Anda di halaman 1dari 18

PERTEMUAN 8

BUMN (Badan Usaha Milik Negara)


UU No. 19 Tahun 2003

Pengertian : BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara,
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan
Misi : Sebagai agen pembangunan & Pendorong terciptanya koperasi
Maksud dan Tujuan
 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
Negara pada khususnya (sebagai agen pembangunan)
 Mengejar keuntungan
 Menyelenggarakan kemanfaatan umum dengan penyediaan barang dan jasa yang bermutu dan memadai
bagi masyarakat
 Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh swasta dan koperasi
 Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan
masyarakat
Jenis BUMN
 Persero (Perusahaan Persero) adalah BUMN berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara RI yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan
 Perum (Perusahaan Umum) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara dan tidak dibagi
atas nilai saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan
Modal BUMN
Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan
Sumber dana penyertaan Negara (APBN, Kapitalisasi cadangan, Sumber lainnya (keuntungan revaluasi asset,
dll)
Organ BUMN
Persero → RUPS, Direksi, (Dewan) Komisaris
Perum → Menteri (BUMN), Direksi, Dewan pengawas
Organ Pembantu
 SPI (Satuan Pengawasan Interen) adalah aparat pengawas interen perusahaan
 Komite audit adalah aparat pembantu (Dewan) komisaris/Dewan Pengawas BUMN yang
mengawasi/menilai hasil audit internal dan eksternal serta system pengendalian manajemen
 Komite Remunerasi adalah aparat pembantu pemilik perusahaan dam bidang pengaturan/pengawasan
imbalan dan balas jasa Direksi dan para manajer berdasarkan kinerja
 Komite Nominasi adalah aparat pembantu pemilik perusahaan yang bertugas mengawasi dan menilai
efektivitas (Dewan) Komisaris/ Dewan Pengurus BUMN dan memberikan rekomendasi
pengangkatan/pemberhentian mereka
Optimalisasi peran BUMN
 Menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme
 Pengurusan dan pengawasan BUMN harus berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance)
 Peningkatan efisiensi dan produktivitas (melalui restrukrisasi dan privatisasi)
*Restrukturisasi = penataan + penyehatan
*Privatisasi = pembenahan + penjualan
*Restrukturisasi → berkaitan dengan kepentingan umum
*Privatisasi → Tidak berkaitan dengan kepentingan umum tetapi kompetitif

RESTRUKTURISASI BUMN : Untuk menyehatkan BUMN agar dapat beroperasi secara efisien, transparan
dan professional berdasarkan asas biaya dan manfaat. Tujuannya
 Meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan
 Memberikan manfaat berupa dividend an pajak kepadaNegara
 Menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen
 Memudahkan pelaksanaan privatisasi
MAA/201216©
Ruang lingkup restrukturisasi
 Restrukturisasi sektoral yang pelaksanaanya disesuaikan dengan kebijakan sector dan/atau ketentuan
perundang-undangan
 Restrukturisasi perusahaan/koperasi yang meliputi:
1. Peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama di sector-sektor yang terdapat monopoli, baik yang
diregulasi maupun monopoli alamiah
2. Penataan hubungan fungsional antara Pemerintah selaku regulator dan BUMN selaku badan usaha
(operator), terermasuk didalamnya penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam
pelaksanaan kewajiban pelayanan public
3. Restrukturisasi internal yang mencakup keuangan, organisai, manajemen, operasional, system dan
prosedur

PRIVATISASI BUMN: Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero; Meningkatkan efisiensi dan
produktivitas perusahaan; Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat;
Menciptakan struktur industry yang sehat dan kompetitif ; Menciptakan Persero yang berdaya saing dan
berorientasi global; Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro dan kapasitas pasar. Tujuannya:
 Untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan
 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero
Prinsip-prinsip privatisasi : Transparansi ; Kemandirian; Akuntabilitas; Pertanggungjawaban; Kewajaran
Kriteria/privatisasi : Industri/sektor usahanya kompetitif dan Industri/sektor usaha yang unsur teknologinya
cepat berubah
Yang tidak dapat diprivatisasi
 Persero yangbidang usahanya berdasarkan peraturan perundangan hanya boleh dikelola oleh BUMN
 Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara
 Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh Pemerintah diberikan tugas khusus untuk melaksanakan
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat
 Persero yang bergerak dibidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan peraturan
perundangan dilarang diprivatisasi
Cara pelaksanaan privatisasi
 Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal
 Penjualan saham langsung kepada investor
 Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawannya yang bersangkutan
Komite privatisasi: Sebagai wadah koordinasi untuk membahas dan memutuskan kebijakan tentang privatisasi.
Komite privatisasi dipimpin oleh Menko Perekonomian dengan anggota Meneg BUMN, Menteri Keuangan dan
Menteri Teknis tempat Persero melakukan kegiatan usaha
Tugas Komite privatisasi: Merumuskan dan menetapkan kebijakan umum dan persyaratan pelaksanaan
privatisasi; Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar proses privatisasi; Membahas dan
memberikan jalan keluar atas permalahan strategis yang timbul dalm proses privatisasi termasuk yang
berhubungan dengan kebijakan sektoral pemerintah
Tatacara privatisasi: Harus didahului dengan tindakan seleksi atas perusahaan-perusahaan dan
mendasarkannya pada kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah; Perusahaan yang telah diseleksi dan
memenuhi kriteria yang telah ditentukan setelah mendapat rekomendasi Menteri Keuangan selanjutnya
disosialisasikan kepada masyarakat serta dikonsultasikan dengan DPR
Pembinaan BUMN
 Peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan
 Perbaikan struktur keuangan dan manajemen
 Penciptaan struktur industry yang sehat dan kompetitif
 Pemberdayaan BUMN yag mampu bersaing dan berorientasi global
 Penyebaran kepemilikan oleh publik
 Pengembangan pasar modal domestik

PERTEMUAN 8
Perusahaan Berbadan Hukum : PT (Perseroan Terbatas)
UU No. 40 Tahun 2007

MAA/201216©
Pengertian PT : Badan usaha berbadan hukum berdasarkan perjanjian yang modalnya terbagi atas saham-saham
dan bertujuan mencari laba.
Pendirian PT : Persyaratan pendirian; Identitas perusahaan; Biaya pendirian; Status berbadan hukum (setelah
disahkan Menhukam); Pendaftaran dalam Daftar Perseroan dan pengumuman dalam Tambahan Berita Negara;
Perbuatan hukum pra-pendirian.
Permodalan : Penyertaan modal; Struktur modal (modal dasar dan ditempatkan/disetor); Perlindungan
modal/kekayaan perusahaan; Jenis-jenis saham (saham atas nama dan saham biasa); Penerbitan saham;
Pengalihan saham; Penjaminan saham
Organ PT : RUPS, Direksi, Komisaris.
Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan : Kegiatan terkait sumber daya alam; Dianggarkan sebagaibiaya yang
wajar; Pelanggaran dikenakan sanksi

PERTEMUAN 9
Perubahan Status Perusahaan (MKAP)
P4 (Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan PT)
UU No. 27 Tahun 1998

Perubahan Status Perusahaan (MKAP/4P)


 Merjer (penggabungan usaha)
 Konsolidasi/Fusi (peleburan usaha)
 Akuisisi (Pengambilalihan usaha/penguasaan mayoritas saham)
 Pemisahan (pemecahan usaha)
Persamaan MKAP/4P
 Terkait anatar 2 perusahaan atau lebih
 Rancangannya harus disetujui RUPS masing-masing PT yang terlibat
 Ringkasan rancangannya dituangkan dalam akte notaries
 Tujuannya untuk penyehatan perusahaan, efisiensi usaha, optimalisasi usaha, restrukturisasi perusahaan
 Terjadi pengalihan kekayaan dan kegiatan
 Harus memperhatikan/tidak merugikan : (a) Perusahaan; pemegang saham minoritas, karyawan perusahaan;
(b.)Kreditor dan mitra usaha perusahaan (c) Masyarakat dan persaingan usaha yang sehat
 Kecuali dalam hal akuisisi, perusahaan yang bubar tidak dilikuidasi tetapi status badan hukumnya berakhir
Perbedaan MKAP/4P
 Dalam merjer, yang eksis perusahaan yang lebih unggul
 Dalam konsolidasi, semua perusahaan lebur, timbul perusahaan baru
 Dalam akuisisi, terjadi pengalihan kepemilikan saham mayoritas dan peralihan asset; Akuisisi dilakukan
oleh subjek hukum (badan hukum atau perorangan)
 Pemisahan usaha dibedakan : (a) Pemisahan murni; (b) Pemisahan tidakmurni (spin-off). Dalam pemisahan
murni, perusahaan yang melakukan pemisahan bubar (tanpa likuidasi) dan seluruh aktiva dan pasivanya
beralih karena hukum (sebagai title umum) kepada perusahaan-perusahaan lain yang menerima pengalihan
 Penggabungan harus mendapat persetujuan Menhukam
 Peleburan harus mendapat pengesahan Menhukam
 Akuisisi dan pemisahan usaha harus dilaporkan kepada Menhukam
 Berlakunya penggabungan:
1. Sejak tanggal pendaftaran dalam Daftar Perseroan di kantor Menhukam, jika terjadi perubahan Anggaran
Dasar PT
2. Sejak tanggal penandatanganan Akta Penggabungan (dihadapan notaris) jika Anggaran Dasar tidak
diubah
 Belakunya peleburan → sejak pengesahan Akta pendirian hasil peleburan oleh Menhukam
 Berlakunya pengambilalihan
1. Sejak tanggal pendaftaran dalam Daftar Perseroan di kantor Menhukam, jika terjadi perubahan Anggaran
Dasar
2. Sejak tanggal penandatanganan Akta pengambilalihan (dihadapan notaries) jika Anggaran Dasar tidak
diubah
 Berlakunya pemisahan perusahaaan → sejak tanggal keputusan RUPS perusahaan-perusahaan terkait

MAA/201216©
Pemeriksaan PT (melalui pengadilan) ;PT diduga melakukan perbuatan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga; Direksi/komisaris diduga melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
perusahaan/pemegang saham/ pihak ketiga: Permohonan diajukan oleh pemegang saham minoritas, pihak
tertentu, kejaksaan.
Pembubaran dan Likuidasi
PT bubar, karena : Keputusan RUPS; Jangka waktu pendiriannya berakhir; Penetapan pengadilan;
Pailit/bangkrut; Ijin usaha dicabut.
PT dilikuidasi (dibereskan) setelah bubar oleh likuidator. Dalam proses likuidasi, “ PT dalam Likuidasi” tidak
dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk keperluan likuidasi
Berakhirnya status badan hukum PT
 Tanggal keputusan RUPS terakhir setelah proses likuidasi selesai
 Nama PT dihapus dari Daftar Perseroan di kantor Menhukam
 Diumumkan dalam Berita Negara RI

PERTEMUAN 9
Kepailitan
UU No. 37 Tahun 2004

Pengertian kepailitan ; Penyitaan umum terhadap semua kekayaan debitur pailit untuk kepentingan kreditur
yang pengurusannya dilakukan oleh kurator dengan pengawasan hakim pengawas
Pengadilan yang berwenang : Pengadilan niaga (di lingkungan peradilan umum)
Pihak yang dapat mengajukan permohonan/gugatan pailit : Debitur/kreditur perorangan; Kejaksaan;
Bank Indonesia; Bapepam/ Kementerian Keuangan
Persyaratan permohonan pernyataan pailit
 Harus ada 2 kreditur/lebih
 Adanya debitur yang tidak mampu membayar hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
 Piutang bersifat Konkuren/ proporsional/ kreditur konkuren/bersaing
Pengecualian kepailitan → tidak berlaku bagi piutang yang diistimewakan (didahulukan)
 Kreditur separatis pemegang hak jaminan kebendaan (hak tanggungan, fidusia, gadai)
 Kreditur preferen ( Biaya perkara; Biaya pengubuiran; Biaya perawatan; Upah buruh/PHK; Uang sewa;
Harga pembelian/pesanan yang belum lunas; Biaya catering; Biaya asrama/uang sekolah; Ongkos tukang;
Biaya angkutan
Urutan pembayaran hutang : 1. Kreditur separatis 2. Kreidtur preferen 3. Kreditur konkuren
Penundaan kewajiban pembayaran
 Sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan, debitur dan penasehat hukumnya dapat mengajukan
upaya/usul penundaan pembayaran kepada pengadilan niaga yang bersangkutan, dapat sekaligus
mengajukan usul perdamaian(kalau-kalau nantinya usul penundaan pembayaran ditolak dan terjadi proses
kepailitan)
 Penundaan kewajiban pembayan tidak berlaku terhadap para kreditur separatis
 Dalam proses penundaaan kewajiban pembayaran, ditunjuk hakim pengawas dan pengurus kekayaan debitur
serta panitia kreditor(kalau perlu)
 Pengadilan niaga jika menerima permohonan penundaan kewajiban pembayaran, kemudian menetapkan
penundaan kewajiban pembayaran paling lama 270 hari. Setelah itu debitur harus membereskan hutang-
hutangnya
 Jika pengadilan niaga menolak permohonan penundaaan pembayaran debitur atau setelah berakhirnya
penundaan pembayaran, tidak mampu membayar hutang-hutangnya, pengadilan niaga dapat sekaligus
menetapkan pernyataan pailit si debitur
 Sebelum rapat verifikasi pencocokan piutang kreditur, debitur dapat mengajukan usul perdamaian kepada
kreditur (jika dalam usul penundaan pembayaran, debitur tidak sekaligus mengajukan usul perdamaian)
Proses kepailitan
 Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada pengadilan niaga melalui panitera pengadilan oleh penasehat
hukum terdaftar
 Dilakukan penyitaan umum (sita jaminan) atas kekayaan debitur untuk menjamin piutang kreditur
 Setelah pernyataan pailit ditetapkan, ditunjuk hakim pengawas dan kurator (pengurus dan pelaksana
kepailitan)

MAA/201216©
 Setelah itu diadakan rapat verifikasi (pencocokan dan klarifikasi piutang) yang melibatkan hakim pengawas,
curator, kreditur terkait dan debitur
 Jika usul perdamaian debitur diterima (homologasi), kepailitan berakhir dan sisa tagihan yang belum
terbayar tidak dapat ditagih lagi
 Jika usul perdamaian ditolak, pengadilan niaga sekaligus menetapkan putusan pailit debitur dan kekayaan
debitur berada dalam keadaan insolvensi (debitur tidak mampu membayar hutangnya dan kekayaannya
menjadi harta pailit)
 Dalam waktu paling lama 5(lima) hari sejak putusan pailit ditetapkan, curator harus menggumumkannya
dalam Berita Negara RI dan 2 surat kabar yang ditetapkan hakim pengawas
 Jika pihak terkait tidak mengusulkan curator tertentu, Balai Harta Peninggalan (BHP=aparat Kantor
Menhukam) bertindak sebagai curator dalam proses kepailitan
 Untuk kepentingan harta pailit, dapat dimintakan pembatalan perbuatan debitur sebelum putusan pailit, yang
merugikan kepentingan kreditur(Actio Pauliana)
 Apabila piutang kreditur tidak cukup terbayar, untuk sisanya, status kreditur separatis berubah menjadi
kreditur konkuren
 Terhadap putusan pailit dapat diajukan langsung kasasi ke Mahkamah Agung dan permohonan peninjauan
kembali apabila memenuhi persyaratan

PERTEMUAN 10
Distribusi Barang dan Perizinan Usaha

DISTRIBUSI BARANG
 Distribusi barang terkait dengan perdagangan (jual beli barang)
 Jual beli barang secara umum diatur dalam pasal 1457 KUHPer (BW), dimana si penjual terikat untuk
menyerahkan barang dan si pembeli terikat untuk membayar harga barang yang didistribusikan
 Distribusi barang dalam dunia perdagangan merupakan jual beli khusus dengan berbagai istilah seperti jual
beli perdagangan, jual beli perusahaan, jual beli (produk) perusahaan, jual beli antar perusahaan

Pengertian: Jual beli khusus (jual beli perdagangan) adalah jual beli barang antar perusahaan atau antar para
pengusaha atau antara pengusaha dengan bukan pengusahaa dengan unsur-unsur dan persyaratan tertentu yang
berkembang dalam praktek/ kebiasaan (tidak diatur dalam peraturan perundangan)
Unsur-unsur/ciri-ciri jual beli khusus
Subjek → penjual dan pembeli
Objek → benda = barang dagangan
Kewajiban pembeli → membayar harga barang
 Dalam suatu Negara → membayar harga, karena pembayaran dalam jumlah besar, tidak dilakuakan secara
kartal tetapi secara giral, sehingga perlu bantuan perbankan, timbul perikatan antara pembeli dan perbankan
 Dengan lain Negara → pembayaran dilakukan dengan valuta asing melalui bank dengan menggunakan L/C
(Letter of credit). Transaksi perdagangan pada umumnya dituangkan dalam bentuk perjanjian (kontrak),
dalam perjanjian tersebut sekaligus ditentukan mata uang apa yang digunakan sebagai alat pembayaran
Kewajiban penjual → menyerahkan barang
 Dalam suatu Negara → (yang berlainan tempat) dilakukan dengan pengangkutan barang dan jarang
menggunakan asuransi
 Dengan lain Negara → menggunakan pengangkutan laut/udara untuk itu perlu asuransi (perlindungan
resiko) timbul perikatan dengan pihak asuransi
Pengangkutan Barang
Fungsi pengangkutan → untuk memindahkan atau mengangkut barang atau orang ke daerah lain dengan tujuan
mendapatkan keuntungan dari jasa yang diberikan dan juga dari nilai barang yang diangkut
Pengangkutan merupakan perjanjian antar :
 Si pengangkut di satu pihak yang bersedia mengangkut barang si pengirim dengan harapan adanya imbalan
jasa
 Si pengirim di lain pihak yang menggunakan jasa angkutan dan pengangkut bersedia menjamin untuk
memindahkan barang-barang dari tempat semula dengan selamat ke tempat tujuan
Sifat perjanjian pengangkatan
 Bertimbal balik (pasal 1601 KUHPer)

MAA/201216©
 Perjanjian melakukan pekerjaan atau pemborongan dengan menerima upah/pembayaran
 Pelayanan berkala
 Tidak terus menerus diadakan pengangkutan
 Bersifat borongan (pasal 1602, 1617 KUHPer) atau campuran/ ada pemberian kuasa (pasal 1792 KUHPer)
dimana pengangkut dapat bertindak atas nama pemberi kuasa (penjual/pihak lain)
 Bersifat konsensuil (pasal 1338 KUHPer), tidak perlu tertulis
Syarat-syarat penyerahan barang (menyangkut pengangkutan laut/darat/udara):
a. LOCO
Pembeli menerima penyerahan barang di gudang penjual
Resiko dan hak milik beralih kepada pembeli pada saat barang diangkut ke luar gudang tersebut
b. FAS (Free Along-Side-ship)
Penyerahan barang dilakukan di dermaga disamping kapal yang disediakan pembeli
Resiko dan hak milik beralih kepada pembeli pada saat barang ditempatkan di dermaga di samping kapal
(pelabuhan embarkasi)
c. FOB (Free on Board)
Penyerahan barang dilaksanakan diatas kapal yang disediakan oleh pembeli
Resiko dan hak milik beralih kepada pembeli sejak saat barang berada diatas kapal (pelabuhan embarkasi)
d. CIF (Cost, Insurance, and Freight)
Tanggungjawab penjual mencakup semua ongkos, biaya angkut dan premi asuransi barang sampai di
pelabuhan pembongkaran (debarkasi)
e. CF (Cost and Freight) → mirip CIF
Premi asuransi menjadi tanggungjawab pembeli
f. FRANCO
Penjual harus menyerahkan barang di gudang pembeli
Resiko dan hak milik bertalih kepada pembeli pada saat barang berada di gudang pembeli
Pembeli bebas dari segala macam biaya dan resiko
Syarat/cara pembayaran
 Secara tunai/kredit/bertahap (tergantung isi perjanjian)
 Dilakukan di tempat pembeli atau penjual atau tempat lain yang disepakati bersama
 Jika menyangkut jual beli internasional melalui darat/udara, cara pembayaran yang dikenal pada umumnya
melalui penerbitan/pembukaan L/C (Letter of Credit)
Letter of Credit (L/C)
 L/C adalah suatu perjanjian tertulis yang oleh bank (the issuing bank/opening bank) diberikan kepada
penjual (beneficiary) atas permintaan dan instruksi-instruksi dari pembeli s (the applicant/importir) untuk
melakukan pembayaran sejumlah uang secara tunai atau pada suatu waktu mendatang yang ditetapkan atau
dalam suatu waktu yang diwajibkan berdasarkna dokumen-dokumen yang telah ditentukan
 L/C merupakan perjanjian bersyarat, dimana pembeli wajib menaruh uang muka pada saat permohonan
pembukaan L/C diajukan atau wajib segera menyetor pembayaran pada saat dokumen-dokumen diserahkan,
sedangkan penjual wajib memenuhi ketentuan-ketentuan dalam L/C
 Dalam prakteknya, L/C adalah setiap perjanjian dengan nama apapun atau bagaimanapun perumusannya,
dimana suatu pihak bank (the issuing bank = the opening bank) yang bertindak atas permintaan dan
instruksi-instruksi dari seorang nasabah (the applicant for the credit).
Asuransi (pertanggungan) : Perjanjian antara 2 pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung, dengan penerimaan premi asuransi; untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Fungsi asuransi:
 Untuk menggurangi kerugian/kemungkinan kerugian yang akan diderita oleh penjual/pihak yang
mempertanggungkan
 Dengan meluasnya usaha pengangkutan, tidak hanya di negeri sendiri saja tetapi juga ke Negara lain,
diperlukan penganggung/perusahaan asuransi bila terjadi kerugian pada pemilik barang guna menghindari
bengkrutnya perusahaan bila terjadi jual beli dalam jumlah besar

MAA/201216©
 Perusahaan asuransi (insurance company) ikut menunjang perkembangan ekonomi suatu Negara, karena
para “investor/pemilik barang” merasa terlindungi bila terjadi sesuatu hal karena ada perusahaan/pihak lain
yang menanggung.
UU No. 2/1992: Usaha Perasuransian
Perusahaan perasuransian: menjalankan usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi.
Objek Asuransi: benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.

PERIZINAN USAHA:
1. Ijin Usaha → ijin operasional perusahaan
 Ijin usaha untuk perusahaan baru + perluasannya
 Ijin usaha tergantung pada jenis + bidang usahanya
 Pemberian ijin usah terkait dengan pengaturan, pembinaan dan pengembangannya
 Ijin usaha diberikan oleh departemen teknis yang bersangkutan atau kanwil di daerah
 Jangka waktu ditentukan misalnya untuk satu tahun dan dapat diperpanjang
Contoh:
SIUP : Surat ijin usaha perdagangan
SIUJK : Surat ijin usaha konstruksi
SIUPP : Surat ijin usaha penerbitan pers
SIUUI : Surat ijin usaha industry
2. Ijin tempat usaha : Erat kaitannya dengan usaha-usaha yang dapat menimbulkan gangguan bagi
lingkunagn/masyarakat. Misalnya: pabrik, bengkel, usaha industry. Diberikan berdasarkana ketentuan
UU/koordinasi gangguan (H.O = Hinder Ordonantie)→ Ijin tempat usaha = ijin H.o
3. Wajib daftar perusahaan (UU No.3/1982)
Daftar perusahaan : Daftar catatan resmi yang berisi hal-hal yang wajib didaftrakan oleh setiap perusahaan
dan disahkan oleh pejabat berwenang pada kantor pendaftaran perusahaan. Daftar perusahaan terbuka untuk
semua pihak → dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi. Dikecualikan dari wajib
daftar perusahaan:
 Perjan (Perusahaan jawatan)
 Perusahaan kecil perorangan yang tidak memerlukan ijin usaha, bukan badan hukum, bukan persekutuan
 Perusahaan yang tidak bertujuan mecari laba
Perusahaan yang wajib daftar:
 Berkedudukan di Indonesia
 Menjalankan usaha di Indonesia
 Termasuk kantor cabang, kantor pembantu, anak perusahaan, agen, perwakilan
 Termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan berusaha di Indonesia
Waktu pendaftaran: dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaaan mulai menjalankan usaha.
Berlakunya tanda daftar perusahaan : 5 (lima) tahun + wajib diperbaharui
Hapusnya daftar perusahaan:
 Perusahaan yang bersangkutan menghentikan kegiatan usaha
 Akta pendirian perusahaan kadaluarsa
 Perusahaan yang bersangkutan dihentikan kegiatan usahanya atas putusan pengadilan

PERTEMUAN 11
Perluasan Kegiatan Usaha I :
Perjanjian Kredit & Jaminan Kredit

PERJANJIAN KREDIT
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pembayaran bunga.
Unsur-unsur kredit :Kepercayaan; Waktu; Risiko; Prestasi.
Jenis-jenis kredit : Kredit produktif; Kredit modal kerja; Kredit investasi; Kredit konsumtif; Kredit jangka
pendek (s/d 1 tahun); Kredit jangka menengah (1-3 tahun); Kredit jangka panjang (>3 tahun).

MAA/201216©
Tujuan pemberian kredit : Tidak untuk kegiatan/usaha terlarang; Sesuai izin usaha debitur : Tidak menyimpang
dari perjanjian (side streaming).
Syarat-syarat umum pemberian kredit (isi perjanjian) : Besarnya kredit; Jenis dan jangka waktu kredit;
Tingkat bunga dan biaya lainnya; Cara-cara pembayaran/pengembalian; Barang jaminan (agunan).
Kredit Sindikasi adalah kredit yang diberikan oleh 2 atau lebih lembaga keuangan dengan persyaratan dan
kondisi yang serupa, menggunakan dokumentasi yang umum, ditatausahakan oleh suatu agen bank, disusun oleh
“pengatur” (arranger) yang bertugas dan bertanggung jawab mulai dari proses solisitasi (permintaan pinjaman)
sampai dengan proses penandatanganan perjanjian kredit.
Terjadinya kredit sindikasi : Keterbatasan dana bank-bank; Penyebaran risiko; Adanya batas maksimum
pemberian kredit. Pihak-pihak dalam perjanjian kredit sindikasi : Debitur (borrower); Kreditur (lender);
Pencari dana (lead manager); Agen bank (Administrator). Beban biaya (fee) yang dibayar debitur :
Participation fee; Arranger fee; Management fee; Agency fee; Commitment fee.
Modal bank
 Modal inti → modal disetor, modal sumbangan, cadangan, laba
 Modal pelengkap → cadangan lain, modal pinjaman, pinjaman subordinasi
Batas maksimum pemberian kredit
 Peminjaman yang tidak terkait dengan bank 20% x modal bank
 Kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank 20% x modal bank
 Pihak-pihak yang terkait dengan bank 10% x modal bank
Pihak terkait dengan bank : Pemegang saham 10% x modal disetor; Anggota direksi; Anggota dewan
komisaris; Keluarga pihak terkait; Pejabat bank; Perusahaan yang sahamnya dimiliki 25% oleh pihak terkait
Kredit bermasalah : Kolektibilitas macet; Kolektibilitas diragukan; Potensi macet; Kredit macet (Tunggakan
angsuran pokok + bunga lebih dari 2 masa angsuran + 21 bulan; Penyelesaian diserahkan kepada
pengadilan/BUPLN/BPPN)
Kolektibilitas kredit: Keadaan pembayaran pokok/angsuran + bunga kredit oleh debitur + tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana tersebut. Kriteria kolektibilitas kredit (Kredit lancar; Kredit kurang lancar; Kredit
diragukan; Kredit macet).
Penyelesaian kredit bermasalah : 1. Negosiasi : Rescheduling (penjadwalan kembali); Restructuring (penataan
kembali); Reconditioning (persyaratan kembali). 2. Litigasi : (a) Pengadilan (gugatan/eksekusi/ grosse akta); (b)
BUPLN/PUPLN; (c) BPPN (PP No. 17 tahun 1999).

JAMINAN KREDIT
Hukum jaminan kredit yaitu hukum yang mengatur tentang jaminan untuk piutang kreditur terhadap hutang
debitur. Jaminan pemberian kredit yaitu keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai perjanjian
Unsur-unsur jaminan pemberian kredit : Watak (Character); Kemampuan (capacity); Modal (Capital);
Agunan (collateral); Kondisi ekonomi (condition of economy)
Jenis-jenis jaminan : 1.Jaminan debitur (Jaminan Umum & Jaminan Khusus) 2.Jaminan pihak ketiga
(penanggungan hutang) : Jaminan korporasi; Bank garansi; Jaminan pribadi(personal guarantee = borgtocht);
Subrogasi; Jaminan bersama (renteng); Asuransi benda jaminan.
Jaminan umum (pasal 1131 – 1132 KUH Perdata): Harta kekayaan debitur (benda gerak + benda tidak gerak)
menjadi jaminan (tanggungan) untuk semua perikatannya terhadap (para) kreditur secara proposional
Jaminan khusus yaitu benda jaminan tertentu sebagai jaminan hutang debitur kepada kreditur dengan hak
keutamaan/ droit de preference (sebagai kreditur separatis). Jaminan khusus: 1. Jaminan benda bergerak (Gadai
& Fidusia); 2. Jaminan benda tidak bergerak (Hipotik, Fidusia atas tanah hak pakai, Hak tanggungan)

GADAI (Pasal 1150 dst KUH Perdata)


 Jaminan hutang dengan jaminan (agunan) benda bergerak
 Benda jaminan dikuasai kreditur (penerima gadai)
 Pemegang benda bergerak dianggap sebagai pemilik
 Gadai berakhir setelah ditebus oleh debitur (pemberi gadai)
 Objek gadai : benda bergerak berwujud + tidak berwujud
 Penyerahan benda bergerak berwujud + piutang atas pembawa (aan toonder = to bearer) dihadapan/ dibawah
kekuasaan kreditor
 Penyerahan piutang atas tunjuk (aan order = to order) dilakukan dengan endosemen kepada orang yang
ditunjuk sebagai pengganti dari orang yang disebut namanya pada surat berharga yang bersangkutan
MAA/201216©
 Penyerahan/pengalihan/penggadaian piutang atas nama harus diberi tahukan kepada debitur

FIDUSIA (fiduciaire-eigendomsoverdracht) : Jaminan hutang dalam bentuk penyerahan hak milik atas dasar
kepercayaan secara constitutum possessorium.
UU Nomor 42 tahun 1999 : Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda.
Jaminan fidusia : Hak jaminan atas benda bergerak berwujud , tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan (UU Nomor 4 tahun 1996) sebagai agunan bagi
pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur
Sebagai perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
suatu prestasi. Pembebanan benda jaminan fidusia dibuat dengan akta notaries dan didaftarkan di kantor
pendaftaran fidusia (Kemenkumham). Debitur dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda jaminan fidusia
yang telah terdaftar.
UU fidusia tidak berlaku terhadap: Hak tanggungan (tanah dan bangunan yang wajib didaftar); Hipotik atas kapal
laut terdaftar (≥ 20 m³); Hipotik atas pesawat terbang

1. Barang bergerak (umum) : Penyerahan hak 4. Barang dagangan - Penitipan (konsinyasi)


milik atas dasar kepercayaan  Perjanjian hutang piutang
 Perjanjian hutang piutang  Perjanjian penitipan
 Perjanjian pinjam pakai  Perjanjian fidusia
 Perjanjian fidusia
5. Properti
2. Jual-beli  Perjanjian Hutang piutang
 Perjanjian jual – beli  Perjanjian fidusia
 Perjanjian hutang piutang
 Perjanjian fidusia 6. Gadai tanpa penguasaan barang jaminan
(gasia)
3. Barang inventaris  Perjanjian hutang piutang
 Perjanjian hutang piutang  Perjanjian gadai
 Perjanjian pinjam pakai  Perjanjian pinjam pakai
 Perjanjian fidusia  Perjanjian fidusia

HIPOTIK (Pasal 1162 dst KUH Perdata) : Hak kebendaan atas benda tidak bergerak sebagai jaminan hutang
(bersifat accesoir/ikutan)
 Asas-asas dalam pembebanan hipotik
a. Spesialitas → akta perjanjian hipotik harus menyebutkan secara khusus tentang benda yang dibebani,
sifat dan letaknya
b. Publishes → akta perjanjian hipotik harus dibukukan dalam register umum yang telah disediakan
 Hipotik dibuat dengan Akta Notaris PPAT dan didaftarkan ke kantor Kadaster/BPN setempat
 Benda tidak bergerak dapat dihipotikkan lebih dari satu kali
 Objek hipotik : 1. Hak tas tanah milik, guna usaha dan guna bangunan (sebelum berlakunya UU hak
tanggungan (UU nomor 4 tahun 1996)); 2. Kapal laut terdaftar (≥20 m³); 3.Kapal terbang; 4. Benda tidak
bergerak selain tanah yang dapat dipindahtangankan beserta perlengkapannya
 Hipotik bersifat melekat (zaaksgevolg = droit de suite) Senantiasa mengikuti bendanya di tangan siapapun
benda itu berada

UU nomor 4 tahun 1996 (hak tanggungan atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah)
Hak tanggungan (atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah) adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.
 Hak tanggungan mempunyai ifat tidak dapat dibagi-bagi kecuali jika diperjanjikan lain
 Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan
 Hak milik
MAA/201216©
 Hak guna bangun
 Hak guna usaha
 Hak pakai (atas tanah negara) terdaftar
 Suatu objek hak tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu hak tanggungan guna menjamin
pelunasan lebih dari satu hutang
 Hak tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada (droit de suite)
 Pemberian hak tanggungan ↔ Pemegang hak tanggungan
 Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan pembuatan akta pemberian hak tanggungan (APHT) oleh
PPAT sesuai ketentuan yang berlaku dan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan
 Bukti adanya hak tanggungan → sertifikat hak tanggungan (sebagai pengganti grosse akte hipotik)
 Pemegang hak tanggungan tidak boleh memiliki objek hak tanggungan
 UU hak tanggungan berlaku juga terhadap pembebanan hak jaminan atas rumah susun dan hak milik atas
satuan rumah susun
 Selama belum ada peraturan baru, peraturan mengenai eksekusi hipotik masih berlaku terhadap eksekusi hak
tanggungan
 Jaminan pihak ketiga (penanggungan hutang) → perjanjian jaminan dimana pihak ketiga menyanggupi
kepada kreditur bahwa untuk kepentingan debitur, akan menanggung pelunasan hutang bila debitur tidak
memenuhi kewajibannya (pasal 1820 dst KUH Perdata)
 Syarat-syarat penanggung : Cakap untuk mengikatkan diri; Cukup mampu untuk memenuhi perikatannya;
Berdiam di wilayah Indonesia.
 Penanggung berhak menuntut agar harta debitur dilelang terlebih dahulu jika debitur tidak memenuhi
kewajibannya dan apabila hasil lelang tidak cukup, penanggungan akan melunasi kekurangannya
 Penanggung yang telah membayar dapat menuntut kembali kepada debitur dan demi hukum menggantikan
segala hak kreditur terhadap debitur (subrogasi)
 Kreditur separatis ≠ Kreditur konkuren ≠ Kreditur preferen
 Kreditur konkuren = kreditur proporsional
 Kreditur preferen = kreditur yang diistimewakan/ didahulukan
 Kreditur separatis = kreditur pemegang hak gadai. Hipotik, fidusia, hak tanggungan

PERTEMUAN 12
Perluasan Kegiatan Usaha II :
Hukum Pasar Modal
UU No. 8 Tahun 1995

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
(Pasal 1 angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal).
Pelaku Pasar Modal :
1. Emiten → pihak/perusahaan yang melakukan penawaran umum
2. Perusahaan efek → pihak/perusahaan yang melakukan kegiatan usaha sebagai:
 Penjamin emisi efek (underwriter)
 Perantara pedagang efek
 Manajer/penasehat investasi
3. Perusahaan publik → PT yang saham-sahamnya telah dimiliki oleh sekurang-kurangnya 300 pemegang
saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3 milyar atau ditetapkan dengan peraturan
pemerintah
4. Bursa efek → perusahaan pelaksana pasar modal/penyelenggara perdagangan efek
5. Perusahaan reksadana → perusahaan penghimpun dana dari investor yang selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek
6. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
 Lembaga Pembina/pengawas pasar modal
 Memberikan ijin usaha operasional bagi perusahaan-perusahaan yang berkecimpungan di pasar modal
 Memberikan/membatalkan pencatatan di bursa (listing) atau menghentikan transaksi bursa atas efek
tertentu dengan jangka waktu tertentu
 Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu tertentu dalam keadaan darurat
MAA/201216©
 Mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan bila terjadi peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran
terhadap UU/peraturan tentang pasar modal
7. Lembaga penunjang pasar modal → Biro Administrasi Efek; Waliamanat; Kustodian/lembaga penyimpanan
dan penyelesaian; Lembaga kliring dan penjaminan.
 Biro Administrasi Efek → Perusahaan/PT yang mencatat pendaftaran pemilikan efek dalam buku daftar
pemegang efek emiten dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek
 Waliamanat → pihak/perusahaan yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang
 Kustodian/lembaga penyimpanan dan penyelesaian → perusahaan/PT yang menyediakan jasa custodian
sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien(PT KSEI = PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia)
 Lembaga kliring dan penjaminan → Perusahaan/PT yang menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien (PT KPEI = PT Kliring dan Penjaminan
Efek Indonesia)
8. Profesi penunjang pasar modal → Akuntan public; Konsultan hukum; Perusahaan penilai; Notaris; Profesi
lain (percetakan, biro iklan, agen penjualan).

Penawaran umum → kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur UU/peraturan tentang pasar modal. Yang dapat melakukan
penawaran umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataaan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk
menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif
Prospektus → brosur/informasi tertulis dari/tentang perusahaan emiten sehubungan dengan penawaran umum
dengan tujuan agar investor membeli efek
Pernyataan pendaftaran → dokumen yang wajib disampakan kepada BAPEPAM oleh perusahaan emiten
dalam rangka penawaran umum atau menjadi perusahaan public. BAPEPAM tidak memberikan penilaian atas
keunggulan dan kelemahan suatu efek
Persyaratan umum perusahaan yang “go public”:
 Laporan keuangan 2 tahun terakhir dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP=unqualified opinion)
 Duat tahun terakhir memperoleh laba
 Perusahaan telah berdiri minimal 2 tahun
 Pengurus (Direksi dan Komisaris) memiliki reputasi baik
 Pernyataan pendaftaran telah efektif
Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Perbuatan terlarang : Melakukan pembelian/penjualan efek dari emiten/perusahaan public tempatnya bekerja;
Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian/penjualan efek tersebut; Memberikan informasi (fakta
material) kepada pihak manapun yang patut diduganya dapat nenggunakan informasi dimaksud untuk melakukan
pembelian/penjualan efek dimaksud.
Pengertian “orang dalam”(insider) : (i) Secara nyata bekerja dalam perusahaan (komisaris, direksi, pemegang
saham ≥ 10% dan pegawai perusahaan); (ii) Orang yang mempunyai hubungan dengan perusahaan tetapi tidak
selalu bekerja pada perusahaan (konsultan, perusahaan penilai, akuntan penasehat hukum dan lain-lain)

PERTEMUAN 12
Perluasan Kegiatan Usaha II :
Hukum Penanaman Modal
UU No. 25 Tahun 2007

Latar Belakang : Terutama setelah perang dunia ke-2, penanaman modal berkembang karena pertumbuhan
ekonomi meningkat, baik di Amerika maupun di Eropa Barat dan Jepang.
Di Indonesia berkembang dan meningkat sejak Era Orde Baru yang membuka peluang penanaman modal,
terutama dalam luar negeri (penanaman modal asing)
Pengertian : Penanaman modal dalam konteks UU No. 25/2007 adalah penanaman modal secara langsung
(direct investment)
Asas-asas penanaman modal : Kepastian hukum; Keterbukaan; Akuntabilitas; Perlakuan yang sama untuk
semua penanam modal; Kebersamaan; Efisiensi berkeadilan; Berkelanjutan; Berwawasan lingkungan;
Kemandirian; Keseimbangan; Kesatuan ekonomi nasional.
Tujuan Penanaman Modal : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; Menciptakan lapangan kerja;
Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; Meningkatkan daya saing dunia usaha nasional;
MAA/201216©
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
;Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil; dan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kebijakan Dasar : Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal dan
Mempercepat peningkatan penanaman modal
Bentuk hukum usaha:
 Untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN): badan usaha berbadan hukum, tidak berbadan hukum
atau usaha perseorangan
 Untuk Penanaman Modal Asing (PMA): wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) dan berkedudukan di
wilayah RI
 Untuk PMDN dan PMA dalam bentuk PT dilakukan dengan mengambil bagian saham pada saat pendirian
PT, membeli saham, atau cara lain.
Perlakuan dan jaminan penanaman modal:
 Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal
 Perlakuan khusus bagi penanam modal berdasarkan perjanjian internasional
 Jika terjadi rasionalisasi atau pengambilalihan, akan diberikan kompensasi berdasarkan harga pasar
 Jika kompensasi atau ganti rugi jika tidak sepakat, akan diselesaikan melalui arbitrase
 Penanam modal dapat mengalihkan asetnya kepada pihak lain
Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain
terhadap:
1. Modal
2. Keuntungan, bunga bank, deviden dan pendapatan lain
3. Dana yang diperlukan untuk : (a) Pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi atau barang
jadi (b) Penggantian barang modal untuk melindungi kelangsungan perusahaan
4. Tambahan dana untuk pembiayaan penanaman modal
5. Dana untuk pembayaran kembali pinjaman
6. Royalti atau biaya yang harus dibayar
7. Pendapatan dari ekspatriat pada perusahaan penanam modal
8. Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal
9. Kompensasi atas kerugian
10. Kompensasi atas pengambilalihan
11. Pembayaran untuk bantuan teknis, jasa teknik, dan manajemen, kontrak proyek, pembayaran HAKI
12. Hasil penjualan asset
Penanam modal wajib menyampaikan laporan, mematuhi perundangan, membayar pajak/ royalty, melindungi
hak kreditor, menghindari kerugian Negara.
Bidang Usaha
 Semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal, kecuali yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan
 Bidang usaha yang tertutup bagi PMA :
1. Produksi senjata, mesin, alat peledak dan peralatan perang
2. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang
 Pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk PMA/PMDN berdasarkan kriteria kesehatan,
moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan/keamanan nasional dan kepentingan nasional lainnya
 Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan criteria kepentingan
nasional  perlindungan sumber daya alam, perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menenga (UMKM) dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi,
partisipasi modal dalam negeri serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk
Ketenagakerjaan
• Harus mengutamakan tenaga kerja WNI
• Berhak menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan dan keahlian tertentu
• Wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja WNI melalui pelatihan kerja
• Alih teknologi kepada tenaga kerja WNI + pelatihan kerja
• Perselisihan hubungan industrial wajib diselesaikan secara musyawarah, mekanisme tripartite dan
pengadilan hubungan industrial
Fasilitas penanaman modal
• Diberikan fasilitas bagi penanaman modal yang melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman
modal baru
MAA/201216©
• Fasilitas diberikan jika memenuhi salah satu kritesia sebagai berikut:
1. Menyerap banyak tenaga kerja
2. Termasuk skala proritas
3. Termasuk pembangunan infrastruktur
4. Melakukan alih teknologi
5. Melaksanakan industri pionir
6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan atau daerah tertentu
7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup
8. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
9. Bermitra dengan UMKM + koperasi
10. Industri menggunakan barang modal/mesin/peralatan yang diproduksi di Indonesia
• Berbentuk fasilitas yang diberikan (untuk PMA harus berbentuk PT) 
1. PPh melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah modal yang ditanam
dalam waktu tertentu
2. Pembebasan bea masuk atas impor barang modal, mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat dibuat di Indonesia
3. Pembebasan bea masuk bahan baku/bahan penolong untuk produksi untuk waktu tertentu dan persyaratan
tertentu
4. Pembebasan atas penanggulangan PPn atas impor barang modal/mesin/peralatan untuk keperluan
produksi yang belum dapat dibuat di Indonesia selama jangka waktu tertentu
5. Penyusutan atau amortisasi dipercepat
6. Keringanan PBB terutama untuk bidang usaha tertentu pada wilayah/kawasan tertentu
7. Pembebasan atau pengurangan PPn badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan
kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir yang memiliki keterkaitan yang luas,
memberi nilai tambah dan eksternalisasi yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru serta memiliki nilai
strategis bagi perekonomian nasional
8. Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.
• Fasilitas kemudahan pelayanan
Hak atas tanah Negara (diperpanjang dimuka) dengan area terbatas, tidak merugikan masyarakat
• Tidak melanggar perundang-undangan
• HGU = 95 thn (60 thn + 35 thn)
• HGB = 80thn (50 thn + 30 thn)
• Hak pakai = 70 thn (45 thn + 25 thn)
Sanksi
• Dilarang kepemilikan saham PT penanam modal untuk dan atas nama orang lain (batal demi hukum)
• Perusahaan patungan/kerjasama dengan Negara RI yang melakukan kejahatan korporasi berupa tindak
pidana perpajakan dan penggelembungan biaya atas putusan pengadilan, dapat diakhiri oleh Pemerintah RI
• Perusahaan yang tidak memenuhi hak dan kewajibannya dapat dikenakan sanksi administratif
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan usaha
c. Pembekuan kegiatan usaha/fasilitas penanaman modal
d. Pencabutan kegiatan usaha/fasilitas penanaman modal
Tatacara Penanaman Modal (Keppres 29/2004)
a. Surat Persetujuan Penanaman Modal (SP-PMA/SP-PMDN)
b. Surat persetujuan Pemberian Fasilitas atas Pengimporan barang modal/ bahan baku/ penolong
c. Angka Pengenal Importir (APIT)
d. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
e. Izin Usaha Tetap (IUT)
f. Izin lokasi diberikan dan ditandatangani oleh Bupati/ Walikota, khusus untuk DKI Jakarta oleh Gubernur
g. Izin Undang-undang gangguan (UUG/HO) oleh kabupaten/kota
h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh kabupaten/kota
i. Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA)
Sebelum memperoleh perizinan, penanam modal mengajukan/mengisi formulir Permohonan Penanaman Modal,
setelah memperoleh gambaran (studi kelayakan) tentang kondisi geografis, sosial, keamanan, potensi ekonomi,
hukum, infrastruktur, politik dan pemerintahan, pemasok, teknologi, pasar dan persaingan. Kendala yang
dihadapi adanya UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada Pemda
MAA/201216©
memberikan pelayanan administrasi penanaman modal (pengelolaan investasi di daerah) yang seiring
bertantangan dengan kebijakan Pelayanan Satu Atap investasi yang dikoordinasikan BKPM.
Perusahaan-perusahaan terkait penanaman modal:
a. Perusahaan Nasional  Mengutamakan kebutuhan lokal (pasar
 Sahamnya (> 51 %) dimiliki negara/ dalam negeri)
perusahaan swasta nasional  Produknya juga untuk pasar dunia
 Produknya dipasarkan di dalam negeri dan  Ada koordinasi terpadu dari negeri sendiri
di ekspor
e. Perusahaan Transnasional
b. Perusahaan domestik  Mengutamakan produk ekspor
 Beroperasi dalam negeri  Bisnis lintas Negara
sendiri/setempat/tertentu  Ada kendali terpusat
 Produknya umumnya dipasarkan di dalam  Efisiensi usaha
negeri
f. Perusahaan Multinasional
c. Perusahaan Internasional  Penghasil macam-macam produk
 Beroperasi di luar negeri dan di dalam (modivikasi/diversifikasi)
negeri  Strategi pemasaran dan praktik manajemen
 Produknya terutama untuk diekspor berbeda pada Negara-negara berbeda
 Dikendalikan dari dalam negeri  Dikendalikan dari dalam negeri sendiri atau
dari Negara lain
d. Perusahaan Global

PERTEMUAN 13
Hukum Persaingan Usaha
UU No. 5 Tahun 1999

LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT


Tujuan/latar belakang : Menjaga kepentingan umum; Meningkatkan efisiensi ekonomi; Mewujudkan iklim
usaha yang kondusif; Mencegah praktek monopoli dan persaingan curang
Demokrasi Ekonomi : Kesimbangan antar kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum → Prinsip
berusaha
Monopoli: Penguasaan produksi/pemasaran barang/ pengggunaan jasa tertentu oleh pelaku usaha/ kelompok
pelaku usaha
Praktek monopoli : Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi/pemasaran barang/jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan
dapat merugikan kepentingan umum
Pemusatan kekuatan ekonomi : Penguasaan nyata atas pasar tertentu oleh satu atau lebih pelaku usaha
sehingga dapat menentukan harga barang/jasa
Posisi dominan → keadaan dominasi pelaku usaha
 Tidak mempunyai pesaing yang berarti
 Mempunyai posisi tertinggi
 Kelebihan kemampuan keuangan, akses pada pasokan/penjualan, menyesuaikan pasokan atau permintaan
barang/jasa tertentu
Pelaku usaha : Setiap orang perseorangan atau badan usaha (badan hukum/bukan badan hukum) yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara RI baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian yang melakukan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi
Persaiangan usaha tidak sehat → persaiangn antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi
/pemasaran barang/jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha
Persekongkolan/Konspirasi Usaha → bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku
usaha lain untuk menguasai pasar.
Perjanjian-perjanjian yang dilarang (yang mengakibatkan monopoli/persaingan tidak sehat)
1. Oligopoli : Penguasaan produksi; Pemasaran barang/jasa; Menguasai >75% pangsa pasar satu jenis
barang/jasa tertentu.

MAA/201216©
2. Penetapan harga: Pada pasar yang sama dengan pesaing, kecuali pada usaha patungan/karena undang-
undang; Berbeda untuk pembeli yang berbeda untuk barang/jasa yang sama; Dibawah harga pasar
(bersekongkol dengan pesaing); Lebih rendah dari harga yang telah dipejanjikan
3. Pembagian wilayah : Membuat perjanjian dengan pesaing untuk pemasaran/alokasi pasar barang/jasa
4. Pemboikotan: Membuat perjanjian dengan pesaing untuk menghalangi pelaku usaha lainnya untuk
melakukan usaha yang sama untuk pasar dalam/luar negeri; Menolak menjual barang/jasa dari pelaku usaha
lain; Membatasi penjualan/pembelian barang/jasa
5. Kartel : Membuat perjanjian dengan pesaing untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi/pemasaran
6. Trust : Membentuk gabungan perusahaan (masing-masing perusahaan tetap eksis) yang bertujuan
mengontrol produksi barang/jasa
7. Oligopsoni : Menguasai pembelian/pasokan agar dapat mengendalikan harga barang/jasa
8. Integrasi vertical : Menguasai produksi sejumlah produk barang/jasa tertentu yang merupakan hasil
pengolahan atau proses lanjutan langsung/tidak langsung yang merugikan masyarakat
9. Perjanjian tertutup : Bahwa penerimaan barang/jasa hanya akan memasok/tidak memasok kembali
barang/jasa tersebut kepada pihak tertentu/tempat tertentu; Bahwa penerimaan barang/jasa tertentu harus
bersedia membeli barang/jasa lain dari pemasok; Bahwa penerima barang/jasa harus bersedia membeli
barang/jasa lain dari pemasok atau tidak akan membeli barang/jasa yang sama atau sejenis dari pemasok lain
yang menjadi pesaing dari pemasok; Perjanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli/persaingan usaha tidak sehat
Kegiatan-kegiatan yang dilarang (persaingan curang)
1. Monopoli : Penguasaan produksi/pemasaran barang/jasa yang belum ada substitusinya, pelaku usaha lain
tidak dapat masuk, menguasai > 50% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu
2. Monopsoni : Menguasai pasokan atau pmebelian barang/jasa tertentu yang menguasai > 50% pangsa pasar
satu jenis barang/jasa tertentu
3. Penguasaan pasar
 Menghalangi pelaku usaha tertentu melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar tertentu
 Menghalangi konsumen dari pesaing untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pesaing tersebut
 Membatasi peredaran/penjualan barang/jasa pada pasar tertentu
 Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu
 Melakukan pemasokan barang/jasa dengan cara jual-rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaing di pasar tertentu
 Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari
komponen harga barang/jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
4. Persekongkolan
 Untuk mengatur/menentukan pemenang tender
 Untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya (rahasia perusahaan)
 Untuk menghambat produksi/pemasaran barang/jasa dari pesaingnya agar berkurang jumlah, kualitas
dan tidak tepat waktu
5. Posisi dominan
 Menetapkan syarat-syarat dagang untuk mencegah/menghalangi konsumen memperoleh barang/jasa
yang bersaing (harga+kualitas)
 Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
 Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar
Posisi dominan
1. satu pelaku usaha/kelompok pelaku usaha menguasai ≥50% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu,
dua/tiga pelaku usaha/kelompok pelaku usaha menguasai ≥75% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu
2. Jabatan rangkap Direksi/Komisaris pada peusahaan lain
 Yang berada pada dasar yang sama
 Yang terkait erat dalam bidang/jenis usaha
 Yang secara bersama-sama dapat menguasai pangsa pasar barang/jasa tertentu
3. Pemilikan saham tertentu
 Memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam
bidang yang sama pada pasar tertentu
 Mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar yang sama
 Yang mengakibatkan
MAA/201216©
a. Satu pelaku usaha/kelompok usaha menguasai >50% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu
b. Dua/tiga pelaku usaha/kelompok usaha menguasai >75% pangsa pasar atau jenis barang/jasa tertentu
4. Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan (yang menimbulkan monopoli dan persaingan curang)
 Penggabungan/peleburan/pengambilalihan tertentu
 Yang mengakibatkan nilai asset/nilai jualnya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan kepada
KPPU dalam waktu 30 hari
KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) : Bertanggung jawab kepada Presiden; Terdiri dari 9 anggota;
Diangkat/diberhentikan dengan Keppres atau persetujuan DPR; Bertugas selama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali
Dibantu oleh Sekretariat dan Kelompok kerja.
Tugas KPPU
 Melakukan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan, posisi dominan
 Memberikan saran/pertimbangan
 Menyusun pedoman yang diperlukan
 Memberikan laporan berkala kepada Presiden dan DPR
Putusan KPPU memerlukan penetapan eksekusi kepada Pengadilan Negeri
Sanksi tindakan administratif
 Membatalkan perjanjian
 Menghentikan integrasi vertikcal
 Menetapkan pembayaran ganti rugi
 Menetapkan denda Rp. 1 milyar s/d Rp. 25 milyar
Sanksi tambahan: Pencabutan izin usaha; Larangan menjadi Direksi/Komisaris 2 s/d 5 tahun; Penghentian
kegiatan tertentu
Perkecualian terhadap UU tentang Larangan Monopoli dan Persaiangan Curang
 Bertujuan melaksanakan Undang-undang/UUD 1945
 Terkait dengan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)/Lisensi/Waralaba
 Kegiatan penelitian
 Perjanjian internasional
 Kegiatan ekspor
 Pengusaha kecil

PERTEMUAN 14
Hukum Penyelesaian Sengketa
UU No. 30 Tahun 1999

PENYELESAIAN MELALUI PENGADILAN (Litigasi)


(Setelah perdamaian gagal; Untuk menghindari tindakan main hakim sendiri (eigenrichting); Hakim sebagai
penengah
Semua putusan pengadilan harus berisi dasar-dasar hukum).

Proses perkara  Putusan konstitutif (menimbulkan hak/hukum


 Pihak penggugat (yang merasa dirugikan) yang baru)
mengajukan surat gugatan kepada Kantor  Putusan kondemnator (menjatuhkan hukuman)
Panitera Pengadilan Negeri setempat Tingkat pelaksanaan peradilan
 Juru sita menyampaikan surat pemberitahuan  Pengadilan negeri/pengadilan niaga/PTUN
kepada pihak tergugat (yang menimbulkan  Pengadilan tinggi/banding
kerugian)  Mahkamah Agung
 Para pihak menghadap ke kantor pengdilan Kritik terhadap pengadilan
 Dapat diminta bantuan jasa pengacara/pembela  Lambat (makan waktu)
 Membayar biaya perkara  Biaya perkara relative mahal
 Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak  Kurang responsive
yang bersengketa  Kemampuan hakim terbatas
 Hakim memeriksa dan memutuskan perkara Penyelesaian sengketa bisnis
Jenis putusan hakim  Perlu cepat
 Putusan deklarator (menguatkan hak seseorang)  Praktis
MAA/201216©
 Efektif/efisien  Saling menguntungkan

PENYELESAIAN DI LUAR PENGADILAN (Alternative Dispute Resolution = ADR)


1. Negosiasi : Konsensus untuk mendapatkan kesepakatan atas sengketa/kemungkinan sengketa
Syarat negosiasi
 Identifikasi masalah/perbedaan pendapat
 Memahami perbedaan kepentingan /kebutuhan
 Mencari bersama solusi masalah
 Masing-masing menawarkan persyaratan kondisi
Kondisi yang mempengaruhi negosiasi
 Keinginan bernegosiasi
 Kebebasan untuk berunding/memutuskan
 Terdapat sarana/kemampuan saling mempengaruhi
 Tidak ada hambatn psikologis
 Tersedia sumber daya bernegosiasi
2. Mediasi (Penyelesaian sengketa yang ditengahi pihak ketiga (mediator) yang netral dan tidak memihak;
Mediator hanya sebagai penengah dan tidak berwenang memutuskan sengketa)
Peranan mediator
 Membantu menyelesaikan sengketa
 Membantu identifikasi masalah
 Memudahkan pertukaran informasi
 Mendorong diskusi
 Mengarahkan penyelesaian sengketa
 Mengusulkan alternative penyelesaian masalah
Keterbatasan mediasi → tidak dapat diterapkan pada semua sengketa
Optimalisasi mediasi
 Para pihak seimbang dalam “bargaining power”
 Tetap mengharapkan hubungan baik
 Banyak kemungkinan untuk pertukaran(trade-off)
 Batas waktu/urgensi penyelesian masalah
 Tidak ada permusuhan diantara para pihak
 Lebih mengutamakan solusi sebagai tujuan utama
3. Arbitrase : Berdasarkan perjanjian antara para pihak menundukkan diri dan menyerahkan penyelesaian
sengketa kepada pihak ketiga yang netral yang bertindak sebagai arbitrator dalam mahkamah arbitrase
Alasan arbitrase
 Kebebasan dan rasa aman
 Arbiter memiliki kemampuan
 Proses cepat, informal, hemat biaya
 Kerahasiaan terjamin
 Non preseden
Bentuk-bentuk arbitrase
a. Arbitrase ad-hoc : Yaitu arbitrase temporer dan para pihak menetukan arah sendiri arbitrase diantar
mereka
(Cara pelaksanaan/pemilihan arbiter; Kerangka/mekanisme kerja arbitrase; Sisdur; Aparatur
administratif
b. Arbitrase institusional → arbitrase dalam bentuk lembaga permanen yang telah memiliki aturan baku
tentang arbitrase
 International Chamber of Commerce (ICC)
 International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID)/Bank Dunia
 United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL)/PBB
 Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
Arbitrase di Indonesia : (Proses arbitrase sebagai bagian dari hukum acara perdata (RID 1941);
Dasar pengaturan terdapat dalam :
 Reglement of de Burgerljke Rechis-vordering (Rv)
 UU No. 4/2004 (Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman)
MAA/201216©
 Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1/1990 tentang Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing
Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase (di Indonesia)
 Sengeketa mengenai hadiah dan warisan untuk pemeliharaan tempat, tinggal pakaian
 Sengketa mengenai pisah ranjang, perceraian dan pembagian harta bersama
 Sengketa yang tunduk pada hukum adat
 Kewajiban alimentasi
Hukum yang berlaku→ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian mereka, kecuali jika memberikan
kebebasan kepada para arbiter untuk bertindak sebagai “orang baik menurut kepatutann”(prinsip ex aequo et
bono)
Pelaksanaan putusan arbitrase domestic
 Pendaftaran putusan arbitrase
 Permohonan eksekusi kepada pengadilan negeri (fiat eksekusi)
 Banding langsung ke Mahkamah Agung (jika diperlukan)
 Bantahan kepada Pengadilan Negeri (jika melepaskan hak banding)
Pelaksanaan putusan arbitrase asing : (Perma No.1/1990)
 Negara yang bersangkutan bersama Indonesiatunduk pada Konvensi Internasional New York 1958 (The
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbital Awards = REFAA)
 Termasuk ruang lingkup Hukum Bisnis
 Tidak bertentangan dengan ketertiban umum
 Memperoleh exequatur (pernyataan setuju) dari Mahkamah Agung

MAA/201216©

Anda mungkin juga menyukai