hazard Code : CSH).
9) Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia (Hazard Code
:CE).
10) Electrical Hazard, bahaya listrik misalnya kesetrum, dsb (Hazard
Code : EH).
11) Energy Hazard, bahaya dari energi, misalnya steam, panas, dsb
(Hazard Code : HEH).
10
yang bersifat irreversible,
tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Ektrem Kematian
Likelihold/ 1 2 3 4 5
(Kemungkinan)
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
11
2. Substitusi
Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi
terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi risiko
rendah.
3. Pengendalian rekayasa
Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja
untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan
bahaya.
4. Pengendalian administrasi
Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan
memenuhi prosedur atau instruksi.Pengendalian tersebut tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5. Alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian
terakhir yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari
bahaya yang ditimbulkan(9).
12
BAB III
HASIL PENGAMATAN
No Sumber Hasil
Hazard
1. Fisik Setrika
2 Kimia Deterjen
3 Biologi -
13
No Potensi Bahaya Faktor Risk Assesment
L S Hasil Ket
1 Tersentuh Fisik 3 2 6 Risiko sedang
setrika yang
panas yang
menyebabkan
luka bakar
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil Ket
1 Tersentuh setrika yang panas Fisik 6 Risiko Penggunaan Alat
yang menyebabkan luka sedang Pelindung Diri.
bakar Dapat
menggunakan
sarung tangan
17
mengganti kursi yang tidak ada sandaran dengan kursi yang ada sandaran
agar duduk pekerja menjadi tegak lurus, akibat dari posisi tegak lurus itu
dapat menyebabkan LBP ( Low Back Pain).
Hazard pskologi pada pekerja adalah terdapat stressor karena semakin
banyak pekerjaan yang dilakukan maka semakin banyak pula jam kerja
yang di gunakan, perubahan jam kerja ini cukup memberatkan karena pada
jam tersebut dapat di gunakan untuk mempersiapkan kebutuhan keluarga
dan istrahat pekerja.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahaya potensial yang ada di tempat laundry jika di biarkan lama
kelamaan akan menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
1. A. M. Soegeng Boediono. Ergonomi dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK.
Badan Penerbit Undip Semarang. Hal 75-85.2005
2. Anies. (2014). Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan
Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
3. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Permenaker No.05 / Men / 1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Tarwaka. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Manajemen Dan Implementasi
K3 Di Tempat Kerja). Surakarta : Harapan Press, 2014.
5. A. M . Sugeng Budiono. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2003.
6. Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Suma’mur PK, M.Sc, Gunung
Agung, Jakarta.
7. Azizi, M.H. Occupational Noise- Induced Hearing Loss, Review, Vol 1.2010
8. Introduction to Industrrial Hygiene : Ronald M Scott, Lewis Publisher,
London, 1995.
9. Ergonomic Checkpoints : International Labour Office, Geneva, 1996.
10. Tarwaka. Keselamatan Dan Kesehatan. Surakarta : Harapan Press, 2008.
.
20
LAMPIRAN
21