HEMOROID
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Bedah
di Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang
Disusun oleh:
Yudistira Jefri Ramadhan
012106299
Pembimbing:
Kolonel CKM dr. Dadiya, Sp.B
Oleh :
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan kasus yang berjudul
“HEMOROID”.
Adapun laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang dilaksanakan di Rumah
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Kolonel CKM dr. Dadiya, Sp.B yang
telah membimbing dalam penyelesaian laporan kasus ini serta pihak yang secara langsung
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap laporan kasus
Penyusun
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : pelajar
Alamat : mujen
MR number : 001****
Ruang : Edelweiss
B. Data
1. Anamnesis
Riwayat Kebiasaan
Kurang mengkonsumsi sayur, buah, dan air putih
Sering mengejan tiap BAB
Riwayat Sosial - Ekonomi
Pasien merupakan seorang siswa dan berobat menggunakan BPJS.
2. Pemeriksaan Fisik
PULMO:
JANTUNG:
Rectal Toucher:
Pasien saat pemeriksaan colok dubur, pasien berbaring posisi sim (miring
ke lateral), dan pasien diminta untuk mengedan
Inspeksi
Palpasi
Tonus sphingter ani baik, teraba massa, konsistensi teraba kenyal, batas
tegas, nyeri tekan (+), benjolan tidak dapat dimasukkan dengan jari, pada
sarung tangan darah (-), lendir (-), feses (-).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Nilai normal Satuan
Hematokrit 44 31 – 45 %
MCV 85 80 – 100 fL
MCH 29 22 – 34 Pg
MID % 9 2–8 %
CT/BT
Glukosa Darah
1. Benjolan di luar anus yang tidak dapat dimasukkan kembali dengan jari
Px. Fisik
5. Rectal Toucher : tampak benjolan diameter ± 1 cm yang berada di atas garis linea
dentate pada arah jam 1, warna kemerahan, hematom perianal (-), abses (-). Tonus
sphingter ani baik, teraba massa, konsistensi teraba kenyal, batas tegas, nyeri tekan
(+), benjolan tidak dapat dimasukkan dengan jari, pada sarung tangan darah (-), lendir
(-), feses (-).
Problem List
Hemoroid interna grade 4
Pembahasan Problem List
Assesment
Pasien laki laki usia 18 tahun dengan diagnosis Hemoroid interna grade IV akan
dilakukan Hemoroidektomi pada tanggal 23 april 2021.
Planning
Jenis pembedahan : Hemoroidektomi
Jenis anestesi : Anestesi Spinal (Regional)
Laporan Operasi
4. Dibuat insisi dan eksisi pada massa hemoroid arah jam 5-7 dengan diameter 1 cm
5. Perdarahan didab
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj Ketorolac 30 mg/12 jam
3. Ceftriaxone 1x1
TINJAUAN PUSTAKA
Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rectum
hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi oleh epitel
skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi
oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (lajur morgagni).
Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal superior
sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua pembuluh
tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari arteri
pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteri-arteri
tersebut akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.
Hemoroid adalah bantalan vaskular yang terdapat di anal canal yang biasanya
ditemukan di tiga daerah utama yaitu kiri samping, kanan depan, dan bagian kanan
belakang. Hemoroid berada dibawah lapisan epitel anal canal dan terdiri dari plexus
arteriovenosus terutama antara cabang terminal arteri rektal superior dan arteri
hemoroid superior. Selain itu hemoroid juga menghubungkan antara arteri hemoroid
dengan jaringan sekitar.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media
dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka
interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal
yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-
vena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1) kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra;
(2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek
gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu.
Gambar 3. Vena pada Rectum
3. Klasifikasi Hemoroid
Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan.
Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami trombosis dan infark.
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid ekstema (diluar/di bawah
linea dentata) dan hemoroid interna (didalam/di atas linea dentata). Untuk melihat
risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa
bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara
anoskopik hemoroid interna juga dapat dibagai atas 4 derajat hemoroid.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena
ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
4. Faktor Risiko Hemoroid
Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intra abdomen karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau
diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan
makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah raga/imobilisasi (Simadibrata, 2009).
5. Patofisiologi Hemoroid
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau
alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan
terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut
membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia (Nisar
dan Scholefield, 2003).
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan
bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran
balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan,
konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi
seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang
timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau
inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Acheson dan Schofield, 2006).
Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran
multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang
dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan
dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh
darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi
agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami
rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast.
Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin
untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-a serta interleukin 4 untuk
pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan
dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast.
7. Diagnosis Hemoroid
9. Tatalaksana Hemoroid
Penatalaksanaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada,
meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010)
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat
dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat
awal hemoroid (Zhou dkk, 2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti
meningkatkan konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan
saat buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu
pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang
mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu
suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana
mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).
Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I yang
tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pencegahan
Yang paling baik dalam mencegah hermoroid yaitu mempertahankan tinja
tetap lunak sehingga mudah ke luar, di mana hal ini menurunkan tekanan dan
pengedanan dan mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke
belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat
diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan (Simadibrata, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Burkitt, D.P, 1972. Varicose Veins, Deep Vein Trombosis, and Haemorrhoids:
Epidemiology and Suggested Aetiology. British Medical Journal: 556-561.
th
Corman, M.L, 2004. Hemorrhoids. Colon & Rectal Surgery. 5 ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 177-253.
Daniel, W.J., 2010. Anorectal Pain, Bleeding, and Lumps. Australian Family
Physician 39 (6): 376-381.
Dorland, 2002. Kamus Saku kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC
Everheart, J.E., 2004. Digestive Disease in The United States: Epidemiology and
Impact, National Institute of Health. Washington, DC: US government
Printing Office.
Felix. 2006. Duduk, Salah, Berdiri, Juga Salah. Farmacia Majalah Kedokteran
dan Farmasi. Jakarta. Available from: http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one-news.asp?IDNews=278.
Hall, K.E., 2009. Effect of Aging on Gastrointestinal System. Hazzard’s Geriatric
th
Medicine and Gerontology. 6 ed. New York: McGraw-Hill.1062.
Halverson, A., 2007. Hemorrhoids. Clin Colon Rectal surgery 20 (2): 77-84.
Kaidar-Person, O., Person, B., and Wexner, S.D., 2007. Hemorrhoidal Disease: A
Comprehensive Review. J. American College of Surgeons 204 (1): 102-114.
Nagie, D 2007. What You Need to Know about Hemorrhoids…but were too
Embarrassed to Ask, Beth Israel Deaconess Medical Center. Available from:
http://www.BottomLineSecrets.com.
Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.
Osborn, N.K., King, K.H., and Adeniji, O.A., 2009. Hemorroid Treatment in
Outpatient Gastroenterology Practice Using The O’Regan Disposable
Hemorrhoid Banding System is Safe and Effective. The Journal of Medicine 2
(5): 251.
Penninger, J.I. & Zainea, G.G., 2001. Common Anorectal Conditions: Part I.
Symptoms and Complains. American Family Physician 63 (12): 2391-2398
Pigot, F., Siproudis L., and Allaert, F.A, 2005. Risk Factor Associated with
Hemorrhoidal Symptoms in Specialized. Gastroenterology Clin Biol 29 (12):
1270-1274.
Schubert, M.C., Sridhar, S., Schade, R.R., Wexner, S.D., 2009. What every
gastroenterologist needs to know about common anorectal disorders. World
Journal of Gastroenterology 15 (26) : 3201-3209.
Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta:
EGC.
Strate, L.L., Ayanlan, J.Z., Kotier, G., Syngal, S., 2008. Risk Faktor for Mortality
in Lower Intestinal Bleeding. Clin Gastroenterol Hepatol 6 (9): 955-1004.
Taweevisit, M., Wisadeopas, N., Phumsuk, U., Thorner, P.S. 2008. Increased mast
cell density in haemorrhoid venous blood vessels suggests a role in
pathogenesis. Singapore Med Journal 49 (12) : 977-979.
Villalba, H., Abbas, M.A., 2007. Hemorrhoids : Modern Remedies for an Ancient
Disease. The Permanente Journal 11 (2): 74-76.
World Gastroenterological Organisation. World Gastroenterological Organisation
Practice Guidelines: Constipation. World Gastroenterological Organisation.
Available from:
http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/05
_constipation.pdf .
Zhou, Q., Mills, E., Martinez, Z.M.J., and Allonso, C.P., 2006. Metaanalysis of
Flavonoid for The Treatment of Haemorrhoid. BrJ Surg; 93: 909-920.