Anda di halaman 1dari 15

Matakulia : Patologi

TUGAS KE III

RESPON TUBUH TERHADAP AGEN MENULAR

OLEH :

FIDYAH MUHDAR

DIBI20055

PRODI STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di
sekelilingnya. Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada
permukaan tubuh, di dalam mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda
peradaban manusia selama berabad-abad. Penyakit infeksi merupakan masalah
terbesar di dunia dan merupakan penyakit yang frekuensi kejadiannya masih
lebih besar daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit infeksi adalah
bakteri, jamur, virus dan parasit. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara
mikroorganisme dengan hospes.
Dengan keadaan lingkungan yang memiliki sanitasi rendah dan
kurangnya pengetahuan tentang sanitasi lingkungan di sekitanya, sering kali
mereka terkena penyakit-penyakit akibat terinfeksi mikrooganisme, bakteri,
jamur ataupun kuman yang terdapat di lingkungan sekitar mereka. Penyakit-
penyakit seperti itu disebut penyakit infeksi.
Jadi kesimpulannya penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit
kedalam tubuh hingga menimbulkan gejala-gejala penyakit. Atau juga dapat
diartikan sebagai invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh
terutama yang menyebabkan cidera seluler local akibat kompetisi metabolism,
toksin, replikasi intraseluler atau respon antigen-antibodi.
Terjadinya penyakit infeksi bisa terjadi karena adanya tiga unsure yaitu
factor mikroorganisme, factor hospes pada infeksi dan reaksi hospes dengan
mikroorganisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hospes?
2. Bagaimna faktor hospes pada infeksi ?
3. Apa itu Radang Sebagai Pertahanan, Pembulu limfa pada infeksi , Pertahan
akhir ?
4. Bagaimana penjelasa tentang faktor mikroba dan infeksi ?
5. Bagaiman cara interaksi hospes dan mikroba?
6. Bagaimna cara interaksi hospes dan mikroba ?
7. Apa pengertian infeksi ?
8. Bagaimana iterkasi oportunistik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hospes?
2. Untuk mengetahui faktor hospes pada infeksi ?
3. Untuk mengetahui Radang Sebagai Pertahanan, Pembulu limfa pada infeksi ,
Pertahan akhir ?
4. Untuk mengetahui penjelasa tentang faktor mikroba dan infeksi ?
5. Untuk mengetahui cara interaksi hospes dan mikroba?
6. Untuk mengetahui cara interaksi hospes dan mikroba ?
7. Untuk mengetahui pengertian infeksi ?
8. Untuk mengetahui iterkasi oportunistik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hospes
Hospes definitif adalah hospes tempat parasit hidup berkembang, dan
melakukan reproduksi seksual. Contohnya adalah nyamuk Anopheles sebagai
hospes definitif dari Plasmodium (parasit penyakit malaria) karena di dalam tubuh
nyamuk terjadi proses reproduksi seksual Plasmodium denganhasil akhir
reproduksi seksua adalah sporozoit yang bersifat infektif terhadap hospes
berikutnya.
B. Faktor Hospes Pada Infeksi
Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organisme yang menular harus
mampu melekat, menduduki, atau memasuki hospes dan berkembang biak paling
tidak sampat taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan, bila dalam
perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia, sudah mengembangkan
mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan
lingkungan.
1. Kulit Dan Mukosa Orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit
yang utuh memiliki lapisan kertain atau lapisan tanduk pada permukaan luar,
dan epitetel terlapis gepeng sebagai barier mekanis yang baik sekali terhadap
infeksi. Biasanya sulit sekali bagi jasad renik untuk menembus barier
mekanis ini. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada
lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk.
Selain sebagai barier sederhana, kulit juga mempunyai kemampuan tertentu
untuk melakukan ekontaminasi terhadap dirina sendiri. Jadi organism yang
melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa organisme tidak
mudah mati bila menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit
mengelupas. Selain dekontaminasi fisik, juga terdapat dekontaminasi kimiawi
yang terjadi dengan cara berkeringat dan sekresi kelenjar sebsea yang
membersihkan permukaan kulit. Akhirnya, kulit juga memiliki flora normal
yang dapat berpengaruh terhadap dekontaminasi biologis.dengan
menghalangi pembiakan organism-organisme lain yang melekat pada kulit.
Lapisan mulut dan sebagian besar faring serupa dengan kulit karena
terdiri dari epitel berlapis yang erupakan bagian barier mekanis untuk
mencegah invasi mikroba. Namun, barier mekanis ini memiliki kelemahan
disepanjang gusi dan didaerah tomsil. Mukosa orofaring juga
didekontaminasi oleh aliran saliva yang dengan mudah menghanyutkan
partikel-partikel yang ada. Selain itu, terdapat zat-zat dalam saliva yang
menghambat mikroorganisme tertentu. Akhirnya, mulut dan faring juga
memiliki flora normal yang dapat bekerja untuk menghalangi pertumbuhan
kuman yang potensial.
2. Saluran Pencernaan
Mukosa lambung adalah tipe kelenjar dan bukan merupakan barier
mekanisme yang baik. Sering terjadi luka-luka kecil atau erosi pada lapisan
lambung, tetapi tidak mempunyai pada proses infeksi, sebab suasana
lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung. Selain itu, lambung
cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relative
cepat. Gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali,
sehingga populasi bakteri dalam luman dipertahankan tetap sedikit. Bila
mutilitas usus terganggu, maka jumlah jasad renik dalam usus halus akan
meningkat dengan tajam, dan kemudian dapat menginvasi mukosa. Ada
beberapa hal lain yang membantu proses pendorongan jasad renik secara
cepat m elewati usus halus. Sel-sel lapisan usus halus secara terus menerus
mensekresi mucus yang banyak sekali, sehingga membentuk selimut yang
kental pada permukaan usus, menangkap bakteri dan mendorongnya ke distal
oleh gerakan peristaltic. Selain itu adanya antibody didalam secret usus halus
akan menghambat perlekatan bakteri pada permukaan mukosa.
3. Saluran Pernafasan
Trakea merupakan gambar mikroskopik permukaan mukosa yang
khas untuk bagian saluran-saluran permukaan pernapasanlapisan hidung,
lapisan esofaring, trakea, dan bronkus. Epitel terdiri dari sel-sel tinggi,
beberapa diantaranya mengeluarkan mucus, tetapi sebagian besar dilengkapi
dengan silia pada permukaan lumennya. Silia-silia ini bergetar seperti
cambuk dengan gerakan yang mengarah kea rah luar tubuh. Sel-sel yang
mengeluarkan mucus tersebut menghasilkan selimut lengket yang bergerak di
atas silia dan meluncur secara kontinu keatas. Jika terhirup, mikroba
cenderung akan mengenai selimut mukosa tersebut, dan kemudian
digerakkan keluar dengan cara dibatukkan atau ditelan. Antibody yang
terdapat di sekresi akan meningkatkan kerja perlindungan ini. Jika beberapa
agen terhindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang-ruang udara dalam
paru, maka akan selalu terdapat makrofag yang merupkan barisan pertahanan
lain.
4. Sawar Pertahanan Lain
Perumukaan lain dala tubuh dilengkapi dengan mekanisme-
mekanisme pertahanan yang serupa. Dalam saluran kemih, lapisan epitelnya
adalah epitel berlapis banyak yang memiliki barier mekanis, tetapi salah satu
pertahanan utama saluran kemih adalah kerja aliran kemih dalam menghalau
mikroba keluar. Semua hal yang mengganggu kelancaran aliran emih yang
normal, apakah itu penyumbatan ureter atau hanya kebiasaan buruk menaapat
mempermudah terjadinya infeksi. han kencing d. konjumgtiva sebagian mata
dilindungi secara mekanis dan yang lain oleh air mata. Mukosa vagina
merupakan epitel yang kuat, berlapis banyak,dan sifat pertahanan mekanisnya
diperkuat oleh adanya flora normal yang berjumlah banyak dan sekresi
mukus.
C. Radang Sebagai Pertahanan, Pembulu limfa pada infeksi , Pertahan akhir
1. Radang
Jika agen yang menular berhasil menembus salah satu barier tubuh
dan memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi
peradangan akut. Reaksi peradangan adalah suatu keadaan saat aspek
humoral (antibodi) dan aspek selular pertahanan tubuh bersatu. Efek
opsonisasi antibody dan komponen-komponen komplemen misalnya, akan
meningkatkan aktivitas fagosit antimikroba. Contoh lain, mekanisme
kekebalan selular dapat meningkatkan kerja pertahanan yang dimiliki
makrofag.
Jika reaksi peradangan akut tidak sanggup mengatasi kuman itu,
infeksi tersebut dapat menyebar lebih luas keseluruh tubuh. Biasanya
penyebaran terjadi secara pasif bila dipandang dari kerja mikroba, biasanya
mikroorganisme tersebut dibawa oleh cairan tubuh.
2. Pembulu limfa
Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular
ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan
aliran limfe itu. Kadang-kadang menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering
agen-agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar limfe, dimana mereka
dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini maka cairan
limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari
agen-agen tersebut.
3. Pertahanan akhir
Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau
jika agen tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat
terjadi infeksi pada aliran darah. Ledakan bakteri didalam aliran darah
sebenarnya tidak jarang terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini
biasanya ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari sistem
monosit – makrofag. Septikemia atau keracunan darah terjadi jika kondisi
bakteremia berlanjut yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah
sangat besar dan cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukkan.
Organisme yang menetap ini menimulkan gejala malaise, kelemahan,
demam, dll.
Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat
piemia, dimana organisme mencapai jumlah yangs edemikan besarnya
sehingga mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan dan mengambil
tempat pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali mikroabses.
D. Faktor Mikroba pada Infeksi
1. Daya transmisi
Sifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen
menular hidup kedalam tubuh. Cara penularan penyakit infeksi: Secara
langsung dari satu orang ke orang lain,misalnya melalui batuk dan bersin.
Contoh:
a) Penyakit yang ditularkan melalui saluran nafas: common cold,
tuberculosis, batuk rejan, pes pneumoni, meningitis, sakit tenggorokan
karena infeksi streptococcus, influenza, difteri dan campak. Penyakit ini
ditularkan melalui ciuman droplet yang terinfeksi dan penggunaan alat
makan yang terinfeksi.
b) Penyakit kelamin dapat ditularkan secara langsung melalui hubungan
seksual atau melalui palsenta (infeksi transplasenta) yang ditularkan
dari ibu yang menderita kapada anak yang dilahirkannya.
c) Secara tidak langsung (indirect) penularan mikroba patogen yang
memerlukan adanya media perantara baik berupabarang, air,udara,
makan/minum, maupun vektor. Organisme dikeluarkan dari si penderita
kemudian mengendap pada berbagai permukaan kemudian dilepaskan
kembali ke udara. Transfusi darah juga dapat menjadi sarana
penyebaran infeksi misalnya penyakit hepatitis virus. Jenis pemindahan
tidak langsung yang lebih komples yaitu melibatkan vektor-vektor
seperti serangga, misalnya, nyamuk penyakit malaris, lalat penyakit
difteri, dan cacing penyakit filariasis.
2. Daya invasi
Sekali dipindahkan kedalam hospes baru,jasad renik harus mampu
bertahan pada atau didalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan
infeksi. Misalnya:
a) Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernak masuk memasuki
jaringan, tetapi hanya menduduki pada epitel usus,melekat dengan kuat
pada permukaan sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus.
b) Disentri basiler, hanya memasuki pada lapisan superfisial usus dan
tidak pernah masuk lebih dalam lagi.
c) Dan beberapa penyakit lain seperti: salmonella thypi yang
menyebabkan demam tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis,
dan mikrobacterium tetani yang menyebabkan tetanus.
3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit
Beberapa agen menular mengeluarkan eksotoksin yang dapat larut
kemudian bersirkulasi dan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis
yang nyata yang bekerja pada sel-sel tertentu. Contohnya pada bakteri
tetanus dan difteri. Banyak mikroorganisme lain seperti gram negatif
mengandung endotoksin komples yang dilepaskan pada waktu mengalami
lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya demam, dan
dalam keadaan-keadaan lebih ekstrim, seperti timbulnya sindrom syok.
Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar
dengan cara imunologis dengan membantu pembentukan komples antigen-
antibodi, yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada
kompleks imun glomerulonefritis.
Virus sebagai parasit obligat intraseluler adalah potongan sederhana
bahan genetik (DNA&RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan diri
kedalam sel hospes. Sel akan cedera apabila ada informasi genetika baru
yang diwujudkan pada fungsi sel yang diubah. Satu wujud informasi
genetika tambahan semacam itu adalah replikasi virus yang menular dan
dapat disertai lisis dari sel-sel yang terkena. Sel dapat berubah tanpa menjadi
nekrosis dan dapat dirangsang untuk dapat berproliferasi, misalnya pada
kasus tumor yang diinduksi oleh virus. Virus juga dapat mencederai hospes
dengan menimbulkan berbagai imunologi dimana bagian tertentu
pada virus bertindak sebagai antigen.
E. Cara Interaksi Hospes dan Mikroba
1. Cara interaksi hospes dengan mikroorganisme
a) Komensalisme, antara hopses dan agen menular tidak saling menyerang
atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada
yang lain.
b) Mutualisme, interaksi hopses dengan mikroorganisme saling
menguntungkan.
c) Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang
lain.
2. Sifat umum karena infeksi
a) Bakteri
b) Virus
c) Jamur
d) Parasit
e) Mikroplasma
f) Riketsia
g) Klamida
F. Infeksi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di
dalam tubuh yang menyebabkan sakit. Infeksi adalah invasi tubuh oleh
mikroorganisme dan berpoliferasi dalam jaringan tubuh. Munculnya infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi.
Mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi disebut pathogen(agen
infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak dapat menimbulkan
penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika patogen
berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain merupakan (contagius).
Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan beratnya
suatu penyakit
G. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
buruk. Mereka membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang.
Dalam tubuh terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus.
Saat sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu
mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh
penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai
lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil
manfaat dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut “oportunistik”. Kata
“infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”.
1. Tes untuk IO
Kita dapat terinfeksi IO, dan “dites positif” untuk IO tersebut,
walaupun IO tersebut belum menimbulkan penyakit. Misalnya, hampir setiap
orang dengan HIV jika dites untuk virus sitomegalia (cytomegalovirus atau
CMV) ternyata positif. Tetapi penyakit CMV. sangat jarang berkembang
kecuali bila jumlah CD4 turun di bawah 50, yang merupakan tanda kerusakan
berat terhadap sistem kekebalan.
Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita dapat dites
untuk antigen (potongan kuman penyebab IO) atau untuk antibody (protein
yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Ditemukan
antigen berarti kita terinfeksi. Ditemukan antibodi berarti kita pernah terpajan
pada infeksi. Kita mungkin diberikan imunisasi atau
2. IO dan AID
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengembangkan IO jika
sistem kekebalannya rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk
mengobati kanker menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang
menjalani pengobatan kanker dapat mengembangkan IO.
HIV melemahkan sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang.
Jika kita terinfeksi HIV dan mengalami IO, kita mungkin AIDS. Di
Indonesia, Kemenkes bertanggung jawab untuk memutuskan siapa yang
AIDS. Kemenkes mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang
mana mendefinisikan AIDS. Jika kita HIV, dan mengalami satu atau lebih IO
“resmi” ini, maka kita dianggap AIDS.
3. IO mana yang paling umum
Berikut tercantum IO yang paling umum, berbarengan dengan
penyakit yang biasa disebabkannya, dan jumlah CD4 waktu penyakit menjadi
aktif:
a) Kandidiasis adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
Rentang CD4: dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi. Lihat
Lembaran Informasi (LI) 516.
b) Mence Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan
penyakit mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Rentang CD4: di
bawah 50. Lihat LI 501.
c) Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut
atau kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita
terinfeksi HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih sering dan lebih berat.
Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun. Lihat LI 519.
d) Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih
umum dan lebih berat pada orang terinfeksi HIV.
e) Mycobacterium avium complex (MAC) adalah infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan demam berulang, seluruh badan terasa tidak enak, masalah
pencernaan, dan kehilangan berat badan yang berlebihan. Rentang CD4:
di bawah 50. Lihat LI 510.
f) Pneumonia pneumocystis(PCP) adalah infeksi jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia (radang paru) yang gawat. Rentang CD4: di
bawah 200. Lihat LI 512. Sayangnya PCP tetap menjadi IO yang agak
umum pada orang yang belum diketahui HIV, atau Odha yang belum
mulai ART.
g) Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi protozoa yang menyerang otak.
Rentang CD4: di bawah 100. Lihat LI 517.
h) Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan
dapat menyebabkan meningitis (radang pada sistem saraf pusat). Rentang
CD4: TB dapat menimbulkan penyakit dengan jumlah CD4 berapa pun.
Lihat LI 515.gah IO
4. Mencega IO
Sebagian besar kuman penyebab IO sangat umum, dan mungkin kita
telanjur terinfeksi beberapa infeksi ini. Kita dapat mengurangi risiko infeksi
baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman
penyebab IO yang diketahui. Meskipun kita terinfeksi beberapa IO, kita dapat
memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif.
Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO adalah
untuk memakai ART. Lihat LI 403 untuk informasi mengenai ART ini. Lihat
lembaran informasi masing-masing IO untuk informasi lebih lanjut tentang
menghindari infeksi atau mencegah pengembangan penyakit aktif.
5. Mengobati IO
Untuk setiap IO, ada obat atau kombinasi obat tertentu yang tampak
paling berhasil. Lihat lembaran informasi setiap IO untuk lebih mempelajari
tentang bagaimana IO tersebut diobati. ART memungkinkan pemulihan
sistem kekebalan yang rusak dan lebih berhasil memerangi IO. LI 481
tentang pemulihan kekebalan mempunyai informasi tentang topik ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab pembahasan masalah dapat disimpulkan
bahwa penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh
hingga menimbulkan gejala-gejala penyakit. Faktor-faktor pada penyakit infeksi
meliputi : Faktor mikroba, faktor hospes dan reaksi hospes dan jasad renik
terhadap infeksi.
B. Saran
Saya harap dari teori singkat ini dapat menambah wawasan para pembaca
mengenai respon tubuh terhadap agen menular.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati Fauna. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia
Harlim Ago. 2018. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Imunologi
Inflamasi. Universitas Katolik Indonesia
Maria Dan Maeilania. 2020. Buku Ajar Patologi Robbien Edisi 10. Elsevier:
Singapura

Anda mungkin juga menyukai