Anda di halaman 1dari 20

CYBER CRIME DAN POTENSI MUNCULNYA VIKTIMISASI PEREMPUAN

DI ERA TEKNOLOGI INDUSTRI 4.0

Neri Widya Ramailis, M.Krim

ABSTRACT

The phenomenon of the industrial revolution 4.0 has had many influences, both
positive and negative for society. It is undeniable that slowly everything has turned to
digital. So that the interaction between humans and technology is inevitable. Such
developments make digitization even more difficult to recognize, because everything
is now integrated, everything now requires the internet. The opportunities for cyber
criminals are getting wider, various kinds of cyber threats continue to emerge and
this is a challenge for users. So many crimes that occur today in cyberspace or what
is known as cyber crime, especially affect women. There are cases of illegal content
(illegal content), violations of privacy (infringement of privacy), threats of private
photo or video distribution (malicious distribution), online defamation, to online
recruitment (online recruitment). The high number of online-based gender violence,
especially for women, seems to open our eyes to always wisely use internet
technology in carrying out activities and routines of daily life.

Keywords: Cyber Crime, Victimization Criminal, Women, Industrial Revolution


4.0.

Pendahuluan masih mengandalkan tenaga manusia


Ketika berbicara tentang dalam proses produksi barang. Namun
Revolusi Industri 4.0, istilah ini sudah saat ini barang dibuat secara masal
tidak asing lagi bagi masyarakat. Di dengan menggunakan mesin dan
Indonesia sendiri, perkembangan berteknologi canggih. Keadaan seperti
teknologi dan informasi terjadi begitu ini dikenal sebagai revolusi industri
cepat. Dampak era revolusi industri 4.0 4.0.
tentu sengat besar bagi dunia industri Fenomena revolusi industri 4.0
juga perilaku di masyarakat. Dalam ini membawa banyak pengaruh, baik
bidang industri, yang sebelumnya positif maupun negatif bagi

1
masyarakat. Dimana semua lini tengah masyarakat. Berikut merupakan ulasan
berlomba untuk melakukan digitalisasi singkat mengenai pengertian Cyber
agar tidak terlindas oleh teknologi crime dan jenis – jenis kejahatan cyber
yang terus berkembang. Seperti yang crime yang banyak ditemukan.
kita ketahui, hampir setiap aspek Menurut Organization of
dalam kehidupan manusia telah European Community Development
terdigitalisasi. Bukan hanya (OECD) cyber crime adalah semua
handphone atau komputer saja, bentuk akses ilegal terhadap suatu
melainkan peralatan yang manusia transmisi data. Artinya, semua bentuk
gunakan dalam kehidupan sehari- kegiatan yang tidak sah dalam suatu
hari juga mampu terintegrasi sistem komputer termasuk dalam suatu
dengan internet. Perkembangan tindak kejahatan. Secara
seperti itu membuat digitalisasi umum, pengertian cyber crime sendiri
rasanya semakin sulit untuk memang biasa diartikan sebagai tindak
dikenali, karena semua benda kini kejahatan di ranah dunia maya yang
terintegrasi, semua hal kini memanfaatkan teknologi komputer dan
membutuhkan internet. Kesempatan jaringan internet sebagai sasaran.
para penjahat siber pun semakin Tindakan cyber crime ini muncul
luas, berbagai macam ancaman seiring dengan kian gencarnya
siber terus bermunculan dan hal teknologi digital, komunikasi dan
inilah yang menjadi challenge informasi yang semakin berkembang.
tersendiri bagi para pengguna. (https://qwords.com/ blog/pengertian-
Istilah Cyber crime, cyber-crime)
belakangan ini kerap terdengar seiring Setelah mengetahui tentang
dengan perkembangan dunia digital. pengertian cyber crime selanjutnya ini
Cyber crime atau kejahatan di dunia merupakan jenis-jenis cyber crime
maya sendiri merupakan salah satu yang banyak terjadi di dunia. Pertama,
dampak negatif penggunaan media Pencurian Data. Aktivitas cyber crime
internet sebagai platform yang saat ini yang satu ini biasanya dilakukan untuk
banyak digunakan oleh individu memenuhi kepentingan komersil

2
karena ada pihak lain yang Ke Empat, Carding adalah
menginginkan data rahasia pihak lain. istilah yang digunakan untuk
Tindakan ini tentu bersifat ilegal menyebut penyalahgunaan informasi
masuk ke dalam aktifitas kriminal kartu kredit milik orang lain. Para
karena bisa menimbulkan kerugian carder (pelaku carding) biasanya
materil yang berujung pada menggunakan akses cartu credit orang
kebangkrutan suatu lembaga atau lain untuk membeli barang belanjaan
perusahaan. secara online. Kemudian, barang
Kedua, Cyber Terorism. Ini igratisan tersebut dijual kembali
merupakan tindakan cyber crime yang dengan harga murah untuk
sedang banyak diperangi oleh negara- mendapatkan uang.
negara besar di dunia, termasuk Ke Lima, Defacing bisa
Indonesia. Pasalnya, aktivitas cyber dibilang menjadi aktivitas kejahatan
terorism kerap kali mengancam online yang paling ringan. Hal tersebut
keselamatan warga negara atau bahkan salah satunya karena para pelaku
stake holder yang mengatu jalannya deface biasanya menyasar website-
pemerintahan. Ketiga, Hacking. website non-profit seperti situs
Tindakan berbahaya yang kerap kali pemerintahan, sekolah, atau
dilakukan oleh para programer universitas. Ke Enam, Istilah
profesional ini biasanya secara khusus cybersquatting mungkin belum begitu
mengincar kelemahan atau celah dari familiar di kalangan pengguna di
sistem keamanan untuk mendapatkan Tanah Air. Wajar memang pasalnya
keuntungan berupa materi atau tindakan penyerobotan domain sendiri
kepuasan pribadi Misalnya, seorang memang memerlukan modal serta
hacker yang diberi tugas untuk kejelian yang tidak dimiliki banyak
melacak keberadaan seorang buronan orang. Hasil cyber crime ini biasanya
atau hacker yang bekerjasama dengan berupa uang tebusan yang nilainya
pihak bewenang untuk memberantas tidak wajar.
aktivitas ilegal di ranah digital. Ke Tujuh, Hampir mirip
dengan cybersquatting, tindakan cyber

3
typosquatting sama-sama mengincar pengkloningan akun facebook milik
domain milik perusahaan terkenal seseorang. Tindakan ini marak terjadi
untuk dijadikan sasaran. Bedanya, kepada para publik figur atau tokoh
aktivitas ini memanfaatkan kemiripan terkenal yang memiliki banyak
domain serta kelalaian pengguna yang pengikut. Dengan banyaknya atensi
jarang memeriksa ulang URL website yang diterima oleh akun kloningan,
perusahaan. Salah satu tujuan dari pemalsu biasanya akan semakin cepat
cyber typosquatting adalah untuk mendapat korban. Cyber crime model
menjatuhkan citra baik dari brand ini biasanya meminta bayaran uang
bersangkutan dengan melakukan dengan cara transfer ke rekening
tindakan penipuan atau hal-hal ilegal tertentu. Jadi, jangan mudah percaya
lain yang melanggar undang-undang. jika Anda dihubungi seseorang yang
Ke Delapan, Menyebarkan mengaku sedang membutuhkan
konten ilegal yang melanggar undang- bantuan. Kedua, Fenomena
undang menjadi kasus cyber crime Ransomware WannaCry. Beberapa
paling banyak diperhatikan. Pasalnya, tahun lalu jagat digital sempat
aktivitas ini biasanya melibatkan tokoh diramaikan dengan kemunculan virus
terkenal atau konten yang mampu komputer Ransomware WannaCry
memancing kontroversi. Beberapa yang mampu mengunci data komputer
contoh konten llegal yang masuk seseorang. Untuk bisa membuka dan
dalam ranah cyber crime di antaranya mengakses data tersebut syarat yang
adalah video porno, penjualan senjata harus anda lakukan adalah membawa
api ilegal, jual beli narkotika, dan lain sejumlah uang tebusan melalui wallet
sebagainya. Bitcoin.
Berikut ini merupakan contoh Begitu banyak kejahatan yang
kasus cyber crime yang terjadi di terjadi saat sekarang ini di dunia maya
Indonesia maupun di dunia. Pertama, atau yang dikenal dengan cyber crime,
memalsukan akun facebook seseorang. terutama menimpa kaum perempuan.
Salah satu contoh kejahatan cyber Ada kasus konten ilegal (illegal
crime yang paling sering terjadi adalah content), pelanggaran privasi

4
(infringement of privacy), ancaman masyarakat untuk menghormati hak-
distribusi foto atau video pribadi hak digital sesama pengguna internet
(malicious distribution), pencemaran termasuk hak atas rasa aman bagi
nama baik (online defamation), hingga perempuan dan kaum rentan.
rekrutmen online (online recruitmen). (https://www.cnnindonesia.com/teknol
Berdasarkan data yang dikutip ogi/maraknya-kekerasan-terhadap-
dari laman web CNN Indonesia, Rabu, perempuan-di-dunia-maya).
30/01/2019 03:31 WIB. Kepala Divisi Di lain hal, sesuai isi
Online Safety SAFEnet Boaz pemberitaan dari laman web
Simanjuntak menjelaskan,terjadinya JawaPos.com Direktur Eksekutif
lonjakan kekerasan berbasis gender Women`s Crisis Centre (WCC)
yang dilakukan secara online (KBGO). Palembang Yeni Roslaini mengatakan
Ia menuntut kepada pemerintah dan sepanjang 2020 perempuan korban
DPR untuk segera mengesahkan tindak kekerasan di dunia maya
Rancangan Undang-Undang atau cyber crime di Pelembang
Penghapusan Kekerasan Seksual mengalami peningkatan. Ia
(RUU PKS). Selain itu ia juga menjelaskan berdasarkan data pada
mendorong pemerintah menjamin 2019 WCC hanya menerima delapan
perlindungan korban KBGO dan pengaduan kekerasan berbasis gender
meminta aparat penegak hukum untuk daring/online (KBGO) sedangkan pada
memperhatikan kasus KBGO secara 2020 menjadi 28 kasus.
kontekstual, menindak tegas pelaku, Kekerasan cyber crime yang
dan tidak membuat korban sebenarnya dilaporkan para korban tersebut
menjadi korban dua kali dalam proses sebagian besar berupa penyebaran foto
penegakan keadilan. Kata Boaz, dan video pribadi secara daring di
pemerintah dan DPR harus segera media sosial oleh teman dekat laki-laki
merumuskan KBGO sebagai pasal dan mantan pacar atau suaminya.
yang diatur dalam Rancangan Undang- “Tindak kekerasan terhadap
Undang Penghapusan Kekerasan perempuan berbasis gender
Seksual (RUU PKS) serta meminta daring/online itu mengalami

5
peningkatan pada masa pandemi perempuan di dunia maya. Pelakunya
Covid-19”, ujar Yeni. Selanjutnya mulai dari pacar, mantan pacar, dan
pada 2021, WCC menyiapkan berbagai suami, selain juga kolega, sopir
kegiatan yang dapat meminimalkan transportasi online dan pelaku anonim,
kasus tindak kekerasan terhadap bahkan sampai warga negara asing,
perempuan. Untuk mencegah terus sehingga mereka menyebutnya
meningkatnya jumlah perempuan yang kejahatan transnasional yang
menjadi korban tindak kekerasan di membutuhkan perhatian khusus
dunia maya atau cyber crime, pihaknya pemerintah. Secara khusus Komnas
mengingatkan kepada para perempuan Perempuan juga mencatat bahwa
terutama anak-anak remaja putri untuk "kejahatan cyber dengan korban
hati-hati memuat/menyebarkan foto perempuan seringkali berhubungan
atau video pribadi di media sosial. dengan tubuh perempuan yang
Selain itu, bisa diproses hukum sesuai dijadikan objek pornografi. Salah satu
dengan Undang Undang Informasi dan bentuk kejahatan cyber yang paling
Transaksi Elektronik (ITE). Dampak sering dilaporkan adalah penyebaran
dari tindakan kekerasan dunia maya itu foto atau video pribadi di media sosial
tidak saja terhadap fisik dan psikis, dan atau website pornografi. Kasus ini
tapi juga terhadap keberlangsungan biasanya menghebohkan publik
kehidupan korban dan keluarganya. sehingga menambah beban psikis bagi
Oleh karena itu, perempuan harus korban, kata Mariana Amiruddin.
bijak dalam menggunakan media Bentuk kejahatan cyber lain yang juga
sosial. sering dilaporkan adalah munculnya
(https://www.jawapos.com/today/02/01 ancaman pada korban bahwa foto atau
/2021/Jumlah Perempuan Korban video pribadinya akan disebar, dan ini
Kekerasan Dunia Maya di Palembang biasanya dilakukan agar korban tidak
Meningkat). melapor atau meninggalkan pelaku
Kemudian, sepanjang 2017, dalam hubungan berpacaran. Selain
Komnas Perempuan juga mencatat itu, kejahatan ini juga meliputi
adanya 65 kasus kekerasan terhadap pengiriman teks yang berisi kata-kata

6
sampai foto alat kelamin pelaku yang data pribadi perempuan sebagian besar
bertujuan untuk menyakiti, menakuti, merupakan pasangannya yakni pacar
mengancam, dan mengganggu korban. atau suami. Salah satu motifnya yaitu
(https://www.bbc.com//indonesia/trens ingin menjatuhkan pasangan
osial). perempuannya ketika sedang
Hampir sama dengan bermasalah. Dari segi umur, rata-rata
pernyataan isi berita sebelumnya, yang mengadu ke Komnas Perempuan
Komisioner Komnas Perempuan Riri masih sangat muda. Kategori umurnya
Khariroh mengatakan kasus kekerasan itu sekitar mulai 20-35 tahun. Banyak
berbasis gender online (KBGO) di sekali yang putus asa dan ingin bunuh
Indonesia meningkat setiap tahun. diri karena martabatnya di ujung
Terakhir, pada 2018 Komnas HAM tanduk, tambahnya. Riri Khariroh
mencatat ada 95 kasus dari menjelaskan lembaganya telah
sebelumnya hanya lima kasus pada berkoordinasi dengan Polri dan
2016. Adapun bentuk-bentuk Kementerian Komunikasi dan
kekerasan di dunia maya antara lain Informatika untuk mengatasi
pelecehan online, sexting, perdagangan kekerasan berbasis gender online dan
manusia dan online rekrutmen. Ia penyelewengan data pribadi. Sebab,
meyakini jumlah kasus tersebut lebih kata dia, para pelaku kekerasan selama
kecil dibandingkan dengan jumlah ini kerap tidak mendapatkan sanksi
kasus sebenarnya di masyarakat. apapun sehingga menyuburkan
Sebab, sebagian besar perempuan yang impunitas kasus kekerasan terhadap
menjadi korban di ranah online tidak perempuan.
tahu harus melapor kemana. Dari (https://www.voaindonesia.com/kekera
kasus-kasus itu, yang paling banyak san-perempuan-di-dunia-maya-setiap-
yaitu sekitar 61 persen dari kasus yang tahun-meningkat).
ada terkait dengan ancaman dari
pelaku untuk menyebarkan video dan Permasalahan
foto pribadi. Riri menambahkan, Tingginya angka kekerasan
pelaku kekerasan berupa penyebaran gender berbasis online, terutama

7
menimpa kaum perempuan seolah dengan layanan internet dan sosial
membuka mata kita untuk senantiasa media yang dapat terkoneksi sampai ke
bijak menggunakan teknologi internet penjuru dunia sehingga handphone
dalam menjalankan aktifitas dan tersebut telah dijadikan alat multi
rutinitas kehidupan sehari-hari. Pola fungsi sebagai bentuk tren fashion dan
gaya hidup yang cenderung meningkat gaya hidup (life style) yang bisa
di era moderenisasi membuat setiap digunakan untuk mengakses foto,
individu masyarakat telah memiliki video call, menonton, membaca berita,
handphone yang berteknologi canggih, berjualan, ladang bisnis dan lain
seolah-olah barang ini menjadi suatu sebagainya. Oleh sebab itu kita harus
hal yang sangat amat wajib untuk di berhati-hati dalam menggunakan
punyai. Selain mudah di dapat, harga layanan internet agar tidak menjadi
yang cukup relatif murah dan mudah korban kejahatan di dunia maya.
di jangkau membuat handphone
mampu di miliki oleh setiap kalangan Kerangka Konseptual
masyarakat. Konsep Cyber Crime
Kecanggihan teknologi Pesatnya perkembangan
handphone saat ini mampu teknologi komputer dan teknologi
memunculkan berbagai macam inovasi informasi, pelaksanaan kejahatan juga
dan perbedaan dari tahun ke tahun. mengikuti dan memanfaatkan
Fungsi handphone tidak hanya sekedar teknologi komputer dan informasi
sebagai alat berkomunikasi untuk tersebut dilihat sebagai bentuk cyber
dapat saling bertukar informasi saja, crime. Menurut Barua dan Dayal
baik jarak dekat maupun dalam bentuk (2001) cyber crime pada dasarnya
komunikasi jarak jauh antara manusia adalah kejahatan lama (konvensional)
satu dengan yang lainnya. Namun, tetapi mempergunakan teknologi baru.
seiring perkembangan zaman hampir Sedangkan Podgor (2002) yang
semua jenis handphone dan android mempergunakan istilah kejahatan
kini memiliki fitur dan aplikasi yang komputer mengatakan bahwa bentuk-
cukup lengkap dan selalu terhubung bentuk kejahatan ini sama dengan

8
kategori tradisional dalam hukum dengan pengirim. Biasanya e-mail
pidana. yang dikirimkan adalah iklan
Bentuk-bentuk kejahatan yang penawaran barang dan jasa, termasuk
termasuk kategori cyber crime antara pornografi. Spaming ini dalam hukum
lain. Carding yaitu penyalahgunaan pidana dapat dikategorikan sebagai
nomor kartu kredit orang lain untuk perbuatan yang tidak menyenangkan.
membeli barang melalui layanan situs Apabila e-mail yang dikirim tersebut
internet (web site). Carding ini dapat ditujukan kepada penerima khusus,
dikategorikan sebagai pemalsuan atau dan biasanya isi surat berisi kata-kata
penipuan menurut hukum pidana yang menista penerima surat atau
(kejahatan lama). Hacking, memasuki ancaman maka tindakan tersebut
situs milik orang lain melalui internet disebut sebagai cyber stalking
dengan tujuan untuk menunjukkan (Mustofa, 2010 : 214).
bahwa teknik pengamanan yang dibuat Selain bentuk kejahatan
oleh pemilik situs dapat ditembus. tersebut di atas, teknologi informasi,
Hacking ini dapat disamakan dengan melalui layanan internet dapat
memasuki wilayah pribadi milik orang dimanfaatkan untuk melakukan
lain tanpa izin. Cracking, serupa kejahatan peredaran pornografi,
dengan Hacking, tetapi ketika berhasil pembajakan hak cipta dan lain
masuk ke program yang dimasuki atau sebagainya. Sementara itu akuntansi
bahkan merusaknya. Cracking dapat berbasis teknologi informasi juga
dikategorikan sebagai perusakan dapat disalahgunakan, yang
menurut hukum pidana, atau dalam sesungguhnya sama saja dengan
kriminologi disebut juga sebagai penyelewengan akuntansi atau
vandalisme. Spaming yaitu pembukuan secara manual.
mengirimkan surat elektronik (e-mail) Pelaku cyber crime tidak
ke alamat e-mail orang lain yang tidak mempunyai ciri yang khas, kecuali
diperlukan oleh penerima surat. berhubungan dengan kemahirannya
Penerima surat tidak mengenal atau dalam mempergunakan komputer
tidak mempunyai hubungan apapun dengan teknologi informasi. Demikian

9
pula korban cyber crime adalah menjadikan pengalaman viktimisasi
individu dan lembaga (bisnis maupun tersebut untuk memperbaiki nasib.
negara) yang memanfaatkan teknologi Misalnya ada orang yang secara
informasi. berulang menjadi korban pencopetan
Konsep Viktimisasi dan tidak ada usaha atau tidak mampu
Menurut Arif Gosita (1985) untuk meningkatkan keamanan diri
viktimisasi kriminal merupakan proses agar tidak lagi menjadi korban
penimbulan korban suatu perbuatan pencopetan lagi. Selain itu ada pula
yang dengan sengaja melawan hukum kelompok masyarakat yang menjadi
dapat menimbulkan penderitaan fisik, korban kejahatan terus-menerus karena
mental, dan sosial pada seseorang/ bentuk tindakan yang merugikan
sekelompok orang/ lembaga oleh mereka terus berlangsung, misalnya
orang/ lembaga baik untuk korban pencemaran lingkungan yang
kepentingan sendiri/ orang lain. Lebih lingkungan alamnya tidak
lanjut, R. Elias (1986) tergantung pada direhabilitasi, merupakan korban terus
kompleksnya faktor yang menentukan menerus (continuing victimization).
seperti pelaku, korban kerusakan/ Tindakan represif penguasa otoriter
kerugian dan keadaan/ situasi juga menghasilkan viktimisasi yang
viktimisasi menunjukkan berapa terus menerus.
banyak seseorang menderita sebagai Sejumlah penulis dan peneliti
korban (Sihite, 2007 : 200). bidang viktimologi merumuskan
Lebih lanjut Mustofa (2010 : beberapa tipologi korban kejahatan.
59-61) menjelaskan, untuk memahami Tipologi-tipologi tersebut dirumuskan
pola viktimisasi secara lebih berdasarkan kriteria yang berbeda-
sistematis, beberapa sarjana menyusun beda, namun demikian terdapat
tipologi korban kejahatan. Penyusunan persamaan umum dalam maknanya
tipologi korban ini dapat memperluas M.E. Wolfgang (1967), merumuskan
wawasan kita karena ada saja orang tipologi korban kejahatan secara
yang secara berulang menjadi korban bertingkat, meliputi:
kejahatan yang sama, tanpa pernah 1) Primary victimization

10
2) Secondary victimization 5) The most guilty victim, guilty
3) Tertiary victimization alone.
4) Mutual victimization 6) The simulating victim,
5) No victimization imaginary victim.
Kategori-kategori korban yang
dirumuskan oleh Wolfgang secara Konsep Perempuan
bertingkat tersebut oleh E.A. Fattah Pada konteks kekinian kalimat
(1967) dirumuskan berdasarkan peran “perempuan” lebih sering digunakan
korban, menjadi : dari pada kalimat “wanita”, hal ini
1) Non participating victim dapat dibuktikan ketika kita mengikuti
2) Latent or predisposed victims acara pertemuan ilmiah, ruang seminar
3) Provocative victims dan diskusi yang mana topik atau tema
4) Participating victims kegiatan berhubungan dengan
5) False victims persoalan gender dan perempuan,
B. Mendelsohn sebagai pelopor bahkan dalam lingkup penelitian
viktimologi merumuskan tipologi ilmiah yang dilakukan oleh lembaga
korban berdasarkan tingkat kesalahan swadaya masyarakat istilah
korban dalam peristiwa kejahatan “perempuan” lebih banyak digunakan.
(lihat Schafer, 1968), menjadi : Menurut Rachmat Syafa’at
1) The completely innocent (1998:1) secara historis istilah
victim. “wanita” berasal dari leksikon Bahasa
2) The victim with minor guilt, sanksekerta, wanita, yaitu “yang di
due to his ignorance. inginkan oleh kaum laki-laki”,
3) The victim as guilty as the sehingga lebih berkonotasi pasif.
offender. Dalam perkembangan Bahasa
4) The victim more guilty than the Indonesia, Siusan Kwelja (1991)
offender. mengatakan bahwa ungkapanyang ada
a. The provoker victim menyebutkan bahwa wanita adalah
b. The imprudent victim pemelihara yang sabar, pasif, diam dan
menjadi pesakitan, kurang standar,

11
tidak diharap untuk menonjolkan diri ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang
dan boleh berprofesi, tetapi kurang sempit, teknologi mengacu pada obyek
diakui perannya. Sedangkan istilah benda yang digunakan untuk
“perempuan” menurut Prasetio kemudahan aktivitas manusia, seperti
Murniati sengaja dipergunakan untuk mesin, perkakas, atau perangkat
istilah “women” berasal dari akar keras (Rusman dkk, 2012 : 78).
Bahasa Melayu yang berarti “empu” Jadi teknologi adalah semacam
induk, artinya “yang memberi hidup”. perpanjangan tangan manusia untuk
Istilah ini tampaknya lebih dinamis dapat memanfaatkan alam dan sesuatu
dan syarat makna dibanding dengan yang ada di sekelilingnya secara lebih
istilah “wanita”. maksimal. Dengan demikian, secara
Penggunaan istilah tersebut ada sederhana teknologi bertujuan untuk
yang mengaitkan dengan upaya mempermudah pemenuhan kebutuhan
membangkitkan semangat kaum hawa manusia.
dan mendekonstruksi praktik-praktik Teknologi Informasi menurut
diskriminasi gender, yang dianggap Richard Weiner dalam Websters New
merugikan perempuan. Dengan Word Dictinonary and Communication
sebutan “perempuan” ini, ia disebutkan bahwa Teknologi Informasi
diharapkan tidak sekedar bisa adalah pemprosesan, pengolahan, dan
menikmati kehidupan ini, tetapi penyebaran sata oleh kombinasi
sekaligus dapat memberdayakan komputer dan telekomunikasi (Sa’ud,
potensi-potensi dirinya yang berkaitan 2008 : 183).
dengan kepentingan yang bersifat Teknologi Informasi menurut
makro (Wahid & Muhammad, 2011 : Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo
29). adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah, memproses,
Konsep Teknologi mendapatkan, menyusun, menyimpan,
Kata teknologi berasal dari memanipulasi data dalam berbagai
bahasa Yunani, techne yang berarti cara untuk menghasilkan informasi
‘keahlian’ dan logia yang berarti yang berkualitas, yaitu informasi yang

12
relevan, akurat dan tepat waktu proses fisik dan komputasi (teknologi
(Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 157). embedded computers dan
jaringan) secara close loop (Lee,
Konsep Revolusi Industri 4.0 2008). Hermann dkk (2015)
Menurut Kanselir Jerman, menambahkan bahwa Industri 4.0
Angela Merkel (2014) berpendapat adalah istilah untuk menyebut
bahwa Industri 4.0 adalah transformasi sekumpulan teknologi dan organisasi
komprehensif dari keseluruhan aspek rantai nilai berupa smart factory, CPS,
produksi di industri melalui IoT dan IoS. Smart factory adalah
penggabungan teknologi digital dan pabrik modular dengan teknologi CPS
internet dengan industri konvensional. yang memonitor proses fisik produksi
Schlechtendahl dkk (2015) kemudian menampilkannya secara
menekankan definisi kepada unsur virtual dan melakukan desentralisasi
kecepatan dari ketersediaan informasi, pengambilan keputusan. Melalui IoT,
yaitu sebuah lingkungan industri di CPS mampu saling berkomunikasi dan
mana seluruh entitasnya selalu bekerja sama secara real time termasuk
terhubung dan mampu berbagi dengan manusia. IoS adalah semua
informasi satu dengan yang lain. aplikasi layanan yang dapat
Pengertian yang lebih teknis dimanfaatkan oleh setiap pemangku
disampaikan oleh Kagermann dkk kepentingan baik secara internal
(2013) bahwa Industri 4.0 adalah maupun antar organisasi. Terdapat
integrasi dari Cyber Physical System enam prinsip desain Industri 4.0 yaitu
(CPS) dan Internet of Things and interoperability, virtualisasi,
Services (IoT dan IoS) ke dalam proses desentralisasi, kemampuan real time,
industri meliputi manufaktur dan berorientasi layanan dan bersifat
logistik serta proses lainnya. CPS modular. Berdasar beberapa penjelasan
adalah teknologi untuk di atas, Industri 4.0 dapat diartikan
menggabungkan antara dunia nyata sebagai era industri di mana seluruh
dengan dunia maya. Penggabungan ini entitas yang ada di dalamnya dapat
dapat terwujud melalui integrasi antara saling berkomunikasi secara real time

13
kapan saja dengan berlandaskan perbedaan antara kelompok sosial
pemanfaatan teknologi internet dan dalam resiko menghadapi viktimisasi
CPS guna mencapai tujuan tercapainya kejahatan kekerasan, namun kemudian
kreasi nilai baru (Prasetyo & Sutopo, diperluas juga atas resiko menghadapi
2018 :19). viktimisasi kejahatan kekerasan,
namun kemudian diperluas juga atas
Teori Viktimisasi Kriminal resiko viktimisasi kejahatan terhadap
Mustofa (2010 : 54) harta benda. Perluasan perhatian
menjelaskan Teori viktimisasi kriminal tersebut kemudian juga dijadikan
utama dihasilkan dalam bidang landasan dalam merumuskan proses
viktimologi baru muncul pada tahun ketika pelaku kejahatan melakukan
1978. Pada tahun itu Hindelang seleksi sasaran.
Gottfredson, dan Garofalo Asumsi dasar dari Teori
merumuskan Lifestyle-Exposure Terpaan Gaya Hidup adalah bahwa
Theories Of Victimization (Teori –teori perbedaan resiko orang dalam
viktimisasi karena terpaan gaya menghadapi viktimisasi kejahatan
hidup). Tahun berikutnya (1979), dipengaruhi oleh adanya perbedaan
Cohen dan Felson merumuskan gaya hidup dari orang tersebut.
Routine Activity Theory (Teori Perbedaan gaya hidup ini penting bagi
Aktifitas Rutin). Tahun 1993, atau kemungkinan menghadapi resiko
lebih dari satu decade kemudian, viktimisasi kriminal karena
Meier dan Miethe mencoba berhubungan dengan perbedaan dari
menggabungkan kedua teori diatas terpaan daerah rawan kejahatan, waktu
menjadi Structural _Choice Model Of rawan kejahatan, dan lain-lain ynag
Victimization (Model Viktimisasi merupakan keadaan resiko tinggi
Pilihan Struktural). mengalami viktimisasi kriminal.
Teori Terpaan Gaya Hidup, Dengan demikian, gaya hidup orang
yang dirumuskan oleh Hindelang, yang diartikan sebagai aktifitas harian
Gottfredson dan Garafalo, pada rutin vokasional (bekerja, bersekolah,
mulanya bertujuan untuk mengukur menjaga rumah dan sebagainya),

14
aktifitas hiburan, merupakan faktor Seseorang laki-laki diharapkan oleh
kritis orang tersebut dalam masyarakat sebagai pecari nafkah dan
menanggung resiko viktimisasi karenanya akan lebih banyak berada
kriminal. Aktifitas harian seseorang diluar rumah. Sementara itu
akan dapat membawa orang tersebut perempuan dalam harapan peran
mengalami kontak dengan kejahatan secara tradisional dan dominan adalah
atau meningkatkan resiko viktimisasi mengurus rumah tangga, oleh
kriminal. Orang yang tinggal di dalam karenanya akan lebih sering berada di
rumah pada umumnya mengecil dalam rumah. Perbedaan jenis kelamin
resikonya dari viktimisasi kriminal, dan harapan peran tersebut mempunyai
sebaliknya orang yang berada dampak resiko viktimisasi yang
ditempat-tempat umum akan berbeda pula. Dengan adanya
meningkat resikonya mengalami perubahan sosial, yaitu tuntutan
viktimisasi kriminal (HGG, 1978 : emansipasi perempuan untuk tidak
241). semata-mata berperan di lingkungan
Perbedaan gaya hidup domestik (rumah tangga) saja, dan
ditentukan oleh ciri demografis berhak untuk mengembangkan karir,
seseorang yang akan mempengaruhi mengubah pola kecenderungan
respond an adaptasi individual viktimisasi kriminal menurut jenis
terhadap berbagai harapan peran dan kelamin, karena jumlah perempuan
desakan structural. Kedudukan yang melakukan kegiatan rutin diluar
seseorang yang berhubungan dengan rumah semakin bertambah.
usia, jenis kelamin, penghasilan, status Teori Aktifitas Rutin yang
perkawinan, pendidikan, dan dikemukakan oleh Cohen dan Felson
pekerjaan, berhubungan dengan (1979) mempunyai kemiripan dengan
tingkat resikonya dalam mengalami Teori Terpaan Gaya Hidup. Keduanya
viktimisasi kriminal. Perbedaan menekankan pentingnya aktifitas rutin
kedudukan tersebut mengandung yang berkaitan dengan meningkatnya
konsekuensi respon dan harapan peran resiko orang mengalami viktimisasi
yang berbeda dari masyrakat. kriminal, atau meningkatnya

15
kesempatan orang berbuat kejahatan. teknologi, maka barang-barang
Perbedaan yang jelas antara kedua kebutuhan manusiamenjadi semakin
teori tersebut adalah bahwa teori kecil bentuknya, namun dengan nilai
aktifitas rutin pada mulanya guna intrinsic yang tinggi, seperti
dikembangkan untuk mengukur tingkat ponsel merupakan sasaran pencurian
perbedaan resiko viktimisasi menurut yang lebih bernilai dibandingkan
dimensi waktu, sedangkan teori pesawat telpon tetap dirumah
terpaan gaya hidup menekankan pada (Mustofa, 2010 : 55-58).
perbedaan kelas sosial.
Menurut Cohen dan Felson, Metode Penelitian
perubahan struktural dalam pola Agar tergambarkan dengan
aktifitas rutin mempengaruhi tingkat baik terkait permasalahan dalam
kejahatan melalui pemusatan tiga tulisan ini bisa dilakukan dengan
unsur hubungan langsung kejahatan menggunakan metode visual
jalanan, yaitu adanya calon pelaku kriminologi. Karena masalah ini
yang mempunyai motif melakukan banyak memerlukan pengumpulan
kejahatan, adanya sasaran yang cocok, bahan bukti menggunakan perangkat /
dan ketidakcukupan pengawasan data secara visual. Maka dari itu
terhadap pelanggaran, pada waktu dan metode visual sangat cocok untuk
tempat tertentu. Perubahan struktural, menganalisa sebuah kasus kejahatan
yang lebih dipahami sebagai yang berhubungan dengan kejahatan
perubahan sosial yang terwujud dunia maya (cyber crime). Pada
dengan adanya kemajuan teknologi, dasarnya metode visual merupakan
merupakan faktor yang mempengaruhi metode
aktifitas rutin, yang pada akhirnya penelitian dengan menggunakan
meningkatkan resiko viktimisasi perangkat visual seperti dengan
kriminal. Contohnya pencuri lebih mengumpulkan gambar (foto) sebagai
tertarik terhadap barang atau benda bukti data otentik yang ditemukan
yang bernilai tinggi tapi mudah dibawa dilapangan. Metode visual telah
dan mudah dijual. Dengan kemajuan terlebih dahulu dikembangkan dalam

16
study antropology visual dan sosiologi permasalahan yang sering dihadapi
visual. Cecil Greek (2005 ; 3) dalam dan di alami oleh perempuan ketika
tulisannya Visual Criminology : using tersandung kasus kejahatan yang
Photography (and videography) as an berhubungan dengan dunia maya
Ethnographic Reseach Metod in (cyber crime) yaitu sulitnya
Criminal Justice Setting menjelaskan : menjangkau / mendeteksi para korban.
visual kriminologi merupakan aspek Karena korban tidak berani untuk
penting dalam kajian kriminologi, menceritakan kasus kekerasan yang
terutama dalam menggambarkan aspek mereka alami ke ruang publik.
realitas dan menangkap makna dari Contohnya korban kekerasan berbasis
fenomena sosial melalui fotografi dan gender online. Mereka tidak berani
videografi. melapor dan cenderung lebih menutup
mulut rapat-rapat, korban takut jika di
Analisa Permasalahan salahkan kembali oleh para penegak
Munculnya fenomena hukum atas kasus kejahatan yang
kejahatan baru di dunia maya atau mereka alami.
disebut juga dengan cyber crime yang Di susul adanya perlakuan
mana korban kejahatan ini lebih di yang tidak senonoh dari pelaku,
dominasi oleh anak dan kaum dengan mudah memperdaya dan
perempuan. Sebagai contoh kasus yang menipu korbannya, melakukan
paling sering terjadi yaitu pelecehan ancaman, bahkan sampai tahap
seksual di dunia maya, pornografi menakut-nakuti secara terus menerus.
online, perdagangan manusia, Belum lagi mendapatkan hujatan dan
kekerasan gender berbasis online, cemo’ohan dari para netizen pengguna
penipuan online, cyber stalking, cyber sosial media di dunia maya dan
bullying, dan lain sebagainya. masyarakat umum. Hal ini
Berdasarkan data yang telah memberikan dampak buruk dan dapat
dirangkum dari beberapa penjelasan isi menimbulkan gangguan fisik, mental
berita yang dimuat dalam kolom media serta psikologis bagi keberlangsungan
online di atas sudah cukup jelas sekali hidup korban. Sehingga hal ini

17
berpotensi munculnya viktimisasi pada Kesimpulan
kaum hawa. Di Indonesia, aturan mengenai
Sebagaimana yang telah cyber crime saat ini menginduk pada
dijelaskan dalam perspektif teori UU ITE. Namun, sayangnya pola
viktimisasi kriminal, dalam konteks penindakannya masih belum maksimal
kajahatan cyber crime yang berpotensi dan seringkali terkesan dipaksakan.
munculya viktimisasi terhadap Penegakan hukum di ranah dunia maya
perempuan. Tentunya ada hubungan memang masih abu-abu karena
antara pelaku dan korban. Hal ini dokumen elektronik sendiri belum bisa
dikemukakan oleh Meier dan Miethe dijadikan sebagai barang bukti oleh
(1993) menekankan pentingnya faktor KUHP.
kedekatan fisik korban (calon korban) Saat ini aktivitas cyber crime
dengan orang yang termotivasi untuk memang meningkat pesat karena
melakukan kejahatan, paparan dengan tingginya angka pengguna internet
lingkungan resiko tinggi viktimisasi maupun media sosial. Bisa di lihat
kriminal, daya tarik sasaran kejahatan, hampir setiap individu masyarakat
dan ketiadaan pengawasan. Baik memiliki perangkat canggih berupa
aktifitas rutin maupun gaya hidup ponsel pribadi dan android yang selalu
sangat berperan dalam meningkatkan digunakan dalam keseharian untuk alat
struktur kesempatan pelaku kejahatan berkomunikasi dan melakukan
karena adanya peningkatan kontak transaksi jual beli hingga dipergunakan
antara pelaku dengan korbannya. Nilai untuk kepentingan bisnis dan lain
subyektif dari korban atau sasaran sebagainya. Hal ini seharusnya mampu
kejahatan dan tingkat pengawasan membuat kita lebih waspada sehingga
merupakan pilihan kejahatan tertentu. kejahatan yang tejadi di dunia maya ini
Kedekatan fisik dan paparan tidak menimpa diri kita, keluarga
merupakan kondisi struktural, terdekat, teman ataupun kolega bisnis.
sedangkan daya tarik dan pengawasan Cara paling elegan agar
merupakan faktor pilihan (Mustofa, tindakan cyber crime tidak semakin
2010 : 59). merajalela adalah dengan mendorong

18
pemerintah membuat peraturan dan
Undang-undang yang dapat menjerat
para pelaku. Terutama sekali tentang
tahap pendampingan, pemulihan
sampai pada pemberian hak-hak para
korban khususnya perempuan yang
mengalami viktimisasi yang di
akibatkan oleh pelaku kejahatan dunia
maya (cyber crime). Selanjutnya, perlu
tindakan tegas dari penegak hukum
agar membuat para pelaku cyber crime
berpikir panjang sebelum melakukan
tindakan kriminal karena dasar
hukumnya jelas.
Sebagai contoh, saat ini telah
ada Divisi Cyber Crime Mabes Polri.
Dengan adanya lembaga khusus
seperti itu maka para penegak hukum
dalam hal ini kepolisian akan mudah
menangkal dan menyelidiki potensi
terjadinya tindak kejahatan di ranah
digital. Beberapa negara tercatat sudah
mulai menerapkan konsep ini dengan
membentuk lembaga khusus yang
menangani persoalan cyber crime.
Sehingga tidak ada celah bagi pelaku
cyber crime dimanapun mereka
berada.

19
Daftar Pustaka Terhadap Korban Kekerasan
Seksual : Advokasi Atas Hak
Asasi Perempuan, PT.Refika
Buku : Aditama, Bandung.
Dimyati dan Mudjiono, (1999).
Jurnal :
Belajar dan Pembelajaran.
Prasetyo Hoedi & Wahyudi Sutopo,
PT. Rineka Cipta, Jakarta.
(2018), Industri 4.0: Telaah
Klasifikasi Aspek Dan Arah
Greek, D. C. (2005).
Perkembangan Riset, Undip,
Visual Criminology:
Jurnal Teknik Industri, Vol.
Using Photography
13, No. 1.
as an Ethnographic Research
Method in Criminal Justice
Website :
Settings. School of
- https://qwords.com/
Criminology and Criminal
blog/pengertian-cyber-crime.
Justice Florida State
- https://www.cnnindonesia.com/
University, 2-10.
teknologi/maraknya-kekerasan-
terhadap-perempuan-di-dunia-
Mustofa, Muhammad, 2010,
maya.
Kriminologi Edisi Kedua
- https://www.jawapos.com/toda
Kajian Sosiologi Terhadap
y/02/01/2021/Jumlah
Kriminalitas, Perilaku
Perempuan Korban Kekerasan
Menyimpang dan
Dunia Maya di Palembang
Pelanggaran Hukum, Penerbit
Meningkat.
Sari Ilmu Pratama (SIP),
- https://www.bbc.com//indonesi
Bekasi.
a/trensosial.
- https://www.voaindonesia.com/
Rusman dkk, (2012), Pembelajaran
kekerasan-perempuan-di-
Berbasis Teknologi Informasi
dunia-maya-setiap-tahun-
dan Komunikasi. Grafindo
meningkat.
Persada, Jakarta.

Sihite, Romani, (2007). Perempuan,


Kesetaraan, Dan Keadilan :
Suatu Tinjauan Berwawasan
Gender, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Udin Saefudin Sa’ud, (2008). Inovasi


Pendidikan, AlfaBeta,
Bandung.

Wahid, Abdul & Muhammad Irfan,


(2011), Perlindungan

20

Anda mungkin juga menyukai