Anda di halaman 1dari 6

Pembentukan Kepribadian Manusia Melalui Pembangunan Karakter,

Berpikir Filosofis dan Logis, serta Beretika


Nuky Presiari
1606896281

DATA PUBLIKASI
 Takwin, Bagus dkk. 2016. Buku Ajar 1 Matakuliah Pengembangan Kepribadian
Teringtegrasi - A. Depok.
 Setyawan, Ebta. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Elektronik.
http://kbbi.web.id/
 Hariyanto. 2010. Pengertian Kepribadian (Personality).
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/
 Susanto, Bob. 2014. Proses Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian.
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/09/proses-sosialisasi-dalam-pembentukan-
kepribadian-manusia.html
 Sholihin, M. Tri Indarto. 2013. Apa itu Logika? “Ada Hal – hal di Luar Logika
Kita”. http://www.kompasiana.com/koleksi/apa-itu-logika-ada-hal-hal-di-luar-logika-
kita_552888e2f17e614a5d8b4597
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pembentukan kepribadian dianggap menjadi aspek yang penting untuk
menghasilkan manusia yang berintegritas. Namun, masih banyak orang yang awam
tentang apa itu pembentukan kepribadian serta bagaimana cara membentuk sebuah
kepribadian manusia yang berintegritas.
Atas keingintahuan penulis akan pembentukan kepribadian manusia secara mendalam
serta untuk membuktikan kaitan antara aspek pembangunan karakter, berpikir filosofis,
logis, dan beretika dengan pembentukan kepribadian manusia, maka penulis mengangkat
teks sintesis ini dengan judul “Pembentukan Kepribadian Manusia Melalui
Pembangunan Karakter, Berpikir Filosofis dan Logis, serta Beretika”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui apa itu pembentukan kepribadian manusia.
1.2.2 Membuktikan adanya kaitan pembangunan karakter, berpikir filosofis dan logis, serta
beretika dengan pembentukan kepribadian manusia.

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kepribadian
2.1.1 Definisi Kepribadian
Menurut Agus Sujanto, dkk. (2004), kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis
yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
Sedangkan menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006),
kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya
dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah
laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala
sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Dari kedua definisi oleh para ahli di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa kepribadian merupakan suatu perilaku yang terintegritas berdasarkan potensi
dari diri manusia itu sendiri.
2.1.2 Komponen Pokok Kepribadian
 Cipta yaitu bagian dari jiwa manusia bersifat abstrak yang merupakan pusat intelegensi
yang diperoleh melalui pengalaman dalam proses sosialisasi.
 Rasa yaitu bagian dari jiwa manusia yang merupakan pusat dari indra perasa yang
berfungsi sebagai pengukur dan pengendali perilaku manusia.
 Karsa yaitu bagian dari jiwa manusia yang merupakan pusat dari kehendak dan nafsu.
2.2 Hakikat Karakter
2.2.1 Definisi Karakter
Karakter merupakan kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem
daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang dapat ditampilkan
secara mantap (Arief dalam Saifuddin & Karim, 2011)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter didefinisikan
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain.
Maka dapat diartikan bahwa karakter adalah sebuah perilaku yang terbentuk
dalam diri manusia. Setiap manusia memiliki karakteristik yang beragam dan dapat
melakukan pembentukan karakteristik masing – masing guna membangun suatu
kepribadian.
2.2.2 Pembangunan Karakter
Dalam Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi –
A 1, dijelaskan bahwa untuk membangun suatu karakter kita sebagai seorang manusia
perlu memahami apa sajakah kekuatan dan keutamaan karakter itu sendiri. Berikut
adalah paparan penjelasannya:
Dalam Buku Ajar 1 MPKT-A, telah dipaparkan beberapa bentuk kekuatan
karakter yaitu:
a. Kekuatan Kognisi (Kebijaksanaan dan Pengetahuan): Kekuatan karakter
meliputi proses manusia dalam belajar untuk menggapai nilai kehidupan.
Pengaplikasiannya dapat digambarkan melalui kreativitas seseorang, rasa
keingintahuan, pandangan hidup manusia, dan lain sebagainya.
b. Kekuatan Interpersonal (Kemanusiaan): Cenderung menyoroti nilai sosial
yang ada pada manusia. Kekuatan karakter ini dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari seperti bentuk kasih sayang, berperilaku sabar,
rasa kepedulian, dan menyenangkan.
c. Kekuatan Emosional (Kesatriaan): Dapat diaplikasikan dengan cara
menyatakan keberanian, berjiwa besar, dapat menerima kesalahan, serta
berintegritas tinggi.
d. Kekuatan Kewarganegaraan (Berkeadilan): Kekuatan karakteristik yang
dapat diaplikasikan dengan memiliki tanggung jawab sosial, cinta tanah
air, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.
e. Kekuatan Pengelolaan Diri: Suatu hal yang sangat penting dalam
pembentukan karakter. Kekuatan karakter ini dapat digambarkan dengan
sifat pemaaf, rendah hati, dan dapat membatasi diri.
f. Kekuatan Spiritual (Transendensi): Dapat diaplikasikan dengan cara
mensyukuri segala sesuatu yang ada, mengapresiasi keindahan, memiliki
keyakinan, serta dapat menikmati hidup.
2.3 Hakikat Filsafat
2.3.1 Definisi Filsafat
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), filsafat merupakan
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, asal, dan hukumnya.
Sejalan dengan pengertian menurut KBBI, filsafat merupakan cabang ilmu
guna mengetahui eksistensi dari semua hal di dunia ini. Baik itu yang berwujud
ataupun tidak berwujud.
Filsafat mempertanyakan benar adanya suatu hal di dunia ini. Maka, seringkali
filsafat mepertanyakan pertanyaan – pertanyaan yang dianggap fundamental atau
sangat mendasar.

2.3.2 Definisi dan Manfaat Berpikir Filosofis


Dalam Buku Ajar 1 MPKT-A, dijelaskan bahwa berpikir filosofis merupakan satu
cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan -
kekuatan yang dikandungnya. Berikut ialah paparan manfaat dari mempelajari filsafat
serta berpikir filosofis:

a. Membiasakan kita berargumentasi secara logis dan berdialog melalui


pertukaran ide - ide rasional.
b. Membantu kita menghasilkan analisis yang kritis, radikal, dan reflektif.
c. Menghindarkan kita dari pengambilan kesimpulan yang terburu - buru.
d. Mendorong kita bersikap terbuka terhadap umpan balik dan kemungkinan -
kemungkinan perspektif lain.
e. Melatih kita bertindak etis dalam pengambilan keputusan sehingga
konsekuensi terburuk yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.
2.4 Hakikat Logika
2.4.1 Definisi Logika
Menurut artikel karangan M. Tri Indarto Sholihin (2013), logika merupakan sebuah
kerangka dari ilmu pengetahuan. Logika membangun metode untuk melakukan sebuah
argumentasi.
Selain itu, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), logika adalah
pengetahuan tentang kaidah berpikir.
Dalam Buku Ajar 1 MPKT A dijelaskan bahwa logika dapat membedakan antara
penalaran yang tepat dengan penalaran yang keliru. Oleh karena itu, logika merupakan
sebuah ilmu yang mempelajari tentang keterampilan.
2.5 Hakikat Etika
2.5.1 Definisi Etika
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika ialah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Menurut Buku Ajar 1 MPKT-A, dijelaskan bahwa etika berupaya membantu
seseorang memahami alasan, sumber, justifikasi, akar, dan status dari suatu putusan moral.
Dari kedua paparan definisi diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
etika memiliki kaitan yang erat dengan moral dimana moral merupakan ajaran mengenai baik
dan buruk suatu sikap atau perilaku.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai paparan definisi di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan.
Pembentukan kepribadian manusia dapat dilakukan melalui pembangunan karakter, berpikir
filosofis dan logis, serta beretika. Keempat aspek tersebut dapat membangun aspek – aspek
pokok kepribadian. Mulai dari cipta, rasa, ataupun karsa. Pembangunan karakter, berpikir
filosofis dan logis, serta beretika merupakan cabang – cabang dari perilaku manusia. Cabang
– cabang tersebut menjadi sebuah kesatuan pembentuk kepribadian manusia.
Pentingnya membangun karakter dapat memengaruhi kepribadian manusia dalam
aspek rasa. Membangun karakter yang kuat dapat menjadi takaran untuk mengendalikan
indera perasa sebagai seorang manusia. Dengan memiliki karakter yang kuat, sebagai
makhluk sosial, manusia dapat menjadi pribadi yang bersaing serta berdaya juang kuat.
Sedangkan berpikir logis dan filosofis serta beretika dapat menjadi pembatas
kepribadian manusia dalam aspek karsa, yaitu menjadi pengendali hawa nafsu manusia.
Sebagai seorang manusia, kita dituntut untuk memiliki pikiran yang jernih, matang, serta
rasional. Maka dari itu, sangatah penting bagi seorang manusia untuk memahami betul
bagaimana cara berpikir logis, filosofis, serta beretika guna menjadi manusia yang
berkepribadian baik.
Dalam matakuliah MPKT-A, mahasiswa dididik untuk memiliki kepribadian yang
terintegritas. Maka dari itu, setelah mendapat pemahaman – pemahaman di atas, sebagai
seorang mahasiswa, penulis dapat mengetahui apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran
matakuliah MPKT-A itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai