PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Karena dari
dalam tubuh dan menyediakan energi bagi fungsi tubuh (A. Mu’thi Andy Suryadi,
2014). Tentunya bahan makanan yang dibutuhkan dalam tubuh manusia adalah
minuman ataupun makanan yang tidak sesuai standar, dapat menyebapkan keracunan
bahkan kematian bagi konsumennya. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.16 tahun
2016, Pangan adalah segalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati, produk
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
1
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
minuman.
gangguan pada kesehatan konsumen. Tidak terkecuali pada berbagai produk mie
kering. Mikroba yang keberadaannya dalam pangan pada batas tertentu dapat
Menurut Sutrisno Koswara (2009) Mie kering, adalah mie mentah yang langsung
dikeringkan, jenis mie ini memiliki kadar air sekitar 10 persen. Konsumsi makanan
olahan juga berkembang seiring dengan meningkatnya aktifitas masyarakat dan gaya
hidup. Makanan olahan terutama dikota besar juga merupakan pilihan ditengah
kesibukan masyarakat yang membutuhkan makanan instan karena gaya hidup yang
serba cepat (Serli Dona, 2016). Namun terkadang, tanpa disadari setiap bahan
pangan bisa saja tercemar oleh mikroorganisme patogen yang tidak diharapkan. Oleh
Salah satu mikroorganisme yang tidak diharapkan muncul dalam bahan pangan
adalah Escherichia coli dan Salmonella sp. Mikroorganisme yang terdapat dalam
2
Menurut Astawan, (dalam Serli Dona, 2016), keracunan makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
infeksi makanan dan keracunan makanan. Infeksi makanan terjadi karena konsumsi
patogen yang dapat tumbuh pada makanan diantaranya E.coli dan Salmonella sp.
dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan, karena keberadaan E.coli
dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi
tinja manusia. E.coli yang terdapat pada makanan dan minuman yang masuk ke
Dona, 2016).
Berdasarkan hal tersebut maka dalam kegiatan Praktek Industri/PI ini akan dikaji
dan dibahas mengenai Uji Cemaran Mikroorganisme E.coli dan Salmonella sp. Pada
3
Produk Mie Kering di Lab Mikrobiologi Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah
sebagai berikut:
kering?
. Tujuan
kering
kering.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mie Kering
Mie adalah produk olahan makanan yang berbahan dasar tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan (Faridah dan Widjanarko, 2014). Mie kering merupakan produk mie
yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi et al., 2014).
Mie kering diolah dengan metode mengeringkan mie mentah secara dijemur atau
dalam oven pada suhu ± 50ºC dan mempunyai daya simpan yang lebih lama
tergantung dari kadar airnya (Widyaningtyas dan Susanto, 2015). Ciri-ciri mie kering
yang memiliki kualitas yang baik adalah penampakan cerah, permukaan lembut,
tidak ditumbuhi mikroba dan tidak hancur dan pecah selama pemasakan,
Karakteristik yang disukai dari mie kering adalah memiliki penampakan putih, hanya
memiliki tujuan agar bahan-bahan yang digunakan tercampur secara homogen dan
akan dipotong menjadi bentuk khas mie dan bertujuan untuk memudahkan proses
5
gelatinisasi pati pada tahapan pengukusan. Tahap pemotongan bertujuan untuk
gelatinisasi dan koagulasi gluten. Tahap terakhir adalah tahap pengeringan yang
dilakukan agar membentuk lapisan tipis protein yang dapat meningkatkan kestabilan
Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), dalam 100 gram mie kering terkandung
337 kkal energi, protein 7,9 g, lemak 11,8 g, karbohidrat 50,0 g, kalsium 49 mg,
fosfor 47 mg, besi 2,8 mg, vitamin B1 0,01 mg, dan air 28,9 g
6
B. Bakteri Escherichia coli
Bakteri E. coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif, bentuk batang,
memilki ukuran 2,4 mikro 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak berspora, positif
pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa (Greenwood et al., 2007). Bakteri
Escherichia coli adalah anaerobik fakultatif, Bakteri Escherichia coli dapat hidup
bakteri gram negatif tersusun atas membran luar, peptidoglikan dan membran
struktur yang lebih kompleks dibandingkan gram positif. Membran luarnya terdiri
dari lipid, liposakarida dan protein. Peptidoglikan berfungsi mencegah sel lisis,
menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel (Purwoko, 2007).
7
Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut (Smith Keary, 1988):
Domain : Bacteria
Filum : Protoebacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaaceae
Genus : Escherichia
Escherichia coli dapat menjadi bakteri pathogen apabila berada di luar saluran
dalam substrat air dan bahan makanan, yang mampu memfermentasikan laktosa
pada temperatur 37oC dengan membentuk asam dan gas, mereduksi nitrat menjadi
bakteri ini dapat dikatakan paling sedikit, pertumbuhan yang banyak terjadi pada
kondisi anaerob. Pertumbuhan bakteri Escherichia coli optimal pada suhu 37oC
pada media yang memiliki kandungan pepton sebesar 1% yang digunakan sebagai
sumber karbon dan nitrogen. Escherichia coli dapat memfermentasi laktosa dan
atau mengontaminasi makanan dan air. Escherichia coli dapat bertahan hidup
hingga suhu 60oC pada waktu 15 menit atau pada suhu 55 oC pada waktu 60 menit
(Ganiswarna, 1995).
8
Bakteri E. coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh
dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat virulensinya dan
lain:
wisatawan (Travellers Diarrhea) dan diare pada bayi di negara berkembang. Ada
dua macam eksotoksin yang dihasilkan dari E. coli yaitu: (1) Limfotoksin
dikeluarkan bawah kendali genetik plasmid. (2) Sitotoksin yang berada di bawah
anak – anak di negara berkembang dan wisatawan yang menuju negara tersebut.
EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus (Brooks
et al., 2008)
dicurigai dalam studi epidemiologi pada 1940-an dan 1950-an sebagai penyebab
9
4. Enterohemoragik E. coli (EHEC)
Sedangkan EHEC dianggap sebagai patogen zoonosis baru yang dapat
dan neurologis sebagai akibat dari translokasi Shiga toksin (Stx 1 dan Stx 2) di
berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas perlekatannya pada sel
Salmonella sp. Tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawetz et al., 2005),
hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan
kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memproduksi hydrogen sulfide
(H2S) pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8 milimeter, bulat agak
cembung jernih, lembut, pada media BAP tidak meyebabkan hemolisis (WHO,
2003). Salmonella sp. dapat tumbuh pada aktivitas air yang rendah (Aw≤ 0,93)
10
Gambar 2.2 Bakteri Salmonella sp.
Taksonomi Salmonella sp. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Salmonella sp. tahan hidup pada es dalam waktu yang cukup lama, bakteri ini
tahan terhadap bahan kimia tertentu (seperti hijau brilian, sodium tetrahionat,
sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri lain, namun
berguna pada isolasi Salmonella sp. pada sampel feses. Menurut Irianto (2006),
klasifikasi kuman pada Salmonella sp. sangat kompleks terhadap reaksi
biokimianya yang diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu diantaranya:
1. S. Typhy
2. S. enteritidis
3. S. cholerasuis
11
Jawetz (2005) serotipenya di klasifikasikan menjadi 4 serotipe yaitu:
pada manusia, bakteri ini selalu masuk jalan oral, biasanya dengan cara
kontaminasi makanan dan minuman yang nantinya akan dimakan oleh manusia.
Bakteri yang masuk di lambung akan dimusnahkan oleh usus lambung namun
sebagian yang lolos akan hidup dan menjadi parasit di usus halus dan besar
manusia. Faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap Salmonella sp.
adalah keasaman lambung, flora normal dalam usus dan ketahanan usus lokal
(Jawetz, 2005)
12
BAB III
PROSEDUR KERJA
B. Pengujian cemaran bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Pada mie
kering
1. Alat dan bahan
a. Alat
Alat yang digunakan adalah Gelas ukur 50 ml (Pyrex), Erlenmeyer
(Flask), Neraca analitik, Gelas beker 250 mL (Pyrex), Pipet steril 5ml dan 10
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Sampel (Mie Kering), Aquades, plastic
sampel steril, Alcohol, Kapas, Media PSS, Media LSB single strength, Media
LSB double strength, Media Pepton water, Media BPW, Media RVS broth,
2. Cara kerja
a. Penyiapan sampel
13
2) Buka pembungkus dodol dengan menggunakan gunting yang telah
disterilisasi
plastic sampel
1) Larutkan sampel yang sudah ditimbang dengan larutan PSS sebanyak 225
ml
kedalam tabung yang berisi larutan PSS 9 ml, homogenkan lalu pipet
6) Inkubasi sampel dalam incubator dengan suhu 370c selama 24-48 jam
14
11) Dilakukan uji lanjutan terhadap tabung yang keruh dengan memindahkan
c. Interpretasi hasil
225 ml
6) Gores 1 ose dari RVS broth dan MKTTn ke media XLD agar.
e. Interpretasi hasil
uji konfirmasi.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam laporan ini dilakukan pemeriksaan mie kering yang dijual dipasaran
secara mikrobiologi yang bertujuan untuk mengetahui kualitas dari mie kering
tersebut. Proses yang pertama dilakukan yaitu sterilisasi. Sterilisasi merupakan proses
penghilangan semua jenis mikroorganisme yang terdapat pada suatu benda. Sterilisasi
yang digunakan untuk media yaitu sterilisasi basah yang menggunakan uap air
oven. Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan detergen lalu dibilas dengan
aquades, kemudian dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C
Pemeriksaan E. coli mie kering ini dilakukan uji mikroba dengan metode
khususnya untuk bakteri E. coli. Pada kedua metode dilakukan pengenceran. Tujuan
16
memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993).
karbohidrat dan lemak, dalam hal ini hasil metabolit dapat dilihat secara visual
dengan adanya tambahan suatu indikator (BPOM, 2008). Sampel yang positif
E.coli dapat memproduksi indole dari pemecahan asam amino trypthopan dengan
menggunakan pereaksi Erlich atau reagen Kovak. Indol akan bereaksi dengan
aldehyde dalam reagen dan memberikan warna merah. E.coli menghasilkan enzim
triptofanase sehingga penguraian gugus indol dapat dikatalis dari triptofan. Gugus
indol pada media akan menumpuk sebagai produk buangan dan molekul triptofan
(asam piruvat dan NH4+) kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara
bagian atas menandakan indol positif. Hal ini berarti semua sampel positif
mengandung E.coli (Sari Rafika dan Pratiwi, 2014). Berdasarkan hasil uji, sampel
tidak mengandung E.coli ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel
A B
Gambar 4.1
(A) kontrol positif bakteri E.coli (B) Hasil pengujian sampel
yang bersifat merugikan bagi kesehatan manusia dalam suatu produk makanan
Salmonella sp. dalam beberapa produk mie kering, maka dilakukanlah pengujian
225 ml dalam plastik steril. Tahap pra-pengayaan perlu dilakukan untuk sel
18
mikroba yang umumnya dalam jumlah sedikit dan terkadang dalam kondisi lemah
(Nindya Permata Yuswananda, 2015). Menurut Sandel et al. (2003); Gracias &
dan tekanan osmotik selama proses penanganan sampel (Rizky Aulia, Tri
Tahap isolasi dan identifikasi menggunakan media XLD agar yang merupakan
medium selektif yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella
sp. hasil yang didapat pada praktek industri ini dapat dilihat pada tabel 4.2
dibawah ini:
Sampel mie
No Hasil Pengujian
kering
1 A -
2 B -
3 C -
4 D -
5 E -
6 Kontrol positif +
19
Keterangan :
+ : Terdapat bakteri Salmonella sp. pada sampel
- : Tidak terdapat bakteri Salmonella sp. pada sampel
A B
Gambar 4.2
(A) Kontrol positif bakteri Salmonella sp. Dan (B) hasil pengujian sampel pada
media XLD
Berdasarkan hasil isolasi pada media XLD agar setelah diinkubasi selama 24 jam
3 jam tidak didapatkan sampel yang positif atau diduga sebagai bakteri Salmonella
sp. Bakteri yang tumbuh dan diduga Salmonella spp. pada medium XLD memiliki
ciri-ciri koloni berwarna merah muda dengan atau tanpa titik hitam atau terlihat
deoxycholate, dan mengandung tiosulfat sebagai indikator H2S yang terlihat pada
koloni yang tumbuh dalam media XLD (Rizky Aulia, Tri Handayani & Yusma
Yennie, 2015).
Dalam Pangan Olahan, jumlah bakteri Salmonella sp. yaitu negatif per 25 gram mie
20
kering. Ini bersesuaian dengan hasil praktek industri yang menguji beberapa jenis mie
kering dan tidak ditemukan (negatif) koloni bakteri Salmonella sp. pada satupun jenis
mie. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan Salmonella sp. dalam produk mie
tersebut dinyatakan tidak ada. Ada juga kemungkinan lain, bakteri yang terdapat pada
mie tersebut bukan Salmonella sp. sehingga tidak dapat tumbuh pada media XLD
Inkubasi merupakan proses menjaga dan merawat sesuatu hal dalam kondisi
dengan baik sesuai harapan. Semakin lama media diinkubasi maka akan semakin
banyak pula koloni bakteri yang akan timbul(Waluyo, 2008 dalam A. Mu’thi
Andy Suryadi, 2014). Bakteri salmonella diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam
3 jam.
Makanan yang mengandung bakteri seperti Salmonella sp. dalam jumlah kecil
tidak akan merubah bentuk, rasa dan bauh dari makanan tersebut. Namun apabilah
dalam makanan tersebut mengandung bakteri dalam jumlah yang banyak akan
membuat perubahan pada bentuk, rasa dan bauh khas yang ditimbulkan dari bakteri
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Praktek Industri (PI) untuk menguji cemaran bakteri
E.coli dan Salmonella sp. pada beberapa produk mie kering, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat cemaran bakteri E.coli dan Salmonella sp. pada
22
produk mie kering yang diuji. Hasil ini menunjukkan bahwa produk mi tersebut aman
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan selama Praktek Industri di Lab
23