membahayakan peralatan. Jenis gangguan utama pada sistem tenaga listrik terutama
dalam saluran transmisi dan distribusi ialah gangguan hubung singkat, yang mana
gangguan hubung singkat ini terjadi akibat dari tembusnya bahan isolasi, kesalahan
teknis, polusi debu dan pengaruh alam disekitar saluran transmisi dan distribusi
tenaga listrik. Bila dilihat dari waktu lamanya terjadi gangguan, maka dapat
dikelompok menjadi :
Untuk gangguan temporer ditandai dengan normalnya kembali kerja dari PMT
jatuhnya PMT setelah dimasukan kembali, biasanya dimasukan sampai tiga kali.
19
20
sistem tenaga listrik, sehingga gangguan ini baru dapat diatasi setelah kerusakan pada
peralatan tersebut sudah diperbaiki. Bila ditinjau dari macamnya, gangguan hubung
Dalam sistem tiga phasa dikenal dengan adanya impedansi urutan positif (Z1),
impedansi urutan negatif (Z2) dan impedansi urutan nol (Z0). Impedansi Z di
masing – masing phasa dialiri arus dengan arah sama dan dengan arah ggl
yang dibangkitkan pada masing-masing fasa. Seperti terlihat pada gambar 3.1
berikut ini.
adalah sama besar, sedangkan sudut fasanya berbeda 120°, seperti terlihat
EA
I = …………………………………………………………..(3.1)
A Z
Uraian yang sama, tetapi fasa yang dibebani dengan impedansi Z adalah phasa
EB
I = ………………………………………………………….(3.2)
B Z
EC
I = ………………………………………………………….(3.3)
C Z
sebagai berikut :
E fasa
I = …………………………………………………...(3.4)
hs3 ph Z1
Dan untuk menghitung arus gangguan 3 fasa pada jaringan ekivalen yang
V V V
3 3 3
I = = = ………………..(3.5)
hs3 ph Z 1 eki Z 1 eki R1 eki 2 + jX 1 eki 2
Pada gambar 3.3 diatas dijelaskan bahwa arus yang mengalir pada rangkaian
IA = IB, dengan sumber tegangan fasa A-B yang besarnya EAB = √3 x EA.
urutannya sama dengan urutan ggl fasa A (positif) sehingga impedansi Z yang
menghambat aliran arus itu dapat disebut dengan impedansi urutan positif
phasa B) dan melawan urutan ggl yang dibangkitkan difasa B (negatif), maka
antara fasa A dan B adalah sebesar Z1 + Z2. Sehingga arus yang mengalir
EAB
I = ………………………………………………..(3.6)
hs 2 ph Z1 + Z 2
23
E. 3
I = ………………………………………(3.7)
hs 2 ph Z 1 positif + Z 2 negatif
3 xkVf 3 xVf 3
I = ,= = ×I
hs 2 ph Z 1 eki + Z 2 eki 2 × Z 2 eki 2 hs3 ph …………...(3.8)
∴ di mana : Z 1 eki = Z 2 eki = Z 1 eki + Z 2 eki = 2Z 2 eki
Arus yang mengalir dari sumber yang urutannya sama dengan urutan
Karena aliran fluks di fasa B dan C ini seolah berlawanan dengan yang
dibangkitkan dari sisi listriknya seolah terdapat arus yang melawan urutan ggl
fasa B dan C yang kemudian disebut dengan urutan negatif. Karena di fasa B
dan C pada kenyataanya tidak ada arus yang mengalir keluar maka ada arus
lain yang mengkompensirnya yang biasa disebut urutan nol seperti pada
E. 3
I = …………………………………………….(3.9)
hs1 ph Z1 + Z 2+ Z 0
25
3 xVf 3 xVf
I = =
hs1 ph Z1 eki + Z 2 eki + Z 0 eki 2 × ( Z 2 eki 2 ) + Z 0 eki 2
……..(3.10)
3 xVf
=
(2 × ( R 2 eki 2 + jX 2 eki 2 )) + R 0 eki 2 + jX 0eki 2
Berikut ini merupakan data penyebab terjadinya gangguan penyulang di PT. PLN
Persero area jaringan Tangerang tahun 2010 dan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini.
26
PENYEBAB FREKUENSI
NO % KETERANGAN
GANGGUAN (KALI)
Komponen JTM (pemutus/pelebur,
konektor, kawat jumper, ikatan
1 l1 387 16 l1 = isolator,
kabel, kotak sambungan dan terminal
kabel
peralatan JTM (isolator, FCO, Pole
2 l2 776 31 l2 = Switch,
Arrester)
3 l3 138 6 l3 = Gardu dan lainnya
Tiang roboh atau kerusakan bagian-
bagian
4 l4 8 0 l4 = tiang listrik lainnya serta penyebab
internal
lainnya
5 E1 176 7 E1= Pohon / dahan
Angin kencang, hujan deras, banjir,
tanah
6 E2 302 12 E2=
longsor, kebaakaran dan bencana
laiinnya
7 E3 71 3 E3= Akibat binatang
Layang-layang / umbul-umbul dan
8 E4 634 25 E4= penyebab
eksternal lainnya
TOTAL 2492 100
27
Tabel 3.2 berikut ini merupakan rincian dari sepuluh besar penyebab gangguan
terbesar ialah jaringan SUTM. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Grafik
3.6.
(Persero) Area Jaringan Tangerang ialah Gangguan Tak Jelas SUTM (GTJ SUTM)
yaitu sebesar 27,57%. Jika dilihat dari jenis jaringan yang terganggu, penyebab
gangguan penyulang terbesar di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang ialah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut
sehingga pada saat terjadi gangguan di jaringan SUTM, sistem proteksi yang
dipasang dapat melokalisir gangguan dan dapat memutus arus beban lebihpada
tegangan pada penyulang. Dengan demikian pemadaman pada jaringan yang tidak
terganggu dapat dicegah dan kontinuitas pelayanan listrik pun tetap terjaga.
yang terjadi pada jaringan, sehingga runtuhnya sistem dapat dicegah serta
distribusi terdiri dari beberapa alat proteksi yang dipasang pada jaringan yang
29
terkoordinasi dalam suatu sistem. Begitu pula halnya dengan sistem proteksi
Sistem proteksi terdiri atas peralatan CT, PT, dan relai proteksi, yang
proteksi yang sangat penting pada sistem proteksi. Fungsi peralatan proteksi
terganggu dari bagian jaringan yang normal serta mengamankan bagian yang
normal dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Untuk lebih jelas daoat
dengan relai arus lebih (OCR). Relai ini pada dasarnya mengamankan adanya
arus lebih pada sistem atau peralatan, tetapi relai ini terutama menghilangkan
pengamanan atau salah satu usaha untuk memperkecil akibat adanya gangguan
Relai proteksi merupakan suatu peralatan listrik yang dirancang untuk mulai
pemisahan bagian sistem tenaga listrik atau untuk mengoperasikan signal bila terjadi
gangguan. Relai yang akan memberi perintah kepada PMT pada saat terjadi
gangguan, bila besar arus gangguannya melampaui penyetelan (Is) dan jangka waktu
relai mulai pick-up sampai kerja relai waktunya berbanding terbalik dengan besarnya
arus gangguan. Berikut ini merupakan suatu relai inverse dan karakteristik inverse
Sistem operasi suatu relai proteksi bekerja dalam mendeteksi adanya gangguan
adalah:
31
a. Kecepatan bereaksi yaitu saat mulai ada gangguan sampai pelepasan pemutus
terdekat.
terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan rele yang baik adalah 90 –
99 %.
waktu tunda (time delay), namun waktu tunda itu pun harus secepat
kestabilan sistem.
Waktu total pembebasan gangguan (total fault clearing time) adalah waktu
benar terpisah dari bagian sistem lainnya. Gambar 3.9 merupakan hubungan
Sumber Trafo
PMT PT CT PMT
Saluran
Trip
Output
Relai
penyulang gagal bekerja. Daerah kerja relai proteksi OCR dapat dilihat pada
Dalam hal ini relai arus lebih dapat dibagi menjadi beberapa bagian
diantaranya adalah:
Relai ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi
(Im), dan jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai
Relai ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi
dam jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai
besarnya arus.
Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai diperpanjang
sumbu tegak merupakan waktu dalam detik dan sumbu datar adalah
berapa kali besarnya arus gangguan yang melewati relai terhadap arus
sering digunakan dan disebut dengan Td (time dial) atau TMS (time
multiple setting).
Relai ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian
membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh
relai melebihi nilai setting, maka relai akan mengirim perintah trip (lepas)
kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu
yang diterapkan pada setting. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.11
berikut ini.
Waktu kerja relai OCR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya.
Elemen tunda waktu pada relai ini ada 2, yaitu elemen low set dan elemen high
set. Elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
yang relatif kecil, sedangkan elemen high set bekerja ketika terjadi gangguan
35
dengan arus hubung singkat yang cukup besar. Dapat dilihat pada gambar 3.12
dibawah ini.
pada gambar diatas, elemen low set disetting dengan menggunakan karakteristik
Pembantukan kurva waktu tunda rele dimaksudkan agar ketika terjadi gangguan
dengan arus hubung singkat yang cukup besar maka rele akan segera
memerintahkan Pemutus Tenaga (PMT) untuk mentrip arus yang mengalir pada
jaringan distribusi.
3.4.3 Prinsip Dasar Penyettingan Relai Arus Lebih (OCR) pada Penyulang dan
Incoming Trafo 20 kV
Untuk menghitung nilai setting arus relai berdasarkan arus beban trafo
PMT)
1
Iset Sekunder = ISet OCR Primer x A(sekunder)...............(3.13)
RasioCT
maka waktu kerja dipilih antara 0,3 – 0,5 detik untuk gangguan maksimum.
pada penyulang.
induk penyulang, maka setelan waktu (TMS) relai arus lebih pada penyulang
dipilih karakteristik dengan standar inverse. Setting time dial dapat dipilih
sesuai kurva yang dipilih. Untuk kurva standar invers (SI) didapat rumus :
0 , 02
Ihs
0,3 × −1
TMS = Iset
t..............……………………………(3.14)
0,14
37
Untuk menghitung Time Dial (td) pada penyulang dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
0,14 × tms
td = t………………………………..………(3.15)
Ifault 0.02
− 1
Iset
dimana :
penyulang
t = detik
Sebelum mencari nilai setting arus pada incoming trafo, terlebih dahulu
MVA
Inom = ampere ………………………………………(3.16)
kV × 3
Setelah mendapatkan hasil dari arus nominal tersebut, maka dapat melakukan
perhitungan untuk menghitung nilai setting arus relai pada incomng trafo pada
sisi primer dan sisi sekunder. Adapun rumus perhitungannya nilai setting arus
dimana :
1
= proteksi trafo
ratio CT
Setting waktu (TMS) relai arus lebih pada incoming trafo dipilih karakteristik
dengan standar inverse. Selisih waktu kerja (grading time) dari relai di
incoming 20 kV (sisi hulu) lebih lama 0,5 detik dari waktu kerja relai di
relai penyulang di gardu induk penyulang, maka setting time dial dapat dipilih
sesuai kurva yang dipilih. Untuk kurva standar invers (SI) didapat rumus :
Ihs 0.02
(0,3 + 0,5) × − 1
Iset
TMS = ………………………….(3.19)
0,14
39
Untuk menghitung Time Dial (td) pada penyulang dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
0,14 × tms
td = ………………………………………….(3.20)
Ifault 0.02
− 1
Iset
dimana :
penyulang
t = detik