Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN FINITE ELEMEN METHOD

Finite Element Method pada awalnya merupakan kebutuhan untuk memecahkan


permasalahan elastisitas yang kompleks dan masalah analisis struktural di dalam sipil
dan aeronautical engineering. 

Finite element method (metode elemen hingga) atau FEM adalah salah satu metode
numerik yang paling banyak dipakai di dunia engineering (sipil, mesin, penerbangan,
mikroelektronik, bioengineering, material) dan diajarkan di dunia (baik akademika
maupun industri). Usianya lebih dari 40 tahun, dan hingga kini masih tetap dipakai,
bahkan makin  disukai. Metode ini berusaha memecahkan partial differential
equations dan persamaan integrasi lainnya yang dihasilkan dari hasil diskritisasi benda
kontinum. Meski berupa pendekatan, metode ini dikenal cukup ampuh memecahkan
struktur-struktur yang kompleks dalam analisis mekanika benda padat (solid
mechanics) dan perpindahan panas (heat transfer). Biasanya matematikawan
mencari closed-form solution untuk suatu kasus fisika, dan karena mentok mereka
lalu memanfaatkan metode numerik ini untuk memecahkan kasusnya. 

Saat ini, banyak sekali software FEM berkeliaran dengan berbagai mutu dan
kemudahan. Software ini biasanya sangat ramah-sama-pengguna (user-friendly) tapi
tidak dompet-friendly (mahal). Contoh dari software ini adalah MSC.NASTRAN,
ABAQUS, ANSYS, LSDYNA, dan lainnya. Pengguna software FEM kemudian terbiasa
melihat GUI (graphic user interface) di mana suatu benda didiskritisasi menjadi sekian
puluh bahkan ribu elemen. Istilah baru kemudian muncul yaitu Finite Element
Modeling, karena pengguna hanya memodelkan fisik suatu benda dengan elemen-
elemen kecil, mendefinisikan sifat-sifat material, memberikan kondisi batas dan
pembebanan, menjalankan software. Ini yg dinamakan pre-processing. Fase post-
processing biasanya lebih sulit karena pengguna diharapkan bisa menginterpretasi
hasil, menganalisis angka dan fisik yang dihasilkan dan melakukan trouble-shooting
jika hasilnya kurang memuaskan. Ada yg bilang FEM software ini G-I-G-O alias
garbage-in-garbage-out. Dan ini benar! Apa saja yg kita masukkan ke dalam software
tentu akan menghasilkan sesuatu, entah itu berupa angka atau berupa error message.
Kalau memasukan sampah ya keluarnya juga sampah (begitu arti literalnya). Untuk
mengatasi ini, pengguna diharapkan sudah memahami formulasi, jenis elemen,
kelebihan dan kelemahan suatu metode sebelum menggunakan FEM software. 

Finite Element Analysis dibangun sebagai metode numeric untuk analisa tegangan,
tapi sekarang pemakainanya telah meluas sebagai metode yang umum untuk banyak
permasalahan engineering kompleks dan ilmu-ilmu fisika. Mengandung banyak
perhitungan, pertumbuhannya berhubungan dekat dengan pengembangan teknologi
komputer. 

Finitie Element adalah salah satu dari metode numerik yang memanfaatkan operasi
matrix untuk menyelesaikan masalah-masalah fisik. Metode lain yang adalah metode
analitik, yang untuk melakukannya diperlukan suatu persamaan matematik yang
merupakan model dari perilaku fisik. Semakin rumit perilaku fisiknya (karena
kerumitan bentuk geometri, banyaknya interaksi beban, constrain, sifat material, dll)
maka semakin sulit atau bahkan mustahil di bangun suatu model matematik yang bisa
mewakili permasalahan tersebut. Alternatif metodenya adalah dengan cara membagi
kasus tadi menjadi bagian-bagian kecil yang sederhana yang mana pada bagian kecil
tersebut kita bisa membangun model matematik dengan lebih sederhana. Kemudian
interaksi antar bagian kecil tersbut ditentukan berdasarkan fenomena fisik yang akan
diselesaikan. Metode ini dikenal sebagi metode elemen hingga, karena kita membagi
permasalahan menjadi sejumlah elemen tertentu (finite) untuk mewakili permasalah
yang sebenarnya jumlah elemennya adalah tidak berhingga (kontinum). 

Metode Elemen Hingga (Finite Element Method, FEM) adalah suatu metode numerik
dengan tujuan memperoleh pemecahan pendekatan dari suatu persamaan diferensial
parsial (Partial Differential Equation, PDE). Meskipun cikal bakal teori FEM sudah ada
sejak tahun 1940-an, baru pada tahun 1970-an metode ini dirumuskan secara formal.
Pada awalnya metode ini digunakan dibidang teknik penerbangan untuk perhitungan
kekuatan bangun-raga (structure) pesawat pada industri pesawat terbang. Tetapi
dewasa ini FEM telah diterapkan dalam berbagai persoalan teknik: seperti struktur,
dinamika fluida, perpindahan panas, akustik, maupun elektromagnetik. 

Finite Element Method (FEM) atau Metode Elemen Hingga dewasa ini telah menjadi
bagian tak terpisahkan dari solusi numerik di dunia teknik rekayasa. FEM diaplikasikan
secara luas mulai dari analisa stress (tegangan) dan deformasi (perubahan bentuk)
pada bidang struktur bangungan, jembatan, penerbangan, dan otomotif, sampai pada
analisa aliran fluida, perpindahan panas, medan magnet, dan masalah non-struktur
lainnya. 

Kemajuan yang sangat pesat di bidang komputer baik piranti lunak maupun hardware
dalam dua dekade terakhir telah menyebabkan FEM diterapkan secara massif pada
level yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Dengan kecanggihan piranti lunak-
keras komputer sekarang, masalah rekayasa yang rumit dapat dimodelkan dengan
relatif mudah. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan problem pun semakin
singkat. Sebagai ilustrasi, simulasi tabrakan mobil dua puluh tahun lalu memerlukan
waktu berminggu-minggu dengan manggunakan superkomputer. Tetapi pada hari ini
simulasi serupa hanya memerlukan waktu belasan jam dengan menggunakan personal
komputer secara garis besar ada dua pendekatan metode numerik yaitu finite element
method (FEM) dan boundary element (BEM). Masing-masing berbeda pendekatanya
dimana pada FEM, governing equation harus memenuhi prasyarat boundary terlebih
dahulu sementara pada BEM harus memenuhi prasyarat domain. Bila membandingkan
kedua metode ini secara apple to apple, dari segi komputasi metodeFEM tidak efisien
dibandingkan metode BEM karena untuk mengetahui potensial (nilai pada suatu titik)
kita melakukan komputasi terhadap seluruh domain yang didescritize dimana
umumnya kita hanya ingin mengatahui nilai boundarynya saja dan bukan nilai
domainnya. Sementara dari segi kemudahan approaching governing equation, metode
FEM lebih mudah karena hanya menggunakan polynomial function sementara pada
BEM kita bergerak menggunakan fundamental function dengan derajat singularity yang
tinggi seperti Green function atau Henkel function.

Finite element method (metode elemen hingga) atau FEM adalah salah satu metode
numerik yang paling banyak dipakai di dunia engineering (sipil, mesin, penerbangan,
mikroelektronik, bioengineering, material) dan diajarkan di dunia (baik akademia
maupun industri). Usianya lebih dari 40 tahun, dan hingga kini masih tetap dipakai,
bahkan makin berdiri. 

Metode ini berusaha memecahkan partial differential equations dan persamaan


integrasi lainnya yang dihasilkan dari hasil diskritisasi benda kontinum. Meski berupa
pendekatan, metode ini dikenal cukup ampuh memecahkan strukturstruktur yang
kompleks dalam analisis mekanika benda padat (solid mechanics) dan perpindahan
panas (heat transfer). Biasanya matematikawan mencari closed-form solution untuk
suatu kasus fisika, dan karena mentok mereka lalu memanfaatkan metode numerik ini
untuk memecahkan kasusnya.
Saat ini, banyak sekali software FEM berkeliaran dengan berbagai mutu dan
kemudahan. Software ini biasanya mudah untuk digunakan (user-friendly) tapi pada
satu sisi sangat mahal harganya. Contoh dari software ini adalah MSC.NASTRAN,
ABAQUS, ANSYS, LSDYNA, dan lainnya. Pengguna software FEM kemudian terbiasa
melihat GUI (Graphical User Interface) di mana suatu benda didiskritisasi menjadi
sekian puluh bahkan ribu elemen. Istilah baru kemudian muncul yaitu Finite Element
Modeling, karena pengguna hanya memodelkan fisik suatu benda dengan elemen-
elemen kecil, mendefinisikan sifat-sifat material, memberikan kondisi batas dan
pembebanan, menjalankan software. Ini yg dinamakan pre-processing. Fase post-
processing biasanya lebih sulit karena pengguna diharapkan bisa menginterpretasi
hasil, menganalisis angka dan fisik yang dihasilkan dan melakukan trouble-shooting
jika hasilnya kurang memuaskan. Ada yg bilang FEM software ini G-I-G-O? alias
garbage-in-garbage-out. Dan ini benar! Apa saja yg kita masukkan ke dalam software
tentu akan menghasilkan sesuatu, entah itu berupa angka atau berupa error message.
Kalau memasukan sampah ya keluarnya juga sampah (begitu arti literalnya). Untuk
mengatasi ini, pengguna diharapkan sudah memahami formulasi, jenis elemen,
kelebihan dan kelemahan suatu metode sebelum menggunakan FEM software. 

Saat ini, banyak sekali software FEM berkeliaran dengan berbagai mutu dan
kemudahan. Contoh dari software ini adalah MSC.NASTRAN, ABAQUS, ANSYS, LSDYNA,
dan lainnya. Pengguna software FEM kemudian terbiasa melihat GUI (Graphical User
Interface) di mana suatu benda didiskritisasi menjadi sekian puluh bahkan ribu
elemen. Istilah baru kemudian muncul yaitu Finite Element Modeling, karena
pengguna hanya memodelkan fisik suatu benda dengan elemen-elemen kecil,
mendefinisikan sifat-sifat material, memberikan kondisi batas dan pembebanan,
menjalankan software. Ini yg dinamakan pre-processing. Fase post-processing
biasanya lebih sulit karena pengguna diharapkan bisa menginterpretasi hasil,
menganalisis angka dan fisik yang dihasilkan dan melakukan trouble-shooting jika
hasilnya kurang memuaskan. Ada yg bilang FEM software ini G-I-G-O? alias garbage-in-
garbage-out. Dan ini benar! Apa saja yg kita masukkan ke dalam software tentu akan
menghasilkan sesuatu, entah itu berupa angka atau berupa error message. Kalau
memasukan sampah ya keluarnya juga sampah (begitu arti literalnya). Untuk
mengatasi ini, pengguna diharapkan sudah memahami formulasi, jenis elemen,
kelebihan dan kelemahan suatu metode sebelum menggunakan FEM software.
Selain finite element, metode lain yang merupakan metode numerik adalah finite
different. Finite different adalah metode yang menggunakan derivatif dari suatu
formula untuk menyelesaikan suatu persoalan. Derivatif dihitung menggunakan nilai
yang sangat kecil namun finite atau terhingga. Seperti yang telah diketahui bahwa
setiap formula diferensial orde satu mengandung sebuah konstanta integral. Oleh
karena itu dalam perhitungannya dibutuhkan suatu kondisi batasan yang akan
memenuhi nilai konstanta integral tersebut. Sebagai contoh adalah bila ada exact
solution, f (x ) = 1 − x 2/2, dan finite different didapat dengan ∆x = 0.1. Hasil
penyelesaian finite different ditunjukkan hanya pada titik diskrit, sedangkan variasi
secara umum dari hasil perhitungan tiap titik tidak dapat diketahu dengan metode
finite different tatapi dapat dilihat dengan cara interpolasi. Maka dapat dilihat
beberapa persamaan dan gambar di bawah ini.

Finite element dengan finite different adalah berbeda. Pada metode finite element
variasi dari field variable dalam domain fisik merupakan sebuah bagian utuh dari
prosedur. Maksudnya adalah berdasarkan fungsi interpolasi yang dipilih, field variable
diseluruh bagian sebuah elemen hingga dispesifikasikan sebagai sebuah bagian utuh
dari prosedur. Pada metode finite different, field variable dihitung hanya pada titik
tertentu. Namun finite different dapat digunakan untuk menyediakan data variable
dan selanjutnya dapat dilakukan dengan metode finite element. Contohnya pada
permasalah struktur, kedua metode dapat menyediakan penyelesaian displacement
(perpindahan), namun penyelesaian finite element dapat digunakan secara langsung
untuk menghitung strain, turunan pertama. Sedangkan penyelesaian finite different
membutuhkan pertimbangan tambahan. 

 Jenis-Jenis Finite Element Method


Secara umum ada beberapa jenis metode didalam Finite Elemen Method (FEM) yang
bisa digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di dalam dunia teknik.
Perluasan dari metode finite elemen tersebut memang banyak macamnya. Berikut
beberapa perluasan dari Finite Elemen Method (FEM). 

• hp-FEM
hp- FEM adalah versi umum dari metode elemen hingga (FEM), sebuah numerik
metode untuk memecahkan persamaan diferensial parsial berdasarkan perkiraan
piecewise-polinomial menggunakan unsur-unsur variabel ukuran (h) dan derajat
polinomial (p). 

• Extended finite element method (XFEM)


Extended finite element method (XFEM) adalah metode teknik numerik yang
memperpanjang klasik metode elemen hingga (FEM) dengan pendekatan memperluas
ruang untuk solusi solusi untuk persamaan diferensial dengan fungsi kontinu. 

• Spectral method
Metode spektral adalah sebuah teknik yang digunakan dalam matematika terapan dan
komputasi ilmiah tertentu untuk menyelesaikan secara numerik dengan menggunakan
persamaan diferensial parsial (PDEs),dan sering juga melibatkan penggunaan Fast
Fourier Transform. Metode spectral memiliki tingkat error yang sangat baik yang
disebut dengan “exponential convergen” sehingga membuat metode ini menjadi yang
tercepat. 

• Meshfree methods
Metode meshfree merupakan kelas tertentu dari numerical simulation algorithms
untuk mensimulasikan fenomena-fenomena yang berupa fisik. Simulasi algoritma
tradisional mengandalkan pada grid atau mesh sedangkan metode meshfree
menggunakan pendekatan simulasi geometri dalam peghitungannya. Hal ini menjadi
salah satu kelebihan dari metode meshfree dibanding dengan metode konvensional. 

• Discontinuous Galerkin method


Metode Galerkin diskontinu pertama kali diusulkan dan dianalisis pada awal 1970-an
sebagai suatu teknik untuk menyelesaikan secara numerik persamaan diferensial
parsial. Pada tahun 1973 Reed dan Hill memperkenalkan metode Discontinuous
Galerkin untuk memecahkan persamaan transpor netron hiperbolik. Metode ini
digunakan untuk memecahkan persamaan diferensial parsial dengan menggabungkan
fitur dari finite element dan volume element, dan berhasil diaplikasikan untuk ukuran
seperti hiperbolik, elips dan parabola.

Ketidaktahuan dasar atau variabel bidang dalam persoalan engineering ;


 Displacement pada mekanika solid
 Kecepatan pada mekanika fluida
 Potensial magnetik dan elektrik dalam teknik elektro
 Temperatur pada permasalahan aliran panas.
Pada rangkaian kesatuan (continuum) dilakukan dengan mengabaikan ruang kosong
yang terdapat pada antar partikel sehingga metode ini hanyalah sebuah pendekatan
dengan kondisi realita yang terjadi dengan derajat kebebasan tidak berhingga.
Prosedur elemen hingga mereduksi yang tidak diketahui menjadi jumlah yang terbatas
dengan membagi bidang penyelesaian menjadi bidang-bidang kecil disebut elemen
dan dengan mengekspresekan variabel bidang anu (unknown) dengan mengasumsikan
fungsi pendekatan (fungsi interpolasi/fungsi bentuk)umumnya dalam dunia
engineering ada 3 macam bentuk elemen yang digunakan dalam perhitungan pada
elemen hingga, elemen tersebut adalah adalah membran, shell, maupun elemen
solid. 

elemen membran adalah elemen datar yang memiliki 2 dimensi, pada umumnya
element ini berbentuk segitiga maupun segiempat, pada elemen yang berbentuk
segitiga, biasanya dimodelkan dengan 3 hingga 6 node, sedangkan pada segi empat
dimodelkan dari 4 hingga 9 node, element ini memiliki 2 arah perpindahan derajat
kebebasan pada tiap node yang terdapat didalam element. element ini biasa
digunakan untuk memodelkan permasalahan elastisitas dengan 2 dimensi, arah
tegangan dan arah regangan. itu bisa menghasilkan 2 normal force dan 1 shear stress
pada element. elemen membran tidak memiliki rotational stifness maupun stiffness
normal yang menuju arah dari elemen.

REFERENSI
 Bhafikatti, SS. 2005. Finite Element Analysis. New age international. New Delhi.
 Hutton F, David. Fundamentals Of Finite Elements. 2004. McGraw-Hill?.
 http://caswww.colorado.edu/courses.d/FEM.d/Home.html
 http://komputasi.inn.bppt.go.id/semiloka06/B_Bandriyana.pdf
 http://people.sc.fsu.edu
 kuliah FEM, rabu 2 September 2009
 Introduction to Finite Element Methods (ASEN 5007) - Fall 2009 Department of Aerospace Engineering
Sciences University of Colorado at Boulder
 http://pdm-mipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/bimipa/article/viewFile/66/106
 www.wikipedia.com
 http://urbana.mie.uc.edu/yliu/FEM-525/FEM-525.htm
 Mahmmod Aziz Muhammed, Adhi Susanto, F. Soesianto F. Soesianto, Soetrisno Soetrisno
 http://www.toodoc.com/finite-elements-ppt.html
 http://people.sc.fsu.edu
 www.infometrik.com
 http://www.halamansatu.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=469
 Klaus Jurgen Bathe, Finite Element Procedures, Prentice Hall, 1996
 http://commonemitter.wordpress.com
 http://commonemitter.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai