MAKALAH
PENENTUAN AFLATOKSIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
FIDYAH MUHDAR D1B120055
IRMA D1B120132
ADE NURKHOTIMA D1B120116
GUSNAENI D1B120300
NURDIANTI D1B120126
FAKULTAS S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah farmakognosis II yang berjudul “Penentuan Alfatoksin”
dapat terselesai tepat pada waktunnya. Makala ini juga sebagai tugas yang harus
dikerjakan untuk arahan pembelajaran bagi kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang kani terima dan kami kutib dari
berbagai sumber baik dari Jurnal maupun dari internet. Semonga isi dari makala ini
dapat berguna bagi kita dan dapat menamba wawasan serta pengetahuan kita.
Kselayaknya manusia biasa kami menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari ibu maupun para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………...……………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..…..….
B. Rumusan Masalah……………………………..………………………..…
BAB II PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Morfologi Jamur Penghasil senyawa Aflatoksin……………
B. Menjelaskan Tentang Sejarah Aflatoksin……………………..…………..
C. Menjelaskan Bagaimana Efek Alfatoksin……………………..………….
D. Bagaimana Upaya Pencegahan Alfatoksin……………………..………
E. Bagaimana Langka Penanganan Alfatoksin……………………..………
A. Kesimpulan …………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
Masalah penyakit kanker tetap menghantui umat manusia, di mana
diberitakan bahwa kanker ini merenggut 30% dari sekitar 7 juta kematian tiap
tahun di seluruh dunia. Hal ini terutama disebabkan karena gejala awal masih
sulit diketahui dan sampai sekarang dunia kedokteran masih belum menemukan
obat yang mujarab untuk mengobatinya.
Sir Richard Dool salah seorang ahli kanker terkemuka Inggris
menyatakan baru-baru ini bahwa penyakit kanker yang mematikan masih dapat
dikurangi dengan sekitar 60% jika orang memakan makanan yang lebih sehat
dan berhenti merokok. Peranan serat makanan yang antara lain berfungsi untuk
mencegah timbulnya penyakit kanker saluran pencernaan. Hal ini diperkuat oleh
ahli kanker tersebut yang menyatakan bawa makanan yang baik yang diperkaya
dengan sayuran dan bahan pangan berkadar serat tinggi dapat mengurangi
timbulnya penyakit kanker empedu, kandungan dan usus besar.
Jagung dan kacang tanah selalu selalu dikonsumsi oleh banyak orang.
Selain itu, jagung dan kacang tanah juga diekspor keluar negeri. Kualitas dari
jagung dan kacang tanah ini, harus perlu diperhatikan. Kualitas jagung dan
kacang tanah ini dapat menurun dikarenakan adanya parasit yang tumbuh seperti
jamur. Komoditi ekspor ini sangat mudah terserang oleh jamur atau kapang
misalnya Aspergillus flavus. Selain merusak dan mengganggu, Aspergullius
flavus dapat menghasilkan metabolit berupa micotoxin. Toxin ini dikenal
dengan Aflatoxin. Selain pada hasil komoditi pertanian, aflatoxin juga dijumpai
pada sector perikanan melalui pakan yang diberikan. Walau demikian bahaya
micotoxin ini belum diketahui efeknya secara luas bagi hasil perikanan.
Menurut Dr. Ir Deddy Muchtadi Sinar harapan, Pada tahun 1960 di
Inggris terjadi kasus 100.000 ayam kalkun mengalami kematian yang tidak
diketahui penyebabnya, sehingga penyakit tersebut dinamakan “Turkey X
disease” dan beberapa waktu kemudian kejadian tersebut terjadi kembali di
Uganda dan Kenya. Para peneliti Inggris dari Tropical Product
Institute menemukan bahwa penyebab Turkey X disease berasal dari pakan
ternak yang diberikan. Dengan penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa
penyakit ini disebabkan oleh suatu zat hasil metabolit kapang
(jamur) Aspergillus flavus yang tumbuh di kacang tanah. Aflatoxin kemudian
diresmikan menjadi nama racun atu micotoxin yang diambil dari singkatan
nama genus (Aspergillus) dan spesies (flavus).
Pada tahun 1729, Michelli dapat menjelaskan genus
dari Aspergillus. Species Aspergillus kurang lebih berjumlah 180 species.
Kapang Aspergillus ini dapat tumbuh dengan baik dengan kadar air minimal
80%. Aspergillus dapat menyebabkan penyakit yang disebut Aspergilosis.
Hewan terserang kapang ini, dapat menyebabkan mucotic pneumonia, rhinitis
kronis, penyakit sistemik yang disebabkan oleh jamur atau kapang, penyakit
kulit, alergi, aspergilosis pada saluran pencernaan, mastitis dan keratomycosis.
Ada dua species dari genus Aspergillus yang menghasilkan senyawa berbahaya
Aflatoxin yaitu Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Aspergillus
flavus dapat ditemukan di belahan dunia yang beriklim panas dan lembab
diantaranya afrika sub-sahara dan asia tenggara. genus Aspergillus dapat
menyerang biji kacang tanah yang rusak atau kulitnya terkelupas.
B. Ruusan Masalah
1. Menjelaskan Morfologi Jamur Penghasil senyawa Aflatoksin
2. Menjelaskan Tentang Sejarah Aflatoksin
3. Menjelaskan Bagaimana Efek Alfatoksin
4. Bagaimana Upaya Pencegahan Alfatoksin
BAB II
PEMBAHASAN
Sifat senyawa aflatoksin stabil, sulit terurai, tidak larut dalam air,
tidak rusak pada suhu panas. Kondisi optimum untuk pertumbuhan kapang
dan memproduksi aflatoksin yaitu: nilai water activity (Aw) > 0,7 ;
kelembaban (RH) > 70% dan kisaran suhu 11-41°C dengan suhu untuk
pembentukan aflatoksin maksimum sedikit di bawah suhu optimum untuk
pertumbuhan kapangnya yaitu 24-30°C. Suhu pertumbuhan minimum dan
maksimum ini dipengaruhi oleh faktor lain seperti konsentrasi oksigen,
kadar air, nutrien dan lain-lain.
Selain itu kapang akan berkembang biak pada kondisi lingkungan
yang tidak higienis, misalnya banyak tikus, serangga gudang, burung dan
lain-lain, dapat pula terserang komoditas lain yang sudah terserang penyakit
tanaman atau Aspergillus. Tumbuhan yang terserang penyakit biasanya juga
mengandung aflatoksin. Jadi perkembangbiakan Aspergillus sudah terjadi
saat pertumbuhan komoditi di lahan petani, sampai penyimpanan di gudang.
C. Efek Alfatoksin
1. Efek Alkatoksin Terhadap kesehatan Manusia
Aflatoksin dapat bersifat toksigenik, mutagenik, teratogenik,
karsinogenik, dan immunosuppresif pada hewan percobaan. Aflatoksin
mendapat perhatian yang lebih besar daripada mikotoksin lain karena
memiliki potensi efek karsinogenik terhadap tikus uji serta efek toksisitas
akut terhadap manusia. Pada sejumlah spesies hewan, aflatoksin dapat
menyebabkan nekrosis akut, sirosis, dan karsinoma hati serta berpotensi
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Tidak ada hewan yang resisten
terhadap efek toksik akut aflatoksin, oleh karena itu sangat logis jika
diasumsikan bahwa manusia juga mungkin dapat mengalami efek yang
sama. Pada kebanyakan spesies hewan, LD50 aflatoksin berkisar antara 0,5
hingga 10 mg/kg berat badan.
Toksisitas akut terjadi tak lama setelah mengonsumsi bahan
makanan yang terkontaminasi racun dengan dosis relatif besar dan yang
terserang adalah hati, pankreas, serta ginjal. Pada efek kronis, aflatoksin
menyebabkan timbulnya kanker hati (hepatic carcinoma). Secara umum
konsentrasi aflatoksin dan akibat yang ditimbulkannya dapat dilihat pada
Tabel 3.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspergillus sp. merupakan kapang yang tersebar luas di alam.
Kapang ini menghasilkan racun aflatoksin yang dapat mencemari bahan pangan
maupun pakan ternak. Bahan pangan terutama kacang tanah, jagung, dan biji
kapas. Terdapat 18 jenis racun aflatoksin, empat yang paling kuat daya racunnya
adalah aflatoksin B1, G1, B2, dan G2. Aflatoksin B1 bersifat karsinogen pada
manusia.
Kapang A. flavus tidak selalu menghasilkan racun sehingga adanya
kapang ini belum tentu memberikan pencemaran racun aflatoksin. Aflatoksin
yang mencemari pakan ternak dapat membahayakan kesehatan dan
produktivitas ternak. Sementara residunya pada hasil ternak dapat menyebabkan
keracunan (aflatoksikosis) baik akut maupun kronis pada manusia bila hasil
ternak tersebut dikonsumsi.
B. Saran
1. Bagi berbagai negara telah mencoba membatasi paparan aflatoksin dengan
mengeluarkan peraturan batasan kadar aflatoksin pada komoditi yang akan
digunakan sebagai makanan dan pakan.
2. Bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) baik pemerintah,
petani, produsen dan konsumen pada komoditi bahan pangan dan pakan
yang berpeluang terkena cemaran aflatoksin untuk dapat melakukan Upaya
pencegahan aflatoksin dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Kasno A. 2010. Varietas kacang tanah tahan Aspergillus flavus sebagai komponen
esensial dalam pencegahan kontaminasi aflatoksin. Jurnal Pengembangan
Inovasi Pertanian. 3(4):260-273.
Rahmianna. 2005. Kacang tanah: Sumber pangan sehat dan menyehatkan. Sinar Tani
Badan Litbang Pertanian. 42(3449):1-8.